MAKALAH MEDIA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI BLOOM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH MEDIA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI BLOOM"

Transkripsi

1 MAKALAH MEDIA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI BLOOM KELOMPOK 5 Disusun Oleh NIKEN VITA SARI ( ) NUR ISNAINI HANIFA ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA JAKARTA

2 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang selalu menganugrahkan nikmat-nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam,kepada keluarganaya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita sebagai umatnya,amin. Berdasarkan informasi yang kita peroleh dari berbagai sumber,syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang TAKSONOMI BLOOM Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan, karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita. Wassalamualaikum Wr. Wb. 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.... i ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 4 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Taksonomi BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Taksonomi... 6 B. Pengertian Pendidikan C. Taksonomi Tujuan Pendidikan D. Manfaat Penggunaan Taksonomi Bloom... 7 E. 3 Domain Dalam Taksonomi Pendidikan... 8 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA 3

4 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.pendidikan lebih dari pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu,sedangkan pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Prbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan ke ahlian. Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat pula di artikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki ( tingkatan) tertentu.dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih teperinci. 1 Taksonomi dalam pendidikan dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Taksonomi bloom merupakan cara memungkinkan mengubah proses pembelajaran. Dengan menggunakan taksonomi ini, guru memberi kesempatan n kepada siswa untuk memperluas proses-proses pemikiran mereka. Pada Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu : 1) Ranah Kognitif (Cognitive Domain), yaitu meliputi aspek aspek kognitif pada diri seseorang seperti cara berfikir, pengetahuan, dan pemahaman. 2) Ranah Afektif (Cognitive Affective), yaitu berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, dan bakat. 3) Ranah Psikomotorik ( Psychomotor Domain), berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan atau olah raga menggambar. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan kawan pada tahun Sehingga sering pula disebut sebagai Taksonomi Bloom.Guru sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya. B. Rumusan Masalah 1 Utami Munandar.Pengembangan kreativitas anak berbakat.rineka Cipta Hlm.165 4

5 Adapun rumusan makalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah : 1. Apa pengertian taksonomi? 2. Apa pengertian pendidikan? 3. Apakah yang dimaksud Taksonomi Tujuan Pendidikan? 4. Jelaskan manfaat Taksonomi Bloom? 5. Jelaskan mengenai ketiga domain dalam Taksonomi Bloom? C. Tujuan Adapun tujuan makalah ini adalah : 1. Mengetahuinpengertian Taksonomi 2. Memahami pengertian Pendidikan 3. Untuk mengetahui Taksonomi Tujuan Pendidikan. 4. Menjelaskan manfaat pengunaan Taksonomi Bloom 5. Memaparkan ketiga domain dalam Taksonomi Pendidikan. BAB II KAJIAN TEORI 5

6 A. Hakikat Taksonomi Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ranah kognitif menggolongkandan mengurutkan keahlian berpikiryang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehungga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Mengubah teori kedalam keterampilan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya.memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya. BAB III PEMBAHASAAN 6

7 A. Pengertian Taksonomi Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat di klasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. B. Pengertian Pendidikan 2 Definisi menurut para ahli dan kamus besar bahasa indonesia,diantarannya adalah : 1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ). 2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (Mcleod, 1989 ). 3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo,2001:6 ). 4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 ). 5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ). 6) Dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbukan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ). 7) Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya tabiat manusia dan kepada sesamanya. C. Taksonomi Tujuan Pendidikan. Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada 2 Syaiful Sagala.Konsep dan Makna Pembelajaran.Cet.VIII,(Bandung:Alfabeta,2010),hlm 2-3 7

8 siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana pelajaran yang penting manapun yang tidak.taksonomi tujuan pendidikan merupaka suatu kategori tujuan pendidikan yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskn tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri domain domain kognitif, afektif dan psikomotor. Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa siswa sebagai tujuan belajar. Saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005)sebagai tujuan pembelajaran yang dikenal dengan dengan taksonomi Bloom ( Bloom s Taxson omy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 ranah, yaitu : a) Ranah kognitif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman ( comprehension ), penerapan (application),penguraian (analysis), memadukan ( synthesis ), dan penilaian (evaluation); b) Ranah afektif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan ( receiving/attending ), sambutan ( responding ), penilaian ( valuing ), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan c).ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan ( set ), peniruan (imitation). membiasakan ( habitual ), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. D. Manfaat Penggunaan Taksonomi Bloom 3 Kecuali sebagai sistem klasifikasi sasaran belajar, Taksonomi Bloom digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi petanyaan yang diajukan guru kepada siswa. Biasanya kebanyakan pertanyaan ada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang memberikan tantangan bagi siswa yang berbakat. Dengan mengembangkan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan pada setiap tingkat dari taksonomi, guru merangsang siswa untuk lebih menggunkan kemampuan kognitif mereka dan mengembangkan keterampilan berfikir tinggi. Siswa memerlukan latihan dan kesempatan untuk belajar berpikir dengan cara yang efektif.jika guru belajar untuk nengajukan pertanyaan yang lebih baik, siswa juga akan mengembangkan kemampuan mereka dibidang ini.mula mula guru dapat menggunakan catatan dengan pertanyaan pada setiap tingkat Taksonomi Bloom untuk bahan yang di ajarkan.setelah memperaktekan hal ini untuk waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan dan tingkat sulit lagi bagi guru. Tetapi jika mau yakin bahwa pertanyaan yang diajukan mencakup keenam tingkat pemikiran,guru dapat menggunakan tape recorder selama mengajar untuk kemudian dapat mengklasifikasi pertanyaan sesuai dengan keenam tingkat taksonomi. 3 Ibid.,hlm.166 8

9 Kecuali untuk mengajukan pertanyaan yang baik, Taksonomi Bloom dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan dan untuk menulis soal soal ujian. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan mengunakan tingkat tingkatan yang berbeda dari Taksonomi yang digunakan dalam pelajaran, atau sebagai tugas khsus dilaur kelas. Kunci untuk menyusun kegiatan ini adalah memasukan beberapa tingkat dalam setiap kegiatan atau mengusahakan keseimbangn darisemua tingkat untuk sekelompok kegiatan. Kemudian, jika menilai kemahiran siswa, mereka harus diberi kesempatan untuk menunjukan kemampuan mereka untuk berpikir diluar tingkat pengetahuan dan pemahaman. Keterampilan yang baru dikembangkan itu harus diukur melalui pertanyaan esai,demonstrasi,dan proyek. Taksonomi Bloom mengensi sasaran pendidikan ranah kognitif merupakn model yang relatif sederhana untuk diterapkan dan amat bermanfaat bagi yang menggunakannya. Siswa dapat mengembangkan dan menggunakan keterampialn berpikir mereka dan guru dapat mendiferensiasi pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa yang berbakat dengan siswa yang lain. Gur hanya perlu menyesuaikan jumlah waktu untuk setiap tingkat taksonomi dengan tingkat kemampuan siswa. Mereka yang mampu menguasai tingkat tingkat yang rendah dari taksonomi dengan cepat, dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk tingkat tingkat pemikiran yang tinggi. Dengan demikain, semua siswa memperoleh pembelajaran yang sesuai dalam kerangka kerja yang sama. E. 3 Domain Dalam Taksonomi Pendidikan Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom Taksonomi pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan kawan pada tahun Sejarahnya bermula ketika pada awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika,sebagai kelanjutan kegiatan serupa tahun 1948, Bloom dan kawan kawan mengemukakan bahwa presentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Hapalan tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berfikir ( menalar, thinking behaviors ). Artinya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi. Bloom,Englehart,Furst,Hill,dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan ada tiga golongan domain kemampuan (intelektual, intellectual behaviors ) yaitu ranah kognitif,afektif,dan psikomotor.beberapa istilah lain juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut diantaranya seperti yang di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu : cipta, rasa, dan karsa. Selain itu juga dikenal istiah : penalaran,penghayatan,dan pengamalan. Dalam pendidikan, Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),mulai dari tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah dari tingkat yang lebih rendah. Adapun penjelasan ketiga domain tersebut adalah : 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif) Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek intelektual, Seperti pengetahuan,pengertian, dan 9

10 keterampilan berpikir. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,pengetahuan, dan keahlian mentalis. Ranah kognitif menggolangkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang di harapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Mengubah teori keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Bloom membagi Domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian : Bagian pertama beruapa pengetahuan (kategori 1) dan bagian ke dua berupa kemampuan dan keterampilan intelektual (kategori 2-6). a) Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajeman kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dan sebagainya. b) Pemahaman (Comprehension) Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. Sebagai contoh, orang dilevel ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dan sebagainya. c) Aplikasi (Application) Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh,ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram. d) Analisis (Analysis) Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi bagi atau menstukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenalipola atau hubunganny, dan mampu mengenali serta membedakan factor penyebab dan akibat dari sebuah scenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilih milih penyebab meningkatnya reject, membanding bandingkan tingkat 10

11 keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab kedalam tingkat keparahan yang di timbulkan. e) Sintesis (synthesis) Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingakat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah scenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tinkat reject diproduksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. f) Evaluasi (Evaluation) Dikenal dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, deng[an menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manager kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk di jalankan berdasarkan efektifitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis. 2. Affective Domain (Ranah Afektif) Affective Domain berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. a) Penerimaan (Receiving/Attending) Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.dalam pengajaran bentuknya berupa perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. b) Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada dilingkungannya. Meliputi perswetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. c) Penghargaan (Valuing) Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasarkan pada internalisai dari serangkain nilai tertentu yang diekspresikan kedalam tngkah laku. d) Pengorganisasian (Organization) Memadukn nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantaranya,dan membentuk suatu system nilai yang komsisten. e) Krakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a value or value Complex) 11

12 Memiliki system nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya. 3. Psyicomotor Domain (Ranah Psikomotor) Psyicomotor Domain berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoprasiakanmesin. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom. tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. a) Persepsi (Perception) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membatu gerakan. b) Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. c) Respon Terpimpin (Guided Response) Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. d) Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. e) Respon Tampak yang Kompleks (Complex overt Response) Gerakan motoris yang terampil,yang di dalamnya terdiri dari polapola gerakan yang kompleks. f) Penyesuaian (Adaptation) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. g) Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya 12

13 secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian. Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. Psychomotor Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin,dll. DAFTAR PUSTAKA A Bridged Edition. Addison Wesley Longman, Inc.2001 Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi AksaraPrihantoro, Agung Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Revisi Taksonomi. Yogyakarta: Pustaka Pengajar. Naturesecrets, Benjamiin S. Bloom (Ed.), Max D. Englehart, Edward J. Furst, Walker H. Hill, dan David R. Krathwohl, diterbitakn oleh David McKayCompany, Inc., New York Judul asli: Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A revision of Bloom s Taxonomy of educational Objectives. Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat :Rineka Cipta.2009 The Taxonomy of Educational Objectives, The classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain. 13

14 Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran : Alfabeta

TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM

TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM 110210302062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) Abstraksi Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran

Lebih terperinci

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) ABSTRAKSI Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran dituntut

Lebih terperinci

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Baedhowi *) Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal 5 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal 2.1.1 Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal Kata pecahan berasal dari bahasa latin fractus (pecah).

Lebih terperinci

TAKSONOMI PEMBELAJARAN

TAKSONOMI PEMBELAJARAN TAKSONOMI PEMBELAJARAN Afid Burhanuddin, M.Pd. (Materi dapat di download di http://rumahafid.blogspot.com) Sistem Pembelajaran PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI Analisis Kompetensi Taksonomi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP. Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam

BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP. Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini, maka beberapa istilah terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

ESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014

ESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014 Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Tujuan yang ingin dicapai KM: 1. Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi 2. Inovasi untuk melakukan hal-hal secara lebih efektif ESENSI PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran adalah tahapan penting dalam merancang analisis kebutuhan Tujuan pembelajaran merupakan pengikat aktivitas guru dan siswa ALASAN TUJUAN PEMBELAJARAN DIRUMUSKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi merupakan tiga dimensi penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

Aplikasi Pengetahuan

Aplikasi Pengetahuan Aplikasi Pengetahuan Pertemuan 6 Tujuan yang ingin dicapai KM: 1. Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi 2. Inovasi untuk melakukan hal-hal secara lebih efektif 1 Esensi Pengetahuan Inti

Lebih terperinci

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 88 93 dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, bahwa AFEKTIF, tidak DAN semua PSIKOMOTOR bentuk evaluasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Taksonomi SOLO 1. Pengertian Taksonomi Pembelajaran Taksonomi pembelajaran adalah suatu klasifikasi pembelajaran yang digolongkan pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis a. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis sebagai salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Bagian 2 EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Prinsip-Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar 1. Mengukur Hasil Belajar. 2. Mengukur sample yang representatif

Lebih terperinci

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1. Hakekat Perilaku 1. Pengertian Perilaku suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)

Lebih terperinci

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( ) PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS III SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA Oleh : Iin Nurbudiyani * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION SKRIPSI HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh

Lebih terperinci

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ABILITY GROUPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TEKNIK SIPIL SMK NEGERI SURAKARTA Andra Noviana 1, Sri Sumarni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga

Lebih terperinci

Build the world with studying..

Build the world with studying.. By Build the world with studying.. Menurut beberapa ahli pakar psikologi : Gage dan Berliner : belajar merupakan proses dimana suatu organisme merubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan

Lebih terperinci

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik digilib.uns.ac.id 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ABILITY GROUPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TEKNIK SIPIL SMK NEGERI SURAKARTA Andra Noviana

Lebih terperinci

TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB FARA DIBA FAUZET Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang faradiba.fauzet@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Kneller memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PENILAIAN AFEKTIF PADA PRAKTIKUM SHV ( SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA) TERHADAP PENINGKATAN HASIL PRAKTIKUM

PENERAPAN PENILAIAN AFEKTIF PADA PRAKTIKUM SHV ( SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA) TERHADAP PENINGKATAN HASIL PRAKTIKUM PENERAPAN PENILAIAN AFEKTIF PADA PRAKTIKUM SHV ( SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA) TERHADAP PENINGKATAN HASIL PRAKTIKUM MAHASISWA FKIP BIOLOGI UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dan pembelajaran merupakan dua aspek yang hakikatnya tidak dapat dipisahkan belajar didalam kelas dilakukan oleh siswa sedangkan pembelajaran dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

PENGERTIAN BELAJAR 1. BELAJAR ADALAH SUATU PROSES ADAPTASI ATAU PENYESUAIAN TINGKAH LAKU YANG BERLANGSUNG SECARA PROGRESIF (SKINNER) 2

PENGERTIAN BELAJAR 1. BELAJAR ADALAH SUATU PROSES ADAPTASI ATAU PENYESUAIAN TINGKAH LAKU YANG BERLANGSUNG SECARA PROGRESIF (SKINNER) 2 KONSEP BELAJAR PENGERTIAN BELAJAR 1. BELAJAR ADALAH SUATU PROSES ADAPTASI ATAU PENYESUAIAN TINGKAH LAKU YANG BERLANGSUNG SECARA PROGRESIF (SKINNER) 2. BELAJAR ADALAH PEROLEHAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI 1. Taksonomi Bloom Bloom dan kawan-kawan membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga daerah (domain), yaitu daerah kognitif (cognitive domain),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Energi Panas Mengenai hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil belajar

Lebih terperinci

Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran

Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo 702011010 2. Imanuela Caesarona Thenu 702011039 Kebutuhan Pembelajaran Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes. Sax (1980), mengidentifikasi

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar I.Pengertian Belajar Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA 1) Teguh Wibowo, 2) Riawan Yudi Purwoko, 3) Wiwit Hermansyah 1) Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sertameningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga siswa dapat belajar sebanyak mungkin

Lebih terperinci

MODEL UMUM PENGAJARAN. Nordin Tahir, IPG Kampus Ipoh

MODEL UMUM PENGAJARAN. Nordin Tahir, IPG Kampus Ipoh MODEL UMUM PENGAJARAN MODEL-MODEL PENGAJARAN FUNGSI MODEL PENGAJARAN 1. Memberi panduan kpd guru tentang langkah-langkah mengajar yang utama 2. Membentuk rangka pengajaran yang lengkap untuk penyelia dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI A. Arti Kata Afektif Kata afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2001) adalah berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan, sedangkan dalam

Lebih terperinci

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN Retno Wahyuningsih 1 PENGERTIAN Ranah hasil belajar siswa dikelompokkan sebuah taksonomi Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1 MANFAAT Untuk menentukan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM A. Analisis Kurikulum 2013 Mata Pelajaran IPS SD/MI Pembicaraan kurikulum tidak bisa terlepas dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TAKSONOMI BLOOM Diana Mutiah, M.Si

TAKSONOMI BLOOM Diana Mutiah, M.Si TAKSONOMI BLOOM Diana Mutiah, M.Si Perilaku individu ialah segala hal yang terkait dengan tingkah laku individu. Tingkah lau anak-anak misalnya memiliki karakteristik lucu, menggemaskan, mudah rewel, dan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

Berikut diperlihatkan jenis-jenis pengetahuan yang terangkum dalam aras kemahiran tersebut:

Berikut diperlihatkan jenis-jenis pengetahuan yang terangkum dalam aras kemahiran tersebut: TAKSONOMI BLOOM Bidang ini merupakan satu rangka tugas untuk menentukan peringkat atau taraf pelakuan akhir yang hendak dicapai. Bidang ini adalah bidang mengenaipengetahuan seperti mengenai fakta-fakta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda prestatie atau dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Dwi Susi Haryati, Yeni Tutu Rohimah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Dwi Susi Haryati, Yeni Tutu Rohimah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BESED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III PADA MAHASISWA SEMESTER IV JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

WALHIDAYAH PEKANBARU TAHUN AJARAN

WALHIDAYAH PEKANBARU TAHUN AJARAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI GERAK TUMBUHAN DI MTs TAUFIQ WALHIDAYAH PEKANBARU TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

EVALUASI PENDIDIKAN. Pengertian Evaluasi DR. MUSTAKIM,MM

EVALUASI PENDIDIKAN. Pengertian Evaluasi DR. MUSTAKIM,MM EVALUASI PENDIDIKAN Pengertian Evaluasi DR. MUSTAKIM,MM PENGERTIAN EVALUASI Mehrens & lehmann,1978 Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slavin (1994:152) dalam (Anni,2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman, lebih lanjut

Lebih terperinci

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email: rufiana13@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan bangsa. Istilah pendidikan seni berarti pemanfaatan seni sebagai alat pendidikan untuk

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang

Lebih terperinci

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3 1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tentang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Pada Materi Pajak Kelas VIII A SMP Negeri 2 Wonosari Opin Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Ayu Pipit Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN TIME TOKEN DAN HASIL BELAJAR. Arab (syajarotun) yaitu pohon. Seperti akar pohon yang terus

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN TIME TOKEN DAN HASIL BELAJAR. Arab (syajarotun) yaitu pohon. Seperti akar pohon yang terus 14 BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN TIME TOKEN DAN HASIL BELAJAR A. Pembelajaran Sejarah 1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kata sejarah berasal dari beberapa bahasa di antaranya bahasa Arab (syajarotun) yaitu

Lebih terperinci

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap)

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap) TAXONOMY BLOOM'S THEORY Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap) SEGI TIGA TAKSONOMI BLOOM Head Health Hand Hearth LEVEL TAKSONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi perusahaan. Membuat suatu inovasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Penggunaan Menurut Nurdin Usman, Penggunaan bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu

Lebih terperinci

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS PADA ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS PADA ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS PADA ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK (Penelitian Eksperimen Pada Materi Geografi di Kelas X SMAN 6 Cimahi) Oleh Ani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikan dapat diproleh melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD ULASAN:TUGAS MAKALAH SEHARUSNYA: Nurbudiyan, I. (2013).Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Melalui pendidikan diharapkan manusia menjadi sumber daya yang berkualitas sehingga

Lebih terperinci