BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis
|
|
- Sri Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Selama penelitian diambil sampel sebanyak 40 pasien di mana 20 pasien di antaranya kelompok kontrol diberi larutan salin isotonik dan 20 pasien yang lain kelompok perlakuan diberi larutan salin hipertonik. Perbaikan tingkat keluhan gejala klinis yang diukur dengan skor Visual Analogue Scale (VAS) diamati sebagai parameter untuk mengevaluasi hasil eksperimen. 1. Karakteristik Subjek Sebagian besar variabel yang dapat merancu hasil eksperimen sudah dikontrol melalui prosedur inklusi dan eksklusi. Variabel yang masih dapat menunjukkan heterogenitas sampel hanya karakteristik demografis yang meliputi usia dan jenis kelamin. Deskripsi usia dan jenis kelamin pasien dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Karakteristik Isotonik (n = 20) Hipertonik (n = 20) Usia (tahun) 1 35,95 10,40 39,15 11,87 0,370 Jenis Kelamin 2 Keterangan: Laki-laki Perempuan 11 (55,0) 9 (45,0) 8 (40,0) 12 (60,0) p 0,342 1 Usia dinyatakan dengan nilai mean SD dan diuji beda antara dua kelompok dengan independent samples t test. 2 Jenis kelamin dinyatakan dengan angka frekuensi (prosentase) dan diuji beda antara dua kelompok dengan chi square test.
2 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan karakteristik demografis antara kedua kelompok pasien. Usia kelompok yang diberi larutan salin isotonik (35,95 10,40 tahun) relatif lebih muda dibandingkan usia kelompok yang diberi larutan salin hipertonik (39,15 11,87 tahun). Meskipun begitu pengujian statistik menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0,370; p>0,05). Pada kelompok yang diberi larutan salin isotonik jumlah pasien laki-laki (55,0%) lebih banyak dibandingkan jumlah pasien perempuan (45,0%), sedangkan pada kelompok yang diberi larutan salin hipertonik jumlah pasien laki-laki (40,0%) lebih sedikit dibandingkan jumlah pasien perempuan (60,0%). Meskipun begitu pengujian statistik menunjukkan bahwa perbedaan distribusi tersebut tidak signifikan (p=0,342; p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik demografis pasien pada kedua kelompok eksperimen termasuk homogen. 2. Skor VAS pada Kelompok yang Diberi Larutan Salin Isotonik Ada 4 jenis gejala klinis yang dikeluhkan pasien yang diamati dalam penelitian ini yaitu hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah, dan gangguan penghidu. Tingkat keluhan gejala klinis dinyatakan dengan skor VAS yang dideskripsikan dengan nilai mean dan standar deviasi. Uji beda skor VAS antara sebelum dan sesudah pemberian larutan salin isotonik dilakukan dengan paired samples t test (apabila data memenuhi syarat normalitas) atau wilcoxon signed rank test (apabila data tidak memenuhi syarat normalitas). Deskripsi skor VAS sebelum dan sesudah pemberian larutan salin isotonik dapat dilihat pada tabel 4.2.
3 Tabel 4.2 Skor VAS Sebelum dan Sesudah Pemberian Larutan salin Isotonik Gejala Klinis Sebelum Terapi Sesudah Terapi p 1 Hidung tersumbat 4,80 2,07 3,60 1,82 < 0,001* Pilek 4,35 2,35 2,85 1,95 < 0,001* Nyeri wajah 4,20 2,28 3,30 2,03 < 0,001* Gangguan penghidu 2,05 2,33 1,60 1,79 0,007* Keterangan: 1 Uji beda pada keempat gejala klinis dilakukan dengan wilcoxon signed rank test karena data tidak memenuhi syarat normalitas berdasarkan uji shapirowilk (uji normalitas direkomendasikan untuk sampel < 50). * p < 0,05 artinya perbedaan signifikan. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor VAS keempat gejala klinis pada kelompok pasien yang diberi larutan salin isotonik mengalami penurunan dari sebelum ke sesudah terapi. Rata-rata skor VAS gejala hidung tersumbat menurun dari 4,80 menjadi 3,60 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). Rata-rata skor VAS gejala pilek menurun dari 4,35 menjadi 2,85 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). Rata-rata skor VAS gejala nyeri wajah menurun dari 4,20 menjadi 3,30 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). Rata-rata skor VAS gejala gangguan penghidu menurun dari 2,05 menjadi 1,60 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p = 0,007). Dengan demikian diketahui bahwa larutan salin isotonik terbukti efektif dapat menurunkan keluhan hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah, dan gangguan penghidu. 3. Skor VAS pada Kelompok yang Diberi Larutan Salin Hipertonik Sebagaimana pada kelompok pasien yang diberi larutan salin isotonik, prosedur dan rincian pengamatan serta analisis yang sama dilakukan pada kelompok pasien yang diberi larutan salin hipertonik. Deskripsi skor VAS
4 sebelum dan sesudah pemberian larutan salin hipertonik dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Skor VAS Sebelum dan Sesudah Pemberian Larutan Salin Hipertonik Gejala Klinis Sebelum Terapi Sesudah Terapi p 1 Hidung tersumbat 4,75 2,24 2,15 1,14 < 0,001* Pilek 4,75 2,02 1,95 0,89 < 0,001* Nyeri wajah 4,15 2,52 2,10 1,37 < 0,001* Gangguan penghidu 2,55 2,78 1,25 1,83 0,002* Keterangan: 1 Uji beda pada gejala klinis hidung tersumbat dan nyeri wajah dilakukan dengan paired samples t test karena data memenuhi syarat normalitas berdasarkan uji shapiro-wilk. Adapun uji beda pada gejala klinis pilek dan gangguan penghidu dilakukan dengan wilcoxon signed rank test karena data tidak memenuhi syarat normalitas. * p < 0,05 artinya perbedaan signifikan. Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa skor VAS keempat gejala klinis pada kelompok pasien yang diberi larutan hipertonik mengalami penurunan dari sebelum ke sesudah terapi. Rata-rata skor VAS gejala hidung tersumbat menurun dari 4,75 menjadi 2,15 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). Rata-rata skor VAS gejala pilek menurun dari 4,75 menjadi 1,95 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). Rata-rata skor VAS gejala nyeri wajah menurun dari 4,15 menjadi 2,10 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). Rata-rata skor VAS gejala gangguan penghidu menurun dari 2,55 menjadi 1,25 dan penurunan ini secara statistik dinyatakan signifikan (p = 0,002). Dengan demikian diketahui bahwa larutan salin hipertonik terbukti efektif dapat menurunkan keluhan hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah, dan gangguan penghidu.
5 4. Perbandingan Penurunan Skor VAS antara Kelompok yang Diberi Larutan Salin Isotonik dengan Hipertonik Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektifitas pengaruh larutan salin isotonik dan hipertonik dalam mengurangi keluhan pasien dilakukan perbandingan penurunan skor VAS antara kedua kelompok. Uji beda penurunan skor VAS antara kelompok pasien yang diberi larutan salin isotonik dengan kelompok pasien yang diberi larutan salin hipertonik dilakukan dengan independent samples t test (apabila data memenuhi syarat normalitas) atau mannwhitney test (apabila data tidak memenuhi syarat normalitas). Perbandingan penurunan skor VAS antara kedua kelompok pasien dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Perbandingan Penurunan Skor VAS antara Kelompok Pasien yang Diberi Larutan Salin Isotonik dengan Kelompok Pasien yang Diberi Larutan Salin Hipertonik Gejala Klinis Isotonik Hipertonik p 2 Hidung tersumbat 1,20 0,70 2,60 1,31 < 0,001* Pilek 1,50 0,76 2,80 1,36 0,001* Nyeri wajah 0,90 0,55 2,05 1,36 0,003* Gangguan penghidu 0,45 0,60 1,30 1,22 0,026* Keterangan: 1 Angka-angka deskripsi dalam tabel menyatakan penurunan skor VAS yang diperoleh dari selisih skor VAS sebelum dan sesudah terapi. 2 Uji beda pada keempat gejala klinis dilakukan dengan mann-whitney test karena data tidak memenuhi syarat normalitas berdasarkan uji shapiro-wilk. * p < 0,05 artinya perbedaan signifikan. Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa pada semua gejala klinis rata-rata penurunan skor VAS pada kelompok yang diberi larutan salin hipertonik lebih besar dibandingkan rata-rata penurunan skor VAS pada kelompok yang diberi larutan salin isotonik.
6 1. Untuk keluhan hidung tersumbat, rata-rata penurunan skor VAS pada kelompok larutan salin isotonik adalah 1,20 sedangkan pada kelompok larutan salin hipertonik adalah 2,60 dan perbedaan tersebut secara statistik dinyatakan signifikan (p < 0,001). 2. Untuk keluhan pilek, rata-rata penurunan skor VAS pada kelompok larutan salin isotonik adalah 1,50 sedangkan pada kelompok larutan salin hipertonik adalah 2,80 dan perbedaan tersebut secara statistik dinyatakan signifikan (p = 0,001). 3. Untuk keluhan nyeri wajah, rata-rata penurunan skor VAS pada kelompok larutan salin isotonik adalah 0,90 sedangkan pada kelompok larutan salin hipertonik adalah 2,05 dan perbedaan tersebut secara statistik dinyatakan signifikan (p = 0,003). 4. Untuk keluhan gangguan penghidu, rata-rata penurunan skor VAS pada kelompok larutan salin isotonik adalah 0,45 sedangkan pada kelompok larutan salin hipertonik adalah 1,30 dan perbedaan tersebut secara statistik dinyatakan signifikan (p = 0,026). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan salin hipertonik lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan larutan salin isotonik dalam menurunkan skor VAS atau mengurangi keluhan hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah, dan gangguan penghidu pada pasien rinosinusitis kronik.
7 B. Pembahasan Rinosinusitis kronik merupakan penyakit multifaktorial dengan beberapa gejala klinis yang ditimbulkannya. Banyak penderita yang mendapat pengobatan medis untuk mengurangi gejala klinis tersebut. Penggunaan cuci hidung menjadi perhatian pada penelitian ini dalam memperbaiki gejala klinis dan kualitas hidup penderita rinosinusitis kronis. Pada data demografi yaitu usia dan jenis kelamin. Usia kelompok yang diberi larutan salin isotonik (35,95 10,40 tahun) relatif lebih muda dibandingkan usia kelompok yang diberi larutan salin hipertonik (39,15 11,87 tahun). Meskipun begitu pengujian statistik menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0,370; p>0,05). Pada kelompok yang diberi larutan salin isotonik jumlah pasien laki-laki (55,0%) lebih banyak dibandingkan jumlah pasien perempuan (45,0%), sedangkan pada kelompok yang diberi larutan salin hipertonik jumlah pasien laki-laki (40,0%) lebih sedikit dibandingkan jumlah pasien perempuan (60,0%). Meskipun begitu pengujian statistik menunjukkan bahwa perbedaan distribusi tersebut tidak signifikan (p=0,342; p>0,05). Rinosinusitis kronik lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 6:4. Di Kanada dilaporkan penderita rinosinusitis kronik berkisar antara umur tahun atau tahun. Setelah usia 60 tahun dijumpai prevalensi dari rinosinusitis kronik mulai menurun hingga 50% (Fokkens et al. 2012). Patogenesis pasti mengenai predileksi jenis kelamin dan usia ini masih belum begitu jelas. Pada beberapa teori dikatakan bahwa hormon estrogen dan hormon pertumbuhan memiliki korelasi dengan keadaan mukosa hidung. Pada
8 keadaan hormon yang tidak stabil, vaskularisasi dari mukosa hidung dapat terganggu, sehingga terjadi kerusakan sel, gangguan oksigenasi dan gangguan fungsi dari mukosa hidung. Selain efek hormon, zat-zat polutan yang ada lingkungan di sekitar kita dapat bersifat sebagai iritan yang merusak epitel pernafasan sehingga terjadi gangguan pada mukosiliar klirens, fungsi hidung dan sinus paranasal. Hal tersebut yang menjadi alasan pada usia produktif sering menderita RSK akibat sering terpaparnya dengan zat polutan di lingkungan sekitar (Dousary et al. 2012). Cuci hidung dengan larutan salin hipertonik dan isotonik dapat mengurangi keluhan hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah, dan gangguan penghidu pada pasien rinosinusitis kronik. Rinosinusitis kronik merupakan proses inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal. Cuci hidung dilakukan pada rongga hidung dengan tujuan memperbaiki gejala klinis pada rinosinusitis kronik. Cuci hidung tidak hanya membersihkan sekret yang menumpuk dan memperbaiki mukosiliar klirens pada rongga hidung, akan tetapi cuci hidung juga berpotensial memperbaiki fungsi dari sinus dengan menekan proses inflamasi pada mukosa kompleks osteomeatal sehingga drainase udara di dalam sinus dan fungsi mukosiliar klirens mengalami perbaikan (Hoffmans et al. 2010). Cuci hidung dengan menggunakan larutan salin isotonik maupun isotonik dapat memperbaiki keluhan hidung tersumbat, pilek, gangguan penghidu pada pasien rinosinusitis kronik namun tidak untuk keluhan nyeri wajah (Berjis et al. 2011).
9 Terdapat perbaikan gejala klinis dari rinosinusitis kronik setelah diberikan cuci hidung menggunakan larutan salin isotonik dan hipertonik selama 14 hari. penggunaan cuci hidung dengan larutan salin isotonik memberikan perbaikan terhadap gejala klinis setelah pemberian 14 hari. Namun terdapat beberapa pendapat lain yang menyatakan waktu 4-12 minggu merupakan waktu yang cukup memberikan perbaikan terhadap gejala klinis rinosinusitis kronik (Wei and Sykes 2011). Penelitian yang dilakukan Rabago et al. (2006) memberikan larutan salin hipertonik selama 6 bulan. Penilaian gejala klinik menggunakan EQ (exit questionnaire) didapatkan penurunan keluhan gejala klinik penderita rinosinusitis kronik. Larutan salin hipertonik lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan larutan salin isotonik dalam mengurangi keluhan hidung tersumbat, pilek, nyeri wajah, dan gangguan penghidu pada pasien rinosinusitis kronik. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Culig et al. (2010) larutan salin hipertonik lebih efektif dalam menurunkan gejala klinis terutama keluhan hidung tersumbat, hidung berair, batuk dan sakit kepala dibandingkan penggunaan larutan salin isotonik (Culig et al. 2010). Gejala klinis merupakan suatu keluhan yang bersifat subyektif. Kelemahan pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan pemeriksaan objektif lain sebagai alat untuk menilai perbaikan gejala klinis penderita rinosinusitis kronik setelah cuci hidung dilakukan. Untuk gejala hidung tersumbat biasanya beberapa peneliti melakukan pemeriksaan secara objektif dengan menggunakan rinomanometri
10 akustik. Selain itu beberapa pemeriksaan objektif lain yang digunakan antara lain; pemeriksaan waktu mukosiliari klirens dengan menggunakan sakarin, ciliary beat frequency (CBF) dengan menggunakan mikroskop elektron, diary card sebagai follow up gejala klinis perhari, quality of life questionnaire, dan sebagainya.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis
BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL. Selama penelitian diambil sampel sebanyak 50 pasien
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi
BAB III METODE DAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Poliklinik THT-KL RSUD Karanganyar, Poliklinik THT-KL RSUD Boyolali.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kronik (RSK) merupakan inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyposis) 2012 adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinosinusitis kronik (RSK) merupakan inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah satunya
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD
BAB III METODE DAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta, RSUD Karanganyar, RSUD Sukoharjo, dan RSUD Boyolali.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. subyek pengamatan yaitu penderita rinosinusitis kronik diberi larutan salin isotonik
77 BAB V PEMBAHASAN Rancangan penelitian eksperimental murni ini menggunakan dua kelompok subyek pengamatan yaitu penderita rinosinusitis kronik diberi larutan salin isotonik dan larutan salin hipertonik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) 2012, rinosinusitis kronis didefinisikan sebagai suatu radang hidung dan sinus paranasal
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi
29 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1. Jumlah Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi Semarang, didapatkan 44 penderita rinitis alergi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT
32 BAB 5 HASIL DAN BAHASAN 5.1 Gambaran Umum Sejak Agustus 2009 sampai Desember 2009 terdapat 32 anak adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT RSUP Dr. Kariadi Semarang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Sinusitis juga dapat disebut rinosinusitis, menurut hasil beberapa diskusi pakar yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik.
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Divisi Rehabilitasi Medik
Lebih terperinciPerbedaan transpor mukosiliar pada pemberian larutan garam hipertonik dan isotonik penderita rinosinusitis kronis
Laporan Penelitian hipertonik dan isotonik penderita rinosinusitis kronis Sarwastuti Hendradewi, Novi Primadewi, Nurmala Shofiyati Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok Bedah Kepala dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung selama minimal 12 minggu berturut-turut. Rinosinusitis kronis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan zat adiktif yang dapat mengancam kelangsungan hidup di negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) konsumsi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Rinitis Alergi (RA) menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran umum Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode Mei Agustus 2011. Selama penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik No.140-142 Medan, Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Poltekkes YRSU Dr.Rusdi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis merupakan penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban ekonomi yang tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat ringan, sedang-berat dengan rerata usia subyek 26,6 ± 9,2 tahun, umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WHO menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuantitas perokok di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Data WHO menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga dibawah Cina dan India.
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup tempat Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. 4.1. Ruang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi dan frekuensi berdasarkan nilai mean dan persentase penelitian untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EP3OS) tahun 2012, rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi pada hidung dan sinus paranasalis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian dilakukan pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Selama bulan September 2015 hingga Oktober 2015 diambil
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian dilakukan selama 2 minggu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada pasien dengan diagnose Sinusitis Maksilaris Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
Lebih terperinciPERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN
PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN TERAPI CUCI HIDUNG CAIRAN ISOTONIK NACL 0,9% DIBANDINGKAN
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan design study potong lintang (crossectional study). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi
43 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi sampel adalah pasien HIV dengan terapi ARV >6 bulan. Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis kronis (RSK) adalah penyakit inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 12 minggu. Pengobatan RSK sering belum bisa optimal
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Lebih terperinciNama Jurnal : European Journal of Ophthalmology / Vol. 19 no. 1, 2009 / pp. 1-9
Judul Jurnal : Efektifitas Penggunaan Levofloxacin Yang di Berikan Tiga Kali Sehari Untuk Pengobatan Konjungtivitis Bakterial Ditinjau Secara Klinis dan Mikrobiologis Nama Jurnal : European Journal of
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar
BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk menganalisis efektivitas ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar sitokin IFN- γ pada penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur kondisi udara dengan mempersiapkan udara inspirasi agar sesuai dengan permukaan paru-paru,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
20 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional di mana variabel bebas dan variabel tergantung diobservasi
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Genetik Alergen inhalan Polutan (NO, CO, Ozon) Respon imun hipersensitifitas tipe 1 Rinitis alergi Gejala Pengobatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA PENELITIAN
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II STUDI PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita
44 BAB V HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita xerostomia yang berusia lanjut sebagai sampel, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok musik klasik barat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
21 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian intervensi atau uji klinis dengan randomized controlled trial pre- & posttest design. Studi ini mempelajari
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.
28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paranasaldengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (RSK) merupakaninflamasi mukosa hidung dan sinus paranasaldengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang baik, bukan sekedar tidak
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
52 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain quasi experimental studies dengan pendekatan pretest posttest pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental. Dipilihnya quasi eksperimental karena pertimbangan etis dan ada faktor yang tidak dapat dikendalikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dilakukan pada penderita PPOK eksaserbasi akut yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUD Ario Wirawan Salatiga pada tanggal 18 Maret sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,
BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian
Lebih terperinciStatistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono
Statistik Non-Parametrik Saptawati Bardosono Uji statistik non-parametrik: Chi-square test Fisher-test Kolmogorov-Smirnov McNemar test Korelasi rank Mann Whitney Wilcoxon Chi-squared test tabel 2X2 Pada
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014
1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Oleh: Sari Wulan Dwi Sutanegara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciSURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN
Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan oleh peneliti tentang tujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk mengetahui pengaruh perbedaan nyeri pemberian parasetamol pre sirkumsisi dan ibuprofen post
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis
Lebih terperinciBAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.
BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode Randomized Double Blind Controlled Trial. 4.. Tempat Bagian Ilmu Penyakit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan ilmu penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan ilmu penyakit dalam RS. Dr.Kariadi Semarang. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma dan rinosinusitis adalah penyakit yang amat lazim kita jumpai di masyarakat dengan angka prevalensi yang cenderung terus meningkat selama 20-30 tahun terakhir.
Lebih terperinciBAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah
BAB I.PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah penderitanya kebanyakan pada usia tua (Kurniawati, 2014). Osteoarthritis
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan leher 4.2. Rancangan Penelitian Desain penelitian
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN RINITIS ALERGI
67 68 69 70 Lampiran 4 KUESIONER PENELITIAN RINITIS ALERGI Nama Jenis kelamin : L/P Pendidikan ANAMNESIS Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban dari pertanyaan berikut : 1. Keluhan yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit hemodialisa RS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian ini melibatkan 138 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized
20 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial Double Blind pada pasien yang menjalani operasi elektif sebagai subyek
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya, Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sedang melaksanakan kegiatan penelitian berjudul
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu. tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, yaitu sebagai kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis
Lebih terperinciBAB II. METODE PENELITIAN
BAB II. METODE PENELITIAN A. Kategori dan rancangan penelitian Berdasarkan tujuan dan fungsinya, penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian cross sectional dan dianalisis secara analitik. B. Populasi
Lebih terperinci5. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas
Lebih terperinciEfektiitas Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea Di RSUD dr.pirngadi Medan
Efektiitas Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea Di RSUD dr.pirngadi Medan Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok pada tanggal 4, 5, dan 7 November 2008. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 30 orang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 di bagian rekam medis RSUD Dr. Moewardi. Populasi subyek pada penelitian ini adalah seluruh
Lebih terperinciProfil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang
77 Artikel Penelitian Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang Hesty Trihastuti, Bestari Jaka Budiman, Edison 3 Abstrak Rinosinusitis kronik adalah inflamasi kronik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan potong lintang, yaitu observasi dan pengukuran pada variabel bebas (faktor risiko)
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah di Poliklinik Gigi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Radiologi Rumah Sakit di Kota Yogyakarta,yaitu Rumah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinci