BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian."

Hendri Budiman
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1 KESIMPULAN 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. - Kedalaman airtanah pada daerah penelitian berkisar antara 0-7 m dari permukaan. - Elevasi muka airtanah pada daerah penelitian berkisar antara mdpl. - Terdapat dua pola pergerakan airtanah, yaitu Pola Aliran Airtanah I dengan pola pergerakan air dari arah timur ke barat dan Pola Aliran Airtanah II. 2. Sifat fisika-kimia dan tipe kimia airtanah di daerah penelitian. - Temperatur Temperatur airtanah dangkal berkisar antara 23,7 C hingga 32,2 C dengan temperatur rata-rata 28,13 C. Kenaikan temperatur airtanah dangkal searah Pola Aliran Airtanah I. Temperatur airtanah dalam berkisar 24,5 C hingga 35,1 C dengan temperatur rata-rata 28,52 C. Airtanah dalam mengalami peningkatan temperatur pada bagian tengah daerah penelitian dari arah timur laut dan baratdaya. 124

2 - ph ph airtanah dangkal bersifat asam ph berkisar antara 4,2 hingga 7,4. Penurunan tingkat keasaman airtanah mengikuti Pola Aliran Airtanah I dan II. ph airtanah dalam cendrung bersifat basa dengan ph berkisar antara 6-8,5. - Daya hantar listrik (DHL) Airtanah dangkal pada daerah penelitian tergolong airtanah tawar dengan nilai DHL μs/cm. Nilai DHL airtanah dangkal semakin tinggi searah dengan Pola Aliran Airtanah I dan II. Airtanah dalam pada daerah penelitian menunjukkan airtanah tawar dengan nilai DHL berkisar antara μs/cm dimana tidak menunjukkan pola distribusi tertentu. Tipe kimia airtanah daerah penelitian: - Metode Klasifikasi Kurlov Terdapat 6 tipe airtanah, yaitu Alkali-Bikarbonat, Alkali-Kalsium- Bikarbonat, Kalsium-Alkali-Bikarbonat, Magnesium-Alkali- Bikarbonat, Alkali-Magnesium-Bikarbonat, dan Alkali-Bikarbonat- Klorida. - Metode Diagram Stiff Terdapat 3 tipe airtanah, yaitu Alkali-Bikarbonat, Kalsium- Bikarbonat, dan Magnesium-Bikarbonat. 125

3 - Metode Diagram Trilinear Piper Terdapat 2 tipe airtanah, yaitu Alkali-Bikarbonat, dan Kalsium- Natrium-Bikarbonat. 3. Hubungan litologi akuifer dengan komposisi kimia airtanah. - Formasi Warukin Ion HCO₃ berasal dari air hujan dan pelarutan mineral siderit serta material karbonat penyusun batupasir. Ion Na + berasal dari pelarutan mineral andesine dan glaukonit pada batupasir serta mineral smektit pada batulempung. Ion Mg 2+ berasal dari pelarutan mineral glaukonit pada batupasir dan mineral hornlenda dan smektit pada batulempung. Ion Ca 2+ berasal dari pelarutan mineral andesine pada batupasir dan mineral smektit pada batulempung. - Formasi Dahor Ion Na + berasal dari pelarutan mineral andesine dan mineral lempung pada batupasir serta andesine pada batuan konglomerat. Ion HCO₃ berasal dari air hujan dan pelarutan mineral dolomit pada batulanau. Ion Mg 2+ berasal dari pelarutan mineral dolomit pada batulanau. 4. Keterkaitan hidraulika antara airtanah dangkal, airtanah dalam, dan mata air. 126

4 - Diagram fingerprint Formasi Warukin terdiri dari 3 sistem akuifer, yaitu Sistem Akuifer A (B.1/SG/23), B (A/MA/01 dan A/MA/02), dan C (A/SG/04). Terdapat keterkaitan hidraulika antara mata air (A/MA/01 dan A/MA/02) dan airtanah dangkal (A/SG/04) pada Formasi Warukin. Formasi Dahor terdiri dari 4 sistem akuifer, yaitu Sistem Akuifer D (B.1/SG/19), E (A/SG/76, B.1/SG/01, B.1/SB/05, dan B.1/SB/11), F (B.1/SG/06) dan G (B.1/SB/04, B.1/SB/09, B.1/SB/12 dan B.2/SB/01). Terdapat keterkaitan hidraulika antara airtanah dalam dan airtanah dangkal pada Formasi Dahor. Terdapat keterkaitan hidraulika antara mata air pada Formasi Warukin dan airtanah dalam pada Formasi Dahor. - Diagram komposisi Sistem akuifer B dan C pada Formasi Warukin menunjukkan adanya percampuran. Sistem Akuifer E dan Sistem Akuifer G pada Formasi Dahor menunjukkan adanya percampuran. Terdapat keterkaitan hidraulika antara Sistem Akuifer B dan C pada Formasi Warukin dengan Sistem Akuifer E dan G pada Formasi Dahor. 127

5 VII.2 SARAN Penulis menyadari dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, baik bersifat teknis maupun non teknis. Untuk itu penulis mengajukan saran antara lain sebagai berikut. 1. Pengambilan data dilakukan pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan pengambilan data pada musim hujan sebagai pembanding. 2. Keberadaan singkapan cukup sulit untuk ditemui sehingga conto batuan yang diambil kurang mewakili keseluruhan litologi yang terdapat pada masing-masing formasi. Sehingga jika dilakukan penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan coring untuk mendapatkan batuan yang lebih representatif. 3. Sampel airtanah yang diambil masih terlalu sedikit dibandingkan luas area penelitian sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel pada lokasi lain sehingga lebih menggambarkan kondisi geokimia daerah penelitian. Pengujian sampel sebisa mungkin dilakukan di laboratorium yang memiliki output analisis yang baik dan berada di sekitar daerah penelitian untuk mengurangi risiko perubahan komposisi kimia dan output analisis yang buruk. 128

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi