TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB"

Transkripsi

1 TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB FARA DIBA FAUZET Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang faradiba.fauzet@gmail.com Abstrak: Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan telah lama dikembangkan oleh seorang tokoh terkenal bernama Benjamin S.Bloom (1956). Menurut Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain (ranah kawasan), yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif,, (3) ranah psikomotor. Menurut Bloom dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir yang diurutkan secara hierarki pyramidal, kemudian di revisi oleh David R.Kratwohl dan Lorin W.Anderson (2001). Revisi pada Taksonomi Bloom yaitu perubahan dari kata benda menjadi kata kerja (dalam Taksonomi Revisi), meliputi: (1) mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi dan (6) mencipta. Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat penerapan ranah kognitif yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, seperti: menghafal mufradat, menterjemah, serta menguasai ketrampilan berbahasa Arab. Kata Kunci : Taksonomi Bloom, Ranah Kognitif, Pembelajaran Bahasa Arab Pendahuluan Secara umum dalam kehidupan, proses pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari manusia. Proses pembelajaran akan membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan manusia menjadi lebih baik. Dalam dunia pendidikan proses pembelajran merupakan unsur yang penting dan tidak terpisahkan. Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi, pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Meskipun guru berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi, bukan berarti siswa tidak di tuntut aktif di kelas. Menurut Oemar Hamalik (2010:58)pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa ssuai yang di harapkan. Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan interaktif dan timbal balik antara guru dan siswa, dengan adanya pembelajaran diharapkan terjadi transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Tolak ukur dari keberhasilan proses pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang telah disepakati sebelumnya. 1. Taksonomi Bloom Menurut John W.Santrock (2007:468) secara istilah Taksonomi diartikan sebagai sistem klasifikasi. Taksonomi merupakan klasifikasi yang didasarkan pada penelitian ilmiah atau ilmu pengetahuan dalam pengelompokkannya. Sebagai contoh, taksonomi dalam bidang ilmu botani didasarkan pada karakteristik 436

2 tumbuhan tertentu. Muhammad Yaumi (2013:88) mengemukakan bahwa taksonomi berasal dari bahasa yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam dunia pendidikan terdapat taksonomi tujuan pembelajaran. Suyono dan Hariyanto (2014:166) berpendapat bahwa taksonomi sendiri berarti suatu himpunan dari prinsip-prinsip klasifikasi atau suatu struktur klasifikasi, sedangkan domain bermakna kategori. Taksonomi tujuan pembelajaran adalah pengelompokkan tujuan pembelajaran didasarkan kepada domain (ranah kawasan) yang dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran merupakan unsur penting yang harus dipertimbangkan untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dalam kenyataan di lapangan saat ini, tampaknya guru masih kesulitan dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dilakukannya, sehingga hal ini menyebabkan proses pembelajaran yang tidak efektif dan tidak efisien. Tapi hal ini bukanlah permasalahan yang tidak bisa diselesaikan, pada tahun 1956 seorang psikolog bidang pendidikan yaitu Benjamin S. Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl merumuskan tiga kerangka domain kemudian menerbitkan sebuah karya Taxonomy of educational objective cognitive domain, dan pada tahun 1964 terbitlah karya Taxonomy of educational objectives, affective domain, dan pada tahun 1971 terbitlah karyanya yang berjudul Handbook on formative and summative evaluation of student learning serta karyanya yang lain yakni Developing talent in young people. Menurut Zahara Idris dan Lisma jamal (1992:32) taksonomi yang dicetuskan oleh Benjamin S.Bloom adalah klasifikasi sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan),yaitu: ranah kognitif, ranah afektif serta ranah psikomotor, dan setiap ranah tersebut dibagi kembali kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Dimyanti dan mudjiono (2009:298) menyebut istilah lain dalam mengambarkan hal yang sama, yakni : aspek cipta, aspek rasa dan aspek karsa. Secara ringkas ketiga ranah kawasan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif masih dibagi lagi menjadi enam klasifikasi, yaitu: (1)pengetahuan / knowledge,(2) pemahaman / comprehension,(3) penerapan / application, (4)analisis / analysis, (5) sintesis / synthesis dan (6) evaluasi / evaluation. 2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons emosional. Pembagian ranah kognitif ini disusun oleh Bloom bersama David Kratwohl, antara lain : (1) penerimaan, (2) partisipasi, (3) penilaian atau penentuan sikap, (4) organisasi, dan (5) pembentukan pola hidup 3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Pembagian ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, yaitu : (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) gerakan terbimbing, (4) gerakan yang terbiasa, (5) gerakan yang kompleks, (6)penyesuaian pola gerakan, (7)kreativitas. 437

3 2. Ranah Kognitif Para ahli psikologi kognitif menyebutkan bahwa pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan saat manusia mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya,hanya cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut masih belum jelas dan benar, (Muhibbin Syah,2010:65). Ranah kognitif berhubungan dengan yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Muhibbin Syah (2010:82) ranah psikologis yang terpenting adalah ranah kognitif. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:298) ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Hampir seluruh kegiatan pembelajaran terjadi di dalam ranah kognitfi, tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan siswa dapat berpikir. Benjamin S. Bloom (1956) telah membuat jenjang ranah kognitif, seperti gambar berikut : Gambar 2.1 jenjang ranah kognitif dalam taksonomi bloom sebelum direvisi Masing masing jenjang pada taksonomi bloom dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Pengetahuan / Knowledege (C1) Pegetahuan (knowledge) adalah jenjang paling dasar dalam Taksonomi bloom. Meskipun pengetahuan adalah jenjang paling dasar, tapi jenjang ini adalah komponen yang penting. Penerapan dalam jenjang ini misalnya: siswa mengetahui istilah, atau mengetahui fakta spesifik. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:169) jenjang ini menekankan pada kemampuan siswa menguraikan isi pokok bacaan, mendefinisikan istilah serta memaparkan fakta-fakta. 2. Pemahaman / Comprehension (C2) Jenjang ini adalah tinggkat kedua stelah pengetahuan, siswa memahami dan dapat mengunahkan bahan atau materi yang telah disampaikan oleh guru. Siswa harus mengetahui fakta fakta tertentu dahulu sebelum memahami konsep yang dikembangkan dari saling hubungan diantaranya. Menurut W.S. Winkel (1987 :150) pada tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. 3. Penerapan / Application (C3) Pada jenjang ini siswa mampu menggunakan materi yang bersifat abstrak disalam situasi yang kongkret. Materi yang bersifat abstrak bisa berupa gagasan,prinsip prinsip,dan kaidah kaidah. Menurut W.S. Winkel(1987:150) 438

4 penerapan merupakan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru. 4. Analisa / Analysis (C4) Menurut Oemar Hamalik (2010:79) jenjang ini menuntut siswa untuk membuat jenjang gagasan gagasan dalam satu kesatuan materi secara jelas atau membuat hubungan-hubungan antara gagasan-gagasan secara eksplisit. Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan konsep menjadi unsur unsur peyusunnya, sehingga ide itu relative menjadi lebih jelas.. Menurut John W.Santrock (2007:468) pada tingkat ini, seseorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. 5. Synthesis / Sintesa (C5) Jenjang perilaku ini menuntut siswa untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu kesuluruhan atau kesatuan. Kemampuan untuk mengenali data-data serta informasi yang didapat kemudian menghubungkannya untuk mendapat solusi yang dibutuhkan. 6. Evaluation / Evaluasi (C6) Pada evaluasi terdapat pertimbangan tentang nilai materi dan metode yang digunakan untuk maksud tertentu. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:28) evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan. Jenjang jenjang pada Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir setengah abad. Namun pada tahun 2001 terbit sebuah buku A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesing : A Revision of Bloom s Taxonomy of Educational Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Menurut Muhammad Yaumi (2013: 92) alasan Anderson beserta rekannya merevisi Taksonomi Bloom sebab adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuanpengetahuan dan pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Dengan diadakan revisi menurut Anderson, taksonomi yang baru merefleksikan bentuk sistem berpikir yang lebih aktif dan akurat dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya dalam menciptakan tujuan-tujuan pendidikan. Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-68) meliputi: mengingat (remembering), memahami/mengerti (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating),dan menciptakan (creating). Berikut Taksonomi Bloom setelah di revisi: Gambar 2.2 : Taksonomi Bloom (2001) ranah kognitif setelah di revisi 439

5 Ranah kognitif pada taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001), dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Mengingat (remembering) / C1 Mengingat adalah proses kognitif paling rendah pada taksonomi bloom. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:27) pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognition). Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau maupun yang baru saja didapatkan. Contohnya, yaitu: pemberian tes pilihan ganda pada siswa, menghitung fakta-fakta atau statistic,serta mengutip. 2. Memahami (understanding) / C2 Pada jenjang ini siswa dituntut agar dapat menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi. Kemampuan untuk memahami instruksi dan menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan. Seperti contoh penerapan dalam jenjang ini adalah menjelaskan atau menafsirkan makna dari suatu pernyataan tertentu. 3. Menerapkan (applying) / C3 Menerapkan adalah kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalm situasi tertentu. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Pada jenjang ini siswa di tuntut mengubah teori atau kaidah menjadi efek praktis,mendemonstrasikan,serta memecahkan masalah. 4. Menganalisis (analyzing) / C4 Menganalisis adalah kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa unsur-unsur serta mengorganisasikan prinsip-prinsip. Pada jenjang ini siswa di tuntut mengidentifikasi bagian-bagian penyusun dan fungsi dari proses atau konsep. 5. Mengevaluasi (evaluating) / C5 Evaluasi berkaitan dngan kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Jenjang ini menuntut siswa untuk meriviu, atau perencanaan strategis dalam kaitan dengan keberlangsungan program,serta menghitung akibat dari suatu perencanaan atau strategi (Muchlas Samami,2014:169) 6. Menciptakan (creating) / C6 Menciptakan adalah kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan pada jenjang ini yaitu mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. 440

6 Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:403) perubahan dari kerangka pikir asli ke revisinya dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3 perubahan kerangka pikir taksonomi bloom ke taksoomi bloom revisi (Anderson dan Krathwohl) Berdasarkan gambar 2.3 dapat diketahui perubahan taksonomi dari kata benda (dalam taksonomi bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). 3. Penerapan domain kognitif revisi dalam pembelajaran bahasa arab Menurut Acep Hermawan (2011:32) pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar materi tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Arab, dikenal empat keterampilan berbahasa yang harus dipenuhi setiap pelajar bahasa, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima ), ketrampilan berbicara (al-kalam), ketrampilan membaca (maharah al-qira ah), dan ketrampilan menulis (maharah alkitabah). Tidak bisa dipungkiri bahwa ranah kognitif mempunyai kaitan erat dengan pembelajaran bahasa Arab. Tidak hanya keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa, siswa juga harus mempelajari unsur-unsur bahasa arab,yakni: bunyi bahasa Arab (al-ashwat),kosa kata bahasa Arab (al-mufradat) dan tarakib, Bagi penutur asing, pembelajaran unsur-unsur bahasa arab adalah penting, salah satunya adalah pembelajaran kosa kata Arab (mufradat). Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Hamid (2010:33) bahwa mufradat adalah salah satu basis pengembangan berbahasa Arab. Diantara tujuan utama pembelajaran mufradat bahasa arab adalah memahami makna kosakata, baik secara denotatif maupun leksikal (berdiri sendiri) maupun dalam konteks kaliamat tertentu. Pada pembelajaran mufradat untuk tingkat pemula (mubtadi ),terdapat kaitan erat dengan ranah kognitif pada Taksonomi Bloom yaitu pada jenjang mengingat (remembering) dan memahami (understanding). Pada pembelajaran mufradat bahasa 441

7 Arab untuk tingkat pemula (mubtadi ), siswa akan mengenali (recognizing) mufradat bahasa arab yang baru didapat serta memanggil kembali (recalling) mufradat bahasa arab yang telah diketahui sebelumnya, bahkan tidak jarang guru akan meminta siswa untuk menghafalkan mufradat. Tidak hanya pada pembelajaran unsur bahasa arab, pada pembelajaran keterampilan (maharah) bahasa Arab juga terdapat kaitan erat dengan ranah kognitif pada Taksonomi Bloom. Sama halnya dengan pembelajaran mufrodat bahasa Arab, pada pembelajaran ketrampilan mendengar (maharah istima ) terjadi proses mengenali (recognizing) mufrodat yang sedang didengar, kemudian siswa akan berusaha memanggil ulang (recalling) mufrodat yang telah diketahui, sehingga akan memberikan pemahaman bagi siswa yang sedang mendengarkan. Fungsi bahasa yang paling utama adalah komunikasi,menurut Abdul Hamid (2010:53) pada pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa arab (maharah kalam) siswa mampu mengekspresikan ide, pikiran dan perasaan dalam bahasa arab lisan (ta bir syfawi). Pada pembelajaran maharah kalam, selain mengingat kembali (remembering), dan memahami (understanding), juga terdapat jenjang pada ranah kognitif yang sering digunakan, yaitu mengaplikasikan (applying). Jenjang ini menekankan pada kemampuan siswa dalam menggunakan mufradat yang telah dipahami di dalam mengekspresikan ide dalam bahasa Arab (ta bir syafawi). Sedangkan dalam pembelajaran ketrampilan membaca bahasa Arab (Maharah al-qiraah), menurut Abdul Hamid (2010:63) untuk mengembangkan maharah alqiraah ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa,yaitu: (1) kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan antara lambang dan bunyinya. (2)kemampuan mengenal kata; baik di dalam sebuah kalimat maupun tidak, (3)memahami makna kata sesuai dengan konteks, (4)memahami makna nyata, (5) mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu kalimat., (6)menyimpulkan isi wacana dengan cepat, (7)membaca kritis, (8)memahami metode gaya bahasa penulis, (9)menemukan informasi tersurat maupun tersirat, (10)membaca cepat, (11)ketelitian dalam membaca, (12)menentukan tema atau judul besar,dan (13)menemukan ide pokok dan ide penunjang. Jenjang ranah kognitif yang digunakan pada pembelajaran maharah al-qiraah mulai kompleks, mulai pada jenjang mengingat (remembering) sampai menciptakan (creating). Penerapan ranah kognitif pada pembelajaran maharah al-qiraah siswa harus mampu membedakan huruf serta mengenal kata (remembering), mampu memahami makna kata (understanding), mampu mengetahui hubungan logis (analyzing), menyimpulkan isi wacana dari pemahaman yang telah didapat serta membaca kritis (creating). Pada pembelajaran ketrampilan menulis bahasa Arab (maharah al-kitabah), untuk mengembangkan maharah al-kitabah menurut Abdul Hamid (2010:74) dibutuhkan juga beberapa kemampuan penunjang lainnya seperti penguasaan sistem bahasa Arab yang meliput pengetahuan mengenai kosakata (mufradat), tatabahasa (qawaid) bahasa arab sehingga tulisan itu dapat dipahami. Pada maharah al-kitabah siswa harus meiliki kemampuan untuk menuangkan ide,pikiran atau gagasan kedalam bentuk tulisan berbahasa Arab dengan benar, logis dan sistematis 442

8 (ta bir ibdai). Pada pembelajaran maharah al-kitabah, siswa akan mengunakan jenjang ranah kognitif secara utuh. Menuangkan ide, pikiran atau gagasan dalam tulisan berbasa Arab adalah salah satu contoh penerapan ranah kognitif pada jenjang menciptakan (creating). Dalam penerapan di jenjang menciptakan (creating), siswa harus bisa memadukan mufradat yang telah diketahui sebelumnya sehingga menjadi tulisan yang logis,sistematis dan mudah dipahami. Kesimpulan Taksonomi Bloom adalah taksonomi untuk mengkalsifikasikan tujuan pendidikan berdasarkan hierarkinya. Pada Taksonomi Bloom terdapat tiga domain (ranah kejiwaan), yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah psikomotor. Pada ranah kognitif diklasifikasikan menjadi enam jenjang yang telah direvisi, yaitu: (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisi, dan (5) mengevaluasi. Keenam ranah kognitif ini tidak bisa dipisahkan dalam pembelajara bahasa Arab.Pada pembelajaran bahasa arab terdapat empat ketrampilan (maharah ),yaitu : maharah istima,maharah kalam, maharah qiraah serta maharah kitabah, juga terdapat tiga unsur bahasa Arab,yakni: al-ashwat,mufrodat dan tarakib. seluruh ketrampilan dan unsur bahasa Arab tersebut tak dapat dipisahkan dari ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom. Penerapan ranah kognitif jenjang mengingat (remembering) dalam pembelajaran bahasa Arab,misalnya : menghafal mufrodat, membedakan bunyi bahasa arab (alashwat). Sedangkan penerapan ranah kognitif yang lebih kompleks terdapat dalam pembelajaran ketrampilan (maharah) bahasa Arab, seperti dalam ketrampilan mendengar bahasa arab (maharah al-istima ) penerapan kognitif yang digunakan adalah mengingat (remembering), dan memahami (understanding). Pada pembelajaran ketrampilan berbicara (maharah al-kalam) ranah penerapan kognitif yang sering digunakan adalah mengingat (remembering), memahami (understanding), serta menerapkan (applying). Siswa akan diminta untuk menggunakan mufrodat yang telah diketahui sebelumnya, kemudian menerapkannya dalam komunikasi. Dalam pembelajaran ketrampilan membaca (maharah al-qiraah) penerapan ranah kognitif yang sering digunakan adalah menganalisis (analyzing), siswa harus memahami kemudian memecahkan struktur-struktur kompleks menjadi struktur yang lebih sederhana. Sedangkan penerapan ranah kognitif dalam ketrampilan menulis bahasa arab lebih kompleks lagi daripada maharah sebelumnya yaitu pada jenjang mencipta (creating). Setelah siswa mengingat, memahami, menganalisis dan menerapkan, siswa harus menciptakan (creating) kalimat baru yang kemudian akan digunakan dalam berkomunikasi. Daftar Pustaka Anderson and Krathwohl A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom s Taxonomy of Educatioanl Objectives. (Agung Prihantoro.Terjemamahan ) New York: Addison Wesley Longman, Inc. Buku asli diterbitkan tahun 2001 Dimyanti dan Mudjiono Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta 443

9 Hamalik, Oemar Psikologi Belajar & mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo Hamid, H.M Abdul Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam, Malang: UIN Maliki Press Hermawan, Acep Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santrock, John W.2007.Psikologi Pendidikan, Jakarta:Kencana Suyono dan Hariyanto Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Winkel, W.S Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia. Yaumi, Muhammad Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana. Zahara Idris dan Lisma Jamal Pengantar Pendidikan 1, Jakarta: Grasindo. 444

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA 1) Teguh Wibowo, 2) Riawan Yudi Purwoko, 3) Wiwit Hermansyah 1) Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal BAB II KAJIAN TEORI A. Proses Kognitif Arti kata proses dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal dari kata cognition

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Taksonomi SOLO 1. Pengertian Taksonomi Pembelajaran Taksonomi pembelajaran adalah suatu klasifikasi pembelajaran yang digolongkan pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif

Lebih terperinci

KONSEP REVISI TAKSONOMI BLOOM DAN IMPLEMENTASINYA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SMP

KONSEP REVISI TAKSONOMI BLOOM DAN IMPLEMENTASINYA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SMP KONSEP REVISI TAKSONOMI BLOOM DAN IMPLEMENTASINYA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SMP Ramlan Effendi SMP Negeri 2 Lahat, Jl. Letnan Amir Hamzah 1 Lahat ramlan.effendi@gmail.com Abstrak. Tujuan kajian ini adalah

Lebih terperinci

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN Evaluasi pendidikan dengan memperhatikan jenjang kemampuan semakin hari semakin popular. Jenjang kemampuan ini dibuat berdasarkan sistem klasifikasi tujuan-tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. 11 Slameto merumuskan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna serta hasil

Lebih terperinci

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email: rufiana13@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM

TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM 110210302062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang

Lebih terperinci

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran adalah tahapan penting dalam merancang analisis kebutuhan Tujuan pembelajaran merupakan pengikat aktivitas guru dan siswa ALASAN TUJUAN PEMBELAJARAN DIRUMUSKAN

Lebih terperinci

Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup Statistika dengan Kesesuaian Unsur Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif

Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup Statistika dengan Kesesuaian Unsur Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 121 Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup Statistika dengan Kesesuaian Unsur Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif R. Ach.

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI 1. Taksonomi Bloom Bloom dan kawan-kawan membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga daerah (domain), yaitu daerah kognitif (cognitive domain),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tulis. Kemampuan bahasa Arab serta sikap positif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tulis. Kemampuan bahasa Arab serta sikap positif terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki 10 BAB II STUDI LITERATUR A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini, kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Penggunaan Menurut Nurdin Usman, Penggunaan bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) Abstraksi Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) ABSTRAKSI Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Talking Stick dan CIRC a. Pengertian model pembelajaran Cooperative tipe Talking Stick Cooperative learning adalah belajar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2000:3). Secara lebih jelas Gerald dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari itu sudah membuktikan bahwa manusia sangat memerlukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskriptif dan analisis yang penulis lakukan terhadap teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah di SMA Islam Pekalongan dan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis pada abad ini merupakan fakta dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbudaya dan beragama. Menurut Abd al-majid dalam buku Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. berbudaya dan beragama. Menurut Abd al-majid dalam buku Metodologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan simbol manusia sebagai mahluk yang berbudaya dan beragama. Menurut Abd al-majid dalam buku Metodologi Pembeajaran Bahasa Arab, bahasa adalah alat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar I.Pengertian Belajar Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengaruh berarti dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek (Hugiono dan Poerwantana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan kebutuhan penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya bahan ajar maka dapat terselenggara pembelajaran yang baik. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Kemampuan Membaca Lancar Menurut Puji Santosa, (2008), Kemampuan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta depergunakan pembaca untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dalam kehidupan masyarakat Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting yakni sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, bahasa resmi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3 Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2015 KONSEP

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI BERNUANSA PASAL 33 AYAT 1 UUD 1945

PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI BERNUANSA PASAL 33 AYAT 1 UUD 1945 PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI BERNUANSA PASAL 33 AYAT 1 UUD 1945 Bahari Wahyu Utomo Program Studi Pendidikan Ekonomi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Email : bahariwahyuutomo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya sampai pada domain kognitif saja, dan itupun lebih berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil belajar matematika Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN Oleh Mauludin ABSTRAK Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Jigsaw Hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK AFEKTIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 METRO

HUBUNGAN KARAKTERISTIK AFEKTIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 METRO HUBUNGAN KARAKTERISTIK AFEKTIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 METRO Mariya Fitriani & Nyoto Suseno Jurusan Pendidikan MIPA/Fisika, FKIP UM Metro

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derasnya informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. derasnya informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi kita semua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta derasnya informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi kita semua. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Baedhowi *) Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD ULASAN:TUGAS MAKALAH SEHARUSNYA: Nurbudiyan, I. (2013).Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang di berikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus di pelajari oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan pendidikannya

Lebih terperinci

BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP. Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam

BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP. Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini, maka beberapa istilah terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM Awi, Perangkat Asesmen Model 11 PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM Awi dan Sukarna Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3 1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tentang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Pada Materi Pajak Kelas VIII A SMP Negeri 2 Wonosari Opin Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikan dapat diproleh melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD PENGGUNAAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD Nurul Linda 158620600188/Semester 6/Kelas A4/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo nurul.linda14@gmail.com

Lebih terperinci

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom 1. Ranah Kognitif Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Strategi Inkuiri Terhadap Pemahaman Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa 77 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Siswa

Evaluasi Belajar Siswa Evaluasi Belajar Siswa EVALUASI Proses penentuan seberapa jauh individu atau kelompok telah mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai suatu tindakan mengukur dan menilai. Mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4), USD Tahun 2012 DOMAIN/RANAH DALAM BELAJAR Benjamin Bloom (1956) menemukan ada tiga tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA Oleh I Wayan Puja Astawa (email: puja_staw@yahoo.com

Lebih terperinci

HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika

HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika Husna Nur Dinni Program Pascasarjana, Univeritas Negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 88 93 dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, bahwa AFEKTIF, tidak DAN semua PSIKOMOTOR bentuk evaluasi

Lebih terperinci

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Rahyu Setiani Rahyu Setiani adalah Dosen DPK Kopertis Wilayah VII pada STKIP PGRI Tulungagung PENDAHULUAN Keterampilan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 1 Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran CLIS Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan manusia, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci