2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar"

Transkripsi

1 5 2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia (Sadirman 2004). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2008 tentang Guru, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru SD adalah profesi yang secara formal mendapat tugas utama mengajar dan mendidik siswa SD, di sekolah formal baik negeri maupun swasta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa kualifikasi akademik pendidikan untuk guru SD/MI minimal adalah S1 dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi serta sertifikat profesi guru untuk SD/MI. Namun ternyata kondisi pendidikan guru SD di Kota dan Kabupaten Bogor masih belum menunjukkan seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari persentase jumlah guru SD yang belum S1 di Kota dan Kabupaten Bogor mencapai 79.3% dan 82.6% (Hardini 2008). Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar Tujuan pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya dan akan tercapai jika prosesnya komunikatif. Pengetahuan yang diperoleh akan didapat manfaat lebih apabila sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar siswa didik mengubah perilaku konsumsi gizi menuju ke perilaku yang lebih baik (Khomsan 2000). Dalam pendidikan gizi yang diberikan harus diperhatikan isi dari materi yang akan disampaikan sehingga mudah dipraktekkan, karena perbedaan cara penyampaian informasi yang sama oleh satu orang dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh siswa didik. Masalah gizi kurang dan gizi lebih yang terjadi dapat diatasi dengan upaya pendidikan atau penyuluhan gizi. Salah satu usaha ini sangat penting untuk dilakukan dengan harapan orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi (Suhardjo 2003). Pendidikan gizi merupakan hal yang penting dan harus dimasukkan sebagai bagian dari kebijakan gizi dalam pembangunan nasional. Pendidikan gizi harus menjadi bagian integral dari pendidikan formal mulai dari SD, Sekolah Menengah sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan gizi di sekolah mempunyai beberapa keuntungan antara lain siswa-siswa mempunyai pikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa, dan pengetahuan yang diterima dapat merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya. Di tingkat sekolah dasar, pendidikan gizi sebaiknya ditujukan agar siswa dapat memilih dan menikmati beragam makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa secara baik dan

2 6 sehat. Guru dapat mengetahui keadaan gizi siswa dengan mengukur berat badan dan tinggi badan, menanyakan konsumsi pangannya di rumah, kebiasaan makan sebelum ke sekolah, apakah suka jajan, apakah sudah biasa makan sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelajaran tentang gizi (Suhardjo 2003). Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan bahan makanan sehingga konsumsi makanan dapat tercukupi (Khomsan 2000). Tingkat pengetahuan gizi dapat dilihat dari skor beberapa pertanyaan yang berbentuk multiple choice. Selanjutnya tingkat pengetahuan gizi dikategorikan dengan menetapkan cut of point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60%). Memiliki pengetahuan gizi tidak berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya. Walaupun seseorang paham tentang protein, karbohidrat, vitamin dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk keseimbangan diit tetapi tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan gizi ini dalam kehidupan sehari-hari (Khomsan 2000). Oleh karena itu, pemahaman terhadap latar belakang guru sebelum melakukan intervensi pendidikan gizi penting untuk dipelajari. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi selain dari pendidikan formal juga dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Hasil penelitian Patriasih (2005) mengungkapkan bahwa lebih dari setengah (66.7%) manula di panti werdha Kota Bandung mendapatkan informasi mengenai gizi dan kesehatan dari televisi, penyuluhan (65.7%), teman dan saudara (52.2%), serta melalui bacaan (23.3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Megasari (2006) yang menyatakan bahwa guru memperoleh pengetahuan terkait gizi dari bacaan seperti koran atau majalah (20.1%) dan televisi (17.3%). Pengetahuan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan dapat diintegrasikan pada mata pelajaran yang relevan di dalam kurikulum dan/atau pada kegiatan ekstrakurikuler (DepKes RI 2005). Pada tingkat SD, pengetahuan gizi dapat ditemukan pada beberapa mata pelajaran seperti Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama Islam (PAI), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata pelajaran yang terkait dengan gizi adalah mata pelajaran IPA yaitu sebanyak 69.7% yang secara umum terdapat dua bab yang membahas materi berkaitan dengan gizi seimbang. Kedua bab tersebut adalah Bab Pencernaan Makanan pada Manusia serta Bab Hubungan Makanan dan Kesehatan. Kemudian mata pelajaran Penjaskes sebanyak 21.2%, sedangkan sebanyak 9.1% mata pelajaran yang terkait gizi adalah mata pelajaran lainnya seperti Fiqih, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan Bahasa Indonesia (Atmaja 2010). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan pada sasaran guru telah diteliti oleh beberapa peneliti. Penelitian Atmaja (2010) menyatakan bahwa sebanyak 75% guru pada saat pre test memiliki pengetahuan gizi mengenai gizi seimbang pada

3 pada kategori kurang, sedangkan pada saat post test terjadi peningkatan ke arah lebih baik; tidak ada lagi guru yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang setelah dilakukan pelatihan tentang materi gizi seimbang. Fitriyanti (2009) yang melakukan penelitian terkait perilaku gizi dan keamanan pangan guru secara umum menyatakan bahwa lebih dari separuh guru (52.9%) memiliki tingkat pengetahuan terkait gizi dan keamanan pangan dengan kategori sedang dan 42.6% guru memiliki tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan kategori kurang. Hal ini memberikan gambaran bahwa perlu adanya upaya peningkatan mutu guru dalam hal pengetahuan gizi dan keamanan pangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melalui suatu kegiatan intervensi pendidikan gizi dan keamanan pangan. Intervensi tersebut tidak hanya berupa pemberian materi tambahan kepada guru akan tetapi juga berupa pelatihan metode penyampaian materi gizi dan keamanan pangan yang efektif. Sikap Gizi dan Keamanan Pangan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo 2003). Sikap merupakan tingkat keyakinan atau pendapat seseorang tentang hal-hal yang berhubungan dengan informasi yang diperoleh, pengalaman dan perilaku. Sikap terdiri dari berbagai tindakan seperti menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan cara menanyakan pendapat atau pernyataan seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo 2007). Sikap gizi dan keamanan pangan merupakan suatu respon evaluatif berupa respon positif atau respon negatif terhadap gizi dan keamanan pangan. Penelitian Anderson et al. (2004) di Skotlandia mengenai dampak intervensi pendidikan gizi di sekolah dasar terhadap asupan makanan serta variabel pengetahuan dan sikap terkait dengan buah dan sayur menunjukkan peningkatan terhadap pengetahuannya, sedangkan pada sikap terjadi penurunan preferensi terhadap makanan atau minuman tinggi lemak dan gula. Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan gizi yang diberikan mempengaruhi sikap gizi sehingga siswa SD lebih memilih untuk mengonsumsi makanan sehat dibandingkan makanan tinggi lemak dan gula. Sedangkan penelitian pada level guru menyatakan sebanyak 64.7% memiliki sikap netral terhadap gizi dan keamanan pangan dan tidak ada guru yang memiliki sikap negatif, hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan yang benar akan memberikan sikap yang positif terhadap gizi dan keamanan pangan (Fitriyanti 2009). Sejalan dengan penelitian Patriasih (2005) yang menunjukkan hasil bahwa pengetahuan gizi yang baik (67.8%) diikuti dengan sikap yang baik pula (58.9%). Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Setelah seseorang mengetahui stimulus atau rangsangan yang ada, maka orang tersebut akan mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, sehingga proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa praktek merupakan respon seseorang terhadap suatu rangsangan 7

4 8 (stimulus). Respon atau reaksi ada yang bersifat pasif (pengetahuan, persepsi sikap) dan bersifat aktif (tindakan nyata atau praktek). Praktek gizi dan keamanan pangan merupakan suatu tindakan atau kegiatan seseorang dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan pemeliharaan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan makan dan kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat. Praktek gizi dan keamanan pangan memiliki beberapa tingkatan diantaranya yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Persepsi terhadap gizi dan keamanan pangan ini terkait dengan pemilihan dan pengenalan mengenai gizi dan keamanan pangan yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil. Respon terpimpin berhubungan dengan tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dalam mengonsumsi makanan bergizi, mengolahnya maupun memperhatikan keamanannya, sedangkan mekanisme diartikan sebagai tindakan yang secara otomatis dilakukan tanpa menunggu adanya perintah dan adopsi merupakan tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran praktek tersebut seperti seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo 2007). Praktek gizi dan keamanan pangan yang diteliti oleh Fitriyanti (2009) memberikan gambaran sebanyak 77,9% guru memiliki praktek terkait gizi dan keamanan pangan yang cukup. Praktek gizi yang paling banyak dilakukan dengan tepat adalah pada praktek penggunaan garam di rumah yaitu sebanyak 98,5% guru menggunakan garam beryodium. Sedangkan praktek keamanan pangan yang paling banyak dilakukan dengan tepat adalah praktek pembelian makanan yang aman. di sekolah guru yang tidak membawa makanan dari rumah akan membeli makanan atau jajanan di sekitar sekolah, seperti pada penelitian Octaviana (2011) yang menyatakan bahwa kadang-kadang sebanyak 100% guru membeli jajanan seperti mie, bakso, 80% guru membeli snack, gorengan, dan sebanyak 40% guru suka membeli dan mengkonsumsi jajanan es sirup, minuman kemasan, permen. Persepsi Guru pada Media Pendidikan Gizi Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins, Stephen P 2007). Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik diharapkan mampu untuk menilai media pendidikan gizi yang diberikan untuk dapat dipahami oleh isinya oleh peserta didik. Media dalam pendidikan gizi merupakan alat bantu yang memiliki fungsi untuk mempermudah penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan dalam kegiatan pendidikan gizi. Khomsan (2000) menggolongkan tiga jenis media sebagai berikut: 1.Audio aids yaitu alat peraga yang didengar (berupa suara); 2.Visual aids yaitu alat peraga yang dilihat (berupa gambar, foto, benda); 3.Audio visual aids yaitu alat peraga yang bisa dilihat da didengar (kombinasi gambar dan suara), berupa siaran televisi, film, slide and sound, dan sebagainya.

5 Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Media yang digunakan dalam menyampaikan materi pendidikan gizi berupa modul, leaflet, poster, booklet, flipchart. Penelitian penggunaan media dalam pendidikan gizi masih tergolong jarang. Salah satu penelitian yang dilakukan terkait penggunaan media dalam pendidikan gizi adalah penelitian Ikada (2010), yang melakukan penelitian terhadap pengaruh buku cerita bergambar terhadap pengetahuan gizi siswa SD Ciriung 02 Cibinong, memberikan hasil yang positif. Pengetahuan gizi siswa secara signifikan bertambah setelah dilakukan pendidikan gizi menggunakan media buku cerita bergambar. Modul Pendidikan Gizi Modul adalah suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk self- instruction, artinya bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain (Depdiknas 2002). Modul pendidikan gizi disusun dengan tema Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar. Ukuran kertas yang digunakan A5 (14.8 cm x 21 cm) dengan font size 16 jenis tulisan times new roman. Materi yang terdapat pada modul yaitu Peranan Pangan dan Gizi, Gizi dan Kesehatan untuk Anak Sekolah, Keamanan Pangan, Peranan Kantin Sehat. Uraian materi peranan pangan dan gizi mencakup definisi pangan, zat-zat gizi dalam pangan, fungsi gizi bagi tubuh dan masalah gizi pada siswa SD. Materi Gizi dan Kesehatan untuk anak sekolah terdiri dari perhitungan IMT, AKG anak usia sekolah, dan contoh menu untuk siswa SD. Materi keamanan pangan terdiri dari uraian materi tentang analisis bahaya pada pangan dan lima kunci untuk keamanan pangan. Materi terakhir berisi uraian materi terkait dengan fungsi kantin dan jenis-jenis makanan yang dijual dikantin. Leaflet Pendidikan Gizi Leaflet atau handout merupakan secarik kertas berukuran kecil, berisi suatu informasi atau inovasi, bisa dicetak atau ditulis tangan dan disertai gambargambar sederhana, biasanya dibuat dalam jumlah yang besar (Khomsan 2000). Ukuran leaflet kurang dari 20 x 30 cm, sehingga mudah dibawa-bawa. Pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terlalu banyak dan terlalu penuh dengan gambar sehingga dapat membingungkan guru. Kata-kata yang dipilih harus jelas dan gambar-gambarnya sederhana. Media berbentuk selembar kertas ini pada umumnya lebih banyak tulisan pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa. Pada umumnya kertas yang digunakan berukuran A4 yang dilipat menjadi tiga bagian. Media ini berisikan suatu gagasan secara langsung ke pokok persoalannya dan memaparkan cara melakukan tindakan secara pendek dan lugas. Media ini banyak ditemui bersifat memberikan langkah-langkah untuk melakukan sesuatu (instruksional). Leaflet sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat dan padat (BPTP 2011). 9

6 10 Leaflet pendidikan gizi dibuat berukuran letters (21.59 cm x cm), tulisan book antiqua dengan font size Tema leaflet yaitu mengenai Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah dan Jajanan Sehat dan Bergizi. Leaflet Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah terdiri dari materi 11 pesan dasar gizi seimbang, contoh menu seimbang, pengertian AUS, masalah gizi AUS dan 10 tanda umum anak bergizi baik, sedangkan Leaflet Jajanan Sehat dan Bergizi terdiri dari materi cara memilih jajanan yang sehat dan bergizi, pengertian jajanan, macammacam makanan dan minuman jajanan sehat dan bergizi, serta membawa bekal ke sekolah. Poster Pendidikan Gizi Poster ialah selembar kertas yang biasanya berukuran normal (38 x 50 cm) dan besar (50 x 75 cm) dengan tulisan yang besar agar mudah terbaca dalam jarak kurang lebih 3 m (Khomsan 2000). Poster yang baik akan segera menarik perhatian sasaran. Dengan melihat secara sekilas pesan-pesan sederhana yang tertulis di dalam poster, sasaran sudah dapat memahami maksudnya. Kata-kata yang digunakan tidak lebih dari tujuh kata dan langsung pada ide atau materi pokoknya. Poster bertujuan mengajak atau membujuk sasaran untuk melakukan sesuatu, untuk itu poster harus dapat menarik perhatian baik dari ukuran yang besar dan jelas terlihat, warna-warni menarik, pemilihan kata-kata proaktif sehingga memaksa orang berhenti untuk membacanya karena penasaran, menimbulkan keingintahuan. Poster Gizi dan Keamanan Makanan dibuat dengan mengacu kepada temuan atau fakta yang sering terjadi di lingkungan sekitar. Poster gizi menampilkan contoh gambar anak kurang gizi beserta isi pesan akibat kurang gizi pada anak sekolah: 1. Tubuh lemas tak bertenaga; 2. Sulit berpikir dengan jernih; 3. Mudah sakit; 4. Pertumbuhan tubuh terhambat; 5. Prestasi menurun. Gambar lainnya terdapat gambar siswa SD yang sedang tekun mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pesan yang disampaikan tentang 10 tanda umum bergizi baik: 1.Tambah umur badan tinggi; 2.Postur tegak otot padat; 3.Rambut kuat berkilau; 4.Kulit bersih tak pucat 5. Wajah ceria mata bening; 6. Gigi bersih gusi merah muda; 7. Nafsu makan baik pencernaan baik; 8. Bergerak aktif bicara sesuai umur; 9. Penuh perhatian dan 10. Tidur selalu nyenyak. Poster tentang Keamanan Makanan berisi pesan-pesan dengan judul makanlah makanan yang aman bagi kesehatan: 1. Pilihlah makanan yang baru dimasak atau masih segar; 2. Pilih makanan yang dikemas (dibungkus) atau disajikan tertutup; 3. Pilih makanan yang tidak dihinggapi lalat; 4. Pilih makanan yang warnanya tidak terlalu mencolok, rasanya tidak terlalu manis atau terlalu gurih, 5. Pilih makanan yang djual diwarung yang keadaannya bersih (terletak jauh dari tempat pembuangan sampah, air limbah, got dan jalan raya); 6. Pilih makanan yang tidak dicemari debu dan tidak ditempeli kotoran lain. Poster Lima Kunci untuk Keamanan Pangan merupakan poster yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO) dengan isi pesan: 1. Jagalah kebersihan; 2. Pisahkan pangan mentah dari pangan matang; 3. Masaklah dengan benar; 4. Jagalah pangan pada suhu aman; 5. Gunakan air dan bahan baku yang aman, dan poster Sarapan Pagi diterbitkan oleh Departemen Kesehatan berupa gambar siswa SD dan siswa SMP yang sedang minum susu dan sarapan nasi dan

7 ayam goreng dengan isi pesan Sarapan penting untuk menunjang aktivitas di sekolah. Booklet Pendidikan Gizi Booklet adalah sekumpulan leaflet yang tidak lebih dari 20 halaman dan ukurannya tidak lebih dari 20 x 13 cm, disertai dengan gambar dan foto-foto sederhana. Anatara halaman per halaman masih terjalin hubungan cerita atau materi. Biasanya booklet ini dibuat secara profesional sehingga biaya pembuatannya mahal dengan penampakan yang bagus (Khomsan 2000). Booklet tentang Menuju Kantin Sehat di Sekolah diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani yang bekerjasama dengan SEAFAST Center- LPPM IPB. Jenis tulisan yang digunakan pada media booklet yaitu Arial narrow font size 14 letters (21.59 cm x cm). Materi booklet terdiri dari: 1.Pangan sehat dan aman untuk anak sekolah; 2.Pangan beragam dan bergizi seimbang; 3.Peranan kantin sekolah; 4.Keamanan pangan dan pengendaliannya; 5.Penyediaan pangan sehat dan aman di kantin sekolah; 6. Sarana dan prasarana kantin sehat; 7. Menuju kantin sehat di sekolah; dan 8. Pengawasan kantin sekolah. Flip Chart Pendidikan Gizi Flip chart adalah kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran. Bahan flip chart biasanya kertas ukuran plano yang mudah dibuka-buka, mudah ditulisi, dan berwarna cerah. Untuk daya tarik, flip chart dapat dicetak dengan aneka warna dan variasi desainnya (Suyatno 2008). Flip chart bertemakan tentang Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat berasal dari Departemen Kesehatan bagian Pusat Promosi Kesehatan tahun Materi yang terdapat pada flip chart lebih beragam diantaranya keamanan makanan jajanan, cara pencegahan terhadap nyamuk yang menyebabkan demam berdarah, cara mencuci tangan, waktu yang tepat untuk mencuci tangan, dan sebagainya. 11

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh

4 METODE. Desain, Tempat dan Waktu. Teknik Penarikan Contoh 15 4 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar SDN Lawanggintung 01 SDN Lawanggintung 01 terletak di Jalan Lawanggintung No. 22 Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah melalui Indonesia Sehat 2010 dengan fokus

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :...

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :... NO. RESPONDEN KUISIONER PENELITIAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :.... Sekolah/Kelas :.... Jenis Kelamin : L / P Umur :.... Pekerjaan Orang tua :.... 4. Apakah adik-adik sarapan sebelum berangkat ke

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR PADA MEDIA PENDIDIKAN GIZI TERKAIT PERILAKU GIZI DAN KEAMANAN PANGAN WITA MAULIDA

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR PADA MEDIA PENDIDIKAN GIZI TERKAIT PERILAKU GIZI DAN KEAMANAN PANGAN WITA MAULIDA PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR PADA MEDIA PENDIDIKAN GIZI TERKAIT PERILAKU GIZI DAN KEAMANAN PANGAN WITA MAULIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas bangsa yang akan datang sangat tergantung dengan kualitas anak-anak saat ini, salah satunya yaitu anak sekolah. Upaya peningkatan kualitas anak sekolah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sangat beragam jenisnya dan berkembang pesat di Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam tubuh yaitu berkisar antara 10-20%.

Lebih terperinci

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : KUESIONER SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : 4. Nama Kepala Sekolah : 5. Status Sekolah : Negeri / Swasta * 6. Status Akreditasi Sekolah : 7. Jumlah Murid Seluruh Kelas : Laki-laki

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu bidang pengajaran pendidikan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa ini banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi waktu : SD ALAM PACITAN : IPA : V (Lima) : 1 (Satu) : 4 JP (2 x TM) I. STANDAR KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak sekolah Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sekolah Dasar yang diteliti Jumlah SD yang diteliti pada data sekunder Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 008 yaitu sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di mana ketika masalah gizi kurang masih belum dapat teratasi, masalah gizi lebih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pangan merupakan salah satu kebutuhan primer, selain sandang dan papan. Oleh karena itu manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei. Penelitian ini mengkaji penerapan kebijakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Umur dan Jenis Kelamin HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 62 orang, terdiri dari siswa laki-laki yaitu 34 orang dan siswa perempuan yaitu 28 orang. Umur siswa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo, BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan difokuskan untuk menjawab permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah adalah investasi bangsa dan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun memiliki fisik lebih kuat dibandingkan dengan balita, memiliki sifat indifidual yang aktif, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan

Lebih terperinci

Oktavia Candra Susanti, Eni Purwani. Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura ABSTRAK

Oktavia Candra Susanti, Eni Purwani. Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN CERGAM DI SMP NEGERI 1 KEBAKRAMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah individu yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan proses perubahan perilaku, sikap, ataupun fisik dari masa anak ke masa dewasa (Depkes, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan sebuah bangsa dalam memajukan pembangunan di segala bidang adalah salah satu wujud dari tercapainya bangsa yang maju dan mandiri. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah utama dibidang pangan dan gizi di Indonesia. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 ditegaskan bahwa salah

Lebih terperinci

Lampiran VI. Modul METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN SARAPAN PAGI

Lampiran VI. Modul METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN SARAPAN PAGI Lampiran VI Modul METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN SARAPAN PAGI Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta 2015 DAFTAR ISI I. Pendahuluan II. Pendidikan Gizi

Lebih terperinci

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Berdasarkan PP no.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pangan dapat di kategorikan : PANGAN SEGAR Pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies nyamuk Aedes Aigepty. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar (SD), anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menjadi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menjadi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena anak usia tersebut akan menjadi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal tergantung pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 usia minumum yaitu 127 bulan dan maximum yaitu 161 bulan. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan segala kegiatan sehari-hari, manusia memerlukan energi yang diperoleh dari asupan makanan dan minuman, selain itu asupan makan dan minuman menjadi

Lebih terperinci

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi Makanan disekolah Lilis Nuraida dan Purwiyatno Hariyadi SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor PENDAHULUAN Kualitas SDM yang baik merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : KUESIONER SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : 4. Nama Kepala Sekolah : 5. Status Sekolah : Negeri / Swasta * 6. Status Akreditasi Sekolah : 7. Jumlah Murid Seluruh Kelas : Laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan berupa penganan kudapan.makanan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak orang, termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia sekolah merupakan

Lebih terperinci

CERDAS PILiH MAKANAN

CERDAS PILiH MAKANAN CERDAS PILiH MAKANAN Mari kita mengenal 5 kunci keamanan makanan. 5 kunci keamanan pangan terdiri dari : 1 Kenali pangan yang aman 1. Aman dari pencemaran biologis 2. Aman dari pencemaran kimia 3. Aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : MUHAMMAD SIGIT PRASETYO J 300 101 019

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar gemar sekali jajan dan pada umumnya anak sekolah sudah dapat menentukan makanan apa yang mereka sukai dan mana yang tidak. Bahkan tidak jarang

Lebih terperinci

Peristiwa di Sekitarku

Peristiwa di Sekitarku 6 Peristiwa di Sekitarku Tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi berlalu begitu saja. Peristiwa itu tetap menjadi bahan renungan untuk dipahami agar kamu lebih baik lagi dalam mencari ilmu pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Asupan nutrisi yang tidak seimbang akan mengakibatkan anak kependekan, kekurusan, maupun kegemukan. Anggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini jenis pangan jajanan kian beragam dan berkembang pesat di Kota Bandung. Pengertian jajan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah membeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa adalah suatu usaha yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah salah satu komponen kualitas manusia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar 5 TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Hurlock (1999) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang mempengaruhi kualitas hidup. Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa aktivitas

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung lemak tinggi seperti hamburger, ayam goreng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Sikap

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Sikap TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Periode pertengahan masa kanak-kanak, yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Walaupun pertumbuhan fisik anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi. Maka dari itu orang tua harus pandai pandai dalam memilih zat gizi pada anak

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi. Maka dari itu orang tua harus pandai pandai dalam memilih zat gizi pada anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan selama masa anak-anak berlangsung dengan kecepatan yang lebih lambat dari pada pertumbuhan bayi, akan tetapi kegiatan fisik pada tahap kehidupan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak usia sekolah dasar merupakan masa pertumbuhan yang baik sebagai awal perkembangan prestasi dan aset bangsa yang sangat berharga untuk pembangunan bangsa di masa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut UU Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan harganya

Lebih terperinci