5 PEMODELAN SISTEM 5.1 Konfigurasi Model

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 PEMODELAN SISTEM 5.1 Konfigurasi Model"

Transkripsi

1 5 PEMODELAN SISTEM Rekayasa model sistem manajemen ahli perencanaan produksi karet spesifikasi teknis, pada penelitian ini menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan ini merupakan metodologi untuk mencapai tujuan dari perancangan model yang mengacu pada pola pikir sistem, berorientasi pada tujuan dengan cara pandang utuh meliputi keseluruhan sistem serta efektif dalam pengambilan keputusan. 5.1 Konfigurasi Model Mengacu kepada kerangka pemikiran penelitian untuk mengembangkan model perencanaan produksi pada rantai pasok agroindustri karet spesifikasi teknis, maka direkayasa suatu model pengambilan keputusan yang diintegrasikan dengan sistem pakar yang dikenal dengan sistem manajemen ahli. Model yang dirancang dari hasil pemodelan secara konseptual selanjutnya dikembangkan menjadi perangkat lunak sistem manajemen ahli yang diberi nama Proplan-TSR 20 (Production Planning for Technically Specified Rubber). Pada sistem manajemen ahli, elemen-elemen sistem dipaparkan secara rinci. Sistem integrasi dari setiap elemen direkayasa secara paralel maupun serial sehingga dapat dioperasikan dan diimplementasikan sesuai dengan pencapaian tujuan dari suatu keputusan. Untuk mewujudkan perekayasaan sistem manajemen ahli dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perencanaan produksi pada rantai pasok karet spesifikasi teknis, dilaksanakan perekayasaan sistem mengikuti tahapan pengembangan sistem manajemen ahli yang diajukan oleh, Turban (2005). Konfigurasi model sistem manajemen ahli perencanaan produksi untuk rantai pasok karet spesifikasi teknis direkayasa dalam konfigurasi pemodelan yang disajikan pada Gambar 26. Komponen penyusun dalam konfigurasi sistem manajemen ahli perencanaan produksi agroindustri karet spesifikasi teknis terdiri atas enam komponen yang saling terkait yaitu : 1) sistem manajemen dialog, 2) sistem pengolahan terpusat, 3) sistem manajemen basis data, 4) sistem manajemen basis pengetahuan, 5) mekanisme inferensi, dan 6) sistem manajemen basis model.

2 70 DATA MODEL PENGETAHUAN SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Data harga dan volume permintaan TSR-20 Data pasokan bahan baku TSR-20 Data proses dan waktu kerja, kapasitas mesin Data rencana dan realisasi produksi SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL Prakiraan permintaan TSR dunia Prakiraan harga TSR dunia Ketersediaan bahan baku Ketersediaan kapasitas Pengukuran kinerja rantai pasok SISTEM MANAJEMEN BASIS PENGETAHUAN - basis aturan himpunan data input fuzzy prakiraan harga, volume permintaan dan ketersediaan bahan baku - basis aturan himpunan data ouput fuzzy jumlah produksi - basis logika aturan fuzzy rencana produksi Mekanisme Inferensi ( Rule-Base Skenario ) SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG PENGGUNA Gambar 26 Konfigurasi sistem manajemen ahli perencanaan produksi Rekayasa sistem manajemen ahli perencanaan produksi menggunakan basis model yang disusun secara simultan. Masukan berupa data yang diolah dalam model prakiraan menjadi masukan pad model perencanaan produksi. Hasil yang diperoleh pada model rencana produksi menjadi input pada model ketersediaan kapasitas dan model pengukuran kinerja rantai pasok. Diagram alir yang menggambarkan alur pemodelan dalam rangka perekayasaan sistem manajmen ahli perencanaan produksi ditampilkan pada Gambar 27.

3 71 Mulai Input :Data harga dan volume input :data pasokan bahan baku Penentuan struktur jaringan JST Penentuan struktur jaringan JST Jalankan data pelatihan Jalankan data pelatihan Jalankan data testing Jalankan data testing Jalankan hasil prakiraan Jalankan hasil prakiraan input : Output : prakiraan harga dan permintaan Output : prakiraan pasokan bahan baku data jumlah produksi Fuzifikasi nilai prakiraan harga dan volume permintaan Fuzifikasi nilai prakiraan pasokan bahan baku Fuzifikasi data jumlah produksi Pembuatan basis aturan fuzzy Sistem inferensi fuzzy model Mamdani Defuzifikasi dengan metode Centroid Output : jumlah rencana produksi Penghitungan ketersediaan kapasitas Penghitungan kinerja rantai pasokan Keputusan rencana produksi Keputusan nilai kinerja rantai pasokan Gambar 27 Diagram alir model sistem manajemen ahli perencanaan produksi rantai pasok karet spesifikasi teknis

4 Kerangka Sistem Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog berfungsi untuk mengatur interaksi antara pengguna dengan sistem manajemen ahli. Pengguna memberikan input baik berupa data atau perintah untuk diolah oleh sistem pengambil keputusan yang terdiri dari sistem pakar dan mesin inferensi berbasis pengetahuan sehingga dihasilkan keluaran berupa hasil pengolahan data. Agar memudahkan interaksi antara pengguna dengan sistem perlu tampilan dan struktur sistem yang interaktif dan mudah digunakan (user friendly). Pengguna perangkat lunak Proplan-TSR terdiri dari : 1) administrator adalah staf perusahaan yang memiliki akses untuk mengelola data-data yang diperlukan untuk operasional sistem penunjang keputusan, 2) pakar adalah pengguna yang berhak mengelola aturan nilai variabel, kategori untuk input dan output, logika aturan sebagai basis pengetahuan dari model, dan 3) manajer atau pengambil keputusan yang menentukan keputusan akhir rencana produksi dan nilai kinerja rantai pasokan. Bentuk komunikasi antara pengguna dan sistem menggunakan modul-modul yang terhubung satu sama lain. Modul dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kewenangan pengguna menggunakan kotak dialog dan hasil pengolahan ditampilan menu Sistem Pengolahan Terpusat Sistem pengolahan terpusat adalah subsistem yang berfungsi untuk mengendalikan operasional sistem secara terintegrasi. Sistem pengolahan terpusat merupakan penyangga untuk menjamin adanya keterkaitan antar sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis model sehingga tujuan untuk memutuskan jumlah produksi dan tingkat kinerja rantai pasokan dapat dipenuhi Sistem Manajemen Basis Data Rekayasa Sistem Manajemen Ahli (SMA) membutuhkan sejumlah data yang digunakan untuk pengolahan bagi sistem manajemen basis model. Kumpulan data pada sistem manajemen basis data dibedakan atas 1) data statis

5 73 yang telah disimpan pada basis data 2) data dinamis yang bersifat fleksibel dan interaktif yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian sehingga memenuhi kebutuhan pengguna. Kumpulan data statis dalam rekayasa model SMA ini adalah data harga dan volume permintaan karet spesifikasi teknis di perdagangan internasional, jumlah hari kerja, jumlah pasokan bahan olah karet, realisasi produksi, rencana awal produksi. Data statis disimpan kedalam sistem manajemen basis data oleh administrator sistem. Data dinamis adalah pengetahuan pakar yang digunakan dalam melakukan inferensi berbasis pengetahuan dari hasil pemodelan yang telah disusun. Data sebagai masukan adalah data linguistik untuk prakiraan harga, prakiraan permintaa dan ketersediaan bahan baku serta data keluaran berupa data berupa himpunan keanggotaan untuk menentukan tingkat produksi. Basis data yang digunakan dalam perancangan sistem manajemen ahli perencanaan produksi ini terdiri atas : 1. Basis data harga dan volume. Data yang diinput dalam basis data ini adalah harga dan volume permintaan pada salah satu perdagangan karet spesifikasi teknis. Pada penelitian ini digunakan data perdagangan transaksi pada pasar komoditas SICOM (Singapore Commodity Exchange). Pasar SICOM dipilih karena transaksi karet spesifikasi teknis pada pasar komoditas SICOM relatif banyak digunakan dala transaksi penawaran dan penjualan yang dilakukan oleh tiga negara penghasil karet utama (Thailand, Indonesia dan Malaysia) dengan para pembeli dari berbagai negara di dunia. Basis data juga dapat menggunakan data transaksi pasar komoditas lain seperti TOCOM (Tokyo Commodity Exchange) ataupun pasar fisik jika data yang dibutuhkan tersedia dan sesuai dengan kepentingan pengambilan keputusan. Dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan, basis data ini akan digunakan untuk menentukan prakiraan harga dan prakiraan permintaan karet spesifikasi teknis. 2. Basis data pasokan bahan baku. Basis data ini berisi data pasokan bahan olah karet yang diterima oleh pabrik karet spesifikasi teknis sebagai unit pengolah. Data ini digunakan untuk

6 74 memprediksi pasokan bahan olah karet (bokar) untuk periode yang akan datang. Metode prakiraan yang digunakan adalah metode jaringan syaraf tiruan. 3. Basis data produksi. Basis data berisi rencana produksi, realisasi pemenuhan rencana produksi yang digunakan untuk model perencanaan produksi. 4. Basis data kapasitas produksi. Basis data ini berisi data yang dibutuhkan untuk menghitung kapasitas produksi yang tersedia. Data yang diinput adalah jumlah mesin, waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi karet spesifikasi teknis untuk setiap tahapan proses, jumlah waktu yang tersedia, utilisasi dan efisiensi yang digunakan dalam penghitungan kapasitas Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Basis pengetahuan digunakan untuk menunjang model yang meliputi akuisis pengetahuan dan representasi pengetahuan yang diperoleh dari para pakar, studi literatur dan pengamatan langsung ke lapangan. Interaksi dengan pakar dilakukan melalui metode FGD (focus group discussion). Pakar pada akuisisi pengetahuan dalam model ini adalah praktisi pada Kantor Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), praktisi di Gapkindo (Asosiasi Gabungan Perusahaan Karet Indonesia), praktisi di PTPN VIII, praktisi di PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. sebagai pelaksana fungsi produksi dan dan pakar dari Pusat Penelitian Karet sebagai ahli dalam bidang karet. Basis pengetahuan digunakan pada model perencanaan produksi untuk menentukan 1) jenis variabel yang akan dimodelkan dalam perencanaan produksi sebagai faktor pembentuk dinamika dalam perencanaan produksi, 2) nilai kategori untuk setiap variabel, 3) logika aturan fuzzy dalam bentuk If (kondisi)-then- Rules (aksi). Basis pengetahuan ini merupakan sumber kecerdasan sebagai yang pengganti pakar dalam memutuskan jumlah produksi.

7 Mekanisme Inferensi Mekanisme inferensi merupakan bagian yang mengarahkan dan memanipulasi fakta, pengetahuan dan model yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk menarik suatu kesimpulan. Bagian ini berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap sejumlah fakta dan kaidah-kaidah aturan yang digunakan serta membuat keputusan sesuai penalaran yang dilakukan. Pada model sistem manajemen ahli Proplan-TSR sebagai input adalah nilai prakiraan untuk harga dan volume permintaan dunia ke dalam kategori tinggi, normal dan rendah. Input lain adalah hasil prakiraan pasokan bahan baku yang dikelompokkan ke dalam kategori tinggi, sedang, rendah yang menjadi himpunan fuzzy input. Sedangkan sebagai output adalah jumlah produksi yang dikelompokkan ke dalam himpunan fuzzy tinggi, normal dan rendah. Metode yang digunakan untuk melakukan inferensi adalah fuzzy inference system dengan teknik Mamdani dengan menggunakan fungsi implikasi minimum sedangkan komposisi aturan yang digunakan adalah nilai maksimum. Metode defuzifikasi yang digunakan adalah metode centroid, sehingga nilai tegas (crisp) merupakan nilai titik pusat area fuzzy Sistem Manajemen Basis Model Menurut Turban (2003) basis model merupakan inti dalam mengelola logika pada perancangan sistem penujang keputusan. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002) komponen basis model dalam suatu sistem penunjang keputusan harus menunjang proses pengambilan keputusan. Sistem manajemen ahli perencanaan produksi Proplan-TSR 20, mengintegrasikan sub model yang saling berhubungan dengan dukungan basis data serta basis pengetahuan. Perancangan sistem manajemen basis model yang dibangun adalah hasil integrasi dari beberapa model yaitu : 1) model prakiraan harga dan permintaan, 2) model ketersediaan bahan baku, 3) model perencanan produksi, 4) model ketersediaan kapasitas produksi, dan 5) model pengukuran kinerja. Setiap model menggunakan pendekatan atau metode yang telah teruji berdasarkan studi literatur yaitu metode: 1) jaringan syaraf tiruan untuk prakiraan harga dan volume permintaan, serta prakiraan ketersediaan bahan baku,

8 76 2) metode fuzzy inference system untuk perencanaan produksi, 3) metode perencanaan kapasitas untuk model ketersediaan kapasitas, dan 4) metode bullwhip effect untuk mengukur kinerja rantai pasok. 5.3 Rekayasa Model Rekayasa atau rancangbangun model digunakan untuk merancang model perencanaan produksi yangmengintegrasikan dinamika pada sisi permintaan dan sisi pasokan. Model perencanaan produksi ini juga diintegrasikan dengan model pengukuran kinerja yang bersifat backward untuk menentukan kinerja rantai pasok atas dasar realisasi dari rencna produksi yang dihasilkan. Integrasi dilakukan dengan prinsip menggunakan keluaran dari suatu model akan dijasikan masukan pada model berikutnya. Model yang direkayasa akan dibahas pada sub bab berikut: Model Prakiraan Harga dan Permintaan Penentuan prakiraan permintaan adalah langkah awal dalam penyusunan rencana produksi. Prakiraan permintaan pada umumnya dilakukan dengan metode time series dengan memperhatikan pola data permintaan periode sebelumnya tanpa melibatkan pengaruh dari faktor lain yang berpengaruh secara signifikan seperti perkembangan harga. Sebagai salah satu pengembangan metode untuk menyusun prakiraan permintaan pada penelitian ini digunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) backpropagation. Penelitian prakiraan permintaan produk agroindustri terdahulu oleh Indrawanto (2007) dan Surjasa ( 2011) menggunakan satu parameter untuk satu arsitektur JST, dimana arsitektur JST untuk prakiraan harga dibuat secara terpisah dengan arsitektur JST untuk prakiraan permintaan. Pada penelitian ini parameter harga dan volume permintaan digunakan dalam satu arsitektur JST, sehingga model mempertimbangkan secara bersama-sama pola permintaan dan pola harga pada masa lalu untuk memprediksi harga dan permintaan di masa yang akan datang. Hasil dari model ini adalah prakiraan harga dan prakiraan permintaan yang dijadikan input untuk model perencanaan produksi.

9 77 Perancangan JST pada model ini menggunakan algoritma backpropagation dengan lapisan tersembunyi tunggal (single hidden layer). Algoritma backpropagation banyak digunakan karena kemampuannya dalam mengenali pola data yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola data input dengan pola yang dipakai selama proses pelatihan. Algoritma ini umumnya menggunakan satu lapisan tersembunyi namun juga bisa ditambahkan beberapa layar tersembunyi dinatara input layer dan output layer. Algoritma backpropagation merupakan algoritma pembelajaran terawasi (supervised learning) dan terdiri atas tiga tahapan yaitu 1) fase feedforward (propogasi maju) pola input pelatihan, 2) fase penghitungan dan backpropagation error dan 3) fase penyesuaian bobot supaya output mendekati target (Siang, 2005 ; Patuelli, 2006 ; Seminar et al., 2010 ; Munakata, 2008) Pada fase feedforward, sinyal masukan dipropagasikan ke lapisan tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi. Keluaran dari layar tersembunyi dibandingkan dengan target yang harus dicapai. Selisih antara keluaran dan target merupakan nilai kesalahan. Jika nilai kesalahan lebih kecil dari batas toleransi yang ditetapkan, maka iterasi dihentikan, namun jika nilai kesalahan lebih besar dari batas toleransi, dilakukan modifikasi bobot untuk setiap garis dalam jaringan. Pada fase backpropagation dilakukan penghitungan faktor untuk mendistribusikan kesalahan pada semua lapisan. Selanjutnya pada fase penyesuaian bobot dilakukan modifikasi bobot semua garis sehingga mendekati nilai target. Ketiga fase tersebut diulangi sehingga kondisi yang ditargetkan tercapai baik berupa jumlah epoch yang ditetapkan atau jika nilai kesalahan yang terjadi lebih kecil dari toleransi yang diijinkan (Siang 2005). Algoritma backpropagation bekerja dengan menggunakan error output untuk melakukan perubahan nilai bobot dalam arah mundur. Error output diperoleh melalui tahap forward propagation dengan mengaktifkan neuronneuron menggunakan fungsi aktivasi. Parameter output untuk menentukan kinerja simulasi pada model ini adalah Mean Square Error (MSE), jumlah iterasi (epoch) dan koefisien korelasi. Perancangan JST backpropagation perlu dilakukan penentuan fungsi aktivasi, algoritma training, lapisan tersembunyi dan nilai target

10 78 seperti toleransi error dan jumlah iterasi. Tahap perancangan arsitektur JST ditampilkan pada Gambar 28. Mulai Data historis volume dan harga karet spesifikasi teknis (TSR 20) Normalisasi Data Rancangan Struktur Jaringan : - Jumlah Input - Jumlah Output - Jumlah Data Pelatihan - Jumlah Data Pengujian - Jumlah lapisan Tersembunyi - Jumlah neuron tiap lapisan Fungsi Aktivasi Untuk Setiap Lapisan - Target Error yang diinginkan Nilai Bobot Parameter Jalankan Data Pelatihan Perbaikan Nilai Bobot Parameter T Memuaskan? Y T Memuaskan? Jalankan Data Testing Y Tentukan Jumlah Data Prakiraan Jalankan Hasil prakiraan Evaluasi Hasil Prakiraan Memuaskan? T Selesai Y Gambar 28 Tahapan perancangan JST prakiraan harga dan volume permintaan

11 79 Perancangan arsitektur JST backpropagation secara rinci mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan fungsi fktivasi Fungsi aktivasi dalam backpropagation harus memenuhi syarat yaitu ; kontinyu, terdiferensial dengan mudah dan merupakan fungsi yang tidak turun (Siang, 2005). Pada perancangan arsitektur JST dalam penelitian ini fungsi aktivasi yang digunakan diantaranya : a. Sigmoid biner (logsig) Formula fungsi sigmoid biner adalah : logsig (n) = 1/ {1+ exp (-n)} b. Sigmoid bipolar (tansig) Formula fungsi sigmoid bipolar adalah : tansig (n) = 2/ {1+ exp (-2*n) -1} c. Purelin (identitas) Formula untuk fungsi purelin adalah: purelin (n) = n 2. Memilih algoritma training Pada tahap pelatihan perlu ditentukan parameter untuk melakukan simulasi, diantaranya adalah arsitektur jaringan, nilai momentum dan target. Menurut Siang (2005) agar pelatihan berjalan lebih cepat dalam proses pembelajaran menggunakan jaringan backpropagation dapat digunakan metode penurunan gradien (traingd), dengan cara 1) penambahan momentum (traingdm), 2) momentum dan learning rate (traingdx), 3) Levenberg-Marquadt (trainglm), 4) Resilient Backpropagation. Momentum merupakan perubahan bobot yang berdasarkan pada arah gradien pola terakhir dan pola data yang dimasukkan sebelumnya.untuk menentukan nilai momentum dapat dilakukan dengan trial and error. Nilai momentum yang dapat digunakan antara 0 dan 1 (Siang, 2005). Nilai momentum dapat ditingkatkan untuk menghindari perubahan bobot yang terlalu dratis, sebagai akibat adanya data yang berbeda secara signifikan dengan data-data lain. Pada penelitian ini proses pelatihan menggunakan 70% dari pola data dan proses pengujian menggunakan 30% pola data yang menggunakan 50 set data rata-rata mingguan yang diambil dari data transaksi harian di bursa komoditas SICOM tahun 2010.

12 80 3. Menentukan lapisan tersembunyi Lapisan tersembunyi berguna untuk mengenali pola data, pada tahapan ini ditentukan jumlah lapisan dan jumlah neuron (ukuran layer). Secara teoritis dinyatakan bahwa jaringan dengan satu lapisan tersembunyi cukup memadai untuk mengenali sembarang pemetaan antara pola masukan dan target dengan tingkat akurasi yang ditetapkan (Seminar et al.2010 dan Siang, 2005). Penentuan jumlah lapisan tersembunyi dilakukan secara trial and error dengan mengacu kepada beberapa alternatif fungsi aktivasi, jumlah neuron serta indikator (target) yang ingin dicapai. 4. Menentukan target nilai kesalahan Target nilai kesalahan adalah parameter yang ditentukan sehingga iterasi dapat dihentikan. Iterasi akan berhenti bila nilai error lebih kecil dari batas yang ditentukan atau jumlah epoch sudah mencapai batas yang ditentukan. Indikator nilai kesalahan pada JST back propagatioan pada umumnya berdasarkan kuadrat rata-rata kesalahan (MSE) yang dijadikan sebagai nilai target (goal). Pada penelitian ini nilai MSE yang ditargetkan adalah 0, Selain target kesalahan indikator pencapaian dibatasi dari jumlah iterasi (epoch) sebanyak 5000 kali iterasi Model Prakiraan Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku pembuatan karet spesifikasi teknis kualitas tinggi adalah lateks, sedangkan untuk kualitas rendah adalah lateks yang telah mengumpal yang sering disebut bahan olah karet (bokar). Data pasokan bahan baku yang diterima baik yang berasal dari kebun sendiri dan pasokan dari petani dari periode digunakan untuk membaca pola guna memprediksi pasokan yang akan datang. Metode yang digunakan pada model ini adalah JST backpropagation. Meskipun metode yang digunakan sama dengan model prakiraan dan harga permintaan, namun terdapat perbedaan pada kombinasi neuron input layer. Pada model ini hanya ada satu parameter untuk neuron input layer yaitu pasokan bahan baku tanpa memperhatikan pola hubungan antara jumlah pasokan dengan faktor lain seperti harga, sedangkan pada model prakiraan harga dan volume neuron input layer menggunakan neuron dari parameter harga dan volume

13 81 serta interaksi keduanya dalam pengenalan pola. Data untuk pelatihan pengenalan pola hanya memperhatikan pola yang dibentuk dari data input pasokan bahan baku, sedangkan neuron output adalah prakiraan pasokan bahan baku untuk periode yang akan datang. Tahapan perancangan arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan algoritma backpropagation yang digunakan pada model ini secara ringkas disajikan pada Gambar 29. Mulai Arsitektur JST Data Pelatihan Pelatihan JST Target sesuai Tidak Ya Data Pengujian Pengujian JST Akurasi sesuai Tidak Ya Data Harian Implementasi JST Output: Hasil Prakiraan Selesai Gambar 29 Perancangan arsitektur JST prakiraan ketersediaan bahan baku

14 82 Pada model prakiraan asumsi yang digunakan adalah kondisi yang terjadi pada periode sebelumnya akan memiliki pola yang sama dengan kondisi yang akan datang. Hasil prakiraan ketersediaan bahan baku selanjutnya dikategorikan dalam label linguistik berdasarkan pengetahuan pakar, untuk menentukan rentang nilai pada model perencanaan produksi Model Perencanaan Produksi Model perencanaan produksi bertujuan untuk menyusun Jadual Induk Produksi. Metode yang digunakan adalah Fuzzy Inference System (FIS) dengan teknik penalaran Mamdani, disebut juga metode Max Min yang dikembangkan oleh Ebrahim Mamdani di awal tahun 70-an. Penalaran Mamdani memiliki kelebihan dimana nilai input dan output dalam bentuk fuzzy sehingga lebih fleksibel dan memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat dan pengambilan keputusan didasarkan pada sejumlah basis aturan If-Then-Rules (Unahabhoka, 2007; Kusumadewi, 2003). Sistem fuzzy merupakan suatu cara pengambilan keputusan melalui pendekatan logika fuzzy untuk memecahkan masalah-masalah yang mengandung ketidaktepatan (imprecision). Tahapan pemodelan penyusunan rencana produksi disajikan pada Gambar 30. Prakiraan harga dan volume permintaan Prakiraan pasokan bahan baku Jumlah produksi sebelumnya Fuzzifikasi Basis pengetahuan Logika keputusan Defuzzifikasi Rencana Produksi Gambar 30 Tahapan penentuan rencana produksi

15 83 Pemilihan metode FIS bertujuan untuk menyesuaikan rencana produksi sehingga adaptif terhadap dinamika harga dan permintaan di sisi hilir, dan dinamika ketersediaan bahan baku di sisi hulu serta ketersediaan kapasitas produksi pada periode perencanaan yang lebih pendek. Secara garis besar penggunaan FIS dengan metode Mamdani mengikuti langkah sebagai berikut : 1. Penyusunan database untuk data input Input data yang berfungsi sebagai antacendent distrukturkan berdasarkan hasil dari model prakiraan harga dan permintaan, dan ketersediaan bahan baku. Berdasrkan hasil prakiraan harga dan volume permintaan dilakukan pengelompokkan nilai harga dan nilai permintaan. Pengetahuan pakar diakuisi untuk melalui wawancara mendalam untuk menentukan klasifikasi tingkat permintaan dan tingkat harga. Hasil perbandingan nilai prakiraaan nilai tertinggi dan nilai terendah dijadikan basis perhitungan untuk memperoleh klasifikasi aturan yang akan digunakan sebagai input data pada FIS. Kondisi normal adalah kondisi diantara kategori tinggi dan rendah. Basis data untuk input disusun dalam bentuk data linguistik dengan kombinasi beberapa himpunan nilai. Himpunan nilai fuzzy data input dan output Fuzzy Inference System disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Himpunan nilai fuzzy untuk data input dan data Output Parameter Anggota himpunan fuzzy Pertama Kedua Ketiga INPUT Prakiraan harga (PH) Rendah Normal Tinggi (US cent/kg) [PH < 269 ] [330 < PH < 405] [PH > 493] Prakiraan Rendah Normal Tinggi Permintaan (PP) (lots) [PP < 837] [1300 < PP < 1900 ] [PP > 2369 ] Ketersediaan bahan baku (KB) Rendah Sedang Tinggi (ton basah/bulan) [KB < 45] [ 48 < KB < 53] [KB > 57] OUTPUT Rendah Sedang Tinggi Jumlah produksi (JP) [JP < 65] [105 < JP < 150] [JP > 202] (ton kering/bulan)

16 84 2. Proses fuzzifikasi Fuzzifikasi adalah proses merubah nilai input data menjadi bernilai fuzzy menggunakan fungsi keanggotaan (membership function) tertentu. Pada model ini proses fuzzifikasi menggunakan fungsi keanggotaan TFN (Triangular Fuzzy Number) dan fungsi keanggotaan trapezoid. Input data hasil prakiraan harga dan permintaan memiliki nilai linguistik tinggi, normal dan rendah. Demikian juga nilai fuzzy untuk input data ketersediaan bahan baku juga dikategorikan ke dalam selang nilai tinggi, sedang dan rendah. Untuk output data berupa jumlah produksi dikategorikan tinggi, normal dan rendah. Seluruh nilai untuk input data dan output data dalam label linguistik, selanjutnya disusun kedalam himpunan keanggotaan fuzzy dengan mengacu pada semesta pembicaraan. 3. Penyusunan logika keputusan Logika keputusan yang disusun mengikuti aturan yang berdasarkan logika jika maka (If Then Rule). Aturan jika maka dapat disusun berdasarkan hasil akuisisi pengetahuan pakar di lapangan yang mempunyai kemampuan dalam bidang yang dikerjakannya (Elmahi, 2002 ; Pongpaibool, 2007). Pada penelitian ini logika untuk aturan jika-maka digunakan operator and untuk membangun logika pada antacendent. Alternatif aturan yang digunakan untuk menyusun rencana produksi sebagai hasil akuisisi pengetahuan melalui diskusi dengan pakar karet spesifikasi teknis disajikan pada Tabel 9. Alternatif aturan disusun sebagai representasi pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan. Adapun bentuk umum dari logika aturan untuk menentukan jumlah produksi adalah sebagai berikut : If ( prakiraan harga is rendah/normal/tinggi ) and ( prakiraan volume permintaan is rendah/normal/tinggi ) and ( prakiraan pasokan bahan baku is rendah/sedang/tinggi ) Then ( jumlah produksi is rendah/normal/tinggi ). Sebagai contoh bentuk logika aturan pertama yang disusun adalah : If prakiraan harga > 493 (tinggi) dan prakiraan permintaan > 2369 (tinggi) dan ketersediaan bahan baku > 57 (tinggi) Then jumlah produksi > 202 (tinggi).

17 85 Tabel 9 Alternatif aturan jika maka untuk rencana produksi Aturan JIKA MAKA ke Prakiraan Prakiraan Ketersediaan Jumlah Harga Permintaan Bahan baku Produksi 1 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 2 Tinggi Tinggi Sedang Normal 3 Tinggi Tinggi Rendah Rendah 4 Tinggi Normal Tinggi Tinggi 5 Tinggi Normal Sedang Normal 6 Tinggi Normal Rendah Rendah 7 Tinggi Rendah Tinggi Tinggi 8 Tinggi Rendah Sedang Normal 9 Tinggi Rendah Rendah Rendah 10 Normal Tinggi Tinggi Tinggi 11 Normal Tinggi Sedang Normal 12 Normal Tinggi Rendah Rendah 13 Normal Normal Tinggi Tinggi 14 Normal Normal Sedang Normal 15 Normal Normal Rendah Rendah 16 Normal Rendah Tinggi Tinggi 17 Normal Rendah Sedang Normal 18 Normal Rendah Rendah Rendah 19 Rendah Tinggi Tinggi Tinggi 20 Rendah Tinggi Sedang Normal 21 Rendah Tinggi Rendah Rendah 22 Rendah Normal Tinggi Tinggi 23 Rendah Normal Sedang Normal 24 Rendah Normal Rendah Rendah 25 Rendah Rendah Tinggi Tinggi 26 Rendah Rendah Sedang Normal 27 Rendah Rendah Rendah Rendah 4. Proses Defuzifikasi Setelah nilai input diubah menjadi nilai fuzzy maka diperlukan proses defuzifikasi untuk mendapatkan nilai tegas (crisp). Terdapat beberapa metode untuk melakukan agregasi nilai metode defuzzifikasi pada komposisi aturan Mamdani, pada penelitian ini dipakai metode agregasi dengan fungsi kepadatan centroid. Luas area pada hasil agregasi untuk menentukan nilai output dihitung dengan cara mengambil titik pusat (z*) daerah fuzzy dengan formula :

18 86 z * Z z z (z)dz (z)dz Mengunakan metode Max (Maximum) solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan operator OR (union). Jika semua proposisi telah dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan fuzzy yang merefleksikan konstribusi dari tiap-tiap proposisi. Secara umum dapat dituliskan: sf[x i ] max( sf [x i ], kf[x i ]) dengan : sf[x i ] : nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i kf[x i ] : nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i Selanjutnya menggunakan metode additive (Sum), solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara melakukan bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy. Secara umum dituliskan sf[x i ] min(1, sf [x i ]+ kf [x i ]) dengan : sf[x i ] : nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i kf[x i ] : nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i Model Ketersediaan Kapasitas Produksi Rencana produksi umumnya disusun dalam bentuk Jadwal Induk Produksi. Jadwal induk produksi akan menjadi masukan utama untuk merencanakan kebutuhan sumber daya dan kebutuhan kapasitas. Model ketersediaan kapasitas digunakan untuk menghitung apakah sumber daya yang direncanakan cukup untuk melaksanakan rencana produksi karet spesifikasi teknis jenis SIR 20 di unit pengolahan karet spesifikasi teknis. Hasil perhitungan kapasitas selanjutnya digunakan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan kapasitas yang

19 87 ditetapkan dalam jadual induk produksi dengan ketersediaan kapasitas di lantai produksi. Input yang digunakan dalam model ini adalah sumber daya yang tersedia berupa jumlah jam kerja, waktu baku yang diperlukan setiap mesin. Berdasarkan data historis yang tersedia selanjutnya dihitung tingkat utilisasi dan efisiensi mesin, yang berfungsi sebagai faktor pengurang ketersediaan kapasitas yang digunakan untuk perawatan mesin. Output dari model ini adalah diperolehnya kapasitas yang tersedia untuk setiap mesin dan kapasitas unit pengolahan untuk menghasilkan karet spesifikasi teknis. Model perhitungan kapasitas dapat dilaksanakan jika tersedia data rencana produksi, nilai untuk parameter sumber daya yang dibutuhkan berupa waktu baku, kemampuan mesin berproduksi pada tingkat utilisasi yang diharapkan. Semua sumberdaya tersebut diasumsikan sudah dibakukan, tersedia pada waktu dan jumlah yang telah direncanakan dan tidak berubah dengan cepat selama horizon waktu perencanaan. Pendekatan RCCP pada penelitian ini menggunakan pendekatan CPOF disesuaikan dengan kondisi proses produksi dan ketersediaan data. Rumus yang digunakan untuk perhitungan proporsi historis adalah : WPi PH i WPT Dimana : PHi : Proporsi Historis pada work center ke i WPi : Waktu proses pada work center ke i WP T : Total waktu proses. Perhitungan kapasitas untuk masing-masing stasiun kerja adalah perkalian proporsi historis stasiun kerja dengan kapasitas total yang dibutuhkan : KB ij = PH T * KB j Keterangan : KB ij : Kebutuhan Kapasitas stasiun kerja i pada periode j PH T : Proporsi historis pada stasiun kerja i KB j : Kapasitas yang dibutuhkan pada periode j Diagram alir tahapan penyusunan model ketersediaan kapasitas untuk validasi rencana produksi ditampilkan pada Gambar 31.

20 88 Mulai Waktu proses, jam kerja, output produksi, kapasitas mesin Rencana Produksi Kapasitas Tersedia AC = T x U x E Kapasitas Dibutuhkan (RCCP) Waktu tersedia T x S x H x W Pendekatan CPOF Utilisasi (output) / (kapasitas ) Pendekatan BOL Efisiensi ( waktu baku )/(waktu aktual) Pendekatan RP Validasi MPS sesuai T Penyesuaian Rencana Produksi Y Selesai Gambar 31 Diagram alir penghitungan kapasitas tersedia Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Keberhasilan penyusunan rencana produksi dalam mengoptimalkan performansi rantai pasokan membutuhkan suatu model pengukuran kinerja. Model pengukuran kinerja disusun mengacu pada model pengukuran kinerja SCOR (Supply Chain Operations Reference Model). Pada metrik SCOR

21 89 pengukuran reliabilitas diadopsi ukuran bullwhip effect guna mengukur keberhasilan penyusunan rencana produksi yang disusun dengan mempertimbangkan dinamika sisi hilir dan sisi hulu. Salah satu ukuran keberhasilan penyusunan rencana produksi untuk meningoptimalkan kinerja rantai pasok adalah besarnya variansi antara rencana dan realisasi produksi. Variansi keduanya menunjukan keberhasilan dalam menginterpretasikan dinamika dari sisi hilir dan sisi hulu dan merealisasikan produksi untuk memenuhi permintaan konsumen dan menyesuaikan dengan kemampuan pasokan. Berkaitan dengan kinerja dalam perencanaan produksi dikembangkan suatu sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan pendekatan bullwhip effect. Mengacu pada formulasi perhitungan bullwhip effect dari Flansoo dan Wouters (2000) dalam Pujawan (2005), pada penelitian ini variansi order adalah rencana produksi yang dihasilkan dari model perencanaan produksi sebelumnya, sedangkan variansi demand adalah realisasi produksi setelah rencana produksi dilaksanakan. Besarnya amplifikasi antara rencana produksi dan realisasi produksi secara matematis pengukuran diformulasikan sebagai berikut : Pengukuran simpangan tidak hanya dilakukan untuk membandingkan rencana dan realisasi produksi juga digunkan untuk mengukur kinerja pasokan bahan baku. sebagai ukuran kinerja kebun dalam menyediakan bahan baku untuk kepentingan pabrik. Perhitungan menggunakan metode yang sama yaitu untuk menghitung nilai amplifikasi antara permintaan yang dikirimkan kepada pemasok dalam hal ini adalah kebun yang berada dalam perusahaan sendiri dengan jumlah pasokan yang diterima oleh pabrik. Nilai ini selanjutnya mengindikasikan kinerja dalam pemenuhan pasokan dari kebun. Tahapan penghitungan bullwhip effect sebagai ukuran kinerja rantai pasok dalam menginterpretasikan dinamika dari sisi permintaan dan pasokan disajikan pada Gambar 32.

22 90 Mulai Rencana Produksi Rencana Produksi Hitung Standar Deviasi Hitung Standar Deviasi Hitung Koefisien Variansi Hitung Koefisien Variansi Hitung Nilai Bullwhip effect Penyesuaian Rencana Produksi Tidak Memuaskan n Ya Selesai Gambar 32 Diagram alir penghitungan kinerja rantai pasok

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Verifikasi Model

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Verifikasi Model 6 IMPLEMENTASI MODEL Rekayasa sistem manajemen ahli Proplan TSR20 yang dirancang menggunakan pendekatan sistem harus memenuhi kriteria mewakili keseluruhan sistem kajian rantai pasok yang dipilih (holistic)

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi

Lebih terperinci

BAB IV. RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN

BAB IV. RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN BAB IV. RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN Bab ini membahas rancang bangun model dari sistem penunjang keputusan cerdas untuk sistem rantai pasokan beras di provinsi DKI Jakarta. Rancang bangun model dari

Lebih terperinci

Model Prakiraan Harga dan Permintaan pada Rantai Pasok Karet Spesifikasi Teknis Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Model Prakiraan Harga dan Permintaan pada Rantai Pasok Karet Spesifikasi Teknis Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan 116 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 1, No. 3, Maret 2012 Model Prakiraan Harga dan Permintaan pada Rantai Pasok Karet Spesifikasi Teknis Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Nofi

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM MANAJEMEN AHLI PERENCANAAN PRODUKSI KARET SPESIFIKASI TEKNIS

REKAYASA SISTEM MANAJEMEN AHLI PERENCANAAN PRODUKSI KARET SPESIFIKASI TEKNIS REKAYASA SISTEM MANAJEMEN AHLI PERENCANAAN PRODUKSI KARET SPESIFIKASI TEKNIS Nofi Erni 1, M. Syamsul Maarif 2 Nastiti S.Indrasti 2, Machfud 2, Soeharto Honggokusumo 3 1Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen Dwi Rolliawati Fakultas Ilmu Komputer, Sistem Komputer, Universitas Narotama dwi.roliawati@narotama.ac.id Abstrak Dosen sebagai pendidik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan manajemen rantai pasok telah banyak digunakan sebagai salah satu model untuk meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri. Manajemen rantai pasok merupakan

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas

Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 016 ISSN : 085-418 Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas Nur Nafi iyah Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

5 PERANCANGAN MODEL 5.1 Model Prediksi Produksi Jagung

5 PERANCANGAN MODEL 5.1 Model Prediksi Produksi Jagung 5 PERANCANGAN MODEL Perancangan model pada rantai pasok industri berbasis ini bertujuan untuk memperoleh suatu model yang dapat menganalisis penyediaan produk tepung pada industri tepung sesuai kebutuhan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI III.1 Teori Logika fuzzi III.1.1 Logika fuzzi Secara Umum Logika fuzzi adalah teori yang memetakan ruangan input ke ruang output dengan menggunakan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 1 Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Reza Subintara Teknik Informatika, Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat Andi Ihwan Prodi Fisika FMIPA Untan, Pontianak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY Hafsah, Heru Cahya Rustamaji, Yulia Inayati Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari No 2 Tambakbayan Yogyakarta

Lebih terperinci

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH PERBANDINGAN PREDIKSI HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN FUZZY TSUKAMOTO COMPARISON OF SHARE PRICE PREDICTION USING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK AND FUZZY TSUKAMOTO ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

Presentasi TA DETEKSI PENYAKIT PARU-PARU OBSTRUKTIF KRONIS MENGGUNAKAN METODE FUZZY : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT XYZ. Muhammad Reza Budiman

Presentasi TA DETEKSI PENYAKIT PARU-PARU OBSTRUKTIF KRONIS MENGGUNAKAN METODE FUZZY : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT XYZ. Muhammad Reza Budiman Presentasi TA DETEKSI PENYAKIT PARU-PARU OBSTRUKTIF KRONIS MENGGUNAKAN METODE FUZZY : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT XYZ Muhammad Reza Budiman 5209100075 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai literatur serta karya-karya penelitian mengenai topik penelitian yang sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiap harinya. Beras memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN PREDIKSI CURAH HUJAN BULANAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BEBERAPA FUNGSI PELATIHAN BACKPROPAGATION (Studi Kasus: Stasiun Meteorologi Tabing Padang, Tahun 2001-2012) Cici Oktaviani, Afdal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

TAHUN AKADEMIK 2016/2017. : PENGANTAR INTELEGENSI BUATAN : Betha Nurina Sari, M.Kom. : Open Book via Google Form (90 Menit)

TAHUN AKADEMIK 2016/2017. : PENGANTAR INTELEGENSI BUATAN : Betha Nurina Sari, M.Kom. : Open Book via Google Form (90 Menit) IFT 501 PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Telp. (0267) 641177 Ex 307 Fax (0267) 641367 Karawang 41361 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasar valuta asing telah mengalami perkembangan yang tak terduga selama beberapa dekade terakhir, dunia bergerak ke konsep "desa global" dan telah menjadi salah satu pasar

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu aplikasi sistem cerdas yang paling sukses dan masih berkembang saat ini yaitu peramalan beban listrik. Peramalan beban listrik adalah suatu ilmu

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 menggambarkan desain penelitian peramalan volume penumpang kereta api di pulau Jawa-Sumatera dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Beban Listrik dari PLN Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu selama lima tahun pada periode 2006-2010, selanjutnya data

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III RANCANG BANGUN BAB III RANCANG BANGUN 3.1 LANGKAH PENGERJAAN Program identifikasi dengan media biometrik citra iris mata yang menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) terdiri dari dua tahap, yaitu proses pelatihan

Lebih terperinci

Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem Inferensi Fuzzy Sistem Inferensi Fuzzy METODE SUGENO 27 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Tsukamoto Metode Sugeno! Diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno-Kang, tahun 1985.! Bagian output (konsekuen) sistem tidak berupa himpunan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2 Fuzzifikasi S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM SISTEM CERDAS - REASONING JOBSHEET 2 - FUZZIFIKASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Aplikasi Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno dalam Memperkirakan Produksi Air Mineral dalam Kemasan Oleh Suwandi NRP 1209201724 Dosen Pembimbing 1. Prof. Dr M. Isa Irawan, MT 2. Dr Imam Mukhlash, MT Institut

Lebih terperinci

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Bandwidth Bandwidth adalah ukuran kapasitas dari sistem transmisi (Comer, 2004) Bandwidth adalah konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Permalan Time Series, Harga Minyak Bumi, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation Pengumpulan Data Harga Minyak Bumi di Indonesia Perancangan

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci