PERBANDINGAN POLA PERMUKIMAN DAN KONDISI LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG PADA KELURAHAN BIDARA CINA DAN TANJUNG BARAT DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN POLA PERMUKIMAN DAN KONDISI LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG PADA KELURAHAN BIDARA CINA DAN TANJUNG BARAT DI JAKARTA"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN POLA PERMUKIMAN DAN KONDISI LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG PADA KELURAHAN BIDARA CINA DAN TANJUNG BARAT DI JAKARTA ABSTRACT Sri Pare Eni 1 The goal of this research is to make comparison between the settlement patterns and the environment condition of the Ciliwung s riverbank in the district of Bidara Cina (middle stream) and Tanjung Barat (upper stream). The result of this research is very important not only for the planners in developing the city but also for the architects in making quality of the environment of the settlements much better. We have chosen a descriptive as a method of this research and also we make a comparative study between the settlements along the Ciliwung s riverbank in the both of the districts. The result of its study should be taken density variable with coefficient of the base building and coefficient of the floor building, and also the borderline of the river. On the other hand we also given the attention to the irregularity variable such as land use, the settlements, and of course how they give the impact to the environment as a whole. We hope that this research will give a suggestion for making the structure of the space along the riverbank much better and to improve the quality of environment for a better life of the society in Jakarta. Keywords: riverbank area, settlement patterns and environment quality ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk membandingkan pola permukiman dan kondisi lingkungan daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung pada Kelurahan Bidara Cina (daerah hilir) dan Kelurahan Tanjung Barat (daerah hulu). Hasil penelitian ini sangat penting artinya tidak hanya bagi perencana kota untuk merencanakan pengembangan kota tetapi juga bagi arsitek untuk memperbaiki kualitas lingkungan permukiman di bantaran sungai. Kami memilih deskriptif sebagai metoda penelitian ini dan akan melakukan studi banding diantara permukiman di bantaran sungai Ciliwung dari kedua kelurahan tersebut. Hasil evaluasi dari studi ini dilakukan dengan memakai variabel-variabel kepadatan dengan Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan serta Garis Sempadan Sungai. Di lain pihak memakai variabel ketidakteraturan seperti: peruntukan lahan, permukiman, dan bagaimana mereka menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Kami berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan saran untuk penataan ruang yang lebih baik pada daerah bantaran sungai dan untuk memperbaiki kualitas lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di Jakarta. Kata kunci: Daerah Aliran Sungai, pola permukiman dan kualitas lingkungan 1 Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

2 1. PENDAHULUAN Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia, terletak di Pulau Jawa, yang berpenduduk ±12 juta pada tahun 2006, dan memiliki luas lahan ±650 km2. Daerah pengaruhnya tidak hanya daerah regionalnya, akan tetapi sampai daerah seluruh Indonesia. Jakarta memiliki 13 buah sungai yang mengalir dari selatan ke utara dan bermuara di Laut Jawa diantaranya adalah sungai Ciliwung (terbesar). Sebagai ibukota, Jakarta memiliki penduduk terbesar di Indonesia, yang menawarkan kesempatan untuk melanjutkan studi dan mendapatkan lapangan pekerjaan. Hal ini yang memicu pertambahan jumlah penduduk meningkat dengan pesat di kota Jakarta dan sekitarnya yang berasal dari arus urbanisasi. Para migran yang mengadu nasib ke kota besar ini menempati daerah-daerah kosong diantara bangunan-bangunan yang permanen dan membangun rumahnya secara ilegal, termasuk membangun pada daerah sempadan sungai. Hal ini terjadi karena mereka membutuhkan perumahan sedangkan suplai perumahan sangat terbatas, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat menengah kebawah cenderung memilih lokasi perumahan dekat dengan tempat pekerjaan dan sumber-sumber penghasilannya, sehingga aksesnya mudah dan biaya hidupnya bisa ditekan. Akibatnya banyak ditemukan daerahdaerah kumuh dengan kepadatan yang tinggi, baik dari segi jumlah rumahnya maupun jumlah penghuninya, yang menyebabkan kualitas lingkungan menjadi menurun. Tidak dapat dihindarkan lagi kemacetan lalu lintas terjadi karena jumlah kendaraan milik pribadi yang beraktifitas di dalam kota makin bertambah, sedangkan sistem transportasi umum dan jaringan struktur jalan yang masih kurang, menambah parahnya kemacetan. (Hari Sasongko, 2006). Karena tidak terkontrolnya pembangunan menyebabkan banyak daerah hijau dan pertanian berubah menjadi permukiman, yang berakibat pada berkurangnya daerah resapan air. Selama ini kanalisasi dan sungai berfungsi sebagai tempat pengumpulan air hujan dan air limbah dari segala macam kegiatan (a.l.permukiman, pasar, industri). Penduduk yang tinggal dan beraktifitas di bantaran sungai mempergunakan sungai sebagai kegiatan MCK (Mandi Cuci Kakus) dan pembuangan sampah, yang berakibat terjadinya pendangkalan kedalaman sungai, pengurangan lebar sungai (akibat erosi dan penimbunan sungai), pencemaran air sungai (akibat kegiatan MCK, pembuangan sampah, dll). Setiap musim hujan daerah bantaran sungai dan sekitarnya mengalami banjir dengan ketinggian antara 1 s/d 4 m atau mencapai bantaran sungai sampai sejauh >20 m. Terjadinya banjir mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit pada penduduk dan pemerintah kota. Tujuan Penelitian adalah mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan terhadap persyaratan pemukiman ditinjau dari aspek teknis, ekologis dan administratif di daerah hulu (Kelurahan Tanjung Barat) dan di daerah hilr (Kelurahan Bidara Cina) DAS Ciliwung. Pertanyaan penelitiannya adalah 228 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007

3 1. Apakah ada perbedaan kondisi lingkungan di daerah hulu dan di daerah hilir DAS Ciliwung? 2. Bagaimanakah keadaan permukiman di hulu dan hilir DAS Ciliwung di wilayah DKI Jakarta? 3. Apakah keadaan permukiman di daerah hulu dan hilir tsb. memenuhi persyaratan teknis, ekologis dan administratif? 4. Bagaimanakah kualitas lingkungan fisik di daerah tersebut? Hasil Penelitian diharapkan bisa memberikan kontribusi pada perencana kota dalam merencanakan pengembangan kota/wilayah dan pada para arsitek dalam memperbaiki kualitas lingkungan permukiman serta bagi masyarakat dalam memperluas wawasan lingkungan yang sehat pada daerah sempadan sungai. Ruang lingkup Penelitian adalah meneliti daerah-daerah di bantaran sungai pada daerah hulu/daerah urban padat (dekat dengan pusat kota) dan daerah hilir/daerah rural hijau (di pinggiran kota). Ditinjau dari aspek teknis (kenyamanan, keselamatan, kehandalan, prasarana dan saran lingkungan), aspek ekologis (keserasian dan keseimbangan terhadap lingkungan alam, batan dan sosial budaya) dan aspek administratif (ijin usaha, ijin lokasi, ijin membanguan). 2. TINJAUAN PUSTAKA Yatty Maryati (1999) dalam thesisnya yang berjudul Intensitas Pencemaran Organik Pada Daerah Aliran Sungai Ciliwung menyatakan, bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) ialah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit/gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara ke laut. Dalam sebuah ekosistem DAS dan sub DAS akan lebih mudah dilakukan reboisasi, penghijauan dan perlindungan lingkungan hidup, disebabkan faktor input (curah hujan, proses pembentukan tanah) dan faktor output (debit sungai, sedimentasi dan erosi) dapat dievaluasi dan di monitor secara kontinu, demikian juga dampak kegiatan sosial ekonomi penduduk yang berdiam dalam kesatuan DAS, khususnya daya dukung lingkungan. Kualitas lingkungan adalah suatu kualitas yang bisa menjamin keberlanjutan kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya dalam lingkungannya, terhindar dari pencemaran akibat proses kimia, fisika dan biologi. Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahanperubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki dari udara, tanah dan air yang dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia dan spesiesspesies yang berguna bagi proses-proses industri, tempat tinggal, dan peninggalan-peninggalan kebudayaan atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pola permukiman kumuh adalah pola tata letak kelompok bangunan rumah yang tidak teratur, tidak memenuhi persyaratan-persyaratan (teknis, ekologis dan administratif) sebagai rumah layak huni. Keberadaannya juga ilegal tidak sesuai dengan peruntukan lahan, memiliki kepadatan kawasan dan kepadatan penduduk yang tinggi. Sebagian besar penduduk yang mendiami daerah ini tidak memiliki pekerjaan tetap dan ingin Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

4 KAPUK MUARA PLUIT PEJAGALA N ANGKE JELAMBAR BARU JEMBATAN BESI JELAMB AR KALI ANYAR GROGOL DURI PULO TOMANG PENJARINGAN CIDENG ANCOL PINANGSIA PADEMA NGAN BARAT ROA MALAK A MANGGA DUA TAMBORA MANGGA DUA SELATAN GLODOG TANGKI MANGGA BESAR JATI PULO KOTA BAMBU UTARA KAMPUNG BALI KOTA BAMBU SELATAN KEBON KACANG KEAGUNGAN GUNUNG SAHARI UTARA TAMAN SARI KARTINI MAHPAR KRUKUT KARANG ANYAR PETAMBURAN KEBON MELATI GUNUNG SAHARI SELATAN KEBON KELAPA PETOJO UTARA PASAR BA RU KEMAYORAN PETOJO SELATAN GAMBIR TANAH TINGGI SENEN KWITANG KRAMAT KEBON SIRIH BENDUNGAN HILIR KARET TENGSIN MENTENG SETIA BUDI GUNTUR CIKINI PASEBAN KENARI JOHAR BARU GONDANGDIA SRENSENG SAWAH BUNGUR PEGANGSAAN PASAR MANGGIS PISANGAN BARU MANGGARA I KAMPUNG MELAYU MENTENG ATAS BALI MESTER BUKIT DURI MANGGARA I SELATAN MENTENG DALAM LENTENG AGUNG TEB ET TIMUR TEBET BARAT BIDARA CINA KEBON BARU CIKOKO PANCORAN PENGADEGAN CAWANG PEJATEN TIMUR TANJUNG BARAT BARU RAWA JATI BALE KAMB ANG KALISARI PAL MERIAM KEBON MANGGIS DUREN TIGA KALI BATA CILILITAN CIJANTUNG KAYU MANIS KRAMAT JATI BATU AMPAR TENGAH GEDONG SUSUKAN PEKAYON CIRACAS menempati daerah yang dekat dengan tempat pekerjaannya. (Kurnia Widiastuti, 2006) Dalam UU Perumahan dan permukiman tahun 1992 dijelaskan bahwa untuk mencapai rumah yang layak huni, harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu teknis (keselamatan dan kenyamanan bangunan, keandalan dan sarana-prasarana lingkungan), ekologis (berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, antara lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial budaya), administratif (berkaitan dengan pemberian ijin usaha, ijin lokasi dan IMB). Sungai Ciliwung berasal dari kaki Gunung Pangrango Jawa Barat mengalir ke arah Jakarta melalui Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan bermuara di Teluk Jakarta. Panjang sungai Ciliwung dari bagian hulu sampai muara di pesisir pantai teluk Jakarta di Jakarta Utara ± 76 km, dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sekitar 322 km2, yang dibatasi oleh DAS Cisadane di sebelah barat dan DAS Citarum di sebelah timur. Di wilayah Propinsi DKI Jakarta sungai Ciliwung melewati 5 Wilayah kotamadya yaitu Jakarta Selatan (13 kelurahan), Jakarta Timur (10 kelurahan), Jakarta Pusat (24 kelurahan), Jakarta Barat (18 kelurahan), Jakarta Utara (6 kelurahan). Sungai Ciliwung di Propinsi DKI Jakarta pada umumnya mempunyai palung yang curam dan hampir tidak mempunyai bantaran kecuali lokasi antara jembatan Kalibata sampai jembatan MT Haryono dan dekat lokasi Pintu air Manggarai. Muara Teluk Jakarta Segmen Kerja Prokasih di Provinsi DKI Jakarta Golongan B (Air Baku Air Minum) Golongan D (Pertanian dan Usaha Perkotaan) Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Selatan Hilir - Muara 250 m dari as sungai : daerah terkendali 300 m berikutnya : daerah terkontrol Hilir C Hilir B Hilir A Hulu B Hulu A Segmen Hilir-Muara ( Manggarai Muara) Daerah Urban Mantap Segmen Hilir ( Pejaten Timur PA Manggarai) Daerah Urban Padat Segmen Hulu ( Kelapa Dua Wetan Pejaten Timur) Daerah Rural (Low Density) & Hijau Gambar 1. Pembagian Segmen Kerja Prokasih di Propinsi DKI Jakarta 230 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007

5 Sungai Ciliwung Segmen Hilir Sungai Ciliwung Segmen Hulu Gambar 2. Letak Sungai Ciliwung Segmen Hilir dan Segmen Hulu di Jakarta Berdasarkan Segmen Kerja Prokasih di Propinsi DKI Jakarta, maka Daerah Aliran Sungai (DAS) di bagi dalam 3 (tiga) segmen (lihat gambar peta 1), yaitu Segmen Hilir-Muara (Manggarai- Muara)- sebagai Daerah Urban Mantap, Segmen Hilir (Pejaten Timur- PA Manggarai) sebagai Daerah Urban Padat dan Segmen Hulu (Kelapa Dua Wetan-Pejaten Timur)- sebagai Daerah Rural dan Hijau. Masing-masing bagian dan segmen memiliki permasalahan yang khas, tergantung dari karakteristik daerah aliran dan pemanfaatan ruang pinggiran sungai yang memberi dampak pada kuantitas dan kualitas air sungainya. Daerah Aliran Sungai Ciliwung berpotensi sebagai daerah habitat flora dan fauna, sumber air baku minum, sumber mata pencaharian, sarana transportasi air, pengendali banjir, dan daerah muka, dimana sungai dianggap sebagai elemen alami kota yang sangat berpotensial dalam meningkatkan citra kota serta estetika sungai sebagai daerah wisata.sungai Ciliwung dulu pernah berfungsi sebagai sarana transportasi air yang menghu- Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

6 Tabel 1. Indiakator Teknis, Ekologis, Administratif dan DAS Kriteria Teknis Ekologis Administratif DAS Indikator kenyamanan: kepadatan penduduk, % daerah hijau, keteraturan tata letak, ketersediaan/kecukupan fasos dan fasum serta prasarana Keserasian dan keseimbangan terhadap lingkungan alam, buatan dan sosial budaya: tingkat pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan Perijinan: usaha, lokasi dan IMB Topografi Garis Sempadan Sungai Tata Guna Lahan: Sesuai dengan peraturan, % daerah hijau, fasum/fasos, transportasi air, peruntukan pengembangan ekonomi, perilaku manusia bungkan antara kota di hulu dan di hilir sungai. Tinjauan terhadap pola permukiman mencakup aspek teknis, ekologis dan administratif yang masing-masing indikatornya terlihat pada tabel METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif-kualitatif, dengan pengumpulan data primer (observasi lapangan, interview dengan penduduk) dan data sekunder (penduduk, topografi, peraturan setempat, hasil penelitian, dll.). Lokasi Penelitian terletak pada bantaran sungai Ciliwung, yaitu: - Segmen Hilir, di Kelurahan Bidara Cina, Kotamadya DKI Jakarta Timur yang merupakan daerah urban padat, dan sering terkena bencana banjir pada musim hujan dan debit air kecil pada musim kemarau. - Segmen Hulu, di Kelurahan Tanjung Barat Kotamadya DKI Jakarta Selatan yang merupakan daerah rural, memiliki daerah penghijauan lebih dari 50%. Metoda yang dipergunakan adalah metoda survei dengan melakukan 232 observasi selama dua hari pada beberapa titik pengamatan untuk mengetahui kondisi lapangan dan mengetahui kondisi permukiman melalui interview dengan penduduk. Hipotesanya adalah terjadi perbedaan pada pola permukiman dan kondisi lingkungan di daerah hulu dan hilir DAS Ciliwung. Variabel yang dipergunakan untuk analisa penelitian dilihat dari aspek teknis (kenyamanan), aspek ekologis (tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan), aspek administratif (perijinan). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kelurahan Bidara Cina dan Tanjung Barat Secara fisik dapat dilihat pada gambar-gambar 5 dan 6 dari dua kelurahan di bawah ini. Keduanya memperlihatkan lokasi penelitian dan kondisi bantaran sungainya, dimana pada kelurahan Bidara Cina di sebelah timur bantaran sungai merupakan dataran yang rendah, sering terjadi banjir dan di sebelah barat sungai terlihat curam. Pada Kelurahan Tanjung Barat terlihat pada kedua sisinya curam dan masih bersifat alami. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007

7 Perumahan Kumuh Sepanjang bantaran sungai Sungai Makam 6a. Foto udara MCK Gambar 3. Daerah Aliran Sungai Ciliwung di Kelurahan Bidara Cina (sebelah barat sungai) Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sebagai wilayah penerima semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara ke laut Jawa. Segmen Hilir - Kelurahan Bidara Cina pada bantarannya dipenuhi oleh perumahan kumuh, berpotensi banjir pada waktu musim hujan, dan pernah mengalami banjir dari tepi sungai, sampai dengan 200 m (2002). Sedangkan Segmen Hulu Kelurahan Tanjung Barat pada bantarannya lebih banyak penghijauan. 6b. Foto di suatu lokasi Gambar 4: Daerah Aliran Sungai Ciliwung, di Kelurahan Tanjung Barat Tipologi masalah (BPLHD Propinsi DKI Jakarta 2001), yang sama pada ke dua kelurahan adalah adanya limbah rumah tangga dan limbah usaha, kerusakan pada daerah tangkapan air/erosi. Sedangkan tipologi masalah yang berbeda adalah jumlah permukiman di sempadan sungai pada kelurahan Bidara Cina lebih banyak dibandingkan dengan di kelurahan Tanjung Barat dan terjadi pedangkalan sungai di kelurahan Bidara Cina. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

8 Masalah spesifik di kedua kelurahan yang sama yaitu masing-masing ditemukan banyak tumpukan sampah di bantaran sungai, bahkan ada sampahsampah plastik yang menyangkut di pohon-pohon (Tanjung Barat). Masalah spesifik yang berbeda adalah terdapat MCK (Tanjung Barat) dan di bantaran sungai kelurahan Bidara Cina ditemukan segala jenis kegiatan a.l. pemukiman, kegiatan usaha(bengkel, warung, toko, pedagang makanan gerobak), kegiatan usaha industri (pembuatan panci dan billboard), kegiatan peternakan unggas. Jenis tanaman yang ada di kedua kelurahan juga berbeda yaitu jenis tanaman semusim (Bidara Cina), jenis tanaman bambu (Tanjung Barat). Daerah Aliran Sungai di kelurahan Bidara Cina merupakan daerah yang dinormalisasi. Kualitas Lingkungan Daerah Aliran Sungai Ciliwung yang diharapkan adalah suatu kualitas yang bisa menjamin keberlanjutan kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya dalam lingkungannya, terhindar dari pencemaran dan kerusakan lingkungan. Potensi Ciliwung yang sangat besar dan strategis, saat ini kualitasnya cenderung terus menurun dari tahun ke tahun. Menurunnya kualitas air sungai Ciliwung tersebut di satu pihak akibat makin besarnya beban pencemar yang masuk ke sungai, dipihak lain juga disebabkan karena debit aliran yang semakin kecil dimusim kemarau sedangkan dimusim hujan sering terjadi banjir. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi DKI Jakarta (2005) menyatakan, bahwa sungai Ciliwung menerima beban pencemaran berasal dari berbagai sumber, yang sebagian besar beban pencemar tersebut sudah melampaui ambang yang diperkenankan (BMLC), sehingga masuknya sumber-sumber pencemar tersebut menyebabkan kualitas Sungai Ciliwung menjadi menurun. Sumber-sumber pencemar tersebut secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu Sumber pencemar instansional (dari kegiatan a.l. hotel, industri, rumah sakit melalui limbah cairnya yang berpotensi menurunkan kualitas air sungai), Sumber pencemar non instansional (dari kegiatan kegiatan rumah tangga dengan potensi beban limbahnya mencapai ,02 kg BOD perton per hari, dan limbah sampah sebesar 620 m3 per hari) dan Sumber pencemar dari luar Jakarta (limbah domestik, limbah pertanian dan sampah). Akibat dari kegiatan-kegiatan yang ada di bantaran sungai Ciliwung, maka berdasarkan Hasil Pemantauan Pencemaran Air oleh BPLHD Propinsi DKI Jakarta 2005 dan 2006 dinyatakan, bahwa pada Segmen-Hilir Kelurahan Bidara Cina tercatat status sungai tercemar sedang cenderung ke ambang batas pencemaran berat (9,3), dan di Segmen Hulu Kelurahan Tanjung Barat tercatat status sungai tercemar sedang (6,9) dan cenderung membaik Pola Permukiman Gambar 7, 8, 9 dan 10 memperlihatkan keadaan intensitas ruang pada kedua kelurahan. Kelurahan Bidara Cina memiliki tingkat kepadatan kawasan 234 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007

9 Gambar 5. Intensitas rung kawasan Kelurahan Bidara Cina. Sumber: Dinas Pemetaan DKI (2002) Gambar 6. Intensitas rung kawasan Kelurahan Tanjung Barat. Sumber: Dinas Pemetaan DKI (2002) Gambar 7. Tampak sebagian daerah Kelurahan Bidara Cina Gambar 8. Tampak sebagian daerah Kelurahan Tanjung Barat dan tingkat ketidak teraturan tata letak tinggi. Terjadi sebaliknya pada kelurahan Tanjung Barat dimana tingkat kepadatan kawasan dan tingkat ketidakteraturannya rendah. Pola permukiman pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung memperlihatkan pola permukiman kumuh yang pola tata letak kelompok bangunan rumah tidak teratur, tidak memenuhi persyaratan-persyaratan (teknis, ekologis dan administratif) sebagai rumah layak huni. Keberadaannya juga ilegal tidak sesuai dengan peruntukan lahan, memiliki Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

10 kepadatan kawasan dan kepadatan penduduk yang tinggi. Sebagian besar penduduk yang mendiami daerah ini tidak memiliki pekerjaan tetap dan ingin menempati daerah yang dekat dengan tempat pekerjaannya. Berdasarkan Laporan Tahunan Kegiatan Pembinaan Pemerintah dari Kelurahan Bidara Cina dan Kelurahan Tanjung Barat Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2006), maka di dapat hasil sebagai berikut: Kelurahan Bidara Cina termasuk pada Kecamatan Jatinegara Kotamadya Jakarta Timur, yang memiliki luas lahan 126,10 Ha, jumlah penduduk orang, KK, dengan kepadatan penduduk tinggi ( Jiwa/km 2 ). Daerah penelitian terletak dekat jalan lingkar dalam, sebelah barat dari Sungai Ciliwung. Kelurahan Tanjung Barat termasuk pada Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, yang memiliki luas lahan 364,64 Ha, jumlah penduduk orang, KK, dengan kepadatan penduduk rendah (3.328 Jiwa/km 2 ). Daerah penelitian terletak dekat jalan lingkar luar, sebelah timur dari Sungai Ciliwung. Dari gambaran diatas menunjukkan, bahwa pola permukiman di kelurahan Bidara Cina termasuk pada daerah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dibandingkan dengan kondisi di Kelurahan Tanjung Barat. Berdasarkan data status tanah, maka jumlah status tanah Negara yang terbanyak berada di Kelurahan Bidara Cina (73%), sedangkan di kelurahan Tanjung Barat status tanah Adatnya yang lebih banyak jumlahnya (93,6%). Dalam masalah legalitas, maka kondisi di kelurahan Bidara Cina dengan peruntukan tanahnya terdiri perumahan (61%), fasilitas umum (21%), perkantoran (10%) dan perdagangan (6%), sebagian besar memiliki status ilegal, berarti tidak memenuhi persyaratan administratif. Sedangkan kondisi di kelurahan Tanjung Barat dengan peruntukan tanahnya terdiri dari perumahan (42%), fasilitas umum (7%) dan jalur hijau (51%), bisa dikatakan memiliki status lebih banyak legal, dibanding ilegalnya. Hal ini terjadi karena kegiatan langsung di bantaran sungai pada garis sempadan sungai hanya ada beberapa rumah yang dibangun secara ilegal. Pada gambar berikut dapat dilihat kondisi bantaran sungai di kedua Kelurahan. Kondisi bantaran sungai di Kelurahan Bidara Cina terlihat adanya pencemaran air (a.l disebabkan karena pembuangan sampah, tidak adanya biota air yang hidup di sungai) dan kerusakan lingkungan berupa pendangkalan dan erosi (sepanjang bantaran dipenuhi dengan bangunan, tidak ada penghijauan yang bisa mengurangi erosi). Sehingga pola permukiman di daerah hilir ini tidak memenuhi persyaratan ekologis. Kondisi bantaran sungai di Kelurahan Tanjung Barat terlihat adanya pencemaran (a.l. limbah pertanian) dan sedikit terjadi kerusakan lingkungan (a.l.masih banyak penghijauan, ditemukan biota air di sungai), sehingga dapat dikatakan kualitas lingkungan DAS didaerah hulu ini masih baik, secara ekologis masih memenuhi syarat. 236 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007

11 Gambar 9. Perahu penyeberangan dan tempat pembuangan sampah di Kelurahan Bidara Cina Gambar 10. Perahu penyeberangan di Kelurahan Tanjung Barat Kelurahan Tanjung Barat Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung diharapkan dapat selalu dievaluasi dan dimonitor secara kontinu, agar daya dukung lingkungan tetap terjaga dan bisa menjamin keberlanjutan kehidupan manusia serta makhluk lainnya dalam lingkungannya, terhindar dari pencemaran akibat proses kimia, fisika dan biologi. Untuk memenuhi harapan diatas harus ada perangkat hukum dan bentuk kerjasama steakholders (aparat pemerintah, masyarakat, LSM, perusahaan) yang tepat, serta terkoordinir untuk bisa mencapai sasarannya. Salah satu peraturan yang selama ini diabaikan, yaitu DAS memiliki garis sempadan sungai untuk menjaga ekosistem DAS agar bisa berfungsi dengan baik, menghindari pencemaran air, erosi, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, serta bisa berfungsi sebagai pengendali banjir, drainase dan penggelontor. Garis Sempadan Sungai pada DAS Ciliwung di kelurahan Bidara Cina Dan Tanjung Barat termasuk pada Kondisi dimana Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa peraturan ini tidak dipatuhi yaitu bangunan-bangunan yang padat dan tidak teratur berada di atas maupun di tepi sungai dengan variasi kepadatan dan kuantitasnya. Tipologi masalah yang terdapat pada kedua kelurahan, memperkuat dugaan terjadinya pelanggaran peraturan. Pola permukiman pada DAS Ciliwung Kelurahan Bidara Cina dan Tanjung Barat memperkuat dugaan, bahwa rumah mereka termasuk rumah tidak layak huni dan termasuk pola permukiman kumuh dan tidak memenuhi perencanaan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta pada pinggir sungai. Penduduk yang tinggal di bantaran sungai kebanyakan tidak memiliki ijin membangun, tidak ada sertifikat tanahnya, jumlah penduduk per rumah menyebabkan kepadatan kawasan yang tinggi. Ketidakteraturan penataan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

12 bangunan rumah di daerah tersebut, tidak jelasnya batas kavling-kavling mereka, menyebabkan kurangnya pencahayaan matahari dan sirkulasi udara masuk ke dalam rumah. Kualitas lingkungan DAS Ciliwung diharapkan, bebas dari pencemaran air, udara dan tanah, sehingga bisa menjamin keberlanjutan kehidupan manusia dan makhluk lainnya di lingkungannya. Sungai dianggap sebagai halaman depan bangunan sehingga semua kegiatan di bantaran sungai tidak membuang limbah padat dan limbah cair langsung ke sungai. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kualitas lingkungan DAS Ciliwung, cenderung terus menurun, makin ke muara tingkat pencemarannya makin besar. Pencemaran yang diakibatkan oleh sumber pencemaran instansional, non instansional dan dari luar Jakarta. Tingkat pencemaran di daerah hilir lebih tinggi dari pada daerah hulu. Kerusakan lingkungan di kelurahan Bidara Cina lebih besar tingkatannya dibandingkan dengan yang ada di Kelurahan Tanjung Barat terutama dalam hal tingkat erosi, pendangkalan dan kehidupan biota air. Pola permukiman pada DAS Ciliwung menunjukkan adanya perbedaan pada pemenuhan persyaratan teknis dan administratif, sedangkan pada persyaratan ekologis kedua kelurahan memiliki persamaan, hanya beda pada tingkat kepadatan bangunan Saran Fungsi ekosistem di daerah aliran sungai dan di bantaran sungai agar dipertahankan, maka diperlukan peningkatan kapasitas sungai (pengerukan, pelebaran sungai), normalisasi sungai (mengembangkan kondisi alaminya disesuaikan dengan aslinya), penataan kembali sempadan sungai bebas dari bangunan (penanaman pohon-pohon pelindung/penghijauan, pembuatan jalan, pembuatan ruang terbuka umum), memperhatikan jumlah daerah resapan air dengan mengembangkan budi daya tanaman khas pertanian. Kualitas lingkungan (tanah, air dan udara) pada bantaran sungai Ciliwung semakin menurun, seharusnya menjadi perhatian banyak pihak dari daerah yang dilewati sungai Ciliwung baik dari pihak pemerintah (Bogor dan DKI Jakarta), masyarakat di bantaran sungai maupun institusi-institusi yang berkepentingan dengan perbaikan kualitas lingkungan. Dengan memperbaiki kualitas lingkungannya, maka daerah aliran sungai akan mengalirkan udara bersih kota di sepanjang sungai, sehingga bisa menimbulkan lingkungan yang dinamis dan hidup, bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan a.l. alat transportasi sungai, pembudidayaan biota sungai, energi listrik tenaga rendah, jembatanjembatan penyeberangan. Perbaikan kualitas lingkungan permukiman kumuh perlu dilakukan dengan memperhatikan persyaratanpersyaratan teknis, ekologis dan administratif, a.l. mengikuti peraturan daerah setempat tentang garis sempadan sungai, peruntukan lahan dan persyaratan membangun, Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007

13 mengembangkan sistem pengolahan sampah dan limbah rumah tangga, mengembangkan kegiatan-kegiatan usaha dan industri kecil tidak berpolusi dan berwawasan lingkungan, menanam pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, pinggir sungai terutama di lingkungan padat. Agar tujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung bisa tercapai, maka penduduk setempat bisa diberdayakan sesuai dengan keahlian masing-masing dan kegiatan direncanakan oleh Pemerintah setempat melalui a.l. Badan Pemberdayaan Rakyat (BPR) di Kelurahan masing-masing. DAFTAR PUSTAKA Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah propinsi DKI Jakarta (2001), Rencana Kerja Daerah Prokasih Visi 2005 Ciliwung, Propinsi DKI Jakarta Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah propinsi DKI Jakarta, Hasil Pemantauan Sungai Ciliwung DKI Jakarta, 2005 dan 2006 Diana Hendrawan (2007), Potensi Pengembangan Ekowisata di Bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Srengseng Sawah, Lenteng Agung dan Tanjung Barat, makaah pada Acara Sosialisasi Konsep Kampung Ramah Lingkungan, Sabtu 25 November 2007 Jurusan Arsitektur FTUKI dan Fakultas Arsitektur Universitas Karlsruhe, Jerman (2005), Workshop Bantaran Sungai Ciliwung dan Sungai Cipinang, Kampus UKI, Cawang, Jakarta pada bulan November 2005 Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2006),Laporan Tahunan Kegiatan Pembinaan Pemerintah Kelurahan Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pemerintah Daerah DKI Jakarta (1999), JAKARTA 2010: Peraturan Daerah DKI Jakarta, Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta Hari Sasongko (2006), Kebijakan Perumahan Formal Nasional dan Implementasinya di Kota Metropolitan Prosiding Seminar Perumahan Nasional yang diadakan oleh Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila di Kampus Pancasila, Depok tanggal 16 Desember Kurnia Widiastuti (2006), Perbaikan Kualitas Permukiman Bantaran Sungai di Banjarmasin, Prosiding Seminar Perumahan Nasional yang diadakan oleh Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila di Kampus Pancasila, Depok tanggal 16 Desember Yatty Maryati (1999), Intensitas Pencemaran Organik Pada Daerah Aliran Sungai Ciliwung, Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus

LAMPIRAN. Lampiran 1 Peta penutupan lahan yang tetap dan mengalami perubahan di DAS Ciliwung Hilir periode

LAMPIRAN. Lampiran 1 Peta penutupan lahan yang tetap dan mengalami perubahan di DAS Ciliwung Hilir periode 43 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta penutupan lahan yang tetap dan mengalami perubahan di DAS Ciliwung Hilir periode 1993-2013 44 Lampiran 2 Data Kependudukan DAS Ciliwung Hilir Kecamatan Kelurahan Penduduk Kepadatan

Lebih terperinci

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN LUAS WILAYAH (KM2) KEPADATAN (JIWA/KM2) 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU

Lebih terperinci

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN JUMLAH KK JUMLAH KK LAKI-LAKI PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU

Lebih terperinci

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014 DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU KEP. SERIBU UTR

Lebih terperinci

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN TAHUN NAMA PROVINSI NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN 2013 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU KEP. SERIBU UTR P. PANGGANG 2094 2002 2013 PROVINSI

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014 DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN WAJIB KTP LAKI-LAKI WAJIB KTP PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014 DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghuchu Aliran Kepercayaan 2014 PROVINSI DKI

Lebih terperinci

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1. REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah 1837 397 92.54 2,0 1.581 2 Kota Administrasi Jakarta Timur 1521 309 98.44 2,0 1.335 3

Lebih terperinci

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1. REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah 2226 460 96.78 2,0 1.897 2 Kota Administrasi Jakarta Selatan 1474 300 98.26 2,0 1.298

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 20 1 2 3 4 5 6 1 P. PANGGANG 10 4.029 3.049 980 48 3 3.100 76,94 1.668 54,85 20 0,66 210 6,91 587 19,30 33 1,09

Lebih terperinci

Poverty Map of Jakarta Poverty Headcount Poverty Headcount Level, Code

Poverty Map of Jakarta Poverty Headcount Poverty Headcount Level, Code Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.0298 0.0053 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.0211 0.0053 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.0254 0.0069 3173000000

Lebih terperinci

25 The SMERU Research Institute, January 2003

25 The SMERU Research Institute, January 2003 Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.2928 0.0078 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.2967 0.0101 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.2814 0.0094 3173000000

Lebih terperinci

Poverty Map of Jakarta Monthly Per Capita Expenditure (Rupiah) Number Number

Poverty Map of Jakarta Monthly Per Capita Expenditure (Rupiah) Number Number Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 305,577.82 8,336.69 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 329,076.13 14,033.11 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 303,242.49

Lebih terperinci

19 The SMERU Research Institute, January 2003

19 The SMERU Research Institute, January 2003 Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.0014 0.0003 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.0010 0.0003 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.0012 0.0004 3173000000

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA NO KELURAHAN TPS PASANGAN CALON 1 3 1 P. PANGGANG 10 4.051 2.861 1.190 27 1 2.889

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA NO KELURAHAN TPS DLM DPT PASANGAN CALON 1 3 TIDAK 1 P. PANGGANG 10 4.051 2.861

Lebih terperinci

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA BUKU XI KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA K O D E (Km) DKI JAKARTA.0. ADM. KEP. SERIBU - 0,.09 UU No. 9/00.0.0 Kepulauan Seribu Utara -.0.0.00 Pulau Panggang.0.0.00 Pulau Kelapa.0.0.00

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN I

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN I HASIL PEROLEHAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JARTA TAHUN 2012 PUTARAN I PEMILIH DPT DPT PEMILIH TID 1 4.029 3.049 3.100 P. PANGGANG 10 980 48 3 3.100 76,94

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN B. KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/. DAN DESA/ SELURUH INDONESIA

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H BUKU XI PROVINSI DKI JAKARTA LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/.

Lebih terperinci

DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014

DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014 DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014 No Nama Koperasi 1 KJK PEMK Cengkareng Barat Cengkareng Barat CENGKARENG JAKARTA BARAT 2 KJK PEMK Cengkareng Timur Cengkareng Timur CENGKARENG

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Jakarta Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang terletak di pulau Jawa. Posisinya berada pada 6 7 Lintang Selatan, 107-108 Bujur

Lebih terperinci

PERBANDINGAN JUMLAH DPT, JUMLAH TPS PILPRES II TAHUN 2004 DAN PILKADA 2007 PROVINSI DKI JAKARTA

PERBANDINGAN JUMLAH DPT, JUMLAH TPS PILPRES II TAHUN 2004 DAN PILKADA 2007 PROVINSI DKI JAKARTA PERBANDINGAN, TAHUN DAN 1 PETOJO UTARA 14.391 12.074 17.918 51 27 2 PETOJO SELATAN 10.025 10.450 14.550 38 20 3 DURI PULO 17.914 15.530 19.631 68 32 4 CIDENG 13.191 11.540 15.738 50 25 5 GAMBIR 2.834 2.406

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN I TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN I TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA B H I N EK G G AL I KA PEMILIHAN 6 7 8 1 PETOJO UTARA 898 2.965 2.970 3.468 275 10.576 2 PETOJO SELATAN 863 1.934 2.395 2.803 138 8.133 3 DURI PULO 1.286 4.306 3.482 5.179 346 14.599 4 CIDENG 724 3.727

Lebih terperinci

JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS

JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS No. Hari: Kamis Tanggal : 5 Februari 2015 Waktu : Pukul 07.30 s.d selesai Tempat : Ruang Rapat Serbaguna Lt.22, Gd. Balaikota SKPD/UKPD PESERTA RAPAT I II III Kota Administrasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG KELURAHAN SASARAN PENEMPATAN KOMPUTER PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN AKTA CATATAN SIPIL DALAM WILAYAH PROPINSI

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPR) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPR) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA 1 PETOJO UTARA 7 12 146 7 767 24 21 72 1.929 38 20 12 534 88 414 1.901 337 1.201 756 709 57 13 3 6 9.074 2 PETOJO SELATAN 5 7 63 14 598 27 16 14 1.366 13 12 12 558 86 215 1.524 451 926 571 510 46 5-5 7.044

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPRD) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPRD) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA BHIN E KA TUNGGA L IKA PEMILIHAN UMUM 25 26 27 1 PETOJO UTARA 11 12 151 11 737 11 19 60 1.886 45 19 10 525 103 304 1.891 321 1.322 806 720 68 14 6 1 9.053 2 PETOJO SELATAN 8 5 65 11 569 9 15 21 1.327 16

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN II TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN II TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA BH IN E K A TU NGG AL IKA PEMILIHAN 3 4 8 1 PETOJO UTARA 3.637 6.088 9.725 2 PETOJO SELATAN 2.469 5.122 7.591 3 DURI PULO 5.712 8.096 13.808 4 CIDENG 4.418 5.076 9.494 5 GAMBIR 782 1.463 2.245 6 KEBON

Lebih terperinci

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA K O D E (Km) DKI JAKARTA.0. ADM. KEP. SERIBU - 0,.0.0.0 Kepulauan Seribu Utara -.0.0.00 Pulau Panggang.0.0.00 Pulau Kelapa.0.0.00 Pulau Harapan.0.0

Lebih terperinci

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 1 JAKARTA BARAT 1 CENGKARENG 1 CENGKARENG BARAT 2 CENGKARENG TIMUR 3 DURI KOSAMBI 4 KAPUK 5 KEDAUNG KALI ANGKE 6 RAWA BUAYA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab. Total Usulan RW 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab. Total Usulan RW 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab NO Wilayah RW Anggaran Usulan 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622 2 JAKARTA UTARA 381 7,009 13,062,560,072,362 686 3 JAKARTA

Lebih terperinci

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI 2014 NO 1 JAKARTA TIMUR 1 2 1 JATINEGARA 1 Bidara Cina 2 Kampung Melayu 3 Cipinang Muara 2 KRAMAT JATI 5 Cawang 4 Cipinang Besar Selatan TERDAMPAK KECAMATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta 30 KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis. Setiap waktu fisik kota tampak berubah oleh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota seiring pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia, terutama untuk memasak dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan khususnya air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Gambar 1.1 DAS Ciliwung BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten

Lebih terperinci

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS A. Pendahuluan Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang melanda di setiap wilayah

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR

BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR Metode pemetaan daerah banjir dilakukan dengan menggunakan DEM (Digital Elevation Model) wilayah DKI Jakarta yang merupakan hasil dari pengolahan data kontur DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015

MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI DKI JAKARTA Migrasi Di Provinsi DKI Jakarta 1 KATA PENGANTAR Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas)

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: BELUM MENGAJUKAN

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: BELUM MENGAJUKAN BELUM MENGAJUKAN NO NAMA SATUAN PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAMATAN KOTA TELPON BERAKHIR 1 SDN Pulau Harapan 02 - Kepulauan Seribu Selatan Kepulauan Seribu / 2013-12-30 2 SDS Budi Mulia - Sawah Besar

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK Sungai Ciliwung, merupakan sungai yang memiliki fungsi yang sangat strategis dan penting karena melalui wilayah Jakarta, Depok, Kotamadya Bogor dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I

Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I No Peubah Kategori 1 Kegiatan 1 6 2 Usia 1= 0-15 2 3 4 5 2= 16-30 3= 31-45 4= >45 3 Status di 1= Ayah 2= Ibu 3= Anak 4= Anggota

Lebih terperinci

No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir

No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir Kebon Kelapa 0 4 Jakarta Pusat Menteng Menteng 2 5 Jakarta

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

Identifikasi dan Pemetaan Pengolahan Air Limbah Domestik Di DAS Ciliwung (Studi Kasus : Kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kelurahan Kampung Bali)

Identifikasi dan Pemetaan Pengolahan Air Limbah Domestik Di DAS Ciliwung (Studi Kasus : Kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kelurahan Kampung Bali) Identifikasi dan Pemetaan Pengolahan Air Limbah Domestik Di DAS Ciliwung (Studi Kasus : Kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kelurahan Kampung Bali) Muhammad Anugerah, Firdaus Ali, Elkhobar M. Nazech Departemen

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA

RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA Bahan Penjelasan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Pada Acara : Penerimaan Kunjungan Lapangan Panja RUU tentang Penataan Ruang DPR-RI ke Provinsi DKI Jakarta Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 1 Waduk Melati Jalan Teluk Betung Kelurahan Waduk ini dikelola oleh PWSCC Waduk ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

DATA PASAR PD. PASAR JAYA

DATA PASAR PD. PASAR JAYA DATA PASAR PD. PASAR JAYA No Nama Pasar Alamat Longitude Latitude Luas Pasar Klasifikasi Pasar A. JAKARTA BARAT 1 PASAR ASAM REGES Jalan Taman Sari Raya No.40, Taman Sari, Taman Sari, Jakarta Barat 106,8271217

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

Tabel : SP (T). JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTORAN MANUSIA Kotamadya : JAKARTA SELATAN Tahun : 2009

Tabel : SP (T). JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTORAN MANUSIA Kotamadya : JAKARTA SELATAN Tahun : 2009 BAB II : TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Tabel : SP-3.6.1 (T). RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTORAN MANUSIA Kotamadya : JAKARTA SELATAN Tahun : 2009 KECAMATAN LUAS PENDUDUK RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dan presipitasi yang jatuh di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman perkotaan masa kini mengalami perkembangan yang pesat karena pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi sementara luas lahan tetap. Menurut Rahmi

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub DAS Cikapundung berada di bagian hulu Sungai Citarum dan merupakan salah satu daerah yang memberikan suplai air ke Sungai Citarum, yang meliputi Kab. Bandung Barat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci