SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) Oleh: Arinta Dewi Komalasari Asmadi Alsa FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005

2 NASKAH PUBLIKASI SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Asmadi Alsa, Dr., SU

3 SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN YANG MENGGUNAKAN TIPE PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN SKS (SATUAN KREDIT SEMESTER) Arinta Dewi Komalasari Asmadi Alsa INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik perbedaan self reguted learning pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester). Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaaan kemampuan self regulated learning pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester), dimana mahasiswa dengan tipe pembelajaran PBL memiliki self regulated learning yang lebih baik dibandingkan dengan tipe pembelajaran SKS. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UII dan UMY angkatan 2003, yang terdiri dari 63 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY dan 37 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Self Regulated Learning yang mengacu pada aspek / komponen yang dikemukakan oleh Zimmerman (1989). Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS versi Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji-t. Hasil analisis data berdasarkan Uji-t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang menggunakan tipe pembelajaran PBL dan SKS (t = 1,073 ; p > 0,05). Kata kunci : self regulated learning (SRL), PBL, SKS

4 Latar Belakang Masalah Proses menempuh pendidikan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan lembaga pendidikan sebelumnya, dimana materi belajar yang diberikan pada mahasiswa lebih luas dan kompleks dibandingkan materi pelajaran yang diberikan di sekolah menengah. Gie (1979) mengatakan bahwa cara belajar yang baik sangat mendukung seseorang untuk berhasil dalam studi, namun terkadang mahasiswa mengalami kesukaran dalam mengatur pemakaian waktu belajar, selain itu kebanyakan mahasiswa melakukan aktifitas belajar secara santai. Tidak jarang mahasiswa yang hanya tampak sibuk menjelang ujian dan belajar secara SKS (sistem kebut semalam). Mereka juga sering terlambat kuliah bahkan ada yang jarang masuk, ketika diberikan tugas oleh dosen dikerjakan menjelang akhir masa pengumpulan, mencari catatan menjelang ujian, kesibukan organisasi, kurangnya pemanfaatan fasilitas perpustakaan. Perilakuperilaku di atas tentunya tidak efektif dan menghambat keberhasilan studi mahasiswa itu sendiri. Menurut Gie (2002) keterampilan pendukung untuk menunjang tercapainya sukses dalam studi di perguruan tinggi meliputi kemampuan konsentrasi, menghafal, mengelola waktu dan kemampuan mengatur diri. Self regulated learning merupakan belajar mengatur diri sendiri, diantaranya adalah self-generation dan pemantauan diri (self-monitoring) dalam berpikir, perasaan dan perilaku-perilaku untuk mencapai tujuan (Santrok, 2001). Self regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri (Zimmerman, 1989). Beberapa penelitian menemukan bahwa siswa yang aktif mengelola dirinya dalam belajar cenderung memiliki prestasi yang lebih baik di

5 bidang akademik. Salah satu karakteristik yang dimiliki siswa yang menggunakan self regulated learning adalah memiliki keaktifan dalam proses belajar dan memiliki kemampuan untuk mengatur belajarnya (Schunk, Zimmerman dan Wolters, 1998). Cara untuk mengatur seseorang dalam belajarnya adalah dengan dibuatnya sebuah metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran tersebut yaitu Problem Based Learning (PBL) yang merupakan sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada kemampuan seorang mahasiswa belajar memecahkan masalah secara ilmiah. Tipe pembelajaran ini dirasakan efektif karena pelaksanaan program pendidikan menggunakan blok atau paket sebagai tolok ukur beban pendidikan terutama yang menyangkut beban studi peserta didik, sehingga lebih terfokus pada suatu mata kuliah. Namun beban studi pada masing-masing mahasiswa disamaratakan. Kurikulum pada program PBL mendasarkan pada pengalaman menurut perspektif peserta didik, bersifat koheren dan relevan, mulai dari keseluruhan ke bagian per bagian, pengajar berfungsi sebagai fasilitator dan lebih fleksibel. Program PBL ini marak diterapkan dalam pendidikan dokter karena bidang ilmunya yang bersifat terapan (Panduan akademik Fakultas Kedokteran, 2004). Beda halnya dengan sistem SKS (Satuan Kredit Semester), dimana sistem kredit adalah ukuran belajar siswa yang ditentukan oleh jumlah jam pelajaran tatap muka dan pekerjaan rumah per minggu tiap semester. Selain itu jumlah kredit tiap semester tidaklah sama pada masing-masing mahasiswa dan mahasiswa diberikan kesempatan mengambil mata kuliah sesuai dengan bakat dan minat mereka. Dasar penyelenggaraan SKS antara lain, yaitu masingmasing mahasiswa memiliki potensi berbeda, mahasiswa memiliki dorongan ke

6 arah aktualisasi diri (pengembangan diri secara optimal), memberi peluang kepada mahasiswa yang cakap dan giat belajar agar dapat menyelesaikan studi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, menyediakan studi yang bervariasi dan fasilitas yang tersedia ( htm). Namun ada diantara mahasiswa yang cepat lulus dengan menerapkan strategi dalam kuliahnya dan ada juga yang lama karena terlalu banyak kegiatan ataupun jarang mengikuti kuliah. Dalam pendidikan kedokteran konvensional, mahasiswa lebih banyak menerima pengetahuan dari perkuliahan dan literatur yang diberikan oleh dosen. Mereka diharuskan mempelajari beragam cabang ilmu kedokteran dan menghafal begitu banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dari pengetahuan yang mereka dapat selama kuliah. Sistem pendidikan kedokteran konvensional cenderung membentuk mahasiswa sebagai pembelajar pasif. Mahasiswa tidak dibiasakan berpikir kritis dalam mengidentifikasikan masalah, serta aktif dalam mencari cara penyelesaiannya ( Emilia (2004) mengatakan bahwa pengembangan pendidikan yang terjadi dalam Fakultas Kedokteran, yaitu perubahan dari tipe pembelajaran SKS menjadi PBL diharapkan mampu mengeliminir tumpang tindih topik antar disiplin dan topik-topik baru muncul disesuaikan dengan kompetensi yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya pembaharuan tipe pembelajaran pada mahasiswa kedokteran peneliti bermaksud untuk mengetahui perbedaan kedua tipe pembelajaran tersebut yang dikaitkan dengan self regulated learning, sehingga peneliti mengambil judul self regulated learning

7 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester). Tinjauan Pustaka Self Regulated Learning Santrock (2001) mengatakan self regulatory learning menyangkut selfgeneration dan self-monitoring pada pemikiran, perasaan, dan perilaku untuk menjangkau tujuan. Pengaturan diri dalam belajar membuat para siswa memiliki kontrol dan mendorongnya untuk memperhatikan metode belajarnya. Zimmerman (dalam Chen, 2002) menyatakan bahwa self regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa self regulated learning yaitu upaya yang dilakukan individu untuk mengatur diri dalam belajarnya dengan melibatkan kemampuan metakognitif, motivasional dan behavioral (perilaku) untuk mencapai tujuan. Aspek-aspek dari self regulated learning berdasarkan Zimmerman dan Martinez-Pons (1988) komponen dari self regulated learning antara lain metakognisi, motivasi dan perilaku. Sedangkan karakteristik self regulated learners menurut Winne dan Perry (dalam Santrock, 2001) diantaranya : Mengatur tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasinya, memiliki strategi untuk mengatur emosinya, secara periodik memantau kemajuan yang mengarah pada tujuan, memperbaiki strategi yang didasarkan pada kemajuan yang telah dicapai, mengevaluasi hambatan yang timbul dan membuat penyesuaian yang diperlukan.

8 Tipe pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning merupakan strategi untuk mengajarkan berbagai materi dengan menggunakan problem sebagai stimulus sekaligus fokus kegiatan belajar individu. Pembelajaran diorganisasikan berdasarkan mata kuliah yang dipilah-pilah menurut disiplin ilmu. Kurikulum bukan sekedar kumpulan mata kuliah yang mencerminkan minat pada suatu disiplin ilmu tunggal, melainkan merupakan program pembelajaran integratif yang melibatkan pembelajar dalam kegiatan merumuskan dan menemukan solusi problem sejak awal (Widiyanto, Hartoko, Widyatmoko dan Suwignyo, 2001). Tokoh lain menambahkan bahwa Problem Based Learning adalah belajar aktif dengan stimulasi dan fokus pada bidang klinis, masyarakat atau masalah yang ilmiah (Davis dan Harden, dalam Prihatiningsih, 2004). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu pendekatan dalam proses belajarmengajar yang menekankan pada permasalahan dan pemecahannya secara ilmiah, dimana dibutuhkan keaktifan dari siswa sendiri untuk mencari pemecahan dari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat, serta dituntut adanya kemandirian siswa dalam belajar. Satuan Kredit Semester (SKS) Tipe pembelajaran SKS adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, beban pengalaman belajar dan penyelenggaraan program dalam suatu jenjang pendidikan yang menggunakan satuan terkecil yang disebut kredit dalam tiap semester (

9 .ac.id/hukum/penyelenggaraan%20pendidikan.htm). Selain itu banyaknya satuan kredit yang diambil oleh mahasiswa pada semester tertentu ditentukan oleh hasil studi (Indeks Prestasi) pada semester sebelumnya, waktu yang ada, dan kemampuan mahasiswa ( Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa SKS adalah suatu sistem yang menyatakan beban studi mahasiswa dengan menggunakan satuan terkecil yang disebut kredit dalam tiap semester dan ditentukan oleh hasil studi (Indeks Prestasi) pada semester sebelumnya, waktu yang ada, dan kemampuan mahasiswa. Perbedaan tipe pembelajaran PBL dan SKS Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan belajar, dimana peserta didik dihadapkan pada masalah-masalah kedokteran/kesehatan, sebagai pemicu untuk belajar lebih lanjut. Ciri khas dari proses pembelajaran PBL yaitu bermula dari masalah-masalah nyata yang ada dalam masyarakat, belajar dalam kelompok kecil secara terintegrasi, kegiatan belajar mandiri yang intensif. Kuliah hanya untuk menyampaikan konsep-konsep yang diperlukan saja. Untuk memahami tiap-tiap blok, mahasiswa diberikan modul-modul dengan berbagai skenario untuk kegiatan tutorial dan diskusi mandiri, bahkan apabila diperlukan mahasiswa dapat mengadakan konsultasi pakar atau seminar untuk memperdalam dan memperluas pengetahuannya. Selain itu mahasiswa juga diberikan ketrampilan medik yang berkaitan dengan blok yang ada (Panduan akademik Fakultas Kedokteran, 2001). Satuan Kredit Semester (SKS) adalah suatu sistem penghargaan terhadap beban studi, tenaga pengajar dan penyelenggaraan program

10 pendidikan dalam suatu jenjang pendidikan yang menggunakan satuan terkecil yang disebut kredit dalam tiap semester. Sistem ini memberikan kepada mahasiswa kesempatan dan kebebasan untuk memilih dan merencanakan program studi dan jenjang serta studinya dalam tiap-tiap semester, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya ( Tipe pembelajaran SKS memberi peluang kepada mahasiswa yang cakap dan giat belajar agar dapat menyelesaikan studi dalam waktu yang sesingkatsingkatnya ( Tipe pembelajaran SKS dalam pendidikan jenjang sarjana kedokteran bersifat informatif dari masing-masing 24 bagian disiplin ilmu secara terpisah, diberikan dengan kuliah yang cenderung monolog, klasikal, mahasiswa pasif dan sebagian diperdalam dengan praktikum umum. Hal ini mengakibatkan kedalaman materi dirasakan kurang dan masih berkutat pada kompetensi kognitif, sehingga saat melanjutkan pendidikan profesi sebagai koasisten materi yang didapatkan kurang menyatu dengan prakteknya (Soebroto, 2004). Dinamika Psikologis Antara Self Regulated Learning Dengan Tipe Pembelajaran PBL dan SKS Self regulated learning terjadi ketika siswa secara sistematis mengatur perilaku dan kognisinya dengan memproses dan mengintegrasi pengetahuan, mengulang informasi yang harus diingat, membangun memelihara kepercayaan yang positif mengenai kemampuan diri dalam belajar dan mengantisipasi segala hasil atau akibat dari aktivitasnya (Schunk dalam Pudji Yogyanti, 1996). Self regulated learning memiliki peranan penting dalam pencapaian hasil akademik

11 yang optimal. Sebagaimana disimpulkan oleh Gie (1995) bahwa terdapat beberapa syarat bagi mahasiswa untuk mencapai kesuksesan akademik, salah satunya adalah pengaturan diri yakni pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu dan semua sumber daya lainnya dalam belajar. Self regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri (Zimmerman; 1986, 1989). Keberhasilan studi atau pencapaian tujuan dan cita-cita pada masingmasing mahasiswa berbeda tergantung pada kemampuannya mengatur dirinya sendiri dalam belajar, pengorganisasian bahan pelajaran, kegiatan organisasi dan lain-lain. Terkait dengan adanya penerapan model belajar PBL yang dirasakan baru bagi bidang kedokteran dan memiliki beberapa perbedaan dengan sistem SKS mengharapkan seorang mahasiswa untuk aktif mencari informasi di luar kuliah. Banyaknya muatan mata kuliah yang harus diterima mahasiswa kedokteran sehingga diperlukan sebuah metode baru dalam belajar-mengajar. Hal ini dikarenakan tipe pembelajaran SKS yang dirasakan belum efektif untuk belajar siswa yang hanya menerima informasi dari dosen. Selain itu penggunaan sistem SKS tidak terfokus pada satu bahasan, walaupun memungkinkan siswa untuk menyelesaikan kuliah dengan cepat karena dibebaskan untuk memilih mata kuliahnya sendiri. Pelaksanaan dari pembelajaran PBL dapat mengembangkan keterampilan problem solving, karena kemampuan ini diperlukan mahasiswa kedokteran tingkat profesi saat mereka mengikuti kepaniteraan di rumah sakit. Dengan adanya sistem integrasi dengan pendekatan problem based learning ini

12 dapat mengembangkan pengetahuan dan mempunyai keuntungan edukatif secara umum, karena mahasiswa aktif, menerima umpan balik dan terdapat relevansi isi sehingga memperbesar motivasi belajar. Selain itu sistem integrasi ini dapat mengatasi kurikulum yang overcrowded. Hmleo dan Lin (dalam Evensen, Salisburry-Glennon dan Glenn, 2001) menemukan bahwa jika dibandingkan dengan siswa yang mengambil bagian pada kurikulum tradisional, siswa PBL menunjukkan SRL yang lebih baik. Peneliti lain Blumberg (dalam Evensen, Salisburry-Glennon dan Glenn, 2001) menyimpulkan bahwa PBL membantu pengembangan SRL dengan memberi dorongan pada pelajar untuk aktif mencari informasi dan mendorong pelajar menggunakan deep-level dalam strategi berpikirnya. Dari uraian di atas diharapkan dengan adanya sistem PBL pada Fakultas Kedokteran dapat meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa. Hal ini dikarenakan tipe pembelajaran SKS yang dirasakan belum efektif untuk proses belajar siswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester).

13 Metode Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Self Regulated Learning 2. Variabel bebas : Tipe Pembelajaran a. PBL (Problem Based Learning) b. SKS (Satuan Kredit Semester) Subjek Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII dan UMY berjumlah 100 orang masing-masing, yaitu: 63 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY dan 37 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan, yaitu Skala Self Regulated Learning yang mengacu pada pendapat Zimmerman (1989) dan dibuat sendiri, mempunyai koefisien korelasi 0,2419 sampai 0,6697 dan koefisien reliabilitasnya a = 0,9075. Metode Analisis Data Pengujian validitas, reliabilitas alpha dan Uji-t dengan bantuan program komputer SPSS versi Selain itu pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor.

14 Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilihat bahwa dari aitem yang disebarkan terdapat 100 subjek yang menjawab aitem pada Skala Self Regulated Learning. Jumlah respon tertinggi yaitu 149 dan respon terendah 69. Pada skala ini mean empiriknya sebesar 116,63, sedangkan standar deviasinya sebesar 12,50. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini: Tabel 5 Deskripsi Data Penelitian (N = 100) Empirik Variabel N Min Max Mean SD SRL Hasil Uji Asumsi Uji Normalitas Hasil uji normalitas terhadap 100 subjek dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dari uji normalitas yang dilakukan, dihasilkan variabel self regulated learning dengan koefisien K-SZ = 0,510; p = 0,985 (p > 0,05). Hasil uji normalitas pada semua variabel adalah normal karena sudah memenuhi kaidah uji normalitas yaitu p > 0,05. Uji Homogenitas Hasil dari uji homogenitas untuk variabel self regulated learning diperoleh nilai sebesar levene 0,071; p = 0,791 (p > 0,05), yang berarti sebarannya homogen.

15 Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik uji-t dari program SPSS 10.0 for windows dan diperoleh nilai beda sebesar t = 1,073 dengan p = 0,143 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai beda yang diperoleh tidak signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara self regulated learning antara mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL dan SKS tidak diterima. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan self regulated learning antara mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester) dengan nilai beda sebesar t = 1,073 dengan p = 0,143 (p > 0,05). Pada penelitian ini, penerapan tipe pembelajaran pada mahasiswa Fakultas Kedokteran tidak terlalu mempengaruhi siswa dalam belajar, karena pada dasarnya dengan tipe pembelajaran atau program pendidikan apapun mereka tetap dapat meregulasi dirinya dan memotivasi dirinya untuk belajar dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka dituntut untuk memiliki disiplin ilmu yang tinggi dan siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani yang pada akhirnya mereka diharapkan mampu untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah secara efektif dalam masyarakat, karena yang mereka hadapi adalah jiwa manusia.

16 Penyesuaian atau adaptasi terhadap penerapan sistem belajar yang sama sekali berbeda saat siswa tersebut berada di sekolah menengah juga dapat mempengaruhi cara belajarnya. Mereka yang terbiasa memperoleh bimbingan, harus mulai aktif mengelola sendiri belajarnya. Dalam sistem kredit seorang mahasiswa diberikan kebebasan untuk menetukan sendiri mata kuliah apa yang akan mereka ambil, disesuaikan dengan beban studi pada masingmasing mahasiswa yang didasarkan pada indeks prestasi yang mereka peroleh ( Terkadang mereka merasa terbeban karena materi yang begitu banyak dan tidak terfokus pada mata kuliah tertentu (tumpang tindih). Penerapan program PBL menerapkan peserta didik untuk dihadapkan pada masalah-masalah kedokteran / kesehatan, sebagai pemacu (trigger) bagi mereka untuk belajar lebih lanjut. Dalam menghadapi masalah tersebut, diharapkan mahasiswa mampu mengintegrasikan ilmu-ilmu kedokteran untuk memperoleh pemahaman yang utuh terhadap masalah yang diberikan. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa mampu belajar mandiri dan sistematis, dalam suatu kerangka pemahaman yang terintegrasi, dan berdasar pada masalah yang umum timbul dalam masyarakat ( motivasi+menggunakan=pbl). Program baru dalam bidang kedokteran ini sangat membutuhkan waktu yang lama dalam upaya penyesuaian dirinya. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Mereka mencoba mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya, kemudian mereka harus mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan

17 bidangnya, sehingga mereka mampu mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari untuk lebih memahami dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Harapannya melalui cara ini, belajar dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan gaya individu. Dalam program PBL ini membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang dosen lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar PBL, tutor akan berkurang keaktifannya ( Dari pendapat di atas peneliti mengasumsikan bahwa kurikulum PBL dibuat untuk bisa membangun pengaturan diri yang lebih baik dalam belajar mahasiswa. Namun seperti yang dikemukakan di muka bahwa mahasiswa tidak terlalu terpengaruh dengan adanya tipe pembelajaran tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat Winne (dalam Evensen, Salisburry-Glennon dan Glenn, 2001) yang mengatakan bahwa bagaimanapun program pendidikan pada semua siswa adalah meregulasi diri dan peninjauan lebih lanjut serta pengembangan bentuk dasar dari SRL adalah untuk mengatur dan menyesuaikan paradigma personal tentang apa yang dipelajari dan bagaimana melakukannya. Selain faktor di atas, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang dalam cara belajar terutama untuk mengatur dirinya atau self regulated learning diantaranya yaitu perhatian, motivasi dan minat mereka untuk belajar. Ketiga unsur tersebut, yaitu perhatian, minat dan motivasi merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu disamping faktor-faktor lainnya yang berpengaruh. Karena semakin tinggi minat seseorang, ia akan

18 termotivasi untuk memusatkan perhatian pada suatu kegiatan atau aktivitas yang diminatinya itu (Surya, 2003). Dari penjelasan di atas, motivasi dapat juga memunculkan suatu kebiasaan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Gie (1995) bahwa kebiasaan belajar mula-mula terbentuk sendiri oleh mahasiswa secara sadar atau tidak. Kebiasaan belajar atau cara belajar siswa juga sangat tergantung pada evaluasi program pendidikan yang diterapkan. Sistem evaluasi mutlak diperlukan dalam menilai keberhasilan proses pendidikan karena tanpa ada evaluasi yang baik maka sebaik apapun proses pendidikan yang berjalan tidak dapat dikatakan bahwa pendidikan telah berhasil mencapai tujuan akhir pembelajaran Dari data di lapangan menunjukkan bahwa motivasi yang dimiliki mahasiswa Kedokteran secara umum cukup baik, terutama pada motivasi intrinsiknya dan self efikasi (keyakinan). Hal ini dikarenakan mereka tetap memiliki kemauan untuk belajar dengan baik meskipun mereka dihadapkan pada tipe pembelajaran yang berbeda dan dimungkinkan memiliki self regulated learning yang baik pula. Ketika seseorang menciptakan minat pada suatu objek, maka hal itu akan membawa kita pada minat baru di bidang lain. Dengan mengembangkan bidang-bidang baru ini akan menimbulkan kepuasan tersendiri dan akan tercipta minat baru lain sehingga terjadi reaksi berantai yang berjalan terus-menerus. Begitu juga dengan mahasiswa kedokteran, di saat mereka diberi suatu pengetahuan baru mereka akan memiliki ketertarikan sehingga mereka akan menggali dan mempelajari, karena fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat sangat kompleks dan selalu berkembang.

19 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji-t terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menggunakan tipe pembelajaran PBL dan SKS. Penerapan tipe pembelajaran yang berbeda pada mahasiswa Fakultas Kedokteran ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap cara belajar seseorang. Hal ini dikarenakan mereka tetap termotivasi untuk belajar dan memiliki kemauan untuk belajar dengan baik. Selain itu mereka juga didorong oleh minat atau keinginan mereka untuk kuliah di Fakultas Kedokteran tersebut. Kebiasaan belajar juga berpengaruh terhadap cara belajar seseorang, namun hal tersebut tergantung pada masing-masing individunya. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah evaluasi hasil belajar yang digunakan pada masing-masing universitas yang sedikit banyak mempengaruhi seorang siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Saran 1. Subjek Penelitian Bagi subjek penelitian, self regulated learning yang sudah cukup baik dapat dipertahankan dengan selalu belajar sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang baik, memiliki perencanaan dan target dalam belajar, lebih memotivasi diri dan memonitor belajar secara teratur, agar dapat melihat kemajuan dan memperbaiki kegagalan dalam belajar. Langkah-langkah tersebut sebaiknya dilakukan dengan penuh keyakinan dan sikap optimis dapat mencapai keberhasilan. Selain itu perlu bagi seorang mahasiswa untuk membiasakan

20 belajar dengan teratur sehingga pada akhirnya dapat meraih sukses di perguruan tinggi dan tercapainya tujuan belajar. 2. Peneliti Selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya yang berminat untuk meneliti self regulated learning dapat menghubungkannya dengan faktor-faktor lain, diantaranya inteligensi, minat, pendekatan / gaya belajar dan lingkungan (dukungan orang tua, fasilitas dan lain-lain). Selain itu bisa juga ditekankan pada pengaturan belajar seseorang terhadap mata kuliah/pelajaran tertentu. Dapat juga diteliti dari pemahaman dosen atau guru tentang metode belajar yang diterapkan dilihat dari proses belajar sampai evaluasi, dikarenakan hal ini dapat juga mempengaruhi seorang siswa dalam cara belajarnya

21 DAFTAR PUSTAKA Azwar, S Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barnadib, S. I., Dr. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP. Cahyani, B. H Hubungan Pengaturan Diri dan Motif Berprestasi Dengan Kebiasaan Belajar Pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Chen, C. S Self-Regulated Learning Strategies And Achievement In An Introduction To Information Systems Course. Information Technology, Learning And Performance Journal. Vol 20, No 1, Dalyono, M., Drs Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Emilia, O KBK 2004 Versus PBL. Simposium, 3 Maret Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Evensen, D.H., Salisburry-Glennon, J. D., dan Glenn, J A Qualitative Study Of Six Medical Students In A Problem-Based Curriculum: Toward A Situated Model Of Self Regulation. Journal Of Educational Psychology. Vol 93, No 4, Gulo, W Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Gramedia. Hsiao, W CSCL Theory. dissertation/lit.review.htm. 13/06/05. Martinez, M., Young, B Development And Validation Of An Intentional Learning Orientation Questionnaire. 05/3/05. Narulita, M. F Hubungan Antara Self Regulated Learning Dan Persepsi Dukungan Sosial Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Hukum UMY. penyelenggaraan%20pendidikan.htm. 05/03/05.

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Paramitha Kusumawati 1 dan Berliana Henu Cahyani 2 ABSTRACT The purpose of this study are to find out the

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EFEKTIVITAS MODUL KETRAMPILAN BELAJAR TERHADAP SELF REGULATED LEARNING. Oleh: SUNYTA MAHARANI MIRA ALIZA RACHMAWATI

NASKAH PUBLIKASI EFEKTIVITAS MODUL KETRAMPILAN BELAJAR TERHADAP SELF REGULATED LEARNING. Oleh: SUNYTA MAHARANI MIRA ALIZA RACHMAWATI NASKAH PUBLIKASI EFEKTIVITAS MODUL KETRAMPILAN BELAJAR TERHADAP SELF REGULATED LEARNING Oleh: SUNYTA MAHARANI MIRA ALIZA RACHMAWATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan kiranya perlu diperhatikan masalah pencapaian prestasi siswa, karena dalam lembaga pendidikan prestasi belajar

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut. 25 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari: pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat dewasa ini menuntut masyarakat untuk menyikapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subjek hadir saat penelitian. Berikut ini merupakan data siswa yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subjek hadir saat penelitian. Berikut ini merupakan data siswa yang A. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek penelitian berjumlah 80 anak, memilliki kriteria inklusi, meliputi: siswa yang menduduki kelas XI Madrasah Aliyah Darul Ulum, siswa yang

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya Manusia tetunya menjadi focus perhatian semua kalangan masyarakat untuk bisa semakin

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif (http://www.depdiknas.go.id). Pemerintah Indonesia khususnya

BAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif (http://www.depdiknas.go.id). Pemerintah Indonesia khususnya BAB I Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, maka standarisasi pendidikan nasional menjadi lebih tinggi, mutu dan daya saing bangsa menjadi lebih kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan oleh sebuah institusi adalah untuk menyediakan dan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan daya saing dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada buku panduan akademik PSIK tahun 2007 tercantum bahwa model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap prosedur penelitian, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Akademik a. Definisi Motivasi berasal dari kata Latin movere diartikan sebagai dorongan atau menggerakkan (Hasibuan, 2006). Sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING

HUBUNGAN KUALITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING HUBUNGAN KUALITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN II MAHASISWA DIV BIDAN PENDIDIK REGULER SEMESTER III DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Karina Restu Dwi Utami, Pingkan C.B.Rumondor, S.Psi, M.psi

Lebih terperinci

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran 2016-2017 The Effects Of Discussion Group Guidance Service To

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Alifia Nurilmi Diansyah ABSTRAK Proses pembelajaran yang

Lebih terperinci

SELF REGULATED LEARNING SISWA DILIHAT DARI HASIL BELAJAR

SELF REGULATED LEARNING SISWA DILIHAT DARI HASIL BELAJAR ISSN Cetak 2476-9886 ISSN Online 2477-0302 Jurnal EDUCATIO, Hlm 98-102 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) Info

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Tempat penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Suharsini Arikunto (1998) menyatakan bahwa penelitian korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian

Lebih terperinci

Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning

Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning Luluk Elyana IKIP Veteran Semarang Corresponding author: q_eyanguti@yahoo.co.id Abstract. Kegiatan pembelajaran anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. R. W. Monginsidi Karanganyar. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem PBL (Problem Based Learning) merupakan metoda pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi adalah dunia yang merupakan titik tolak akhir dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami dinamika yang cukup signifikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem seleksi nasional adalah seleksi yang dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi negeri yang diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia dalam bentuk Seleksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

Afandi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura. Abstrak

Afandi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura. Abstrak Pembelajaran Biologi Menggunakan (Afandi) 1 Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif melalui Model Reciprocal Taching dan Problem Based Learning Ditinjau dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Deskripsi Standar Proses Pembelajaran adalah acuan proses pembelajaran, yang merupakan kriteria minimal pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang adalah masa yang penuh dengan persaingan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting saat ini dimana masyarakat dituntut menjadi SDM yang berkualitas. Hal tersebut bisa didapat salah satunya melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanakkanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan metode problem solving dan metode problem posing. Adapun hasil penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PERBEDAAN PEMBERIAN MODUL PEMBELAJARAN DAN BUKU PAKET IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015 PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester genap SDN Kandangan 03 yang berjumlah 25 siswa dan SDN Polosiri 01 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi, definisi Perguruan Tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem-Based Learning (PBL) 2.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia kerja

Lebih terperinci

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar sudah sejak lama menjadi

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri Habibi 1, Lovy Herayanti 2 1 Program Studi Pendidikan Fisika IKIP Mataram,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada penelitian-penelitian psikologi yang terdahulu ditemukan bahwa inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para peneliti tidak

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil ujicoba instrumen, hasil penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah adalah data hasil observasi

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kualitas yang dimiliki manusia adalah kemampuannya untuk melakukan kontrol atas dirinya (Schraw, Crippen, Hartley, 2006). Kemampuan tersebut menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penerimaan mahasiswa baru di Indonesia dan jumlah mahasiswa aktif dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,

Lebih terperinci

Pendekatan Problem Based Learning untuk Pembelajaran Optimal

Pendekatan Problem Based Learning untuk Pembelajaran Optimal Pendekatan Problem Based Learning untuk Pembelajaran Optimal Oleh : Aini Mahabbati *) Pendahuluan Proses pembelajaran selalu berorientasi untuk menjawab pertanyaan mengenai efektivitas pencapaian tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, apa yang sedang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar, tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, menyebabkan perlu diadakan perubahan pada kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional

Lebih terperinci