Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif, sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang belum benar dan rujukan yang terlambat. Pada salah satu studi prospektif cedera kepala berat dengan pemeriksaan CT Scan didapat hasil, 30% normal dan 70% abnormal (Awalluddin, 2009). Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Direktorat Keselamatan Transportasi Darat Departemen Perhubungan (2005), jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003 terdapat orang dengan jumlah kematian orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah kematian orang (34,7%), dan pada tahun 2005 menjadi kasus dengan jumlah kematian orang (34,4%) (Nasution, 2010). Didapatkan bahwa setiap harinya terdapat 31 orang yang meninggal atau dengan kata lain setiap 45 menit terdapat 1 orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala merupakan peristiwa yang sering terjadi dan mengakibatkan kelainan pada neurologis yang serius serta telah mencapai proporsi epidemik sebagai 1

11 2 akibat dari kecelakaan jalan raya. Bahkan cedera kepala bisa mengakibatkan kematian atau penderita bisa mengalami penyembuhan total dan cacat pada usia kurang dari 50 tahun, adapun luka tembak pada kepala merupakan penyebab kematian nomor 2 pada usia dibawah 35 tahun. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi, hampir separuh penderita yang mengalami cedera kepala meninggal (Anonim, 2012). Cidera kepala berat merupakan suatu trauma atau jejas yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Anonim, 2012). Trauma cerebral adalah suatu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan. Mekanisme trauma kepala terjadi bila ada kekuatan mekanik yang ditransmisikan ke jaringan otak. Mekanisme yang berkontribusi terhadap trauma kepala antara lain, akselerasi adalah kepala yang diam tak bergerak ditabrak oleh benda yang bergerak, deselerasi adalah kepala membentur benda yang tak bergerak, deformasi adalah benturan pada kepala yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena terdapat dipermukaan kortikal sampai ke dura sehingga terjadi perdarahan subdural ( Paula, 2009). Penyebab dari cidera kepala berat diantaranya karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, penganiayaan, jatuh, cidera akibat kekerasan (Anonim, 2012).

12 3 Manisfestasi klinis dari cidera kepala berat diantaranya adalah iritabel, pucat, mual muntah, nyeri kepala, hematoma, kecemasan. Secara umum penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala diantaranya adalah observasi selama 24 jam, jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu, pemberian obat analgetik dan pembedahan bila ada indikasi (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. (Potter & Perry, 2005). Nyeri pada cidera kepala berat dipengaruhi oleh cidera kepala yang dapat merobek dan menghancurkan saraf, pembuluh darah serta jaringan di dalam atau disekeliling otak, sehingga terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan dan pembengkakan hebat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa didalam tengkorak karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan dapat merusak atau menghancurkan jaringan otak (Anonim, 2012). Selama pengelolaan kasus dirumah sakit penulis menemukan pasien dengan diagnosa cidera kepala berat dan keluhan utamanya nyeri. Dari berbagai sumber referensi dan pengelolaan kasus yang diperoleh, penulis tertarik untuk mengambil judul kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn.I Dengan Cidera Kepala Berat di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo

13 4 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus nyeri akut pada Nn.I dengan cidera kepala berat di RS Panti Waluyo. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat. b. Penullis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri kepala yang terjadi pada Nn.I dengan nyeri cidera kepala berat. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan dan sebagai tambahan

14 5 pengalaman untuk meningkatan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan cidera kepala berat. 2. Instansi a. Bagi Pendidikan Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara keseluruhan. b. Bagi profesi keperawatan Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam memberikan informasi mengenai gangguan cidera kepala berat. c. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususunya pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura.

15 BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 April 2012 dan metode pengkajian dengan auto anamnesa dan allow anamnesa. Hasil pengkajian diperoleh data pasien yaitu, pasien bernama Nn.I, berumur 20 tahun beragama islam, pendidikan sebagai mahasisiwi, berjenis kelamin perempuan, alamat Karangwuni, Polokarto, Sukoharjo. Penanggung jawab pasien bernama Ny.K, umur 48 tahun dan hubungan dengan pasien adalah sebagai ibu. Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri kepala. Riwayat penyakit sekarang, pasien mengalami kecelakaan pada saat pulang dari kuliah. Meskipun tidak terdapat luka pada anggota tubuh pasien tapi kepala pasien terkena benturan yang sangat keras sehingga pasien mengalami cidera kepala dan pasien tidak sadarkan diri lalu kemudian pasien dibawa ke IGD RS Panti Waluyo guna pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RS Panti Waluyo telah menjalani berbagai macam pemeriksaan dan penanganan secara komprehensif. Saat pengkajian kondisi klien tampak lemas dengan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/60 mmhg, nadi 69 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu badan 36,7ºC. Pasien mendapatkan terapi, infus RL 20 tetes per menit dan mendapatkan tindakan keperawatan, setalah pasien sadarkan diri kemudian 6

16 7 pasien dipindah kebangsal Cempaka RS Panti Waluyo. Pasien mengeluh nyeri kepala yang disebabkan akibat benturan, dengan kualitas nyeri seperti dipukul-pukul, nyeri dirasakan dibagian kepala dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri sering terasa disaat pasien akan tidur dan ketika pasien bangun tidur. Pada pengkajian riwayat dahulu pasien pernah mengalami kecelakaan tapi hanya luka biasa dan tidak perlu perawatan yang intensif, tidak separah seperti yang sedang dialami pada saat ini. Sebelumnya pasien belum pernah mondok dirumah sakit dan hanya pada saat ini pasien harus mondok dirumah sakit dan mendapatkan perawatan yang intensif. Keluarga pasien mengatakan anggota keluarganya belum pernah ada yang mengalami kecelakaan hingga separah ini. keluarga pasien merasa khawatir dengan keadaan anaknya dan berharap anaknya dapat segera sembuh agar bisa melakukan aktivitas sehariharinya sebagai mahasisiwa. Pasien mengalami gangguan fungsional pada pola aktivitas-latihan, pola kognitf perseptual dan pola istirahat tidur. Pada pola aktivitas-latihan sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas makan, minum, toileting, berpakaian, ambulasi secara mandiri dan tidak memerlukan bantuan orang lain, kemudian pada pola aktivitas-latihan pasien selama sakit terlihat pasien tidak mampu melakukan aktivitas makan, minum, toileting, berpakaian, ambulasi secara mandiri dan memerlukan bantuan orang lain. Pada pola kognitif dan perseptual pasien sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem pendengaran, bicara dan penglihatan, kemudian pada pola kognitif perseptual selama sakit ditunjukan

17 8 pada telinga bagian kanan terasa seperti mendengung dan kepala terasa nyeri akibat kecelakaan dengan kualitas seperti dipukul,nyeri dirasakan dibagian kepala dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri sering muncul saat bergerak dan ketika pasien akan tidur. Pada pola istirahat tidur pasien sebelum sakit mengatakan tidur selama 7-8 jam/hari, kemudian selama sakit pasien mengatakan pasien hanya bisa tidur selama 4-5 jam/hari karena kepala pasien sering merasa pusing. Pemeriksaan fisik Nn.I dari hasil pengkajian meliputi keadaan umum pasien terlihat lemah dan kesadaran pasien composmentis dengan pemeriksaan GCS (E 4, M 6, V 5 ) serta tanda-tanda vital pasien tekanan darah 110/60 mmhg, nadi 69 kali/menit, suhu 36,7 o C, pernafasan 20 kali per menit. Berdasarkan hasil pemeriksaan bagian kepala pasien didapatkan hasil sebagai berikut dengan bentuk kepala pasien mesocepal dan terdapat benjolan dibagian dahi sebelah kanan kemudian kulit kepala pasien terlihat bersih dan mata pasien tampak bengkak, hidung pasien terlihat simetris dan tidak terdapat sekret, mulut pasien tidak ada stomatis dan tidak tampak kotor, kemudian pada gigi pasien bersih dan tidak ada karang gigi, pada telinga pasien simetris antara kanan dan kiri dan pada leher pasien tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid. Berdasarkan hasil pemeriksaan MSCT kepala Nn.I pada tanggal 5 April 2012 dengan menggunakan CT scan GE 8 slince tanpa kontras intravena, potongan aknal dengan hasil subgaleal hematom pada regio temporopariental kanan, gambaran fraktur linier pada temporal kanan.

18 9 Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 April 2012 yaitu hemoglobin 13,4 g/dl nilai normal (11,7-16,2), hematoksit 37,7 nilai normal (35-45), eritrosit 4,37 juta/mm nilai normal (4,1-5,1) trombosit U/L nilai normal ( ) dan pasien mempunyai golongan darah AB. Pasien mendapatkan terapi medis berupa infus RL 20 tetes per menit, fersobat dosis 2x1gr (infeksi jaringan lunak), kalnex ½ amp dosis 3x250 gr (untuk anti perdarahan), neuratom dosis 2x1gr (untuk persyarafan). B. Rumusan Daftar Masalah Berdasarkan hasil analisa data yang didapatkan pasien bernama Nn.I, berumur 20 tahun dengan diagnosa cidera kepala berat dari data subyektif pasien mengatakan kepala terasa nyeri, nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6 ( 0-6 ) dan nyeri terasa disaat pasien bergerak dan disaat pasien akan tidur, kemudian dari data obyektif pasien tampak meringis kesakitan dan pasien tampak menahan sakit, kepala terdapat benjolan pada dahi sebelah kanan dan dari hasil CT scan terdapat subgaleal hematom pada regio temporopariental kanan, gambaran fraktur linear pada temporal kanan. Berdasarkan dari hasil data subyektif dan obyektif yang diperoleh dapat diambil masalah keperawatan utama pada Nn.I adalah nyeri akut, dari masalah utama tersebut penulis mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik trauma kepala.

19 10 C. Rencana Keperawatan Berdasarkan diagnosa keperawatan pada Nn.I maka penulis dapat melakukan tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang menjadi 4 dan ekspresi wajah pasien tidak tampak meringis menahan sakit. Rencana keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah observasi keadaan umum pasien dengan rasional untuk mengetahui tingkat kesadaran dan memantau tingkat kesadaran pasien, kaji nyeri P,Q,R,S,T dengan rasional mengetahui keadaan nyeri pasien, berikan posisi yang nyaman dengan rasional memberikan kenyamanan pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman dengan rasional membantu pasien agar dapat tidur dengan nyaman, ajarkan teknik relaksasi untuk membantu mengurangi nyeri dan kolaborasi dalam pemberian terapi dengan rasional mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri pada pasien. (NIC & NOC, 2007) D. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012, jam WIB adalah mengobservasi keadaan umum dan mengukur tanda-tanda vital pasien, dengan respon pasien subyektif pasien mengeluh sakit kepala dan dari respon pasien secara obyektif pasien tampak meringis kesakitan dan tanda-tanda vital suhu 36,7 o C, tekanan darah 110/60, nadi 69 kali per menit dan pernafasan 20 kali per menit, pada jam WIB mengkaji nyeri P,Q,R,S,T pada pasien, respon pasien subyektif dan obyektif pasien

20 11 mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri dirasakan seperti dipukul-pukul pada bagian kepala dan skala nyeri 6 dan nyeri sering timbul disaat bergerak dan disaat pasien akan tidur, pasien tampak meringis kesakitan menahan sakitnya, pada jam WIB memberikan posisi yang nyaman, respon pasien subyektif pasien mengatakan sudah merasa lebih baik dan dari respon pasien obyektif pasien tampak lebih rileks, pada jam WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri dan dari respon pasien subyektif pasien mengatakan nyeri agak berkurang, kemudian dari respon pasien obyektif ekspresi wajah pasien tampak lebih rileks. Pada jam WIB memberikan lingkungan yang nyaman, respon pasien subyektif pasien mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan disekitar dan respon pasien obyektif pasien tampak rileks dan tenang, pada jam memberikan terapi kalnek 1/2amp, fersobat 2x1gr dengan respon pasien subyektif pasien mengatakan merasa lebih baik dan respon pasien obyektif terapi injeksi masuk dan ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan sakit. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 6 April 2012, pada jam WIB mengobservasi keadaan umum dan mengukur tanda-tanda vital pasien dengan respon pasien subyektif pasien masih mengeluh sakit kepala dan respon pasien obyektif pasien masih tampak meringis kesakitan dengan tanda-tanda vital suhu 37 o C, tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 78 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, pada jam WIB mengkaji nyeri P,Q,R,S,T pada pasien, respon pasien subyektif pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada bagian kepala, nyeri terasa seperti dipukul-pukul

21 12 dengan skala nyeri 4 dan nyeri dirasakan pasien disaat pasien bergerak serta disaat pasien akan tidur kemudian pada respon pasien obyektif pasien masih tampak menahan sakit dan ekspresi wajah pasien masih meringis, pada jam WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi) pada pasien, respon pasien subyektif pasien merasa nyaman dengan posisi yang diberikan dan respon pasien obyektif pasien tampak lebih rileks, pada jam WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, respon pasien subyektif pasien mengatakan mengerti dengan apa yang diajarkan dan mau mengikuti kemudian respon pasien obyektif ekspresi wajah pasien masih meringis dan tampak menahan sakit, pada jam WIB memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien, respon pasien subyektif pasien mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan disekitarnya respon pasien obyektif pasien tampak rileks dan lebih tenang. Pada jam memberikan terapi kalnek 1/2amp, fersobat 2x1gr dengan respon pasien secara subyektif pasien mengatakan setelah diinjeksi merasa lebih baik dan respon pasien obyektif ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan sakit. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7 April 2012, pada jam WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, respon pasien subyektif pasien masih mengeluh sakit kepala dan respon pasien obyektif suhu pasien 36,8 o C, tekanan darah pasien 120/80 mmhg, Nadi 84 kali per menit dan pernafasan 22 kali per menit, pada jam WIB mengkaji nyeri P,Q,R,S,T pada pasien, respon pasien subyektif pasien mengatakan kepalanya masih terasa nyeri dan nyeri terasa seperti dipukul-

22 13 pukul dengan skala nyeri 4, nyeri terasa disaat bergerak dan ketika akan tidur dan dari respon pasien obyektif pasien masih tampak meringis menahan sakit, pada jam WIB mengingatkan agar pasien melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, respon pasien subyektif pasien mengatakan nyeri kepala berkurang menjadi 4 dan dari respon pasien obyektif pasien masih tampak menahan sakit, pada jam WIB memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien, respon pasien subyektif pasien mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan disekitarnya kemudian dari respon pasien obyektif pasien tampak rileks dan tampak tenang, pada jam memberikan terapi kalnek 1/2amp, fersobat 2x1gr dengan respon pasien subyektif pasien mengatakan merasa lebih baik dan respon pasien obyektif ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan sakit. E. Evaluasi Berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan pada tanggal 5 April 2012, pada jam WIB pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6 kemudian nyeri sering timbul disaat pasien bergerak dan ketika pasien akan tidur, pasien tampak meringis kesakitan dan pasien tampak menahan sakit, masalah belum teratasi kemudian lanjutkan intervensi diantaranya kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi. Berdasarkan hasil evaluasi dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2012, pada jam pasien masih

23 14 mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 4, nyeri sering timbul disaat bergerak dan ketika akan tidur, pasien tampak menahan sakit dan ekspresi wajah tampak meringis, masalah belum teratasi dan intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi. Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat pada tanggal 7 April 2012, pada jam WIB pasien mengatakan masih merasa nyeri kepala dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 4 dan nyeri sering timbul disaat pasien bergerak dan ketika pasien akan tidur, ekspresi wajah pasien masih tampak meringis dan pasien masih tampak menahan sakit, masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi diantaranya kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi pada pasien, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi.

24 15 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. I Dengan Cidera Kepala Berat di Ruang Cempaka RS. Panti Waluyo Surakarta. Disamping itu penulis akan membahas faktor pendukung dan kesenjangan yang terjadi antara teori dan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan. 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah pertama proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2009). Cidera kepala berat merupakan suatu trauma atau jejas yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Paula, 2009). Pada pasien yang mengalami cedera kepala berat, walaupun, setelah perawatan di rumah sakit kebanyakan akan mengalami berbagai komplikasi yaitu gejala yang terdiri atas nyeri kepala, pusing, dizziness, iritabilitas, mudah lelah, ansietas, gangguan memori, menurunnya konsentrasi dan 15

25 16 insomnia, merupakan hal yang terjadi setelah cedera kepala ringan tertutup. Komplikasi yang lain bisa terjadi kejang, kerusakan saraf, infeksi, masalah komunikasi, perubahan perilaku, perubahan emosional, penyakit degeneratif otak. Melihat uraian tersebut, jelas bahwa cedera kepala adalah insidensi yang sudah menelan banyak program dengan berbagai prognosa bahkan diantaranya meninggal dunia. Keluhan nyeri kepala sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, maka harus dilakukan pengkajian P,Q,R,S,T sehingga diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri (Awalluddin, 2009). Pada saat dilakukan pengkajian Nn.I mengeluhkan nyeri kepala, pengkajian dilakukan pada hari kamis tanggal 5 April 2012, ketika pasien pulang dari kuliah pasien mengalami kecelakaan. Meskipun tidak terdapat luka pada anggota tubuh pasien tapi kepala pasien terkena benturan yang sangat keras sehingga pasien mengalami cidera kepala. Pasien mengeluh nyeri kepala yang disebabkan akibat benturan, dengan kualitas nyeri seperti dipukul-pukul, nyeri dirasakan dibagian kepala dengan skala nyeri 6 (0-10) dan nyeri sering terasa disaat pasien akan tidur dan ketika pasien bangun tidur. Menurut penulis antara pasien satu dengan pasien yang lainnya berbeda dalam mempersepsikan nyeri, dapat dibuktikan dalam teori menurut (Potter dan Perry, 2006). Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi.

26 17 Menurut NANDA (2011), nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of pain). Dan faktor yang menyebabkan nyeri tersebut dari agen cidera (antara lain: biologis, zat kimia, fisik, psikologis). Pasien dibantu oleh keluarga karena menurut penulis semakin banyak aktivitas dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan mengacu pada teori Gordon antara lain : Pada pola aktivitas dan latihan selama pasien sakit semua aktivitas atau gerakan yang dilakukan oleh pasien akan semakin memperparah nyeri itu sendiri, dapat dibuktikan dalam teori menurut Potter dan Perry (2006), semakin banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam beraktivitas maka semakin besar juga resiko ketidaknyamanan akibat nyeri yang dirasakan. Pada pola kognitif dan persepsi sensori pasien mengatakan dapat berbicara, melihat, dan mencium dengan baik tanpa alat bantu namun pada pendengaran pasien mengalami gangguan ditunjukan pada telinga bagian kanan pasien terasa seperti mendengung dan kepala terasa nyeri akibat trauma kepala dengan kualitas nyeri seperti dipukul dan skala nyeri 6 (0-10), nyeri sering muncul saat bergerak dan ketika pasien akan tidur. Pola istirahat tidur selama sakit pasien mengatakan sering terbangun dimalam hari karena nyeri yang dirasakan seperti dipukulpukul, menurut penulis bahwa nyeri sangat mempengaruhi kenyamanan

27 18 pasien dan fokus pasien hanya tertuju pada nyeri itu sendiri sehingga tidur pasien sangat terganggu akibat nyeri yang dirasakan dibuktikan oleh (NANDA, 2011), melaporkan: nyeri secara verbal atau non verbal, Indikasi nyeri yang dapat diamati, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan untuk melindungi, tingkah laku berhati-hati, gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai), fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan), tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain, aktivitas berulang), respon otonom (diaporesis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi, dilatasi pupil), perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku), tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang, mengeluh), perubahan dalam nafsu makan. Dalam mendokumentasikan analisa data, pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik trauma kepala yaitu yang menyatakan bahwa ada benjolan pada kepala akibat benturan. Data yang menurut teori ada dalam kasus nyata adalah pasien tampak meringis kesakitan Menurut (Potter dan Perry, 2006). Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Nn.I ditemukan masalah pada bagian kepala, dahi kanan pasien terdapat benjolan akibat benturan, dari hasil pemeriksaan MSCT kepala pasien dengan menggunakan CT scan GE 8 slince tanpa kontras intra vena, potongan aknal dengan hasil subgaleal hematom pada regio

28 19 temporopariental kanan, gambaran fraktur linier pada temporal kanan. Kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 April 2012, data yang didapat semua normal dan tidak ada gangguan. Pasien mendapatkan terapi medis berupa infus RL 20 tetes per menit, fersobat 2x1gr (infeksi jaringan lunak), kalnek ½ amp dosis 3x250 gr (untuk anti perdarahan), neuratom dosis 2x1gr (untuk persyarafan) (ISO, 2010). Menurut penulis antara pasien satu dengan pasien yang lainnya berbeda dalam mempersepsikan nyeri, dapat dibuktikan dalam teori menurut Potter dan Perry (2006), faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung jawab perawat. Formulasi diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui identitas masalah dapat digambarkan berbagai

29 20 masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau mencari penyebab masalah keperawatan, dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala atau penyebabnya. Tanda dan gejala tersebut dapat digunakan untuk memperjelas kata yang ada (Hidayat, 2009). Diagnosa yang muncul pada masalah Nn.I berdasarkan prioritas adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik trauma kepala, diagnosa keperawatan ini sesuai dengan buku (NANDA,2011) nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat dan sensasi yang tidak menyenangkan selama 6 bulan atau kurang. Diagnosa keperawatan ini penulis prioritaskan pada urutan pertama karena Menurut penulis masalah keperawatan ini bila tidak diatasi, maka rasa nyeri mengganggu aktivitas pasien. Disamping itu karena pasien takut untuk bergerak, maka peredaran darah tidak lancar dan pada akhirnya mempengaruhi proses penyembuhan. Sedangkan menurut pasien masalah ini merupakan masalah yang paling mengganggu dan (Potter dan Perry, 2006), nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan pasien sehingga harus menjadi prioritas perawatan. Masalah ini muncul karena cidera kepala berat hari pertama, akibat dari benturan keras yang menyebabkan cidera kepala dapat merobek dan menghancurkan saraf, pembuluh darah serta jaringan didalam atau disekeliling otak, sehingga terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan

30 21 dan pembengkakan hebat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa didalam tengkorak karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan dapat merusak atau menghancurkan jaringan otak sehingga timbul rasa nyeri. Penyebab dari cidera kepala berat diantaranya karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, penganiayaan, jatuh, cidera akibat kekerasan (Anonim, 2012). 3. Perencanaan Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu pasien dalam mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2001). Intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas), mearsurable (dapat diukur), acceptance, rasional dan timing (Nursalam, 2001). Penulis memberikan intervensi keperawatan pada pasien dalam diagnosa Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma kepala) yaitu pertama observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, kemudian kaji nyeri PQRST, P : Mengacu pada penyebab nyeri, Q: menjelaskan lokasi nyeri, R : mengacu pada daerah nyeri, S : menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas skala nyeri, skala nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10= nyeri paling hebat, T : menjelaskan waktu terjadinya nyeri, dengan observasi dan kaji PQRST untuk mengetahui keadaan nyeri pasien dan dapat dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri

31 22 tersebut. (Brunner and Suddarth, 2002). Kemudian memberikan posisi yang nyaman kepada pasien untuk meningkatkan relaksasi untuk memberikan kenyamanan pada pasien agar pasien dapat istirahat dengan nyaman. Tehnik relaksasi nafas dalam menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks (Doengoes, 2000). Untuk nyeri akut adalah penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan nyeri sesegera mungkin. Analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan nyeri yang mengalami perburukan. Setelah nyeri yang pasien rasakan berkurang, perawat merencanakan terapi lain, seperti tehnik relaksasi nafas dalam atau aplikasi panas untuk meningkatkan efek analgesik. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri, sedangkan tanda nyeri salah satunya peningkatan tekanan darah, perubahan autonomik dari tonus otot. Sehingga sangat bermanfaat apabila dilanjutkan tindakan keperawatan mengajarkan tehnik relaksasi (Potter dan Perry, 2006). 4. Implementasi Sesuai teori intervensi disusun dari observasi, tindakan keperawatan, pendidikan kesehatan, dan kolaborasi dalam memberikan tindakan untuk mengurangi nyeri antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala

32 23 nyeri dan waktu terjadinya nyeri), mengkaji faktor yang mengurangi nyeri dan memperberat nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, pemberian obat analgesik (Hidayat, 2009: 220). Penulis melakukan semua intervensi yang ditulis, kecuali pada rencana asuhan keperawatan hari ketiga penulis tidak dapat melakukan tindakan keperawatan relaksasi nafas dalam karena pada hari ketiga pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 4 dan pasien sudah tampak rilek, maka menurut penulis tindakan keperawatan tehnik relaksasi nafas dalam tidak perlu dilakukan. Dapat dibuktikan menurut NIC NOC, 2006 : 341, dengan kriteria hasil pasien mampu mengontrol nyeri, skala nyeri berkurang menjadi 1-4, pasien tampak rileks dan tidak meringis kesakitan, tanda- tanda vital normal. 5. Evaluasi Evaluasi adalah langkah akhir dari proses perawatan. Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana rencana tindakan keperawatan dan intervensi. Lebih lanjut, pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncanakan pada keadaan kesehatan pasien ( Nursalam, 2001). Sesuai teori kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik trauma kepala adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang ataupun hilang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri, skala nyeri

33 24 berkurang menjadi 1-4, pasien tampak rileks dan tidak meringis kesakitan. Tetapi berdasarkan hasil evaluasi tanggal 5 April 2012, jam WIB pada Nn.I, pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6 kemudian nyeri sering timbul disaat pasien bergerak dan ketika akan tidur, pasien tampak menahan sakit dan ekspresi wajah tampak meringis, masalah belum teratasi dan intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria kaji nyeri PQRST, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan posisi yang nyaman pada pasien (Supinasi), kolaborasi dalam pemberian terapi. tetapi kriteria hasil tidak tercapai dihari pertama karena dalam kasus ini cidera kepala berat hari pertama, jadi nyeri yang dirasakan berat. Dan dilahan penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan pemberian analgesik, sedangkan analgesik hanya bereaksi beberapa jam jadi setelah analgesik tidak bereaksi maka rasa nyeri akan muncul kembali. Berdasarkan hasil evaluasi dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2012, pada jam pasien masih mengatakan nyeri pada bagian kepala dan nyeri terasa seperti dipukulpukul dengan skala nyeri 4, nyeri sering timbul disaat bergerak dan ketika akan tidur, pasien tampak menahan sakit dan ekspresi wajah tampak meringis, masalah belum teratasi dan intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi.

34 25 Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat pada tanggal 7 April 2012, pada jam WIB pasien mengatakan masih merasa nyeri kepala dan nyeri terasa seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 4 dan nyeri sering timbul disaat pasien bergerak dan ketika pasien akan tidur, ekspresi wajah pasien masih tampak meringis dan pasien masih tampak menahan sakit, masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi diantaranya kaji nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi pada pasien, berikan posisi yang nyaman pada pasien, berikan lingkungan yang nyaman, kolaborasi dalam pemberian terapi. B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan a. Hasil pengkajian dengan nyeri akut cidera kepala berat pasien mengatakan nyeri akut pada kepala, seperti dirasakan saat bergerak, nyeri dirasakan seperti dipukul-pukul dengan skala nyeri 6. b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : trauma kepala. c. Rencana Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien nyeri akut pada cidera kepala berat yaitu kaji karakteristik nyeri untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri. Observasi tanda-tanda vital mencakup tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Ajarkan tehnik relaksasi dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Berikan posisi nyaman kepada klien

35 26 untuk meningkatkan relaksasi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik untuk mengatasi masalah nyeri. d. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut dengan cidera kepala berat sesuai dengan perencanaan tindakan Asuhan Keperawatan yang bertujuan sesuai dengan kriteria hasil. e. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut cidera kepala berat menunjukkan penurunan skala nyeri sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut teori. f. Analisa asuhan keperawatan pada Nn. I dengan Cidera Kepala Berat telah berhasil dilakukan karena mengalami peningkatan yang menuju perbaikan dari penyakitnya. 2. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan cidera kepala berat, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien cidera kepala berat khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.

36 27 b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan cidera kepala berat. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif. c. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

37 DAFTAR PUSTAKA Anonim Diakses tanggal 16 April. Awalluddin Sibuea, Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan Otak Berdasarkan CT Scan Kepala. elusuri. Diakses pada tanggal 15 April Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hidayat R. Sjamsu, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. ISO ISO Informasi Spesialis Obat-obat Indonesia, Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta. Kristanty, Paula, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi , Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Nasution, Karakteristik Penderita Cedera Kepala akibat Kecelakaan Lalu Lintas. Diakses pada tanggal 16 April Nursalam, BSN, Mnurs, Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik/Nursalam, Edisi 1.Penerbit Buku Salemba Medika, Jakarta. Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, (2005), Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Practice, PenerjemahRenata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzzane C., Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth s Textbook of Medical Nursing, Vol. 2, 8 th Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih, S.Kep., Ns., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

38 Wilkinson, Judith M., (2007), Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes, 7 th Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep., M. Kes., dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah kepala (Suriadi & Rita Yulaini, 2001). Salah satu faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN. daerah kepala (Suriadi & Rita Yulaini, 2001). Salah satu faktor penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu trauma daerah kulit kepala, tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada daerah kepala (Suriadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Nn. P DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENFILE RS. PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Nn. P DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENFILE RS. PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Nn. P DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN DI RUANG BOUGENFILE RS. PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : INDAH SARI NIM. P.10101 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

ARTIKEL LAPORAN KASUS. PENGELOLAAN NYERI PADA Tn. S DENGAN CIDERA KEPALA DI RUANG FLAMBOYAN II RSUD KOTA SALATIGA. Oleh: AHMAD FATHONI

ARTIKEL LAPORAN KASUS. PENGELOLAAN NYERI PADA Tn. S DENGAN CIDERA KEPALA DI RUANG FLAMBOYAN II RSUD KOTA SALATIGA. Oleh: AHMAD FATHONI ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI PADA Tn. S DENGAN CIDERA KEPALA DI RUANG FLAMBOYAN II RSUD KOTA SALATIGA Oleh: AHMAD FATHONI 0131684 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PENGELOLAAN NYERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan di bidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi Di Susun Oleh: EKO BUDIARTO NIM : 2016131022 PROGRAM PROFESI NERS

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN CIDERA KEPALA SEDANG DI RUANG KHANTIL RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN CIDERA KEPALA SEDANG DI RUANG KHANTIL RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN CIDERA KEPALA SEDANG DI RUANG KHANTIL RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH : DIAH AYU HAPSARI NIM. P.10087 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini akan membahas mengenai permasalahan tentang penanganan nyeri pascabedah ortopedi dan membandingkan dengan teori yang sudah ada dengan kenyataan yang dihadapi pada

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Karya Tulis Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4 LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4 Nama Mahasiswa : Uci Ramadhani Tanggal : 24 Juli 2008 NPM : 0711464809 Ruangan : IGD Nama psien Umur Diagnosa medis : An.M : 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea 38 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. A post operasi sectio caesarea dengan indikasi fetal distres di bangsal Annisa RS PKU Muhammadyah Surakarta, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

STUDI KASUS. Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH:

STUDI KASUS. Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI VESIKOLITOTOMI HARI KE VII ATAS INDIKASI VESIKOLITIASIS DI BANGSAL MAWAR 3 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini di ruang Bougenville

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui standart tim kesehatan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : RINI ANJARSARI NIM. P.09096 PROGRAM STUDI D III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : DUWI SUSANTI NIM. P.09014 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang kasus yang diambil dengan judul Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan kecemasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 Februari 2008. dengan menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : POST LUMPEKTOMI FIBROADENOMA MAMMAE ( FAM ) SINISTRA DIRUANG MULTAZAM RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI s Disusun Oleh: DESY BANANI RUSTAM J 200 120 014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT PENELITIAN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT Heni Apriyani* *Dosen Prodi Keperawatan Kotabumi Poltekkes Tanjungkarang Salah satu kegiatan yang penting dalam

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan. Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Keperawatan. Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi CATATAN PERKEMBANGAN No. Hari/tanggal Dx /pukul 1 Rabu 19 juni 2013 14.45 WIB 15.00 WIB 15.05 WIB 15.25 WIB Implementasi Keperawatan Mengevaluasi tingkat mobilitas klien Mendorong partisipasi pada aktivitas

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : DENI SETIOWATI NIM. P.09011 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyakit gastrointestinal (saluran pencernaan) merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan penyebab terbanyak kematian

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO Disusun oleh : FAJAR MUKHLIS GUNAWAN J.200.090.057 KARYA

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif

Lebih terperinci

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015 Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015 A. Pengertian Chaplin (2011) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN : CEDERA KEPALA POST KRANIOTOMI HARI KE-2 DI RUANG SOFA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : WIJAYANTI

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

Lebih terperinci

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN STUDI KASUS PADA Tn. M UMUR 79 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang ilmu dan teknologi secara tidak langsung dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kepala atau otak (Borley & Grace, 2006). Di

Lebih terperinci

IKRIMA RAHMASARI J

IKRIMA RAHMASARI J PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) SECARA DINI TERHADAP KEMAMPUAN ACTIVITIES DAILY LIVING (ADL) PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI RSUI KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan

Lebih terperinci