Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik PLN Pada Kelompok Pelanggan Rumah Tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik PLN Pada Kelompok Pelanggan Rumah Tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo Tahun"

Transkripsi

1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik PLN Pada Kelompok Pelanggan Rumah Tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo Tahun Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : CATUR SUTRISWANTO AJI F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan sumber daya yang dibutuhkan oleh kehidupan dan bagi pembangunan, terutama untuk mendukung proses industrialisasi. Pembangunan energi diarahkan untuk mendorong kegiatan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memenuhi kebutuhan energi masyarakat dengan menjamin tersedianya energi dan meningkatkan mutu pelayanannya. Pembangunan energi harus memperhatikan kelestarian energi untuk jangka panjang, kebutuhan energi dalam negeri, peluang ekspor dan keselamatan serta kelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk menjaga kelestarian sumber daya tersebut perlu diupayakan pemanfaatan secara optimal dan penggunaan peralatan dan teknologi hemat energi dalam rangka kebijakan energi nasional yang menyeluruh dan terpadu. Listrik sebagai komoditi tidak dapat disimpan dalam jumlah besar. Listrik harus dibangkitkan dan diproduksi seketika serta langsung disalurkan kepada pemakai akhir dalam kuantitas dan kualitas yang tepat saat dibutuhkan. Hal ini berbeda dengan BBM yang dapat disimpan dalam tanki untuk beberapa waktu sambil menyesuaikan dengan kebutuhan, karena itu perencanaan pengembangan tenaga listrik perlu dilakukan secara cermat, terutama proyeksi kebutuhan masa depan. Penyediaan tenaga listrik harus seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan. Energi lisrik yang berlebih mengakibatkan kapasitas yang terpasang yang ada tidak termanfaatkan, sehingga biaya persatuan kwh menjadi mahal. Begitu pula sebaliknya, ii

3 kekurangan persediaan listrik akan menyebabkan pemadaman bahkan menjurus pada kerawanan sosial dan politik. Dengan demikian keseimbangan pasar tenaga listrik sangat penting, sehingga perlu dilakukan pemantauan dan penyesuaian terus-menerus dari waktu ke waktu. Listrik merupakan satu energi vital pendukung pembangunan dalam suatu negara. Namun dalam skala besar saat ini belum ada teknologi yang cukup efisien digunakan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh sebuah pembangkit atau lebih sering disebut dengan generator, yang kemudian langsung didistribusikan kepada konsumen akhir dengan mutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan saat itu (Listrikita, 2006). Tabel 1. Produksi dan Pembelian Tenaga Listrik di Jateng, Jawa, dan Indonesia Tahun dalam (GWh). Tahun Nasional Jawa Jawa Tengah Produksi Dibeli Produksi Dibeli Produksi Dibeli , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah 656, , , , Sumber: DJLPE ESDM dan PT. PLN (Persero), diolah. iii

4 Berdasarkan data pada tabel 1 diatas terlihat bahwa produksi dan pembelian tenaga listrik baik secara nasional maupun di pulau jawa dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan sedangkan untuk propinsi jawa tengah untuk produksi tenaga listrik mengalami pasang surut ini terlihat dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 mengalami kenaikan sebesar 0,19 GWh sedangkan untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2002 mengalami penurunan produksi sebesar 0,29 GWh dan pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2003 mengalami kenaikan lagi sebesar 0,24 GWh akan tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunan produksi lagi sebesar 0,24 GWh. Untuk tahun berikutnya mengalami penurunan produksi yaitu sebesar 0,07 GWh pada tahun 2005 akan tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan produksi sebesar 0,09 GWh dan untuk pembeliannya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dari tahun 2004 sampai dengan tahun Tenaga listrik sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia diera modern ini, karena hampir semua sektor industri bergantung pada energi listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN (Persero). Saat ini energi listrik sudah digolongkan sebagai kebutuhan pokok suatu daerah yang digunakan oleh empat kelompok pemakai listrik. Kelompok pemakai tersebut adalah kelompok rumah tangga, industri, bisnis, dan umum (Hasid, 2005:20). Golongan rumah tanggalah yang merupakan kelompok pemakai energi listrik paling besar dalam setiap tahunnya. Didalam kelompok rumah tangga, listrik digunakan sebagai penerangan dan alat untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari. Pada kelompok industri, seperti industri tekstil, alat berat, makanan, dan lain-lain. Listrik merupakan motor penggerak utama terselenggaranya proses produksi. Dalam kelompok bisnis yang meliputi berbagai bidang usaha seperti iv

5 penginapan, tempat hiburan, rumah makan, dan sebagainya. Sedangkan kelompok umum meliputi sosial, penerangan jalan umum dan kepentingan multiguna. Penggunaan listrik untuk kepentingan multiguna bersifat sementara contohnya untuk keperluan pesta, pameran, dan acara-acara khusus lain. Listrik juga menjadi kebutuhan wajib dalam menjalankan aktivitas usaha. Dengan listrik semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan lebih praktis, apalagi dijaman serba cepat seperti sekarang ini, peralatan-peralatan kerja, perabot rumah tangga, bahkan sampai mainan anakanak menggunakan tenaga listrik. Tidak hanya di kota saja yang menganggap listrik sudah merupakan barang kebutuhan pokok, tetapi di desa juga begitu. Dengan demikian jaringan listrik semakin luas karena masyarakat desa sudah bisa menikmati adanya listrik, sehingga permintaan dan konsumsi akan listrik semakin meningkat. Konsumsi energi listrik terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Semakin bertambah penduduknya maka konsumsi listrik juga akan mengalami peningkatan mengingat kebutuhan energi listrik sangat vital penggunaanya bagi masyarakat. Hal ini di tunjukan oleh besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan terbesar dari sektor: Pertanian (Bahan makanan, Perkebunan rakyat, Peternakan, Kehutanan, Perikanan); Industri pengolahan; Perdagangan. Tenaga listik merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang cukup penting dan menyangkut kepentingan umum, maka pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah walaupun dimungkinkan sektor swasta untuk berperan didalamnya. Listrik termasuk kebutuhan dasar masyarakat modern baik yang tinggal v

6 di daerah perkotaan maupun pedesaan, maka mendorong pemerintah untuk meningkatkan penyediaan tenaga listrik dengan melaksanakan program pengembangan tenaga listrik. Permintaan energi listrik terus mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Hal ini disebabkan semakin tingginya konsumsi listrik oleh masyarakat di Kabupaten Purworejo. Sejalan semakin membaiknya kondisi perekonomian akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam penggolongan untuk aktivitas sektor ekonomi dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu Rumah Tangga, Usaha, Industri, dan Umum. Rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Kelompok usaha terdiri dari usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa hiburan, dan jasa sosial. Kelompok industri berupa industri makan, tekstil, logam, permesinan dan industri lainnya. Semua kelompok ini sebagai konsumen listrik, kebutuhannya terus meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka akan diadakan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo tahun a. Rumusan Masalah Mengingat permintaan akan energi listrik yang terus meningkat, terutama pada kelompok pelanggan rumah tangga. Maka akan dilakukan analisa tentang vi

7 faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo? 3. Bagaimana pengaruh tarif dasar listrik terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo? 4. Bagaimana pengaruh harga minyak tanah terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo? E. Tujuan Penelitian Dengan melihat pada perumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh PDRB terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo. b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tarif dasar listrik terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo. c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga minyak tanah terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo. vii

8 i. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo yang dipengaruhi oleh PDRB, tarif, dan harga minyak tanah maka penulis bermaksud untuk: a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan perlistrikan dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo. b. Dapat dijadikan sebagai masukan kepada PLN di Kabupaten Purworejo agar dapat memberikan pelayanannya sebagai penyedia listrik di daerah dengan baik. c. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai latihan dalam penulisan yang bersifat ilmiah dan untuk acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. viii

9 BAB II Landasan Teori a. Pengertian Konsumsi Dalam kehidupan sehari-hari, istilah konsumsi dapat dikaitkan dengan makanan dan minuman yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi tidak hanya terbatas pada persoalan makan dan minum, tetapi juga menyangkut semua kebutuhan hidup di masyarakat, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Konsumsi merupakan suatu perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia. Pengertian konsumsi dalam kehidupan sehari-hari yang diartikan dengan perilaku makan dan minum (Yuliadi, 2001:282). Jadi, dapat diartikan bahwa konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsep konsumsi berasal dari kata bahasa inggris Consumption yang berarti pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut ( Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut maka diperlukan barang dan jasa. Menurut Yuliadi (2001:283), barang-barang konsumsi mempunyai ciri-ciri, diantaranya: 1. Barang yang dikonsumsi adalah barang yang dihasilkan oleh manusia. Barang yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup. ix

10 Penggunaan cangkul, gergaji, mesin, bangunan kantor, dan barang modal lainnya pada hakikatnya ditujukan untuk menghasilkan barang atau jasa sehingga tidak dapat dimasukan dalam pengertian konsumsi. 2. Barang yang dikonsumsi akan mengalami penyusutan sedikit demi sedikit sehingga lama-lama tidak dapat digunakan lagi. Dari pengertian tentang ciri-ciri barang konsumsi diatas, secara umum barang semacam itu dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Barang yang dapat dipakai sekali saja, seperti makanan, minuman, dan obatobatan. b. Barang yang dapat dipakai beberapa kali, seperti pakaian, perabot rumah tangga, dan kendaraan. Barang-barang seperti itulah yang akan mengalami penyusutan secara berangsur-angsur atau kegunaannya semakin berkurang sehingga akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Menurut definisi dari Biro Pusat Statistik (BPS), secara umum konsumsi dibagi dua macam yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Konsumsi makanan yaitu segala pengeluaran dalam bentuk makanan dan minuman. Sedangkan konsumsi bukan makanan yaitu segala pengeluaran pakaian, hiburan, pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Kemudian dalam ilmu ekonomi makro, pelaku konsumsi dibagi ke dalam dua macam yaitu konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Secara makroagregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula pengeluaran konsumsinya (Dumairy, 1997:114). x

11 Tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. Hal ini berarti, bahwa penggunaan barang di luar tujuan tersebut tidak dapat dimasukan sebagai kegiatan konsumsi. Misalnya suatu kendaraan dapat digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup pemiliknya atau disewakan kepada orang lain. Apabila digunakan sendiri oleh pemiliknya kendaraan itu merupakan barang konsumsi. Akan tetapi jika disewakan maka kendaraan itu bukan merupakan barang konsumsi. 1. Teori-Teori Konsumsi a. Teori Konsumsi Keynes Dalam buku the General Theory (1936) Keynes mengemukakan fungsi konsumsi yang didasarkan pada teori hipotesis pendapatan mutlak (absolute income hypothesis). Oleh karena itu, hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan fungsi konsumsi jangka pendek. Persamaan fungsi konsumsi tersebut adalah : C C + cy Dimana C adalah konsumsi, C adalah konstanta (konsumsi otonomi), yaitu tingkat konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal, Y merupakan pendapatan disposabel. Fungsi konsumsi diatas terbentuk berdasarkan tiga dugaan (Mankiw, 2003:425): 7. Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume) adalah antara nol dan satu, keynes menulis tentang hukum psikologis bahwa manusia diatur, sebagai sebuah peraturan dan berdasarkan rata-rata untuk meningkatkan xi

12 konsumsi ketika pendapatan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan mereka. 8. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika pendapatan naik. 9. Konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. i. Hipotesis Pendapatan Relatif Hipotesis ini dikemukakan oleh James S. Duesenberry. Menjelaskan bahwa konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan saat ini relatif dalam perbandingannya dengan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya. Demikian juga konsumsi masyarakat sekitar akan memberi pengaruh terhadap konsumsi seseorang. Akibatnya jika tingkat pendapatan individu itu bertambah tinggi maka konsumsi akan meningkat secara proporsional terhadap peningkatan pendapatan tersebut. Tetapi jika pendapatan turun, maka konsumsi turun secara proporsional mengikuti fungsi konsumsi jangka pendek. Jadi fungsi dasar hipotesis pendapatan relatif adalah fungsi konsumsi jangka panjang. Kemudian fungsi konsumsi jangka pendek diperoleh dengan melihat pergeseran pendapatan jangka pendek (Suparmoko, 1998:71). c. Hipotesis Daur-Hidup Hipotesis ini dikemukakan oleh Franco Modigliani. Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat menggerakan pendapatan dari masa hidupnya (Mankiw, 2003:439). xii

13 Karena orang cenderung menerima pendapatan rendah saat usia muda, tinggi saat usia menengah, dan pendapatan berkurang saat usia tua. Rasio tabungan akan berfluktuasi mengikuti perkembangan umur. Saat usia muda memiliki tabungan negatif, usia menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda, dan usia tua akan mengambil tabungan. Fungsi konsumsi daur-hidup : C W Y Dimana parameter adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal pendapatan. Dari fungsi konsumsi tersebut dapat dinyatakan konsumsi bergantung pada kekayaan dan pendapatan (Mankiw, 2003:440). d. Hipotesis Pendapatan Permanen Hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman dalam bukunya A Theory Of The Consumption Function. Hipotesis tersebut melengkapi hipotesis daur-hidup yang berpendapat bahwa konsumsi rumah tangga ditentukan oleh pendapatan jangka panjang. Menurut Friedman konsumsi seharusnya bergantung terutama pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dari pinjaman untuk meratakan konsumsi dalam menanggapi perubahan-perubahan transitoris dalam pendapatan (Mankiw, 2003). Yang dimaksud dengan pendapatan permanen menurut Friedman adalah pendapatan jangka panjang rata-rata yang diharapkan akan diterima dari human and nonhuman wealth. Pendapatan permanen pada suatu periode tertentu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pendapatan permanen pada tahun sebelumnya dan persentase xiii

14 dari perbedaan diantara pendapatan masa kini dengan pendapatan permanen pada tahun sebelumnya (Sukirno, 2000). Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi konsumsi menurut Friedman adalah P C Y Dimana adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsi. P Y adalah pendapatan permanen. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Penentuan tingkat konsumsi rumah tangga selain dari pendapatan, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan konsumsi. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Sukirno, 2000:101-02): a. Kekayaan Kekayaan seseorang memiliki pengaruh besar terhadap konsumsi otonominya. Orang yang tidak memiliki kekayaan atau miskin tidak akan membeli barang-barang mewah. Mereka hanya akan membeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan. Sebaliknya, seseorang yang digolongkan dalam kelompok orang kaya akan mampu untuk membeli barang-barang superior. Contoh ini jelas menunjukan bahwa kekayaan dapat mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. b. Ekspektasi Ekspektasi mengenai keadaan dimasa datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa sekarang. Keyakinan bahwa dimasa mendatang akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga xiv

15 meningkatkan konsumsinya sekarang. Keadaan ekonomi yang diharapkan semakin pesat perkembangannya dimasa depan biasanya mendorong rumah tangga untuk meningkatkan pengeluaran konsumsinya. c. Jumlah Penduduk Dalam analisis mengenai pengeluaran agregat yang diperhatikan adalah konsumsi penduduk diseluruh negara. Oleh sebab itu, tingkat konsumsi bukan hanya tergantung tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan. Sebagai contoh, penduduk Singapore menerima pendapatan lebih tinggi daripada Indonesia apabila dihitung dari segi keseluruhan jumlah konsumsi Indonesia lebih besar dari Singapore. Keadaan ini menunjukan bahwa disamping tingkat pendapatan individu, perlu juga diperhatikan jumlah penduduk dalam menganalisis tingkat konsumsi masyarakat. d. Suku Bunga Menurut pandangan Klasik, semakin tinggi suku bunga maka tabungan yang akan diciptakan masyarakat meningkat. Keynes mempunyai pendapat yang bertentangan. Menurut pendapatnya tingkat tabungan masyarakat sepenuhnya ditentukan oleh pendapatan masyarakat tersebut dan suku bunga tidak akan mempengaruhi. Dalam prakteknya tidak dapat disangkal bahwa suku bunga mempengaruhi tabungan namun tidak sebesar yang diyakini oleh ekonom Klasik. e. Tingkat Harga Apabila dalam suatu perekonomian mengalami inflasi, pendapatan riil masyarakat mengalami perubahan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap konsumsi. xv

16 Konsumsi secara nominal tidak berpengaruh namun konsumsi secara riil akan menurun. Selain faktor-faktor yang disebutkan diatas, terdapat pula faktor penting lainnya yang mempengaruhi konsumsi (Suparmoko,1998:79-80): 1. Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapat sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan. Bila masyarakat mengubah sikap maka fungsi konsumsi agregat akan berubah. Sebagai contoh, bila selera masyarakat menurun, masyarakat memutuskan untuk mengurangi konsumsi. Pengurangan konsumsi akan menggeser fungsi konsumsi (jangka pendek) ke bawah. 2. Faktor Sosial Ekonomi Beberapa yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan, dan keadaan keluarga. Biasanya kelompok usia muda memiliki pendapatan yang tinggi dan mencapai puncaknya pada usia pertengahan. Pada kelompok usia tua pendapatan akan turun. Demikian juga dengan pendapatan yang di tabung, kelompok usia muda dan pertengahan adalah tinggi sedangkan kelompok usia tua adalah rendah. Yang berarti konsumsi relatif tinggi pada usia muda dan tua tetapi rendah pada usia pertengahan. Dengan adanya perbedaan konsumsi dalam kelompok umur maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. xvi

17 3. Keuntungan/kerugian kapital (Windfall) Keuntungan kapital akan meningkatkan hasil bersih dari kapital sehingga mendorong tambahnya konsumsi. Sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan menurunkan konsumsi. Beberapa ahli ekonomi memiliki pandangan yang berbeda mengenai hubungan antara keuntungan/kerugian kapital dengan konsumsi. John J. Arena mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dengan keuntungan kapital. Karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi, konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan saham jangka pendek. Menurut Kul B. Bhatia dan Barry Boswort ada hubungan yang positif antara konsumsi agregat dengan keuntungan kapital a. Pengertian Permintaan 6. Definisi Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa manusia mempunyai kebutuhan. Atas kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, semakin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan jenis barang (Sudarsono, 1992: 8). Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan antara istilah permintaan dengan jumlah barang yang diminta. Pengertian permintaan adalah keadaan keseluruhan dan hubungan diantara harga dan jumlah permintaan, sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu (Arsyad, 1987:26). xvii

18 Permintaan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai jumlah barang yang dibeli oleh sejumlah konsumen dengan harga tertentu pada waktu dan tempat tertentu (Samuelson, 2003). Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut atau potensial (Sudarsono, 1998). Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan. Analisis permintaan merupakan alat yang penting untuk: A. Memahami respon harga dan kuantitas suatu komoditas terhadap perubahan variabel-variabel ekonomi (misalnya variabel perubahan teknologi, selera konsumen, harga komoditas lain, harga faktor produksi). B. Menganalisis interaksi yang kompetitif antara penjual dan pembeli dalam menghasilkan harga dan kuantitas suatu komoditas. C. Menunjukan kebebasan yang diberikan pasar kepada konsumen dan produsen. D. Menganalisis efek berbagai intervensi kebijakan pemerintah di pasar (seperti pengendalian harga, kuota, pajak, subsidi, penetapan upah minimum, insentif produksi, dan lain-lain). Dua hal yang mendasari daya beli konsumen yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible income), b. Tergantung pada tingkat harga yang dikehendaki. xviii

19 Berdasarkan dua hal tersebut, maka apabila pendapatan dan harga berubah maka akan menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta. Pengaruh pendapatan dan harga terhadap jumlah barang yang diminta ini dapat dianalisis dengan pendekatan garis dan analisis. Dalam hal ini ahli ekonomi bernama Alfred Marshall menggunakan asumsi analisis bahwa hal-hal lain selain harga barang yang diamati bersifat konstan atau cateris paribus. Maka pengertian permintaan menurut Alfred Marshall adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga yang diamati. Adapun rumusan matematisnya sebagai berikut: Qd = f ( Px ) Dimana : Qd = jumlah barang yang diminta P = harga Karena Alfred Marshall masih menggunakan konsep cateris paribus maka kerangka pemikirannya bersifat parsial. Setelah masa itu timbul pemikiran baru yang lebih umum yang dikemukakan oleh Leon Walas, yang konsep pemikirannya dapat dirumuskan seperti berikut ini: Qd = f ( Px 1, Px 2, Px n, Y, E ) Dimana: Px 1 Px 2 Px n Y E = harga barang pertama = harga barang kedua = harga barang n = pendapatan konsumen yang siap dibelanjakan = selera / faktor lain yang tidak diobservasi xix

20 Dari kedua pendapat tersebut, yaitu pendapat Marshall dan Waralas dapat disimpulkan bahwa teori permintaan adalah suatu teori yang bertujuan mempelajari variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan. Ditinjau dari daya beli konsumen, permintaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu permintaan absolut, permintaan potensial dan permintaan efektif. Berikut ini masing-masing penjelasannya: o Permintaan absolut adalah permintaan yang tidak diikuti dengan daya beli. Permintaan absolut lebih merupakan angan-angan semata. o Permintaan potensial yaitu permintaan yang memiliki daya beli tetapi belum dilaksanakan. o Permintaan efektif artinya permintaan yang disertai daya beli dan dilaksanakan. Permintaan terhadap suatu barang dapat dilihat dari dua sudut yaitu permintaan yang dilakukan oleh seseorang dan permintaan yang dilakukan semua orang di pasar. Oleh karena itu, dalam analisis perlu dibedakan antara permintaan individu dan permintaan pasar (Sukirno, 2006: 78). A. Permintaan individu Permintaan individu adalah permintaan seorang individu terhadap produk tertentu. B. Permintaan pasar Permintaan pasar adalah penjumlahan dari permintaan individu. Permintaan akan suatu barang dapat dilihat dari permintaan yang dilakukan seseorang tertentu dan permintaan yang dilakukan oleh semua orang di dalam pasar. Permintaan pasar xx

21 adalah jumlah dari permintaan individu di dalam pasar sehingga kumpulan permintaan individu membentuk permintaan pasar. 7. Hukum Permintaan Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa bila harga suatu barang naik cateris paribus, maka jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun dan sebaliknya jika harga barang tersebut turun maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan naik dengan syarat faktor-faktor lain dianggap cateris paribus. Cateris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta dianggap tidak berubah. Kenaikan harga dan permintaan seperti tersebut di atas disebabkan oleh (Arsyad, 1996: 26-27): 1. Kenaikan harga menyebabkan pembeli mencari barang yang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti atas barang yang mengetahui kenaikan harga, demikian sebaliknya. 2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Setiap penurunan harga suatu barang tanpa ada perubahan atas harga barang lain atau pendapatan uang yang diterimanya selalu berarti kenaikan pendapatan riil, yaitu jumlah barang yang dibeli. Gejala ini dinamakan efek dari penurunan harga. Kemudian apabila kualitas barang yang diminta cenderung turun apabila harga naik, terdapat dua alasan (Samuelson, 2003: 54): xxi

22 a. Efek substitusi (substitusion effect) Apabila harga sebuah barang naik, maka konsumen akan menggantikannya dengan barang-barang yang serupa lainnya (misalnya: ketika harga tahu naik konsumen akan makan lebih banyak tempe). Efek substitusi menerangkan bahwa perubahan harga suatu barang berpengaruh terhadap barang yang menjadi subsitusinya. Barang subsitusi adalah barang yang dapat menggantikan peran barang yang digantikannya. Jika suatu barang mengalami kenaikan harga, konsumen akan beralih pada barang yang menjadi substitusinya yang tidak mengalami kenaikan harga. Hal ini berakibat permintaan terhadap suatu barang tersebut turun sehingga hukum permintaan berlaku. Demikian pula sebaliknya, jika harga suatu barang turun, substitusi barang tersebut tidak lagi menarik karena barang yang digantikannya turun sehingga konsumen meminta lebih banyak barang tersebut yang mengakibatkan meningkatnya kuantitas yang diminta atas barang tersebut. b. Efek pendapatan (income effect) Apabila harga naik maka konsumen menganggap bahwa dirinya sekarang lebih miskin daripada sebelumnya (misalnya: apabila bahan kebutuhan pokok naik tiga kali lipat maka sebetulnya konsumen mempunyai pendapatan riil yang lebih sedikit sehingga akan menekan konsumsi akan bahan kebutuhan pokok dan barang-barang lain). Perubahan harga bisa menyebabkan efek pendapatan. Artinya, dengan naik turunya harga barang, pendapatan riil konsumen bisa berubah. xxii

23 D. Skedul dan Kurva Permintaan Para ekonom menganggap istilah permintaan mempunyai arti yang khusus. Permintaan adalah suatu skedul atau kurva yang menggambarkan hubungan antara berbagai kuantitas suatu barang yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga barang tersebut, cateris paribus. Sepanjang suatu kurva permintaan atau skedul permintaan hanya harga dan kuantitas yang berubah-ubah. Kurva permintaan diperoleh dengan menambahkan seluruh kuantitas yang diminta oleh seluruh induvidu pada tiap tingkat harga. Maka dari itu banyak faktor yang menentukan permintaan salah satunya yang terpenting adalah harga barang itu sendiri. Bila faktor-faktor lain, bukan harga mengalami perubahan maka lokasi kurva permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan. Skedul dan kurva permintaan dapat diketahui melalui mekanisme berikut ini: a. Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang diminta. b. Kurva permintaan adalah gambaran hubungan jumlah barang yang diminta dengan harganya. 1. Teori Permintaan Konsumen Asumsi dasar yang digunakan dalam pendekatan tradisional ini adalah daya guna (utilitas). Daya guna atau utilitas adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakkan barang tersebut, hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakkan teori dibawah ini: xxiii

24 a. Teori Daya Guna Kardinal Teori Kardinal adalah teori yang menganggap besarnya daya guna yang diterima konsumen sebagai akibat dari tindakan mengkonsumsi barang itu dapat diukur. Teori ini beranggapan bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilaian. Suatu barang akan mempunyai daya guna baginya. Suatu barang akan mempunyai daya guna baginya. Besarnya daya guna tergantung pada konsumsi orang yang bersangkutan sehingga pengukuran daya guna bersifat subyektif. Persoalan pokok yang terdapat dalam teori daya guna kardinal yaitu bagaimana cara membelanjakan kekayaan atau pendapatan sebaik-baiknya. Melalui kacamata ekonomi pengertian sebaik-baiknya diartikan sebagai memaksimalkan daya guna yang dapat diperoleh. Kemudian masalah yang timbul adalah dalam pengukuran daya guna yang bersifat subyektif. Oleh karena itu dipandang perlu mengajukan asumsi bahwa konsumen mampu mengukur daya guna jika menggunakkan beberapa asumsi: 1. Asumsi pertama bahwa mampu mengukur daya guna 2. Asumsi kedua konsumen bersifat rasional karena perilakunya harus dapat dipahami menurut logika umum, maka setiap konsumen dianggap mempunyai tujuan yang ideal yaitu daya guna marjinal 3. Asumsi ketiga menyangkut laju pertambahan daya guna, sehingga asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap barang mempunyai kemampuan untuk memberikan daya guna pada konsumennya. Dengan makin banyaknya barang yang dikonsumsi makin besar pula daya guna total yang diperoleh, namun laju pertumbuhan daya guna total ini semakin lama xxiv

25 semakin rendah, dimana jumlah pertambahannya dapat menjadi nol. Secara grafis hubungan antara barang yang dikonsumsikan dengan daya guna total dan laju pertumbuhan daya guna dapat ditunjukan pada gambar berikut: Kurva U (x) diatas menunjukkan hubungan antara besarnya daya guna dengan banyaknya barang yang dikonsumsikan. Makin banyak barang yang dikonsumsikan makin besar pula jumlah daya guna yang diperoleh konsumen sampai dengan Xm lereng kurva U positif yang berarti terjadi penambahan daya guna bila konsumsi barang X diteruskan jumlah daya guna justru semakin menurun. Titik Xm mencerminkan jumlah barang X yang memberikan tingkat daya guna maksimal atau titik kepuasan maksimal. Pada titik A diman Xa dikonsumsikan kurva U (x) mempunyai lereng yang curam. Pada titik B dimana Xb dikonsumsikan lereng U (x) lebih landai yang berarti daya guna marjinalnya lebih rendah. Pada titik C dimana Xm dikonsumsikan barang xxv

26 X pada titik ini tidak menambah daya guna bagi konsumen, bahkan pada titik D daya guna menjadi negatif. b. Teori Daya Guna Ordinal Teori kurva indeferensi menyatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang baru dapat disusun apabila konsumen mampu mengukur besarnya daya guna dari barang-barang yang dikonsumsi. Teori daya guna ordinal ini tidak menuntut konsumen untuk mengukur daya guna barang, namun konsumen perlu mempunyai kemampuan untuk membuat urutan preferensi dari kelompok barang yang dikonsumsikan. Urutan tersebut didasarkan atas utilitas dan konsumen bertujuan memaksimalkan daya guna, maka kombinasi yang mempunyai daya guna lebih tinggi menduduki urutan lebih atas akan disukai konsumen. Seperti halnya teori daya guna kardinal, teori daya guna ordinal juga menggunakkan asumsi rasionalitas, dimana dengan dana tertentu dan harga pasar tertentu konsumen dianggap selalu akan memiliki kombinasi barang yang memberikan daya guna maksimal. Konsumen juga dianggap mempunyai informasi sempurna atas uang yang tersedia baginya maupun harga barang dipasar. Asumsi lainnya adalah konsumsi perlu mempunyai skala preferensi yang disusun atas dasar urutan besar kecilnya daya guna antara berbagai kombinasi konsumsi sekelompok barang. Secara rasional konsumen selalu berusaha mencapai kurva indiferen adalah kurva yang menerangkan tempat kedudukan titik yang menunjukan kombinasi barang-barang yang dikonsumsi konsumen yang memberikan kepuasan yang sama bagi rumah tangga (Adiningsih, 1991:66). xxvi

27 Rumah tangga bersikap indiferen terhadap kombinasi-kombinasi yang ditunjukan oleh dua titik manapun pada satu kurva indeferen. Semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan yang disajikan oleh kombinasi barang manapun yang ditunjukkan oleh titik-titik pada kurva tersebut. Berapa banyak barang Y yang harus dikorbankan rumah tangga untuk memperoleh tambahan satu unit barang X dapat disebut dengan pengukuran tingkat substitusi marjinal untuk barang Y terhadap barang X. Tingkat substitusi marjinal adalah jumlah komoditi tertentu yang akan dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh suatu unit tambahan komoditi lain. Asumsi dasar dari teori indiferen adalah sebagai berikut : (Lipsey et al, 1995:202) xxvii

28 D. Nilai MRS selalu negatif. Hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan konsumsi satu komoditi, maka rumah tangga siap menurunkan konsumsinya untuk komoditi yang lain. E. MRS antara dua komoditi maupun tergantung pada jumlah komoditi yang sekarang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut. Ciri-ciri kurva indiferen antara lain: a. Kurva indiferen berbentuk turun dari kiri atas kekanan bawah. Artinya kurva indiferen memiliki kemiringan negatif. Setiap konsumen menambah konsumsi suatu barang, konsumen harus mengurangi konsumsi barang lain. b. Kurva indiferen harus cembung terhadap titik origin (0). Artinya kurva indiferen harus menunjukan derajat penggantian antara satu barang dengan barang lain yang semakin kecil, yang berarti semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi. Kesimpulannya adalah bahwa kurva indiferen merupakan kurva yang menggambarkan preferensi konsumen terhadap kombinasi barang yang dikonsumsinya, dimana utilitas atau kepuasan sama. Angka utilitas yang diberikan terhadap suatu kurva indiferen merupakan angka numerik yang menunjukan kepuasan yang diperoleh konsumen dari kombinasi yang ia pilih. Hal inilah yang dimaksud dengan pendekatan ordinal, yaitu pemeringkatan kombinasi yang dipih dengan angka numerik. xxviii

29 2. Peta Indiferen Peta indiferen adalah himpunan beberapa kurva indiferen. Sebuah peta indiferen terdiri dari beberapa kurva indiferen. Semua titik pada suatu kurva tertentu merupakan konsumsi alternatif dari barang x dan barang y yang memberikan kepuasan yang sama bagi rumah tangga. Kurva yang makin jauh dari titik nol memberikan tingkat kepuasan yang makin tinggi (Lipsey et al, 1995:204). Sebagai contoh, I 3 merupakan kurva yang lebih tinggi dari I 2. Ini berarti bahwa semua titik pada I 3 memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari pada yang diberikan oleh titik-titik I 2. Asumsi yang perlu diperhatikan dalam menggambar peta indiferen adalah sebagai berikut: 1. Rasional, artinya konsumen diasumsikan rasional dan berusaha memaksimalkan kepuasan. xxix

30 2. Selera konsumen tercermin dalam peta indiferen yang terdiri dari banyak kurva indiferen yang tidak saling berpotongan satu sama lain. 3. Kurva indiferen yang letaknya lebih jauh dari titik origin menggambarkan kepuasan konsumen yang lebih tinggi. 4. Dalam peta indiferen, kurva indiferen tidak boleh saling berpotongan. Jika kurva indiferen I 1 dan I 2 saling memotong, salah satu asumsi teori kurva indiferen dilanggar. Titik C lebih disukai dari pada titik B karena pada titik C kedua barang lebih banyak. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Menurut Sukirno (2006: 81) permintaan terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh hal-hal berikut: D. Harga barang itu sendiri Jika harga barang turun, maka permintaan terhadap barang tersebut semakin bertambah begitu pula sebaliknya. Dengan asumsi faktor lain dianggap cateris paribus. Jadi hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga barang adalah negatif. E. Harga barang lain yang berkaitan (substitusi dan komplementer). Barang substitusi adalah barang pengganti, seperti beras disubstitusi dengan jagung, daging sapi disubstitusi dengan daging ayam, dan lain sebagainya. Jika terjadi kenaikan terhadap harga beras, maka permintaan akan beras turun dan permintaan terhadap jagung akan naik, karena jagung merupakan barang substitusi yang baik terhadap beras, dengan asumsi harga jagung relatif tetap. xxx

31 Sedangkan barang komplementer adalah barang pelengkap, seperti kopi dan gula, printer dengan tinta, dan motor dengan bensin. Jika harga gula turun, maka permintaan terhadap gula akan turun serta permintaan terhadap kopi juga berkurang. Karena gula merupakan barang komplementer kopi. Oleh karena itu, hubungan jumlah barang yang diminta dan harga barang lain ada dua: (1) jika barang substitusi hubungannya adalah positif (searah), dan (2) jika barang komplementer hubungannya adalah negatif (berlawanan). F. Tingkat pendapatan konsumen Tingkat pendapatan konsumen mencerminkan kemampuan atau daya beli konsumen. Semakin tinggi pendapatan konsumen, semakin besar permintaan terhadap suatu barang sebab daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam kaitannya dengan pendapatan ada dua, yaitu barang normal dan barang inferior, maka bentuk hubungan jumlah barang yang diminta juga ada dua: (1) hubungan positif (searah) untuk barang normal, dan (2) hubungan negatif (berlawanan) untuk barang inferior (Adiningsih, 1991: 88). Barang inferior adalah barang yang permintaannya semakin berkurang apabila pendapatan konsumen semakin naik, misalnya gaplek. G. Selera atau kebiasaan Selera dan kebiasaan akan mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Seperti selera dan kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan sebagainya. Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah searah (positif). Dimana jika selera seseorang semakin tinggi maka permintaan terhadap barang tersebut juga semakin meningkat. xxxi

32 H. Jumlah penduduk Semakin banyak jumlah penduduk, semakin besar permintaan terhadap suatu barang dan jasa. Penduduk yang dimaksud adalah konsumen yang potensial dalam mengkonsumsi barang. Hubungan variabel jumlah barang yang diminta dengan konsumen potensial adalah positif. I. Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan Contohnya adanya promosi dengan iklan yang akan mendorong penambahan jumlah permintaan barang oleh konsumen. Rangsangan berupa insentif seperti hadiah-hadiah juga dapat menjadi pendorong konsumen untuk meminta barang dan jasa tersebut. Dengan adanya iklan akan berpengaruh positif terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta, sehingga hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan iklan dan hadiah (insentif) juga positif. J. Distribusi pendapatan Artinya ada sebagian kelompok masyarakat yang menguasai perekonomian menyebabkan mereka mempunyai daya beli lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan kelompok masyarakat umum, sehingga daya beli mereka lemah dan berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. K. Perkiraan (estimate) Perkiraan atau ramalan konsumen terhadap harga dimasa datang pada suatu barang dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang tersebut. Jika perkiraan harga barang tersebut dimasa datang naik, maka ada kecenderungan permintaan terhadap barang tersebut dimasa sekarang akan naik. Jadi, dalam hal ini mempunyai hubungan yang positif. xxxii

33 L. Harapan (expectation) Harapan konsumen terhadap ketersediaan barang dan jasa di masa mendatang dengan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang dimasa datang cukup banyak, maka permintaan akan barang tersebut cenderung menurun. Sebaliknya jika ketersediaannya sedikit, maka permintaan terhadap barang tersebut akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor kekhawatiran terhadap ketersediaan barang tersebut. b. Pengertian Konsumen 1. Definisi Konsumen Pengertian konsumen adalah mereka yang memiliki pendapatan (uang) dan menjadi peminta barang atau jasa dipasar. Kita semua adalah seorang konsumen pada pasar komoditas, terutama pasar barang atau jasa kebutuhan pokok baik kita sadari atau tidak. Biasanya masalah yang dihadapi oleh konsumen adalah bagaimana konsumen dapat mengalokasikan pendapatannya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa secara maksimal, supaya tingkat kesejahteraan yang diperoleh adalah maksimal (Sri Adiningsih,1991: 45). Dalam memaksimalkan kepuasan, konsumen dihadapkan pada dua permasalahan, yaitu: (1) barang- barang dan jasa-jasa ekonomi yang dikonsumsinya pasti mempunyai harga, serta (2) pendapatannya terbatas sehingga untuk mendapatkan tingkat kepuasannya juga terbatas. Para ekonom mengemukakan dua asumsi yang menonjol yang berkaitan dengan perilaku konsumen. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut: xxxiii

34 2. Asumsi Rasionalitas, artinya bahwa seorang konsumen senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya yang terbatas untuk memperoleh kombinasi barangbarang dan jasa-jasa konsumsi yang menurut perkiraannya akan mendapatkan kepuasan yang maksimum. 3. Asumsi Perfect Knowledge atau pengetahuan yang sempurna, khususnya pengetahuan mengenai macam-macam barang dan jasa konsumsi yang tersedia dipasar, harga masing-masing barang dan jasa, besarnya pendapatan yang mereka peroleh, dan cita rasa yang mereka inginkan (Machfudz, 2007:28). E. Garis Anggaran Konsumen (Budget Constraint) Garis anggaran merupakan kombinasi barang yang memerlukan dana sebesar uang yang dimiliki oleh konsumen. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu mengenai kombinasi yang memberikan kepuasan maksimum (kombinasi terbaik) dan dana yang terbatas. Untuk pengertian ini guna mudah dipahami kita batasi dengan model. Misalkan barang dan jasa yang dikonsumsi hanya ada dua, yaitu X 1 dan X 2 dimana harganya masing-masing P 1 dan P 2, maka kombinasi barang yang dipilih (consumtion bundle) dapat ditulis (X 1, X 2 ), dimana banyaknya konsumsi barang pertama adalah sebesar X 1 dan banyaknya konsumsi barang kedua adalah X 2. Dari data yang ada tersebut kita dapat mencari berapa uang atau budget yang diperlukan untuk membiayai pembelian kedua barang tersebut. Misalkan jumlah uang yang diperlukan tadi adalah m, dengan demikian kita dapat menentukan budget constraintnya, yaitu P 1 X 1 +P 2 X 2 m xxxiv

35 Dimana = P 1 X 1 = Jumlah uang yang diperlukan untuk pembelian barang 1 P 2 X 2 = Jumlah pengeluaran untuk membeli barang 2 Ini berarti bahwa konsumen dapat membeli kombinasi barang yang memerlukan uang lebih kecil atau sama dengan jumlah dana yang dimiliki. Jadi kemampuan konsumen ditunjukan oleh kombinasi barang dan jasa yang dapat dibeli yang memerlukan dana lebih kecil atau sama dengan m. Himpunan yang menunjukkan kombinasi barang atau jasa yang dapat dibeli oleh konsumen pada harga P 1 dan P 2 disebut budget set Pada gambar diatas Budget Set ditunjukkan oleh segitiga OAB termasuk didalamnya garis yang menghubungkan A dan B. Sedangkan garis budget (budget line) ditunjukan oleh garis yang menghubungkan A dan B. Untuk menggambar garis budget kita mengubah persamaan garis budget diatas menjadi: X 2 = m - 1 P 2 P2 P X1 xxxv

36 Persamaan diatas menunjukan persamaan garis lurus pada gambar 2.1 yang merupakan garis budget. Intercept (perpotongan garis ini dengan sumbu vertikal) adalah m/p 2 sedangkan slopenya ditunjukkan oleh P 1 /P 2. Perpotongan antara garis vertikal dengan garis budget diperoleh dengan membagi seluruh dana yang ada yaitu dengan harga barang 2 karena titik perpotongan tersebut menunjukan berapa barang 2 yang dapat dibeli bila seluruh dana digunakan semua. Demikian titik potong antara garis horizontal dengan garis budget diperoleh dengan cara yang sama, yaitu dengan membagi m dengan harga barang 1. Garis budget dapat kita gambar dengan menghubungkan kedua titik potong tersebut. Jadi garis budget adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan kombinasi dua barang X dan Y yang dapat dibeli oleh konsumen dengan seluruh dana yang dimiliki konsumen. Model pendekatan untuk menghitung konsumsi suatu komoditi telah dicoba dengan berbagai penelitian. Knudsen dan Scandizzo 1982 menggunakan cara pendekatan utilitas untuk mendapatkan fungsi pengeluaran. Secara umum cara pendekatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Hermanto dan Andriati, 1986:35-36). Maks U = U (X 1,..., X m ) (1) Dengan pembatas X i = f i (q 1,..., q n ) (2) i = 1,2,3,..., m dan n j i P j q j -y = 0 (3) xxxvi

37 Dimana = U = fungsi utilitas X i = (i = 1,2,3,...,m) q j = jumlah komoditi yang dikonsumsi P j = harga pasar komoditi ke j y = pendapatan konsumen Dari persamaan (1), (2),(3) dapat diperoleh persamaan: L = U [f 1 (q 1,...,q n ),...f m (q 1,...q n )]- λ n j i P j q j -y L = Fungsi Permintaan Lagrange Berdasarkan pada konsep tersebut, ada dua hal penting yang relevan untuk dapat dijadikan dasar pembuatan model analisis konsumsi. Pertama adalah kurva fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi utilitas dengan pembatasan pendapatan yang diperoleh. Kedua adalah bahwa permintaan pada masing-masing komoditi dalam anggaran belanja unit ekonomi ditentukan secara simultan. Artinya bahwa keputusan untuk membeli satu jenis barang ditentukan oleh sikap dari konsumen tersebut. c. Keseimbangan Konsumen Konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum apabila menghabiskan semua pendapatannya untuk membeli dan mengkonsumsi kombinasi barang dimana garis anggaran tepat bersinggungan dengan kurva indiferen (Samuelson, 1996:120). Keadaan ini disebut keseimbangan konsumen. Keseimbangan konsumen ini terjadi saat marginal utility (nilai guna marginal) barang Y dibagi dengan harga barang Y xxxvii

38 sama dengan marginal utility (nilai guna marginal) barang X dibagi dengan harga barang X. Secara notasi dapat dinyatakan sebagai berikut: MUx MUy = Px Py Kondisi keseimbangan konsumen dapat digambarkan dengan menggabungkan kurva indiferen dan garis anggaran. Dengan cara ini akan terlihat salah satu kurva indiferen tersebut akan menyinggung garis anggaran. Dititik E konsumen mencapai kepuasan maksimal pada kurva indiferen tertinggi dengan anggaran terbatas. E merupakan titik singgung garis anggaran dengan kurva indiferen yang tertinggi. Saat persinggungan kurva indiferen dengan garis anggaran inilah terjadi keseimbangan konsumen seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. xxxviii

39 1) Pasar Monopoli a. Deskripsi Pasar Monopoli Sesuai dengan namanya, monopoli adalah struktur pasar dimana hanya terdapat satu penjual atau produsen yang melayani sedemikian banyak pembeli atau konsumen. Monopoli merupakan bentuk ekstrim dari struktur pasar selain pasar persaingan sempurna. Namun, jika persaingan sempurna sulit ditemukan maka monopoli lebih mudah dan cukup banyak pelakunya di Indonesia. Misalnya PT. PLN (Persero) yang melayani masalah kelistrikan, PT. KAI yang menyediakan angkutan kereta api, PT. PDAM yang melayani penyediaan air bersih, dan sebagainya. Monopoli tidak lahir begitu saja, sebab dan sumber-sumber terjadinya monopoli adalah sebagai berikut ( b. Monopoli Sumber Daya Monopoli sumber daya adalah cara termudah untuk menjadi pelaku monopoli. Monopoli sumber daya ditandai oleh sebuah perusahaan yang menguasai sumber daya penting secara tunggal. Contohnya PT. Freeport di Papua yang menguasai sumber tembaga dan menjadi perusahaan monopolis dalam memproduksi emas dan tembaga. c. Monopoli Ciptaan Pemerintah Monopoli ciptaan pemerintah terjadi jika pemerintah memberikan hak cipta atas suatu produk kepada sebuah perusahaan tunggal tersebut. Biasanya hal ini merupakan penghargaan pemerintah atas prestasi perusahaan tertentu dalam menemukan teknologi atau produk baru yang inovatif. Tetapi ada kalanya monopoli ciptaan pemerintah merupakan sebuah solusi yang dibutuhkan untuk menghasilkan xxxix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

Template Standar Powerpoint

Template Standar Powerpoint Modul ke: Template Standar Powerpoint Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Fakultas FEB Ali Akbar Gayo, SE.,MM Program Studi

Lebih terperinci

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen. Modul ke: Perilaku Konsumen Fakultas EKONOMI Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perilaku Konsumen Teori perilaku konsumen mencoba menerangkan perilaku konsumen dalam membelanjakan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi TEORI KONSUMSI: Pendekatan Kardinal: UTILITY Definisi Utility (Total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Kotler(2007) dapat didefinisikan bahwa seluruh individu dan rumah tangga yang dapat membeli atau dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak buruk bagi kehidupan. untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Surakarta. Sumber Air

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak buruk bagi kehidupan. untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Surakarta. Sumber Air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pembangunan yang merata, tidak terpisahkan dari tujuan pembangunan nasional yaitu kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN 1. PENDEKATAN KARDINAL Pengertian dan Asumsi Umum Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan mempengaruhi pola perilakunya dalam berkonsumsi. Tujuan utama dari konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

Qx TUx MUx

Qx TUx MUx PERILAKU KONSUMEN PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Ada 3 Pendekatan untuk mempelajari Tingkah Laku Konsumen : 1. Pendekatan Cardinal ( Marginal Utility ) 2. Pendekatan Ordinal ( Indefference Curve ) 3. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN 4.1. Pendahuluan Konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun secara sederhana

Lebih terperinci

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Asumsi dalam Model Utilitas Kardinal Kepuasan konsumen pada suatu barang dapat diukur dengan satuan uang. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan total. MUx

Lebih terperinci

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L PENGERTIAN DAN ASUMSI UTAMA Barang (commodities ) adalah benda dan jasa yang di konsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruh nya

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3 Bahan Ajar Ekonomi Teknik PENGANTAR EKONOMI & MANAJEMEN 2 4/2/2015 Universitas Gunadarma Nur RACHMAD Pertemuan 2 dan 3 2.Mekanisme penentuan harga permintaan dan penawaran Sub Pokok Bahasan : Konsep permintaan

Lebih terperinci

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN Kardono-nuhfil1 IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN KURVA INDIFEREN / ORDINAL Pendekatan ini mempunyai asumsi : Rationality ; konsumen diasumsikan rasional artinya ia memaksimalkan

Lebih terperinci

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1 TEORI KEPUASAN Modul ke: 06 Teori Fakultas FEB KONSUMEN kepuasan konsumen mencoba menjelaskan bagaimana konsumen dengan anggaran yang terbatas mencoba memaksimalkan kepuasannya. Ada dua pendekatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Deskripsi Modul Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN

TEORI PERILAKU KONSUMEN TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Perilaku konsumen adalah bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens Asumsi-asumsi model kurva indiferens Model utilitas secara ordinal (kepuasan konsumen tidak dapat diukur dalam satuan apapun) Utilitas Konsumen

Lebih terperinci

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas 7FEB Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Pendekatan Ordinal Anggapan ynag diperlukan adalah : konsumen dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen Pertemuan Ke 4 Teori Tingkah Laku Konsumen Ada dua pendekatan 1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal Yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif 2. Pendekatan nilai guna (Utiliti)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM), 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah untuk menambah penghasilan daerah.

Lebih terperinci

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO Add your company slogan Permintaan Pasar LOGO Pokok Bahasan Permintaan Individu dan Permintaan Pasar Elastisitas Individu dan Elastisitas Pasar Elastisitas dan penerimaan (revenue) Elastisitas konstan

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN Fakultas FEB MANAJEMEN Irwan Mangara Harahap, SE, MSi. Program Studi Manajemen PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE Perilaku konsumen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI Adi Bhakti Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jambi adibhakti@unja.ac.id ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN Dibuat oleh: Wahyuli Ambarwati Wulandari 7211410094 Akuntansi S1, 2010 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2012 A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Pendekatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve) Teori Ekonomi Mikro Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve) Arti Kurva Kepuasan Sama Kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dari komoditi x dan y yang menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Permintaan Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan tarafhidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1981-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sebagian besar masih berdomisili di daerah pedesaan, dan sebagian lagi didaerah perkotaan. Di daerah perkotaan biasanya banyak diproduksi

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1986-2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NIKEN AMBARWATI B300100040 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara, namun lebih dari itu pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara, namun lebih dari itu pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pembangunan ekonomi yang dicapai oleh

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan : Pendekatan nilai guna (utility) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI:

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI: JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA Kegiatan Ekonomi: Segala tindakan yang dilakukan manusia sbg upaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 3

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 17 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran konsumen untuk membeli barang dan jasa. Faktor utama yang menentukan konsumsi seorang konsumen akan barang dan jasa adalah

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility Modul ke: Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id TEORI UTILITAS ORDINAL Kurva Indiferens Garis Anggaran Keseimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI Dalam teori EKONOMI MIKRO yang dibahas adalah proses alokasi sumberdaya secara efisien di tingkat individu, perusahaan dan industri. EFISIENSI DITINGKAT MIKRO belum tentu baik

Lebih terperinci

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Daftar Isi 2014 1 Kata Pengantar 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, maka Buku Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana

Lebih terperinci

Materi 5 Ekonomi Mikro

Materi 5 Ekonomi Mikro Materi 5 Ekonomi Mikro Mekanisme Pasar : Permintaan dan Penawaran Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dan mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran, dan keseimbangan

Lebih terperinci

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western Teori Konsumsi dan Utilitas The Budget Constraint : Apa yang bisa didapatkan konsumen? Budget constraint menggambarkan batasan kombinasi konsumsi yang bisa dilakukan konsumen. Manusia mengonsumsi kurang

Lebih terperinci

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens PENULIS/TUTOR : Ake Wihadanto, SE., MT (ake@ut.ac.id) : Sumber Bacaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi KONSEP ILMU EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci