HIDROGEOLOGI DAN POTENSI AIR TANAH UNTUK PERTANIAN DI DATARAN WAEAPU, PULAU BURU, MALUKU
|
|
- Liana Ida Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: HIDROGEOLOGI DAN POTENSI AIR TANAH UNTUK PERTANIAN DI DATARAN WAEAPU, PULAU BURU, MALUKU Taat Setiawan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Jl. Diponegoro 57 Bandung, taat_setia@yahoo.com Sari Dataran Waeapu terletak di bagian timur Pulau Buru merupakan daerah pertanian utama yang mendukung sektor pangan di wilayah Buru, Provinsi Maluku. Untuk mendukung sektor pertanian, air tanah masih diperlukan karena seluruh area pertanian di topang oleh irigasi air permukaan. Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan kondisi hidrogeologi dan potensi air tanah dengan melakukan pengamatan langsung dan pengukuran titik hidrogeologi, pemercontohan dan analisis hidrokimia, dan analisis data pengeboran air tanah. Hasil memperlihatkan bahwa daerah penelitian merupakan area luahan air tanah, baik tertekan maupun semitertekan. Akuifer tidak tertekan yang terdiri atas lempung pasiran, pasir, dan kerikil berada pada kedalaman m. Muka air tanah tertekan pada elevasi 0 36 masl dengan pola aliran relatif paralel dengan kontur topografi. Akuifer semitertekan dan tertekan terletak pada kedalaman lebih dari 30 m dengan ketebalan sekitar m. Akuifer terutama terdiri atas pasir lempungan, pasir, sampai pasir kerikilan yang di apit oleh lempung dan setempat oleh lempung pasiran. Air tanah tidak tertekan memiliki fasies Na- HCO 3 dan Ca-HCO 3, sedangkan akuifer tertekan memiliki fasies Na- HCO 3. Kuantitas akuifer semitertekan dan tertekan yang mempunyai koefisien transmisitas sekitar m 2 /hari menunjukkan potensi buruk sampai sedang sebagai sumber air irigasi, sementara kualitasnya menunjukkan risiko salinitas rendah hingga tinggi dan risiko sodium rendah. Untuk tanaman padi, kualitas air tanah dapat digunakan. Katakunci : kondisi hidrogeologi, potensi air tanah untuk irigasi, Pulau Buru. Abstract Waeapu plains located in the eastern part of Buru Island, is the main agricultural area supporting the food sector in the District of Buru, Maluku Province. To support the agriculture sector, groundwater is still needed because not all agricultural areas is covered by surface water irrigation. This research was carried out to determine the hydrogeological condition and groundwater potential by conducting direct observation and measurement of hydrogeological point interest, hydrochemical sampling and analysis, and groundwater drilling data analysis. The result show that the studied area is a groundwater discharge area, either unconfined, semiconfined, and confined aquifer. Unconfined aquifer composed of sandy clay, sand, and gravel lies at the depth of 3 40 mbgs. Watertableis lies at the elevation of 0 to 36 masl with the flow pattern relatively parallel to the topographic contours. Semiconfined and confined aquifers located at a depth of more than 30 m with the thickness of about 20 to 80 m. Aquifer is mainly composed of silty sand, sand, until pebbly sand flanked by clay and locally by sandy clay. Hydrogeochemical characteristics of unconfined aquifer indicated facies of Na - HCO 3 and Ca - HCO 3, whereas confined aquifer indicated facies of Na - HCO 3. The quantity of semiconfined and confined aquifers has coefficient of transmissivity about m 2 /day indicated poor to moderate potential for the source of irrigation water, while the quality has a low to high salinity hazard and low sodium hazard. For paddy plants, groundwater quality can still be utilized. Keywords: hydrogeological condition, groundwater irrigation potential, Buru Island. PENDAHULUAN Daerah penelitian terletak di Pulau Buru bagian timur dengan koordinat 126 o o 10 Bujur Timur dan 3 o 13 3 o 34 Lintang Selatan, dikelilingi oleh kompleks Pegunungan Wahlua dan pada bagian timur laut berbatasan langsung dengan Laut Banda (Gambar 1). Secara administratif, daerah ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, dengan ibu kota kabupaten berada di Namlea. Kabupaten Buru merupakan kabupaten yang relatif baru terbentuk di wilayah Provinsi Maluku dengan wilayah utama mencakup seluruh Pulau Buru beserta beberapa pulau kecil di sekelilingnya. Pembangunan di wilayah ini terus mengalami peningkatan, terutama sektor pertanian, perkebunan, dan pengembangan sumber daya kelautan. Dalam menunjang perkembangan di bidang pertanian, daerah dataran 13
2 Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku (Taat Setiawan) Waeapu dan sekitarnya merupakan daerah penghasil padi dan tanaman pertanian lainnya yang utama (Gambar 2). Daerah ini merupakan lokasi yang strategis karena memiliki jalan beraspal yang menghubungkannya dengan daerah Namlea sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan. Dalam menunjang sektor pertanian, peranan irigasi air tanah sangatlah penting dalam menjaga kelangsungan budidaya tanaman pangan, terutama padi, akibat air permukaan yang terbatas. Sebagai alternatif, pemanfaatan air tanah dilakukan dengan pembuatan beberapa sumur bor untuk menyuplai pengairan melalui penyadapan akuifer tertekan. Untuk mengetahui sejauh mana potensi air tanah, baik secara kuantitas maupun kualitas dilakukan penelitian tentang kondisi hidrogeologi dan potensi air tanah. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengukuran secara langsung terhadap obyek obyek hidrogeologi, seperti sumur gali, sumur bor, dan mata air, dan dengan menganalisis data sekunder, seperti karakteristik akuifer, data pemboran air tanah, dan lain sebagainya. Pengukuran secara langsung tersebut meliputi kedudukan muka air tanah, besarnya debit sumur bor, beberapa sifat fisika dan kimia air tanah, kondisi litologi, serta pengambilan percontoh air untuk analisis kimia air tanah di laboratorium. GEOLOGI Menurut Tjokosapoetro, drr. (1993), secara geologi daerah penelitian tersusun atas batuan berumur Kuarter berupa Endapan Undak dan Aluvium yang terdiri atas bongkah, kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Batuan dasar dari daerah penelitian adalah Kompleks Wahlua yang berumur Karbon Akhir sampai Perm Awal. Kompleks Wahlua tersebut tersusun atas sekis, filit, arkosa malih, kuarsit, dan pualam yang tersingkap pada daerah Pegunungan Wahlua yang mengelilingi daerah penelitian sekaligus sebagai daerah resapan air tanah (Gambar 3). HIDROGEOLOGI Keterdapatan Akuifer Daerah Waeapu dan sekitarnya secara hidrologis merupakan bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai Waeapu (DAS Waeapu) dengan luas sekitar km 2. Daerah ini memiliki hulu pada kompleks Pegunungan Wahlua dengan kisaran elevasi mdpl. Secara hidrogeologis, daerah Waeapu dan sekitarnya merupakan daerah lepasan air tanah (recharge area), baik tertekan, semi tertekan, maupun tidak tertekan. Air tanah tidak tertekan terletak pada level elevasi 0 36 mdpl dengan kedalaman muka air tanah rata-rata kurang dari 5 mbmt. Aliran air tanah tidak tertekan memiliki pola yang relatif sejajar dengan kontur topografi. Mulai bergerak dari daerah kaki perbukitan kemudian terakumulasi pada bagian tengah dataran, yaitu daerah Sungai Waeapu, lalu mengalir dengan arah relatif sama dengan air permukaan, yaitu ke arah timur laut (Gambar 4). Menurut Setiadi dan Setiawan (2007) menyebutkan bahwa air tanah tidak tertekan di sekitar Way Bini (bagian utara Dataran Waeapu) terdapat dalam akuifer dengan kedalaman antara 3 sampai 50 mbmt. Waeapu Gambar 1 : Lokasi penelitian, Wilayah Waeapu, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku 14
3 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: Gambar 2 : Hamparan tanaman padi di daerah Waeapu, Kabupaten Buru. Gambar 3 : Peta geologi daerah penelitian dan sekitarnya (Tjokosapoetro, drr., 1993). 15
4 Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku (Taat Setiawan) Gambar 4 : Peta pola aliran air tanah tidak tertekan daerah penelitian Air tanah tertekan dan semitertekan pada daerah penelitian teramati pada beberapa sumur bor untuk irigasi air tanah yang terdapat pada daerah Waekasar dan sekitarnya. Muka air tanah tertekan yang teramati pada beberapa sumur bor memiliki kedalaman relatif beragam, berkisar antara 3,5 mbmt sampai positif di atas muka tanah setempat (free flowing) atau yang dikenal dengan istilah muka air tanah artesis (Gambar 5). Hasil korelasi pada lima sumur bor untuk irigasi yang sudah tidak berfungsi lagi pada daerah Waekasar Waekerta menunjukkan karakter akuifer tertekan dan semitertekan berada pada kedalaman lebih dari 70 mbmt dengan ketebalan dapat mencapai sekitar 40 m (Gambar 6). Litologi dari akuifer tersebut berupa pasir lempungan, pasir, hingga pasir kerikilan yang diapit oleh lapisan kedap air (akuiklud) berupa lempung dan setempat berupa lapisan akuitar (semikedap air) berupa lempung pasiran. Pada kedalaman lebih besar dari 120 mbmt pada umumnya batuan bersifat kedap air berupa lempung dan setempat semikedap air berupa lempung pasiran. Gambar 5 : Muka air tanah artesis pada sumur bor di daerah Waekasar 16
5 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: Gambar 6 : Korelasi sumur bor pada daerah Waekasar Waekerta dan sekitarnya Data pengeboran air tanah di daerah Sanleko dan sekitarnya menunjukkan bahwa akuifer tertekan terdapat pada kedalaman 40 hingga 100 mbmt dengan ketebalan 20 hingga 25 m. Kelompok akuifer tersebut tergolong sebagai Akuifer Produktif dan hasil uji pemompaan yang dilakukan oleh Nippon Koei Co. Ltd. (1999) pada dua sumur bor menunjukkan nilai keterusan akuifer (Transmissivity = T) 170 dan 200 m 2 /hari, dengan kapasitas jenis 0,44 dan 1,39 l/detik/m. Hidrogeokimia Menurut Schwartz dan Zang (2003), mineral penyusun batuan akan terlarut dalam air membentuk ion ion terlarut. Ion ion tersebut dapat berupa kation (bermuatan positif) maupun anion (bermuatan negatif). Menurut Davis dan De Wiest (1967), kandungan kation yang umum terdapat pada hampir semua air di alam adalah natrium (Na + ), kalium (K + ), kalsium (Ca 2+ ), dan magnesium (Mg 2+ ), sedangkan kandungan anion antara lain klorida (Cl - ), sulfat (SO 4 2- ), dan bikarbonat (HCO 3 - ). Konsentrasi ion terlarut tersebut akan meningkat seiring dengan semakin panjangnya jarak tempuh yang dilalui aliran air tanah. Hasil analisis hidrokimia ion utama untuk lima percontoh air tanah tidak tertekan menunjukkan bahwa ion Na + merupakan kation yang dominan dengan kisaran 14 hingga 39 mg/l, - sedangkan ion HCO 3 merupakan anion yang dominan dengan kisaran 44,2 hingga 172 mg/l. Karakter yang sama juga terdapat pada percontoh air tanah tertekan yang mengandung kation Na mg/l dan anion HCO 3 64,4 280,6 mg/l (Tabel 1). Hasil interpretasi menggunakan diagram Piper (Walton, 1970) menunjukkan percontoh air tanah tidak tertekan memiliki fasies Na HCO 3 atau sodium bikarbonat (tiga percontoh) dan Ca HCO 3 atau kalsium bikarbonat (dua percontoh), sedangkan tiga percontoh air tanah tertekan memiliki fasies Na HCO 3 (Gambar 7). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar percontoh air memiliki fasies Na HCO 3, atau dengan kata lain air tanah di daerah penelitian didominasi oleh kandungan ion Na + dan HCO - 3. Kelimpahan ion Na + pada semua percontoh air tanah tertekan dan tiga dari lima contoh air tanah tidak tertekan kemungkinan berkaitan dengan proses pertukaran kation (cation exchange) antara Na + dengan Ca 2+ atau Mg 2+. Kecenderungan adsorpsi di antara kation utama pada sistem air alami menurut Sposito (1989) dalam Kehew (2001) adalah sebagai berikut : (teradsorpsi kuat) Ca 2+ > Mg 2+ > K + > Na + (teradsorpsi lemah) 17
6 0.0 1, , , , ,000.0 Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku (Taat Setiawan) Tabel 1. Kandungan Ion Utama Terlarut Lima Percontoh Air Tanah Tidak Tertekan dan Tiga percontoh Air Tanah Tertekan. Parameter Satuan Kode Contoh SG-51 SG-52 SG-57 SG-62 SG-63 SB-03 SB-48 SB-49 DHL µs/cm ph Kesadahan mg/l Ca 2+ mg/l Mg 2+ mg/l K + mg/l Na + mg/l HCO 3 - mg/l Cl - mg/l SO4 2- mg/l Na- Ca- Na- Ca- Na- Na- Na- Na- Fasies Air HCO 3 HCO 3 HCO 3 HCO 3 HCO 3 HCO 3 HCO 3 HCO 3 Diagram Piper Contoh Air Tanah Daerah Waeapu Dan sekitarnya Total Dissolved Solids (Parts Per Million) Sulfate (SO4) + Chloride (Cl) Calcium (Ca) + Magnesium (Mg) SG51 SG52 SG57 SG62 SG63 SB03 SB48 SB49 Magnesium (Mg) Mg SO Sodium (Na) + Potassium (K) Carbonate (CO3) + Bicarbonate (HCO3) Sulfate (SO4) Ca Na+K HCO 3+CO 3 Cl Calcium (Ca) Chloride (Cl) C A T I O N S %meq/l A N I O N S Gambar 7. Diagram Piper (Walton, 1970) contoh air tanah daerah penelitian. 18
7 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: Deret di atas memiliki arti ion Ca 2+ sangat mudah teradsorpsi dibanding dengan ion Na +. Ion Na + di alam secara umum terdapat pada permukaan material lempungan, sehingga air yang kaya akan Ca 2+ ketika melewati lapisan lempungan memiliki kecenderungan untuk teradsorpsi ke permukaan material lempung tersebut. Ion Na + akan dilepaskan dan terlarut dalam air, sehingga konsentrasi ion Na + dalam air meningkat. Ketebalan lapisan lempung di daerah penelitian relatif sangat tebal mengingat dataran alluvium waeapu merupakan material rombakan dari lapukan batuan metamorf Kompleks Wahlua seperti filit dan sekis. Air hujan dan air tanah pada daerah resapan (recharge area) secara umum memiliki fasies Ca HCO 3 (Kehew, 2001) dalam perjalanannya menuju zona yang lebih dalam, dan akan mengalami proses pertukaran kation. Pada daerah lepasan (discharge area) air tanah tertekan tersebut akan bergerak menuju permukaan bercampur dengan air tanah tidak tertekan. Hal tersebut akan menyebabkan air tanah tidak tertekan memiliki fasies yang sama dengan air tanah tertekan berupa Na-HCO 3, meskipun konsentrasi ion Na + pada air tanah tidak tertekan lebih rendah daripada air tanah tertekan. POTENSI AIR TANAH UNTUK IRIGASI Kuantitas Air Tanah Karakteristik kuantitas air tanah daerah penelitian di dapat dari uji pemompaan di daerah Sanleko, yaitu pada sumur bor TWWB-01 dan TWWB-02. Daerah tersebut merupakan daerah dataran Waeapu bagian utara yang berbatasan dengan kaki perbukitan (Gambar 4). Hasil uji pemompaan sumur bor TWWB 01 menunjukkan nilai keterusan atau transmisivitas (T) sebesar 170 m 2 /hari dengan debit jenis 1,39 l/dt/m, sedangkan pada sumur TWWB 02 menunjukkan nilai koefisien keterusan 200 m 2 /hari dengan debit jenis 0,44 l/dt/m. Data sumur bor menunjukkan bahwa total ketebalan akuifer yang disadap pada TWWB 01 adalah sekitar 30 m, sehingga besarnya konduktivitas hidrolika (K) sebesar 200m 2 /hari / 30m = 6,67 m/hari. Sementara pada sumur TWWB 02 menyadap akuifer setebal 25 m, sehingga besarnya nilai K adalah 170 m 2 /hari / 25 m = 6,8 m/hari. Konduktivitas hidrolika pada kedua lokasi tersebut memiliki karakter yang sama, sehinggga dirata rata harga K pada daerah penelitian adalah sebesar 6,74 m/hari yang menunjukkan litologi pasir sedang (Todd, 1980). Berdasarkan atas karakter dan sebaran akuifer yang sama atau hampir sama, maka karakteristik akuifer tersebut dapat digunakan untuk mendeduksi daerah penelitian lainnya. Daerah Waekerta Waekasar dan sekitarnya dengan posisi lebih ke arah tengah menunjukkan ketebalan akuifer semitertekan hingga tertekan berkisar antara 20 hingga 80 m, sehingga apabila seluruh ketebalan lapisan akuifer ini disadap maka akan menghasilkan koefisien keterusan sebesar m 2 /hari. Hal tersebut menunjukkan sangat beragamnya tingkat potensi atau kuantitas air tanah tertekan di daerah penelitian. Rentang harga koefisien keterusan yang berdasarkan atas standar yang dikeluarkan oleh US. Dept. of The Interior, 1977 (Tabel 2) menunjukkan potensi buruk hingga sedang karena berada pada rentang nilai transisivitas m 2 /hari. Kualitas Air Tanah Penggunaan air tanah untuk keperluan pertanian (irigasi) selain memerlukan kuantitas yang baik juga memerlukan kualitas air yang baik pula berkaitan dengan sensitivitas tanah dan tanaman jika terkena air. Untuk mengetahui tingkat kelayakan kualitas air untuk keperluan irigasi di daerah penelitian digunakan metode pendekatan berdasarkan hubungan antara nilai Sodium Adsorption Ratio (SAR) yang bertindak sebagai sodium (alkali) hazard (resiko sodium) dengan daya hantar listrik (DHL) yang bertindak sebagai salinity hazard (risiko salinitas). Digunakannya metode pendekatan seperti tersebut di atas karena kandungan sodium dan salinitas air sangat berpengaruh, baik terhadap sifat fisik tanah maupun terhadap tanaman. Menurut Ayres dan Westcot (1976), penggunaan air dengan harga SAR yang tinggi akan memudahkan rusaknya struktur fisik tanah. Sodium yang terserap akan merusak partikel tanah, karena tanah menjadi keras dan kompak ketika kering dan meningkatkan kekedapan tanah terhadap infiltrasi air. Air dengan salinitas tinggi dapat bertindak sebagai racun pada tanaman karena tingginya salinitas akan menyebabkan akar tanaman sulit menyerap air. Harga SAR didapatkan dengan rumus sebagai berikut : SAR Na ( Ca Mg) 2 Konsentrasi ion Na, Ca, dan Mg pada persamaan di atas adalah dalam satuan epm (meq/l). Nilai SAR dan DHL masing masing percontoh air kemudian diplot pada Diagram Wilcox, yang dikelompokkan sebagai berikut ; 19
8 Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku (Taat Setiawan) Tabel 2 : Potensi air bawah tanah berdasarkan niai transmisivitas dan penggunaannya (US. Dept. Of The Interior, 1977). Transmisivitas (m 2 /hari) Klasifikasi Penggunaan Untuk Irigasi < 50 Sangat Buruk Buruk Sedang Baik > Sangat Baik Kelas C1 S1 : Klasifikasi sangat baik Kelas C2 S1 dan C2 S2 : Klasifikasi baik Kelas C3 S1 dan C3 S2 : Klasifikasi diperbolehkan Kelas C4 S1, dan C4 S2 : Klasifikasi meragukan Kelas C4 S3, C3 S4, dan C4 S4 : Klasifikasi tidak layak Analisis besarnya nilai SAR dan harga DHL pada contoh air tanah baik pada akuifer tidak tertekan maupun tertekan pada Diagram Wilcox di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 8 dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. SG-51 SG-52 SB-03 SG-62 SG-63 SB-48 SB-49 Gambar 8 : Diagram Wilcox (Ayres dan Westcot, 1976) contoh air tanah daerah penelitian 20
9 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: Tabel 3 : Klasifikasi Kualitas Air Tanah Berdasarkan Penggunannya untuk Pertanian di Daerah Penelitian. No. Kode Contoh Klasifikasi Keterangan 1 SG-51 C1 S1 Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik) 2 SG-52 C1 S1 Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik) 3 SG-57 C1 S1 Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik) 4 SG-62 C1 S1 Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik) 5 SG-63 C2 S1 Risiko salinitas menengah dan resiko sodium yang rendah (baik) 6 SB-03 C1 S1 Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik) 7 SB-48 C2 S1 8 SB-49 C3 S1 Risiko salinitas menengah dan resiko sodium yang rendah (baik) Risiko salinitas tinggi dan resiko sodium rendah (diperbolehkan) Klasifikasi air untuk irigasi seperti di atas menunjukkan bahwa air tanah dangkal pada umumnya memiliki kualitas air tanah yang sangat baik dengan risiko salinitas dan sodium yang rendah. Karakter kualitas air untuk air tanah tertekan menunjukkan sifat yang bervariasi, yaitu dari diperbolehkan (risiko salinitas tinggi dan risiko sodium rendah) hingga sangat baik. Jaringan irigasi air tanah pada daerah penelitian secara umum menyadap pada akuifer tertekan dan semitertekan. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak mengganggu sistem akuifer tidak tertekan yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk kebutuhan domestik melalui pembuatan sumur gali atau sumur pantek. Dalam kaitannya dengan kualitas air tanah tertekan, faktor kendala yang dihadapi adalah masalah risiko salinitas yang akan menyebabkan turunnya produktivitas panen untuk tanaman tertentu. Menurut Ayers & Wetscot (1976) tanaman buncis, wortel, selada, bawang, dan lobak akan menurun produktiviasnya jika DHL air lebih dari 900 µsm/cm, sedangkan tanaman padi lebih bersifat toleran sampai dengan 2000 µsm/cm. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa untuk padi sebagai tanaman utama, kualitas air tanah masih memenuhi syarat untuk keperluan irigasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Secara hidrogeologis daerah penelitian merupakan daerah luahan air tanah, baik air tanah tidak tertekan, semitertekan, maupun tertekan. Akuifer tidak tertekan tersusun atas pasir lempungan, pasir, hingga kerikil berada pada kedalaman 3 40 mbmt dengan muka air tanah terletak pada elevasi 0 hingga 36 mdpl. Akuifer semitertekan dan tertekan berada pada kedalaman lebih dari 30 mbmt dengan ketebalan sekitar 20 hingga 80 m. Akuifer tersebut terutama tersusun atas pasir lempungan, pasir, hingga pasir kerikilan yang diapit oleh lempung dan setempat oleh lempung pasiran. Hidrogeokimia air tanah tidak tertekan memiliki fasies Na HCO 3 dan Ca HCO 3, sedangkan air tanah tertekan memiliki fasies Na HCO 3 yang menunjukkan adanya proses pertukaran kation selama proses perjalanan dari daerah resapan hingga daerah luahan. Akuifer tertekan dan semi tertekan memiliki konduktivitas hidrolika sekitar 6,74 m/hari yang menunjukkan litologi pasir sedang dengan nilai koefisien keterusan sebesar m 2 /hari. Hal tersebut menunjukkan kuantitas air tanah untuk irigasi di daerah penelitian memiliki kategori buruk hingga sedang. Dilihat dari segi kualitas, air tanah untuk irigasi menunjukkan risiko salinitas rendah hingga tinggi dan risiko sodium rendah. Untuk tanaman padi, kualitas air tanah tersebut masih dapat dimanfaatkan karena belum mengganggu produktivitasnya, namun beberapa tanaman sayuran yang sensitif akan mulai terganggu produktivitasnya. Saran Pemanfaatan air tanah untuk irigasi memerlukan debit pemompaan yang relatif besar. Sebagai gambaran, untuk mengairi sawah dengan luas 8 25 ha memerlukan sistim debit pemompaan air tanah sekitar l/dt. Meskipun kuantitas dan kualitas air tanah di daerah penelitian masih memungkinkan untuk keperluan irigasi atau pertanian, namun perlu dipikirkan alternatif penggantinya, yaitu dengan memanfatkan air permukaan. 21
10 Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku (Taat Setiawan) Hal tersebut berguna untuk menghindari terjadinya kerusakan air tanah di daerah penelitian mengingat perbaikan kerusakan air tanah memerlukan biaya yang sangat mahal. Alternatif air permukaan sangat memungkinkan mengingat Sungai Waeapu merupakan sungai permanen dengan debit aliran relatif besar. Ucapan Terimakasih : penulis sampaikan kepada Ir. Hendri Setiadi, Post Grad. Dipl dan rekan rekan tim Pemetaan Hidrogeologi Skala 1 : Lembar 2512 Namlea, Maluku atas kerjasamanya dalam pelaksanaan survei lapangan. Terimakasih juga disampaikan kepada panitia PIT IAGI ke 39 yang telah memberi kesempatan untuk mempresentasikan makalah ini. ACUAN Ayres, R.S. and Westcot, D.W., Water Quality for Agriculture Irrigation and Drainage, Paper No.29. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Davis, S. N., dan De Wiest, R. J. M., Hydrogeology, 1 st ed., John Wiley and Sons, New York, 463 h. Kehew, A. E., 2001, Applied Chemical Hydrogeology, Prentice Hall, New Jersey, 368 h. Nippon Koei co. ltd, Justification Study of Buru Island, Groundwater Irrigation Subproject, Small Scale Irrigation Management Project Phase III, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, tidak dipublikasikan. Schwartz, F. W., dan Zhang, H., Fundamentals of Groundwater, John Wiley & Sons, New York, 583 h. Setiadi, H., dan Setiawan, T., Pemetaan Hidrogeologi Skala 1 : Lembar 2512 Namlea, Maluku, Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Departemen ESDM, Bandung. Tjokosapoetro, S., Budhistira, T., dan Rusmana, E., Geologi Lembar Buru, Maluku, skala 1 : , Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Departemen Pertambangan & Energi, Bandung. Todd, D.K., Groundwater Hydrology, Second Edition, University of California, Berkeley, John Wiley & Sons, New York, 535 h. U.S. Departement of Interior, Groundwater Manual, First Edition, United States Government Printing Office, Washington. Walton, W. C., Groundwater Resource Evaluation, 1 st edition, Mc Graw Hill, Kogakusha, Tokyo 22
STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH
STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH T 553.79 BAS Daerah penelitian terletak di bagian selatan Propinsi Jawa Tengah, termasuk dalam rangkaian Pegunungan Serayu Selatan dan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1 KESIMPULAN 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. - Kedalaman airtanah pada daerah penelitian berkisar antara 0-7 m dari permukaan. - Elevasi muka airtanah pada daerah
Lebih terperinciBuletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1-8
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1-8 KAJIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH BANDUNG-SOREANG TAHUN 2007-2009 (STUDY ON
Lebih terperinciPROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
HIDROGEOLOGI PANTAI GLAGAH-PANTAI CONGOT, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA Wahyu Wilopo*, Farma Dyva Ferardi Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan kondisi geologi regional termasuk dalam Dataran Alluvial Jawa Bagian
Lebih terperinciKondisi air tanah untuk irigasi di Kabupaten Sumbawa Barat
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 3 No. 1 April 12: 21 Kondisi air tanah untuk irigasi di Kabupaten Sumbawa Barat Condition of groundwater for irrigation in West Sumbawa Regency Bethy C. Matahelumual
Lebih terperinciKUALITAS AIR TANAH UNTUK IRIGASI DI DTA RAWA PENING
KUALITAS AIR TANAH UNTUK IRIGASI DI DTA RAWA PENING Alvian Febry Anggana dan Ugro Hari Murtiono Peneliti Pertama pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Kemen
Lebih terperinciKIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH
KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANGTEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH Syera Afita Ratna *, Doni Prakasa Eka Putra, I Wayan Warmada Penulis Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas
PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian
Lebih terperinciPOTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA
POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPenentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat 1 Ahmad Komarudin, 2 Yunus Ashari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah
Lebih terperinciANALISIS KEBERADAAN DAN KETERSEDIAAN AIR TANAH BERDASARKAN PETA HIDROGEOLOGI DAN CEKUNGAN AIR TANAH DI KOTA MAGELANG
Vol 1, No.2 2017 p. 01-08 ANALISIS KEBERADAAN DAN KETERSEDIAAN AIR TANAH BERDASARKAN PETA HIDROGEOLOGI DAN CEKUNGAN AIR TANAH DI KOTA MAGELANG Puji Pratiknyo Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta
Lebih terperinciModel Hydrogeology for Conservation Zone in Jatinangor using Physical and Chemical Characteristic of Groundwater
Model Hydrogeology for Conservation Zone in Jatinangor using Physical and Chemical Characteristic of Groundwater Abstract Jatinangor district is located at foot of Manglayang Mountain. The growth of population
Lebih terperinciPENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kebutuhan pada jaman modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun kebutuhan bagi industri
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.
No.190, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR:
Lebih terperinciBAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI
BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO KAJIAN GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN KARAKTERISTIK HIDROKIMIA AIRTANAH UNTUK PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KABUPATEN DONGGALA (Studi kasus: Sumur BOR SD 108 Sidera, SD 110 Solowe
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv SARI...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiv BAB I. PENDAHULUAN...1 I.1. Latar belakang...1
Lebih terperinci1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi
1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan
Lebih terperinciStudi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer
Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer Hertalina Kilay 1,a) dan Acep Purqon 2,b) 1 Program Studi Magister Sains Komputasi, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS
Lebih terperinciDELINEASI KELURUSAN MORFOLOGI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN ZONA POTENSI RESAPAN MATA AIR KARS DI DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) DELINEASI KELURUSAN MORFOLOGI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN ZONA POTENSI RESAPAN MATA AIR KARS DI DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH Taat
Lebih terperinciPENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM :
PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS Oleh HOBBY PARHUSIP NIM : 250 99 049 MAGISTER TEKNIK SIPIL PENGUTAMAAN REKAYASA SUMBERDAYA AIR PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR
BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume
Lebih terperinciSTUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH
STUDI KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PEMOMPAAN DI KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH Putranto, T.T. *, M. Imam A.W., Dian A.W. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro JL. Prof.
Lebih terperinciGEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN
GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN
4 BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Deskripsi ABT (Air Bawah Tanah) Keberadaan ABT (Air Bawah Tanah) sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah.
Lebih terperinciAplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar
Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar JUITA HARIANJA R. SUYARTO*) I WAYAN NUARSA Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana JL. PB
Lebih terperinciProses hidrogeokimia pengontrol salinitas air tanah tidak tertekan di utara Cekungan Air Tanah Jakarta
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 1 April 2014: 39 51 Proses hidrogeokimia pengontrol salinitas air tanah tidak tertekan di utara Cekungan Air Tanah Jakarta Hydrogeochemical process as
Lebih terperinciPENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER
PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER Muhammad Hafis 1, Juandi 2, Gengky Moriza 3 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bantarkawung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian selatan. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap di sebelah
Lebih terperinciANALISIS HIDROKIMIA UNTUK INTERPRETASI SISTEM HIDROGEOLOGI DAERAH KARS
ANALISIS HIDROKIMIA UNTUK INTERPRETASI SISTEM HIDROGEOLOGI DAERAH KARS Taat Setiawan, Deny Juanda P., Budi Brahmantyo, dan D. Erwin Irawan Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, DESDM, Jln. Diponegoro
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar
68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Airtanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mataair yang muncul di permukaan tanah. Peranan airtanah
Lebih terperinciCyclus hydrogeology
Hydrogeology Cyclus hydrogeology Siklus hidrogeologi Geohidrologi Secara definitif dapat dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja kerangka batuan dan air tanah. Dalam prosesnya, studi
Lebih terperinci), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian.
1. Apa yang dimaksud dengan gas metana batubara (Coal Bed Methane) Gas metana batubara (Coal Bed Methane) adalah suatu gas alam yang terperangkap di dalam lapisan batubara (coal seam). Gas metana ini bisa
Lebih terperinciPROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG
PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG Puji Pratiknyo Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
Lebih terperinciTugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).
Lebih terperinciPemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut
Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Penelitian Terhadap Airtanah Dangkal di Desa Bantan Tua, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau Dewandra Bagus Eka Putra 1, Yuniarti
Lebih terperinciINTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI
INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI Lastiar Sinaga dan Alkhafi M. Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi (Soemarto, 1987; Bisri, 1991). Air tanah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu air tanah dangkal
Lebih terperinciJurnal APLIKASI ISSN X
Volume 3, Nomor 1, Agustus 2007 Jurnal APLIKASI Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Pasuruan Sukobar Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: sukobar@ce.its.ac.id ABSTRAK Identifikasi Potensi Sumber
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Umum Sekitar Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung selatan Sumatra, yang mana bagian selatan di batasi oleh Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian geokimia airtanah merupakan salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan, karena dari penelitian ini dapat diketahui kualitas airtanah.
Lebih terperinciGroundwater Quality Assesment of Unconfined Aquifer System for Suitable Drinking Determination at Northern Jakarta Groundwater Basin
Groundwater Quality Assesment of Unconfined Aquifer System for Suitable Drinking Determination at Northern Jakarta Groundwater Basin Tantowi Eko Prayogi Faizal Abdillah Janner Rahmat Nababan Enda Mora
Lebih terperinciPOTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)
POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI Zeffitni *) Abstrak : Potensi airtanah pada setiap satuan hidromorfologi dan hidrogeologi ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup masyarakat dengan penggunaan tertinggi urutan ketiga setelah bahan bakar minyak dan gas. Kebutuhan energi listrik
Lebih terperinciGEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
GEOMETRI AKUIFER BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK DAN SUMUR PEMBORAN DI DAERAH JASINGA, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Febriwan Mohamad, Undang Mardiana, Yuyun Yuniardi, M. Kurniawan Alfadli
Lebih terperinciZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH
ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH Thomas Triadi Putranto 1* Dian Agus Widiarso 1 Muhammad Irfa Udin 1 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Jalan Prof.
Lebih terperinciGEJALA INTRUSI AIR LAUT DI DAERAH PESISIR PADELEGAN, PADEMAWU DAN SEKITARNYA
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan Volume 9, No. 2, Oktober 2016 ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online) GEJALA INTRUSI AIR LAUT DI DAERAH PESISIR PADELEGAN, PADEMAWU DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).
Lebih terperinciANALISA KUANTITAS DAN KUALITAS AIRTANAH DI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI
ANALISA KUANTITAS DAN KUALITAS AIRTANAH DI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI Putu Ratih Wijayanti 1, Moh. Sholichin 2, Dian Sisinggih 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan Universitas
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
STUDI KUALITAS AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Hendro Murtianto thiyan_cakep@yahoo.com Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Jl. Setiabudi
Lebih terperinciIffatul Izza Siftianida 1, Agus Budhie Wijatna 1 dan Bungkus Pratikno 2 ABSTRAK ABSTRACT
Aplikasi Isotop Alam untuk Pendugaan Daerah Resapan Air Mata (Iffatul Izza Siftianida, dkk.) Aplikasi Isotop Alam untuk Pendugaan Daerah Resapan Air Mata Application of Natural Isotopes for Water Catchment
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh: RADEN MUHAMMAD NUH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Geologi
GEOLOGI DAN STUDI KUALITAS AIR TANAH BERDASARKAN ANALISIS HIDROKIMIA, DAERAH GIRIWUNGU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PANGGANG, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Oleh: RADEN
Lebih terperinciKUALITAS AIR IRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMAPULUH KABUPATEN
KUALITAS AIR IRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMAPULUH KABUPATEN BATUBARA Ivan Liharma Sinaga 1*, Jamilah 2, Mukhlis 2 1 Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permen ESDM No.2 tahun 2017, tentang Cekungan Airtanah di Indonesia, daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT), didefinisikan sebagai suatu wilayah
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR
KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR (Studi Kasus di Pulau Koral Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) Ahmad Cahyadi 1,2,
Lebih terperinciJLBG. JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards
JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-issn: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: jlbg_geo@yahoo.com - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg
Lebih terperinci12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN
Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Definisi Water Treatment (Pengolahan Air) Suatu proses/bentuk pengolahan
Lebih terperinciSeminar Nasional ke-ii FTG Universitas Padjadjaran. Yudhi Listiawan, Bombom Rahmat Suganda, Nursiyam Barkah, Cipta Endyana
Kajian Potensi Intrusi Air Laut Berdasarkan Karakteristik Hidrokimia Airtanah Di Daerah Karangwuni Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Provinsi D.I Yogyakarta Yudhi Listiawan, Bombom Rahmat Suganda,
Lebih terperinciKAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL. Arlin Irmaningdiah
KAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL Arlin Irmaningdiah arlinirma@gmail.com Langgeng Wahyu Santosa langgengw@ugm.ac.id Abstract This research aims to
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tahun 2020 mendatang (Nihon Suido, Nippon Koei Co. Ltd dan KRI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Makassar merupakan salah satu kota pesisir di Indonesia yang saat ini mengalami perkembangan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kota seluas
Lebih terperinciLAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sumberdaya
Lebih terperinciPENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH
PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH Oleh : Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat,EkoPujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIRTANAH BERDASARKAN BENTUKLAHAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Dwi Nila Wahyuningsih
KAJIAN KUALITAS AIRTANAH BERDASARKAN BENTUKLAHAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Dwi Nila Wahyuningsih dwinila.dn@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama setyapurna@geo.ugm.ac.id Abstract The aims of this
Lebih terperinciPEMETAAN SEBARAN AIR TANAH ASIN PADA AQUIFER DALAM DI WILAYAH SEMARANG BAWAH
PEMETAAN SEBARAN AIR TANAH ASIN PADA AQUIFER DALAM DI WILAYAH SEMARANG BAWAH M. Irham N 1, Reyfana T Achmad 1 Sugeng Widodo 2 1). Jurusan Fisika FMIPA UNDIP 2). PS Kelautan FPIK UNDIP ABSTRACT A research
Lebih terperinciSIFAT KIMIA AIRTANAH DI WILAYAH KELURAHAN CEMOROKANDANG KOTA MALANG
Siswoyo, dkk., Sifat Kimia Airtanah di Wilayah Kelurahan Cemorokandang Kota Malang 13 SIFAT KIMIA AIRTANAH DI WILAYAH KELURAHAN CEMOROKANDANG KOTA MALANG Hari Siswoyo 1, M. Bisri 1, Moh. Sholichin 1, Emma
Lebih terperinciKualitas air untuk pertanian: : Agar tidak merusak tanaman dan tanah Drainase : Agar tidak mencemari lingkungan Eutrofikasi Jadi sebelum dan sesudah
KUALITAS AIR Kualitas air untuk pertanian: Irigasi : Agar tidak merusak tanaman dan tanah Drainase : Agar tidak mencemari lingkungan Eutrofikasi Jadi sebelum dan sesudah memasuki areal pertanian, kualitas
Lebih terperinciBAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA
BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Pada Tahun 2008, tim dari kelompok penelitian Program Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, melakukan penyelidikan geokimia pada daerah lapangan panas bumi Tambu. Penyelidikan
Lebih terperinciJurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol. 20(1):35 41 ISSN
ISSN 0853-7291 Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik Resistiviti Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten Kendal, Privinsi Jawa Tengah Sugeng Widada*, Alfi Satriadi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM
PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERTANYAAN?? Apakah karst di daerah penelitian telah berkembang secara hidrologi dan mempunyai simpanan air
Lebih terperinciBerkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5 Analisis Geometri Akuifer Dangkal Mengunakan Metode Seismik Bias Reciprocal Hawkins (Studi Kasus Endapan Alluvial Daerah Sioux Park,
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Heru Hendrayana 1* Rezha Ramadhika 2 1,2 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK
BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK Tujuan utama dari pemanfaatan air tanah adalah sebagai cadangan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciWeek 4. Struktur Geologi dalam Hidrogeologi. (Geological structure in hydrogeology)
Week 4 Struktur Geologi dalam Hidrogeologi (Geological structure in hydrogeology) Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi, air yang berada di wilayah jenuh di bawah air permukaan tanah secara global, kira-kira sejumlah 1,3 1,4 milyard km3 air: 97,5 % adalah airlaut 1,75 % berbentuk
Lebih terperinciPenaksiran Kesesuaian Kualitas Airtanah untuk Irigasi di Sebagian Mata Air Kabupaten Rembang
Penaksiran Kesesuaian Kualitas Airtanah untuk Irigasi di Sebagian Mata Air Kabupaten Rembang Sembodo Noviandaru Suhana Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lebih terperinciPenyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar
Standar Nasional Indonesia Penyelidikan potensi air tanah skala 1:100.000 atau lebih besar ICS 13.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,
Lebih terperinciDera Yornanda*, Juandi M
ANALISIS DISTRIBUSI PARAMETER FISIS AIR BAWAH TANAH PADA PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN PABRIK KARET PT. P&P BANGKINANG KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU Dera Yornanda*, Juandi M Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah
Lebih terperinciGENESIS AIR TANAH ASIN/PAYAU DI DAERAH PARANGTRITIS DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 143-154 GENESIS AIR TANAH ASIN/PAYAU DI DAERAH PARANGTRITIS DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta
KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR Chabibul Mifta bibul.mifta@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Discharge measurements and analyzing
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI SEBAGIAN KECAMATAN KLATEN TENGAH, KABUPATEN KLATEN
KAJIAN PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI SEBAGIAN KECAMATAN KLATEN TENGAH, KABUPATEN KLATEN Muhammad Rifqi G. I muhammad.rifqi.g.i@mail.ugm.ac.id Sudarmadji sudarmadji@geo.ugm.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cekungan airtanah Karanganyar - Boyolali merupakan salah satu cekungan airtanah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Luas cekungan ini menurut Keppres No.26 Tahun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak, Luas dan Batas wilayah Secara administratif, wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan)
Lebih terperinciRustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia
IDENTIFIKASI AKUIFER AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA OU KECAMATAN SOJOL IDENTIFICATION GROUNDWATER AQUIFERS METHOD USING GEOELECTRIC DISTRICT IN THE VILLAGE OU SOJOL Rustan Efendi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEDALAMAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN STUDI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH DUSUN SILUK II, IMOGIRI
IDENTIFIKASI KEDALAMAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN STUDI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH DUSUN SILUK II, IMOGIRI Faid Muhlis 1*, Risca Listyaningrum 1, Robby Septiana P 1,
Lebih terperinciKarakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat
Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat Raras Endah, Boy Yoseph, Emi Sukiyah, Taat Setiawan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi
Lebih terperinci