AGEN PERUBAHAN DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT: BELAJAR DARI PENGEMBANGAN KAYU BAWANG DI WILAYAH PROPINSI BENGKULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGEN PERUBAHAN DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT: BELAJAR DARI PENGEMBANGAN KAYU BAWANG DI WILAYAH PROPINSI BENGKULU"

Transkripsi

1 AGEN PERUBAHAN DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT: BELAJAR DARI PENGEMBANGAN KAYU BAWANG DI WILAYAH PROPINSI BENGKULU Oleh : Efendi Agus Waluyo dan Ari Nurlia Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu telah dilakukan secara tradisional dan turun menurun di wilayah penyebaran alaminya. Sedangkan untuk wilayah di luar penyebaran alaminya dibutuhkan usaha dan proses yang terus menerus. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan status pengembangan hutan rakyat kayu bawang yang berbeda disetiap kabupaten, padahal program yang digulirkan pemerintah adalah program yang sama. Agen perubahan (agent of change) ditengarai sebagai salah satu faktor yang berpengaruh nyata dalam pengembangan hutan rakyat kayu bawang di luar penyebaran aslinya. Agen perubahan tersebut tidak hanya memberi contoh nyata kepada masyarakat tapi juga memberi informasi yang berkesinambungan dan juga menyadarkan masyarakat akan pentingnya menanam kayu di kebun mereka. Dengan contoh yang nyata diharapkan adanya perubahan sosial di masyarakat terutama dalam pengembangan kayu bawang. Kata kunci: hutan rakyat, agen perubahan, kayu bawang I. PENDAHULUAN Budidaya tanaman berkayu telah lama dilakukan oleh masyarakat terutama di Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah. Mereka mengembangkan jenis kayu lokal yaitu kayu bawang secara tradisional turun temurun dengan pola agroforestry. Di wilayah ini hampir semua masyarakat petani mengembangkan kayu bawang di kebunnya pada saat memulai kebun yang baru. Hasil Penelitian yang dilakukan Martin dan Galle (2009) mengenai perkembangan budidaya kayu bawang di masyarakat mengungkapkan bahwa kayu bawang bagi masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara merupakan tanaman tradisional warisan orang tua mereka dan mulai sengaja ditanam pada dekade tahun an di kebun atau bekas ladang. Kayu ini banyak ditanam karena mempunyai mutu baik dan budidayanya relatif mudah. Meskipun mutu kayu bawang tergolong baik dan budidaya mudah, kayu bawang tidak akan dapat menyebar begitu saja keluar dari 1

2 wilayah sebaran aslinya. Ada beberapa faktor dari dalam dan luar masyarakat berpengaruh dalam adopsi teknologi agroforestry (Mercer, 2004) Agen perubahan (agent of change) adalah orang yang bertugas mempengaruhi orang atau masyarakat agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Dalam teori difusi inovasi, pada dasarnya dijelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Rogers (2003) menjelaskan bahwa inovasi sebagai suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru. Sehingga dengan suatu inovasi baru diharapkan mendorong suatu perubahan sosial di masyarakat. Agen perubahan adalah salah satu faktor kunci yang telah menarik perhatian ilmuwan sosial dalam melakukan perubahan sosial, termasuk penggunaan teknologi di masyarakat (Sztopmka, 2011). Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan peran agen perubahan dalam keberhasilan pengembangan hutan rakyat terutama hutan rakyat kayu bawang di luar wilayah aslinya yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kebijakan oleh pemerintah terutama yang terkait dengan pengembangan hutan rakyat di wilayahnya. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga kabupaten yang bukan merupakan wilayah sebaran asli kayu bawang di Propinsi Bengkulu. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari BP DAS Ketahun, dimana ketiga kabupaten tersebut merupakan kabupaten dengan permintaan bibit kayu bawang terbanyak sehingga diduga penyebaran kayu bawang di lokasi tersebut cukup meluas. Kabupaten yang terpilih sebagai lokasi penelitian adalah Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Seluma. Penelitian mengenai adanya agen perubahan dalam penyebaran hutan rakyat kayu bawang dilakukan pada bulan April sampai dengan September 2013, Namun pengamatan mengenai fenomena ini sudah dilakukan sejak tahun

3 B. Pengumpulan Data dan Analisis Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivisnya dibangun atas situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu dan relevan dengan tujuan dari penelitian itu (Sugiyono, 2005). Data primer diperoleh dari partisipan yang merupakan subjek penelitian. Subjek penelitian disebut partisipan karena partisipan tidak hanya merespon pertanyaan atau memilih jawaban dari pertanyaan yang di ajukan peneliti seperti halnya pada responden. Partisipan diperlakukan sebagai subjek karena memiliki peran aktif dalam memberikan informasinya. Partisipan sering juga disebut sebagai informan. Informan dipilih dengan menggunakan metode bola salju (Snowball sampling) yaitu dipilih berdasarkan informasi dari instansi pemerintah yaitu Dinas Kehutanan dan masyarakat setempat. Informan yang terpilih adalah informan yang merupakan tokoh kunci dalam penelitian yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dalam hal ini mampu mempengaruhi masyarakat untuk menanam kayu bawang di kebun mereka, sehingga informan tersebut dapat disebut sebagai agen perubahan. Data primer yang mendukung penelitian diperoleh dari instansi pemerintahan anatara lain BPDAS Ketahun, Dinas Kehutanana dan BPS baik tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan status pengembangan hutan rakyat di kabupaten-kabupaten yang terpilih sebagai lokasi penelitian. C. Kerangka Fikir Konseptual ADOPSI INOVASI Adams (1988) menyatakan, an innovation is an idea or object perceived as new by an individual. Dalam perspektif pemasaran, Simamora (2003) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap baru oleh 3

4 individu atau grup yang relevan. Sedangkan Kotler (2003) mengartikan inovasi sebagai barang, jasa, ide yang dianggap baru oleh seseorang. Usaha pengembangan tanaman berkayu di Propinsi Bengkulu sudah lama dilakukan tetapi hanya lingkup lokal di wilayah asli penyebarannya. Mengingat kayu bawang yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang bagus dan kualitas kayu yang baik maka dilakukan uji coba pengembangan di luar daerah sebaran alaminya. Ada beberapa orang yang berusaha mengembangkan dan mengenalkan kayu bawang tersebut di daerahnya. Mereka mencontoh cara-cara yang telah lama dilakukan secara tradisional oleh masyarakat yang telah lama mengembangkan kayu bawang. Mereka mencoba membuat di lahan-lahan pribadi dengan harapan kalo berhasil dapat dicontoh/diadopsi oleh masyarakat setempat. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi salah satunya adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan di introduksikan harus mempunyai kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada dalam masyarakat penerima (adopter) tersebut. Jadi inovasi yang ditawarkan tersebut hendaknya inovasi yang tepat guna. Soekartawi (1988) menambahkkan bahwa jika teknologi baru yang ditawarkan akan memberikan keuntungan yang relatif lebih besar dari nilai yang dihasilkan oleh teknologi lama, maka kecepatan adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Untuk menemukan inovasi kriteria seperti ini dapat dilakukan dengan cara; bandingkan teknologi introduksi dengan teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi dengan biaya rendah atau teknologi yang produksinya tinggi. Rogers (2003) mengemukakan, ada pengelompokan penerima inovasi, yaitu (1) Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi yang mempunyai ciri petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi, (2) Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Perintis ini biasanya para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi, (3) Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Ciri pengikut yaitu penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi, (4) Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Biasanya mereka yang tergolong dalam kelompok ini skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati, (5) 4

5 Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Yang termasuk dalam kelompok ini biasanya tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas. Akan tetapi berdasarkan perkembangan sekarang ini, ada juga termasuk kelompok ini itu mempunyai pendidikan tinggi dan wawasan luas namun tidak terbuka dalam pemikirannya. Mereka biasanya merasa paling benar dan kurang bisa menerima pendapat dari orang lain. AGEN PERUBAHAN Agen perubahan menurut Havelock (1973) adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana agar kehidupan masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan. Agen perubahan juga selalu menanamkan sikap optimis demi terciptanya perubahan yang diharapkan. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning) (Soekanto, 1990). Fungsi utama agen perubahan adalah sebagai penghubung antara pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi lancar dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan klien. Dalam hal pengembangan kayu bawang di wilayah Provinsi Bengkulu, agen perubahan yang mengenalkan dan menyampaikan suatu gagasan pengembangan kayu tersebut adalah orang-orang yang berasal dari daerah setempat, mereka adalah para pegawai teknis kehutanan setempat. Meskipun jabatan utamanya bukan penyuluh tetapi mereka berfungsi selain sebagai pegawai teknis kehutanan dilapangan juga merangkap sebagai penyuluh. 5

6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyebaran Hutan Rakyat Kayu Bawang di luar wilayah sebaran aslinya Informasi mengenai kekuatan dan keawetan kayu bawang dan keberhasilan hutan rakyat kayu bawang dalam memberikan kontribusi ekonomi pada pendapatan rumah tangga di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah menyebabkan mulai menyebarnya kayu bawang ke kabupatenkabupaten lainnya di Propinsi Bengkulu antara lain di Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Seluma. Sejauh mana kayu bawang mulai menyebar di kabupaten-kabupaten yang bukan wilayah asli penyebaran kayu bawang dapat dilihat dari karakteristik hutan rakyat kayu bawang di setiap kabupaten sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Hutan Rakyat Kayu Bawang di Lokasi Penelitian Uraian Kab. Mukomuko Ds. Sido Makmur Kab. Rejang Lebong Kab. Seluma Ds. Ds. Ds. Ds. Ds. Lalang Bandung Taba Bakal Babatan Luas Marga Tinggi Dalam N=34 N=31 N=30 N=39 N=30 N=30 Kayu bawang di kebun - Tanam 91,2 48,4 10,0 59,0 63,3 100,0 - Tidak Tanam 8,8 51,6 90,0 41,0 36,7 0,0 Asal Bibit - Bantuan 35,5 28,6 0,0 4,3 0,0 100,0 - Beli 6,5 0,0 0,0 30,4 36,8 0,0 - Cabutan alam 35,5 57,1 0,0 4,3 10,5 0,0 - Dari teman/kerabat 6,5 14,3 100,0 52,2 52,6 0,0 - Pembibitan sendiri 16,1 0,0 0,0 8,7 0,0 0,0 Pola Tanam - Campuran 100,0 100,0 33,3 100,0 94,7 100,0 - Monokultur 0,0 0,0 0,0 0,0 5,3 0,0 - Campuran dan Monokultur 0,0 0,0 66,7 0,0 0,0 0,0 Luas lahan ratarata/kk 2 ha 3,3 ha 2,1 ha 3,1 ha 2,2 ha 2 ha Jml rata-rata batang/kk 29 btg 14 btg 500 btg 41 btg 13 btg 87 btg Tanaman Utama Sawit Sawit & Karet Kopi Karet & Karet Karet & Sawit Karet Sumber : Diolah dari data primer,

7 Walaupun tingkat penyebaran kayu bawang di semua kabupaten tidak merata pada setiap desanya, namun rata-rata tingkat penyebaran kayu bawang di Kabupaten Seluma lebih tinggi dibanding Kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Rejang Lebong, Di Desa Bakal Dalam Kabupaten Seluma, kayu bawang sudah ditanam disetiap rumah tangga sejak tahun 2003 dengan rata-rata jumlah kepemilikan kayu bawang sebanyak 87 batang/kk, namun hal ini berbeda dengan Desa Babatan yang masih berada dalam satu kabupaten namun hanya memiliki jumlah rata-rata kepemillikan kayu bawang sebesar 13 batang/kk. Penyebaran kayu bawang di Desa Bakal Dalam terjadi tidak lepas dari peran aktif kepala desa dalam mendapatkan program bantuan bibit kayu bawang dari pemerintah. Sedangkan di Desa Babatan, sebagian besar masyarakat mendapatkan bibit kayu bawang dari hasil membelinya sendiri atau dari teman dan kerabatnya. Kayu bawang mulai menyebar di kabupaten-kabupaten lainnya di Propinsi Bengkulu melalui Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2003 dan program Kebun Bibit Rakyat (KBR) pada tahun Walaupun menyebar melalui program yang sama, namun pengembangan hutan rakyat kayu bawang di setiap kabupaten memiliki status yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan, salah satu faktor yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengembangan hutan rakyat kayu bawang adalah adanya faktor pembawa atau yang disebut sebagai agen perubahan. Di beberapa daerah yang tidak memiliki agen perubahan, pengembangan kayu bawang tidak sesignifikan pada daerah yang memiliki agen perubahan. Adapun status pengembangan kayu bawang di kabupaten-kabupaten yang terpilih sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut B. Status Pengembangan Kayu Bawang di Kabupaten Mukomuko Berdasarkan informasi dari Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan, Pengembangan kayu bawang di kabupaten Mukomuko dimulai pada tahun 2005 yang diinisiasi dari pemerintah. Jenis-jenis yang dikembangkan tidak hanya kayu bawang tetapi juga jenis-jenis yang lain termasuk karet dan sengon. Pengembangan ini dilaksanakan di beberapa tempat, antara lain di desa Bukit Makmur Kecamatan Penarik seluas 100 Ha. Namun karena tidak adanya perhatian khusus dan perawatan, 7

8 pengembangan tanaman tersebut tidak berhasil. Pada tahun 2007 di Desa Tunggang Kecamatan Pondok Suguh, dikembangkan juga tanaman kombinasi antara kayu bawang dan tanaman karet. Namun, kondisinya tidak jauh berbeda dengan di daerah lainnya dimana hanya karet yang dapat tumbuh dengan baik sementara kayu bawangnya tidak tumbuh. Tidak tumbuhnya kayu bawang bukan dikarenakan adanya ketidaksesuaian lahan, melainkan dari masyarakat sendiri yang memilih untuk mematikan kayu bawang karena dianggap dapat mempengaruhi hasil karetnya. Ketidaktahuan masyarakat karena tidak adanya informasi yang benar ditengarai sebagai salah satu penyebabnya. Berbeda dengan kedua desa sebelumnya, kayu bawang di Desa Sido Makmur Kecamatan Terawang Jaya dan Desa Lalang Luas Kecamatan V Koto relatif tumbuh dengan baik namun penyebaran kayu bawang di hutan rakyat tidak merata dan relatif sedikit. Hal ini disebabkan masyarakat di wilayah ini lebih tertarik melakukan budidaya sawit dan tanaman perkebunan lainnya karena dapat lebih cepat menghasilkan. Kayu bawang di desa ini menyebar melalui program pemerintah, namun kegiatan yang ada hanyalah sebatas program tanpa adanya pengawasan. Belum adanya orang yang berfungsi sebagai agen perubahan yang secara serius dan konsentrasi mengembangkan kayu bawang di wilayah ini menyebabkan pengembangan hutan rakyat kayu bawang di wilayah ini tergolong kurang. C. Status Pengembangan Kayu Bawang di Kabupaten Seluma Lokasi penelitian yang terpilih pada kabupaten ini adalah Desa Bakal Dalam Kecamatan Talo Kecil, Desa Gunung Agung Kecamatan Lubuk Sandi dan Desa Babatan Kecamatan Sukaraja. Pemilihan lokasi didasarkan pada hasil diskusi dengan pihak Dinas Kehutanan Kabupaten Seluma dimana salah satu persyaratannya adalah adanya sebaran kayu bawang dalam jumlah yang relatif banyak. Hasil Penelitian menunjukkan, di Desa Bakal Dalam Kecamatan Talo Kecil, sebaran kayu bawang relatif seragam dimana hampir setiap rumah tangga memiliki kayu bawang dikebunnya dengan jumlah lebih dari 50 batang. Penyebaran kayu bawang di desa ini tidak terlepas dari peran Bapak Indraidin 8

9 yang merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan kayu bawang ke masyarakat. Bapak Indraidin merupakan Staf di Dinas Kehutanan Sumatera Selatan yang kemudian pindah ke Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu pada saat Bengkulu mulai ditetapkan sebagai Provinsi Tersendiri. Namun, sejak tahun 1999 beliau terpilih menjadi Kepala Desa di Desa Bakal Dalam. Dengan pengalamannya di bidang kehutanan, beliau mengetahui informasi mengenai kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Utara dan beliau menyadari akan potensi pengembangan kayu bawang di wilayahnya. Dengan informasi yang dimilikinya beliau mulai memperkenalkan kayu bawang kepada masyarakat di desanya dengan terlebih dahulu menanam kayu bawang di kebun miliknya yang bibitnya di bawa dari Kabupaten Bengkulu Utara. Dengan adanya percontohan tersebut, masyarakat mulai berminat menanam kayu bawang di kebun-kebun mereka, namun kayu bawang saat itu belum cukup berkembang dikarenakan kurangnya bibit. Pada tahun 2003 beliau berhasil mendapatkan program bantuan kayu bawang dari Dinas Kehutanan, sehingga penyebaran kayu bawang di Desa Bakal Dalam semakin luas dan semakin berkembang. Hingga saat ini nama Bapak Indraidin begitu dikenal baik di lingkungan desa maupun di lingkungan Dinas Kehutanan Kabupaten Seluma, sebagai tokoh yang pertama kali mengembangkan kayu bawang di wilayahnya. Desa Gunung Agung dan Desa Babatan merupakan desa yang terletak tidak jauh dari perbatasan Kota Bengkulu. Di desa ini, penyebaran kayu bawang juga dibawa oleh orang-orang dari dinas kehutanan yang telah mengetahui informasi mengenai kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Utara. Bapak Sarkawi merupakan salah satu tokoh yang memperkenalkan kayu bawang di Desa ini dengan membangun kebun kayu bawang secara monokultur yang terletak di pinggir jalan utama Desa Gunung Agung. Dikarenakan lokasi kebun yang terletak di pinggir jalan, masyarakat bisa secara langsung melihat pertumbuhan dan penampakkan kayu bawang secara kasat mata. Bibit kayu bawang yang ditanam di kebun Bapak Sarkawi berasal dari Kabupaten Bengkulu Utara. Di desa ini minat masyarakat untuk menanam kayu bawang relatif tinggi, namun penyebaran kayu bawang masih belum terlalu banyak. Hal ini dikarenakan orang-orang yang memiliki kebun kayu bawang tidak bertempat tinggal di wilayah tersebut, bahkan 9

10 sebagian dari mereka bertempat tinggal di Kota Bengkulu. Kurangnya informasi menyebabkan perkembangan hutan rakyat kayu bawang di daerah ini belum terlalu meluas seperti halnya di Desa Bakal Dalam. Setiap rumah tangga di Desa ini hanya memiliki sedikit kayu bawang di kebun mereka. D. Status Pengembangan Kayu Bawang di Kabupaten Rejang Lebong Kabupaten Rejang Lebong merupakan wilayah dengan ketinggian yang bervariasi dari mdpl. Variasi ketinggian diduga menjadi salah satu pembatas penyebaran kayu bawang di Kabupaten ini. Pengamatan dilakukan ke berbagai lokasi dengan ketinggian yang berbeda antara lain Desa Taba Tinggi dan Desa Tanjung Sanai, Kecamatan Padang Ulak Tanding yang mewakili daerah dengan ketinggian dibawah 300 mdpl dan Desa Bandung Marga, Kecamatan Bermani Ulu Raya yang mewakili daerah dengan ketinggian lebih dari 500 mdpl. Di Desa Bandung Marga pertumbuhan kayu bawang tergolong lambat, sehingga tidak banyak masyarakat yang mengembangkan kayu bawang. Di Desa ini hanya sedikit masyarakat yang menanam kayu bawang itupun dengan jumlah yang relatif sedikit walaupun ditemukan pula beberapa masyarakat yang menanam kayu bawang dengan jumlah ratusan batang. Sebagian besar masyarakat belum menanam kayu bawang, mereka lebih memilih menanam sengon putih atau sengon merah karena pertumbuhannya yang lebih cepat dibanding kayu bawang. Tidak menyebarnya kayu bawang di daerah ini dimungkinkan karena kondisi lahan yang tidak sesuai sehingga tidak ada agen pembawa yang mengembangkan kayu bawang di wilayah ini. Wilayah yang memiliki sebaran kayu bawang yang tergolong luas dan merata adalah di Desa Taba Tinggi dan Desa Tanjung Sanai Kecamatan Padang Ulak Tanding. Agen pembawa di Desa ini adalah Bapak Sepaan yang merupakan staf teknis di Dinas Kehutanan Kabupaten Rejang Lebong. Beliau mulai memperkenalkan kayu bawang kepada masyarakat sejak tahun 2004 melalui program pemerintah. Minat masyarakat dalam menanam kayu bawang di desa ini tergolong tinggi dimana sebagian masyarakat menanam kayu bawang dalam jumlah yang besar, seperti Bapak Iwan yang bertempat tinggal di Desa Taba Tinggi yang memiliki kayu bawang di kebunnya hingga batang. 10

11 Berdasarkan hasil pengamatan, kayu bawang di Desa Taba Tinggi dan Desa Tanjung Sanai memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan kayu bawang di Desa lain di Kabupaten Rejang Lebong. Hampir semua Kayu bawang di Desa Taba Tinggi dengan umur lebih dari 8 (delapan) tahun sudah mulai belajar berbuah. Buah-buah dari kayu bawang pun mudah sekali ditemukan di setiap hamparan lahan dimana terdapat kayu bawang di dalamnya. Masyarakat di Desa Taba Tinggi menanam kayu bawang dengan pola campuran dari yang menggunakan jarak tanam hingga yang tidak menggunakan jarak tanam, bahkan ada pula yang menanam kayu bawang di pembatas kebun sawitnya. Penyebaran kayu bawang di desa ini tergolong merata, dimana sebagian besar masyarakat memiliki kayu bawang dilahannya. Selain dari adanya agen pembawa yang memberikan informasi yang berkesinambungan kepada masyarakat mengenai pentingnya menanam kayu, kesesuaian lahan seperti faktor ketinggian diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran kayu bawang di Kabupaten Rejang Lebong. Kayu bawang diduga memiliki pertumbuhan lebih cepat pada ketinggian dibawah 300 mdpl dan mulai melambat di ketinggian lebih dari 300 mdpl. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum penyebaran kayu bawang terbanyak terdapat di Kabupaten Seluma, di ikuti Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Mukomuko. Penyebaran dan Pengembangan hutan rakyat kayu bawang tidak terlepas dari peran agen perubahan dalam mengubah kebiasaan masyarakat yang tidak terbiasa menanam jenis kayu kehutanan terutama kayu bawang menjadi masyarakat yang mulai memiliki budaya menanam. Merubah kebiasaan masyarakat tidaklah mudah, diperlukan suatu usaha yang panjang dan berkesinambungan. Agen perubahan merupakan orang-orang yang konsisten memperkenalkan dan memberikan informasi secara berkesinambungan kepada masyarakat dengan cara memberikan contoh berupa plot-plot serta memberikan penyuluhan guna menyadarkan masyarakat akan pentingnya menanam kayu di kebun mereka. 11

12 Agen perubahan merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan hutan rakyat di wilayahnya. Sehingga kebijakan yang dibuat tidak hanya bersifat sementara dan proyek semata namun juga berkesinambungan dengan menempatkan orang-orang yang dapat merangkul masyarakat dan konsisten terhadap keberhasilan program masa kini dan masa mendatang. V. DAFTAR PUSTAKA Adams, M.E Agriculturan Extension in Developin Countries. 1 st Edition. Longman Singapore Publisher Pte Ltd. Singapore. Havelock, R.G The Change Agent s Guide to Innovation in Education. Educational Technology Publications, Inc., Englewood Cliffs. New Jersey. Kotler, P Marketing Management, 11th ed., Pearson Education, New York. Martin, E. dan F.B. Gale Motivasi dan karakteristik social ekonomi rumah tangga penanam pohon penghasil kayu pertukangan: Kasus tradisi menanam kayu bawang (Disoxylum molliscimum BL) oleh masyarakat kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol.6 No.2. Hal Mercer, D.E Adoption of agroforestry innovation in the tropics: A review. Agroforestry System Vol (1-3) p Rogers, M.E Diffusion of Innovation. Fifth Edition. Simon & Schuster. New York. Soekanto, S Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Soekartawi Prinsip Dasar: Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta. Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Aztompka, P Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada Media Group. Jakarta. 12

Paket analisis social, ekonomi, financial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman pola agroforestry

Paket analisis social, ekonomi, financial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman pola agroforestry Paket analisis social, ekonomi, financial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman pola agroforestry Analisis social dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

Prosiding SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG Palembang, 2 Oktober 2013

Prosiding SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG Palembang, 2 Oktober 2013 Prosiding SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG Palembang, 2 Oktober 2013 Editor: Nina Mindawati Riskan Effendi Illa Anggraeni Tuti Herawati Hak Cipta oleh Pusat Penelitian dan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang

Lebih terperinci

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Jenis Bambang lanang Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Jenis Kayu bawang Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KOTA PADANG DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II REJANG LEBONG, KECAMATAN SEGINIM DAN SUKARAJA DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Definisi dan Batasan Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 BENGKULU

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 BENGKULU PERAN LOKASI DAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 DAERAH 1 Kota Bengkulu 1 Gading Cempaka 1.050 1.050 525 525 2 Kampung Melayu 340 340 170 170 3 Muara Bangka Hulu 670 670 335 335 4 Ratu Agung 1.170 1.170 585

Lebih terperinci

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : Nur Arifatul Ulya, Edwin Martin, Bambang Tejo Premono dan 1) Andi Nopriansyah ABSTRAK Jati ( Tectona grandis) merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG Nanang Herdiana, E. Martin, B. Winarno, A. Nurlia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut data statistik Kementrian Perkebunan tahun 2012, produksi perkebunan karet rakyat (49.172 ton/tahun)

Lebih terperinci

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran II.17.01 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 SELATAN DP SELATAN 1 Meliputi 1 10 1.1 MANNA 16.088 1.2

Lebih terperinci

PENYULUHAN KEHUTANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi I. PENDAHULUAN. merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan

PENYULUHAN KEHUTANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi I. PENDAHULUAN. merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan Tugas : PENYULUHAN KEHUTANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kawasan hutan konservasi merupakan kawasan yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

ASPEK PSIKOLOGI SEBAGAI PENGEMBANGAN PERUBAHAN YANG DIRENCANAKAN Oleh : Inu Hardi Kusumah (Makalah) BAB I P E N D A H U L U A N

ASPEK PSIKOLOGI SEBAGAI PENGEMBANGAN PERUBAHAN YANG DIRENCANAKAN Oleh : Inu Hardi Kusumah (Makalah) BAB I P E N D A H U L U A N ASPEK PSIKOLOGI SEBAGAI PENGEMBANGAN PERUBAHAN YANG DIRENCANAKAN Oleh : Inu Hardi Kusumah (Makalah) BAB I P E N D A H U L U A N Aspek psikologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses perubahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.99 : 108/Kpts/KPU/TAHUN 2013 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan bagi keluarga, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, maupun secara ekologis. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik (Departeman Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Konvensional Pertanian Konvensional adalah sistem pertanian tradisional yang mengalami perkembangan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bisa dikatakan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Paradigma Adopsi Inovasi Paradigma lama kebijakan pembangunan selama ini mengalami distorsi terhadap pluralitas bangsa dengan melakukan perencanaan program

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA 2015-2019 DEDI SUGANDI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014 RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MUKOMUKO, KABUPATEN SELUMA, DAN KABUPATEN KAUR DI PROVINSI BENGKULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MUKOMUKO, KABUPATEN SELUMA, DAN KABUPATEN KAUR DI PROVINSI BENGKULU UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MUKOMUKO, KABUPATEN SELUMA, DAN KABUPATEN KAUR DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ADOPSI DAN DIFUSI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PETANI SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG. HULUKAMPAR

ADOPSI DAN DIFUSI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PETANI SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG. HULUKAMPAR ADOPSI DAN DIFUSI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PETANI SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG. HULUKAMPAR Oleh: Eri Sayamar dan Arifudin V Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian

Lebih terperinci

Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata 1 Rahmad Junaria 2. Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian UNIB

Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata 1 Rahmad Junaria 2. Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian UNIB FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI PADA TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH SISTEM LEGOWO DI KELURAHAN DUSUN BESAR KECAMATAN GADING CEMPAKA KOTA BENGKULU Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PENGELOLAAN KEBUN AGROFORESTRY : PEMBELAJARAN DARI KABUPATEN BANTAENG DAN BULUKUMBA, SULAWESI

MOTIVASI PETANI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PENGELOLAAN KEBUN AGROFORESTRY : PEMBELAJARAN DARI KABUPATEN BANTAENG DAN BULUKUMBA, SULAWESI MOTIVASI PETANI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PENGELOLAAN KEBUN AGROFORESTRY : PEMBELAJARAN DARI KABUPATEN BANTAENG DAN BULUKUMBA, SULAWESI Ummu Saad, Endri Martini, dan James M. Roshetko World Agroforestry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Inovasi, teknologi dan temuan baru atau introduksi sesuatu belum tentu langsung

Pendahuluan. Inovasi, teknologi dan temuan baru atau introduksi sesuatu belum tentu langsung Pendahuluan Inovasi, teknologi dan temuan baru atau introduksi sesuatu belum tentu langsung diterima oleh petani. Kajian adopsi dan difusi inovasi pertanian penting dilakukan untuk mendapatkan strategi

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat mengandalkan sektor pertanian dan sektor pengolahan hasil pertanian sebagai mata pencarian pokok masyarakatnya. Sektor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Pola agroforestry hutan rakyat penghasil kayu pertukangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Melalui

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DALAM WILAYAH KABUPATEN SELUMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELUMA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan luas sekitar 1.919.440 km 2 serta terdiri dari 13.487 buah pulau dan memiliki hamparan hutan yang luas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati tersebut adalah hutan mangrove.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di gabungan gelompok tani (Gapoktan) Desa Hasang, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Tawang Sari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 9 September 2016 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

Dari beberapa pengalaman yang telah dilakukan oleh penyuluh terhadap kegiatan penyuluhan, ternyata yang memberikan dampak terhadap

Dari beberapa pengalaman yang telah dilakukan oleh penyuluh terhadap kegiatan penyuluhan, ternyata yang memberikan dampak terhadap 2013/11/19 11:45 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan KEMAMPUAN PENYULUH DALAM PENGGUNAAN MEDIA PENYULUHAN Sosialisasi suatu teknologi baru pada lahan usaha pelaku utama atau pelaku utama memerlukan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang mampu dan dapat diperbaharui. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya dalam berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO Oleh : Rini Andriani ABSTRAK Kegiatan Bioindustri merupakan kegiatan yang mengelola dan atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati

Lebih terperinci

RINCIAN FORMASI PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS ) DEPARTEMEN AGAMA TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR : B.II/1-a/KP.00.3/ 954 /2009

RINCIAN FORMASI PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS ) DEPARTEMEN AGAMA TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR : B.II/1-a/KP.00.3/ 954 /2009 Unit Kerja : Kanwil Departemen Agama Prov. Bengkulu RINCIAN FORMASI PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS ) DEPARTEMEN AGAMA TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR : B.II/1-a/KP.00.3/ 954 /2009 NO. NAMA JABATAN A.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. (imperata cylindrical). Bukit Batu Agung merupakan area perladangan

BAB V PENUTUP. (imperata cylindrical). Bukit Batu Agung merupakan area perladangan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Bukit Panjang merupakan bagian dari hamparan Bukit Batu Agung yang berada di Nagari Paninggahan dengan kondisi area yang didominasi oleh alangalang (imperata cylindrical). Bukit

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI Oleh: Gres Kurnia (071015025) - B Email: grassgresy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD

VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD 8.1. PENDAHULUAN 8.1.1. Latar Belakang Keberadaan masyarakat di dalam

Lebih terperinci

Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut

Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut "OPINION LEADER" PERANANNYA DALAM PROSES ADOPSI TEKNOLOGI IB TERNAK SAPI MADURA Jauhari Efendy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peranan

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG Analisis Perbandingan Tingkat Keuntungan Usaha Pengolahan Gula Merah (Gulo Saka) Antara Petani Kilang Tradisional dengan Petani Kilang Mekanis di Kenagarian Bukik Batabuah Kecamatan Canduang Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya otonomi daerah (Otoda), telah memberikan peluang bagi pemerintah daerah (Pemda) untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini membawa konsekuensi logis kepada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN 226 ANALISIS USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA HAMPALIT KECAMATAN KATINGAN HILIR KABUPATEN KATINGAN (Analysis of oil palm farming in Hampalit Village, Katingan Hilir Sub district, Katingan District) Asro

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup merupakan bagian dari unsur pokok kebudayaan universal. Koentjaraningrat (2002) menjelaskan tujuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT TERHADAP SISTEM INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT (SISKA) DI KABUPATEN PELALAWAN

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT TERHADAP SISTEM INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT (SISKA) DI KABUPATEN PELALAWAN ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT TERHADAP SISTEM INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT (SISKA) DI KABUPATEN PELALAWAN THE INNOVATION-ADOPTED BY THE PALM FARMER TO PALM COW INTEGRATED SYSTEM (SISKA) IN PELALAWAN

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI BENGKULU

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI BENGKULU DATA DASAR PROVINSI BENGKULU KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI BENGKULU KAB/KOTA RAWAT INAP

Lebih terperinci

DISEMINASI DAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (Studi Kasus: Kegiatan Iptekmas BBRP2BKP di Yogyakarta)

DISEMINASI DAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (Studi Kasus: Kegiatan Iptekmas BBRP2BKP di Yogyakarta) DISEMINASI DAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (Studi Kasus: Kegiatan Iptekmas BBRP2BKP di Yogyakarta) Christina Yuliaty, Freshty Yulia Arthatiani dan Zahri Nasution Peneliti pada Balai

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

Minggu-13. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (2)

Minggu-13. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (2) Product Knowledge and Price Concepts Minggu-13 Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (2) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email:

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN SEGMENTASI KESADARAN LINGKUNGAN KONSUMEN DAN PRODUSEN TERHADAP PRODUK BERKEMASAN

IDENTIFIKASI DAN SEGMENTASI KESADARAN LINGKUNGAN KONSUMEN DAN PRODUSEN TERHADAP PRODUK BERKEMASAN IDENTIFIKASI DAN SEGMENTASI KESADARAN LINGKUNGAN KONSUMEN DAN PRODUSEN TERHADAP PRODUK BERKEMASAN LAPORAN PENELITIAN Ketua Peneliti: Catharina B. Nawangpalupi, PhD. (NIK: 19970782) Anggota Peneliti: Frans

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan umum Daerah penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Munsalo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI INOVASI DALAM PENGOLAHAN KOPI MENJADI KOPI BUBUK (ground coffee) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Ulfa Inaswati 1) Aprollita 2) dan Idris

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MALANG

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MALANG No. Tujuan Sasaran Sasaran Kode RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MALANG 2011-2015 (Outcome) Capaian kinerja program kerangka penaan 1 Menjamin kepastian usaha dalam Peningkatan pemanfaatan Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka resmi Kementerian Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2012 luas kawasan hutan di Indonesia sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan pendapatan bagi keluarga, sehingga hutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG. kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi secara

I. LATAR BELAKANG. kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi secara I. LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi secara sistemik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan,yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus-menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik serta ciri khas masyarakatnya berdasarkan etnografisnya. Perbedaanperbedaan

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik serta ciri khas masyarakatnya berdasarkan etnografisnya. Perbedaanperbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas masyarakat yang hidup di desa khususnya yang berada di pinggiran hutan atau yang berbatasan langsung dengan alam lingkungan sangat bergantung sekali dengan

Lebih terperinci