Energi Terbarukan. Sebuah Penilaian Pertumbuhan Ekonomi Hijau di Kalimantan
|
|
- Vera Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Energi Terbarukan Sebuah Penilaian Pertumbuhan Ekonomi Hijau di Kalimantan
2 Diterbitkan pada bulan April 2015 Semua nilai tukar yang tercantum di dalam dokumen ini berdasarkan pada nilai tukar tanggal 15 Oktober 2014 (USD 1 = IDR 12,210) 2
3 Kata pengantar Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berkomitmen untuk mengintegrasikan tujuan pertumbuhan ekonomi hijau ke dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Untuk dapat lebih memahami hubungan penting antara pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap modal alam, pemerintah telah membentuk kemitraan dan kerjasama teknis dengan Global Green Growth Institute (GGGI). Dengan adanya kemitraan tersebut, perlu dikembangkan kerangka kerja dan seperangkat alat analisa agar pertumbuhan hijau dapat diintegrasikan dalam proses perenacanaan dan penilaian investasi. Booklet yang berjudul "Energi Terbarukan Sebuah Penilaian Pertumbuhan Ekonomi Hijau di Kalimantan" ini adalah salah satu produk dari kemitraan tersebut. Isi dari booklet ini mengacu pada laporan teknis yang menilai biaya dan manfaat secara moneter terkait dengan proyek-proyek energi terbarukan di Kalimantan Tengah dan Timur. Rangkuman dari laporan hasil dan implikasi kebijakan dapat dijadikan sebagai panduan yang berharga bagi para pembuat kebijakan. Laporan ini juga menjadi pelengkap upaya lain yang dilakukan BAPPEDA Kalimantan Tengah bersama dengan GGGI untuk mengintegrasikannya dengan tujuan pertumbuhan ekonomi hijau ke dalam dokumen perencanaan. Termasuk di dalamnya laporan "Kalimantan Tengah: bergerak menuju pertumbuhan ekonomi hijau" dan Strategi Pertumbuhan Ekonomi Hijau kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Pulang Pisau. Upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hijau sebagian besar bergantung pada kemampuan ekonomi dalam menghasilkan energi bersih. Pada saat yang sama kami juga perlu mengamankan kecukupan pasokan listrik di Kalimantan. Di Kalimantan Tengah, masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki akses ke jaringan listrik. Dan sampai dengan saat ini pembangkitan listrik di Kalimantan masih sangat bergantung pada teknologi berbasis bahan bakar fosil, seperti diesel dan batubara. Laporan yang disusun dengan cepat dan tepat waktu ini menunjukkan kontribusi potensi sumber energi terbarukan untuk mewujudkan baik ketahanan energi serta lingkungan yang bersih. Dengan menggunakan Analisis Biaya dan Manfaat yang diperluas (extended Cost Benefit Analysis/eCBA), Studi ini menyajikan nilai-nilai biaya dan manfaat secara moneter yang terkait dengan empat proyek teknologi energi terbarukan di Kalimantan Tengah dan Timur. Hasil kajian ini juga berimplikasi pada situasi energi di koridor ekonomi Kalimantan secara keseluruhan. Saya berharap bahwa laporan ini akan merangsang diskusi publik lebih lanjut terkait kelangsungan energi bersih di Kalimantan. 3
4 Pesan kunci Kami telah melakukan Analisis Biaya dan Manfaat yang diperluas (extended Cost Benefit Analysis/eCBA) pada empat proyek energi terbarukan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur (Mikro Hidro, Pembangkit listrik tenaga surya (solar PV), Biomassa (woodchip), Biogas (POME)) dan dianggap mempunyai manfaat yang lebih luas untuk peningkatan pembangkit listrik terbarukan di Kalimantan secara keseluruhan. Potensi manfaat pertumbuhan ekonomi hijau yang terkait dengan intervensi kebijakan dalam empat proyek besar cukup signifikan, yaitu menghasilkan economic rate of return di atas 25%, dengan asumsi tertentu. Untuk proyek di luar jaringan listrik (off-grid), masyarakat setempat mendapatkan manfaat besar dari lampu penerangan ramah lingkungan, pengembangan bisnis lokal dan pengurangan emisi. Untuk proyek on-grid, manfaat utamanya pada menghindari biaya bbm fosil yang besar untuk pembangkit dan emisi gas rumah kaca (GRK). Proyek off-grid memerlukan dukungan publik yang besar agar mempunyai daya tarik. Bentuk-bentuk dukungan dapat berupa hibah modal, bantuan teknis dan manajerial untuk masyarakat dan pemerintah daerah. Untuk skala lebih besar, proyek on-grid atau produsen listrik swasta merupakan pilihan yang lebih menarik, dan bahkan mungkin lebih menarik dengan skema end-user tariff atau feed-in tariff yang mencerminkan biaya ekonomi dan lingkungan pembangkit listrik secara penuh. Berdasarkan indikasi potensi secara teknis, manfaat pertumbuhan ekonomi hijau bisa ditingkatkan hingga USD 1-9 miliar per tahun di Kalimantan (3-16% dari PDB). Diperlukan investasi sebesar USD miliar, dimana setidaknya USD 6-39 miliar diantaranya dari dana publik. Pendahuluan Tujuan mendasar kerjasama Pemerintah Indonesia GGGI adalah mengarusutamakan pertumbuhan ekonomi hijau dalam proses perencanaan ekonomi. Untuk tujuan ini, Program Pertumbuhuan Hijau mengembangkan kerangka kerja yang dapat digunakan oleh berbagai instansi pemerintah, khususnya mereka yang terlibat dalam perencanaan ekonomi dan penilaian investasi. Kerangka ini, dikembangkan para pemangku kepentingan pada tahun 2013 dan 2014 untuk membuat pertumbuhan hijau terukur dalam hal lima capaian yang diinginkan (lihat gambar di bawah), menggunakan serangkaian indikator proyek tingkat nasional, regional dan proyek. Penilaian pertumbuhan hijau, termasuk Analisis Biaya dan Manfaat yang diperluas (extended Cost Benefit Analysis/eCBA) adalah pedoman dan toolkit yang dikembangkan untuk mengukur dan membandingkan kinerja investasi Pertumbuhan Hijau. Konsultasi dengan para pemangku kepentingan yang luas telah dilakukan untuk mendukung penilaian dampak. Toolkit dapat digunakan pada tingkatan tinggi untuk memprioritaskan proyek-proyek dengan pertumbuhan hijau yang potensinya tinggi, atau yang akan mendapat manfaat dari rancang ulang pertumbuhan hijau. Pada tingkat yang lebih terperinci, toolkit dapat digunakan untuk Penilaian Pertumbuhan Hijau di tingkat proyek (seperti dalam studi kasus Proyek Konsesi Restorasi Ekosistem Katingan) menggunakan alat analisa yang lebih teliti (ecba). 5 CAPAIAN YANG DIHARAPKAN DARI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU ADALAH HASIL MASUKAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN YANG EKSTENSIF DI TAHUN 2013, DI INDONESIA Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan adil Penurunan emisi gas rumah kaca PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Ekosistem yang sehat dan produktif menyediakan jasa lingkungan TINGKAT NASIONAL/ PROVINSI INDIKATOR DAN TARGET Pengawasan, Evaluasi dan Penetapan target Populasi Rp GVA PDB/Pekerja FDI Indikator di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten untuk monitoring dan evaluasi serta penetapan target TINGKAT PROYEK/KEGIATAN EKONOMI DI LAPANGAN INDIKATOR DAN TARGET Pengawasan, Evaluasi dan Pengetahuan tentang luasnya dampak proyek Pekerja migran Investasi swasta pekerjaan Memuat indikator proyek untuk monitoring dan evaluasi sehingga pengetahuan tentang dampak bisa bertambah ecba adalah metode sistematis untuk pengambilan keputusan yang membandingkan biaya dan manfaat ekonomi, sosial serta lingkungan. ecba bisa menjawab: Bagaimana kinerja proyek pertumbuhan ekonomi hijau yang sudah didesain saat ini? Apa manfaat yang timbul dari kinerja tersebut untuk perekonomian, pengembangan masyarakat dan lingkungan? 4
5 Bagaimana kita dapat mendesain ulang proyek untuk memperbaiki kinerja pertumbuhan ekonomi hijau? Apa sinergi dan tarik ulur (trade off) dalam rancang ulang proyek? Seberapa besar investasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja? Apa instrumen kebijakan yang diperlukan untuk mendorong investasi dan terjadinya perubahan perilaku? Kami telah melakukan ecba tingkat proyek pada empat proyek energi terbarukan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur untuk memahami manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan dibandingkan dengan skenario Business As Usual (BAU). Ringkasan temuan kami disajikan di halaman sebelah. Sebuah laporan teknis lengkap yang menguraikan konteks, metodologi dan temuan secara rinci tersedia atas permintaan ke Sekretariat Bersama Program Pertumbuhan Hijau. Kerangka Pertumbuhan Ekonomi Hijau LANGKAH 1 LANGKAH 2 LANGKAH 3 Green Growth Assessment Process (GGAP) Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah Rencana sektor Business As Usual (BAU) Kebijakan & pendukung Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Ketahanan sosial, ekonomi, dan PERTUMBUHAN lingkungan EKONOMI HIJAU Pertumbuhan Ekonomi yang berkelanjutan Produksi ekstraktif Penggunaan lahan Konektivitas Nasional Provinsi Koridor Nasional Provinsi Koridor Kabupaten Sektor Penyusunan proyek Uji Kelayakan LANGKAH 4 Pertumbuhan yang inklusif dan merata Ekosistem yang sehat dan Produktif Menuju visi pertumbuhan ekonomi hijau LANGKAH 6 Meninjau ulang hambatan di kebijakan dan faktor-faktor pemungkin, serta memastikan bahwa proyek sejalan dengan pendekatan untuk perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau ecba Business case Uji potensi PH Pengawasan & Evaluasi LANGKAH 5 ecba LANGKAH 7 LANGKAH 8 Menginformasikan sasaran dan menguji visi Peta panduan dan penetapan sasaran Implementasi praktis Analisis Biaya Manfaat yang Diperluas mencakup 7 tahap: Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Tahap 6 Tahap 7 Identifikasi baseline proyek Identifikasi pilihan pertumbuhan ekonomi hijau Peta Jalur Dampak Pengumpulan data Analisis Biaya Manfaat Diperluas Validasi temuan Mempertimbangkan implikasi Konsultasi dengan pemangku kepentingan proyek Tinjauan dokumentasi proyek Konsultasi dengan pemangku kepentingan proyek Tinjauan literatur Identifikasi keluaran, hasil, dan dampak Menilai materialitas Identifikasi cakupan CBA Pengumpulan data dari dokumentasi proyek Pengumpulan data pasar setempat Pengumpulan data teknologi internasional Mengukur biaya dan manfaat intervensi pertumbuhan ekonomi hijau Menilai biaya dan manfaat bagi masyarakat Memvalidasi temuan dengan pemangku kepentingan Mempertimbangkan implikasi hasil terhadap kebijakan Mempertimbangkan implikasi terhadap desain ulang dan investasi proyek 5
6 Energi terbarukan di Kalimantan 'Koridor ekonomi Kalimantan menunjukkan kawasan kegiatan yang mempunyai fokus pada produksi dan pengolahan deposit tambang dan energi nasional. Kapasitas pembangkit listrik di Kalimantan tahun 2012 (MW) Saat ini, Pulau Kalimantan sangat tergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik on-grid (solar dan batubara) dan off-grid (solar). Penggunaan energi terbarukan di jaringan on dan off-grid akan memberi banyak manfaat dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau. Diversifikasi bahan bakar ini akan meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah perdesaan serta mengurangi biaya sosial dan lingkungan karena emisi karbon dari proses pembakaran batubara bisa dikurangi Bidang kesehatan lebih baik Hasil pendidikan yang lebih baik Pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi Pengembangan Bisnis Emisi yang lebih rendah Diesel Gas Alam IPP (bbm tidak diketahui) Batubara Hidro Lainnya Besarnya manfaat di koridor ekonomi Kalimantan tersebut diperoleh dengan memperluas manfaat secara indikatif dari keempat proyek yang dikaji (lihat bagian selanjutnya). Kami memperkirakan nilai manfaat sosial neto per tahun yang bisa direalisasikan ada di kisaran USD 1-9 milyar (3-16% dari PDRB). Hal ini bisa dicapai melalui overnight investment sebesar USD milyar untuk membangkitkan tenaga sebesar MW dari keempat sumber energi terbarukan yang dikaji. Secara khusus, kajian ini tidak mencari mana teknologi energi terbarukan yang terbaik. Pilihan teknologi akan ditentukan sesuai kebutuhan, dimana satu lokasi bisa berbeda dengan lokasi lainnya, sehingga asumsi yang digunakan kajian ini tunduk pada ketidakpastian terutama untuk aspek fisik, teknis dan perhitungan biaya yang bersifat linier. Selain itu, belanja modal di masa depan dari keempat teknologi energi terbarukan ini, terutama tenaga surya, bisa turun lebih cepat yang diperkirakan. Tapi, mengingat terbatasnya dana sektor swasta dan publik, maka kajian ini tidak mengisyaratkan adanya rencana untuk memprioritaskan investasi dalam jangka pendek. Kajian lebih lanjut dibutuhkan untuk membuat strategi energi terbarukan yang terpadu di Kalimantan. Insentif berupa kebijakan yang kondusif dan reformasi sangat penting untuk mewujudkan manfaat-manfaat yang telah disinggung sebelumnya. Kisaran perhitungan manfaat tersebut digambarkan sebagai berikut: Biaya investasi (miliar USD) 55 1,732 MW Proyek padat modal kurang dengan manfaat yang lebih tinggi MW Mikro Hidro (Tinggi) PV Surya (Tinggi) Woodchip (Tinggi) POME (Tinggi) MW MW -15 Catatan: Ukuran lingkaran mewakili proporsi tenaga yang bisa dibangkitkan (MW) Nilai bersih manfaat jika semua potensi energi terbarukan direalisasikan (miliar USD) 6
7 Pengkajian pertumbuhan ekonomi hijau dari empat proyek energi terbarukan Desa Tumbang Kunyi: 130 kw Mikro Hidro Desa Sungai Gula: 140 kw PV Surya Kumai: 7.3 MW Biomassa keping kayu (chip) Kutai Kartanegara: 2.1 MW Biogas POME Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) rencananya dibangun di Desa Tumbang Kunyi, Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan studi kelayakan, instalasi ini bisa membangkitkan tenaga sebesar 130 kw untuk memasok listrik ke 400 rumah dan 40 pengguna lainnya melalui jaringan listrik tegangan rendah. Saat ini, masyarakat mengandalkan generator diesel dan lampu minyak tanah untuk penerangan. Koperasi diharapkan bisa mengoperasionalkan instalasi yang akan dibiayai dana hibah Pemerintah Provinsi. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) rencananya akan dibuat di Desa Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. PLTS berkapasitas 140 kw ini bisa memasok listrik untuk 300 rumah yang didistribukan melalui jaringan listrik tegangan rendah. Sekarang hanya beberapa rumah yang punya generator diesel sementara sisanya tidak punya akses ke listrik sama sekali. Tanpa adanya investasi di energi terbarukan, maka desa ini akan menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sebesar 140 kw. Model bisnis untuk PLTS ini belum disusun, namun diharapkan akan dibiayai oleh pemerintah. Pembangkit listrik tenga biomassa (PLTBM) di Desa Natai Peramuan, Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kota Waringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, terdaftar sebagai bagian dari proyek mekanisme pembangunan bersih (CDM) tahun Proyek ini menggunakan sisa limbah dari pembuatan keping kayu untuk menjalankan pembangkit biomassa sebesar 7,3 MW. Listrik digunakan untuk kebutuhan pabrik, lalu selebihnya dijual ke PLN (sekitar setengah per kwh). Tanpa proyek ini, pabrik ini akan membeli listrik dari PLN yang listriknya diproduksi dari pembangkit tenaga diesel dan batubara. Hingga saat ini belum ada kredit karbon yang diterbitkan. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTB) menggunakan limbah pabrik kelapa sawit (POME) di Desa Muai, Kecamatan Kembang Jangut, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur. PLTB ini sudah beroperasi sejak tahun Biogas dari pemrosesan limbah diikat ke dua mesin pengolah biogas yang terhubung dengan generator pembangkit listrik sebesar 2,1 MW untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Tidak ada kelebihan daya karena biogas yang tersisa dibakar dalam sistem tertutup. Sebelumnya, listrik dihasilkan dari boiler biomassa yang menggunakan cangkang sawit (palm kernel shell), serat kelapa sawit, dan sejumlah generator diesel. PLTB ini terdaftar sebagai proyek CDM dan sejauh ini telah menghasilkan CERs. 7
8 Hasil Dengan melihat arus kas yang diharapkan dari keempat proyek tersebut ditambah serangkaian asumsi, maka ada dua teknologi yang mungkin tidak menarik untuk investor,yaitu PLTMH dan PLTS, karena tingkar pengembalian modalnya (Internal Rate of Return/IRR) negatif. Sementara PLTBM dan PLTB punya tingkat pengembalian modal masing-masing sebesar 12,1% dan 16%, sehingga lebih menarik untuk sektor swasta. Analisis Keuangan 3,000 PLTMH PLTS PLTBM 2,860 PLTB 30% 2, % 1,752 20% Juta USD 1, ,000-2,000 FS % Benchmark % FS -2,796 Benchmark % 10% 0% -10% -20% Intenral Rate of Return NPV IRR -3,000-4,000-30% -40% Catatan: FS = Data Studi Kelayakan. Tolok Ukur = Mengganti beberapa data FS untuk tolok ukur internasional Jika mempertimbangkan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan, maka keempat proyek tersebut menghasilkan keuntungan ekonomi nasional (Economic Rate of Return/ERR) yang positif, yaitu di atas 25%. Analisis Biaya dan Manfaat yang diperluas Juta USD NPV IRR 100,000 80,000 60,000 40,000 20, ,000 85% 3,844 FS 55% 2,375 Benchmark PLTMH 1% FS -910 PLTS 26% 1,300 Benchmark 102,414 50% PLTBM 121% 39,068 PLTB 220% 200% 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0-20% Economic Rate of Return Manfaat utama seperti umumnya proyek-proyek energi terbarukan lainnya, yaitu: Pertumbuhan ekonomi senilai USD 83 juta: jumlah ini diperoleh dari pengurangan biaya oleh PLN (termasuk dari pengurangan biaya untuk subsidi dari Departemen Keuangan) dan penghematan dari pengalihan biaya untuk penyediaan bahan bakar solar dan minyak tanah untuk masyarakat, lalu dikurangi biaya untuk belanja modal dan biaya operasional. Pembangunan sosial senilai USD 1 juta: jumlah ini didapat dari penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik karena jam belajar lebih lama dan produktif, dan pelayanan kesehatan karena berkurangnya polusi dalam ruagan. Jumlah ini terlihat kecil karena daya yang dihasilkan juga kecil. Namun, jumlah ini akan bertamabah bila teknologi ini direplikasi ke tingkat industri. Penurunan emisi GRK sebesar USD 61 juta: Jumlah ini didapat dari pengurangan emisi GRK di perdesaan akibat penggunaan solar dan minyak tanah, serta berkurangnya pembakaran batu bara dan solar dari jaringan on grid. Biaya sosial untuk karbon adalah USD 80/tCO2. 8
9 Implikasi Kebijakan Sejumlah intervensi kebijakan diidentifikasi untuk mendukung investasi dalam proyek-proyek energi terbarukan di Kalimantan dan Indonesia secara keseluruhan, seperti: Meningkatkan kinerja keuangan: insentif pendapatan seperti tarif feed-in dan insentif karbon; hibah dan subsidi modal; akses yang lebih mudah terhadap modal dalam dan luar negeri. Mengatasi masalah kapasitas teknis dan sumberdaya manusia: pelatihan teknisi lokal, sertifikasi pihak eksternal, dan pedoman nasional tentang studi kelayakan. Perencanaan terpadu: Penilaian sumber daya dan perencanaan energi di Kalimantan secara lebih luas. Mengurangi risiko bisnis dan regulasi: identifikasi yang lebih jelas area yang akan dialiri listrik oleh PLN, prosedur perijinan lebih cepat. Matriks kebijakan di bawah ini menyoroti hambatan paling penting terhadap keberhasilan proyek-proyek energi terbarukan serta usulan kebijakan untuk mengatasi hambatan tersebut. Potensi hambatan investasi Potensi intervensi kebijakan Hasil On-grid Off-grid Kebijakan ekonomi makro dan pasar Kelayakan keuangan rendah Mereformasi harga solar dan listrik Insentif yang lebih besar bagi upaya pemanfaatan energi terbarukan Kebijakan investasi keuangan Akses permodalan Jaminan utang untuk pemberi pinjaman dalam negeri Hibah modal Tingkat rintangan yang lebih rendah dan kemampuan finansial yang lebih baik untuk melakukan investasi Operasional dan kebijakan pemungkin Keahlian teknis yang rendah pada tahap desain dan operasional Data sumber daya yang buruk Peningkatan kapasitas dan pelibatan keahlian yang lebih luas (termasuk asing) Investasi pemerintah dalam pemetaan sumber daya dan penelitian Proyek-proyek yang dirancang dan dipelihara dengan baik Risiko pembangunan yang lebih rendah dan investasi yang lebih tinggi Kebijakan hukum dan peraturan Kurangnya transparansi dalam rencana ekspansi jaringan Ketetapan yang lebih jelas tentang anggaran elektrifikasi PLN ke daerah-daerah tertentu dan koordinasi yang lebih baik antara staf PLN lokal dan pemerintah daerah Menghindari aset terlantar dan penurunan risiko untuk investasi Relevan Cukup relevan Kurang relevan 9
10 Program Pertumbuhan Hijau Pemerintah Indonesia - GGGI Pemerintah Indonesia dan Global Green Growth Institute (GGGI) telah mengembangkan program kegiatan yang selaras dan sepenuhnya mendukung mewujudkan visi indonesia yang sudah ada di dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Tujuannya untuk menunjukkan, dengan menggunakan contoh-contoh nyata pembangunan dan rencana investasi Indonesia di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan sekaligus mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial, memaksimalkan nilai jasa ekosistem, mengurangi emisi GRK, dan menciptakan masyarakat, ekonomi, dan lingkungan yang tangguh terhadap guncangan ekonomi dan iklim. Tujuan Kerjasama Pemerintah Indonesia dan GGGI adalah: Untuk mendorong pertumbuhan hijau di Indonesia yang menyadari nilai modal alam, meningkatkan ketahanan, membangun ekonomi lokal dan inklusif serta adil. Tujuan spesifik untuk mencapai target ini adalah: Memastikan visi pertumbuhan hijau sesuai atau melebihi target pembangunan yang ada; Mengetahui prioritas pertumbuhan hijau dari Indonesia dengan memberikan target dan indikator yang relevan ; Mengevaluasi implikasi arah perkembangan negara saat ini terhadap target dan indikator pertumbuhan hijau dan menilai intervensi kebijakan dan potensi dan investasi terhadap indikator awal; Mengidentifikasi sektor-sektor kunci dan intervensi proyek serta investasi yang mempunyai potensi tinggi pertumbuhan hijau akan membantu terwujudnya pengembangan pertumbuhan hijau; Memanfaatkan keterlibatan dan investasi sektor swasta dalam mendukung terwujudnya kesempatan pertumbuhan hijau di Indonesia; Melakukan pemodelan ekonomi untuk menganalisa setiap proyek dengan cara menunjukkan keuangan mereka dan mengidentifikasi kesenjangan tiap pertambahan pembelanjaan yang diperlukan untuk mengamankan proyek hijau. 10
11 11
12 Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Sekretariat Bersama Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau Pemerintah Indonesia GGGI Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional / BAPPENAS Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat Indonesia Catatan Penting: Pandangan dan pendapat penulis yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan dan pendapat dari Global Green Growth Institute. Publikasi ini ditulis dan diterbitkan oleh GGGI untuk membantu menyoroti peluang perbaikan Proyek Konsesi Restorasi Ekosistem Katingan atau proyek sejenis lainnya guna mencapai tujuan pertumbuhan hijau. Publikasi ini tidak ditujukan untuk secara spesifik memberikan dukungan agar proyek dapat dilaksanakan. Hasil analisis ini tidak cocok untuk pengambilan keputusan investasi. Meskipun sejumlah upaya telah dilakukan untuk sedapat mungkin menggunakan informasi lokal, data belum tersedia secara universal, dan pendekatan internasional digunakan dalam analisis. Untuk itu, diperlukan kajian rinci lebih lanjut sebelum pengambilan keputusan finansial. 12
KSN Mamminasata. Menuju Pertumbuhan Ekonomi Hijau
KSN Mamminasata Menuju Ekonomi Hijau 2 Diterbitkan pada bulan Desember 2014 Semua nilai tukar yang tercantum di dalam dokumen ini berdasarkan pada nilai tukar tanggal 1 Juli 2014 (USD 1 = IDR 11,885) 3
Lebih terperinciRestorasi Ekosistem. Peluang Pertumbuhan Hijau di Lahan Gambut Katingan
Restorasi Ekosistem Peluang Pertumbuhan Hijau di Lahan Gambut Katingan "Hutan telah rusak. Pendapatan dari karbon adalah 'tongkat penopang' yang diperlukan untuk dapat berjalan lagi setelah masa istirahat
Lebih terperinciPemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth
Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. KIPI Maloy. Menuju Pertumbuhan Ekonomi Hijau
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia KIPI Maloy Menuju Ekonomi Hijau 2 Diterbitkan pada bulan Desember 2014 Semua nilai tukar yang tercantum di dalam dokumen ini berdasarkan pada
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciInfografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU
1 PROYEK KEMAKMURAN HIJAU 2 3 PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Proyek Kemakmuran Hijau atau Green Prosperity Project adalah sebuah proyek yang dinaungi Compact Indonesia dengan Millenium Challenge Corporation (MCC)
Lebih terperinciPulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia
TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciPERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan
Lebih terperinciRINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau
Kalimantan Tengah, Indonesia Publikasi Mei 2015 RINGKASAN STRATEGI EKONOMI HIJAU Gambaran umum kabupaten adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak tepat di tengah Pulau Kalimantan.
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciIndonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik
PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Temu Konsultasi Triwulanan I - 2017 Bappenas dengan Bappeda Provinsi
Lebih terperinciRencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017
Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisa deskriptif kualitatif ketujuh aspek yang diteliti terhadap
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan Hasil analisa deskriptif kualitatif ketujuh aspek yang diteliti terhadap industri manufaktur fotovoltaik di China dapat disimpulkan bahwa China sangat maju dalam
Lebih terperinciInsentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK
PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciPengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)
Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) Grant Program Manager For Community-Based Natural Resources Management Grant Lot GPM1: Sumatra & Kalimantan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis
Lebih terperinciPOTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciMenerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut
Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciSidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK
Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.
Lebih terperinciRINGKASAN. Pulang Pisau STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan ekonomi hijau
Kalimantan Tengah, Indonesia Publikasi Mei 2015 RINGKASAN STRATEGI Gambaran umum kabupaten berada di Bagian Tenggara Provinsi Kalimantan Tengah, dan tepat di Bagian Selatan dari Pulang Kalimantan. (h.02-03)
Lebih terperinciPemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia
Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana Panel Discussion Time To Act : Accelerate The Implementation Of Renewable
Lebih terperinciPROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR
PROGRAM KERJA TAHUN 2014 2019 DINAS ENERGI SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM KEGIATAN MISI 1 : Mengembangkan diversifikasi energi pedesaan berbasis sumber
Lebih terperincirenewable energy and technology solutions
renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciPERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)
PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciSetelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan
Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) dari Proyek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciKEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I
KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:
Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciRENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok
Lebih terperinci2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal
No.91, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. DAK Fisik Penugasan Bidang Energi Skala Kecil. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinci-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)
Lebih terperinciPROYEK KEMAKMURAN HIJAU
PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Pendahuluan Aktivitas 1 PLUP Aktivitas 2 TAPP Aktivitas 3 Fasilitas Kemakmuran Hijau Jendela 1 Jendela 2 Jendela 3 Aktivitas 4 Pengetahuan Hijau Periode penting KH mendukung program
Lebih terperinciIMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN
RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciPINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas
Lebih terperinciENERGI DAN KESEJAHTERAAN
ENERGI DAN KESEJAHTERAAN Saat ini tidak ada negara yang berhasil secara substansial mengurangi kemiskinan tanpa meningkatkan effesiensi penggunaan energi. Energi modern berpengaruh besar dalam pengentasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.
Lebih terperinciKepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia
ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.
Lebih terperinciSTRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN
Lebih terperinciSISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA
LAMPI RAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi listrik mengalami peningkatan inovasi di setiap tahunnya khususnya di bidang sumber energi terbarukan, hal ini dikarenakan jumlah penelitian, dan permintaan
Lebih terperinciKerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia
Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia 2016-2020 SIAPA KAMI Dibentuk tahun 1944. Kantor pusat di Washington D.C. Kelompok Bank Dunia terdiri dari lima institusi yang dikelola oleh 188 negara anggota
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Tekanan meningkat
Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah
Lebih terperinci[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012
logo lembaga [ PKPP F.1 ] [ Optimalisasi Sistem Energi untuk Mendukung Ketahanan Energi dan Pembangunan Ekonomi Koridor 6 ] [ Adhi Dharma Permana, M. Sidik Boedyo, Agus Sugiyono ] [ BADAN PENGKAJIAN DAN
Lebih terperinciOleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010
Kebijakan Energi dan Implementasinya Tinjauan dari Sisii Ketahanan Energi Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus
Lebih terperinci- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. pihak-pihak terkait seperti PT Austindo Aufwind New Energy, PT PLN (Persero)
103 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian lapangan, wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti PT Austindo Aufwind New Energy, PT PLN (Persero) wilayah
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah
Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng
Lebih terperinciKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia sekitar 1,4 juta BOPD (Barrel Oil Per Day), sedangkan produksinya hanya sekitar 810 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Kesenjangan konsumsi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinciPenyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah
Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Nur Amalia amalia_aim@pelangi.or.id SISTEMATIKA : 1. Tujuan Proyek 2. Hasil
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DAERAH TERTINGGAL WORKSHOP PERAN PV DALAM PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.
No.79, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara
Lebih terperinciKEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU
KEBIJAKAN & RPP DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN Oleh: Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Listrik ik dan Pemanfaatan Energi - DESDM Disampaikan pada: Workshop Peran
Lebih terperinciSISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA
9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH
Lebih terperinciDaya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciPROGRAM PERCEPATAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKDOHIDRO DI INDONESIA MELALUI POLA KEMITRAAN
KMT-7 PROGRAM PERCEPATAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKDOHIDRO DI INDONESIA MELALUI POLA KEMITRAAN Barlin Jurusan Teknik Mesin, Fakutas Teknik, Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang Prabumulih
Lebih terperinciInfrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama
Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama Pembukaan Indonesia Green Infrastructure Summit 2015 Jakarta. Apabila berbicara tentang inftrastruktur hijau (green infrastructure), tentu kita bicara tentang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proyeksi permintaan energi listrik di Indonesia tumbuh pesat setiap tahunnya. Sebagaimana dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) dalam Rencana Usaha
Lebih terperinciMEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA
PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis
Lebih terperinciTABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TABEL 4. KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Visi Pengelolaan energi dan mineral yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto
PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN Nurcahyanto Direktorat Konservasi Energi - Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciManfaat limbah menjadi sumber energi bagi dunia usaha
Manfaat limbah menjadi sumber energi bagi dunia usaha Bayangkan jika limbah diubah menjadi sumber energi Masih banyak rumah tangga dan dunia usaha di Indonesia yang memiliki akses terbatas untuk mendapatkan
Lebih terperinciV. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG
V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada
Lebih terperinciPELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI
PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI TRI RENI BUDIHARTI KEPALA PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA,22 OKTOBER 2012 1 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA
IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M 1), Udisubakti Ciptomulyono 2) dan I K Gunarta 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.
Lebih terperinci