BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bagian keempat dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tempat Penulis melakukan skripsi, menguraikan tentang data-data yang dikumpulkan dan langkah-langkah pengolahan data. 4.1 Pengumpulan Data Profil Perusahaan Rumah Sakit PMI Bogor merupakan rumah sakit yang berawal dari sebuah rumah sakit yang berdiri atas prakarsa kelompok sosial orang-orang Belanda pada tahun 1931, dimana pada tahun 1938 pengelolaannya dilakukan oleh NERKAI (Nederlansch Rode Kruis Afdeling Van Indonesie), dan diantara tahun dikuasai oleh Penguasa Jepang. Setelah Jepang kalah perang dan meninggalkan Indonesia, pengelolaan rumah sakit kembali dilakukan oleh NERKAI. Barulah pada tahun 1948, dihibahkan pengelolaannya kepada Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Bogor dan diberi nama Rumah Sakit Kedung Halang yang dipimpin oleh Dokter Respondek, hingga tahun 1951 diserahkan kepada Markas Besar Palang Merah Indonesia dan ditunjuk sebagai rumah sakit umum serta

2 31 berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia (RS PMI) Bogor. Untuk pengelolaannya, tahun 1964 dibentuk suatu Yayasan Rumah Sakit Umum PMI Bogor yang diketuai oleh Ibu Hartini Soekarno dan berinduk pada markas Besar Palang Merah Indonesia kemudian di tahun 1965 RS PMI Bogor bekerjasama dengan RS Cipto Mangunkusumo dengan cara memperbantukan tenaga medis dan paramedis RSCM di RSU PMI Bogor Tahun 1966 Yayasan Rumah Sakit PMI Bogor dibubarkan dengan sebelumnya telah merestorasi bangunan RSU PMI Bogor. Baru pada tahun 1970 RSU PMI Bogor mendapatkan status Rumah Sakit tipe C menurut standar hasil Workshop Hospital. Sejak saat itu RSU PMI Bogor lebih berkiprah seperti pada tahun 1972, Poliklinik Kebidanan ditunjuk sebagai Poliklinik Keluarga Berencana Wilayah Bogor dan sebagai bentuk kepedulian dalam pelayanan pada masyarakat, tahun 1980 RS PMI Bogor bekerjasama dengan BPDPK (Sekarang PT ASKES Indonesia). Prestasi yang telah diraih diantaranya : 1. Dibidang pendidikan, RS PMI Bogor ditunjuk sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara (Untar) pada tahun Meraih Juara I (satu) sebagai Rumah Sakit Swasta Tipe C tingkat propinsi Jawa Barat Tahun 1988.

3 32 3. Di tahun 1989, RS PMI Bogor ditunjuk sebagai pengelola Bank Darah dan Sekretariat Bank Mata. 4. Juara III (tiga) lomba penampilan RS swasta tipe B tingkat Propinsi jawa Barat. 5. Tahun 1992 Rumah Sakit PMI Bogor sudah memliki ijin tetap penyelenggaraan rumah sakit (SIUP) 6. Pada bulan oktober 1999 RS PMI Bogor berhasil meraih juara II lomba penampilan kerja RS Swasta tingkat propinsi jawa barat 7. Untuk wadah memajukan kesejahteraan karyawan pada tahun 1990 didirikan koperasi karyawan Mitra Melati dan tahun 1991 didirikan Yayasan Dana Pensiun Palang Merah Indonesia. Pada tanggal 14 September 1994 dilakukan pemugaran RS PMI Bogor dengan ditandai acara peletakan batu pertama oleh Ibu Tien Soeharto. Dalam rangka meningkatkan pelayanan pada masyarakat, tanggal 15 maret 1999 telah dibuka ruangan perawatan paviliun melati lantai III, Instalasi bedah sentral dilantai aii serta pusat diagnostik di lantai I gedung paviliun melati. Penambahan ruang perawatan kelas I & II mawar digedung sayap kanan depan menghadap Kebun Raya Bogor pada tanggal 1 Juni 1999, Paviliun Anggrek kelas I & II di gedung eks kamar bedah pada tahun Untuk meluaskan pelayanan di semua segmen masyarakat dan menunjang sistem subsidi silang, RS PMI Bogor memiliki tenaga medis dokter spesialis yang lengkap dan berpengalaman yang ditunjang dengan peralatan diagnostik yang

4 33 modern dan lengkap Dilakukan renovasi gedung unit gawat darurat (Emergency) dibulan Agustus 2002 dan ttanggal 14 Juli 2002 dimulai renovasi eks ruang perawatan paviliun Mawar menjadi POLIKLINIK EKSEKUTIF yang beroperasi pada bulan januari 2003 serta pemindahan ruang perawatan paviliun melati( VIP) ke lantai IV dan Paviliun Mawar ke lantai III Gedung Melati Alur Proses Penjadwalan Instalasi Bedah Sentral Instalasi Bedah Sentral (IBS) atau kamar operasi rumah sakit melayani kegiatan operasi ringan hingga berat dimana permintaan operasi tersebut berasal dari setiap poliklinik di rumah sakit oleh dokter yang bersangkutan. Proses pengajuan penjadwalan biasanya dilakukan oleh dokter terkait (biasanya diwakili oleh asisten atau perawat lain di poliklinik dokter tersebut) melalui pesawat telepon kepada staf administrasi ruang operasi sehari sebelum pelaksanaan operasi. Setelah didaftar para pasien yang diajukan oleh dokter-dokter dari poliklinik-poliklinik di sana, maka bagian administrasi rumah sakit akan mengecek kembali kepastian operasi tersebut dengan memastikan bahwa pasien yang bersangkutan telah berada di rumah sakit pada malam hari sebelum pelaksanaan operasi untuk pasien elektif yang melakukan rawat inap di rumah sakit, serta pengecekan pada pagi hari sebelum kegiatan operasi dimulai untuk pasien yang melakukan rawat jalan dimana pasien tersebut datang ke rumah sakit pagi hari dan pada hari itu juga dilakukan proses operasi kemudian pada sore harinya pasien tersebut bisa pulang.

5 Sistem Blocking di Instalasi Bedah Sentral dan Kegiatan Operasinya Dalam operasionalnya, rumah sakit menerapkan sistem blocking, yaitu pengalokasian waktu tetap pada hari tertentu untuk dokter bedah atau spesialisasi tertentu pula, untuk keempat ruang operasi yang tersedia. Instalasi Bedah Sentral (IBS) atau ruang operasi rumah sakit beroperasi dari hari Senin hingga Sabtu mulai pukul hingga pukul WIB. Waktu yang dibutuhkan untuk pengaturan jadwal tersebut mencapai 1 jam 30 menit. Meskipun terdapat empat ruang operasi dengan spesialiasi yang berbeda dan telah dialokasikan khusus sesuai metode blocking yang diterapkan, keempat ruang operasi yang ada (ruang operasi 1, 2, 3, dan 4) ternyata memiliki peralatan penunjang operasi yang sama dan telah memenuhi standar perlengkapan untuk penyelenggaraan proses operasi sehingga jenis operasi elektif dan emergency jenis apapun bisa ditangani di keempat ruang operasi tersebut. Namun ruang operasi 4 hanya untuk operasi mata saja tidak diperbolehkan untuk operasi lainnya. Hal ini dikarenakan operasi mata memerlukan peralatan khusus yang jauh berbeda dengan operasi-operasi lain dimana peralatan operasi mata tersebut hanya terdapat di ruang operasi 4 dan harus steril. Apabila dilakukan operasi selain operasi mata di ruang 4 maka setelah operasi tersebut selesai harus dilakukan fogging selama 1 jam. Jadi, operasi mata hanya boleh dilakukan di ruang operasi 4, sedangkan operasi selain mata bisa dilakukan di ketiga ruang operasi yang ada.

6 Sumber Daya Manusia di Instalasi Bedah Sentral Dalam operasional IBS, ketersediaan ruang operasi selain ditunjang dengan perlengkapan yang telah memenuhi standar, juga terdapat sumber daya manusia yang turut menunjang kegiatan operasi tersebut. Untuk setiap operasi, kebutuhan minimal sumber daya manusianya adalah sebagai berikut : 1 dokter operator 1 dokter anestesi 1 penata anestesi 1 perawat / asisten 1 instrumentator 1 omloop Dokter operator merupakan dokter bedah atau dokter yang menangani pasien tersebut ketika melakukan pemeriksaan diagnosis di poliklinik. Dokter tersebutlah yang mengatur jadwal operasi pasien untuk dioperasi pada hari apa, sedangkan untuk alokasi waktu lebih tepatnya menjadi tanggungjawab pihak administrasi IBS sebagai pengatur jadwal dari semua dokter yang ada. Untuk pelayanan kesehatan disemua polikliniknya terdapat 23 dokter yang bertugas, namun tidak semuanya menangani proses operasi di IBS. berikut ini merupakan daftar dokter-dokter yang melakukan operasi di IBS:

7 36 Tabel 4.1 Daftar Dokter yang Melakukan Operasi di IBS No. Dokter 1 Agil Salim, dr. Sp.B 2 Budi Susetyo, dr. Sp.OG 3 Edward Syah, dr.sp.b 4 I Nyoman Aris S, dr.sp.og 5 Laura S.M, dr.sp.ur 6 Maria Widiastuti, dr.sp.b 7 Nurjaya, dr.sp.bo 8 Rahmawati T, dr.sp.og 9 Vivi Sylvia K, dr. Sp.OG Tingkat permintaan Selain melayani operasi elektif/terencana emergency atau sering disebut cito atau operasi yang tidak direncanakan sebelumnya. Contoh operasi cito di IBS adalah operasi biasanya pasiennya merupakan pasien rujukan dari kamar bersalin dimana pasien tersebut mengalami kesulitan dalam proses persalinan sehingga terpaksa harus dibantu dengan operasi. Sedangkan untuk operasi akibat korban kecelakaan tidak termasuk sebagai pasien di ruang operasi yang berada di Instalasi Gawat Darurat atau IGD. Tingkat permintaan atau harinya, namun permintaan operasi biasanya akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada hari Senin, Kamis, dan Sabtu dikarenakan ada penumpukan pasien sebelum atau sesudah hari libur seperti libur pada hari minggu sehingga dokter atau Senin.

8 Permintaan Operasi November Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov-2013 Permintaan Gambar 4.1 Permintaan Operasi Bulan November 2013 Mengenai jumlah permintaan operasi elektif dan ODC tersebut dapat dilihat bahwa demand operasi bervariasi dari hari ke hari dimana puncak permintaan biasanya terjadi pada hari sebelum dan sesudah hari libur. Hari libur tersebut adalah hari Minggu serta hari libur nasional lain dimana kegiatan operasi elektif dan ODC di rumah sakit juga libur yang ditandai dengan tidak adanya demand operasi elektif dan ODC atau jumlah kasusnya nol, meskipun tetap ada dokter jaga serta staf medis lain yang bertugas pada hari libur untuk menangani adanya operasi emergency/cito. Permintaan yang telah didapatkan kemudian diberikan dummy untuk membuat penelitian lebih kompleks dan melakukan antisipasi ketika permintaan meningkat. Seingga total permintaan bulan November dari rata-rata operasi perminggu 32 menjadi 50 operasi perminggu. Setiap jenis diagnosis penyakit akan memiliki waktu penanganan yang berbeda-beda tergantung beberapa faktor, seperti faktor jenis tindakan yang

9 38 dilakukan, kecepatan operasi dokter yang menangani, tingkat kesulitan operasi akibat perbedaan stadium penyakit, kondisi ruang operasi, dan faktor eksternal lainnya. Namun kisaran waktunya tidak jauh dari 2 jam 30 menit termasuk persiapan dan pembersihan. 4.2 Pengolahan Data Penentuan Slot Operasi sebagai Satuan Waktu Penjadwalan Dalam penelitian mengenai penjadwalan operasi ini, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah faktor kemudahan dalam implementasi proses penjadwalan sehingga diharapkan proses penjadwalan dengan metode dalam penelitian ini akan lebih efisien dibandingkan dengan metode manual yang membutuhkan waktu lebih lama dan bahkan sering kali sulit untuk mencapai tujuan penjadwalan itu sendiri, yaitu memaksimalkan kapasitas yang ada dan menghindari segala konflik yang ada seperti waktu operasi yang tidak boleh berbentrokan untuk setiap dokternya. Dalam proses penjadwalan ini, alokasi penggunaan ruangan akan dibuat dalam suatu satuan waktu dasar yang sama yang mampu mewakili keseluruhan durasi waktu tindakan operasi apapun. Satuan waktu tersebut dinamakan slot operasi yang mewakili alokasi waktu dan ruang yang tersedia untuk dokter tersebut dalam melaksanakan proses operasi. Dalam menentukan ukuran slot tersebut, data mengenai rata-rata durasi operasi elektif dalam suatu hari sangat diperlukan sehingga diharapkan satu slot yang akan dibuat mampu mewakili kebutuhan durasi operasi dengan kelonggaran yang mencukupi.

10 39 Tujuan dari perhitungan durasi rata-rata tersebut adalah untuk mengetahui rata-rata keperluan waktu operasi yang nantinya akan dipergunakan sebagai dasar dalam penentuan ukuran slot yang dipakai. Angka rata-rata 2 jam 30 menit merupakan titik tengah yang dipakai dimana angka tersebut memungkinkan proses penjadwalan untuk memberikan kelonggaran terhadap semua jenis operasi yang memiliki waktu lebih cepat atau lebih lama dari 2 jam. Tabel 4.2 berikut menjelaskan tentang pembagian slot operasi berdasarkan rata-rata durasi operasi tersebut. Tabel 4.2 Pembagian Slot Operasi Ruang 1 Ruang 2 Ruang Slot 1 Slot 1 Slot Slot 2 Slot 2 Slot Slot 3 Slot 3 Slot Slot 4 Slot 4 Slot Slot 5 Slot 5 Slot 5 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, slot operasi dapat dibagi berdasarkan durasi rata-rata operasi, yaitu 2 jam 30 menit, untuk ketiga ruang operasi dan dalam waktu operasional normal IBS (pukul hingga 20.00). Slot 1 berarti alokasi operasi di kamar operasi pada jam pertama atau jam , sedangkan slot 2 berarti operasi pada kamar operasi pada jam , dan seterusnya. Pembagian slot ini berfungsi sebagai salah satu komponen variabel keputusan pada programa integer yang akan diselesaikan nantinya dengan hasil akhir apakah slot tersebut akan dipergunakan untuk operasi atau tidak. Slot operasi yang memiliki durasi waktu 2 jam 30 menit diharapkan telah memiliki kelonggaran

11 40 yang cukup untuk semua jenis operasi yang akan dilakukan. Misalkan untuk suatu kamar, pada jam pertama diisi oleh operasi dengan durasi operasi kurang dari 1 jam, kemudian operasi pada jam kedua diisi oleh operasi dengan durasi lebih dari 2 jam 30 menit, kemudian pada jam ketiga dengan durasi lebih dari 2 jam 30 menit, dan seterusnya, maka pada akhirnya waktu longgar pada operasi dengan durasi kurang dari 2 jam 30 menit tersebut akan dipergunakan sebagai tambahan waktu bagi operasi dengan durasi lebih dari 2 jam 30 menit. Selain berfungsi sebagai penyeimbang waktu, kelonggaran dalam penentuan waktu slot selama 2 jam 30 menit ini juga berfungsi untuk mempermudah proses penentuan keputusan dibandingkan dengan harus menentukan secara detail durasi per kasusnya karena jikapun telah dimasukkan durasi rata-rata untuk setiap kasus secara berbeda, angka tersebut juga masih berupa perkiraan dimana durasi pada kenyataannya kemungkinan besar bergeser, mungkin lebih lama atau lebih cepat dari waktu ratarata, tergantung kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan operasi yang telah diuraikan sebelumnya Permintaan Operasi yang Akan Dijadwalkan Beserta Kendalanya Dalam penelitian ini, penentuan alokasi ruang operasi yang akan dilakukan merupakan penjadwalan untuk satu minggu tertentu yang dianggap mampu mewakili keseluruhan permintaan operasi setiap harinya. Proses perancanaan alokasi ruang operasi akan dilakukan untuk ke-40 pasien, elektif yang ditangani oleh 9 dokter bedah yang melaksanakan operasi pada hari tersebut. Dalam hal ini tidak berpatokan pada spesialisasi dokter dan diagnosa terhadap pasien karena

12 41 waktu operasi sudah diambil titik tengah pada 2 jam 30 menit untuk semua operasi. Sedangkan dalam proses penjadwalan yang akan dilakukan nanti akan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut yang mana merupakan akibat dari kompleksitas dan variasi dalam masalah perencanaan alokasi ruang operasi. 1. Semua ruang operasi yang ada mampu menangani semua jenis spesialisasi, kecuali operasi mata yang hanya mampu ditangani di ruang operasi Dokter yang akan menangani bisa mengajukan pilihan operasi berdasarkan kecenderungan ketersediaan waktu dokter tersebut dalam proses operasi. 3. Sumber daya lain selain dokter bedah (yaitu dokter anestesi, penata anestesi dan kru operasi) selalu tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan memiliki kemampuan yang sama sehingga penempatannya bisa dilakukan secara bebas sehingga yang menjadi permasalahan dalam penjadwalan hanyalah pasien, dokter, waktu operasi dan ruang operasi yang diwakili oleh slot operasi. 4. Operasi emergency tidak termasuk dalam proses penjadwalan dikarenakan jenis operasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti kedatanganya. Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya, slot operasi merupakan penentuan waktu operasi dan tempatnya, yaitu 2 jam 30 menit operasi di salah satu ruang operasi antara ruang 1, 2, atau 3. Pada kondisi sebenarnya, penjadwalan operasi dilakukan setiap harinya dimana penjadwalan dilakukan tersebut ditujukan untuk mengatur operasi elektif dan ODC keesokan harinya. Penjadwalan tersebut hanya akan ditiadakan jika keesokan harinya merupakan hari Minggu atau hari libur nasional lainnya dikarenakan IBS tidak melayani

13 42 kegiatan operasi elektif dan ODC pada hari tersebut, meskipun IBS tetap melayani permintaan operasi emergency oleh dokter jaga karena jenis operasi tersebut tidak bisa dijadwalkan dan tidak direncanakan. Sesuai dengan batasan permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian mengenai perencanaan alokasi ruang operasi ini hanya akan mengambil contoh satu minggu untuk operasi elektif kecuali operasi mata. Pada tabel 4.3 berikut ini dipaparkan mengenai daftar dokter dan pasien yang akan dijadwalkan: Tabel 4.3 Daftar dokter dan pasien yang akan dijadwalkan. No. Dokter 1 Agil Salim, dr. Sp.B 2 Budi Susetyo, dr. Sp.OG 3 Edward Syah, dr.sp.b 4 I Nyoman Aris S, dr.sp.og 5 Laura S.M, dr.sp.ur 6 Maria Widiastuti, dr.sp.b 7 Nurjaya, dr.sp.bo 8 Rahmawati T, dr.sp.og 9 Vivi Sylvia K, dr. Sp.OG Hari Operasi Senin Rabu Sabtu Senin Kamis Jumat Selasa Kamis Sabtu Senin Rabu Sabtu Senin Rabu Sabtu Senin Selasa Jumat Selasa Rabu Sabtu Rabu Kamis Sabtu Selasa Kamis Jumat Shift Jumlah Pasien Pagi 5 Pagi 6 Pagi 5 Pagi 6 Pagi 6 Siang 6 Siang 6 Siang 5 Siang 5

14 Penyusunan Model Optimasi Alokasi Ruang Operasi Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 telah didapati beberapa hal untuk membuat model matematik untuk alokasi ruang operasi di Rumah Sakit PMI Bogor. Dari data yang telah didapatkan didapati kasus berupa : 1. Jumlah dokter yang tersedia sebanyak sembilan dokter. 2. Jumlah pasien yang ditangani sebanyak 50 pasien. 3. Hari operasi yang tersedia adalah Senin hingga Sabtu. 4. Ruang operasi yang tersedia adalah tiga ruang operasi. 5. Jumlah slot yang tersedia dalam satu ruangan perhari adalah lima slot. 6. Jadwal pengoperasian dokter ada shift pagi dan shift siang. Pada penelitian ini, disusun model optimasi untuk meminimumkan. Tujuan model optimasi alokasi ruang operasi adalah untuk meminimumkan terjadinya dokter memulai ngoperasi melebihi shift yang tersedia. Sehingga tidak menggangu jadwal operasi yang lain dan jadwal dokter untuk di poliklinik. 1. Penentuan Indeks dan Range Indeks yang digunakan dalam memformulasikan model optimasi yaitu: i, menunjukan dokter; j, menunjukan pasien; k, menunjukan hari; l, menunjukan raung; m,menunjukan slot; Range nilai masing-masing indeks di atas adalah: i {1,2,3,..., 9};

15 44 j {1,2,3,..., 50}; k ; l {1,2,3}; m {1,2,3,4,5}; 2. Identifikasi Variabel Keputusan Identifikasi mengenai variabel keputusan akan dapat ditentukan setelah melakukan pengamatan pada kondisi lapangan yang terjadi. Variabel keputusan ini merupakan parameter terkontrol yang mempengaruhi sistem dan nilainya harus ditentukan. Berdasarkan pengamatan lapangan, diketahui bahwa keputusan yang harus ditentukan dalam menentukan alokasi penggunaan ruang operasi yang optimal adalah keputusan mengenai penempatan pasien tertentu pada suatu slot operasi tertentu. Jadi, variabel keputusan yang ingin ditentukan adalah berupa variabel binary integer mengenai alokasi pasien dan slotnya yang dinyatakan dalam vaiabel Xijklm dimana i menyatakan urutan pasien atau indeks pasien, sedangkan j merupakan slot operasinya. Nilai dari Xijklm yang diharapkan adalah 0 atau 1 yang berarti : 3. Penyusunan Fungsi Tujuan Tujuan mengoptimalkan alokasi ruang operasi direpresentasikan dengan meminimumkan terjadinya operasi pada slot 3 dan slot 5. (4.1)

16 45 4. Penyusunan Fungsi Kendala Ada 6 kategori kendala kendala dasar yang harus diperhatikan dalam penyusunan model optimasi untuk persoalan alokasi ruang operasi, yaitu : a. Dokter i hanya mengoperasi paling banyak satu pasien pada satu slot waktu. (4.2) b. Dokter i hanya mengoperasi pasiennya saja. (4.3) c. Dokter i hanya mengoperasi pada hari prakteknya saja. (4.4) d. Dokter i hanya mengoperasi pada shift prakteknya saja. (4.5) e. Pasien j dioperasi satu kali saja. (4.6) f. Dokter i mengoperasi pasien tidak bentrok dengan dokter lainnya. (4.7) Verifikasi Model Tahap verfikasi pada penelitian ini menggunakan software LINGO 9.0. algoritma yang digunakan adalah B-and-B atau yang sering disebut dengan Branch and Bound. Model matematika yang sudah ada di modelkan dengan bahasa pemrograman LINGO 9.0 dengan mengatur data sets terlebih dahulu agar semua data yang sudah dimasukkan bisa dibaca oleh software LINGO ketika proses run-data.

17 46 sets:!parameter; dokter/d1..d9/; pasien/p1..p50/ ; hari/senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu/; ruang /ruang1..ruang3/ ; slot/slot1, slot2, slot3, slot4, slot5/; PasienDokter (dokter, pasien) : PD; HariPraktek (dokter, hari) : HP; ShiftPraktek (dokter, slot) : SP; variabel; var1(dokter, pasien, hari, ruang, slot):x; endsets Fungsi tujuan untuk persamaan (4.1) min=@sum(var1(i,j,k,l,m):x(i,j,k,l,3)+ (x(i,j,k,l,5))); Kendala 1 pada persamaan (dokter (i) (hari (k) (ruang (l) (slot (m) (var1 (i, j, k, l, m) : x (i, j, k, l, m)) <= 1)))); Kendala 2 pada persamaan (dokter (pasien (j) :@for (var1 (i,j,k,l,m) : x (i, j, k, l, m) <= PD(i,j)))); Kendala 3 pada persamaan (dokter (hari(k) :@for (var1 (i,j,k,l,m) : x (i, j, k, l, m) <= HP(i,k)))); Kendala 4 pada persamaan (var1 (i,j,k,l,m) : x (i, j, k, l, m) <= SP(i,m))));

18 47 Kendala 5 pada persamaan (pasien (var1(i, j, k, l, m) : x (i, j, k, l, m)) = 1 ); Kendala 6 pada persamaan i,j,k,l,m))<=1))); Setelah memasukkan semua data dan rumus pada software LINGO 9.0 maka didapat output seperti gambar 4.1 di bawah ini dan model optimasi yang didapatkan Global Optimum dengan model kelas Pure Integer LinearProgramming. Gambar 4.1 Lingo Solver Status

ALOKASI RUANG OPERASI DENGAN METODE BINARY INTEGER LINEAR PROGRAMMING DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR

ALOKASI RUANG OPERASI DENGAN METODE BINARY INTEGER LINEAR PROGRAMMING DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR ALOKASI RUANG OPERASI DENGAN METODE BINARY INTEGER LINEAR PROGRAMMING DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR Amar Rachman 1, Adizty Suparno 2 Program Studi Teknik Industri, Universitas Indonesia Email: amar.ui.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sarat dengan persaingan. Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas. Peranan SDM di bidang kesehatan

Lebih terperinci

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013 BIDANG PELAYANAN MEDIS No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013 No. Revisi : 1 Halaman : 1/5 KEBIJAKAN UMUM Tanggal terbit : 12 Februari 2013 Ditetapkan : Direktur Klinik Muhammadiyah Kedungadem dr.h.haryono

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit selalu berusaha melayani kesehatan masyarakat dengan performa terbaiknya, namun tidak semua rumah sakit mampu melayani pasien dengan efektif dan

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Masyarakat Tegallalang I merupakan salah satu instansi pemerintah yang menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO Agus Surandono 1, Ardinal Putra Ariya 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk pada bisnis rumah sakit berupa pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan medis, non medis dan administrative. Sebagai pelanggan utama rumah sakit

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Disini penulis

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. Moewardi. Disini penulis BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA ( KKM ) A. Pelaksanaan Kuliah Kerja Media Selama melakukan kegiatan Kuliah Kerja Media ( KKM ) penulis ditempatkan dibawah Sub Bagian Hukum dan Humas, dan dikerucutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Menkes RI (2010), rumah sakit adalah suatu institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan di industri kesehatan sangat perlu diperhatikan

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP BAB I DEFINISI Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar pasien utkmendapatkan pelayanan kesehatan yg dibutuhkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik masyarakat umum maupun peserta asuransi kesehatan misalnya

Lebih terperinci

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan terhadap layanan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan ini masyarakat akan berupaya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan Rumah Sakit saat ini berkembang dengan pesat. Di Indonesia sendiri ada tiga klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan dan

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri yang bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan. Menurut Djuhaeni (2014), rumah sakit merupakan salah satu sistem pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan sistem informasi dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu akan memudahkan suatu organisasi dalam pengolahan data yang akan menghasilkan suatu informasi

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 36 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIP PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 15 SERI C PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 404 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 15 SERI C PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 404 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 15 SERI C PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 404 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat untuk tetap bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari. Berbagai macam sarana pelayanan kesehatan telah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Dari Farmasi Rawat Inap Pada Rumah Sakit Pusat Pertamina terdapat Instalasi Farmasi yang terdiri dari Farmasi Logistik dan Perencanaan, Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang tidak periodik. Ada yang harus diperbaharui (updated) yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang tidak periodik. Ada yang harus diperbaharui (updated) yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Pada setiap kegiatan yang dilakukan dalam suatu pekerjaan untuk setiap bidang keilmuan pasti ada sebuah pelaporan, pelaporan adalah satu diantara rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penjadwalan merupakan masalah klasik yang paling sering ditemui. Berbagai instansi atau perusahaan dihadapkan dengan masalah penjadwalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa pelayanan kesehatan adalah sistem yang berubah dan berkembang dengan cepat, dan industri-industri tersebut berusaha untuk menemukan cara yang tepat untuk terus

Lebih terperinci

PEMBAGIAN TUGAS ( JOB DESCRIPTION ) RUANG VK BERSALIN

PEMBAGIAN TUGAS ( JOB DESCRIPTION ) RUANG VK BERSALIN PEMBAGIAN TUGAS ( JOB DESCRIPTION ) RUANG VK BERSALIN BIDAN PELAKSANA Petugas yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengendalikan kegiatan Pelayanan keperawatan di Kamar Bersalin. URAIAN TUGAS

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH

BAB III ANALISA MASALAH 22 BAB III ANALISA MASALAH 3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Abdi Waluyo Sebuah Rumah Sakit swasta di daerah Jakarta pusat yang di bangun di sebuah kawasan yang tenang dan nyaman. Tepatnya di jalan Hos Cokroaminoto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari tambahan penghasilan dari suami. Selain karena faktor ekonomi keluarga, wanita juga bisa mengekspresikan

Lebih terperinci

5.5.4 Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di

5.5.4 Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di ABSTRAK Rumah Sakit Kebonjati berlokasi di Jalan Kebonjati no. 152, Bandung. Dalam rangka menata kembali jadwal kerja shift bagi para perawatnya agar sesuai dengan Peraturan Kepegawaian yang ditetapkan

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK RSUD KOTA DEPOK 1 BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui pelayanan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Lampiran I Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo DIREKTUR SATUAN PENGAWAS INTERNAL KOMITE WAKIL DIREKTUR KEUANGAN DAN UMUM WAKIL DIREKTUR PELAYANAN BAGIAN UMUM & PEMASARAN BAGIAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN BAB VI HASIL PENELITIAN 6. 1. Analisis Univariat Hasil penelitian dari analisis univariat ini menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti untuk melihat distribusi frekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan dari pelayanan

Lebih terperinci

NOTULEN. Peserta rapat : Tim Akuntabilitas Kinerja: - Kepala Bagian - Kepala Bidang - Kasubag - Kasi KEGIATAN RAPAT

NOTULEN. Peserta rapat : Tim Akuntabilitas Kinerja: - Kepala Bagian - Kepala Bidang - Kasubag - Kasi KEGIATAN RAPAT NOTULEN RAPAT : Evaluasi Kinerja RSUD Kanjuruhan Kepanjen Triwulan IV 2015 dan Evaluasi 5 (lima) Tahunan (2011 2015) Hari/Tanggal : Rabu / 6 Januari 2016 Waktu Panggilan : 08.00 Wib Waktu Rapat : 08.30

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG WAKTU KERJA, HAK CUTI DAN KERJA LEMBUR BAB I WAKTU KERJA Pasal 1 1. Hari dan/atau jam kerja karyawan berbeda satu dengan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haruslah bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. haruslah bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Sebuah rumah sakit di bangun untuk mencapai tujuan memberikan pelayanan bagi orangorang yang menggunakan jasa dibidang kesehatan. Dalam melaksanakan atau menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pelaksanaan praktik kedokteran seperti rumah sakit, harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Agus Sartono, (2001:122)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Agus Sartono, (2001:122) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif maka, diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR Jenis 1 Gawat Darurat 2 Rawat Jalan Input 1. Kemampuan menangani life saving 2. Pemberi pelayanan kegawat-daruratan bersertifikat (ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban LAMPIRAN 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum 1. Bagaimana prosedur pelayanan rumah sakit dimulai dari pasien datang? Untuk pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit yang sangat penting dan paling sibuk di rumah sakit. Sebagai unit pertama yang menangani pasien dalam keadaan darurat,

Lebih terperinci

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran kerja dalam suatu perusahaan adalah sistem manajemen organisasi dalam perusahaan tersebut. Sistem manajemen organisasi yang kompak,

Lebih terperinci

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU 2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU A. DESAIN STRUKTUR ORGANISIASI Struktur organisasi RSUD Indrasari Rengat adalah Organisasi Staf B. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI 1) Direktur Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Wolfer dan Pena, rumah sakit merupakan tempat orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan suatu bagian dari seluruh proses pelayanan yang mempunyai peran sangat besar dalam rumah sakit. Tugas perawat secara umum adalah memberikan pelayanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penting yang berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan rumah sakit di Indonesia saat ini telah semakin membaik, hal ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi

BAB VI PEMBAHASAN. terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian didapat dari observasi terhadap 97 pasien yang menjalani operasi di kamar operasi RSUD Cengkareng Jakarta Barat. Pembahasan hasil penelitian

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 30 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

Nomor : 6651/I3.23/KP/ Agustus 2011 Lampiran : 1 (satu) eks. Perihal : Perpanjangan Askes Komersial PNS dan Keluarga IPB

Nomor : 6651/I3.23/KP/ Agustus 2011 Lampiran : 1 (satu) eks. Perihal : Perpanjangan Askes Komersial PNS dan Keluarga IPB Nomor : 6651/I3.23/KP/2011 9 Agustus 2011 Lampiran : 1 (satu) eks. Perihal : Perpanjangan Askes Komersial PNS dan Keluarga IPB SKepada Yth.: Seluruh Warga IPB Sehubungan dengan berakhirnya program Asuransi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT Jl. Tanjung Jati No. 4 Dumai URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT I. Tanggung jawab Secara administrasi bertanggung

Lebih terperinci

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia semakin hari semakin berkembang, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia semakin hari semakin berkembang, sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia semakin hari semakin berkembang, sehingga membuka peluang usaha yang sangat besar bagi para pelaku bisnis, kondisi seperti ini tentu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL Analisa kondisi internal RSUD Kabupaten Belitung Timur akan ditentukan terlebih dahulu Variabel internal, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi selalu diarahkan kepada tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan

Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji, insentif, merit dan bonus pegawai pada suatu perusahaan. Sistem ini berbeda antara satu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Sumber Waras. Naya pada tahun Diatas tanah ± 619 hektar dijalan tangerang (sekarang

PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Sumber Waras. Naya pada tahun Diatas tanah ± 619 hektar dijalan tangerang (sekarang 68 BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit Sumber Waras Rumah Sakit Sumber Waras didirikan oleh panitia pembangunan lembaga kesehatan Sing Ming Hui yang bernaung dibawah perhimpunan sosial Tjandra

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM CITRA BMC PADANG No : 019/SK/DIR/IV/2010 Tentang

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM CITRA BMC PADANG No : 019/SK/DIR/IV/2010 Tentang SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM CITRA BMC PADANG No : 019/SK/DIR/IV/2010 Tentang MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN STANDAR PROFESI / PELAYANAN MEDIS Menimbang : a. Bahwa pimpinan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, adalah meningkatkan kualitas pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dimana keadaan dari badan dan jiwa tidak mengalami gangguan sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN. Menjalin hubungan kerja dengan staf Puskesmas Mengikuti aturan yang berlaku di Puskesmas. Menjalin hubungan kerja dengan Kepala

RENCANA KEGIATAN. Menjalin hubungan kerja dengan staf Puskesmas Mengikuti aturan yang berlaku di Puskesmas. Menjalin hubungan kerja dengan Kepala RENCANA KEGIATAN Nama : Nur Kholisa Mei Andriyani NIM : 22010114210112 Judul : PENILAIAN MUTU PELAYANAN RAWAT INAP DI PUSKESMAS PAKIS AJI PADA 16 DESEMBER -31 DESEMBER No Kegiatan Tugas Tujuan 1 Apel pagi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

Semakin banyak laporan yang dibutuhkan semakin banyak berkas yang harus disiapkan dan diisikan dan semakin banyak pula waktu serta tenaga yang

Semakin banyak laporan yang dibutuhkan semakin banyak berkas yang harus disiapkan dan diisikan dan semakin banyak pula waktu serta tenaga yang BAB I PENDAHULUAN Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat merupakan Rumah Sakit tipe C khusus milik pemerintah. Kegiatan pelayanan yang diselenggarakan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum. Di dalam rumah sakit, terdapat bagian-bagian pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum. Di dalam rumah sakit, terdapat bagian-bagian pelayanan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi semua penduduk di Indonesia. Pemerintah menyediakan rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Di

Lebih terperinci

mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan

mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan 47 mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan pekerjaannya, adakan program-program pendidikan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN Menimbang Mengingat : : BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE

Lebih terperinci

Tin Herniyani, SE, MM

Tin Herniyani, SE, MM Karya Ilmiah ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA BERDASARKAN BEBAN KERJA (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Sari Mutiara) Oleh : Tin Herniyani, SE, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER TRIGUNADARMA MEDAN 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dan

Lebih terperinci

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN 112 MANAJEMEN PERUSAHAAN 5.1 Bentuk Perusahaan Pabrik nitrobenzen yang akan didirikan, direncanakan mempunyai: Bentuk Lapangan Usaha Kapasitas produksi Status perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) : Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehataan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : Bahwa dalam rangka mensukseskan Program Badan

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : Bahwa dalam rangka mensukseskan Program Badan BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT KABUPATEN PROBOLINGGO PADA RSUD TONGAS KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 22 TAHUN 2014

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 22 TAHUN 2014 WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN CALL CENTRE 112 LINGKUP DINAS KESEHATAN KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut American Hospital Association, Wolper dan Pena, Association of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa pengertian

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI

PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci