Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984). Kualitas air yang kurang baik dan tercemar akan memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan. Pencemaran airtanah adalah menurunnya kualitas airtanah yang disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia (Todd, 1980), yang secara garis besar diakibatkan oleh sampah rumah tangga, limbah industri dan zatzat kimia sisa pemupukan pada kegiatan petanian yang melebihi dosis. Pengecekan atau pemeriksaan pergerakan airtanah pada akuifer bebas dan kadar pencemar dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap sumur yang ada (sumur bor, sumur gali atau sumur penduduk) pada daerah tersebut. Pengamatan umumnya dilakukan dengan cara pengukuran muka airtanah dan pengambilan sampel untuk menguji lebih lanjut berapa besar kadar pencemar yang terdapat pada daerah tersebut. Dari hasil pengukuran muka airtanah diperoleh kontur yang menggambarkan morfologi permukaan airtanah serta alirannya. Hasil pemeriksaan sampel di laboratorium juga dapat dibuat kontur sehingga dapat diketahui daerah yang paling banyak kadar pencemarnya dan aliran dari pencemaran. Pencemaran airtanah yang dapat mempengaruhi lingkungan dikendalikan oleh delapan faktor yaitu: 1. Mobilitas elemen pencemar (berupa padatan, cairan atau gas) 2. Temperatur 3. Tekanan 4. Kondisi tanah dan batuan 5. Waktu kontak antara airtanah dengan daerah sekelilingnya Sterra B Cornelia 72

2 6. Panjang dan luasnya aliran air 7. Jumlah dan distribusi ion-ion dalam batuan 8. Kondisi kualitas air awal Cairan lindi yang bercampur dengan airtanah berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam rangka menghilangkan perbedaan energi yang dimilikinya. Cairan lindi ditemukan di dasar TPA sampah dan merembes ke arah lapisan tanah di bawahnya. Ketika cairan lindi merembes melalui lapisan tanah yang mendasarinya, banyak unsur kimia dan biologi yang semula ada padanya akan dilepaskan melalui penyaringan dan penyerapan ke lapisan tanah yang ada di sekitarnya, dimana tingkat penyaringan dan penyerapan ini bergantung dari karakteristik tanah (Cummins, 1972). Secara geologis, jenis tanah di bekas TPA Pasir Impun adalah tersusun atas batupasir tufaan sehinga memungkinkan untuk terjadi rembesan dari bekas TPA Pasir Impun ke daerah di sekitarnya. Meskipun bekas TPA Pasir Impun sudah tidak beroperasi lagi, tetapi dampaknya terhadap pencemaran tanah dan airtanah masih akan timbul. Hal ini disebabkan karena timbunan sampah yang ada masih menghasilkan cairan lindi sampai beberapa waktu lamanya (Soemirat, 1999). Bentuk dan besarnya plume (penyebaran leachate) tergantung pada konsentrasi pencemar, jenis aliran airtanah. Untuk pencemar yang memiliki konsentrasi tinggi dan memiliki aliran airtanah yang bergerak cepat akan memberikan bentuk plume yang besar dan luas. Dari model yang dibuat dengan Software Modflow diperoleh bentuk 3 dimensi dari topografi daerah penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran aliran airtanah seperti yang dapat dilihat pada gambar 44. Adapun gambaran arah kecepatan aliran airtanah adalah sebagai berikut: Sterra B Cornelia 73

3 Gambar 43. Topografi dan Tiap Lapisan dari Daerah Penelitian Gambar 44. Arah Kecepatan Aliran Airtanah pada Lapisan Pertama Sterra B Cornelia 74

4 5.2 Pemodelan 2 dan 3 Dimensi Dari hasil penyelidikan di lapangan diperoleh data-data yang dapat disimpulkan bahwa aliran airtanah bergerak ke arah selatan dan tenggara dari bekas TPA Pasir Impun. Dalam pemodelan yang dilakukan dengan menggunakan modflow didapatkan bahwa aliran airtanah bergerak ke arah selatan dan tenggara dari bekas TPA Pasir Impun mengikuti pola aliran airtanah bebas yang bergerak searah topografi yang cenderung miring ke masing-masing arah tersebut dengan besar kemiringan lereng yang berbeda-beda. Kemiringan lereng ke arah timur dan selatan cenderung lebih terjal sekitar 8,6 menyebabkan arah aliran airtanah bergerak menuju ke arah tenggara dan selatan dari lokasi TPA, sedangkan ke arah selatan kemiringan lereng hanya sekitar 4,5 yang menyebabkan adanya aliran airtanah bergerak ke arah selatan dan barat daya dari TPA. Dalam pemodelan dengan menggunakan modflow dilakukan pemodelan terhadap data lapangan dari TDS, Pb dan Fe 2+. Model yang dibuat memiliki lima lapisan yang dapat dilihat pada tabel 5. Untuk model TDS yang dihasilkan dapat dilihat arah aliran airtanah mengikuti pola aliran airtanah bebas yang bergerak searah dengan topografi karena penyebaran TDS mengarah sesuai dengan arah aliran airtanah yaitu ke arah selatan dan timur dari lokasi TPA. Penyebaran TDS juga akan semakin rendah atau menurun kadarnya dari lapisan pertama ke lapisan kelima. Penurunan kandungan TDS yang terjadi pada setiap lapisan pada tahun pertama adalah sebagai berikut: Sterra B Cornelia 75

5 Gambar 45. Penyebaran Kontaminan TDS pada Lapisan Pertama Gambar 46. Penyebaran Kontaminan TDS pada Lapisan Kedua Sterra B Cornelia 76

6 Gambar 47. Penyebaran Kontaminan TDS pada Lapisan Ketiga Gambar 48. Penyebaran Kontaminan TDS pada Lapisan Keempat Sterra B Cornelia 77

7 Gambar 49. Penyebaran Kontaminan TDS pada Lapisan Kelima Penurunan kandungan TDS di tiap lapisan dikarenakan nilai porositas dan konduktivitas hidrolik dari tiap lapisan yang berbeda. Dimana nilai porositas dan konduktivitas hidrolik lapisan pertama cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan lapisan yang lain sehingga dengan sangat mudah akan dapat melewatkan kontaminan. Sedangkan untuk lapisan kedua yang terdiri dari lempung lanauan tentunya memiliki nilai porositas efektif dan konduktivitas hidrolik yang rendah sehingga akan memperlambat proses penyerapan kontaminan ke dalam lapisan ini. Hal ini juga menyebabkan kandungan kontaminan pada lapisan ketiga sampai lapisan kelima rendah apabila dibandingkan dengan lapisan pertama. Perbedaan yang sangat signifikan terjadi pada lapisan kandungan kontaminan pada lapisan keempat dan kelima, dikarenakan ketebalan lapisan keempat yang sangat tebal yaitu 12,8 m dan juga jenis batuan pada lapisan empat adalah andesit dimana umumnya andesit memiliki porositas efektif yang kecil. Sterra B Cornelia 78

8 Adanya pengaruh dari porositas dan konduktivitas hidrolik batuan terhadap penyerapan kontaminan juga diperlihatkan pada model dari Pb dan Fe 2+. Pola penyerapan batuan terhadap kedua logam berat tersebut juga sama. Setelah melakukan pemodelan terhadap Pb dan Fe 2+ diperoleh keduanya kontaminan ini mengalir mengikuti arah aliran airtanah. Penurunan kadar penyebaran Pb (timbal) pada tahun pertama dari tiap lapisan adalah sebagai berikut: Gambar 50. Penyebaran Kontaminan Timbal (Pb) pada Lapisan Pertama Sterra B Cornelia 79

9 Gambar 51. Penyebaran Kontaminan Timbal (Pb) pada Lapisan Kedua Gambar 52. Penyebaran Kontaminan Timbal (Pb) pada Lapisan Ketiga Sterra B Cornelia 80

10 Gambar 53. Penyebaran Kontaminan Timbal (Pb) pada Lapisan Keempat Gambar 54. Penyebaran Kontaminan Timbal (Pb) pada Lapisan Kelima Sterra B Cornelia 81

11 Penurunan kadar penyebaran Fe 2+ (besi) dari tiap lapisan pada tahun pertama adalah sebagai berikut: Gambar 55. Penyebaran Kontaminan Besi (Fe 2+ ) pada Lapisan Pertama Gambar 56. Penyebaran Kontaminan Besi (Fe 2+ ) pada Lapisan Kedua Sterra B Cornelia 82

12 Gambar 57. Penyebaran Kontaminan Besi (Fe 2+ ) pada Lapisan Ketiga Gambar 58. Penyebaran Kontaminan Besi (Fe 2+ ) pada Lapisan Keempat Sterra B Cornelia 83

13 Gambar 59. Penyebaran Kontaminan Besi (Fe 2+ ) pada Lapisan Kelima Pada pemodelan kontaminan TDS (total dissolved solid), Timbal (Pb) dan Besi (Fe 2+ ) di atas dapat dilihat bahwa penyebaran kontaminan yang dimunculkan pada tiap lapisan adalah pada tahun pertama hal ini dikarenakan pada tahun pertama kontaminan baik TDS, timbal maupun besi mulai membahayakan warga sekitar dengan kata lain mulai merambah (mencapai) ke permukiman terdekat karena kadar ketiga kontaminan tersebut telah berada di atas standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tentunya penyebaran ini sesuai dengan arah aliran airtanah sehingga hanya mengarah ke arah selatan dan tenggara dari lokasi bekas TPA Pasir Impun. Pemodelan yang dilakukan di atas juga dengan mengasumsikan bahwa timbal dan besi yang dengan bentuk ion akan sangat terlarut dalam air sehingga model yang dihasilkan pun memiliki bentuk yang hampir sama dengan TDS atau total zat terlarut. Namun terjadi perbedaan pola penyebaran pada Pb dan Fe 2+ bila dilihat dari hasil uji laboratorium yang dilakukan. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sterra B Cornelia 84

14 Adanya nilai koefisien dispersi juga mempengaruhi pola penyebaran dari kontaminan. Semakin besar nilai koefisien dispersi maka penyebaran kontaminan akan semakin besar. Koefisien dispersi horisontal umumnya lebih besar dari pada nilai koefisien dispersi vertikal, karena nilai koefisien dispersi vertikal umumnya memiliki nilai sekitar 10 % - 30 % dari nilai koefisien. Hal ini dimaksudkan untuk dapat melihat nilai penyebaran secara horisontal atau lateral (Domenico dan Schwartz, 1990). Nilai koefisien dispersi yang digunakan dalam pemodelan diambil dari literatur sehingga diperoleh nilai koefisien vertikal sebesar 0,01 dan nilai koefisien dispersi horizontal adalah 0,1. Penentuan nilai tersebut didasarkan pada persamaan kondisi dalam hal ini litologi atau jenis batuannya. Dapat dikatakan bahwa adanya nilai koefisien dispersi berpengaruh terhadap penyebaran kontaminan karena dari pemodelan yang pernah dibuat dengan memasukan nilai koefisien horisontal yang lebih besar diperoleh penyebaran kontaminan yang lebih luas dan akan terjadi hal sebaliknya semakin kecil nilai koefisien dispersi yang diberikan maka penyebaran kontaminan akan semakin sempit atau kecil. 5.3 Analisis Kimia Pengujian sifat fisik dan sifat kimia seperti TDS, DHL, Eh, ph dan DO dilakukan terhadap masing-masing sampel seperti dapat dilihat hasil pengukurannya pada tabel 3. Untuk parameter TDS dan DHL dari hasil pengukuran di plot ke dalam grafik untuk mengetahui hubungan keduanya. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki hubungan yang berbanding lurus, dimana semakin besar nilai TDS maka nilai DHL akan semakin besar dan semakin kecil nilai TDS maka nilai DHL akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori dimana daya hantar listrik (DHL) dari air akan bertambah besar bila terdapat banyak zat yang terlarut di dalam air khususnya unsur-unsur yang memiliki sifat sebagai konduktor. Sterra B Cornelia 85

15 Grafik Hubungan TDS dan DHL DHL(uS/cm) y = x R 2 = TDS (mg/l) Gambar 60. Grafik Hubungan TDS dan DHL Selain data TDS dan DHL yang dapat dilihat hubungannya, dari nilai Eh dan ph juga dapat ditentukan apakah air di daerah penelitian termasuk dalam kondisi tereduksi atau teroksidasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 61 yang merupakan hasil plotting dari data hasil pengujian Eh dan ph dari masing-masing sampel. Untuk melihat titik batas reduksi atau oksidasinya dapat dilihat pada gambar 19. Setelah dibandingkan dengan diagram Eh-pH pada gambar 19 dapat disimpulkan bahwa kondisi air dari daerah penelitian termasuk dalam kondisi normal atau stabil dengan 11 titik sampel airnya mengalami reduksi atau memiliki nilai Eh negatif (di bawah 0) dan yang mengalami oksidasi atau memiliki nilai Eh positif berjumlah 26 sampel. Grafik Hubungan Eh dan ph Eh (V) y = x R 2 = ph Gambar 61. Grafik Hubungan Eh dan ph Sterra B Cornelia 86

16 SG SG SG-03 SG SG-05 SG-04 SG SG SG SG PETA TOPOGRAFI BEKAS TPA PASIR IMPUN LEGENDA SKALA UTARA 1 : m GARIS KONTUR TOPOGRAFI SG GARIS KONTUR MAT TITIK SAMPEL BATAS BEKAS TPA PASIR IMPUN ZONA TENGGARA ATAU TIMUR SG ZONA SELATAN ZONA BARAT DAYA ZONA BARAT LAUT ZONA TIMUR LAUT SG SG SG ZONA BARAT ZONA TITIK SAMPEL TERJAUH INTERVAL KONTUR = 2.5 M Gambar 62. Pembagian Zona pada Daerah Penelitian Untuk pembahasan dilakukan pembagian zona berdasarkan arah atau letak pengambilan sampel terhadap lokasi bekas TPA Pasir Impun. Dalam analisis nilai TDS (Total Dissolved Solid) dipakai sebagai salah satu tolak ukur ketercemaran airtanah. Daerah pengambilan sampel dapat dibagi ke dalam beberapa zona yaitu zona tenggara atau timur, zona selatan, zona barat daya, zona barat, zona timur laut, dan zona barat laut. Untuk zona tenggara atau timur yang terdiri dari nilai maksimum TDS adalah 689 mg/l pada dan nilai TDS minimum adalah 180 mg/l pada SG-08. Sterra B Cornelia 87

17 Pengambilan sampel pada zona ini adalah 11 sampel, dimana nilai rata-rata yang diperoleh cukup besar karena adanya titik sampel yang memiliki nilai TDS yang sangat besar yaitu pada titik yang terletak masih dalam lingkungan TPA, sedangkan 10 titik yang lain memiliki nilai TDS bahkan di bawah nilai rata-rata yang dihasilkan. Titik sampel minimum yaitu SG-08 juga memiliki nilai TDS yang kecil dikarenakan letaknya yang paling jauh dari sumber pencemar pada zona ini. Di zona selatan dari tujuh sampel yang diambil, nilai TDS maksimum adalah pada SG-13 sebesar 290 mg/l dan nilai TDS minimum pada SG-10 sebesar 90 mg/l. Zona barat daya lokasi bekas TPA yang hanya didasarkan pada empat titik pengambilan sampel pada zona ini nilai TDS maksimum adalah sebesar 180 mg/l yang dimiliki oleh. Pada zona barat diambil empat sampel yang menghasilkan nilai TDS maksimum sebesar 240 mg/l pada dan TDS minimum pada sebesar 120 mg/l. Pada zona timur laut hanya diambil satu sampel pada yang memiliki nilai TDS sebesar 210 mg/l. Zona barat laut menunjukan nilai TDS maksimum pada sebesar 180 mg/l dan nilai TDS minimum pada SG-21 sebesar 90 mg/l. Pengambilan sampel juga dilakukan pada daerah yang cukup jauh dari TPA namun masih dalam satu kawasan jalan Pasir Impun, diambil empat sampel yang menghasilkan nilai TDS maksimum sebesar 487 mg/l pada SG-2 dan TDS minimum pada SG-4 sebesar 142 mg/l. Pengambilan empat sampel tersebut dimaksudkan untuk melihat penyebaran yang terjadi apakah cukup luas atau tidak. Hal ini dapat disebabkan karena aliran airtanah yang mengarah ke arah barat daya tidak memiliki kecepatan aliran seperti ke arah tenggara atau timur dan selatan. Kecepatan aliran yang tidak sama dapat diakibatkan karena perbedaaan kemiringan topografi dan jarak maupun letak sungai seperti Sungai Cisaraten terletak di timur TPA. Dari nilai rata-rata TDS berdasarkan arahnya dapat dilihat bahwa yang paling besar adalah pada arah barat daya jauh. Meskipun tergolong paling besar namun nilai TDS tersebut masih di bawah standar pemerintah sehingga dapat dianggap tidak tercemar. Sterra B Cornelia 88

18 Setelah arah barat daya jauh yang mengindikasikan pencemaran terbesar dalam hal ini dilihat dari nilai TDS-nya adalah zona tenggara atau timur dan selatan masing-masing sebesar 280,8 mg/l dan 180 mg/l, hal ini dapat dikarenakan adanya pergerakan dari pencemar yang terlarut dalam airtanah mengalir menuju ke arah topografi yang lebih rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aliran pencemar dan airtanah mengikuti arah aliran airtanah bebas regional. Karena TPA Pasir Impun sudah tidak beroperasi lagi maka pencemar yang dihasilkan tidak sebesar waktu masih beroperasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan hasil penelitian dilakukan sekarang dengan yang pernah dilakukan pada tahun Nilai TDS dari 37 sampel yang diambil setelah dirata-rata hanya menghasilkan 202,1 mg/l sedangkan bila dibandingkan dengan nilai TDS yang pernah dilakukan sekitar lima tahun yang lalu dengan jumlah 30 sampel menghasilkan nilai rata-rata sebesar 548 mg/l. Dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai TDS sekarang dengan nilai TDS pada lima tahun yang lalu dikarenakan pada lima tahun yang lalu 30 sampel yang diambil sudah termasuk didalamnya sampel yang berasal dari sumur gas pada sumur ini tentu saja nilai TDS-nya sangat besar karena letaknya langsung berada di TPA dan berfungsi untuk mengalirkan gas-gas beracun dari TPA, sedangkan pengambilan sampel yang dilakukan sekarang hanya mengambil dari sumur warga dan dari satu sumur pantau karena pada bekas TPA Pasir Impun sumur gas yang dulu ada sekarang sudah terkubur sehingga tidak dapat dilakukan sampling. Hal ini menyebabkan nilai TDS yang dihasilkan tidak terlalu besar karena hanya mengambil sampel di daerah sekitar TPA. Sedangkan apabila nilai TDS dari sampel yang diambil 5 tahun lalu dilakukan tanpa mengambil sampel yang diperoleh dari sumur gas maka akan menghasilkan nilai rata-rata sebesar 183,4 mg/l. Bila dibandingkan dengan nilai rata-rata dari sampel tahun ini maka nilai TDS 5 tahun lalu lebih kecil. Dapat dijelaskan bahwa selama tahun 2002 sampei 2007 terjadi peningkatan curah hujan di daerah penelitian hal ini dapat dilihat pada tabel 7 yang mencantumkan data curah hujan selama 6 tahun terakhir. Pengambilan data curah hujan diambil dari tahun 2002 guna membandingkan hasil penelitian yang dilakukan tahun 2002 dengan Sterra B Cornelia 89

19 mengasumsikan data curah hujan yang dipakai pada pemodelan tahun 2002 adalah adalah data curah hujan tahun Perbedaan kandungan mineral terlarut dapat juga disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan di tempat penelitian contohnya adalah pada tahun 2002 kolam leachate masih dapat ditemukan dan masih berisikan air leachate yang berasal dari TPA, namun pada tahun 2007 kolam leachate ditemukan dalam keadaan kosong menurut warga sekitar kolam leachate dijebolkan warga dengan alasan menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap. Hal ini menyebabkan data dari kolam leachate yang merupakan data yang dapat menjadi anomali tidak bisa diperoleh. Dari 37 sampel yang diambil di daerah penelitian kemudian dilakukan pengambilan 10 sampel untuk dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap beberapa parameter baik fisik, kimia dan kimia oraganik. Adapun 10 sampel yang akan dipakai untuk diujikan di laboratorium merupakan sampel yang ditentukan dan diambil berdasarkan letaknya terhadap lokasi bekas TPA Pasir Impun. Kedudukan dan hasil dari tiap sampel dapat dilihat pada tabel 9. Karena arah aliran airtanah telah diketahui maka dapat ditentukan sampel yang letaknya paling representatif karena sesuai dengan arah aliran airtanah di lokasi penelitian. Tabel 9. Kedudukan dan Hasil Pengujian TDS Sampel yang Diujikan di Laboratorium Air, Teknik Lingkungan ITB Sumur North East TDS Standar Baku Mutu mg/l 1000 mg/l SG mg/l 1000 mg/l SG mg/l 1000 mg/l mg/l 1000 mg/l mg/l 1000 mg/l SG ,4 mg/l 1000 mg/l mg/l 1000 mg/l ,5 mg/l 1000 mg/l Sterra B Cornelia 90

20 Sumur North East TDS Standar Baku Mutu ,3 mg/l 1000 mg/l ,9 mg/l 1000 mg/l Jenis pengukuran atau uji yang dilakukan terhadap sampel yang telah diambil adalah uji kelayakan air untuk menjadi air minum atau dapat dikonsumsi dan uji logam berat, dalam hal ini logam berat yang diujikan adalah timbal (Pb) dan besi (Fe 2+ ). Sampel air diuji kelayakannya untuk menjadi air minum karena pada daerah penelitian terdapat cukup banyak sumur gali, namun hampir semua warga harus membeli air untuk dikonsumsi karena ada kekuatiran bahwa sumur airtanah yang mereka miliki tidak layak untuk dikonsumsi atau diminum. Hal ini diketahui dari keterangan yang dikumpulkan dari tiap pemilik sumur sampel. Warga cenderung masih tetap mengeluh tentang keberadaan TPA di wilayah mereka. Karena walaupun sudah tidak beroperasi lagi namun proses pembuatan kompos masih tetap berlangsung dan selama pengambilan sampel dilakukan di daerah penelitian masih dapat dilihat adanya truk-truk sampah yang masih aktif mengangkut kompos dari lokasi TPA ke luar. Dari hasil pengukuran Timbal (Pb) yang dilakukan di laboratorium didapati hasil seperti yang dapat dilihat pada tabel 10. Dari hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa pada sumur atau lokasi pengambilan sampel yang letaknya searah dengan arah aliran airtanah yaitu arah tenggara dan selatan TPA kandungan Pb lebih kecil dibandingkan sumur yang letaknya di arah barat dan barat daya. Hal ini disebabkan karena pada arah tenggara dan selatan bekas TPA merupakan lokasi penimbunan sampah sehingga pelapisan liner atau lapisan kedap air sebagai pembatas antara lapisan sampah yang satu dengan yang lain akan dilakukan lebih intensif atau lebih teliti untuk menghindari terjadi pencemaran ke permukiman penduduk yang letaknya sangat dekat dengan lokasi bekas TPA Pasir Impun. Sedangkan pada arah barat daya dan barat bekas TPA merupakan lokasi kantor dan tempat parkir truk sampah sehingga daerah ini cenderung tidak intensif Sterra B Cornelia 91

21 pemberian lapisan kedap air. Karena adanya penumpukan sampah maka lokasi TPA yang dulunya berupa lembah sekarang telah menjadi seperti bukit yang lebih tinggi dari lokasi di sekitarnya kecuali arah utara yang memang lebih tinggi topografinya daripada lokasi bekas TPA. Hal inilah yang menyebabkan penyebaran pencemar akan bergerak ke arah yang lebih rendah sesuai dengan arah aliran airtanah. Selain itu keberadaan unsur Pb dalam sampel yang diambil juga dapat dijelaskan dari mobilitas Pb yang kurang mobile sehingga akan sulit untuk mengalami pelindian. Keberadaan Pb yang sekarang disebabkan oleh adanya proses pengendapan selama bertahun-tahun dan karena adanya adsorpsi Pb oleh lempung. Sehingga sesuai dengan teori bahwa mobilitas unsur dapat dipengaruhi oleh kelarutan unsur dan secondary trapping (adsorpsi oleh lempung). Tabel 10. Hasil Pengukuran Timbal di Laboratorium Air, Teknik Lingkungan ITB North East Timbal (Pb) Sumur Standar Baku Mutu ,05 mg/l 0,01 mg/l ,07 mg/l SG-02 0,01 mg/l ,05 mg/l SG-04 0,01 mg/l ,05 mg/l 0,01 mg/l ,05 mg/l 0,01 mg/l ,05 mg/l SG-10 0,01 mg/l ,08 mg/l 0,01 mg/l ,04 mg/l 0,01 mg/l ,0099 mg/l 0,01 mg/l ,09 mg/l 0,01 mg/l Keterangan: adalah yang memiliki kandungan Pb di atas nilai baku mutu 0,01 mg/l Fe merupakan salah satu logam berat yang esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Fe yang dipilih untuk diujikan karena keberadaanya yang sangat mudah larut dalam air khususnya dalam bentuk Fe 2+. Tabel 11 merupakan hasil pengujian Fe 2+ yang dilakukan di laboratorium. Sterra B Cornelia 92

22 Tabel 11. Hasil Pengukuran Besi Fe 2+ di Laboratorium Air, Teknik Lingkungan ITB North East Besi (Fe 2+ ) Sumur Standar Baku Mutu ,01 mg/l 0,3 mg/l ,025 mg/l SG-02 0,3 mg/l ,025 mg/l SG-04 0,3 mg/l ,046 mg/l 0,3 mg/l ,056 mg/l 0,3 mg/l ,154 mg/l SG-10 0,3 mg/l ,088 mg/l 0,3 mg/l ,046 mg/l 0,3 mg/l ,014 mg/l 0,3 mg/l ,363 mg/l 0,3 mg/l Keterangan: adalah yang memiliki kandungan Fe 2+ di atas nilai baku mutu 0,3 mg/l Dilakukan pengukuran Fe 2+ (dalam bentuk ion) untuk tujuan memudahkan pada waktu melakukan pemodelan karena apabila dihitung nilai Fe total maka dalam pemodelan dengan menggunakan Software Modflow harus memakai aturan bahwa Fe total termasuk dalam partikel. Fe berbeda dengan Pb yang dapat terserap oleh lapisan kedap air. Fe merupakan unsur yang mobile karenanya hasil yang ditunjukan oleh pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah hanya 2 titik sampel yang menunjukan anomali Fe 2+ di atas nilai baku mutu. Pencemaran Fe 2+ dari hasi pengujian di laboratorium hanya terdapat pada sampel yang berada dalam lokasi TPA yaitu pada titik dan yang berada pada arah barat TPA pada titik. Hal ini dapat disebabkan oleh mobilitas Fe 2+ dan sifat kelarutan dalam air yang besar sehingga pada daerah selatan dan timur dari lokasi TPA yang cenderung menyebabkan aliran airtanah cenderung lebih cepat pada daerah tersebut bila dibandingkan dengan daerah sebelah barat TPA yang cenderung lebih landai. Selain itu juga kecepatan airtanah diperkirakan semakin besar karena pengambilan data dilakukan pada bulan November yang merupakan musim penghujan. Adanya air hujan mengindikasikan adanya proses infiltrasi ke Sterra B Cornelia 93

23 dalam airtanah sehingga mendesak keberadaan kontaminan untuk bergerak meresap ke bawah atau mengalir ke arah head yang lebih kecil nilainya. Data pencemaran seperti yang ada pada tabel 10 dan 11 dapat dikatakan pencemaran cukup kecil hal ini karena bekas TPA Pasir Impun merupakan TPA pertama di Indonesia yang menggunakan sistem sanitary landfill, sejauh ini sistem tersebut dianggap yang terbaik di Indonesia namun dalam kenyataannya masih saja ditemukan adanya pencemaran yang terjadi di sekitar lokasi TPA. Hal ini dapat dikarenakan sistem sanitary landfill yang diterapkan oleh TPA Pasir Impun masih belum maksimum ataupun optimal. Bila dibandingkan dengan prosedur atau aturan yang seharusnya dilakukan dalam sistem sanitary landfill maka diperoleh sedikit kekurangan pada TPA Pasir Impun. Contohnya adalah jarak antar TPA Pasir Impun dan permukiman warga sangat dekat hanya berjarak beberapa meter, saluran leachate dari TPA ke kolam leachate tidak dilindungi secara baik, pipa gas yang dibuat untuk mengeluarkan gas-gas beracun dari TPA telah terkubur, hal ini dapat menyebabkan adanya pencampuran gas-gas tesebut ke dalam airtanah. Sistem liner yang dilakukan masih belum diketahui kualitas kekedapannya karena selain lempung masih ditambahkan dengan tanah. 5.4 Perbandingan Model dan Data di Lapangan Dari data yang diperoleh di lapangan yaitu dari 33 sampel untuk konsentrasi TDS dan masing-masing 10 smpel untuk konsentrasi Pb dan Fe 2+, dan hasil modeling dengan menggunakan Software Modflow dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki hasil yang sama dalam arah aliran airtanah. Sedangkan untuk menghasilkan kandungan kontaminan seperti yang terdapat di lapangan saat ini, dari hasil modeling Software Modflow dibutuhkan sekitar 8 tahun. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan karena pengambilan data dilakukan pada tahun 2007 sehingga bila dihitung dari tahun ditutupnya TPA Pasir Impun pada tahun 1999 maka selisih hingga tahun 2007 adalah 8 tahun. Adanya sedikit perbedaan Sterra B Cornelia 94

24 dikarenakan kemungkinan penambahan dari sumber lain dan perubahan kondisi hidrogelogi di lapangan. Gambar 63. Perbandingan TDS di Lapangan dan Model Hasil Run Software Tabel 12. Perbandingan Konsentrasi TDS berdasarkan Data di Lapangan dan Data Hasil Pemodelan Titik Sampel Satuan Data Lapangan Data Hasil Pemodelan mg/l SG-02 mg/l SG-04 mg/l mg/l mg/l SG-10 mg/l mg/l mg/l 210 < 100 mg/l 130 < 100 mg/l 120 <100 Sterra B Cornelia 95

25 Gambar 64. Perbandingan Besi di Lapangan dan Model Hasil Run Software Gambar 65. Perbandingan Timbal di Lapangan dan Model Hasil Run Software Sterra B Cornelia 96

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak diinginkan karena dianggap tidak berguna lagi. Sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga maupun dari

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pemodelan Plume Pencemaran Air Tanah Bebas dengan Menggunakan Software Visual Modflow di TPA Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kabupaten Bandung Provinsi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian...

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR PETA... xii INTISARI...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan klasifikasi Mendel (1980) sistem hidrogeologi daerah penelitian adalah sistem akifer volkanik. Pada sistem akifer volkanik ini batuan segar yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014 M1O-01 MENGENALI INTERAKSI AIR SUNGAI DAN AIR TANAH, SERTA ANALISIS HUBUNGAN SIFAT KIMIA DAN FISIK AIR MELALUI METODA GRAFIK (ANALISIS NILAI R 2 ) DALAM PENYELESAIAN MASALAH KEKURANGAN AIR BERSIH WARGA

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anderson, Mary P. and Woessner, William W., Applied Groundwter Modeling, Academic Press, Inc, San Diego, California, 1992

DAFTAR PUSTAKA. Anderson, Mary P. and Woessner, William W., Applied Groundwter Modeling, Academic Press, Inc, San Diego, California, 1992 Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat DAFTAR PUSTAKA Anderson, Mary P. and Woessner, William W., Applied

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Air yang dimaksud adalah air tawar atau air bersih yang akan secara langsung dapat dipakai di kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

B-100. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN : X Yogyakarta, 11 Desember 2010

B-100. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN : X Yogyakarta, 11 Desember 2010 PEMODELAN PENYEBARAN AIR LINDI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENIMBUNAN SAMPAH SEMENTARA DI TAMBAKBOYO, SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Tedy Agung Cahyadi Staf Pengajar, Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai akibat dari perkembangan penduduk, wilayah pemukiman, dan fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2 dengan jumlah penduduk yang mencapai 3.890.757 jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara umum airtanah merupakan sumber air yang sangat baik digunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari, karena airtanah lebih aman dibandingkan dengan air permukaan.

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISIS KIMIA AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MODFLOW DI DAERAH BEKAS TPA PASIR IMPUN BANDUNG, JAWA BARAT

PEMODELAN DAN ANALISIS KIMIA AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MODFLOW DI DAERAH BEKAS TPA PASIR IMPUN BANDUNG, JAWA BARAT PEMODELAN DAN ANALISIS KIMIA AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MODFLOW DI DAERAH BEKAS TPA PASIR IMPUN BANDUNG, JAWA BARAT HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Lebih terperinci

KUALITAS AIRTANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BANJARAN DESA BANJARAN KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

KUALITAS AIRTANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BANJARAN DESA BANJARAN KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA KUALITAS AIRTANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BANJARAN DESA BANJARAN KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km 2, dan memiliki panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air bersih tentunya sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Permasalahan air bersih memang permasalahan yang sangat kompleks untuk saat ini, dengan padatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi, air sangat penting bagi pemeliharaan bentuk kehidupan. Tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

Penulis menyadari bahwa skripsi yang dibuat ini masih banyak kekurangannya,

Penulis menyadari bahwa skripsi yang dibuat ini masih banyak kekurangannya, KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi dengan judul Kajian Pengaruh Penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci, sanitasi, transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Desa Ilohungayo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan sumber air tawar, sehingga timbul masalah pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus mendapat penanganan dan pengolahan sehingga tidak menimbulkan dampak yang membahayakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

Kajian TDS dan DHL Untuk Menentukan Tingkat Pencemaran Air Tanah Dangkal di Sekitar Lokasi TPA Leuwigajah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

Kajian TDS dan DHL Untuk Menentukan Tingkat Pencemaran Air Tanah Dangkal di Sekitar Lokasi TPA Leuwigajah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 24606499 Kajian TDS dan DHL Untuk Menentukan Tingkat Pencemaran Air Tanah Dangkal di Sekitar Lokasi TPA Leuwigajah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat 1 Vivi Sofiah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bengkel, rumah sakit, pasar, perusahaan berpotensi besar menghasilkan limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. bengkel, rumah sakit, pasar, perusahaan berpotensi besar menghasilkan limbah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini sampah masih menjadi permasalah utama di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Bertambahnya populasi penduduk dan aktifitasnya meningkatkan pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Seluruh metabolisme dalam tubuh berlangsung dalam media air. Air didalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR Dievy Prastika Putri 1 Sri Cahyo Wahyono 1 Tetti Novalina Manik 1 Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR PETA...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

Identifikasi Polutan Dalam Air Permukaan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang

Identifikasi Polutan Dalam Air Permukaan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang Identifikasi Polutan Dalam Air Permukaan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang Arif Budiman, Jernih Wati Zendrato Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH Thomas Triadi Putranto 1* Dian Agus Widiarso 1 Muhammad Irfa Udin 1 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Jalan Prof.

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

Lebih terperinci

INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI

INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI Lastiar Sinaga dan Alkhafi M. Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, pendekatan wilayah merupakan alternatif lain dari pendekatan sektoral yang keduanya bisa saling melengkapi. Kelebihan pendekatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, sehingga keberadaan air dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan untuk menjaga keberlangsungan hidup

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 PENYEBARAN POTENSI AIR TANAH DANGKAL UNTUK KEBUTUHAN AIR BERSIH BERDASARKAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR PESISIR TELUK KENDARI Irawati 1), Firdaus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui

Lebih terperinci

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda pemenuhannya. Manusia membutuhkan air, terutama untuk minum. Ketersediaan air didunia ini begitu melimpah, namun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam tubuh makhluk hidup baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

Available online  Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Jurnal Einstein 2 (3) (2014): 33-40 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sungai

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan. Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan

Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan. Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan 5 Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan 5 Lampiran 2. Lokasi pengambilan titik sampel 51 Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan 51 No. Lokasi

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan TEMU ILMIAH IPLBI 26 Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan Evelin Novitasari (), Edelbertha Dalores Da Cunha (2), Candra Dwiratna Wulandari (3) () Program Kreativitas Mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen

Lebih terperinci

Groundwater Quality Assesment of Unconfined Aquifer System for Suitable Drinking Determination at Northern Jakarta Groundwater Basin

Groundwater Quality Assesment of Unconfined Aquifer System for Suitable Drinking Determination at Northern Jakarta Groundwater Basin Groundwater Quality Assesment of Unconfined Aquifer System for Suitable Drinking Determination at Northern Jakarta Groundwater Basin Tantowi Eko Prayogi Faizal Abdillah Janner Rahmat Nababan Enda Mora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Kota Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom Baru (DOB) yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci