BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Bunga Mawar Putih (Rosa hybrida L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Bunga Mawar Putih (Rosa hybrida L.)"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Bunga Mawar Putih (Rosa hybrida L.) Tumbuhan mawar tersebar menjadi 100 spesies lebih, yang kebanyakan tumbuh di bagian daerah yang berudara sejuk. Spesies mawar dimasukkan dalam kategori semak yang berduri atau tanaman yang memanjat yang tingginya mencapai 1 sampai 5 meter, dan daunnya yang panjangnya antara 5-15cm. Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun. Daunnya berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, meruncing di ujung daun, tepi beringgit. Tanaman mawar dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi tetapi untuk jenis Mawar tea atau teh hibrida hanya menyukai dataran tinggi sebab bunganya akan tumbuh dengan sempurna, baik bentuk, ukuran, warna, maupun baunya. Tanaman mawar tidak menyukai air yang menggenang. Mawar dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang derajat keasaman ph-nya anara 6-8 (Soekartiwi,1996). Berdasarkan hasil determinasi Bunga Mawar Putih dari Herbarium Medanese diperoleh sistematika sebagai berikut: Kingdom Divisi Class : Plantae : Spermatophyta : Dicotyledoneae

2 rdo Famili Genus : Rosales : Rosaceae : Rosa Spesies : Rosa hybrida L. Nama Lokal : Mawar Putih Bunga mawar memiliki berbagai macam spesies/varietas yang sangat banyak sekali dan tersebar di seluruh dunia, salah satunya adalah R. hybrida L. termasuk dalam Famili Rosaceae, sering dijuluki Prince of flower karena keindahan bentuk dan warnanya, serta baunya yang harum memikat. Mawar berwarna beragam, yaitu merah, merah jambu, kuning, ungu, putih, dan lain-lain. Mawar dapat dimanfaatkan sebagai bunga potong dan tanaman hias, serta sebagai bahan industri kosmetika atau pewangi makanan. Tim Direktorat Bina Produksi Holtikultura (1988) mencatat bahwa penggolongan mawar menjadi sembilan kelompok utama, yaitu: 1. Hybrid tea, jenis bunga mawar yang bertangkai panjang dengan bunga tunggal di ujungnya. 2. Floribunda, jenis bunga mawar yang bunganya cukup besar dan warnanya yang bervariasi dan memiliki tangkai tegak panjang. 3. Grandiflora, jenis bunga mawar yang berukuran raksasa dengan diameter dapat mencapai 7,5-12,5 cm 4. Climbing rose, jenis bunga mawar yang berkisar 5-15 cm dan tumbuh merunduk karena beratnya cabang serta tersusu dalam tandan yang jarang. Kelompok mawar ini baru dapat berbunga seelah umurnya lebih dari dua tahun 5. Polyantha, jenis bunga mawar yang memiliki bunga kecil dengan diameter 5cm dan di dekat pucuk cabang terdapat banyak ranting yang masingmasing memiliki sekuntum bunga 6. Hybrid perpetual, jenis bunga mawar dengan diameter bunga sangat lebar hingga 15 cm

3 7. Mawar tea, jenis bunga mawar yang disebut nenek moyang mawar di Asia dengan ukuran bunga kecil 8. Mawar tua, yang disebut dengan mawar kuno dan memiliki aroma yang sangat wangi 9. Special purpose, jenis bunga mawar yang dibedakan atas tiga golongan, yaitu mawar pohon, mawar perdu, dan mawar mini yang mana masing masing memiliki nama-nama latin mawar yang berbeda (Luqman, 1992) Senyawa Flavonoida Flavonoida adalah golongan polifenol yang terdiri atas 15 atom karbon yang dihasilkan oleh seluruh tumbuhan. Lebih dari 4000 jenis flavonoid telah diidentifikasi, sejumlah besar yang telah diteliti memiliki aktifitas therapeutic. Sejumlah flavonoid yang tampak memiliki aktifitas anti viral yakni melawan virus (Walsh, 2003). Berikut adalah struktur senyawa flavonoida dan penomorannya 7 8 A 9 1 C 3' 2 ' B 1 ' 2 6 ' 4 ' 5 ' Gambar 2.1. Struktur Senyawa Flavonoida Flavonoid juga merupakan kelompok terbesar dalam hasil alam yang mana tersebar luas dalam sejumlah tumbuhan tingkat tinggi tetapi ada ditemukan juga pada beberapa tumbuhan tingkat rendah termasuk alga. Antosianidin biasanya banyak terdapat pada mayoritas bunga yang berwarna dari kelompok

4 angiospermae, tetapi pada bunga yang tidak berwarna juga banyak tersebar luas dan melimpah (Hill, et al., 1991). Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal dari kelompok yang paing umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dua atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosiklik ini, pada tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk. Kerangka flavonoid dapat ditulis sebagai sistem C 6 -C 3 -C 6 yang mana senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa-senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diarilpropana yang merupakan turunan flavonoida (Manitto, 1981) Klasifikasi Senyawa Flavonoida Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida (Harborne, 1996). 1.Flavonoida -Glikosida RH 2 C H H H Pada flavonoid -glikosida, satu atau lebih gugus hidroksil terikat pada gula atau lebih. Flavonoid -glikosida ini bersifat hemiasetal yang tidak tahan asam yang diakibatkan ikatan hidroksil dapat diputus oleh adanya asam. 2.Flavonoid C-glikosida

5 RH 2 C H H H Pada flavonoida C-glikosida, gula dapat terikat pada atom karbon flavonoid dengan ikatan karbon-karbon yang tahan asam apabila dibandingkan dengan flavonoid o-glikosida. Tetapi hanya beberapa jenis gula saja yang dapat berikatan dengan flavonoid C-glikosida yakni galaktosa seperti; ramnosa, xilosa dan arabinosa. Dalam hal ini tidak semua jenis gula dapat terikat pada flavonoid C glikosida. Gula dapat terikat pada atom C yang ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam cincin A. Tetapi flavonoida juga dapat mengalami -glikosilasi menjadi flavonoida C-glikosida. 3.Flavonoid Sulfat Pada flavonoid Sulfat, satu ion sulfat berikatan pada gugus hidroksi fenol flavonoid tersebuth. Contohnya Flavonoida -S 3 K yang berupa garam. Senyawa flavonoida sulfat ini mudah larut dalam air. Flavonoida sulfat terikat pada hidroksi fenol yang bebas atau dapat menggantikan gula. H K 3 S 4.Biflavonoid

6 Pada biflavonoid merupakan dua golongan flavonoid baik berbeda atau sama yang bergabung contoh flavonol dan flavanon dan lain sebagainya. Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida. H (amentoflavon, suatu biflavonoid) 5.Aglikon flavonoid optis-aktif Pada aglikon flavonoid yang aktif-optik yakni berkaitan dengan stereokimiamutlak flavonoid. Dimana putaran 589,3 nm, garis D natrium. Yang termasuk dalam golongan aglikon optis aktif (yaitu memutar cahaya terpolarisasi-datar) adalah katekin, pterokarpan, rotenoid dan beberapa biflavonoid. Putaran aglikon flavonoid alam berkaitan dengan stereokimia mutlak flavonoid (Markham,1988). Berikut juga penggolongan flavonoida menurut Robinson berdasarkan keragaman pada rantai C 3 yakni : 1.Flavonol H

7 Flavonol sangat tersebar luas di dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen antosianin dalam daun bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Dalam tumbuhan terdapat banyak sekali glikosida flavonol. Sampai saat ini yang paling umum adalah kuersetin 3-rutinosida yang dikenal sebagai rutin. Flavonol adalah derivatif 3-hidroksi dari flavon dan mempunyai panjang gelombang band I pada 352 nm dan pada band II pada nm (Bhat, 2005). 2.Flavanon Flavanon mempunyai panjang gelombang band I pada 304 nm dan pada band II pada nm. Flavanon dibentuk secara biosintesis dari khalkon oleh adanya enzim khalkon isomerase. Cincin tertutup menghasilkan 2-phenylbenzopyran-4, yang mempunyai karbon asimetris pada C-2. (Harborne, 1999). Penentuan struktur flavanon dilakukan dehidrogenasi ikatan -2,3, memberikan flavon. Bentuk aromatik tersubstitusi biasanya dapat dikenal dengan pergeseran kimia dan bentuk penggabungan o,m,p proton-priton cincin A dan B. Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prunus (famili Rosaceae) dan buah jeruk (Sastrohamidjojo, 1996). 3.Dihidroflavonol

8 H Dihidroflavanol adalah 3-hidroksi derivatif dari flavanon dan mempunyai panjang gelombang maksimum band I nm dan pada band II nm (Bhat, 2005). Dalam biosintesis flavonoid, dihidroflavanol dibentuk dengan penambahan oksidasi dari gugus hidroksil pada posisi C-3 dari flavanon. Mereka ditunjukkan sebagai 3-hidroksiflavanon atau flavanon-3-ol (Harborne, 1999). 4.Kalkon Kalkon merupakan senyawa C 6 -C 3 -C 6 yang merupakan prekursor pertama dalam biosintesis flavonoid. Kalkon merupakan struktur flavonoida cincin C terbuka yang paling sederhana. (Harborne, 1999). Kalkon bertindak sebagai prekursor untuk pembentukan turunan flavonoid. Kalkon tidak mengandung cincin γ pyron dan mempunyai cincin terbuka yang mana terhubung dengan dua cincin aromatik dan dihubungkan oleh tiga atom karbon α,β tak jenuh. Kalkon mempunyai panjang gelombang maksimum pada band I nm dan pada band II nm (Bhat, 2005). Pengubahan kalkon menjadi flavanon terjadi dengan mudah dalam larutan asam dan reaksi kebalikannya dalam basa. Reaksi ini mudah diamati karena

9 kalkon warnanya jauh lebih kuat daripada warna flavanon, terutama dalam larutan basa warnya merah jingga (Robinson,1995). 5.Isoflavon Isoflavon adalah mengandung cincin benzo-γ pyron. Isoflavon mempunyai substitusi phenil pada posisi 3 pada cincin pyron dan isoflavon mempunyai panjang gelombang maksimum pada band I nm dan pada band II nm (Bhat, 2005). 6.Antosianidin + Warna biru, ungu, violet dan merah yang tampak pada bunga, buah dan batang dari tumbuhan dikarenakan karena adanya pigmen antosianidin (Ikan, 1991). Antosianidin mempunyai panjang gelombang maksimum pada band I nm dan pada band II nm (Bhat, 2005). 7.Rotenon

10 CH 3 Istilah rotenoid pertama dikenal karena adanya rotenon dan rotenon dibentuk dari siklisasi cincin dari metoksi-isoflavon. Rotenoid sangat berpotensi sebagai insektisida dan pembunuh ikan (Dewick, 2002). 8.Auron CH Auron memiliki kerangka 2-benzylidene-coumaranone atau 2-benzylindene-3- (2H)-benzofuranon. Auron hanya mempunyai panjang gelombang maksimum pada band I nm (Bhat, 2005). 2.3.Teknik Pemisahan Teknik pemisahan memiliki tujuan untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponenkomponen lainnya (Muldja, 1995). Secara umum, kondisi ekstrem dari ph, suhu, pelarut organik dan penggunaan senyawa pengoksidasi dan pereduksi harus

11 dihindari ketika melakukan pemisahan molekul dari bahan-bahan hidup, sebab hal ini akan berisiko menyebabkan hilangnya aktivitas biologi (Bintang,2010) Ekstraksi Tumbuhan adalah material yang terdiri atas beberapa senyawa (kompleks) yang menghasilkan beberapa metabolit sekunder dengan kepolaran dan gugus fungsi yang berbeda dalam strukturnya. Pada umumnya senyawa bahan alam meliputi, zat lilin, asam lemak, polietilen, terpen, steroid, fenolik (fenol sederhana, feni propanoid, flavonoid, tanin, antosianin, quinon, kumarin, lignan), alkaloid, dan derivat derivat glikosida(saponin, kardiak glikosida dan flavonoid glikosida). Beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mengekstraksi material tumbuhan pada zaman dahulu air digunakan untuk mengekstrak. Tetapi sekarang sudah menggunakan pelarut organik dengan tingkat kepolaran yang berbeda untuk mengekstraksi kandungan tumbuhan misalkan dengan menggunaan sokletasi, reflux, destilasi uap, ekstraksi dengan menggunakan tekanan (Sarker, 2006). Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap(batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana dimana caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990) Perkolasi Salah satu metode ekstraksi lainnya dapat dikenal dengan perkolasi yang menggunakan alat perkolator. Perkolator adalah suatu tabung yang berbentuk terbalik dan dibagian bawah dipasang keran. Di dalam tabung tersebuth

12 merupakan tempat simplisia yang akan dialiri dengan pelarut. Sehingga perkolator akan mengekstrak simplisia dan hasil ekstrak turun melalui keran sehingga dalam hal ini pelarut dapat berganti-ganti setelah pelarut yang lain habis. Metode perkolasi adalah metode maserasi cara dingin yang terbarukan yakni metode ekstraksi cara dingin (Pavia, 1995) Sokletasi Metode Ekstraksi sokletasi merupakan ekstraksi cara panas yang dimana menggunakan tabung soklet. Simplisia yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah sarung yang terbuat dari kertas saring dan sarung soklet tersebut dimasukkan ke dalm tabung soklet. Sebuah labu didih pelarut ditempatkan dibawah tabung soklet sehingga pelarut akan menguap naik ke kondensor dan membasahi tabung soklet. Ekstraksi sokletasi berlangsung secara kontinu (Pavia,1995) Maserasi Maserasi adalah salah satu teknik ekstraksi yang dimasukkan dalam metode ekstraksi dingin. Maserasi dilakukan tanpa adanya penggunaan suhu dalam menarik metabolit dari simplisia. Metode ekstraksi dingin ini lebih sederhana dan dapat digunakan untuk ekstraksi maserasi skala besar menggunakan pelarut yang sesuai Kromatografi

13 Kromatografi adaah sebuah proses fisika dalam memisahkan yang diakibatkan oleh perbedaan afinitas dengan adanya dua fase yakni fase diam dan fase gerak berupa cair yakni dinamakan kromatografi cair dan apabila fase geraknya berupa gas maka dinamakan kromatografi gas. Kedua teknik ini sangat berkembang baik dalam analisis makanan dan metabolit sekunder (Egan, 1981). Kromatografi merupakan teknik untuk pemisahan dan pemisahan dari campuran. Teknik ini dilihat berdasarkan pemisahan warna atau noda campuran antara dua fase, yakni fase diam dan fase gerak. Ada 4 tipe kromatografi yakni ; 1. Kolom kromatografi 2. Kromatografi Lapis Tipis 3. Gas kromatografi 4. Kromatografi kertas Pada kolom kromatografi adsorben berupa bubuk (alumina atau silika gel) yang dibungkus dalam kolom. Sampel dalam skala kecil yang ingin dipisahkan dimasukkan dalam kolom. Pelarut seperti pentana, benzen, eter, dibiarkan turu mengalir di sepanjang kolom. Fraksi-fraksi dikumpul yang merupakan komponen yang sudah dipisahkan. Pada kromatografi lapis tipis memungkinkan untuk memisahkan sampel skala kecil. Plat terbuat dari kaca yang dilapisi dengan selulosa, alumina, silika. Ini dilakukan dengan menyebarkan atau mencelupkan plat ke sebuah chamber. Setelah lempeng/plat kering, plat akan naik sesuai dengan gaya kapilaritas. Pemisahan di campuran yang terjadi di kolom kromatografi. Pada kromatografi kertas proses yang terjadi di dalamnya sama dengan KLT dan dalam hal ini kertas sebagai adsorbent dan pada kromatografi gas digunakan untuk memisahkan dan analisa molekul organik. Tabel 2.1. Eluen yang digunakan untuk Kromatografi Eluen Tingkat Kepolaran

14 Petroleum eter Sikoheksana Karbon tetraklorida Toluen Kloroform Metil Klorida Dietil Eter Tingkat Kepolaran Pelarut Berdasarkan gugus fungsi Etil Asetat Aseton Piridin Etanol Metanol Air Asam asetat (Bhal, 2007) Dalam kromatografi dapat dijumpai istilah Rf, yakni Faktor reterdasi. Dibandingkan dengan metode pemisahan secara keseluruhan, klasifikasi metode kromatografi relatif lebih sederhana. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan sedangkan fase diam dapat berupa zat cair atau padat. Jadi kita memiliki kombinasi cair-cair, cair-padat, gas-cair, gas-padat. Jika pemisahan terutama meliputi suatu partisi sederhana antara fase diam cair dan fase gerak juga, maka proses dikenal sebagai partisi. Kromatografi cair-cair sering disebut dengan ekstraksi partisi. Sehingga kromatografi merupakan proses melewatkan sampel melalui 2 teknik yakni adsorpsi (peredaan kemampuan penyerapan zat-zat yang

15 sangat mirip kemampuannya mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan kromatogram sedangkan proses partisi contohnya dapat terjadi di kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas (Khopkar, 1990) Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis dilakukan dengan meletakkan ekstrak campuran sebagai noda atau garis tipis pada sebuah adsorben contohnya plat silika. Proses yang terjadi pada kromatografi lapis tipis yakni : 1.Proses Adsorpsi Adsorben yang umum digunakan dalam adsorpsi kromatografi metabolit sekunder adalah silika dan alumina, karena noda(ekstrak) mudah untuk bergerak pada adsorben ini. Migrasi noda diakibatkan oleh perbedaan afinitas dan pemisahan yang terjadi karena adanya salah satu senyawa daam ekstrak yang akan lebih terikat atau tertahan kuat pada silika atau alumina yakni senyawa yang lebih polar akan bergerak lebih lama ketika dibandingkan dengan senyawa non polar. Silika mempunyai gugs silanol yang berikatan langsung dengan gugus hidroksil yang terbebas dengan ikatan hidrogen yang sangat kuat. Seperti gambar dibawah ini : H H H H H Si Si Si Gambar 2.2. Ikatan Hidrogen Flavonoida dan Silika Gel

16 2.Proses Partisi Tahap ini melibatkan pengaruh tingkat kelarutan senyawa antara fasa diam dan fasa gerak. Senyawa-senyawa yang mudah larut dalam fase gerak akan bermigrasi pada plat yakni senyawa polar dan non polar akan lebih lama bermigrasi (Sarker, 2006). Tabel 2.2 Fase Diam yang digunakan untuk Kromatografi Lapis Tipis Fase Diam Tingkat Kepolaran Selulosa Pati Gula Magnesium Silikat Tingkat kepolaran fase diam Kalsiun Sulfat Asam Silika Silika Gel Alumunium ksida (Bhal, 2007) Kromatografi Kolom Kromatografi kolom memiliki dua fase yakni fase diam dan fase gerak. Kolom dibungkus atau dipacking dengan fase diam terlebih dahulu dan diikuti dengan memasukkan fase gerak yang turun ke bawah sesuai dengan gaya gravitasi.

17 Fraksi-fraksi yang dihasilkan akan dikumpulkan dan pada fraksi tersebuth telah terjadi pemisahan. Pemisahan pada kromatografi kolom ini untuk lebih mempermudah mengidentifikasi senyawa-senyawa yang belum diketahui (Sarker,2006). Dengan menggunakan kromatografi kolom untuk isolasi flavonoid pada dasarnya dimana ekstrak total flavonoid dicampur dengan fase diam seperti selulosa, silika, poliamida. Kemudian dimasukkan fase gerak yang sesuai. Kolom berupa tabung kaca yang dilengkapi dengan keran di salah satu ujung. Fase diam pada kolom ini berupa silika dimana fase diam ini untuk memisahkan aglikon yang kurang polar misalnya, isoflavon, flavanon, metil flavon dan flavonol. Sementara apabila pada kromatografi kolom digunakan fase diam gel sphadex (deret G) maka pelarut harus air, digunakan utuk memisahkan poliglikosida yang berbeda bobot molekulnya. Fase diam digunakan berdasarkan sifat kepolaran senyawa dan pelarut yang sesuai. Dan poliamida sebenarnya juga dapat memisahkan semua flavonoid dan glikosida (Markham, 1988) Kromatografi Lapis Tipis Preparatif Pemisahan bergantung pada banyaknya campuran yang terkandung dalam ekstrak, KLT preparatif adalah langkah pemurnian yang digunakan di akhir metode isolasi. Berikut langkahnya : Biomass (Tumbuhan, dll) Ekstraksi Partisi Ekstrak non polar Ekstrak Polar Kolom kromatografi KLT Preparatif Dengan berat sampel paling sedikit 10mg dan biasanya menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak adalah heksana : Etila asetat (60:40)v/v dan apabila senyawa yang kepolarannya rendah atau senyawa non polar maka digunakan heksana : etil asetat (90:10)v/v (Sarker,2006).

18 2.4 Teknik Spektroskopi Metode-metode ini teknik spektroskopi mempunyai 3 keunggulan utama dalam bidang kimia : 1. Metode spektroskopi adalah lebih mudah dan cepat dibanding uji secara kimia. 2. Metode spektroskopi menyediakan lebih banyak informasi tentang struktur molekul. 3. Metode spektroskopi tidak merusak dan tidak mendekstruksi sampel. Ada 4 metode spektroskopi yang mana sangat luas digunakan dalam kimia organik yakni ; ultraviolet-vis, IR, NMR dan MS (Bhal, 2007) Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) Pada spektoskopi UV, panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah nm dan daerah visibel adalah nm. Radiasi dari panjang gelombang cukup untuk menaikkan elektron seperti elektron non bonding atau elektron terlibat dalam ikatan phi untuk ke tingkat lebih tinggi (Bhal, 2007). Pada spektroskopi UV, panjang gelombang dalam daerah UV dinyatakan dalam nanometer (1nm : 10-9 m) atau amstrong A 0 (1A 0 : m). Serapa dalam UV dilaporkan dalam bilangan gelombang ( v, dalam satuan cm -1 ). Energi dari suatu molekul adalam jumlah elektroniknya, energi getarannya, dan energi rotasi. Urutannya ialah Eelek, Eget, Erot. Energi yang diserap di dalam energi elektronik

19 dari molekul yang dihasilkan dari transisi dari elektron valensi di dalam molekul. Khas dari suatu pita serapan adalah letak dan intensitasnya yang berhubungan dengan panjang gelombang dari radiasi yang mempunyai energi yang sama yang dibutuhkan oleh transisi elektron. Kromofor adalah suatu gugus kovalentidak jenuh yang bertanggung jawabutuk serapan elektronik contoh C=C, C=, N 2, dan ausokrom adalah suatu gugus jenuh dengan elektron tidak terikat dimana bila menempel kepada suatu kromofor, mengubah baik panjang gelombang, intenitasnya serapan contoh H, NH 2, Cl. Geseran batokromik adalah geseran dari serapan ke panjang gelombang yang lebih panjang karena substitusi gugus lain. Geseran Hipsokromik adalah geseran dari serapan ke panjang gelombang yang lebih pendek karena substitusi gugus lain (Silverstain, 1981) Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) Adsorpsi FT-IR dikarenakan ikatan kovalen diantara molekul dari vibrasi level energi rendah ke energi level tinggi dan ikatan yang lebih kuat membutuhkan energi lebih besar untuk menggetarkan (stretching and bending). Maka absorpsi radiasi IR dan panjang gelombang yang lebih pendek (Bhal, 2007). Suatu peta korelasi yang khas untuk frekuensi uluran dan tekukan seperti H dan NH terdapat pada daerah bagian kiri cm -1. Spektrofotometer infra merah merupakan daerah yang khusus berguna untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan adsorpsi yang disebabkan oleh modus uluran. Daerah di kanan 1400 cm -1 seringkali rumit karena modus uluran maupun tekukan yang terjadi diadsorpsi disitu. leh karena itu, bagian spektrum ini disebut daerah sidik jari (finger point region). Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat menjalani macam osilasi karena suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi pada lebih daripada satu ikaan tertentu dapat menyerap energi

20 pada lebih daripada satu panjang gelombang. Misalnya, suatu ikatan H menyerap energi pada kira-kira 3330cm -1. Energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi ulur (streching vibration) pada ikatan H itu. Suatu ikatan H itu juga menyerap pada kira-kira 1250cm -1. Energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi tekuk (Bending vibrations). Misalnya, ikatan non polar mengadsorpsi radiasi infra merah sangat lemah karena tidak ada perubahan momen ikatan apabila atom-atom saling berosilasi. Ikatan non polar contohnya seperti ikatan seperti C-C dan C-H dan ikatan polar menyebabkan adsorpsi pada infra merah kuat seperti C= menunjukkan adsorpsi kuat (Fessenden,1982) Spektrofotometer H-NMR Semua proton dalam molekul yang identik dalam lingkungan kimia akan memiliki pergerseran kimia yang sama. Dengan demikian, semua proton dari TMS atau semua proton dalam benzen, siklopentana, atau aseton memiliki nilai resonansi yang berdekatan pada nilai δ. Masing-masing komponen akan memiliki penyerapan yang tunggal dalam spektrum nmr. Proton ini dikatakan sama secara kimia. Pada kenyataannya, spektrum tidak dapat hanya dibedakan dari berapa banyak tipe proton yang berbeda pada molekul tersebut, tetapi dapat memperlihatkan berapa banyak jenis perbedaan yang ada dalam molekul tersebut. Dalam spektrum nmr, daerah dibawah masing-masing peak adalah proporsional dengan jumlah dari hidrogen yang ada pada peak tersebut (Pavia, et al. 1979).

21 Pada beberapa spektrum NMR akan terlihat sinyal TMS pada angka nol sehingga sinyal ini tidak perlu dianalisa. TMS dipilih sebagai standart karena: 1. TMS mempunyai 12 atom hidrogen yang keseluruhannya mempunyai lingkungan kimia yang sama, sehingga menghasilkan sinyal singlet yang kuat karena mengandung banyak atom hidrogen. 2. Elektron-elektron pada ikatan C-H dalam senyawa ini berada dekat dengan hidrogen jika dibanding dengan senyawa lain. Ini berarti inti hidrogen sangat terlindungi dari medan magneteksternal sehingga dibutuhkan medan magnet yang besar untuk membawa atom hidrogen ke kondisi resonansi (Dachriyanus, 2004). 3. TMS merupakan cairan yang volatile, dapat ditambahkan dalam jumlah sedikit pada larutan sampel dapat diperoleh kembali dengan menguapkan pelarutnya. 4. TMS bersifat inert dan tidak larut dalam air (Supratman, 2010). Absorbsi kebanyakan proton lain dijumpai dibawah medan absorbsi TMS. Selisih antara posisi absorbsi TMS dan posisi absorbsi suatu proton tertentu disebut pergeseran kimia. Pergeseran kimia dinyatakan sebagai bagian tiap juta (ppm) dari radio frekuensi yang kita gunakan (Fessenden, 1982).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gamal (Gliricidia maculata) adalah nama jenis perdu dari kerabat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gamal (Gliricidia maculata) adalah nama jenis perdu dari kerabat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gamal (Gliricidia maculata) Tanaman gamal (Gliricidia maculata) adalah nama jenis perdu dari kerabat polong - polongan (suku Fabaceae atau Leguminosae). Penyebaran alami tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127 UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) 852518 Surakarta 57127 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2006 / 2007 Mata Kuliah : Fitokimia II

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K 7 Persentase inhibisi = K ( S1 S ) 1 K K : absorban kontrol negatif S 1 : absorban sampel dengan penambahan enzim S : absorban sampel tanpa penambahan enzim Isolasi Golongan Flavonoid (Sutradhar et al

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi

Lebih terperinci

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

Kelompok 2: Kromatografi Kolom Kelompok 2: Kromatografi Kolom Arti Kata Kromatografi PENDAHULUAN chroma berarti warna dan graphien berarti menulis Sejarah Kromatografi Sejarah kromatografi dimulai sejak pertengahan abad ke 19 ketika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama asing, nama daerah, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama asing, nama daerah, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia, serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Uraian tumbuhan meliputi habitat dan daerah tumbuh, sistematika tumbuhan, nama asing, nama daerah, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia, serta penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,

Lebih terperinci

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) Zuhelmi Aziz*, Ratna Djamil Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,Jakarta 12640 email : emi.ffup@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Rambut jagung (Zea mays L.), n-heksana, etil asetat, etanol, metanol, gliserin, larutan kloral hidrat 70%, air, aqua destilata, asam hidroklorida, toluena, kloroform, amonia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS 1 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS 110802041 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.) Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.) Gambar 1. Tumbuhan gambas (Luffa acutangula L. Roxb.) Gambar 2. Biji Tumbuhan Gambas (Luffa acutangula L. Roxb.) Lampiran 2. Gambar Mikroskopik

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) 17 A 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) oerl.) 2.1.1. Morfologi Tumbuhan Mahkota Dewa Tanaman mahkota dewa sebenarnya berasal dari Papua, oleh karena itu dinamakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.). Determinasi tumbuhan ini dilakukan di Laboratorium Struktur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Mawar Merah (Rosa hybrida) Rosa hybridatermasuk dalam Famili Rosaceae, sering di juluki Prince of flowerkarena keindahan bentuk dan warnanya, serta baunya yang harum

Lebih terperinci

Kromatografi tambahan. Imam S

Kromatografi tambahan. Imam S Kromatografi tambahan Imam S Kromatografi serapan Bentuk alat : mirip buret, didalamnya berisi, glass wool/kapas untuk penyangga, penyaring dari gelas yang dilapisi kertas saring, bahan isian kolom yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van 22 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi merupakan suatu langkah untuk mengidentifikasi suatu spesies tanaman berdasarkan kemiripan bentuk morfologi tanaman dengan buku acuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. 43 Lampiran 2. Gambar tumbuhan eceng gondok, daun, dan serbuk simplisia Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Gambar tumbuhan eceng gondok segar Daun eceng gondok 44 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Alat-alat 1. Neraca Analitik Mettler PM 480 2. Rotary Evaporator Buchi 3. Corong 4. Gelas Beaker Pyrex 5. Gelas Ukur Pyrex 6. Kolom Kromatografi Pyrex 7. Plat Skrining

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br) IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br) Hindra Rahmawati 1*, dan Bustanussalam 2 1Fakultas Farmasi Universitas Pancasila 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Lebih terperinci

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) I. Tujuan 1. Melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis

Lebih terperinci

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas 28/03/2013 Harrizul Rivai 1 Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif 28/03/2013

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas tentang langkah-langkah percobaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi bahan, alat, pengumpulan dan determinasi simplisia, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tunibiilian nenas (Ananas comosus) Nenas atau nanas "Pineapple" bukan tanaman asli Indonesia. Nenas berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM: LEMBAR PENGESAHAN Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan Oleh Darmawati M. Nurung NIM: 441 410 004 1 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM DAUN

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Jambu Air ( Syzygium aquea (Burm.f.)Alston)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Jambu Air ( Syzygium aquea (Burm.f.)Alston) 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Jambu Air ( Syzygium aquea (Burm.f.)Alston) 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Jambu Air Syzygium aquea asli dari Malaysia dan Indonesia yang tergolong ke dalam family Myrtaceae

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

DESTILASI SECARA UMUM

DESTILASI SECARA UMUM DESTILASI SECARA UMUM Disusun oleh : NANDA RISKI JANESTIA (1011101020034) FARHAN RAMADHANI (1011101010035) PADLI SYAH PUTRA (1111101010020) JAMNUR SAHPUTRA FAHMI SUHANDA (1211101010050) IBRAHIM (1111101010017)

Lebih terperinci

PERCOBAAN X KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

PERCOBAAN X KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PERCOBAAN X KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS I. Tujuan Percobaan Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah percobaan ini adalah - Mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan dan identifikasi suatu zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lipida merupakan salah satu unsur utama dalam makanan yang berkontribusi terhadap rasa lezat dan aroma sedap pada makanan. Lipida pada makanan digolongkan atas lipida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.) adalah tumbuhan liar

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.) adalah tumbuhan liar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Tumbuhan Tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.) adalah tumbuhan liar pada tempat yang mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 03 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 03 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 03 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: EKSTRAKSI DAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI ALKALOID Nama : Anca Awal Sembada NIM : 11214003 ` Kelompok : 1 (Shift

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Benalu cengkeh (Scurrula ferruginea (jack) Danser) Benalu merupakan tumbuhan parasit terhadap inang tumbuhnya, walaupun bersifat parasit benalu berpotensi sebagai tumbuhan

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU 090802051 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Balik Angin 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.) Balik angin (M.recurvata Gage.) merupakan jenis pohon teduhan, biasanya ditemui di tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor. Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor. 60 Lampiran 2. Gambar tumbuhan buni dan daun buni Gambar A. Pohon buni Gambar B.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, sinonim, nama daerah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, sinonim, nama daerah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, sinonim, nama daerah, habitat dan daerah tumbuh, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan khasiat. 2.1.1 Sistematika

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil

Lebih terperinci

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan N-METIL LAUROTETANIN DAN BOLDIN, DUA SENYAWA TURUNAN ALKALOID APORFIN DARI Cryptocarya tawaensis Merr (Lauraceae) Fera Kurniadewi a, Yana M. Syah b, Lia D. Juliawaty b dan Euis H. Hakim b a Jurusan Kimia,

Lebih terperinci