Penilaian Risiko Pipa Onshore Akibat Cacat Korosi : Studi Kasus Jalur Pipa Gas PT. PHE- WMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penilaian Risiko Pipa Onshore Akibat Cacat Korosi : Studi Kasus Jalur Pipa Gas PT. PHE- WMO"

Transkripsi

1 1 Penilaian Risiko Pipa Onshore Akibat Cacat Korosi : Studi Kasus Jalur Pipa Gas PT. PHE- WMO Yohan Syah Tiyasa, A.A.B. Dinariyana D.P dan Ketut Buda Artana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya kojex@its.ac.id Abstrak Dewasa ini perkembangan dunia industri dan transportasi sangat pesat. Hal ini memicu permintaan terhadap bahan bakar minyak semakin tinggi, tanpa adanya penemuan sumur minyak baru maka setiap tahun produksi minyak bumi mengalami penurunan. Dampaknya diperlukan energi alternatif yaitu gas alam, karena energi ini lebih murah dan bersih sehingga permintaan terhadap gas alam meningkat. Hal ini yang mendorong perusahaan di bidang energi meningkatkan fasilitas produksi, tentunya ini diperlukan kajian kajian sebagai antisipasi terhadap risiko yang terjadi. Jalur pipa gas onshore PT PHE WMO melewati daerah padat penduduk dan terletak pada daerah pesisir sehingga memerlukan kajian risiko yang terjadi akibat internal corrosion dan external corrosion. Penilaian risiko ini mengacu pada standar API RBI 581. Untuk mendapatkan risk matrix sesuai standar API 581, langkah pertama adalah mencari frekuensi dari kerusakan pipa akibat korosi dimana diperlukan perhitungan laju korosi yang terjadi berdasarkan data survei lapangan pada pipa. Setelah didapatkan frekuensi maka akan dihitung akibat dari konsekuensi yang terjadi yaitu berupa luas area yang terkena dampak kebocoran pipa gas. Dari frekuensi dan konsekuensi yang didapat maka akan dimasukkan dalam risk matrix untuk mengetahui apakah risiko dapat diterima atau tidak, jika tidak maka akan dilakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi resiko yang terjadi pada jalur pipa gas milik PT PHE-WMO, sampai resiko dapat diterima. Kata Kunci API RBI 581, external corrosion, intenal corrosion, Kajian risiko, pipa gas onshore, risk matrix. I. PENDAHULUAN T. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE PWMO) sebagai salah satu BP-Migas production sharing contractor memiliki jaringan pipa minyak yang dioperasikan dan lapangan gas di Madura Offshore. 17 pipa (5 pipa onshore dan 12 pipa lepas pantai), 134 km panjang (pipa 3 km daratan dan lepas pantai 131 km pipa). Permasalahan yang ada sekarang adanya pipa Pertamina yang sekarang melintasi jalur pelayaran di Tanjung Perak. Hal ini sangat membahayakan dan bisa menimbulkan kerugian besar jika pipa kudeco mengalami kegagalan atau kebocoran. Selain pipa offshore yang mengancam keselamatan pelayaran, pipa Pertamina bagian segmen onshore juga mengandung risiko dikarenakan sistem jaringan pipa diatas tanah milik Pertamina melewati daerah perkantoran dan penduduk Risk Assesment adalah metode yang sitematis untuk menentukan apakah suatu kegiatan mempunyai risiko dapat diterima atau tidak. Risk Assesment didefinisikan sebagai seluruh rangkaian proses identifikasi kerusakan dan estimasi risiko seperti likelihood, exposure, konsekuensi, dan safety level assesment.[1] Gambar 1. Jalur Pipa Gas PT PHE-WMO Proses penilaian terhadap risiko dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh kemungkinan buruk yang mungkin dapat membahayakan kesehatan manusia, lingkungan, proses produksi, maupun peralatan karena aktivitas manusia dan teknologi. Langkah awal dari risk assesment adalah identifikasi bahaya dan dampak dari bahaya tersebut. Siapa saja dan apa saja yang akan terkena dampak dari bahaya tersebut. Langkah berikutnya adalah menentukan frekuensi kejadian atau kemungkinan terjadinya bahaya tersebut. Seberapa sering kejadian tersebut dapat terjadi, karena risiko adalah kombinasi dari consequence dan probability. Langkah terakhir yaitu melakukan risk evaluation. Risk = (event likelihood of failure) x (event consequence) (1) A. Risk Assessment Tujuan dari pipeline risk assesment adalah untuk mengevaluasi dampak dari kerusakan pipeline kepada masyarakat dan untuk mengidentifikasi cara mengatasi risiko yang lebih efektif [2]. Ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum mempelajari lebih jauh mengenai risk assesment :

2 2 1. Hazard/Threats, yaitu kondisi-kondisi yang ada dan mungkin menjadi potensi kejadian yang tidak diinginkan. 2. Control, yaitu tindakan/langkah yang diberikan untuk mencegah hazard dari penyebab kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. 3. Event, yaitu kejadian yang dihubungkan akibat. Ada beberapa tipe dari kemungkinan hasil dari kejadian awal yang mungkin pada range dalam tingkat kerusakan dari biasa sampai serius tergantung pada kondisi-kondisi yang dahulu dan penambahan kejadiankejadian. 4. Risk, yaitu terdiri dari dua elemen, frekuensi dan konsekuensi. Risk dapat diartikan sebagai produkdari frekuensi dengan kejadian yang diantisipasi untuk terjadi dan konsekuensi dari hasil kejadian. RBI adalah metode untuk menggunakan risiko sebagai dasar untuk memprioritaskan dan mengelola program inspeksi. RBI metodologi memungkinkan pengoptimalan sumber daya inspeksi dan pemeliharaan pada daerah yang mempunyai risiko tinggi [3]. RBI merupakan pengoptimalan kombinasi dari metode inspeksi peralatan, cakupan inspeksi dan frekuensi. Tujuan dilakukan risk based inspection adalah : a. Mengidentifikasi area yang memiliki risiko tinggi b. Mengestimasi besarnya risiko yang ada pada setiap peralatan saat operasi c. Memperioritaskan peralatan berdasarkan pengukuran besarnya risiko d. Merancang program inspeksi yang tepat e. Secara sistematis memanajemen risiko dari setiap peralatan yang gagal PPPP(tt) = gggggg(tt). DDDD(tt). FF MMMM (2) Pf(t) : Probality of failure gff : generic failure frequency Df(t) : demage factor FMS : Management system factor Persamaan 2 diatas merupakan persamaan dari RBI tentang probabilitas kegagalan. Dimana gff merupakan merupakan data yang telah ada sebelumnya dari tentang frekuensi terjadinya kegagalan dalam suatu sistem. Fms merupakan nilai yang berpengaruh pada manajemen sistem suatu plant, karena manajemen sistem yang diterapakan pada lapangan akan sangat berpengaruh pada operasi dan tentunya ini akan menjadi dampak langsung ke besarnya risiko. Df sendiri diterjemahkan sebagai mekanisme terjadinya kerusakan seperti contohnya general corrosion dan cracking. Konsekuensi dapat dinyatakan sebagai jumlah orang yang terkena dampak (cedera atau terbunuh), properti yang mengalami kerusakan, banyaknya tumpahan, wilayah yang terkena dampak, biaya yang dikeluarkan. [4] Konsekuensi merupakan bagian yang terpenting dari proses risk assessment disamping frekuensi. Dalam melakukan penilaian atau perkiraan frekuensi bisa dengan cara melakukan perhitungan analisis matematis (kuantitatif) maupun analisis kualitatif. Namun analisis kuantitatif menghasilkan hasil yang lebih dipercaya jika dibandingkan analisis kualitatif. Sebelum melakukan perhitungan perkiraan konsekuensi, harus tersedia terlebih dahulu data-data mengenai objek yang akan dihitung konsekuensinya serta data-data dari objek penyebab risikonya. Pada umumnya terdapat sedikit sekali risiko terhadap kerusakan jalur pipa yang berasal dari faktor eksternal pipa, seperti gangguan dari masyarakat yang bisa mengakibatkan kerusakan pada jalur pipa gas. Ini dikarenakan jalur pipa gas terkubur di dalam tanah dan telah diadakan mitigasi berupa penanda jalur pipa gas. Namun ancaman ini akan menjadi tinggi apabila terjadinya internal defect pada pipa tersebut sehingga akan mengalami kerusakan dan akhirnya terjadi kebocoran dan gas hidrokarbon terlepas. Kebocoran pipa atau pelepasan gas hidrokarbon tersebut akan memicu terjadinya konsekuensi yaitu explosion, gas dispersion dan jet fire. Konsekuensi yang muncul bervariasi tergantung dari beberapa parameter. Dalam paper ini akan dibatasi pada, penipisan pipa (thinning) yang dipengaruhi oleh internal corrosion dan external corrosion akibat kondisi tanah dan lingkungan. Untuk internal corrosion factor yang berpengaruh adalah komposisi dari gas yang didistribusikan, menurut data komposisi gas, hal ini bisa dipengaruhi oleh CO2 yang terkandung. Factor lainnya yang mempengaruhi laju korosi adalah tekanan kerja, laju aliran gas dan temperature kerja dari pipa gas [5]. Secara umum laju korosi dan evaluasi sisa umur pipa dapat tergambar pada gambar 2. Gambar 2. Metode perhitungan laju korosi secara umum Perhitungan laju korosi akan menggunakan acuan API 570 piping inspection code pada Chapter 7 jika diketahui data sebelumnya dari pembacaan UT thikness pipa, atau pembacaan catodik protection, namun jika tidak ada data yang dapat menunjang maka perhitungan laju korosi akan mengacu pada API 581 annex 2B [6]. sesuai dengan Persamaan (3),(4) maka perhitungan laju korosi persamaannya adalah : CCCC LLLLLLLL TTTTTTTT = CCCC SShoooooo TTTTTTTT = Dimana : t initial tt iiiiiiiiiiiiii tt aaaaaaaaaaaa tttttttt (yyyyyyyyyy )bbbbbbbbbbbbbb _ttiiiiiiiiiiiiii _aaaaaa _tttttttttttttt tt pppppppppppppppp tt aaaaaaaaaaaa tttttttt (yyyyyyyyyy )bbbbbbbbbbbbbb _tttttttttttttttttt _aaaaaa _tttttttttttttt (3) (4) : adalah ketebalan pipa dalam inci atau millimeter yang diukur pada tempat yang sama pada saat tactual diukur pada saat instalasi. t previous: adalah ketebalan pipa dalam inci atu millimeter yang diukur pada tempat yang sama pada saat t actual diukur selama satu atau lebih dari inspeksi inspeksi sebelumnya.

3 3 Setelah diketahui CR (Corrosion Rate) maka akan dihitung evaluasi sisa umur pipa yang secara umum dirumuskan, pada Persamaan (5) tt aaaaaaaaaaaa tt rrrrrrrrrrrrrrrr RRRRRRRRRRRRRRRRRR LLLLLLLL (yyyyyyyyyy) = (5) cccccccccccccccccc _rrrrrrrr t actual : adalah tebal pipa saat dilakukan pengukuran t required : adalah tebal pipa yang didesain sebelum adanya korosi dan pemberian toleransi pada proses fabrifikasi. Dari hasil perhitungan remaining life pipa gas maka akan diketahui sisa umur pipa dan daerah mana saja yang perlu diganti atau diberi perhatian khusus. Karena dari ketebalan pipa akan sangat berpengaruh pada skenario kegagalan, semakin berkurang ketebalan pipa karena korosi, maka peluang terjadi kegagalan akan semakin besar karena konstruksi pipa menjadi rapuh [7] B. Risk Matrix Risiko dalam RBI dibagi menjadi 4, yaitu high,medium high dan low, dari tingkatan risiko itu akan muncul keputusan perlu tidaknya suatu risiko itu dilakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi tingkat risiko yang terjadi [8]. Pengkategorian dari semua parameter dan risiko membuat zona-zona keterterimaan risiko dan. Untuk mengubah batasbatas toleransi risiko ada dua metode yang dapat diterapkan, yang pertama adalah melakukan rezoning ulang sel-sel dalam risk matrix, yang ke dua adalah mendefinisikan atau menjelaskan ulang frekuensi dan konsekuensi sesuai dengan kategorinya masing-masing. Dari tabel 1 berdasarkan kategorinya maka risiko diberi tindakan mitigasi. Gambar 3. Risk matrix API 581 RBI Didalam risk matrix, probability dbagi menjadi lima kategori yang bertingkat untuk menunjukkan kondisi kerusakan pipa terparah. Semakin besar kerusakan yang terjadi dan semakin kurang efektifnya inspeksi maka nilai skor dari probability akan besar. Sedangkan untuk consequence dibagi menjadi lima kategori dimana lebih menitik beratkan pada luasan area yang terkena dampak dari kegagalan suatu sistem yang dilakukan kajian risiko. Semakin luas area yang terkena dampak maka semakin tinggi pula konsekuensinya. Parahnya konsekuensi yang terjadi tergantung dari kondisi kerja dan lingkungan dari pipa itu sendiri. Tabel 1. Batas-batas kategori risk matrix PROBABILITY CATEGORY CONSEQUENCE CATEGORY Category Range Category Range (m 2 ) 1 D f-total 2 A CA < D f-total 20 B 9.29 < CA < D f-total 100 C 92.9 < CA < D f-total 1000 D 279 CA D f-tota l > 1000 E CA > 929 Dari empat pembagian kategori maka masing masing kategori memiliki arti dalam menentukan tindakan selanjutnya yang perlu diambil. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa risiko yang memerlukan tindakan mitigasi secepatnya adalah kategori high dan kategori medium high. Hal ini terjadi karena risiko yang tinggi berpotensi menimbulkan korban jiwa dan material yang besar. Diharapkan setelah diberi tindakan mitigasi maka risiko dapat turun menjadi kategori yang dapat diterima dimana dalam kondisi nyata tidak terjadi kecelakaan yang dapat menimbulkan korban jiwa maupun materi. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengurangi nilai dari frekuensi atau nilai dari analisa konsekuensi yang terjadi, bisa juga dilakukan ke dua duanya sekaligus. RISK CATEGORIES High Tabel 2. Kategori risiko MITIGATION High risk, manage risk utilizing prevention and/or mitigation with highest priority. Promote issue to appropriate management level with commensurate risk assessment detail Medium High Medium High. Manage risk utilizing prevention and/or mitigation with priority. Promote issue to appropriate management level with commensurate risk assessment detail Medium Low Medium Risk with Control Verified. No mitigation required where can verified as functional. ALARP should be evaluated as necessary. Low Risk. No mitigation required II. ANALISA DAN PEMBAHASAN Frekuensi dari kemungkinan sebuah peristiwa yang tidak diinginkan terjadi dinyatakan sebagai kejadian persatuan waktu dan biasanya pertahun. Frekuensi harus ditentukan dari data historis jika sebagian besar peristiwa terjadi di masa lalu. pada Gambar 4 dijelaskan event tree [9] proses korosi yang terjadi pada pipa dari hasil perhitungan laju korosi maka akan didapatkan CR sebesar mm/tahun dimana nantinya akan menjadi faktor utama dalam menentukan besarnya damage factor.

4 4 Gambar 4. Event tree korosi yang terjadi pada pipa Penilaian risiko seringkali fokus pada peristiwa dengan konsekuensi yang lebih besar dan frekuensi rendah. Dalam kasus tersebut frekuensi event dihitung menggunakan model penilaian risiko.dari hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh maka akan didapatkan hasil damage factor seperti pada Gambar 5 CCCC = aa. XX bb (6) Sesuai dengan persaman diatas adalah persamaan untuk menghitung konsekuensi gas yang bocor dan seberapa luas area yang terkena dampak, a dan b merupakan variabel. Sedangkan X merupakan release rate dari gas. CCCC ffffffff = 4 gggggg ffffffff nn =1 nn.cccc nn gggggg tttttttttt (7) Sehingga didapatkan area yang terkena dampak dari ledakan gas ataupun radiasi panas akibat api yang dipancarkan adalah. gggggg tttttttttt = 4 nn =1 ggffff nn (8) Gambar 5.Hasil risk matrix Setelah didapatkan analisa frekuensi dari kebocoran pipa akibat korosi maka langkah selanjutnya melakukan analisa konsekuensi akibat gas yang bocor, dalam pengerjaan paper ini akan digunakan analisa konsekuensi level 1, karena fluida yang akan dianalisa hanya satu, yaitu gas alam, sehingga tidak perlu menggunakan analisa konsekuensi level 2.Analisa konsekuensi level 1 dapat ditulis persamaan sesuai dengan API 581 bab Maka akan dihasilkan area dalam 97.3 meter persegi yang terkena dampak dari kejadian yang terjadi, nilai nya adalah sesuai dengan Gambar 5 dimana juga dapat dilakukan analisa keterterimaan risiko pada risk matrix API 581. Dimana risiko dalam kategori medium high memerlukan tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko yang terjadi. Dalam hal ini risiko menjadi besar karena konsekuensi yang terjadi cukup luas untuk area yang terkena dampak. Ditambah perawatan yang kurang menyebabkan frekuensi kebocoran pada jalur pipa tersebut menjadi lebih parah. Solusi dari mitigasi tersebut adalah dengan cara meningkatkan intensitas perawatan serta proteksi terhadap korosi yang terjadi pada jalur pipa. Juga perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga sekitar area jalur pipa agar menjadi waspada dan cepat tangggap jika terjadi kebocoran atau terjadi hal yang tidak sewajarnya. Setelah dilakukan proses analisa risk matrix, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan mitigasi, hal

5 5 ini diperlukan karena hasil analisa risk matrix mendapatkan kategori risiko yang mungkin terjadi adalah kategori medium high. Kategori medium high perlu diturunkan menjadi kategori medium. Dimana kategori medium sendiri merupakan daerah ALARP. Sesuai dengan API 581 maka ada dua langkah yang bisa diambil untuk menurunkan skor damage factor, yaitu dengan melakukan tindakan menambahkan jadwal inspeksi pertahun sesuai dengan tabel 5.11 API 581 dan dapat juga dengan meningkatkan kategori keefektifan inspeksi sesuai dengan tabel 5.7 API 581 tentang buried component. Dari hasil mitigasi yang dilakukan maka didapatkan skor Pof turun dari 150 menjadi 60 dengan cara menambahkan inspeksi pada pipa dilakukan 2 kali per tahun. Dengan turunnya nilai damage factor maka risiko yang terjadi turun menjadi kategori 3C yang merupakan kategori medium. dipasang berhasil menghalau laju korosi pada eksternal pipa. 2. Hasil dari kajian risiko didapatkan skor untuk damage factor thinning adalah 150 dan area konsekuensi yang terimbas adalah 97.3 m 2, konsekuensi yang terjadi memiliki area yang besar dikarenakan tekanan kerja pipa yang digunakan adalah 750 psi. Sehingga menjadikan area yang terimbas menjadi besar dan masuk kategori konsekuensi D. Sedangkan untuk damage factor bernilai besar karena masih rendahnya jadwal inspeksi yang dilakukan dan peralatan yang digunakan masih standar. 3. Pada risk matrix API 581 didapatkan hasil dari kajian risiko masuk kategori 4C yaitu medium-high sehingga perlu dilakukan tindakan mitigasi untuk menurunkan risiko yang terjadi. Tindakan mitigasi yang diperlukan adalah dengan cara menurunkan skor damage factor. Ada 2 cara untuk menurunkan damage factor yaitu dengan cara penambahan jadwal inspeksi dan penambahan tingkat keefektifan inspeksi. Pada kasus ini dipilih penambahan jadwal inspeksi dari 1 menjadi 2. Sehingga skor damage factor turun dari 150 ke 60 menjadi kategori medium. UCAPAN TERIMAKASIH Gambar 6. Risk matrix setelah dilakukan mitigasi Adapaun mitigasi yang perlu ditambahkan antara lain adalah : - Melakukan penambahan perlindungan pada pipa terhadap korosi, diantaranya pemasangan CP yang bisa dimonitoring secara online. Dan melakukan penambahan inhibitor pada fluida - Memberikan tanda peringatan sepanjang jalur pipa, sehingga warga sekitar tahu bahwa hal hal apa saja yang tidak boleh dilakukan di sekitar pipa gas. - Melakukan jadwal patroli seminggu sekali sepanjang jalur pipa gas untuk mengontrol keadaan pipa gas. - Melakukan sosialisasi dan pemasangan alarm sekitar jalur pipa gas. Agar jika terjadi kebocoran, warga sekitar cepat tanggap dalam evakuasi. - Memberikan pelatihan pada petugas operator pipa di ORF tentang prosedur keamanan jika pipa terjadi kebocoran dan prosedur evakuasi yang dilakukan pada area ORF. III. KESIMPULAN 1. Dari perhitungan yang dilakukan pada jalur pipa yang terkubur dalam tanah, didapatakan bahwa pipa memiiliki laju korosi sebesar mm/tahun. Hal ini masih dikategorikan aman karena laju korosi yang terhitung jauh berada di bawah 1 mm/tahun. Hal ini disebabkan sudah berjalan dengan baik chemical inhibitor yang dimasukkan dalam properties fluida, sehingga internal corrosion dapat ditekan. Serta impressed cathodic protection yang Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen pembimbing yang telah membantu penyelesaian pekerjaaan ini dan tidak lupa terimakasih kepada segenap keluarga yang telah mendukung dengan tidak mengenal lelah. Serta ucapan terimakasih kepada PT PHE-WMO yang telah menyediakan data untuk penilitian ini. Dan tidak lupa juga kepada seluruh pihak yang telah ikut andil dalam pekerjaan ini baik secara langsung maupuun tidak langsung. DAFTAR PUSTAKA [1] Muhlbauer,WK Pipeline Risk Management Manual, 3 rd edition, Elsevier Inc [2] Adnyana,GTB.2012.Penilaian Risiko Sosial dan Individu Jalur Pipa Gas Studi Kasus : PT. Pertamina Hulu energy-west Madura Offshore Risiko Akibat kebocoran Pipa Gas, Skripsi, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, ITS, Surabaya [3] Putri,RS.2011.Penilaian Risiko Pada Pipa Gas 8 Akibat Adanya Perubahan Tekanan Dengan Metode Societal Risk Assessment, Skripsi, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, ITS, Surabaya [4] Pratama,RH.2010.Risk Assessment Tanker LNG Dalam Studi Kasus Suplai LNG Dari Ladang tangguh ke Teluk Benoa Bali, Skripsi, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, ITS, Surabaya [5] Abes,AJ., Salinas, JJ. & Rogers, JT Risk assessment methodology for pipeline systems, Structural Safety 2, hal [6] Rekayasa Solverindo Pipeline Risk Assessment Kodeco Energi CO.,LTD., Final Report [7] Teixeira,AP.,Soares,CG.,Netto,TA. & Estefen,SF Reliability of pipelines with Corrosion defects,international Journal of Pressure Vessel and Piping 85, hal [8] American Petroleum Institute (API).2008.Recomended Practice 581,2 nd edition, Risk Based Inspection technology [9] American Society of Mechanical Engineers(ASME) Gas transmission & distribution piping system. ASME B31.8

Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection (RBI)

Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection (RBI) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-356 Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection

Lebih terperinci

Tugas Akhir (MO )

Tugas Akhir (MO ) Company Logo Tugas Akhir (MO 091336) Aplikasi Metode Pipeline Integrity Management System pada Pipa Bawah Laut Maxi Yoel Renda 4306.100.019 Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D. 2. Ir.

Lebih terperinci

Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG

Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG Aga Audi Permana 1*, Eko Julianto 2, Adi Wirawan Husodo 3 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Separator minyak dan pipa-pipa pendukungnya memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pengilangan minyak. Separator berfungsi memisahkan zat-zat termasuk

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581 SIDANG TUGAS AKHIR - RL 1585 JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI

Lebih terperinci

> A BC <10-5

> A BC <10-5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Pipa Offshore Berdasarkan risk assessment yang telah dilakukan pada pipa gas offshore milik PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore, maka dapat diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang minyak masih menjadi kebutuhan bahan bakar yang utama bagi manusia. Minyak sangat penting untuk menggerakkan kehidupan dan roda perekonomian.

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF

Analisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF Analisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF I Made Bayu Sukma Firmanjaya, Ketut Buda Artana, A.A.B Dinariyana DP Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan,

Lebih terperinci

Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581

Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581 MESIN, Vol. 25, No. 1, 2016, 18-28 18 Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581 Gunawan Dwi Haryadi

Lebih terperinci

Analisa Risiko dan Langkah Mitigasi pada Offshore Pipeline

Analisa Risiko dan Langkah Mitigasi pada Offshore Pipeline JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. (Sept. 0) ISSN: 30-97 G-80 Analisa Risiko dan Langkah Mitigasi pada Offshore Pipeline Wahyu Abdullah, Daniel M. Rosyid, dan Wahyudi Citrosiswoyo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Pada lingkungan industri modern saat ini, kegagalan sistem (failure) akibat korosi adalah hal yang tidak ditolerir, terutama ketika hal tersebut melibatkan penghentian

Lebih terperinci

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 Analisa Resiko pada Reducer Pipeline Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI (Risk Based Inspection) Oleh: Zulfikar A. H. Lubis 4305 100

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Sesuai dengan tujuan utama dari penelitian ini yaitu mengurangi dan mengendalikan resiko maka dalam penelitian ini tentunya salah satu bagian utamanya

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Analisis Risk (Resiko) dan Risk Assessment Risk (resiko) tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Sebagai contoh apabila seseorang ingin melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN RISIKO PADA FLOWLINE JALUR PIPA GAS DARI WELLHEAD MENUJU CENTRAL PROCESSING PLANT. (Studi Kasus : Industri Pengolahan Gas Alam)

ANALISIS PENILAIAN RISIKO PADA FLOWLINE JALUR PIPA GAS DARI WELLHEAD MENUJU CENTRAL PROCESSING PLANT. (Studi Kasus : Industri Pengolahan Gas Alam) ANALISIS PENILAIAN RISIKO PADA FLOWLINE JALUR PIPA GAS DARI WELLHEAD MENUJU CENTRAL PROCESSING PLANT (Studi Kasus : Industri Pengolahan Gas Alam) Doni Rahmawan 1*, Adi Wirawan Husodo 2, dan George Endri

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan salah satu masalah utama dalam dunia industri. Tentunya karena korosi menyebabkan kegagalan pada material yang berujung pada kerusakan pada peralatan

Lebih terperinci

Muhammad

Muhammad Oleh: Muhammad 707 100 058 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pembimbing: Ir. Muchtar Karokaro M.Sc Sutarsis ST, M.Sc Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menejemen Resiko Manajemen resiko adalah suatu proses komprehensif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan resiko yang ada dalam suatu kegiatan. Resiko

Lebih terperinci

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto IDENTIFIKASI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE HAZOP DAN FTA PADA DISTRIBUSI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PERTAMAX DAN PREMIUM (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS V SURABAYA) Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Lebih terperinci

Non Destructive Testing

Non Destructive Testing Prinsip dan Metode dari NDT dan Risk Based Inspeksi Non Destructive Testing Pengujian tak merusak (NDT) adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda/material untuk mengetahui adanya cacat,

Lebih terperinci

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( ) SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI Arif Rahman H (4305 100 064) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc 2. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Materi

Lebih terperinci

Tugas Akhir KL 40Z0 Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring BAB V PENUTUP

Tugas Akhir KL 40Z0 Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penilaian resiko dilakukan pada tiap zona yang sudah dispesifikasikan. Peta resiko menggunakan sistem skoring yang diperkenalkan oleh W Kent Muhlbauer dengan bukunya yang berjudul

Lebih terperinci

(Skenario Pada PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama)

(Skenario Pada PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama) PROGRES TA Teknik K3 Analisis Konsekuensi BLEVE pada Tangki LPG dengan Pendekatan Blast Effect Model, Thermal Radiation Effect Model, dan Fragment Effect Model (Skenario Pada PT. Trans Pasific Petrochemical

Lebih terperinci

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010) Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah sebuah power generator yang menggunakan panas bumi (geothermal) sebagai sumber energi penggeraknya. Indonesia dikaruniai

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581.

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581. STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581 Sovian Simatupang 1, Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA 2, Ir.Muchtar

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kontak terhadap bahaya menjadi lebih dekat. kegagalan dalam transportasi dan penyimpanan diantaranya kecelakaan truk yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kontak terhadap bahaya menjadi lebih dekat. kegagalan dalam transportasi dan penyimpanan diantaranya kecelakaan truk yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan pengiriman barang seperti barang komiditi, bahan kimia dan bahan berbahaya merupakan salah satu faktor pendukung perekonomian suatu negara. Transportasi barang

Lebih terperinci

STUDI HAZOP PADA SISTEM DISTRIBUSI BBM BERBASIS FUZZY LAYER OF PROTECTION ANALYSIS DI INSTALASI SURABAYA GROUP (ISG) PT. PERTAMINA TANJUNG PERAK

STUDI HAZOP PADA SISTEM DISTRIBUSI BBM BERBASIS FUZZY LAYER OF PROTECTION ANALYSIS DI INSTALASI SURABAYA GROUP (ISG) PT. PERTAMINA TANJUNG PERAK STUDI HAZOP PADA SISTEM DISTRIBUSI BBM BERBASIS FUZZY LAYER OF PROTECTION ANALYSIS DI INSTALASI SURABAYA GROUP (ISG) PT. PERTAMINA TANJUNG PERAK Nur Ulfa Hidayatullah, Ali Musyafa Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347) PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347) Fm : 01 I. RINGKASAN 1. PENGUSUL a. Nama : Kusuma Satya Perdana b. NRP : 4103 100 031 c. Semester / Tahun Ajaran : Genap, 2008 / 2009 d. Semester yg ditempuh : 12 (Dua Belas)

Lebih terperinci

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION Bab 4 RISK BASED UNDERWATER INSPECTION 4.1 Pendahuluan Dalam laporan tugas akhir ini area platform yang ditinjau berada di daerah laut jawa dimana pada area ini memiliki 211 platform yang diantaranya terdapat

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS 52 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Umum Pipa Kondisi umum pipa penyalur gas milik Salamander Energy yang digunakan sebagai studi kasus analisis resiko adalah sebagai berikut: Pipa penyalur ini merupakan

Lebih terperinci

(Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Oleh : Niki Nakula Nuri

(Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Oleh : Niki Nakula Nuri PENENTUAN SKENARIO DAN ANALISIS RESIKO KEGAGALAN PADA INSTALASI PENYIMPANAN GAS HIDROGEN DENGAN MENGGUNAKAN CHEMICAL PROCESS QUANTITATIVE RISK ANALYSIS (Studi Kasus PT. Samator Gas Gresik) Oleh : Niki

Lebih terperinci

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi 1 Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Muhammad S. Sholikhin, Imam Rochani, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,

Lebih terperinci

PENDEKATAN NUMERIK KAJIAN RESIKO KEGAGALAN STRUKTUR SUBSEA PIPELINES PADA DAERAH FREE-SPAN

PENDEKATAN NUMERIK KAJIAN RESIKO KEGAGALAN STRUKTUR SUBSEA PIPELINES PADA DAERAH FREE-SPAN PENDEKATAN NUMERIK KAJIAN RESIKO KEGAGALAN STRUKTUR SUBSEA PIPELINES PADA DAERAH FREE-SPAN Ahmad Syafiul Mujahid 1), Ketut Buda Artana 2, dan Kriyo Sambodo 2) 1) Jurusan Teknik Sistem dan Pengendalian

Lebih terperinci

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN MULAI STUDI LITERATUR DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector DATA NON LAPANGAN : -Data Dimensi Anode -Data Harga Anode DESAIN MATERIAL ANODE DESAIN TIPE ANODE Perhitungan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil yang terdiri atas gas dan minyak bumi masih menjadi kebutuhan pokok yang belum tergantikan sebagai sumber energi dalam semua industri proses. Seiring

Lebih terperinci

Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator

Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-89 Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator Moamar Al Qathafi dan

Lebih terperinci

QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM

QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Reza Hadyansyah

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal Andri Kurniawan 1, Mardi Santoso 2, Mey Rohma Dhani 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISA BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA STORAGE TANK BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PREMIUM DENGAN METODE DOW S FIRE AND EXPLOSION INDEX

ANALISA BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA STORAGE TANK BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PREMIUM DENGAN METODE DOW S FIRE AND EXPLOSION INDEX ANALISA BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA STORAGE TANK BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PREMIUM DENGAN METODE DOW S FIRE AND EXPLOSION INDEX (Studi Kasus :PT. PERTAMINA (persero) UPMS V, SURABAYA) Oleh :

Lebih terperinci

Analisa Konsekuensi. Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat :

Analisa Konsekuensi. Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat : Metodologi Metodologi Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat : Berat molekular : 100 Berat jenis ( lb/ft3) : 42.7 Titik didih normal ( NBP ) (f)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Kategorisasi Risiko Pada penelitian kali ini didapatkan hasil berupa nilai kategorisasi risiko pada bagian ini akan membahas tentang hasil dari risiko pipa Kurau dan Separator

Lebih terperinci

Muhammad (NRP )

Muhammad (NRP ) IMPLEMENTASI RISK ASSESSMENT PADA PIPELINE GAS JALUR BADAK - BONTANG Muhammad (NRP. 2707100058) Dosen Pembimbing : Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. ; Sutarsis, ST. M.Sc., Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN

Lebih terperinci

RISK BASED MAINTENANCE (RBM) UNTUK NATURAL GAS PIPELINE PADA PERUSAHAAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI AHP-INDEX MODEL

RISK BASED MAINTENANCE (RBM) UNTUK NATURAL GAS PIPELINE PADA PERUSAHAAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI AHP-INDEX MODEL RISK BASED MAINTENANCE (RBM) UNTUK NATURAL GAS PIPELINE PADA PERUSAHAAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI AHP-INDEX MODEL Darmapala* dan Moses L. Singgih Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Zulkifli A. Yusuf Dosen Program Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION)

ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION) ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION) Z. A. H. Lubis 1 ; D. M. Rosyid 2 ; H. Ikhwani 3 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, ITS-Surabaya

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED INSPECTION (RBI) UNTUK PERENCANAAN BIAYA REPARASI KAPAL

STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED INSPECTION (RBI) UNTUK PERENCANAAN BIAYA REPARASI KAPAL 1 STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED INSPECTION (RBI) UNTUK PERENCANAAN BIAYA REPARASI KAPAL Laksyardo Wisnu Baroto, Ir. Triwilaswandio W.P., MSc Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD)

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisa Klasifikasi Awal 4.1.1 Analisa Ruang Lingkup RBI Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditentukan di awal bahwa penelitian ini akan dilaksanakan pada suatu stasiun pengolahan

Lebih terperinci

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH PENILAIAN KELAYAKAN PAKAI (FFS ASSESSMENTS) DENGAN METODE REMAINING WALL THICKNESS PADA PIPING SYSTEM DI FLOW SECTION DAN COMPRESSION SECTION FASILITAS PRODUKSI LEPAS PANTAI M2 SKRIPSI OLEH PURBADI PUTRANTO

Lebih terperinci

APLIKASI FORMAL SAFETY ASSESSMENT (FSA) UNTUK PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN PADA HELIPAD FSO: STUDI KASUS FSO KAKAP NATUNA

APLIKASI FORMAL SAFETY ASSESSMENT (FSA) UNTUK PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN PADA HELIPAD FSO: STUDI KASUS FSO KAKAP NATUNA APLIKASI FORMAL SAFETY ASSESSMENT (FSA) UNTUK PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN PADA HELIPAD FSO: STUDI KASUS FSO KAKAP NATUNA JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI Page 1 of 7 KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga Pada bab ini dianalisis pengaruh dari variasi parameter kondisi pipeline terhadap kategori resiko pipeline. Dengan berbagai macam parameter

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Analisa Peletakan Booster Pump pada Onshore Pipeline JOB PPEJ (Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java) Debrina

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak

Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak Bagus Indrajaya, Daniel M. Rosyid, dan Hasan Ikhwani Jurusan Teknik Kelautan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010 UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010 ANALISA RISIKO TERHADAP PIPA GAS BAWAH LAUT KODECO AKIBAT SCOURING SEDIMEN DASAR LAUT OLEH : REZHA RUBBYANTO 4306.100.026 DOSEN PEMBIMBING : 1. Dr. Ir. Wahyudi, M. Sc

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, [Home] KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Risk Based Design Receiving Terminal LNG di Teluk Benoa Bali

Risk Based Design Receiving Terminal LNG di Teluk Benoa Bali Presentasi Tugas Akhir (P3) Risk Based Design Receiving Terminal LNG di Teluk Benoa Bali Oleh : Rendy Maulana 4206 100 003 Pembimbing : Prof Dr. Ketut Buda Artana, ST, MSc M.Sc AAB. Dinariyana DP, ST,

Lebih terperinci

Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri

Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri Adhi Sudrajat 1*, Adhi Setiawan 2, dan Nora Amelia Novitrie 3 1,2,3 Program studi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.3 Pemodelan pada Caesar 5.1 Pembuatan model dengan variasi tersebut langsung dibuat pada Caesar 5.1 mengingat bentuk yang ada adalah pipeline. 1. Pemodelan Hal-hal yang diperlukan dalam pemodelan pipeline

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History BAB V ANALISIS 5.1 Analisis History Seperti telah diuraikan di Bab III bahwa hasil perkiraan tingkat risiko yang dijadikan dasar untuk membuat Corrosion Mapping disandingkan dengan data historis yang dapat

Lebih terperinci

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT. Hazard Identification Pengalaman menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri migas sebagai industry bergerak dalam produksi minyak bumi atau gas alam memiliki sebuah system dalam distribusi produk mereka setelah diambil dari sumur bor

Lebih terperinci

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN

Lebih terperinci

Kata Kunci Desain dasar, risiko, terminal penerima LNG, Fuzzy

Kata Kunci Desain dasar, risiko, terminal penerima LNG, Fuzzy 1 Desain Dasar Terminal Penerima LNG Berbasis Risiko dengan Metode Fuzzy Studi Kasus: Terminal Penerima LNG di Celukan Bawang, Bali Simon Robianto Wijaya, M. Badruz Zaman dan Ketut Buda Artana Jurusan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP. 2411 105 002 Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP. 1971070219988021001 LATAR BELAKANG Kegagalan dalam pengoperasian yang berdampak pada lingkungan sekitar Pengoperasian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: E-33

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: E-33 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 E-33 Model Perancangan Konseptual Armada Supply Vessel untuk Mendukung Operasi Rig dan Offshore Platform (Studi Kasus : Wilayah Lepas Pantai Utara

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE AKIBAT PENGARUH BEBAN ARUS DAN GELOMBANG LAUT DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA *Felix Wahyu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA)

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) O l e h : D eb r i n a A l f i t r i Ke n t a n i a 4 3 1 0 1 0 0 0 7 9 D o s e n Pe

Lebih terperinci

Penilaian Risiko Kebakaran Pada FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading)

Penilaian Risiko Kebakaran Pada FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading) 1 Penilaian Risiko Kebakaran Pada FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading) Guntur Rhoma Dony, Trika Pitana, AAB Dinariyana DP Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Model Perancangan Konseptual Armada untuk Mendukung Operasi Rig dan Offshore Platform (Studi Kasus : Wilayah Lepas Pantai Utara Jawa Timur) Achmad Farid,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV. 1 PERHITUNGAN CORROSION RATE PIPA Berdasarkan Corrosion Rate Qualitative Criteria (NACE RP0775-99), terdapat empat (4) tingkat laju korosi (hilangnya ketebalan per mm/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK disegala kebutuhannya, IPTEK berkembang dengan pesat hampir di seluruh negara. Dari negara maju sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KE-2, KE-5, KE-6, KE-30, KE-23, KE-40, KE-32, KE-38A, PHE-38B, PHE-54,

BAB I PENDAHULUAN KE-2, KE-5, KE-6, KE-30, KE-23, KE-40, KE-32, KE-38A, PHE-38B, PHE-54, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PT. PHE WMO) merupakan anak perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi (PT. PHE) dengan lokasi wilayah kerja di lepas

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN

Lebih terperinci

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Materi Sebelum UTS Overview konsep hazard, risk dan control

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pipa penyalur (pipeline) merupakan sarana yang banyak digunakan untuk mentransmisikan fluida pada industri minyak dan gas (migas). Penggunaannya cukup beragam, antara

Lebih terperinci

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) Untuk Perencanaan Biaya Reparasi Kapal

Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) Untuk Perencanaan Biaya Reparasi Kapal Studi Implementasi Risk Based Inspection (RBI) Untuk Perencanaan Biaya Reparasi Kapal Oleh : Laksyardo Wisnu Baroto 4108100043 Dosen Pembimbing : Ir. Triwilaswandio W.P.,M.Sc. Pendahulan Latar Belakang

Lebih terperinci

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung ds.erni@rocketmail.com ABSTRAK Biaya perawatan (maintenance cost) aset

Lebih terperinci

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas Di dalam proses produksi migas (minyak dan gas), ada beberapa kejadiaan merugikan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam keselamatan. Jika tidak ditangani dengan baik, kejadian tersebut bisa mengarah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Identifikasi Bahaya

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Identifikasi Bahaya BAB III METODOLOGI 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Pengumpulan Data Primer Pengamatan terhadap proses dan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia di seluruh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak bumi adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia di seluruh dunia. Sebagian besar industri di dunia menggunakan peralatan produksi dengan bahan bakar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi dan distribusi gas bumi, penggunaan jaringan pipa merupakan

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE PADA JARINGAN PIPA TRANSPORTASI MIGAS MILIK JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN DENGAN BERBASIS KEANDALAN S. M. Yusuf 1, D. M. Rosyid 2, H.

Lebih terperinci

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK ) MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK ) Yasmi Afrizal Dosen Jurusan Manajemen Informatika Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Tingkat kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu produktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang mengenai tema yang akan dibahas, perumusan masalahnya, pertanyaan apa saja yang menjadi acuan dalam melakukan penilaian, tujuan yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI

Lebih terperinci

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK Erinofiardi, Ahmad Fauzan Suryono, Arno Abdillah Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman Kandang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KOROSI BERBASIS RISIKO PADA PIPA PENYALUR GAS

MANAJEMEN KOROSI BERBASIS RISIKO PADA PIPA PENYALUR GAS MANAJEMEN KOROSI BERBASIS RISIKO PADA PIPA PENYALUR GAS Yomimas P Pradana 1, Daniel M Rosyid 2, Joswan J Soedjono 2 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, FTK ITS, Surabaya 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak

Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak Oleh : Bagus Indrajaya 4309 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D.,M.RINA Ir. Hasan Ikhwani, M. Sc. Outline Pendahuluan

Lebih terperinci

O L E H : A B I S A R W A N S A T Y A W E N D A ( )

O L E H : A B I S A R W A N S A T Y A W E N D A ( ) PENGEMBANGAN DOKUMEN AWARENESS AND PREPAREDNESS FOR EMERGENCIES AT LOCAL LEVEL (APELL) DALAM MENGANTISIPASI LEDAKAN DI PERTAMBANGAN EXXON MOBIL YANG BERTEMPAT DI BLOK CEPU O L E H : A B I S A R W A N S

Lebih terperinci

KURIKULUM 2014 DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN FTK - ITS

KURIKULUM 2014 DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN FTK - ITS KURIKULUM 2014 DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN FTK - ITS Semester 1 SF141201 Fisika Dasar I 4 Basic Physics I SM141203 Kalkulus I 3 Calculus I MN141211 Menggambar Teknik dan Pengantar CAD 3 Engineering Drawing

Lebih terperinci