DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS RUMAH TANGGA PENGOJEG PENGGUNA KREDIT MOTOR) OLEH ANADIA RAHMADINI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN ANADIA RAHMADINI. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga di Kota Bogor (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor) (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI). Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam baik yang terdapat didaratan maupun dilautan. Kekayaan alam yang melimpah terutama hasil tambang berupa minyak bumi telah mengikut sertakan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). Pada tahun telah terjadi krisis energi pertama, yang mengakibatkan harga minyak dunia meningkat tiga kali lipat dari US$ 4 per barrel menjadi US$ 12 per barrel. Hal serupapun terjadi pada tahun , kenaikan harga minyak dari US$ 14 per barrel menjadi US$ 26 per barrel. Krisis energi pertama dan kedua memberikan keuntungan yang melimpah kepada negara-negara penghasil minyak, salah satunya Indonesia. Penerimaan yang besar dari penjualan minyak mendorong pemerintah untuk memberikan subsidi BBM dan Tarif listrik. Krisis energi keempat yang terjadi pada tahun 2005 telah meningkatkan harga minyak dunia hingga US$ 60,63 per barrel. Peningkatan kali ini tidak memberikan keuntungan kepada Indonesia melainkan mengakibatkan beban subsidi BBM yang harus ditanggung oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena Indonesia mulai berubah status dari negara eksportir menjadi negara net-importir. Seiring bertambahnya jumlah penduduk konsumsi BBM semakin meningkat sedangkan produksi BBM semakin menurun. Atas pertimbangan tersebut pemerintah menaikan harga BBM dalam negeri pada 1 Oktober Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg, serta pengaruhnya terhadap daya bayar cicilan kredit motor. Analisis data dilakukan setelah data primer berhasil dikumpulkan dari kegiatan penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalm bentuk tabel dan uraian. Analisa data dilakukan secara kualitatif dan dijabarkan dalam pendeskripsian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya kenaikan harga BBM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga pengojeg motor. Sementara itu, kenaikan harga BBM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg motor.

3 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS RUMAH TANGGA PENGOJEG PENGGUNA KREDIT MOTOR) Oleh ANADIA RAHMADINI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh; Nama Mahasiswa : Anadia Rahmadini Nomor Register Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Penelitian : Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbingan, Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP

5 Tanggal Kelulusan : PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, September Rahmadini Anadia H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Anadia Rahmadini lahir pada 24 Mei 1985 di Kota Bogor, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak tunggal, dari pasangan Ayahanda Adang Hery Koswara dan Ibunda Jasmi. Penulis mengawali pendidikannya dari sekolah dasar. Pada tahun 1997 penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Polisi II Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 5 Bogor. Mulai caturwulan ke 2 penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Bogor, hingga lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagi kepanitiaan, salah satunya Dies Natalis FEM ke-3.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bogor (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor). Kenaikan harga BBM merupakan topik yang sangat menarik karena dalam kenaikan harga BBM terdapat pihak yang pro dan kontra. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Kota Bogor. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis sadar bahwa pencapaian ini bukan karya yang luar biasa, namun melalui karya ini penulis berharap agar dalam proses penyusunan hingga hasil yang dicapai dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis sendiri maupun pembaca. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti. 2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M. Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan. 3. Widyastutik, S.E., M.Si., selaku dosen komisi pendidikan yang memberikan masukan tata cara penulisan agar lebih baik. 4. Dosen-dosen Ilmu Ekonomi, serta petugas TU IE, dan TU FEM. 5. Orang Tua yang dengan sabar, tabah, dan ikhlas mendidik dan menguatkan jiwa dan raga.

8 6. Sahabat terbaik yang selalu menemani dalam keadaan senang dan sedih (Aci, Eka, Ephee, Lea, Kikie, Maiva, Pritta, Windy, dan Yanti). 7. Teman terbaik yang selalu memberikan dukungan dan semangat (Else, Depe, Asih, Tanti, dan Echa). 8. Teman seperjuangan (Eka Sari Ningsih, Rizki Amelia, dan Halida Fatimah). 9. Teman-teman IE angkatan 40 dan 41 (Ipul dan Heri). 10. Guru-guru SMK Negeri 2 Bogor jurusan teknik elektronika khususnya kepada Bapak Yuniarto Triadi. 11. Guru-guru SMU Negeri 1 Bogor yang telah membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis. 12. Keluarga besar tercinta di Bukittinggi dan Malaysia yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. Bogor, September 2007 Anadia Rahmadini H

9 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.. iii DAFTAR GAMBAR.. iv DAFTAR LAMPIRAN.. v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teori Kondisi Umum Kehidupan Masyarakat Miskin di Indonesia Kenaikan Harga BBM dan Subsidi BBM Definisi Transportasi Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Kredit Perorangan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN Wilayah Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Analisis Data.. 30 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kota Bogor Penduduk Kota Bogor.. 33

10 ii 4.3. Perekonomian Kota Bogor Sarana dan Prasarana Transportasi 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Pengojeg Sepeda Motor Gender Usia Pendidikan Masa Kerja Jam Kerja Per Hari Kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM) Kenaikan Tarif Ojeg, dan Perubahan Penerimaan Pengojeg Motor Perubahan Pengeluaran Biaya Operasional Pengojeg Motor Penerimaan Bersih dan Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Daya Bayar Kredit Motor Pengojeg VI. KESIMPULAN DAN SARAN.. 62 DAFTAR PUSTAKA.. 64 LAMPIRAN

11 iii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Kondisi Perminyakan Indonesia (Ribu Barrel) Harga BBM Per 1 Oktober Skema Tingkat Efektivitas Kompensasi Harga BBM (Persen) Responden Penelitian Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Bogor Tahun PDRB Kota Bogor Tahun Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalanan di Kota Bogor Tahun Jumlah Kendaraan di Kota Bogor Tahun Tingkat Kecelakaan Kota Bogor Perkembangan Kriminalitas Kota Bogor Kepemilikan SIM Perubahan Tarif, dan Penerimaan Kotor Per Hari Rata-rata Pengeluaran Pengojeg Motor Per Hari Rata-rata Penerimaan Bersih Pengojeg Motor Per Hari Kerja Pendapatan dan Penghasilan Tambahan Pengojeg Motor Per Bulan Sebelum Kenaikan Harga BBM (Rupiah) Pendapatan dan Penghasilan Tambahan Pengojeg Motor Per Bulan Setelah Kenaikan Harga BBM (Rupiah) Penundaan Pembayaran Cicilan Kredit Motor. 60

12 iv DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Laju Penjualan Sepeda Motor Anggota AISI Kuartal I ( ) Perbandingan Harga Premium di Berbagai Negara Kerangka Analisis Penelitian Frekuensi Pengojeg Berdasarkan Usia Frekeunsi Pengojeg Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Frekuensi Pengojeg Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Frekuensi Pengojeg Berdasarkan Masa Kerja Persentase Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Sebelum KenaikanHarga BBM Persentase Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Setelah Kenaikan Harga BBM Persentase Net Balance Rumah Tangga Pengojeg Setelah Kenaikan Harga BBM... 58

13 v DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor Per Bulan Sebelum Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor Per Bulan Setelah Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengojeg Motor Per Bulan Sebelum Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengojeg Motor Per Bulan Setelah Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor Data dasar Pengolahan Uji t Hasil Uji t untuk Pendapatan Hasil Uji t untuk Pengeluaran Ringkasan Hasil Uji t untuk Pendapatan Ringkasan Hasil Uji t untuk Pengeluaran Kuisioner Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengojeg. 79

14 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik yang terdapat di daratan maupun di lautan. Kekayaan alam yang dimiliki berupa hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan dan pertambangan. Kekayaan alam yang melimpah terutama hasil tambang berupa minyak bumi telah mengikutsertakan Indonesia sebagai salah satu anggota dari OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). OPEC merupakan organisasi yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak bumi. Menurut Pamungkas dan Hidayat OPEC bertujuan mempertahankan harga minyak atau menentukan harga sehingga menguntungkan negara produsen, dan mengatur hubungan dengan perusahan-perusahaan minyak asing atau pemerintah negara-negara konsumen. Peranan 1 OPEC sangat besar ketika terjadi perang Yom Kipur antara Arab dan Israel pada tahun yang mengakibatkan negara-negara Arab memboikot untuk mengirim minyak ke Amerika dan Eropa. Perang tersebut menyebabkan krisis energi pertama sehingga harga minyak dunia naik tiga kali lipat dari US$ 4 per barrel menjadi US$ 12 per barrel. Hal yang serupapun terjadi pada tahun ketika terjadi revolusi Iran yang berakibat penghentian produksi minyak oleh Iran ke negara-negara Barat. Krisis energi kedua ini menyebabkan kenaikan harga minyak dunia 1 Pamungkas dan Syamsul Hidayat Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap. Surabaya : Apollo. hal 162.

15 2 hingga dua kali lipat dari US$ 14 menjadi US$ 26. Kedua krisis energi tersebut membuat negara-negara yang tergabung di dalam OPEC mendapat keuntungan yang berlipat akibat melambunganya harga minyak dunia. Indonesia yang menjadi salah satu negara anggota OPEC ikut merasakan keuntungan yang berlipat akibat krisis energi pertama dan kedua, yang terkenal dengan Oil Boom. Penerimaan yang besar dari hasil penjualan minyak bumi telah mendorong pemerintah untuk memberikan subsidi kepada masyarakat berupa subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan subsidi Tarif Dasar Listrik (TDL). Pemberian subsidi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pembangunan, menarik para investor asing agar menanamkan modal di Indonesia, dan membantu orang-orang miskin yang ada di Indonesia. Pemberian subsidi tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama negara Malaysia dan Thailand, Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia. Selain mendapat julukan tersebut Indonesia juga mendapat julukan sebagai NICs (New Industrial Pemberian Countries). subsidi yang bertujuan untuk membantu orang-orang miskin, pada kenyataannya sebagian besar yang menikmati subsidi tersebut adalah golongan masyarakat menengah ke atas, dan bukan golongan masyarakat miskin. Padahal, beban subsidi yang diberikan pemerintah telah memberatkan APBN Indonesia. Perekonomian Indonesia yang belum pulih benar akibat krisis ekonomi, kembali dihadapkan pada krisis energi keempat. Krisis energi tersebut menyebabkan harga minyak dunia meningkat hingga 60,63 US$ per

16 3 barel. 2 Peningkatan harga minyak tersebut membuat beban subsidi energi bertambah besar, Prihandana mengatakan subsidi meningkat lagi dengan pesat pada tahun 2004, menjadi tidak kurang dari 80 triliun rupiah, karena harga minyak internasional meningkat sampai tiga kali lipat. Tahun 2005, subsidi ditetapkan Rp 89 triliun. 3 Kenaikan harga minyak dunia kali ini tidak memberikan keuntungan terhadap Indonesia. Peningkatan konsumsi dan penurunan produksi BBM dalam negeri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia mulai berubah status menjadi negara net importir. Adanya subsidi energi menyebabkan harga BBM di Indonesia menjadi murah, hal ini menimbulkan pola konsumsi BBM yang cenderung konsumtif, selain itu tingginya perbedaan harga BBM dalam negeri dengan luar negeri menyebabkan terjadi penyelundupan BBM. Dari sisi produksi BBM mengalami penurunan, dikarenakan sumur-sumur minyak yang ada sudah tua, teknologi yang digunakan sudah ketinggalan zaman, dan ditambah dengan iklim investasi di sektor pertambangan minyak yang kurang kondusif. Tingginya tingkat konsumsi yang tidak diimbangi oleh peningkatan produksi BBM menyebabkan defisit BBM, sehingga untuk mencukupi kebutuhan minyak dalam negeri, dilakukan dengan cara mengimpor. Tabel 1.1. Kondisi Perminyakan Indonesia (Ribu Barrel) 2 3 Teguh Dartanto. BBM, Kebijakan Energi, Subsidi, dan Kemiskinan di Indonesia. [1 Oktober 2005]. Rama Prihandana Dari Energi Fosil Menuju Enegi Hijau. Jakarta: Proklamasi Publishing. hal 9.

17 4 Kondisi Perminyakan Indonesia Produksi minyak Konsumsi minyak Impor minyak mentah Ekspor minyak mentah Kapasitas pengilangan Output pengilangan Cadangan minyak Sumber: (MB)* Dartanto (2005) Volume impor yang semakin meningkat dan biaya untuk subsidi yang semakin bertambah, sedangkan penerimaan dari ekspor yang semakin menurun, mengakibatkan biaya pengadaan BBM menjadi tinggi. Ketika harga minyak dunia melonjak di luar kewajaran dari anggaran pemerintah, hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan defisit anggaran. Prihandana mengatakan Terdapat : beberapa pertimbangan mengapa pemberian subsidi BBM harus dikurangi. Pertama, pemberian subsidi BBM membuat pemberian subsidi untuk pendidikan, pangan, kesehatan, dan perumahan berkurang. Kedua, BBM yang di subsidi sebenarnya hanya menimbulkan disparitas harga, yang pada akhirnya akan mendorong penyelundupan. Ketiga, subsidi BBM yang jumlahnya sangat besar itu ternyata kebanyakan dinikmati oleh kelompok orang yang mampu. 4 Atas beberapa pertimbangan tersebut pemerintah mencabut subsidi BBM dengan menaikkan harga minyak dalam negeri mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Sehingga pada 1 Oktober 2005 harga BBM dalam negeri naik hingga mencapai rata-rata 100 persen. Hal ini tercantum dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2005 mengenai kenaikan harga BBM bersubsidi. 4 Ibid. hal 14.

18 5 Tabel 1.2. Harga BBM Per 1 Oktober 2005 Jenis BBM Keterangan Harga Harga Perubahan lama per liter baru per liter (%) (Rp) (Rp) Pertamax Plus Pertamax Premium Harga eceran ,5 Harga Minyak industri Harga eceran , Tanah Harga ,0 Minyak industri Harga eceran ,8 Solar Harga Minyak industri Harga eceran , Diesel Harga Minyak industri Harga eceran , Bakar Harga Sumber: Pertamina industri (2006) Dari Tabel 1.2 dapat dilihat untuk BBM jenis premium mengalami kenaikan sebesar 87,5 persen, untuk jenis minyak tanah mengalami kenaikan harga sebesar 185,7 persen, minyak solar mengalami kenaikan harga sebesar 104,8 persen, minyak diesel mengalami kenaikan harga sebesar 123 persen dan minyak bakar mengalami kenaikan harga sebesar 21,2 persen. Pencabutan subsidi BBM oleh pemerintah dialihkan dalam program kompensasi kenaikan harga BBM, berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). BLT merupakan bantuan langsung yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin sebesar Rp per bulan per keluarga. Pemberian BLT ini bertujuan agar subsidi yang diberikan pemerintah dapat langsung menyentuh masyarakat miskin, sehingga subsidi tidak salah sasaran. Peristiwa kenaikan harga BBM selalu menjadi sorotan tajam dari berbagai kalangan. Peristiwa tersebut sering kali disambut oleh masyarakat

19 6 dengan aksi-aksi demonstrasi dan sering berakhir dengan kericuhan dari para pendemo dengan aparat hukum. Menurut Hasan penolakan kenaikan harga BBM yang dilakukan kalangan masyarakat berdasarkan alasan : Pertama, masyarakat belum yakin benar pemerintah dapat mengendalikan dampak dari kebijakan ini terhadap kenaikkan berbagai kebutuhan hidup. Kedua, masyarakat belum yakin bahwa program kompensasi BBM akan dapat mereka nikmati sebagaimana pemerintah janjikan. Ketiga, masyarakat belum dapat membeli alasan keadilan yang melatar belakangi kenaikkan harga BBM sebagaimana yang disampaikan pereintah. 5 Program kompensasi BBM yang ada selama ini disinyalir sebagai pembagian rezeki kepada instansi-instansi pemerintah yang menjadi pelaksana dan penanggung jawab program tersebut, sehingga tingkat keefektivitasan program tersebut kecil dirasakan oleh masyarakat. Kenaikan harga BBM yang mencapai rata-rata 100 persen akan memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat. Akibat dari kenaikan harga BBM tersebut telah menimbulkan inflasi yang tercermin dari naiknya harga sejumlah komponen kebutuhan pokok masyarakat berupa barang dan jasa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi meningkat setelah kenaikan harga BBM sebesar 17,11 persen. Dampak kenaikan harga BBM juga dirasakan oleh perusahaan-perusahaan, karena telah menyebabkan biaya produksi meningkat, hal inipun ditambah dengan permintaan kenaikan upah dari para pekerja akibat meningkatnya biaya hidup. Dampaknya banyak perusahaan yang gulung tikar dan merumahkan atau melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 5 M. Fadhil Hasan. Kenapa Kenaikan Harga BBM di Tolak? [21 Februari 2005].

20 7 Di tengah kehidupan sosial ekonomi yang terhimpit krisis, kebutuhan hidup masyarakat semakin melambung, yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun, karena dari segi pendapatan yang diterima belum tentu mengalami peningkatan. Kondisi ini akan menurunkan daya tahan ekonomi masyarakat serta kualitas hidup msyarakat yang akan mengalami penurunan, terutama kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti pedagang kecil, pengojeg motor dan sopir. Penurunan kesejahteraan masyarakat akan menimbulkan masyarakat miskin di Indonesia yang akan meningkat jumlahnya akibat kenaikan harga BBM pada 1 Oktober Dikatakan jumlah penduduk miskin bertambah drastis, hingga maret 2006, jumlahnya meningkat 50 persen dibandingkan tahun 2004, dari 36,1 juta jiwa menjadi 50 juta jiwa Perumusan Masalah Kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen, telah mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Karena secara tidak langsung kenaikan tersebut akan meningkatkan biaya produksi barang dan jasa dan menambah beban hidup masyarakat. Bertambahnya beban hidup masyarakat yang tidak diimbangi bertambahnya pendapatan dapat menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Adanya penurunan daya beli masyarakat akan mempengaruhi pasar dan kinerja suatu perusahaan. Salah satu industri yang terkena dampak dari kenaikan harga BBM adalah industri otomotif, salah satunya industri sepeda motor. Kenaikan 6 Anonim Orang Miskin Naik 50 Persen Paling Banyak Bekasi [Kompas Online]. [11 April 2006].

21 8 harga BBM telah mempengaruhi pasar sepeda motor dari segi penjualan. Penurunan daya beli masyarakat terhadap sepeda motor tercermin dari hasil penjualan pada kuartal pertama tahun Dari data penjualan sepeda motor pada kuartal pertama di tahun 2006 yang dibandingkan dengan penjualan pada kuartal pertama di tahun 2005 dapat dilihat dari Gambar 1.1, menunjukan tren penjualan sepeda motor yang mengalami penurunan. Penurunan sebesar 31 persen terjadi di bulan Januari, penurunan 9 sebesar persen di bulan Februari dan penurunan sebesar 34 persen terjadi di bulan Maret. 387, , , , ,72 264,615 Januari Februari Maret Penjualan Sepeda Motor Kuartal I 2005 Penjualan Sepeda Motor Kuartal I 2006 Sumber : AISI dalam Warta Ekonomi (2006) Gambar 1.1. Laju Penjualan Sepeda Motor Anggota AISI Kuartal I ( ) Penurunan penjualan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan industri sepeda motor. Tingginya tingkat suku bunga dan inflasi telah membuat pasar motor tidak bergerak dan menggeser prioritas barang yang hendak dibeli oleh masyarakat, karena sebagian besar penjualan sepeda motor dilakukan dengan sistem kredit. Dikatakan sampai saat ini hampir

22 9 90 persen pasar sepeda motor di Indonesia itu adalah konsumen dengan sistem kredit. 7 Dalam keadaan seperti ini permintaan akan sepeda motor tidak akan bertambah, akibatnya pabrik-pabrik yang harus menyesuaikan produksinya dengan permintaan pasar. Kenaikan harga BBM tidak hanya berpengaruh terhadap pasar sepeda motor namun memberikan dampak terhadap potensi terjadinya kredit macet. Mengingat sebagian besar dari konsumen motor adalah masyarakat golongan menengah ke bawah, yang melakukan pembelian secara kredit. Adanya kenyataan kenaikan harga barang dan jasa yang meningkatkan biaya hidup, sedangkan pendapatan yang diterima belum tentu meningkat. Berakibat terhadap ketidakseimbangan antara tingkat pengeluaran dan pendapatan rumahtangga yang melakukan kredit sepeda motor. Ketidakseimbangan tersebut akan mempengaruhi penurunan daya bayar cicilan kredit. Penurunan daya bayar yang dialami dapat berpotensi terhadap timbulnya kredit macet. Bagi sebagian orang sepeda motor tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai sumber mata pencaharian. Salah satu profesi yang dapat ditekuni dengan menggunakan motor adalah mengojeg motor. Para pengojeg motor pada umumnya adalah masyarakat kecil, yang berpendapatan rendah dan menggantungkan hidup keluarganya pada mata pencaharian Para tersebut. pengojeg merupakan bagian dari angkatan kerja yang kurang beruntung dalam mendapatkan kesempatan kerja, karena tingkat keahlian 7 Anonim Keras, Persaingan Sepeda Motor di Tahun November 2006].

23 10 yang dimiliki terbatas. Selain keterbatasan keahlian para pengojeg juga memiliki keterbatasan dalam hal keuangan. Sehingga untuk memiliki sebuah sepeda motor baru, jalan yang ditempuh para pengojeg adalah dengan mengkredit sepeda motor tersebut. Namun adanya kenaikan harga BBM telah mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg, yang berpengaruh terhadap kemampuan daya bayar cicilan kredit motor. Berdasarkan latar belakang yang telah diketahui, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan rumah tangga pengojeg motor? 2. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran rumah tangga pengojeg, baik kebutuhan makanan dan nonmakanan 3.? Bagaimanakah pengaruh kenaikan harga BBM terhadap daya bayar kredit pengojeg motor? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap tingkat pendapatan rumah tangga pengojeg motor. 2. Menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap tingkat pengeluaran rumah tangga pengojeg.

24 11 3. Mengetahui pengaruh kenaikan harga BBM terhadap daya bayar cicilan kredit motor Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran umum terhadap kehidupan ekonomi pengojeg motor. 2. Bagi pembuat kebijakan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuat kebijakan yang dapat membawa dampak bagi kehidupan orang banyak. 3. Bagi masyarakat, diharapkan memberikan gambaran umum terkait masalah penerimaan dan pengeluaran setelah kenaikan harga BBM Ruang Lingkup Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah para pengojeg yang melakukan pembelian motor secara kredit. Untuk melihat dampak dari kenaikan harga BBM terhadap rumah tangga pengojeg. Responden dalam penelitian ini adalah para pengojeg yang melakukan pembelian motor secara kredit, dengan pembayaran kredit yang dilakukan pada masa sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, serta pengojeg yang mengalami persaingan usaha karena pertambahan jumlah pengojeg.

25 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Kondisi Umum Kehidupan Masyarakat Miskin di Indonesia Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap pengentasan kemiskinan. Besarnya perhatian tersebut tercantum dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945, melalui program pembangunan bertujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sehingga menciptakan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi masalah Penduduk yang berkepanjangan. miskin dari tahun berdasarkan data BPS, menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Pada tahun 1976, penduduk miskin yang ada di Indonesia sebesar 54,2 juta jiwa atau sekitar 40,1 persen dan berkurang menjadi 22,5 juta jiwa atau sebesar 11,3 persen pada tahun Hal ini membuktikan programprogram pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah berpengaruh terhadap penurunan jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Jumlah masyarakat miskin di Indonesia yang mulai menurun, harus dihadapkan dengan kenyataan krisis ekonomi pada tahun 1997 yang menyebabkan jumlah penduduk miskin bertambah. Tahun 1998 jumlah

26 13 penduduk miskin yang ada di Indonesia menjadi 49,5 juta jiwa atau sebesar 24,2 persen. Peningkatan tersebut membuat pemerintah mengeluarkan program-program penanggulangan kemiskinan secara besar-besaran diantaranya program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Usaha yang dilakukan oleh pemerintah memberikan hasil, berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dengan jumlah 35,1 juta jiwa atau sebesar 15,97 persen di tahun Tahun 2006 jumlah masyarakat miskin bertambah jumlahnya menjadi 39,3 juta atau sebesar 17,75 persen di tahun Pertambahan jumlah masyarakat miskin dikarenakan beban biaya kebutuhan hidup sehari-hari yang meningkat, akibat kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen. Peningkatan pengeluaran yang tidak diimbangi peningkatan pendapatan rumah tangga akan menambah beban ekonomi dan menurunkan daya tahan ekonomi serta kualitas hidup masyarakat. Dilain pihak perusahaan mengalami hal yang sama, dimana peningkatan harga barang dan jasa lainnya telah meningkatkan biaya produksi perusahaan. Peningkatan biaya produksi yang tidak diikuti peningkatan penjualan, akibat menurunnya daya beli masyarakat, akan menurunkan kinerja perusahaan, dan pada akhirnya perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen dapat 8 Aryo Adi Prabowo Jumlah Penduduk Miskin Indonesia. [16 Agustus 2007].

27 14 mempengaruhi pertambahan jumlah masyarakat miskin dan pengangguran di Indonesia Kenaikan Harga BBM dan Subsidi BBM Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, yang dalam pengolahan dan penyalurannya dikuasai oleh negara. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. BBM adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, yang berasal dari endapan sisa-sisa jasad hidup yang halus dan mengandung minyak. BBM merupakan energi sekunder yang dihasilkan dari proses transformasi minyak bumi. Menurut pasal 3 Undang-undang No. 4 Perpu tahun 1960, bahan galian minyak dan gas bumi adalah kekayaan nasional, dikuasai oleh negara sedangkan usaha pertambangan dilaksanakan oleh perusahaan negara. Pasal tersebut menjelaskan dalam pengolahan minyak mentah dan BBM dikuasai sepenuhnya oleh negara yang penguasaannya diwakili Penguasaan oleh pemerintah. yang dilakukan tersebut dijalankan oleh Pertamina, selaku Badan Usaha Milik Negara. Menurut Undang-undang No.8 tahun 1971 Pertamina mempunyai tugas meliputi kegiatan ekplorasi, eksploitasi, pemurnian, dan pengolahan. Dalam kenyataannya Pertamina belum mampu melaksanakan sendiri kegiatan tersebut. Sehingga dalam memproduksi BBM pihak pertamina melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam bentuk

28 15 (Contrak Production Sharing) atau yang lebih dikenal dengan KPK. Dari kerjasama tersebut hasil produksi minyak Indonesia dibagi dengan KPK, dengan hasil yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kerjasama antara Pertamina dan pihak ketiga tersebut dibenarkan dalam pasal 12 UU No.8 tahun Menurut UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi dinyatakan bahwa migas merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara dan pemerintah yang ditetapkan sebagai pemegang kuasa pertambangan. Dikatakan pula bahwa harga BBM dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Dikeluarkannya UU tersebut untuk memperbaiki kondisi yang ada selama ini, agar pengelolaan migas lebih mengacu kepada mekanisme pasar. Tingginya harga minyak dunia akibat krisis energi keempat yang lalu membuat pemerintah kesulitan menutupi besarnya subsidi BBM yang semakin meningkat seiring peningkatan harga minyak dunia. Subsidi BBM yang diberikan pemerintah membuat harga domestik menjadi murah, hal ini mendorong tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Tingginya penggunaan BBM di Indonesia tidak hanya dikarenakan peningkatan konsumsi BBM tetapi didukung oleh maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri.

29 16 Harga Premium (Euro sen per liter) Egypt Indonesia Nigeria China Rusia USA Brazil India Japan UK Germany Sumber : Dartanto (2005) Gambar 2.1. Perbandingan Harga Premium di Berbagai Negara Dari Gambar 2.1 terlihat perbandingan harga BBM Indonesia yang rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti India. Harga jual BBM di Indonesia tergolong lebih murah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, adanya tingkat perbedaan harga ini memunculkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Oknumoknum tersebut mencari keuntungan lebih dengan menjual BBM ke negara lain, karena harga jual yang lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar. Dalam hal ini pemerintah menjadi pihak yang dirugikan, karena nilai subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan meningkat yang menyebabkan Tujuan defisit pemberian APBN. subsidi BBM untuk membantu orang-orang miskin di Indonesia, ternyata telah salah sasaran. Pada kenyataannya penikmat terbesar subsidi BBM yang diberikan pemerintah adalah kelompok orang mampu. Karena pemberian subsidi BBM tidak membedabedakan golongan masyarakat. Alasan keadilan terhadap masyarakat miskin dan defisit anggaran membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

30 17 mengurangi subsidi BBM, dengan cara menaikan harga BBM dalam negeri, pada 1 Oktober 2005 dengan kenaikan BBM yang mencapai rata-rata 100 persen. Pengurangan subsidi BBM tersebut kemudian dialihkan ke sektor lain berupa program kompensasi kenaikan harga BBM. Program ini bertujuan agar subsidi tepat sasaran kepada masyarakat miskin. Program yang baru diluncurkan oleh pemerintah adalah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp per bulan per keluarga miskin. Namun bila dilihat dari Tabel 2.1 mengenai program kompensasi BBM yang sudah ada, tingkat efektivitasnya amat rendah, untuk program kartu sehat tingkat efektivitasnya mencapai 26,53 persen, program raskin tingkat efektivitasnya hanya mencapai 25,93 persen, program beasiswa tingkat efektivitasnya cukup tinggi dari program lainya yang mencapai 37,99 persen, sedangkan dana bergulir tingkat efektivitasnya paling rendah yaitu 9,89 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program kompensasi yang selama ini berjalan tidak efektif dan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disinyalir karena terjadinya penyalahgunaan dana kompensasi oleh oknum terkait, karena salah satu faktor penyebabnya terkait dengan tingkat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) Tabel 2.1. di Indonesia Skema Tingkat yang masih Efektivitas tinggi. Kompensasi Harga BBM (Persen) Tingkat Efektivitas Kompensasi Program Bantuan Harga BBM Kartu Sehat 28,07 27,14 26,53 Raskin (Beras Miskin) 27,55 26,97 25,93 Beasiswa 38,59 39,46 37,99 Dana Bergulir - 7,68 9,89

31 18 Sumber : Prihandana (2006). Tujuan pemerintah untuk menyentuh secara langsung masyarakat miskin melalui program BLT mendapat kritikan. Karena uang sebesar Rp yang diberikan per bulan hanya dalam tempo yang singkat akan habis, setelah itu masyarakat miskin tersebut akan kembali menjadi miskin. Pemberian subsidi seperti ini dapat menimbulkan mental miskin terhadap sebagian masyarakat, mereka akan berebut dikatakan miskin agar mendapat bantuan. Pemerintah seharusnya membangun mental masyarakat untuk maju, kreatif, mandiri dan inovatif dengan menciptakan berbagai iklim kerja yang kondusif. Sehingga program kompensasi BBM dapat membawa masyarakat miskin keluar dari kemiskinannya Transportasi Transportasi merupakan hal yang penting di dalam kehidupan manusia dan sebagai mobilitas manusia dan barang sehari-hari. Perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu daerah bergantung terhadap peran transportasi. Maka diperlukanlah suatu sistem yang dapat memberikan pelayanan yang cukup, baik kepada masyarakat secara umum maupun secara pribadi, sehingga rasa aman, nyaman, cepat, dan dapat diandalkan oleh para penggunanya. Definisi trasportasi menurut Simbolon adalah : Transportasi berasal dari kata transportation, dalam bahasa Inggris yang memiliki arti angkutan, yang menggunakan suatu alat untuk melakukan pekerjaan tersebut atau dapat pula berarti suatu proses pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan darat, laut, maupun udara, baik

32 19 umum maupun pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak menggunakan mesin. 9 BPS membedakan alat transportasi darat menjadi beberapa alat yaitu 1. : 10 Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu, biasanya digunakan untuk angkutan orang atau barang di jalan, selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor yang dicatat adalah semua kendaraan bermotor kecuali kendaraan bermotor Angkatan Bersenjata Republik 2. Mobil Indonesia Penumpang dan Korps adalah Diplomatik. setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk sebanyak-banyaknya delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi dengan bagasi. 3. Mobil bis adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk lebih dari delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi dengan 4. Mobil bagasi. beban adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang, selain mobil penumpang, mobil bis dan kendaraan 5. Sepeda bermotor motor roda adalah dua. setiap kendaraan bermotor yang beroda dua. 6. Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak (listrik, diesel, atau tenaga uap) baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan atau sedang bergerak di jalan rel, yang meliputi kereta penumpang dan kereta barang. 9 Maringan Masry Simbolon Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indah. hal Badan Pusat Statistik. Konsep dan Definisi Transportasi. [3 Maret 2007].

33 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Salah satu indikator yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan adalah perubahan pola konsumsi penduduk. Terkait hubungan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga telah dipelajari oleh salah satu pakar ekonomi Ernest Engel ( ). Hukum Ernest Engel mengemukakan bahwa bagian pendapatan yang digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun jika pendapatannya meningkat. 11 Artinya, semakin meningkat kesejahteraan seseorang atau kelompok masyarakat, maka semakin berkurang persentase pengeluaran untuk makanan. Berdasarkan hukum Engel dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kesejahteraan, terlihat dari pola konsumsi penduduk terhadap makanan yang menunjukkan penurunan, dari 69,5 persen tahun 1980, 56,86 persen Saefudin tahun1993dan 12, menjadi Marisa 53,86 dalam persen penelitian pada tahun yang dilakukan oleh Inayati tahun 2006 mengemukakan definisi rumah tangga, pendapatan dan pendapatan rumah tangga : Rumah tangga adalah semua anggota keluarga yang termasuk satu unit anggaran belanja keluarga (satu dapur), termasuk anak yang sedang sekolah di kota atas biaya keluarga dan orang lain yang ikut 11 Walter Nicholson Mikro Intermediate dan Aplikasinya. Jakarta: Erlangga. hal BPS Statistik Indonesia Tahun hal BPS Statistik Indonesia Tahun 2005/2006. hal Saefudin dan Marisa dalam Hani Inayati Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Sopir Angkot serta Keuntungan Usaha Angkot di Kota Bogor (Studi Kasus Trayek 03 Jurusan Baranangsiang-Bubulak) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

34 21 makan secara teratur, meskipun tidak tidur di rumah, tetapi tidak termasuk orang yang tinggal di rumah tetapi tidak makan. 2. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah (di pasar tenaga kerja). b. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu nilai total hasil produksi dikurangi biaya yang dibayar (baik dalam bentuk uang atau natura). c. Pendapatan dari sumber lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain hasil dari menyewakan aset (ternak, rumah dan barang lain), bunga uang, sumbangan dari pihak lain atau pension. 3. Pendapatan rumah tangga, yaitu total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura, yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah, usaha rumah tangga atau sumber lain Kredit Perorangan Definisi kredit berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

35 22 dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit perorangan merupakan kredit untuk membiayai kebutuhan barang dan jasa yang bersifat konsumtif. Perkembangan kredit perorangan dalam suatu negara berhubungan erat dengan perkembangan pendapatan penduduk yang memiliki pekerjaan tetap, terutama bagi masyarakat yang tergolong kelas menengah, selain itu dipengaruhi pula oleh kecanggihan pola konsumsi masyarakatnya. Semakin tinggi pendapatan dan pola konsumsinya maka akan semakin banyak muncul kebutuhan barang dan jasa mewah yang diingginkan. Sutojo mengatakan : Semakin bertambah pendapatan masyarakat suatu negara akan semakin banyak muncul jenis kebutuhan barang konsumtif tahan lama atau barang konsumsi rumah tangga dengan nilai tinggi (misalnya; rumah tinggal, villa, kendaraan bermotor, alat-alat elektronik, pakaian dan perhiasan mewah). Demikian pula dengan semakin canggihnya pola konsumsi masyarakat, akan semakin banyak timbul kebutuhan akan barang dan jasa mewah yang lainnya (misalnya; tamasya atau studi ke luar negeri, tamasya dalam negeri, dan berbelanja di berbagai pusat perbelanjaan, dan rumah makan kelas atas). 15 Sehingga bila jumlah penduduk yang berpenghasilan cukup di suatu negara meningkat, maka akan semakin banyak jumlah kredit yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif tersebut. Kredit perorangan ditawarkan dalam berbagai macam bentuk secara umum, kredit perorangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1. Kredit dengan pembayaran kembali secara mencicil (installment loans), 15 Siswanto Sutojo Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo. hal 169.

36 23 2. Kredit dengan penarikan dan pembayaran kembali sekaligus (single payment loans) dan, 3. Kredit dengan plafon (over draft checking lines). Nilai kredit dengan pembayaran kembali secara mencicil, merupakan bagian terbesar dari seluruh jumlah kredit perorangan yang terjadi. Hal ini dikarenakan pembayaran kembali kredit perorangan secara mencicil dirasakan lebih ringan oleh pihak peminjam. Kredit perorangan juga dapat dibagi menjadi dua yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. Pihak bank dan lembaga lainnya akan memberikan kredit kepada debitur tanpa jaminan, bila pihak peminjam perorangan dapat membuktikan bahwa secara finansial mereka cukup kuat, antara lain dengan membuktikan bahwa mereka bekerja pada atau mengusahakan sebuah badan usaha yang kuat dengan penghasilan yang cukup. Tidak lancarnya pembayaran cicilan kredit perorangan oleh pihak peminjam akan menyebabkan kredit macet atau Noan Performing Loan (NPL). Kredit yang bermasalah ini menurut Sutojo dapat disebabkan oleh tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian kredit, lemahnya usaha koleksi cicilan, dan menurunnya kondisi ekonomi setempat. 16 Tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian kredit, dapat terjadi karena ketidakcermatan dalam melakukan analisis kredit. Dimana berdasarkan analisis kredit pihak peminjam yang diperbolehkan diberi pinjaman, bila pendapatan tetap bulanan harus lebih besar dari pengeluaran 16 Ibid. hal 172.

37 24 tetap perbulan, yang termasuk pengeluaran tetap perbulan adalah biaya rumah tangga seperti sewa rumah, uang sekolah, biaya kesehatan, dan sebagainya. Selain karena ketidakcermatan dalam analisis, hal ini dapat terjadi karena moral Hazard, dari petugas yang diberi tugas mensurvei ke rumah calon peminjam. Lemahnya usaha koleksi cicilan diakibatkan karena kepatuhan pihak peminjam yang dipengaruhi watak yang dimilikinya. Banyak pihak peminjam yang sukarela membayar cicilannya sesuai dengan jadwal, tetapi tidak sedikit yang perlu diberi peringatan dahulu untuk membayar cicilannya. Adanya resesi ekonomi dapat mengakibatkan terjadinya penurunan pendpatan, bahkan mengakibatkan terjadinya PHK. Kondisi yang tidak menguntungkan seperti itu dapat mengganggu stabilitas sumber dana pembayaran cicilan kepada pihak bank dan lembaga lainnya. Bila keadaan ini semakin parah maka kemungkinan besar dapat terjadi kredit macet Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Nugroho (2005) yang berjudul Analisis Pengaruh Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia, menganalisis pengaruh harga BBM terhadap tingkat inflasi di Indonesia selama periode 1990 sampai 2004 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Penelitian ini menyimpulkan bahwa selama perode 1990 sampai 2004 harga BBM berkolerasi positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Kenaikan harga BBM sebesar 1 persen akan menyebabkan inflasi sebesar 0,11 persen.

38 25 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayati (2006) yang berjudul Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Sopir Angkot serta Keuntungan Usaha Angkot di Kota Bogor menyimpulkan bahwa kenaikan harga BBM mempunyai pengaruh terhadap pendapatan rumah tangga sopir angkot, yang diakibatkan oleh naiknya pengeluaran biaya operasional seperti biaya bahan bakar, cuci kendaraan, upah calo dan makan siang. Pengeluaran konsumsi makanan dan nonmakanan juga meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM. Untuk melihat seberapa besar kenaikan harga BBM mempengaruhi jumlah masyarakat miskin di Indonesia, Kajian Institute of Economics and Finance (INDEF) pada tahun 2005 dalam Hasan, tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat miskin dengan menggunakan metode VAR (Vector Auto Regressive) membuktikan kenaikan harga BBM (semua jenis BBM) sebesar 5 persen, akan meningkatkan jumlah masyarakat miskin di desa menjadi 1,3 persen, sedangkan jumlah masyarakat miskin di kota akan bertambah sebesar 2,76 persen. Secara umum penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi meningkat jumlahnya setelah kenaikan harga BBM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada fokus penelitian yang menitikberatkan pada dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg motor, yang melakukan pembelian motor dengan sistem kredit, serta melihat dampak

39 26 kenaikan BBM terhadap daya bayar kredit motor. Penelitian ini meneliti rumah tangga pengojeg motor yang berada di Kota Bogor Kerangka Pemikiran Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal dari krisis energi keempat yang melanda dunia yang berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Untuk mengantisipasi defisit APBN yang semakin besar, maka dikeluarkan kebijakan untuk menaikan harga BBM dalam negeri mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM di Indonesia terjadi beberapa kali, namun kenaikan yang paling memukul masyarakat adalah kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen. Pengaruh dari kenaikan harga BBM tersebut adalah kenaikan hargaharga baik barang maupun jasa sehingga meningkatkan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Pada bidang transportasi, biaya produksi jasa angkutan seperti ojeg motor mengalami peningkatan, sehingga mengurangi pendapatan pengojeg. Bagi para pengojeg yang menggantungkan hidup keluarganya dari hasil mengojeg, adanya kenaikan biaya kebutuhan hidup yang tidak disertai kenaikan pendapatan akan menambah beban hidup para pengojeg. Terlebih lagi terhadap para pengojeg yang menggunakan sepeda motor kredit, adanya kewajiban membayar cicilan kredit per bulan menambah jumlah pengeluaran rumah tangga pengojeg. Beban kehidupan yang dirasa Keseimbangan oleh para pengojeg antara pendapatan menjadi bertambah dan pengeluaran berat. rumah tangga pengojeg harus dilakukan. Bila ketidakseimbangan terjadi antara

40 27 pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg terjadi, maka akan mempengaruhi terhadap daya bayar cicilan motor. Dalam penelitian ini, halhal yang dianalisis adalah dampak kenaikan harga BBM terhadap perubahan pendapatan rumah tangga pengojeg, perubahan pengeluaran kebutuhan konsumsi rumah tangga baik kebutuhan makanan dan nonmakanan, dan melihat pengaruh kenaikan harga BBM terhadap daya bayar cicilan sepeda motor oleh para pengojeg. Untuk melihat besarnya dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg dilakukan analisis statistik, yakni uji t. Harga BBM internasional meningkat Defisit anggaran pemerintah Harga BBM domestik meningkat Pengurangan subsidi

41 28 Biaya produksi jasa ojeg meningkat Biaya hidup meningkat Kenaikan tarif ojeg Perubahan permintaan jasa ojeg Perubahan penerimaan pengojeg Perubahan pendapatan pengojeg Uji t sebelum dan sesudah kenaikan BBM Perubahan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg Perubahan daya bayar cicilan kredit Analisa Deskriptif Keterangan: Hal yang dianalisis Hal yang tidak dianalisis Hal yang terjadi Gambar 2.2. Kerangka Analisis Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Wilayah Penelitian

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS RUMAH TANGGA PENGOJEG PENGGUNA KREDIT MOTOR) OLEH ANADIA RAHMADINI H14103075 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dan berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian di masyarakat. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Struktur Kalimat Pengantar, isu, masalah Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan komoditi perekonomian yang sering mengalami pasang surut secara tidak langsung juga akan mempengaruhi harga minyak tanah. Perubahan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergerakan ekonomi dunia dan naik turunnya harga minyak mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 sampai 2009, salah satu faktor

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia SEMINAR NASIONAL Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Rabu, 24 September 2014 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya. EdisiBukuSaku Bersama-samaSelamatkanUangRakyat Disusunoleh: Tim SosialisasiPenyesuaianSubsidi BahanBakarMinyak JokoSulistyo(TataLetak) Komikoleh: @irfanamalee(creativedirector) ZahraSafirah(Naskah) Isnaeni(Ilustrator)

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H14103069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA PREMIUM DENGAN PERMINTAAN SEPEDA MOTOR DAN MOBIL DI INDONESIA OLEH EVI JUNAIDI H

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA PREMIUM DENGAN PERMINTAAN SEPEDA MOTOR DAN MOBIL DI INDONESIA OLEH EVI JUNAIDI H ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA PREMIUM DENGAN PERMINTAAN SEPEDA MOTOR DAN MOBIL DI INDONESIA OLEH EVI JUNAIDI H14084013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK)

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK) Oleh ANNISA ANJANI H14103124 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era millenium saat ini, perindustrian telah bertransformasi dengan sangat pesat. Diantaranya adalah industri otomotif terutama kendaraan bermotor. Kendaraan

Lebih terperinci

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H14102010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN CITRA MULIANTY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami peningkatan. Khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang, di mana segala upaya dilakukan

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000 I. UMUM

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009 HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009 Pangan merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya. Apabila harga pangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH ADI FERDIYAN H

ANALISIS PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH ADI FERDIYAN H ANALISIS PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT OLEH ADI FERDIYAN H14101050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena

Lebih terperinci

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

Mengapa Harga BBM Harus Naik? Mengapa Harga BBM Harus Naik? Pro dan kontra perihal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus menjadi hal yang panas dan memanaskan dalam pembahasan masyarakat Indonesia beberapa bulan belakangan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya, shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan gagasan tertulis

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti. Pengantar: Pemerintah kembali akan menaikkan harga BBM. Berbagai opsi dilempar ke masyarakat. Berbagai penolakan pun muncul. Kenaikan itu ditunda beberapa kali. Ada apa sebenarnya di balik rencana itu?

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H14053127 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen) 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro dan kecil (UMK) termasuk dalam bagian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan mempunyai peran yang cukup penting dalam membangun perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN JUMLAH PASAR MODERN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR OLEH DIAN AGUSTINA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN JUMLAH PASAR MODERN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR OLEH DIAN AGUSTINA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN JUMLAH PASAR MODERN DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR OLEH DIAN AGUSTINA H14052628 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci