DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG"

Transkripsi

1 Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TANGERANG

2

3 Fakta Integritas Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Jabatan : Mardiah : Ketua KMP DAUN HIJAU Alamat : Desa Tanjungpasir Rt 05 Rw 06 Dengan ini menyatakan bahwa kami penerima hibah Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ( PDPT ) Kabupaten Tangerang Tahun 2012, dalam rangka Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ( PDPT ) Akan bertanggung jawab mutlak terhadap penggunaan dana hibah yang kami terima sesuai perundangan yang berlaku. Apabila dikemudian hari diketahui terjadi penyelewengan dalam penggunaannya kami siap diproses sesuai perundang-undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan mohon dipergunakan sebagaimana mestinya. Tanjungpasir, 19 September 2012 Mengetahui Kepala Desa Tanjungpasir Kelompok masyarakat pesisir KMP DAUN HIJAU Materai Rp 6000 Gunawan H.M M a r d i a h Ketua KMP

4 I. PENDAHULUAN masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Definisi inipun bisa juga dikembangkan lebih jauh karena pada dasarnya banyak orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya laut. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non hayati laut dan pesisir untuk menyokong kehidupannya. Salah satu dasar diluncurkannya program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh adalah tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir yang pada tahun 2010 mencapai angka 7 juta jiwa. Desa Tanjungpasir merupakan salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang termasuk dalam kategori diatas. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari profil kondisi sosial budaya dan kependudukan Desa Tanjungpasir yang mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya adalah sebagai nelayan dan buruh.. Untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan tersebut, diharapkan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga kesejahteraannya dapat lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu kami, Kelompok Masyarakat Pesisir Daun Hijau berupaya memberdayakan masyarakat pesisir dengan melakukan kegiatan pembuatan kerajinan pesisir. Mudah-mudahan kegiatan ini dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir kedepan. II. MAKSUD DAN TUJUAN 2.1. Maksud Melalui kelompok ini diharapkan usaha yang dikelola semakin berkembang dan membawa dampak perubahan yang lebih baik terhadap peningkatan kesejahteraan para anggotanya Tujuan a. Meningkatkan motivasi dan kerjasama diantara anggota kelompok dalam rangka pengelolaan dan pengembangan usaha yang dilakukan. b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggota kelompok sehingga mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian keluarga. c. Meningkatkan kepedulian para anggota dalam menangani permasalahan sosial dan ekonomi di lingkungannya.

5 III. SASARAN DAN TARGET KEGIATAN - Pemberdayaan Pembangunan masyarakat pesisir - Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan mempercepat pembangunan. - Masyarakat pesisir yang miskin - Meningkatnya kualiatas pemgembangan usaha IV. NAMA KEGIATAN Pelatihan dan Pengadaan Sarana Pengolahan Limbah untuk Kerajinan V. SUSUNAN ANGGOTA KMP Terlampir VI. WAKTU PELAKSANAAN no Uraian kegiatan Bulan 1 Persiapan I II III IV V VI VII VIII IX 2 Pelaksanaan 3 Pelaporan dan Monitoring, Evaluasi VII. PENUTUP

6 Demikian proposal program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Kelompok Masyarakat Pesisir Daun Hijau dalam rangka pelatihan dan pengadaan sarana untuk kerajinan pesisir di Kampung Garapan Rt05/06 Desa Tanjungpasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ini kami susun dan kami sampaikan. Semoga melalui proposal permohonan bantuan ini, Kelompok Masyarakat Pesisir Daun Hijau dapat berkontribusi langsung dalam mendukung program Pemerintah dalam mewujudkan program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh khususnya dalam hal Bina Usaha sekaligus program pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat. Atas perhatian semua pihak dan terlaksananya program ini kami mengucapkan terima kasih. Tanjungpasir, 19 September 2012 Tim Pemberdaya Desa Kelompok masyarakat pesisir KMP DAUN HIJAU Gunawan H.M Kepala Desa Tanjungpasir Tim Pendamping M a r d i a h Ketua KMP Daryono, S.T Mengetahui, Tim Teknis Daerah VIII. LAMPIRAN - LAMPIRAN Ir. H. Endang Kosasih,M.Si 1. Gambar DED 2. Rencana Anggaran Biaya 3. Foto Kegiatan 0% 4. Lampiran KMP

7 Rencana Anggaran Biaya

8 Foto kegiatan 0% Nama Kegiatan SPAL Foto Kegiatan 0 %

9

10 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya kepada kita semua, amiin. Teriring shalawat serta salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Desa Tanjungpasir adalah merupakan salah satu desa yang berada diwilayah pesisir pantai utara laut jawa, dimana masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, yaitu laut, sungai dan pertambakan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi, dimana industrialisasi semakin meningkat sehingga terjadi pencemaran terhadap lingkungan, yang berakibat kepada semakin sulitnya para nelayan yang berada diwilayah pesisir untuk mendapatkan hasil tangkap yang maksimal. Menghadapi hal yang demikian tentunya perlu sebuah kesamaan visi, pendapat serta misi kedepan dalam menentukan kebijakan arah pembangunan. Berkaitan dengan dengan hal tersebut diatas, dipandang perlu untuk menyusun gambaran tentang desa melalui penyusunan Rencana Pengembangan Desa sebagai bahan acuan serta pertimbangan Pemerintah baik pusat maupun daerah, sebagaimana program yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Program Pemberdayaan Desa Pesisir Tangguh (PDPT), sebagai upaya pengelolaan sumberdaya alam dan jasa lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil yang tepat tentunya memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang kompleks tentang interaksi bio-fisik antara perairan, daratan dan bahkan atmosfir sebagai suatu komponen lingkungan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Multidisiplin ilmu pengetahuan yang digabung dengan pengetahuan praktis di lapangan, melalui proses partisipasi aktif pengguna sumberdaya alam dan jasa pesisir dan pulau-pulau kecil, sangat diperlukan untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kondisi obyektif wilayah serta sesuai dengan tuntutan masyarakat. Akhirnya patutlah kiranya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir khususnya kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah berupaya untuk merealisasikan Program Pembangunan Desa Pesisir Tangguh. Hormat kami, Kepala Desa Tanjungpasir (GUNAWAN HM) ii

11 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel ii iii v vi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup.. 3 Bab 2 Gambaran Umum wilayah 2.1 Deskripsi Umum Sejarah Desa Tanjung Pasir Letak Geografis dan Administrasi Topografi dan Penggunaan Lahan Sosial Ekonomi Dampak Perubahan Iklim di Desa Tanjungpasir Permasalahan.. 10 Bab 3 Metode Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir Kerangka Perencanaan Fokus Pendekatan Unit Analisis Alur Proses 15 Bab 4 Keterkaitan Dengan Rencana Lain.. 17 Bab 5 Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir 5.1 Fokus Spirit Perencanaan 19 iv

12 5.3 Perencanaan Pengembangan Desa Tanjungpasir Perencanaan Program Bina Manusia Perencanaan Program Bina Usaha dan Sumbernya Perencanaan Program Bina Lingkungan dan Infrastruktur Perencanaan Program Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim Bab 6 Pemantauan dan Evaluasi 6.1 Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi Rantai Pemantauan dan Evaluasi Pengukuran Kinerja Evaluasi Substansi Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir Bab 7 Penutup Lampiran lampiran iv

13 DAFTAR GAMBAR Gambar : 2.1 Peta Administrasi Desa Tanjung Pasir. 2.2 Kondisi Tanggul Sungai Areal Pertambakan di Desa Tanjung Pasir Rumah Pintar Salah Satu Sarana Pendidikan Kondisi Pemukiman Perahu Nelayan di Dalam Alur Sungai. 2.7 Kondisi Tanggul Sungai Genangan Air dipermukaan Akibat Pasang Tinggi Genangan Air Dipemukiman Genangan Air Dipemukiman Genangan Air Dipemukiman. 3.1 Kerangka Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir Kec. Teluk naga, Tangerang Banten 3.2 Alur Proses Kegiatan di Desa Tanjung Pasir, Kec. Teluk Naga 4.1 Alur Keterkaitan Rencana Pembangunan Desa Basis Nilai Perencanaan Pembangunan Desa Pesisir Tangguh 6.1 Tujuan Pemantauan dan Evaluasi (diadopsi dari UNDP, 2002 dalam Adrianto, 2005) 6.2 Rantai Proses Pemantauan dan Evaluasi Pentingnya Pendekatan Indikator Dalam Pengukuran Kinerja. 6.4 Konsepsi kerangka kerja (framework) Driving force-pressure-state- Impact-Response (DPSIR) dan indikator dalam melakukan pengelolaan wilayah pesisir, dari proses identifikasi issu hingga monitoring dan evaluasi dalam upaya penyempurnaan secara terusmenerus (continued improvement) (UNESCO, 2003; AIDEnvironement et al. 2004; IOC 2005)... vi

14 DAFTAR TABEL Tabel : 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian 3.1 Uraian Lima Bina Program Sebagai Fokus Perencanaan Desa Tanjung Pasir Wakil Institusi Sosial Dalam Penyusunan Perencanaan Pengembangan Desa Tanjung Pasir Uraian 5 (lima) Bina Program Sebagai Fokus Perencanaan Desa Tanjung Pasir Matrik Keterkaitan Antara Spirit Dalam Focus Perencanaan Program di Desa Tanjung Pasir. 5.3 Kerangka Kerja Perencanaan Pembangunan Desa Pesisir Tangguh. vii

15 Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penghujung tahun 2011, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang disingkat menjadi PDPT. Program ini tidak datang begitu saja, melainkan didasarkan atas realitas persoalan yang dihadapi desa-desa pesisir di Indonesia, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir. Tercatat, pada tahun 2010 kemiskinan di desadesa pesisir mencapai angka 7 juta jiwa; (2) tingginya kerusakan sumberdaya pesisir; (3) rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan (4) rendahnya infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. Atas dasar tersebut, maka tidak heran jika desa-desa pesisir di Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam dan perubahan iklim. Untuk itu, PDPT bagi KKP adalah wujud intervensi dalam hal: (1) menata dan meningkatkan kehidupan desa pesisir/nelayan berbasis masyarakat; (2) kegiatan yang menghasilkan keluaran (output) secara fisik yang dapat memberikan manfaat riil bagi masyarakat pesisir, sesuai dengan permasalahan dan prioritas kebutuhan masyarakat; (3) pembelajaran secara tidak langsung kepada masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil agar dapat menemukan cara-cara pemecahan masalah dan kebutuhannya sendiri dengan memberdayakan segenap potensi yang ada; dan (4) masyarakat sebagai agen pembangunan. Intervensi yang dilakukan oleh KKP di atas, tidak lain merupakan upaya untuk mencapai 5 (lima) tujuan PDPT yang telah dirumuskan. Adapun tujuan yang dimaksud, yaitu: (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir; (2) meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana sosial ekonomi; (3) meningkatkan kualitas lingkungan hidup; (4) meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam proses keputusan secara partisipatif; serta (5) meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana dan perubahan iklim. Dokumen Rencana Pengembangan 1

16 Untuk mewujudkan tujuan di atas, KKP bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan akan mengimplementasikan PDPT di 48 lokasi desa pesisir dengan kriteria yang telah ditetapkan, antara lain: mempunyai potensi ekonomi unggulan, masyarakat pesisir miskin, kondisi lingkungan permukiman kumuh, kondisi penduduk relatif miskin, terjadinya degradasi lingkungan pesisir, tingkat pelayanan dasar rendah, rawan bencana dan perubahan iklim, serta mendukung prioritas rencana pengembangan KKP. Terkait dengan kriteria di atas, Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu lokasi desa sasaran yang selama ini telah didampingi dan dilakukan berbagai aktivitas oleh KKP. Dengan demikian, KKP berkewajiban memfasilitasi desa ini keluar dari persoalan-persoalan yang menghimpitnya. Tentunya, agar keluar dari persoalan tersebut, dibutuhkan pendekatan yang melibatkan warga atau kelompok-kelompok warga melalui perencanaan pengembangan desa yang bersifat partisipatif. Pentingnya keterlibatan warga dikarenakan merekalah sebagai pelaku (aktor) utama yang dapat mewujudkan ketangguhan desanya. Pelaksanaan konsultasi publik oleh KKP, tidak lain ditujukan untuk memfasilitasi dan mengorganisir warga agar secara bersama-sama (termasuk pemangku kepentingan lainnya) merencanakan pengembangan desa ke depan agar tangguh dalam hal ekonomi, kerawanan bencana alam dan perubahan iklim, dan lain-lain Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir adalah untuk mewujudkan peningkatan kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir melalui pengembangan desa pesisir tangguh. Tujuan umum Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir , adalah panduan program desa dalam rangka mewujudkan desa pesisir yang tangguh. Sementara itu, tujuan khusus dari Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir, sebagai berikut: a. Teridentifikasinya kebutuhan dan harapan warga Desa Tanjung Pasir terkait dengan pengembangan desa pesisir tangguh; Dokumen Rencana Pengembangan 2

17 b. Terbentuknya program berdasarkan 5 (lima) bina program, meliputi: manusia, usaha, sumberdaya, lingkungan dan infrastruktur, serta siaga bencana dan perubahan iklim; dan c. Tersusunnya program secara sistematis dalam jangka 5 (lima) tahun yang akan dijalankan oleh warga Ruang Lingkup Dokumen Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam bab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, arahan perencanaaan dan pemanfaatan, serta ruang lingkup perencanaan. Bab 2 Gambaran Umum Wilayah, mengulas tentang deskripsi umum desa (letak geografis dan administrasi, topografi dan penggunaan lahan, dan kondisi sosial- ekonomi), dampak perubahan iklim yang dirasakan, serta permasalahan yang ada. Bab 3 Metode Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir , yang menjelaskan mengenai kerangka perencanaan yang disusun, pendekatan yang digunakan, unit analisis, serta alur proses penyusunannya. Bab 4 Keterkaitan dengan Rencana Lain, mengurai tentang hubungan antara Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir dengan RPJP Kabupaten Tangerang. Bab 5 Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir, menjelaskan fokus perencanaan, spirit nilai yang dijadikan dasar dalam perencanaan, serta rencana pengembangan itu sendiri yang terdiri lima rencana program, yaitu rencana program bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan adaptasi perubahan iklim. Bab 6 Pemantauan dan Evaluasi, membahas tentang konsep, definisi dan rantai proses pemantauan dan evaluasi, serta pengukuran kinerja. Dokumen Rencana Pengembangan 3

18 Bab 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Deskripsi Umum Sejarah Desa Tanjungpasir Desa Tanjung pasir merupakan salah satu desa di Kecamatan Teluknaga dimana masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional, kata tanjung pasir berasal dari Tanjung yang berarti daratan yang menonjol dipermukaan laut jawa dan Pasir adalah permukaan tanahnya pasir, disamping itu Tanjung Pasir di masa penjajahan Belanda dan Jepang pernah dijadikan Benteng Pertahanan dan setiap bagian wilayah dikuasai oleh Tuan Tanah. Desa Tanjung Pasir merupakan kawasan pantai berpasir yang masih ditumbuhi hutan bakau. Kawasan pantai ini dekat dengan Pulau Untung Jawa. Di Tanjung Pasir terdapat PPI Tanjung Pasir yang didalam bagian PPI tersebut terdapat TPI Tanjung Pasir, Dermaga, Kawasan Militer yang merupakan tempat pelatihan bagi TNI AL dan tempat rekreasi, stasiun radar TNI AL, wisata pantai, pertambakan, selain itu juga sedang direncanakan untuk pengembangan Tangerang International City serta sebagai pusat kegiatan wilayah promosi. Desa Tanjung Pasir merupakan pemekaran wilayah yang dahulunya masih bersatu dengan Tegalangus. Pemekaran wilayah terjadi pada tahun 1984 dimana Kepala Desa pertama yang memegang kepemimpinan Desa Tanjung Pasir pada saat itu adalah Lurah Deris. Kepala Desa Tanjung Pasir yang pernah menjabat adalah : 1. M. Deris dari tahun 1984 s/d 1988 ( definitif ) 2. H. Madi. HM dari tahun 1988 s/d 1998 ( definitif ) 3. Halimi tahun 1998 ( Pjs) 4. H. Madi HM dari 1998 s/d 2007 ( definitif ) 5. Gunawan. HM dari 2007 s/d Sekarang Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Pemerintahan Desa dilingkungan Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Keputusan Bupati tersebut Struktur Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Desa, bahwa tugas kepala desa melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan,sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Kepala desa dibantu oleh seorang sekretaris desa dan 6 ( enam ) orang seksi yakni Seksi Dokumen Rencana Pengembangan 4

19 Pemerintahan Desa, Seksi Kesra, Seksi Pembangunan, Seksi Trantib dan Seksi Bendahara Desa. Desa Tanjungpasir dari tahun terbagi dalam 6 Kepala Dusun 14 Rukun Warga dan 32 Rukun Tetangga. Pembangunan di Wilayah Desa Tanjungpasir yang telah dan sedang berjalan bersumber dari: APBD Kabupaten Tangerang Bantuan Provinsi Banten APBN melalui PNPM-MP Swadaya Masyarakat Letak Geografis dan Administratif Desa Tanjungpasir termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Desa ini terletak pada koordinat LS dan BT. Secara geografis, desa ini termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Berikut ini adalah batas-batas wilayah Desa Tanjungpasir : a. Sebelah Utara : Laut Jawa b. Sebelah Selatan : Desa Tegal Angus c. Sebelah Barat : Desa Tanjung Burung d. Sebelah Timur : Desa Muara Desa Tanjungpasir memiliki jarak orbitasi 6,9 km dari pusat pemerintahan kecamatan, sedangkan dari Ibukota Kabupaten berjarak 21 km. Secara administrasi, desa ini terbagi ke dalam 6 (enam) wilayah kemandoran/dukuh yaitu Kemandoran 1, Kemandoran 2, Kemandoran 3, Kemandoran 4, Kemandoran 5 dan Kemandoran 6. Tiap wilayah Kemandoran rata-rata terdiri dari 2 Rukun Warga, kecuali di Kemandoran 3 yang terdiri dari 4 (empat) Rukun Warga. Total jumlah Rukun Warga (RW) di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 31 RT. Secara geografis, wilayah Desa Tanjung Pasir yang memiliki resiko tinggi terhadap dampak perubahan iklim adalah Dukuh Garapan yang merupakan wilayah RW VI dengan jumlah Rukun Tetangga sebanyak 5 RT. Dampak perubahan iklim ini ditandai dengan banjir di pemukiman warga akibat pasang tinggi yang semakin sering terjadi dan meresahkan warga. Dokumen Rencana Pengembangan 4

20 Gambar 2.1 Peta Administrasi Desa Tanjungpasir Topografi dan Penggunaan Lahan Desa yang terletak di pesisir pantai utara jawa ini memiliki luas wilayah sebesar 564,25 ha atau sekitar 0,14% dari luas Kecamatan Teluknaga. Daerah ini memiliki topografi landai, dengan ketinggian antara 1 meter hingga 3 meter diatas permukaan laut. Desa Tanjung Pasir termasuk wilayah dataran rendah, dengan curah hujan rata-rata sekitar mm/tahun dan suhu udara rata-rata 24 C. Peruntukkan tanah di desa ini meliputi untuk jalan sepanjang 7,95 km, sawah dan ladang 54 ha dan untuk tambak 720 ha. Penggunaan lahan diantaranya untuk perkantoran seluas 10,05 ha dan tanah sawah irigasi teknis 79 ha. Desa ini juga memiliki lahan seluas 10 ha untuk tempat rekreasi yaitu berupa kawasan pantai. Gambar 2.2. Kondisi tanggul sungai Gambar 2.3. Areal Pertambakan Dokumen Rencana Pengembangan 4

21 Sosial Ekonomi Berdasarkan data monografi desa, total jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir adalah jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari jiwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan jiwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan total kepala keluarga yang mendiami daerah ini adalah sebanyak KK. Gambar 2.4. Rumah Pintar - salah satu sarana pendidikan Gambar 2.5. Kondisi pemukiman Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah mengindikasikan tingkat sumber daya manusia di daerah tersebut. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang bisa diselesaikan oleh penduduk di suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat pola pikir masyarakatnya. Dan dengan semakin besar jumlah penduduk yang bisa menyelesaikan tingkat pendidikannya, maka daerah tersebut akan semakin maju. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagaimana disajikan dalam tabel 2.1. Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) 1 TK 50 2 SD SLTP SMU D1-D Sarjana (S1-S3) 5 7 Madrasah 17 8 Pendidikan Agama 46 9 Kursus 10 Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2010 Dokumen Rencana Pengembangan 4

22 Mayoritas Mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Pasir adalah sebagai nelayan. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan mencapai jiwa. Hal ini sesuai dengan karakteristik wilayah desa yang berada di wilayah pesisir, sehingga mata pencaharian penduduknya di dominasi sebagai nelayan. Selain itu terdapat mata pencaharian lain yang menjadi gantungan hidup bagi penduduk di desa ini yaitu sebagai pegawai negeri sejumlah 17 jiwa, ABRI/TNI 5 jiwa, Swasta 5 jiwa, wiraswasta 168 jiwa, Tani 363 jiwa dan buruh tani 158 jiwa. Detail jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir ini dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) 1 Pegawai Negeri 17 2 ABRI/TNI 5 3 Swasta 5 4 Wiraswasta Tani Buruh Tani Nelayan Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2010 Gambar 2.6. Perahu nelayan di dalam alur sungai Gambar 2.7. Kondisi tanggul sungai 2.2 Dampak Perubahan Iklim di Desa Tanjung Pasir Perubahan iklim yang terjadi telah dirasakan di berbagai belahan dunia. Hal ini dapat dirasakan dari pergantian musim yang terjadi. Saat ini pergantian musim telah mengalami perubahan waktu, dan hampir sulit untuk diprediksikan. Sebagai contoh adalah musim kemarau yang panjang, musim dingin yang lebih panjang dari biasanya maupun sebaliknya dan pergantian musim lainnya. Untuk di Indonesia perubahan iklim ditandai dengan pergeseran musim hujan dan musim Dokumen Rencana Pengembangan 4

23 kemarau. Musim kemarau yang lebih panjang dari waktu normalnya dapat berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan mempengaruhi ketersediaan pangan. Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia merupakan lahan pertanian yang menggantungkan kebutuhan airnya pada air hujan. Jika hujan tak datang tepat waktu, maka akan mempengaruhi produktivitas tanaman pertanian yang mana sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Demikian juga sebaliknya, jika musim penghujan lebih panjang dari biasanya maka akan mempengaruhi sektor yang lain dan bahkan bisa mengakibatkan terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya. Wilayah pesisir juga merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Perubahan iklim telah mengakibatkan kenaikan paras muka air laut. Kenaikan muka air laut ini mengakibatkan terkikisnya wilayah pesisir melalui abrasi dan semakin menggerus wilayah daratan. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, karena banyak lahan-lahan produktif yang hilang, pemukiman yang tergenang banjir rob dan bahkan ada pemukiman yang tenggelam sebagaimana yang terjadi di Desa Bedono Kabupaten Demak. Demikian juga yang terjadi di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang terjadinya perubahan iklim telah mempengaruhi segala sendi kehidupan masyarakatnya. Gambar 2.8. Genangan air di pemukiman Akibat air pasang tinggi Gambar 2.9. Genangan air di pemukiman Sesuai dengan kajian Strategi Adaptasi dan Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2008, Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu desa yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Berdasarkan hasil indentifikasi, dampak yang dirasakan masyarakat Desa Tanjung Pasir antara lain : Adanya peningkatan suhu udara baik di darat maupun di laut. Dokumen Rencana Pengembangan 4

24 Sering terjadi pasang tinggi yang lebih lama dari biasanya pada bulan purnama. Pendangkalan muara sungai sebagai akibat tingginya tingkat sedimentasi, sehingga menyulitkan perahu nelayan untuk keluar masuk sungai. Lokasi penangkapan ikan yang semakin jauh karena semakin berkurangnya hasil tangkapan di daerah tangkapan sebelumnya. Musim gelombang kuat (musim barat) terasa lebih lama dari biasanya, sehingga menyulitkan nelayan untuk kembali melaut. Banjir pasang sering terjadi, sehingga membanjiri pemukiman warga. Hasil tangkapan nelayan di laut dan hasil panen pembudidaya ikan di tambak menurun. Dampak perubahan iklim yang dirasakan masyarakat ini, memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola hidup dan kesejahteraan masyarakat di lokasi terdampak. Untuk itu, dengan dampak perubahan iklim yang semakin nyata dirasakan oleh masyarakat di Desa Tanjung Pasir ini, maka perlu kiranya dirumuskan suatu perencanaan yang tepat dan implementatif dalam upaya untuk bisa beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Gambar Genangan air di pemukiman Gambar Genangan air di pemukiman 2.3 Permasalahan Beranjak dari ilustrasi di atas, maka beberapa permasalahan yang akan dijawab dari Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir , yakni: a. Apa saja kebutuhan dan keinginan warga terkait dengan pembangunan desa pesisir tangguh? b. Apa saja bentuk program yang dianggap strategis oleh warga untuk mewujudkan pembangunan desa pesisir tangguh? c. Apa saja indikator pencapaian keberhasilan dari program yang dibutuhkan oleh warga? Dokumen Rencana Pengembangan 4

25 Bab 3. METODE PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA TANJUNGPASIR Kerangka Perencanaan Penyusunan rencana pengembangan dibatasi dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada tahun pertama, dilakukan pemetaan sosial dan infrastruktur, meliputi : analisis kebutuhan, analisis institusi, identifikasi modal sosial, identifikasi peran aktor, dan penilaian peran gender. Selanjutnya pada tahun kedua, dilakukan aksi di tingkat desa yang merujuk lima bina, yakni bina manusia, bina sumberdaya, bina usaha, bina lingkungan dan infrastruktur, dan bina siaga bencana. Kemudian pada tahun ketiga, diharapkan terwujudnya rehabilitasi sumberdaya dan penguatan ekonomi masyarakat di Desa Tanjungpasir. Tentunya semua ini bertujuan untuk mewujudkan Desa Tanjungpasir yang tangguh terhadap bencana alam dan perubahan iklim, serta ketangguhan dalam hal ekonomi. Gambar 3.1. Kerangka Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir, Kec. Teluk naga, Tangerang Banten. Dokumen Rencana Pengembangan 16

26 Untuk menjalankan roda aktivitas sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dibutuhkan spirit dan institusi penggerak dalam bentuk group kerjasama (working group) yang memiliki komitmen kuat untuk membangun desa peisisir yang tangguh Fokus Fokus perencenaan meliputi lima aspek bina program, yakni bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan perubahan iklim. Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan oleh Tanjungpasir untuk menuju ketangguhan dan kesejahteraan desa pesisir. Adapun uraian ke lima bina yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1. Uraian Lima Bina Program sebagai Fokus Perencanaan Desa Tanjungpasir. Bina Program 1. Manusia 2. Usaha 3. Bina Sumberdaya Uraian Investasi pada human capital, penekanan pada bidang pendidikan dan kesehatan Peningkatan kapasitas organisasi dan kelompok, baik formal maupun informal Memperluas dan meningkatkan kerjasama untuk efisiensi Memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat Menghilangkan sifat negatif, boros, konsumtif Meningkatkan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi Meningkatkan dan mempermudah akses terhadap sumberdaya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan Membangun kemitraan dengan pelaku usaha Membangun sistem insentif administrasi serta pendanaan formal dan informal Memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya Revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal Menerapkan MCS dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal Menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli (indegenous technology) Merehabilitasi habitat, konservasi dan memperkaya sumberdaya Dokumen Rencana Pengembangan 16

27 4. 5. Bina Program Lingkungan dan Infrastruktur Siaga Bencana dan Perubahan Iklim 3.3 Pendekatan Uraian Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan Membangun infrastruktur (jalan, listrik, air bersih, sanitasi) Meningkatkan perencanaan dan pembangunan secara spasial di pesisir Melakukan rehabilitasi vegetasi pantai dan mengendalikan pencemaran Melakukan usaha-usaha pengurangan risiko bencana, perencanaan tanggap darurat dan rehabilitasi pada tingkat masyarakat. Memperkuat kearifan lokal dalam antisipasi bencana Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko bencana, mengadakan penyadaran masyarakat, gladi yang reguler, latihan tanggap darurat, akses data dan informasi bencana, dan aktivitas lain terkait penanggulangan bencana. Membangun sarana dan prasarana penanggulangan bencana (jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, cadangan strategis desa, dan lain-lain Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir ini menggunakan pendekatan pembangunan berbasis komunitas yang memaksimalkan partisipasi masyarakat dan bertumpu pada sumberdaya lokal yang dimiliki masyarakat Desa Tanjungpasir. Namun demikian, penyusunan rencana pengembangan ini juga melibatkan pemangku kepentingan lainnya, seperti: perguruan tinggi, praktisi, dan birokrasi. Adapun maksud dilibatkannya pemangku kepentingan tersebut adalah untuk melengkapi kekurangan pendekatan yang telah disusun sebelumnya. Untuk itu, beberapa hal yang dilakukan dalam pendekatan penyusunan rencana pengembangan ini, sebagai berikut: a. Melakukan identifikasi sistem nilai sebagai spirit penggerak pembangunan di Desa Tanjungpasir; b. Melakukan need assessment warga di Desa Tanjungpasir, meliputi: kebutuhan dan harapan, kelembagaan/institusi, dan modal sosial; c. Merumuskan bentuk program yang sesuai dengan kebutuhan warga di Desa Tanjungpasir terkait dengan perubahan iklim, bencana alam, dan aktor yang akan melaksanakan program yang dimaksud; dan d. Menyusun roadmap pengembangan desa pesisir di Desa Tanjungpasir. Dokumen Rencana Pengembangan 16

28 Kemudian, untuk melakukan rumusan poin-poin di atas, maka diperlukan beberapa pemahaman yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator. Adapun pemahaman yang dimaksud, sebagai berikut: a. Memahami target pencapaian yang diharapkan; b. Memahami tahapan kerja perencanaan partisipatif pengembangan desa pesisir, dalam hal ini Desa Tanjung Pasir; c. Memahami lima bina yang merupakan fokus pengembangan program, seperti: bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, dan bina siaga dan perubahan iklim; serta d. Memahami dan menguasai prinsip-prinsip partisipatif dalam mendampingi proses assessment yang dilakukan kepada warga Unit Analisis Perencanaan pengembangan desa pesisir Tanjungpasir dibuat oleh keterwakilan warga yang berasal dari ragam latar belakang kelompok-kelompok sosial (social institution) yang terdapat di Tanjungpasir. Umumnya, institusi sosial di desa ini dibagi ke dalam dua bagian, yakni: (1) institusi non-formal, terdiri dari: pengajian, paguyuban kematian, arisan ibu-ibu, batari (bandeng tanpa duri), kelompok pengolahan sampah dan jumat bersih; dan (2) institusi formal, terdiri dari: Karang Taruna, Lembaga Pengembangan Masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa, Bank Rakyat Indonesia, Koperasi Unit Desa, Kredit Usaha Rakyat, Desa, PKK maupun Posyandu. Berdasarkan institutional assessment, kemudian ditentukan keterwakilan warga melalui institusi sosial yang aktif dan berperan banyak dalam kegiatan - kegiatan warga. Adapun institusi sosial yang dimaksud sebagai wakil dalam penyusunan perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir, sebagai berikut: Tabel 3.2 Wakil institusi sosial dalam penyusunan RPD Tanjungpasir Kelompok Sosial (Social Institutional) Jumlah Keterwakilan (Orang) 1. Aparatur Desa 4 2. Sekartavas 4 3. Kelompok Batari 4 4. Kelompok Ibu-ibu Penanam Mangrove 4 5. Jamaah Yasinan Karang Taruna 4 7. Kelompok Olah Raga 4 Total 28 Dokumen Rencana Pengembangan 16

29 3.5. Alur Proses Alur proses penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir dimulai dari identifikasi dan penyusunan indikator ketangguhan desa pesisir (PDPT). Penyusunan indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi eksisting Tanjungpasir dari aspek sosial budaya, ekonomi, kelembagaan dan pemerintahan desa, infrastruktur, lingkungan, dan sumberdaya manusia. Setelah dihasilkan indikator tersebut, kemudian dilakukan uji kelayakan indikator ke beberapa lokasi, seperti: Sukabumi, Pekalongan, dan Indramayu. Uji kelayakan indikator ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana indikator yang disusun sudah sesuai dan mudah diterapkan di desa-desa pesisir. Hasil uji coba tersebut, kemudian didiskusikan kepada para pakar untuk memperkuat validasi indikator sebagai rangkaian untuk memperbaiki indikator PDPT yang akan digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat ketangguhan desa-desa pesisir. Penyusunan Indikator PDPT Konsultasi Konsultasi Publik 1 Publik 1 (Diskusi pakar (Uji Indikator) & perbaikan materi) Penguatan kelembagaan Workshop PDPT Konsultasi publik 3 (need assessment rencana pengembangan) Selanjutnya indikator yang digunakan tersebut, dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penguatan kelembagaan sosial di desa pesisir Tanjungpasir. Penguatan kelembagaan sosial ini bertujuan, sebagai berikut: a. Mampu melakukan identifikasi kelembagaan sosial masyarakat untuk menentukan kelembagaan yang dapat dijadikan sebagai wadah pengorganisasian; b. Mampu mengidentifikasi dan mengenali modal sosial yang dimiliki warga sebagai modal dasar memperkuat kelembagaan yang dapat mengantisipasi sedini mungkin terjadinya bencana alam dan perubahan iklim; Dokumen Rencana Pengembangan 16

30 c. Membangun dan memperkuat kapasitas kelembagaan yang ada di warga agar mampu merespon secara cepat dan tanggap terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam. Adapun hasil pelaksanaan kegiatan ini, berupa: (1) teridentifikasi dan terbentuknya kelembagaan sosial masyarakat sebagai wadah pengorganisasian untuk mengantisipasi perubahan iklim dan bencana alam; (2) terjadinya peningkatan kapasitas kelembagaan sosial di desa pesisir; dan (3) terjalinnya modal sosial sebagai upaya untuk memperkuat kelembagaan. Agar menuju hasil yang komprehensif, maka dilakukan Workshop Pembangunan Desa Pesisir Tangguh yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya membangun desa pesisir yang tangguh serta menjaring dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Selain itu, workshop yang dilakukan tersebut dalam rangka menggalang opini untuk perbaikan konsep pembangunan desa pesisir tangguh melalui rumusan dilakukan pembahasan oleh para pakar yang berkompoten dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian, proses-proses yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai acuan dalam melakukan need assessment perencanaan program pengembangan desa pesisir tangguh yang dilaksanakan di Desa Tanjungpasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang- Banten. Dokumen Rencana Pengembangan 16

31 Bab 4. KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN Tingkatan (hierarki) pemerintahan merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan RPJP Daerah. Sesuai dengan arahan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, diatur ketentuan mengenai RPJP Daerah Provinsi yang mengacu pada RPJP Nasional, RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP Daerah Provinsi. Seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang No 27 Tahun 2007, Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RPJP Daerah Kabupaten Tangerang. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud keselarasan dan konsistensi gerak langkah dan pencapaian pembangunan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota seperti yang tertera pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Alur keterkaitan rencana pengembangan desa Dokumen Rencana Pengembangan 17

32 Bab 5. RENCANA PENGEMBANGAN DESA TANJUNGPASIR 5.1. Fokus Fokus perencanaan meliputi 5 (lima) aspek bina program, yakni bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan perubahan iklim. Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan untuk menuju ketangguhan dan kesejahteraan desa pesisir. Adapun uraian dimaksud dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1. Uraian 5 (lima) Bina Program sebagai Fokus Perencanaan Desa Tanjungpasir. Bina Program Uraian 1. Manusia Bina Program 2. Usaha 3. Bina Sumberdaya Investasi pada human capital, penekanan pada bidang pendidikan dan kesehatan Peningkatan kapasitas organisasi dan kelompok, baik formal maupun informal Memperluas dan meningkatkan kerjasama untuk efisiensi Memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat Menghilangkan sifat negatif, boros, konsumtif Uraian Meningkatkan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi Meningkatkan dan mempermudah akses terhadap sumberdaya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan Membangun kemitraan dengan pelaku usaha Membangun sistem insentif administrasi serta pendanaan formal dan informal Memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya Revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal Menerapkan MCS dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal Menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli (indegenous technology) Merehabilitasi habitat, konservasi dan memperkaya sumberdaya Dokumen Rencana Pengembangan 21

33 4. 5. Lingkungan dan Infrastruktur Bina Program Siaga Bencana dan Perubahan Iklim dan lain-lain 5.2 Spirit Perencanaan Spirit perencanaan desa pesisir merupakan sistem nilai yang dijadikan sebagai panduan para pemangku kepentingan untuk menyelenggarakan pembangunan desa pesisir yang tangguh. Spirit ini merupakan koridor arah untuk mencapai tujuan, yakni desa pesisir sejahtera dan tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan Membangun infrastruktur (jalan, listrik, air bersih, sanitasi) dan Meningkatkan perencanaan dan pembangunan secara spasial di pesisir Melakukan rehabilitasi vegetasi pantai dan mengendalikan pencemaran Uraian Melakukan usaha-usaha pengurangan risiko bencana, perencanaan tanggap darurat dan rehabilitasi pada tingkat masyarakat. Memperkuat kearifan lokal dalam antisipasi bencana Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko bencana, mengadakan penyadaran masyarakat, gladi yang reguler, latihan tanggap darurat, akses data dan informasi bencana, dan aktivitas lain terkait penanggulangan bencana. Membangun sarana dan prasarana penanggulangan bencana (jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, cadangan strategis desa, Adapun basis nilai yang dimaksud, terdiri dari: kemandirian, keberlanjutan, keberdaulatan, dan kesejahteraan. sebagai berikut: Adapun makna dari spirit tersebut, 1. Kemandirian, adalah upaya warga agar tidak tergantung ide/gagasan yang tidak bersumber dari kebutuhan dan realitas yang dihadapi warga. Hal ini dimaksudkan agar tumbuhnya kreativitas menciptakan peluang dan menjalankan usaha yang sesuai dengan prinsip kebutuhan yang dirasakan oleh warga. Tentunya usaha yang dijalankan bersumber dari sumberdaya alam lokal. Selain itu, kemandirian dalam kaitannya dengan bencana alam dan perubahan iklim adalah upaya untuk menciptakan kesadaran mengantisipasi dan mencegah terjadinya bencana alam dan perubahan iklim; Dokumen Rencana Pengembangan 21

34 2. Keberlanjutan, adalah sikap kemandirian warga yang terus konsisten untuk menjaga keberlanjutan memanfaatkan sumberdaya alam lokal untuk kegiatan usaha. Tentunya keberlanjutan ini terkait dengan dukungan dari institusi internal maupun eksternal. Selain itu, keberlanjutan dimaknai upaya untuk terus menerus menjaga lingkungan dan infrastruktur yang ada. Juga konsistensi dalam hal antisipasi dan pencegahan bencana dan perubahan iklim; 3. Keberdaulatan, adalah kemampuan warga untuk mencukupi kebutuhan hidup tanpa ketergantungan dari pihak luar untuk mengelola sendiri potensi sumberdaya yang dimliki, sehingga keberlanjutan usaha dapat terjaga untuk meningkatkan kekuatan ekonomi warga. Selain itu, keberdaulatan dalam hal lingkungan dan infrastruktur adalah kemampuan warga untuk terus menjaga lingkungannya sehingga terciptanya kesadaran penuh akan problem bencana alam dan perubahan iklim; dan 4. Kesejahteraan, adalah kemampuan warga untuk mencukupi kebutuhan baik secara psikologi maupun ekonomi. Pihak luar diharapkan sebagai stimulan untuk mewujudkan kesejahteraan yang dimiliki warga. Gambar 5.1. Basis Nilai Perencanaan Pembangunan Desa Pesisir Tangguh. Dokumen Rencana Pengembangan 21

35 Berdasarkan kelima spirit di atas, jika dihubungkan dengan fokus perencanaan program di Desa Tanjungpasir, maka teridentifikasi makna dan realitas, serta bentuk aktivitas yang menggambarkan irisan antar spirit dan fokus perencanaan program di Tanjungpasir. Adapun matrik keterkaitan antara spirit dan fokus perencanaan program dapat di lihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Matriks Keterkaitan antara Spirit dan Fokus Perencanaan Program di Desa Tanjungpasir. Spiri t Bencana Manusia Usaha Sumberdaya Lingkungan dan Infrastruktur Siaga Bencana dan Perubahan Iklim K e m a n d i r i a n K e b e r l a n j u t a n M a k n a R e a li t a s A k t i v i t a s M a k n a R e a li t a s A k t i v i t a s Tidak tergantung ide/gagasan Masih ada warga/kel.warga yg masih tergantung Dukungan lembaga internal dan ekternal Pelatihan untuk memb. Kapasitas kemandirian warga/kel.warga Sikap kemandirian yang terus konsisten. Masih ditemukan ketergantungan warga terhadap bantuan Tindak lanjut dari setiap proses pelatihan berupa pendampingan sampai benar-benar mereka bias melakukannya sendiri. Kreatif menciptakan peluang dan menjalankan usaha Sudah ada, meski dukungan inter.&eks. belum optimal Akses pemasaran Akses modal Penguatan skill warga/kel.usaha Keberlanjutan dalam soal usaha yang telah digeluti. Keberlanjutan terkait dukungan dari institusi internal dan eksternal soal modal hingga pemasaran. Keberlanjutan usaha khusus untuk usaha yang berisfat pribadi. Namun tidak untuk usaha kelompok Membuka akses modal; Membuka akses pasar Sadar potensi sumberdaya, shg perlu reorientasi pengelolaan, pemanfaatan dan lainlain Optimalisasi keberadaan sumberdaya yang masih kurang Penyadaran melalui advokasi Pelatihan produktif Kemampuan masyarakat untuk terus-menerus (sustainable) dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada. Ketersediaan tergantung pada kondisi alam (musim/cuaca). Ketergantungan yang begitu besar terhadap laut membuat potensi sumberdaya lainnya kurang dilirik. Mengelola peluang yang ada terkait sumberdaya non laut Sadar dan mandiri menjaga dan membersihkan lingkungan Kemandirian memb.sarana&pra sarana desa Sudah ada, meski masih terbatas Belum ditemukan keswadayaan memb. Infrastruktur Operasi bersih Keswadayaan memb. Infrastruktur Upaya untuk terusmenerus menjaga lingkungan dan infrastruktur yang ada. Sudah ada kesadaran untuk menghargai lingkungan Beberapa aktivitas terkait dgn bina ini berjalan dengan baik Mempertahankan kesadaran warga akan lingkungan Pembangunan infstruktur yang rusak Kesadaran untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya bencana dan perubahan iklmi Sudah ada kesadaran warga Membangun kesadaran warga Pembentuka n kelembagaan yang kuat Kesadaran yang terus berkelanjutan dalam soal antisipasi dan pencegahan bencana dan perubahan iklim. Terdapat orang atau kelompok yang dapat menggerakkan dan mengarahkan Penguatan kapasitas warga terkait kesiapsiagaan Dokumen Rencana Pengembangan 21

36 K e b e r d a u l a t a n K e s e j a h t e r a a n Spirit Makna Realitas Aktivitas Makna Realitas Aktivitas Bencana Manusia Usaha Sumberdaya Manusia yang telah mampu secara paripurna mencukupi kebutuhan hidup tanpa ketergantungan terhadap pelatihan atau pendampingan. Masih ditemukan ketergantungan Dukungan penguatan internal manusianya dan dukungan kuat dari system yang telah ada. Manusia yang mampu mencukupi kebutuhannya baik secara psikologi (kepuasan) maupun ekonomi. Masih banyak warga yang kurang bahkan tidak sejahtera Menciptakan peluang ekonomi warga Kemampuan menjalankan aktifitas usaha tanpa lagi memiliki ketergantungan dari pihak luar. Masih tergantung dengan kondisi eksternal Upaya penyadaran dan pendampingan masyarakat mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Usaha yang mampu memenuhi kebutuhan hidup paripurna. Menciptakan kesejahteraan diperoleh dengan kemudahan menciptakan peluang dan memasarkan produk. Menciptakan kesejahteraan dan menciptakan peluang dan memasarkan produk. Kemampuan mengelola sendiri potensi sumberdaya yang dimiliki. Terbatas pada potensi SDP (tangkap & pariwisata) Memfasilitas masyarakat agar mampu mengelola sendiri potensi sumberdaya yang dimilikinya. Kemampuan mengelola sendiri potensi sumberdaya yang dimiliki. Sumberdaya laut dikelola sendiri oleh masyarakat karena mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Paket program pengelolaadiusah akan oleh masyarakat. Lingkungan dan Infrastruktur Memiliki kesadaran penuh terhadap lingkungan dan pembangunan infrastruktur. Minimnya kemampuan membangun infstruktur Kedasaran akan lingkungan yang tinggi Kesadaran dalam diri juga adanya dukungan dari kelembagaan Desa Memiliki kesadaran penuh terhadap lingkungan dan pembangunan infrastruktur. Belum semua masyarakat memiliki kesadaran penuh (kesadaran memiliki lingkungan dan infrastruktur berusaha untuk menjaganya) Mengorganisir kesadaran dalam diri dan dukungan kelembagaan Desa Siaga Bencana dan Perubahan Iklim Adanya kesadaran penuh akan problem bencana dan perubahan iklim Sudah ada aksi untuk antisipasi Sikap ketangguhan mencegah terjadinya bencana dan perubahan iklim. Kemampuan mengantisipasi bencana dan perubahan iklim berimplikasi pada kesejahteraan. Kelembagaan yang mampu mengorganisir kesadaran melainkan juga dukungan dari pihak-pihak luar (eksternal) 5.3. Perencanaan Pengembangan Desa Tanjungpasir Perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir disusun berdasarkan kebutuhan yang dirasakan warga dan fokus program (manusia, usaha, sumberdaya, lingkungan dan infrastruktur, dan kesiagaan bencana alam dan perubahan iklim) dalam kurung waktu 5 (lima) tahun. Atau dengan kata lain, bentuk program merupakan akumulasi kebutuhan dan harapan yang disesuaikan dengan fokus program pembangunan desa pesisir tangguh. Dalam proses penyusunannya, keterlibatan wakil warga (melalui institusi lokal), dibagi ke dalam empat kelompok, yakni: kelompok bina manusia,kelompok bina usaha dan sumberdaya, kelompok bina lingkungan dan infrastruktur, dan kelompok siaga bencana dan perubahan iklim. Dokumen Rencana Pengembangan 22

37 Selanjutnya, masing-masing kelompok tersebut diidentifikasi kebutuhan dan harapannya sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan. Berdasarkan daftar kebutuhan dan harapan tersebut, kemudian disusun bentuk program yang mencerminkan konteks desa yang mana menggambarkan mekanisme, perencanaan waktu, dan indikator keberhasilan program yang telah tersusun. Kerangka Kerja Semua ini memberikan gambaran peta perjalanan (roadmap) program Desa Tanjungpasir yang disusun secara partisipatif (Gambar 5.3). Kel. Bina Usaha & SD Daft. Kebutuhan Proses Mekanisme Pembagian ke dalam 4 kelompok Kel. Bina Manusia Kel. Bina Lingk.&Infra Need Assessment Warga Desa Bentuk Program Perenc. Waktu Roadmap Peren. Desa Kel. Bina SB Indikator Daft. Harapan Gambar 5.3. Kerangka Kerja Perencanaan Pembangunan Desa Pesisir Tangguh. Dengan demikian perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir, dibagi ke dalam empat bagian, meliputi: (1) perencanaan bina program manusia; (2) perencanaan bina program usaha dan sumberdaya; (3) perencanaan bina program lingkungan dan infrastruktur; dan (4) perencanaan bina program siaga bencana dan perubahan iklim. Adapun penjelasan keempat bagian ini sebagaimana disajikan pada bagian berikut Perencanaan Program Bina Manusia Hasil need assessment yang dilakukan secara partisipatif, teridentifikasi 5 (lima) daftar kebutuhan terkait dengan program bina manusia. Adapun kelima kebutuhan yang dimaksud, meliputi: Peningkatan keterampilan generasi muda (pendidikan keterampilan); Peningkatan kualitan kerja sama antar masyarakat; Perbaikan pada budaya kerja gotong royong (kekompakan); Peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan; dan Dokumen Rencana Pengembangan 28

38 Pendidikan teknologi bagi generasi muda. Selanjutnya, hasil identifikasi daftar keinginan warga terkait dengan program bina manusia, meliputi: Adanya keinginan anak-anak dapat bersekolah setinggi-tingginya; Adanya keinginan kekompakan masyarakat lebih meningkat lagi; Adanya keinginan supaya masyarakat Tanjungpasir bisa bekerja sama satu sama lain; Adanya keinginan adanya pelayanan kesehatan yang memadai; Adanya keinginan sandang pangan terpenuhi; dan Adanya keinginan lapangan kerja yang dapat memberikan pendapatan tambahan bagi warga desa. Beranjak dari daftar kebutuhan dan keinginan di atas, maka tersusunlah matrik bentuk program perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Adapun bentuk-bentuk program yang direncanan, antara lain: pelatihan keterampilan generasi muda, pendidikan agama bagi generasi muda, pelatihan peningkatan kualitas kader posyandu, program peningkatan kerjasama antar warga, program peningkatan kemampuan teknologi bagi generasi muda, penyuluhan kesehatan, program rutin bersama, peningkatan pelayanan kesehatan melalui puskesmas keliling, dan peningkatan kualitas SDM anggota organisasi masyarakat. Adapun waktu, aktor, mekanisme kegiatan, dan indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Lampiran Perencanaan Program Bina Usaha dan Sumberdaya Hasil need assessment yang dilakukan secara partisipatif terkait dengan perencanaan program bina usaha dan sumberdaya, maka teridentifikasi tujuh daftar kebutuhan terkait dengan program bina usaha dan sumberdaya. Adapun ketujuh kebutuhan yang dimaksud, meliputi: Kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana kebersihan; Kebutuhan pengadaan angkutan sampah ke luar desa; Kebutuhan pengadaan bibit terumbu karang di laut; Kebutuhan untuk melakukan kerja bakti bersama merawat mangrove; Kebutuhan untuk melakukan konsolidasi dan kordinasi antar kelembagaan desa; Dokumen Rencana Pengembangan 28

39 Kebutuhan pelatihan kerajinan dari sampah dan limbah; dan Kebutuhan pemasaran dan akses permodalan bagi kelompok batari. Selanjutnya, hasil identifikasi daftar keinginan warga terkait dengan program bina manusia, meliputi: Menjaga lingkungan agar tetap bersih; Memajukan desa dan menjaga lingkungan; Menjaga kebersihan dan kelestarian sebagai cermin dari masyarakat; Membudayakan terciptanya kebersihan desa; Menjaga harmonisasi antar lembaga desa; Meningkatkan sumber penghasilan warga desa; dan Mengembangkan potensi yang ada di desa sebagai budaya yang harus diunggulkan. Beranjak dari daftar kebutuhan dan keinginan di atas, maka tersusunlah matrik bentuk matrik bentuk program bina usaha dan bina sumberdaya dalam bentuk perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Adapun bentuk-bentuk program yang direncanakan, terdiri dari: (1) bina usaha, antara lain: sosialisasi pemasaran, pemasaran produk dan legilitas ikan bandeng batari, inventarisasi dan pengembangan produk lokal desa, pelatihan kerajinan dari sampah dan pembukaan akses permodalan untuk warga desa; serta (2) bina sumberdaya, antara lain: pemeliharaan mangrove, pengadaan bibit terumbu karang, pembibitan dan penanaman mangrove, peningkatan teknologi kualitas air laut menjadi air tawar, dan gerakan sektor perikanan sebagai potensi ekonomi desa. Untuk waktu, aktor, mekanisme kegiatan, dan indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Lampiran Perencanaan Program Bina Lingkungan dan Infrastruktur Hasil need assessment yang dilakukan secara partisipatif, teridentifikasi delapan daftar kebutuhan terkait dengan program bina lingkungan dan infrastruktur. Adapun kedelapan kebutuhan yang dimaksud, meliputi: Kebutuhan air bersih; Kebutuhan saluran/kanal air; Kebutuhan penghijauan lingkungan desa melalui penanaman pohon; Kebutuhan alat pengangkut sampah; Dokumen Rencana Pengembangan 28

40 Kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus) bersama; Kebutuhan betonisasi jalan desa; Kebutuhan pembangunan PAUD, dan Kebutuhan perlengkapan infrastruktur tempat ibadah. Selanjutnya, hasil identifikasi daftar keinginan warga terkait dengan program bina lingkungan dan infrastruktur, meliputi: Adanya keinginan untuk mengurangi pemanasan global; Adanya keinginan lingkungan desa bersih, terjaga, indah, dan sehat; dan Adanya keinginan untuk memotivasi pemuda-pemudi desa agar berkelakuan positif. Beranjak dari daftar kebutuhan dan keinginan di atas, maka tersusunlah matrik bentuk matrik bentuk program lingkungan dan infrastruktur perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Adapun bentuk-bentuk program yang direncanan, antara lain: pengadaan pengakut sampah, penanaman pohon, pembangunan MCK, penyediaan air bersih, dan perbaikan/betonisasi jalan desa. Untuk waktu, aktor, mekanisme kegiatan, dan indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Lampiran Perencanaan Program Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim Sejumlah permasalahan yang merupakan potensi bencana di Tanjungpasir, yaitu sampah, angin, dan naiknya air laut. Sampah merupakan permasalahan yang paling mencolok di Desa Tanjungpasir. Tergolong sebagai potensi bencana, karena sampah yang telah menumpuk di setiap penjuru Tanjungpasir menyebabkan tersumbatnya aliran parit-parit pembuangan air limbah rumah-rumah penduduk. Potensi bencana yang dapat ditimbulkan antara lain, (1) Bencana penyakit, akibat tergenangnya air di parit, (2) Bencana banjir, akibat tersumbatnya saluran-saluran air. Potensi bencana yang kedua adalah Angin. Angin kencang, dalam bentuk angin puting beliung, menjadi ancaman tersendiri yang dapat menyebabkan robohnya rumah-rumah penduduk, terutama warung-warung yang berada di pinggir pantai, tempat penduduk mencari penghasilan. Akibat perubahan Dokumen Rencana Pengembangan 28

41 iklim, yaitu ketidakteraturan pola angin di Tanjungpasir juga menyebabkan bencana ekonomi yang sangat fatal, dimana para nelayan tidak dapat melaut akibat ancaman angin dan gelombang besar di lautan. Naiknya permukaan air laut menyebabkan banjir rob yang mencapai wilayahwilayah pemukiman penduduk. Perpaduan dari kenaikan permukaan air laut, angin yang menyebabkan gelombang besar, hingga sampah yang menyumbat saluran-saluran air, menyebabkan ancaman banjir yang sangat parah yang dapat membahayakan pemukiman penduduk Tanjung Pasir, fasilitas-fasilitas umum, serta usaha-usaha masyarakat. Dari beberapa persoalan/permasalahan di atas, maka dirumuskan beberapa kebutuhan masyarakat, meliputi: Penyediaan sarana pengangkut sampah, TPS, TPA beserta petugaspetugas pengangkut sampahnya. Sosialisasi dan penyadaran mengenai bahaya sampah dan pentingnya menciptakan lingkungan yang bersih. Sarana informasi yang mencakup penyediaan data prakiraan cuaca, kondisi angin dan gelombang, sehingga masyarakat dapat mengetahui sedini mungkin apabila bencana akan terjadi, dan persiapan menghadapi bencana dapat segera dilakukan. Bangunan pemecah gelombang. Penanaman mangrove. Adanya tenaga penanggulangan bencana beserta fasilitasnya. Adanya pemanfaatan sampah organik dan non-organik, pelatihan, dan penyediaan fasilitas pengolahan sampah, untuk mendukung upaya mengatasi permasalahan sampah di Desa Tanjungpasir. Sebagai tindak lanjut dari kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa harapan yang diungkapkan oleh masyarakat, yaitu: Pengelolaan sampah terpadu meliputi sarana dan prasarana pengangkutan sampah, petugas yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah, sosialisasi kebersihan disertai pendampingan dan penyediaan fasilitas pengolahan sampah menjadi produk bernilai guna dan bernilai jual. Pegelolaan sampah terpadu juga meliputi pengawasan dan evaluasi oleh masyarakat dan pemerintah secara frekuensif ke wilayah penerima program pengelolaan sampah terpadu. Dokumen Rencana Pengembangan 28

42 Pembangunan pemecah gelombang di wilayah-wilayah rentan gelombang besar, serta penanaman mangrove. Adanya pos siaga bencana yang berfungsi sebagai berikut: (1) Menyediakan informasi data prakiraan cuaca, kondisi angin dan gelombang, (2) Sebagai base camp kelompok pemuda siaga bencana, (3) Pusat informasi dan pelatihan tanggap bencana, (4) Pusat peringatan dini terjadinya bencana, dan (5) Shelter pengungsian bagi penduduk yang terkena bencana. Merujuk dari kebutuhan dan harapan di atas, maka program Pengelolaan sampah terpadu, pembangunan pemecah gelombang serta penanaman mangrove diharapkan dapat terakomodir di kelompok bina lingkungan dan infrastruktur. Sedangkan pada bina siaga bencana, program yang diharapkan dapat terealisasi adalah Pos Siaga Bencana dan Kelompok Pemuda Siaga Bencana. Adapun rincian dan indikator program bina siaga bencana dan perubahan iklim dapat dilihat pada Lampiran 4. Dokumen Rencana Pengembangan 28

43 Bab 6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 6.1. Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi (evaluation) adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan dan implementasi dari sebuah program kegiatan atau program kerja. Dengan demikian, Pemantauan dan Evaluasi (PE) adalah salah satu unit kegiatan penting dalam konteks rencana strategis karena salah satu keluaran rencana strategis adalah indikasi program yang merupakan turunan dari stratagi yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan PE adalah mengukur (measurement) dan menduga (assessment) kinerja dari sebuah program agar dapat mengelola hasil (outcomes) dan keluaran (outputs) program tersebut dengan lebih efisien (UNDP, 2002). Dengan demikian kata kunci penting dalam tujuan PE ini adalah kinerja program (perfomances) yang didefinisikan sebagai kemajuan atau hasil yang telah dicapai. Secara tradisional, tujuan dari PE menitikberatkan pada perkiraan input dan implementasi dari sebuah program, namun dalam konteks modern, PE lebih memfokuskan diri pada proses pengukuran dan pendugaan dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja yang sedang diteliti. Secara standar, tujuan PE terdiri dari empat unsur utama seperti yang disajikan pada Gambar 6.1 berikut ini. Dokumen Rencana Pengembangan 35

44 belajar dari pengalaman membangun kapasitas Meningkatkan akuntabilitas dan kemampuan reposisi Membuat keputusan yang berbasis informasi Gambar 6.1. Tujuan pemantauan dan evaluasi (diadopsi dari UNDP, 2002 dalam Adrianto, 2005) Sementara itu, per definisi, pemantauan (monitoring) adalah sebuah fungsi atau proses yang berkelanjutan dengan tujuan utama menyediakan indikasi awal dari kemajuan atau kemunduran dari kinerja sebuah program kepada pihak pengelola (manajemen). Ada delapan prinsip pemantauan yang baik (good principles of monitoring) yaitu (UNDP, 2002): (1) fokus pada hasil dan follow-up-nya; (2) disain pemantauan yang baik; (3) kunjungan reguler terhadap program yang dipantau; (4) melakukan analisis reguler terhadap setiap pencapaian hasil; (5) dilakukan dengan prinsip partisipatif; (6) dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator dan pengembangan garis dasar (baselines) program; (7) menduga relevansi dan keberhasilan dari setiap titik pencapaian hasil dari program; dan (8) menjadikan setiap proses pemantauan sebagai pembelajaran (lesson learned). Sedangkan menurut definisinya, evaluasi (evaluation) adalah upaya atau proses selektif yang bertujuan untuk memperkirakan kemajuan (progress) dari sebuah program secara sistematik dan berorientasi pada hasil (UNDP, 2002). Ruang lingkup dari evaluasi mencakup empat hal yaitu (1) status hasil (outcomes status) yaitu apakah hasil sudah dicapai atau belum dan apabila belum apakah terdapat kemajuan untuk mencapai hasil yang sudah Dokumen Rencana Pengembangan 35

45 diperkirakan; (2) faktor yang berpengaruh (underlying factors) yaitu sebuah analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil; (3) kontribusi pengelola (proponent contribution) yaitu kontribusi dari pengelola terhadap proses pencapaian hasil; dan (4) strategi kemitraan (partnership strategy) yaitu apakah dalam evaluasi dilakukan proses kemitraan antara pengelola dengan seluruh stakeholder yang terlibat dalam program yang sedang dievaluasi serta efektivitas pelaksanaannya Rantai Pemantauan dan Evaluasi Dalam konteks proses, rantai pemantauan dan evaluasi (PE) secara diagram dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.2. SCOPE OF INPUTS Tenaga ahli (experts) Perlengkapan (equipments) Dana (funds) SCOPE OF OUTPUTS SCOPE OF OUTCOMES Studies completed People trained Peningkatan pendapatan Penciptaan lapangan kerja baru SCOPE OF IMPACTS Kondisi kesehatan meningkat Angka harapan hidup meningkat Gambar 6.2. Rantai proses pemantauan dan evaluasi Rantai PE yaitu terdiri dari rantai ruang lingkup input (scope of inputs), ruang lingkup keluaran (scope of outputs), ruang lingkup hasil (scope of outcomes), dan ruang lingkup dampak (scope of impacts) dari sebuah program yang sedang mendapatkan perlakuan PE. Dengan demikian, rantai proses PE dimulai dari pendugaan dan estimasi input yang diperlukan dalam Dokumen Rencana Pengembangan 35

46 implementasi sebuah program yang telah direncanakan di mana prinsip dasar dari estimasi input ini adalah azas efisiensi. Proses ini kemudian dilanjutan dengan menentukan prakiraan keluaran yang diharapkan, hasil program sekaligus dampak yang dapat ditimbulkan dari implementasi sebuah program Pengukuran Kinerja Salah satu faktor penting dalam PE adalah pengukuran kinerja dari sebuah program yang telah ditetapkan. Dalam konteks rencana pengembangan desa pesisir tangguh, maka pengukuran kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator seperti yang dapat dilihat secara diagram pada Gambar 6.3. Indikator yang digunakan harus dapat diukur, mudah pengukurannya dan jumlahnya tidak terlalu banyak proporsional terhadap tujuan pengukuran kinerja itu sendiri. PERFORMANCE MEASUREMENT Sistem Rating (Pemeringkatan) Pengukuran Efisiensi PEMILIHAN INDIKATOR Langkah kunci dalam pemilihan indikator Perencanaan indikator PENGGUNAAN INDIKATOR Pelibatan stakeholders Pemanfaatan indikator dalam monitoring Gambar 6.3. Pentingnya pendekatan indikator dalam pengukuran kinerja Menurut DKP (2004), indikator kinerja dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu indikator masukan (input), indikator keluaran (output), indikator hasil (outcome), indikator manfaat (benefit) dan indikator dampak (impact). Indikator untuk masing-masing kelompok tersebut harus diestimasi dan ditentukan berdasarkan beberapa prinsip seperti yang ditentukan oleh UNDP (2002) yaitu : (1) estimasi indikator dilakukan dengan basis atau target tertentu; (2) menggunakan indikator proxy apabila perlu; (3) menggunakan data disagregat; (4) melibatkan stakeholder untuk menentukan indikator; (5) membedakan antara indikator kuantitatif dan kualitatif; (6) membatasi jumlah indikator; (7) menggunakan timelines yang tepat sehingga indikator yang diestimasi tepat sasaran dan waktu program. Dokumen Rencana Pengembangan 35

47 Menurut Thia-Eng (2006) dalam buku the Dynamic of Integrated Coastal Management, salah satu indikator yang disarankan dalam pengelolaan pesisir terpadu adalah dengan menggunakan kerangka kerja (framework) DPSIR seperti pada Gambar 6.4. Dalam model ini, indikator monitoring dan evaluasi terhadap komponen faktor pendorong (driving force), tekanan (pressure), status atau kondisi (state), dampak suatu tekanan (impact) dan upaya atau kebijakan yang telah diambil (response) dianalisis secara sistimatis dan berkesinambungan. Gambar 6.4. Konsepsi kerangka kerja (framework) Driving force-pressure-state- Impact-Response (DPSIR) dan indikator dalam melakukan pengelolaan wilayah pesisir, dari proses identifikasi issu hingga monitoring dan evaluasi dalam upaya penyempurnaan secara terus-menerus (continued improvement) (UNESCO, 2003; AIDEnvironement et al. 2004; IOC 2005) Indikator Driving forces didefinisikan sebagai perkembangan ekonomi, demograsi dan sosial dalam suatu masyarakat yang terkait dengan perubahan pola produksi dan konsumsi. Atau dapat didefinisikan sebagai berbagai kegiatan ekonomi dan sosial yang berpotensi mempengaruhi sistem alam dan manusia (termasuk wilayah pesisir) di suatu lokasi dan waktu tertentu, seperti kegiatan industri dan pertumbuhan penduduk. Indikator Pressure adalah kondisi perubahan pola konsumsi dan produksi yang menekan sistem alam (ekosistem) dan sosial ekonomi, seperti penggunaan lahan, pertambangan miyak lepas pantai, atau kegiatan penangkapan ikan. Indikator State adalah suatu kondisi terkini suatu ekosistem atau sosekbud pada suatu lokasi tertentu sebagai akibat adanya pressure, yang dideskripsikan secara kuantitatif atau kalau tidak mungkin secara kualitatif dalam indikator- Dokumen Rencana Pengembangan 35

RENCANA PENGEMBANGAN DESA LABAT MUARA

RENCANA PENGEMBANGAN DESA LABAT MUARA PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH RENCANA PENGEMBANGAN DESA LABAT MUARA KECAMATAN ALUH-ALUH, KABUPATEN BANJAR TAHUN 2012-2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Cover Kata Pengantar... ii DaftarIsi... iv Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan... 2 1.3 Kegiatan utama program... 3 1.4 Ruang

Lebih terperinci

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pinrang, Ir. BUDAYA NIP

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pinrang, Ir. BUDAYA NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat, nikmat dan hidayah-nya maka laporan pekerjaan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) di Desa Mattiro Tasi, Kecamatan Mattirosompe

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sawarna Timur tahun anggran yang telah secara sukarela dan sepenuh hati

KATA PENGANTAR. Sawarna Timur tahun anggran yang telah secara sukarela dan sepenuh hati KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat karunianya, kegiatan musyawarah penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (RPDPT) Desa Sawarna

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 40 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Bedono merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang terletak pada posisi 6 0 54 38,6-6 0 55 54,4

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

Profile Kelurahan Lawu-lawu, Kecamatan Lea-Lea, Kota Bau-bau. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh

Profile Kelurahan Lawu-lawu, Kecamatan Lea-Lea, Kota Bau-bau. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Profil Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-Lea, Kabupaten Bau-Bau Pengembangan Desa Pesisir Tangguh i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia - Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Hasil identifikasi kerentanan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Profil

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Profil Profil Kelurahan Palabusa Kecamatan Lea-Lea, Kabupaten Bau-Bau KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

Lebih terperinci

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH Menuju BINTAN SEJAHTERA Visi Dan Misi Oleh Drs. H. KHAZALIK INDRA SETIAWAN,SST BINTAN, JUNI 2015 0 DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG 1 II. PERMALAHAN DAN TANTANGAN 2 A. PERMASALAHAN

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE Oleh: T.Said Raza i, S.Pi, M.P 1002108203 (Ketua) Ir. Hj. Khodijah,

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Pada awal tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Tangerang memasuki babak baru pembangunan daerah seiring terpilihnya kepala daerah baru. Dalam masa jabatannya

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG

RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TANGERANG DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN DAN PULAU-PULAU KECIL (KP3K) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) KECAMATAN TELUK NAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN A. Kebijakan Umum BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN Pembangunan jangka menengah Kabupaten Pati diupayakan untuk mendukung kebijakan pembangunan nasional yang pro poor, pro job, pro growth

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana LAMPIRAN Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Lampiran 1. Aspek dan Indikator Desa/Kelurahan Tangguh Aspek Indikator Ya Tidak

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) BINTANG NELAYAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH TAHUN 2014

RENCANA KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) BINTANG NELAYAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH TAHUN 2014 RENCANA KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) BINTANG NELAYAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH TAHUN 2014 DESA SILO BARU KECAMATAN SILAU LAUT 2014 KEPENGURUSAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci