BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Geometri Geometri merupakan salah satu cabang dari ilmu matematika yang mempelajarai hubungan di dalam ruang. ( Bola dimensi Bola adalah himpunan dari semua titik di dalam ruang Euclidean tiga 3 R yang berjarak r (jari jari) dari sebuah titik (pusat). Diameter adalah dua kali jari jari, dan sepasang titik pada bola, pada sisi yang berlawanan dari sebuah diameter disebut antipode. Bola dua dimensi disebut lingkaran (Coxeter 1973, p. 125). n Bola n dimensi ( S ) adalah himpunan dari semua titik titik x = n ( x1, x2,..., x + 1) di dalam n E yang memenuhi x 1 + x x n + 1 = 1 (Hocking and Young 1988, p. 17). Di dalam analisa geometri, bola dengan pusat ( x0, y0, z0) dan jari jari r adalah kumpulan dari semua titik titik ( x, yz, ) yang memenuhi persamaan ( x x ) + ( y y ) + ( z z ) = r Properti dari bola :

2 10 Gambar 2.1. Bola dan Propertinya. Ekuator adalah lingkaran terbesar yang membagi bola menjadi dua bagian sama besar yaitu utara dan selatan. Ekuator membagi bola menjadi dua bagian yang disebut hemisphere utara dan hemisphere selatan. Terdapat dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Great circle atau lingkaran besar adalah bidang irisan yang dihasilkan antara bidang datar dengan bola yang melalui pusat bola. Small circle atau lingkaran kecil adalah bidang irisan yang dihasilkan antara bidang datar dengan bola yang tidak melalui pusat bola. Diambil sembarang titik P pada bola, selain titik kutub, terdapat sebuah lingkaran yang melalui titik tersebut dan kedua titik kutub. Setengah dari lingkaran yang memuat titik tersebut disebut meridian. Sudut yang dibentuk dengan pusat sudut adalah pusat dari bola, sepanjang meridian dari P ke perpotongan antara meridian dan ekuator disebut lintang dari P (Sudut φ ).

3 11 Dari semua meridian, terdapat satu buah meridian utama yang telah ditentukan (Pada gambar 1.1, meridian utama adalah meridian yang melalui titik R yang telah ditentukan). Sudut yang dibentuk dengan pusat sudut adalah pusat dari bola, sepanjang ekuator dari R ke perpotongan antara meridian dan ekuator disebut bujur dari P (Sudut θ ). Bujur terbagi menjadi dua bagian yaitu bujur barat dan bujur timur tergantung dari letak titik yang dimaksud apakah terletak pada sebelah barat atau sebelah timur dari meridian utama. Hal yang sama juga terjadi pada lintang, yang terbagi menjadi dua bagian yaitu lintang utara dan lintang selatan Silinder Silinder adalah benda padat yang dibatasi oleh permukaan silindris yang tertutup dan dua buah bidang sejajar (Kern and Bland 1948, p32; Harris and Stocker 1998, p102). Menurut Zwillinger, silinder tidak hanya berarti benda padat yang dibatasi permukaan silindris, tetapi juga permukaan itu sendiri (Zwillinger 1995, p. 311) Di dalam analisa geometri, silinder adalah kumpulan dari semua titik titik ( x, yz, ) yang memenuhi persamaan 2 2 x y + = 1. a b

4 12 Gambar 2.2 Silinder Dengan Tinggi h dan Jari jari r Jarak Jarak adalah sebuah deskripsi numerik tentang seberapa jauh benda terletak dari suatu acuan tertentu. ( Jarak dua titik Jarak dua titik adalah panjang dari ruas garis lurus yang ditarik antara kedua titik tersebut. ( Jarak titik dengan garis Jarak titik dengan garis adalah jarak antara dua buah titik, yaitu sebuah titik yang dimaksud dan sebuah titik pada garis tersebut, dimana bila kedua titik ini dihubungkan akan terbentuk sebuah garis yang tegak lurus garis yang dimaksud. ( Jarak dua garis Jarak dua garis adalah jarak antara dua buah titik, yaitu sebuah titik yang terletak pada garis pertama, dan sebuah titik yang terletak pada garis kedua, dimana bila kedua titik ini dihubungkan akan terbentuk sebuah garis yang tegak lurus garis pertama dan garis kedua. Jarak dua garis berpotongan adalah nol. (

5 13 Jarak dua titik pada keliling lingkaran Jarak dua titik pada keliling lingkaran dapat ditentukan dengan membentuk sudut yang ditarik dari pusat lingkaran ke dua titik tersebut sehingga diperoleh sudut A. Jarak dua titik tersebut adalah A πr = 2π 2 A R (dalam radian) ( Jarak dua titik pada permukaan bola Jarak dua titik pada permukaan bola dapat ditentukan dengan membuat lingkaran besar yang melalui kedua titik tersebut. Dengan sudut pusat bola, dibentuk sudut antara dua titik tersebut sehingga diperoleh sudut A. Jarak dua titik tersebut adalah A πr = 2π 2 A R (dalam radian) ( Vektor Satuan Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya satu satuan. ( Vektor satuan dalam arah x,y,z pada koordinat kartesius dinyatakan dalam r i, r j. k r. Gambar 2.3. Vektor satuan dalam koordinat kartesius.

6 Teorema Pythagoras Gambar 2.4. Teorema Pythagoras Teorema Pythagoras menyatakan : Pada sebuah segitiga siku siku, jumlah luas persegi yang mempunyai panjang sisi sama dengan sisi siku siku segitiga tersebut sama dengan luas persegi yang mempunyai panjang sisi sama dengan sisi miring segitiga tersebut. ( PythagoreanTheorem. html) 2.2. Precision Engineering Gambaran Umum tentang Precision Engineering Dalam pembuatan suatu komponen mesin umumnya dirancang untuk suatu karakteristik fungsional tertentu, yaitu dirancang sedemikian rupa dengan acuan fungsi dari komponen mesin tersebut. Setelah melalui tahapan tersebut karakteristik geometrik berperan dalam penyempurnaan komponen tersebut. Karakteristik geometrik komponen komponen mesin mempunyai pengaruh sangat besar atas fungsi mesin, tetapi tidak dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan mesin yang bersangkutan. (Rochim, 2001, p1) Suatu komponen mesin mempunyai karakteristik geometri yang ideal apabila komponen tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki (sesuai

7 15 karakteristik fungsional), dan mempunyai ukuran / dimensi yang teliti, bentuk yang sempurna, dan permukaan yang halus sekali. (Rochim, 2001, p3) Tetapi dalam kenyataannya tidak mungkin untuk membuat suatu komponen mesin dengan karakteristik geometrik yang sempurna. Penyimpangan penyimpangan selama proses pembuatan pasti terjadi sehingga produk tidak lagi memiliki karakteristik geometrik yang sempurna. Precision Engineering adalah prinsip prinsip dasar di dalam industri industri (terutama industri mesin) dalam pembuatan komponen, hal ini mengacu pada ketepatan seluruh aspek komponen tersebut (karakteristik geometrik). Tiga hal utama dalam proses tersebut adalah spesifikasi geometrik, metrologi geometrik, dan kontrol kualitas geometrik. Spefisikasi geometrik adalah suatu kaidah tata bahasa yang sudah dibakukan dalam perancangan komponen mesin dalam mengomunikasikan karakakteristik geometrik, yaitu pertukaran informasi antara aparat pabrik (alat, mesin, manusia) ke berbagai bentuk media komunikasi yang dapat digunakan seperti gambar teknik, baik secara manual dituliskan pada kertas maupun dibuat memakai media elektronik seperti CAD (Computer Aided Design). Kemudian pada tingkatan produksi, pemeriksaan kualitas karakteristik geometrik dilaksanakan dengan spesifikasi geometrik yang tercantum pada gambar teknik sebagai pembanding, jika terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran dengan spesifikasi, haruslah diambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki dan menjaga kualitas produk. Dalam hal ini metrologi geometrik sangat berperan.

8 16 Metrologi geometrik adalah ilmu dan teknologi untuk melakukan pengukuran karakteristik geometrik suatu produk (komponen mesin / peralatan) dengan alat dan cara yang cocok sedemikian rupa sehingga data pengukuran dan pengolahan / analisis datanya menghasilkan harga yang dianggap sebagai yang paling dekat dengan geometri sesungguhnya dari komponen mesin yang bersangkutan. (Rochim, 2001, p8) Pada tahapan akhir, yaitu tahapan kontrol kualitas geometric, dilakukan pengukuran karakteristik produk yang kemudian dibandingkan dengan acuan yang dibakukan / distandarkan. Dan hasil akhir yang diperoleh adalah penyajian data komponen yang dipakai dalam pengambilan keputusan diterima atau ditolaknya suatu produk. Pada bagian kontrol kualitas geometrik inilah program aplikasi yang dirancang oleh penulis akan digunakan Spesifikasi Geometrik Karakteristik geometrik suatu produk yang telah dihasilkan tidak mungkin tercapai secara sempurna. Perbedaan kecil bisa sangat berarti dan sebaliknya perbedaan besar belum tentu menandakan bahwa proses produksi dengan melibatkan komponen tersebut tidak berguna, tergantung pada sampai sejauh mana masalah ini dinilai. Hal ini menuntut kesadaran perancang produk bahwa suatu toleransi harus diperhitungkan pada waktu spesifikasi produk ditetapkan. Memberikan toleransi berarti menentukan batas batas maksimum dan minimum, di mana penyimpangan karakteristik produk (yang disebabkan oleh

9 17 ketidaksempurnaan proses produksi) harus terletak. Sesuai dengan jenis karakteristiknya, spesifikasi tersebut bisa menyangkut material, fisik maupun geometri. Spesifikasi geometrik mencakup ukuran/dimesi (dimension), bentuk (form), posisi (position), serta kekasaran/kehalusan permukaan (surface roughness/smoothness) produk. (Rochim, 2001, p11) Toleransi Ukuran Toleransi ukuran (dimensional tolerance) adalah perbedaan ukuran antara ke dua harga batas (two permissible limits) di mana ukuran atau jarak permukaan/batas geometri komponen harus terletak. Untuk setiap komponen perlu didefinisikan suatu ukuran dasar (basic size) sehingga ke dua harga batas (maksimum dan minimum, yang membatasi daerah toleransi; tolerance zone) dapat dinyatakan dengan suatu penyimpangan (deviation). (Rochim, 2001, p13) Salah satu toleransi standar yang digunakan adalah sistem ISO (ISO Recommendation R.286, 1962, ISO System of Limits and Fits). Dalam hal ini, komponen yang dibahas adalah komponen berpenampang lingkaran yaitu bola dan silindrik, mengingat pentingnya komponen berbentuk penampang lingkaran di dalam setiap industri mesin. Untuk penammpang berbentuk lingkaran, faktor utama yang paling berpengaruh dalam pengukuran adalah jari jari dan diameter. Untuk tingkatan diameter nominal s.d 500 mm dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan standar ISO berikut ini:

10 18 Tabel 2.1. Tabel Tingkatan Diameter Nominal s.d 500 mm. Tingkatan utama (dalam mm) Tingkatan perantara* (dalam mm) di atas s.d di atas s.d Sumber : Rochim, T. (2001). *Tingkatan ini digunakan dalam beberapa keadaan apabila memang diperlukan untuk penyimpangan penyimpangan tertentu. Untuk tingkatan diameter nominal lebih dari 500 mm dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan standar ISO berikut ini:

11 19 Tabel 2.2. Tabel Tingkatan Diameter Nominal Lebih Dari 500 mm. Tingkatan utama (dalam mm) Tingkatan perantara* (dalam mm) di atas s.d di atas s.d Sumber : Rochim, T. (2001). *Tingkatan ini digunakan dalam beberapa keadaan apabila memang diperlukan untuk penyimpangan penyimpangan tertentu. Dalam sistem ISO telah ditetapkan 18 kelas toleransi (grades of tolerance) yang dinamakan toleransi standar yaitu mulai dari IT 01, IT 0, IT 1 s.d IT 16. Untuk kualitas 5 s.d 16 harga toleransi standar dapat dihitung dengan menggunakan satuan toleransi i (tolerance unit), yaitu :

12 20 Tabel 2.3. Tabel Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 5 s.d 16 IT 5 IT 6 IT 7 IT 8 IT 9 IT 10 IT... Harga 7i 10i 16i 25i 40i 64i... IT 11 IT 12 IT 13 IT 14 IT 15 IT 16 IT... Harga 100i 160i 250ii 400i 640i 1000i... Sumber : Rochim, T. (2001) Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat berikutnya. Rumus ini juga berlaku untuk kelas di atas IT 16 apabila diperlukan. Untuk IT 01, IT 0, dan IT 1 digunakan rumus sebagai berikut : Tabel 2.4. Tabel Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 01, 0, dan 1 IT 01 IT 0 IT 1 Harga D D D Sumber : Rochim, T. (2001) *harga dalam satuan µm dan D dalam mm Untuk IT 2, IT 3, dan IT 4 digunakan rumus sebagai berikut : Tabel 2.5. Tabel Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 2, 3 dan 4 IT 2 IT 3 IT 4 Harga IT 1 x IT 3 IT 1 x IT 5 IT 3 x IT 5 Sumber : Rochim, T. (2001)

13 21 Dimana : Untuk ukuran dasar kurang dari atau sama dengan 500 mm, besarnya toleransi standar dihitung berdasarkan rumus : 3 i = 0,45 D + 0, 001D Untuk ukuran dasar lebih dari 500 mm, besarnya toleransi standar dihitung berdasarkan rumus : Dengan : i = 0,004D + 2,1 D = D min xd maks i = satuan toleransi ; µm D = diameter (nominal) ; mm. Harga D ditentukan berdasarkan harga rata rata geometrik dari dua harga batas pada tingkatan diameter Toleransi Bentuk dan Posisi Selain toleransi dalam pengukuran geometrik, toleransi juga dipergunakan dalam bentuk dan posisi, walaupun sebenarnya toleransi geometrik juga membatasi bentuk dan posisi suatu komponen. Toleransi bentuk dan posisi ini ditujukan lebih ke arah karakteristik fungsional suatu komponen. Jenis toleransi bentuk dan posisi dengan simbolnya menurut ISO ( R 1101, Technical Drawings, Tolerances of Form dan of Position )

14 22 Tabel 2.6. Tabel Jenis Toleransi Bentuk & Posisi Dengan Simbolnya Menurut ISO Karakter yang dikontrol oleh toleransi Simbol Kelurusan (Straightness) Orientasi Bentuk suatu Elemen Kerataan (Flatness) Kebulatan (Circularity/Roundness) Kesilindrisan (Cylindricity) Ketelitian / kebenaran bentuk garis (Profile of any line) Ketelitian / kebenaran bentuk bidang (Profile of any surface) Kesejajaran (Parallelism) Ketegaklurusan (Perpendicularity) Kesudutan / kemiringan (Angularity) Posisi (Position) Posisi Konsentritas & kesamaan sumbu (Concentricity & Coaxiality) Kesimetrisan (Symmetry) Penyimpangan / kesalahan putar (Run out) Sumber : Rochim, T. (2001) Metrologi Geometrik Metrologi adalah ilmu pengukuran besaran teknik. Metrologi Geometrik adalah ilmu pengukuran besaran teknik yang hanya berkaitan dengan besaran

15 23 panjang. Metrologi Geometrik berfungsi sebagai cara untuk mengukur karakter geometrik dengan acuan spesifikasi geometrik Satuan Pengukuran Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sebagai acuan. Besaran yang digunakan sebagai acuan dalam pengukuran tersebut distandarisasikan agar tidak terjadi kerancuan pengukuran. Besaran yang digunakan sebagai acuan tersebut adalah besaran standar, yang dalam sistem satuan telah disepakati bersama secara internasional (SI units, International System of units, Le Systeme Internasional d unites), ataupun besaran turunan yang diturunkan dari besaran standar. Setiap besaran standar tersebut mempunyai satuan standar dengan lambang masing masing. Tabel 2.7. Tabel Satuan Standar Menurut Satuan Internasional (SI) Besaran standar Nama satuan standar Simbol Panjang meter (meter) m Massa kilogram (kilogram) kg Waktu sekon/detik (second) S Arus listrik amper (ampere) A Temperatur termodinamika kelvin (Kelvin) K Jumlah zat mol (mole) mol

16 24 Intensitas cahaya lilin (candela) cd Satuan Tambahan Sudut bidang radial (radian) Rad Sudut ruang steradial (steradian) Sr Sumber : Rochim, T. (2001) Untuk pengukuran geometrik, besaran dasar yang digunakan adalah besaran panjang dengan satuan standar meter. Definisi terbaru satu meter yang telah disepakati bersama yaitu pada sidang ke 17 General Conference on Weights & Measures (CGPM) pada tanggal 20 Oktober 1983; Satu meter adalah jarak (dimensi) yang ditempuh sinar (Laser Merah yang berasal dari gas Argon yang di ion kan yang distabilkan panjang gelombangnya) pada ruang hampa selama 1/ sekon. Untuk menyingkat penulisan angka hasil pengukuran yang berbentuk 10 n (n Є N, n 0) digunakan nama depan yang telah disepakati dalam Standar Internasional. Tabel 2.8 Tabel Pemakaian Nama Depan Menurut Standar Internasional (SI). Faktor pengali Nama depan Simbol eksa (exa) E peta (peta) P Tera (tera) T 10 9 giga (giga) G

17 mega (mega) M 10 3 Kilo (kilo) K 10 2 hekto (hecto) H 10 1 deka (deca) Da 10-1 desi (deci) D 10-2 senti (senti) C 10-3 Mili (milli) M 10-6 Mikro (micro) µ 10-9 Nano (nano) N Piko (pico) P Femto (femto) F Atto (atto) A Sumber : Rochim, T. (2001) Jenis Alat Ukur Geometrik Alat ukur geometrik bisa diklarifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dari cara klarifikasi ini, yang lebih sederhana adalah klarifikasi menurut sifatnya, dimana alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan.(rochim,2001,p95) Jenis Dasar : 1. Alat Ukur Langsung Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi

18 26 Kecermatannya rendah sampai menengah (1 0,002 mm) Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut. 2. Alat Ukur Pembanding / Komparator Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi Kecermatannya menengah ( 0,01 mm;disebut pembanding) sampai tinggi ( 0,001 mm ; disebut komparator). Skala ukur terbatas Hasil pengukuran hanya digunakan sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensi terhadap ukuran standar. 3. Alat Ukur Acuan / Standar Mampu memberikan suatu harga ukuran tertentu Digunakan sebagai acuan bersama sama dengan alat ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu objek yang diukur. Mempunyai skala terbatas, atau tidak mempunyai skala karena hanya mempunyai satu harga nominal. 4. Alat Ukur Batas Mampu menunjukkan batasan suatu objek yang diukur apakah terletak di dalam atau di luar batas toleransinya. Dapat mempunyai skala, tetapi lebih sering tidak mempunyai skala karena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu. 5. Alat Ukur Bantu

19 27 Tidak termasuk alat ukur dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik. Jenis turunan : 6. Alat ukur khas ( khusus / spesifik ) Dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas misalnya kebulatan objek ukur, kekasaran suatu permukaan, profil gigi suatu roda gigi dan sebagainya. 7. Alat ukur koordinat Memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor dibaca melalui tiga skala dalam koordinat kartesius (x,y,z), yang diambil dari pergerakkan alat sensor dengan vektor arah satuan (i,j,k). Dapat dilengkapi dengan sumbu putar sehingga data yang dihasilkan dapat berupa koordinat polar. Memerlukan penganalisis data titik titik koordinat untuk diproses menjadi informasi yang lebih jelas seperti diameter lubang, jarak dua titik, jarak sumbu, dsb Cara Pengukuran dengan Menggunakan Alat Ukur Geometrik Tertentu Dengan berbagai macam alat ukur tersebut, perlu ditetapkan pula proses pengukuran yang tepat untuk suatu kondisi tertentu. Berdasarkan hal tersebut, proses pengukuran dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rochim,2001,p96) :

20 28 1. Proses pengukuran langsung Merupakan proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung, hasilnya dapat langsung terbaca pada alat ukur tersebut, dan proses pengukurannya dapat diselesaikan dengan cepat. Alat ukur langsung umumnya memiliki kecermatan rendah dan pemakaiannya terbatas karena : - daerah toleransi kecermatan alat ukur. - kondisi fisik objek ukur tidak memungkinkan untuk diukur dengan menggunakan alat ukur langsung. - hanya mampu memperoleh data dalam masalah dimensi, tidak mampu untuk menganalisa masalah kebulaatan, kerataan, dsb. Contoh pengukuran langsung adalah pengukuran tebal objek ukur dengan menggunakan micrometer. Gambar 2.5. Pengukuran Langsung. 2. Proses pengukuran tidak langsung

21 29 Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai berbagai jenis alat ukur berjenis pembanding / komparator, standar dan bantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding saat objek ukur dibandingkan dengan ukuran standar (pada alat ukur standar) dapat digunakan untuk menentukan dimensi objek ukur. Proses pengukuran ini menghasilkan data yang akurat, hal ini dikarenakan keakuratan alat ukur pembanding yang tinggi. Proses pengukuran tak langsung umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Contoh pengukuran jenis ini dapat dilihat pada gambar berikut ini, menggunakan alat ukur pembanding jenis pupitas (dial test indicator) yang dipasangkan pada dudukan pemindah (transfer stand ; sebagai alat ukur bantu ), alat ukur standar berjenis kaliber induk tinggi (height master ; yang memiliki skala pengatur ketinggian muka ukur) dan meja rata (surface plate) sebagai alat ukur bantu. Gambar 2.6. Pengukuran Tak Langsung. 3. Proses pemeriksaan toleransi ( dengan kaliber batas )

22 30 Dinamakan sebagai proses pemeriksaan karena tidak menghasilkan data angka / numerik seperti yang dihasilkan pada suatu proses pengukuran. Pemeriksaan dilakukan hanya untuk memastikan apakah suatu objek ukur berada di dalam atau di luar batas toleransinya. Proses pemeriksaan berlangsung dengan cepat. Contoh proses pemeriksaan ini adalah pemeriksaan toleransi lubang dengan memakai kaliber poros ( go & not go gauges ) Gambar 2.7. Pemeriksaan Dengan Kaliber Go & Not Go. 4. Proses pembanding dengan bentuk acuan (standar) Bentuk suatu produk misalnya profil ulir atau roda gigi dapat dibandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan pada layer alat ukur proyeksi. Pada prinsipnya pemeriksaan seperti ini tidak untuk menentukan dimensi atau toleransi suatu benda ukur secara langsung, akan tetapi lebih kepada menentukan tingkat kebenarannya bila dengan bentuk standar.

23 31 Gambar 2.8. Pemeriksaan Secara Perbandingan Dengan Bentuk Standar. 5. Proses pengukuran geometri khusus Proses pengukuran ini dilakukan khusus untuk mengukur geometri suatu produk, seperti kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang, geometri ulir, dan geometri roda gigi. Contoh pengukuran ini adalah pengukuran kebulatan roda gigi. Gambar 2.9. Pengukuran Geometri Khusus. 6. Proses pengukuran dengan mesin ukur koordinat

24 32 Pengukuran dengan mesin ini menghasilkan data berupa koordinat kartesius, yang didapat dari sistem sensor sentuhan yang terdapat pada alat tersebut. Pergerakan sensor tersebut memiliki tiga arah yaitu x, y, dan z. Proses pengukuran ini dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah. Namum demikian, data yang dihasilkan harus diolah lebih lanjut untuk menghasilkan data data yang diperlukan. Selain itu juga diperlukan operator yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang metrologi geometrik. Contoh proses pengukuran jenis ini adalah dengan menggunakan Mesin Ukur Koordinat (MUK) atau Coordinate Measuring Machine (CMM). Mesin Ukur Koordinat merupakan alat ukur modern dengan memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran. Gambar Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat.

25 Prinsip Kerja Alat Ukur Geometrik Dalam melakukan pengukuran suatu objek, kita melakukan cara pengukuran yang berbeda beda tergantung dari prinsip kerja alat ukur yang kita gunakan dan hasil yang kita inginkan dari pengukuran tersebut. Pada sebuah proses pengukuran diperlukan hal hal sebagai berikut (Rochim, 2001, p105) : Alat ukur yang berfungsi baik dengan kecermatan yang sesuai dengan yang kita butuhkan. Pelaksanaan pengukuran yang seksama dengan prosedur tertentu untuk menghindarkan terjadinya kesalahan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan tidak hanya setelah produk selesai dibuat, tetapi juga dilaksanakan sewaktu produk sedang dibuat. Bentuk objek ukur, daerah toleransi yang diberlakukan pada objek ukur, dan kecermatan yang diinginkan memerlukan suatu alat ukur geometrik yang mungkin harus dirancang secara khusus. Hal ini membuat ragam alat ukur menjadi banyak, dengan cara kerja yang berlainan sesuai dengan fungsinya. Alat ukur akan lebih mudah digunakan apabila operator alat ukur tersebut memahami cara kerja alat ukur tersebut Sifat Umum Alat Ukur Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Ketidaksempurnaan alat ukur ini tidak mungkin dihilangkan. Berikut ini adalah sifat sifat umum alat ukur

26 34 yang muncul dikarenakan kelemahan kelemahannya yang tidak dapat dihilangkan : Kalibrasi (Calibration) Kalibrasi adalah proses membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan dengan besaran standar adalah besaran pada suatu alat ukur tertentu. Hal ini perlu dilakukan terlebih dahulu agar tidak terjadi penyimpangan pada hasil pengukuran dengan alat ukur yang telah dikalibrasi. Proses kalibrasi sebuah alat ukur dilakukan oleh pihak yang berwenang seperti Laboratorium Metrologi Industri, atau lembaga lembaga lain yang diberi kewenangan sistem akreditasi kalibrasi nasional (penilaian kemampuan suatu badan untuk melakukan kalibrasi alat ukur yang mencakup jenis besaran, bentuk acuan kalibrasi, dan prosedur kalibrasi). Kecermatan (Resolution) Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara pembacaanya, dan alat ukur dipilh sesuai dengan kecermatannya yang dikaitkan dengan besar kecilnya daerah toleransi objek ukur. Kepekaan (Sensitivity) Kepekaan alat ukur adalah kemampuan alat ukur menerima, mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran).

27 35 Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah, sesuai dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Keterbacaan (Readability) Keterbacaan skala dengan penunjuk digital lebih tinggi dibandingkan dengan keterbaacaan skala dengan jarum penunjuk. Misalnya, jangka sorong dengan skala digital lebih memudahkan pengamat dalam membaca hasil pengukuran daripada jangka sorong dengan jarum penunjuk skala utama dan skala nonius. Histerisis (Histerysis) Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan (mulai dari skala nol sampai skala maksimum kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala nol).histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur. Kepasifan / Kelambatan Reaksi (Passiivity) Kepasifan adalah waktu respon yang terjadi pada sebuah alat ukur mulai dari sensor sampai pada penunjuk. Misalnya kepasifan pada alat ukur mekanik yang disebabkan oleh pengaruh kelembaman, seperti besarnya masa komponen dan pegas yang tidak elastik sempurna.

28 36 Pergeseran (Shifting, Drif) Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk skala bergeser dari posisi yang semestinya. Hal ini biasanya tidak disadari seiring dengan jalannya waktu, yang disebabkan antara lain oleh temperatur. Pengambangan / Ketidakpastian ( Floating ) Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetar) atau angka terakhir / paling kanan penunjuk digital berubah ubah. Hal ini disebabkan adanya gangguan (noise) Kesalahan dan Penyimpangan dalam Proses Pengukuran. Pengukuran adalah proses yang mencakup tiga hal yaitu benda ukur, alat ukur, dan pengukur / pengamat. Karena ketidaksempurnaan masing masing bagian ini ditambah dengan pengaruh lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian absolut. Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar (karena yang absolut benar tidak diketahui). Dua hal penting yang berkaitan dengan proses pengukuran yaitu : Ketelitian (Accuracy) Ketelitan adalah hasil pengusahaan proses pengukuran supaya mencapai sasaran pengukuran yaitu penunjukkan harga sebenarnya objek ukur. (Rochim,2001,p156)

29 37 Ketepatan (Precision) Ketepatan adalah kewajaran proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama jika pengukuran diulang secara identik. (Rochim,2001,p157) Istilah ketelitian diperlukan target / sasaran pengkuran, sedangkan istilah ketepatan tidak harus dikaitkan dengan target. Sebagai contoh pengukuran sebuah lebar kertas dengan menggunakan mistar didapat hasil pengukuran 12,5 cm, angka ini menunjuk pada istilah ketelitian karena berorientasi pada sebuah target yaitu lebar kertas, sedangkan angka 12,54 cm (pengukuran lebih terperinci) menunjuk pada istilah ketepatan karena hanya berorientasi pada hasil pengukuran yang lebih tepat. Pada sebuah proses pengukuran geometrik, hal hal yang dapat menjadi faktor penyebab proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat adalah : Alat ukur Alat ukur yang digunakan dalalm proses pengukuran haruslah bebas dari penyimpangan penyimpangan seperti histerisis, pergeseran, kepasifan, dsb. Alat ukur yang sering dipakai haruslah dilakukan kalibrasi ulang secara periodik untuk menghindari penyimpangan penyimpangan tersebut.

30 38 Benda ukur Benda ukur yang berupa benda elastik akan mengalami perubahan bentuk apabila terdapat beban yang bekerja pada benda ukur tersebut. Beban ini dapat berupa tekanan sensor sentuh dari alat ukur, berat benda ukur sendiri saat diletakkan pada meja tumpuan, atau tekanan akibat penjepit yang digunakan untuk menahan benda ukur. Namun harga perubahan ini relatif kecil dan sering diabaikan dalam suatu proses pengukuran secara umum. Hanya pengukuran pengukuran geometrik tertentu yang membutuhkan kecermatan tinggi yang mengikutsertakan perubahan perubahan ini. Posisi pengukuran Pada proses pengukuran objek ukur geometrik, garis ukur harus berimpit dengan garis dimensi. Apabila garis ukur dengan garis dimensi membentuk sudut sebesar θ, maka akan terjadi penyimpangan pada hasil pengukuran. Semakin besar sudut θ, semakin besar penyimpangan yang terjadi. Kesalahan sistem seperti ini disebut kesalahan kosinus (cosine error) Gambar Cosine Error

31 39 Pada proses pengambilan data dengan mesin sensor sentuh, penyimpangan juga terjadi jika arah gerak sensor sentuh tidak tegak lurus dengan benda ukur yang akan disensor. Pada kasus yang diteliti oleh penulis, hal ini juga terjadi pada MUK dengan benda ukur berupa bola dan ujung sensor sentuh juga berupa bola. Gambar Cosine Error pada Mesin Ukur Koordinat. err x = r bola sensor. cos α err z = r bola sensor - r bola sensor. sin α z α = arctg x pusat bola pusat bola sensor sensor z x pusat bola object pusat bola object Lingkungan Lingkungan harus memberikan kenyamanan bagi pengukur. Jika persyaratan ini dipenuhi, maka pada umunya persyaratan alat ukur dan benda ukur pun terpenuhi.

32 40 Persyaratan kondisi lingkungan yang baik untuk dilakukan sebuah proses pengukuran adalah sebagai berikut : - Kebersihan Debu, serpihan dan kotoran kotoran lain perlu dibersihkan dari daerah pengukuran, benda ukur dan alat ukur. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran dan juga dapat merusak permukaan sensor sentuh. - Tingkat kebisingan yang rendah Getaran akibat tingkat kebisingan yang tinggi dapat berakibat pergeseran dalam proses pengukuran dengan menggunakan alat ukur cermat. - Pencahayaan yang mencukupi Pencahayaan diperlukan agar operator mesin mampu melakukan pembacaan dengan cermat dan teliti. - Temperatur dan kelembaban Kelembaban yang terlalu tinggi dalam waktu yang lama dapat memepercepat proses korosi sehingga menyebabkan perubahan spesifikasi sebuah alat ukur, sehingga alat ukur menjadi tidak tepat. Temperatur merupakan faktor yang dapat membuat benda padat berubah ukuran, bentuk, dan posisinya. Oleh karena itu, untuk menjaga kesamaan hasil pengukuran, telah disetujui secara internasional bahwa temperatur ruang

33 41 untuk sebuah proses pengukuran geometrik dibakukan sebesar 20 o C dengan kelembaban %. Operator Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang dianggap tak berubah mungkin akan menghasilkan data yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, keahlian, kemampuan, dan keterampilan masing masing pengukur Analisis Data Pengukuran. Setiap proses pengukuran pasti menghasilkan data data pengukuran. Dari data inilah akan ditentukan langkah selanjutnya apakah data tersebut langsung dapat dipakai, atau perlu analisa dan pengolahan lebih lanjut sebelum dapat dipakai Gambaran Umum mengenai MUK ( Mesin Ukur Koordinat ) Gambar 2.13 Jenis Jenis Mesin Ukur Koordinat.

34 42 MUK (Mesin Ukur Koordinat) atau CMM (Coordinate Measuring Machine) merupakan alat ukur modern dengan memanfaatkan computer untuk mengontrol gerakan sensor relative terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran. Berbagai rancangan mesin dibuat sesuai dengan kebutuhan, demikian pula dengan jenis sensor yang bisa merupakan sensor kontak atau sensor scanning. Proses pengukuran yang rumit bisa dilaksanakan dengan relatif mudah dan cepat. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan operator yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang metrologi geometrik. Mesin ini mempunyai 4 bagian utama yaitu : Mesin itu sendiri yang terdiri dari komponen komponen yang terintegrasi membentuk suatu sistem. Measuring probe yang berfungsi sebagai alat sensor untuk mendeteksi titik pada benda yang akan disensor dengan arah tertentu. Kontrol sistem yang berfungsi mengatur seluruh pergerakan mesin. Measuring software yang berfungsi sebagai program untuk menentukan kerja sistem tersebut Sistem Kerja Mesin Ukur Koordinat Mesin Ukur Koordinat terdiri dari : Meja yang terbuat dari granite, yang berfungsi sebagai tempat kerja

35 43 Penggerak probe, yang terdiri dari portal (penggerak arah sumbu x mesin), support (penggerak arah sumbu y mesin) dan sleeve (penggerak arah sumbu z mesin) Rotary table yang hanya digunakan jika menghendaki data dalam koordinat polar. Gambar Bagian Bagian Mesin Ukur Koordinat Probe yang berfungsi sebagai bagian yang digunakan untuk menyentuh benda (sebagai sensor sentuh) Gambar Probe Mesin Ukur Koordinat

36 44 Control Box yang berfungsi untuk menggerakkan portal, support, dan sleeve secara manual. Gambar Control Box Mesin Ukur Koordinat Satu set computer yang berfungsi sebagai program utama untuk menjalankan mesin tersebut, dan mengolah data yang diperoleh. Mesin Ukur Koordinat digerakkan dengan sistem tekanan udara, sehingga sangat rentan terhadap getaran dan debu atau kotoran. Oleh karena itu mesin ini diletakkan pada tanah yang terpisah, sehingga getaran getaran seperti orang berjalan tidak akan mengganggu sistem mesin ini. Pengambilan data pada Mesin Ukur Koordinat dilakukan oleh probe. Probe mengambil data berupa titik dalam koordinat kartesius, dengan dibantu portal, support, dan sleeve dalam menggerakkan probe tersebut. Titik yang terambil adalah posisi dalam koordinat kartesius dengan acuan pojok kiri depan mesin sebagai pusat koordinat O (0,0,0) jika operator tidak menentukan pusat koordinat sendiri. Kemudian data yang terambil masuk ke dalam komputer yang kemudian akan diolah sesuai kebutuhan.

37 45 Pergerakkan portal, support, dan sleeve dapat diatur secara manual dengan menggunakan control box atau dapat juga diprogram sedemikian rupa melalui software sehingga pergerakkannya sesuai dengan kurva tertentu. Pengaturan pergerakan secara otomatis ini biasanya digunakan dalam sistem scanning permukaan benda Measuring Probe Measuring probe adalah bagian sensor mesin yang bertugas untuk melakukan sensor sentuh pada permukaan benda yang akan diambil datanya. Measuring probe ini terdiri dari : Probe, yang berfungsi sebagai penggerak batang sensor dengan sistem pergerakan rotasi, terdiri dari kinematic probe yang digunakan untuk pengukuran (sering disebut touch trigger probe) dan electronic probe yang digunakan untuk scanning (sering disebut scanning probe). Gambar Kinematic Probe dan Electronic Probe

38 46 Styli yaitu bagian yang mengalami kontak langsung dengan benda yang akan diambil datanya, terdiri dari batang sensor dan ujung sensor dengan ukuran dan bentuk bermacam macam sesuai kebutuhan. Bagian bagian styli : Gambar Bagian Bagian Styli. - A adalah bagian styli yang mengalami kontak langsung dengan benda ukur. Diameter bola sensor disesuaikan dengan kebutuhan. - B adalah panjang keseluruhan styli yang diukur dari pangkal batang sampai dengan pusat bola sensor. - C adalah batang styli dengan diameter tertentu sesuai kebutuhan. - D adalah effective work length (EWL), dimana EWL adalah panjang dari pusat bola sampai dengan titik pada batang styli

39 47 yang akan mengalami sentuhan pada bidang ukur terlebih dahulu daripada bola sensor jika dilakukan pengukuran sesuai normal bidang. - Ø adalah diameter pangkal styli yang disesuaikan dengan jenis probe nya. Gambar Bagian Bagian Lengkap Probe.

40 Sistem Pengambilan Data pada Mesin Ukur Koordinat. Pengambilan data pada Mesin Ukur Koordinat menggunakan sistem sensor sentuh, dimana permukaan bidang yang disentuh oleh styli tersebut akan dibaca sebagai titik dalam koordinat kartesius oleh program. Dalam hal ini, pusat koordinat dapat ditentukan dalam 2 macam yaitu : Pusat koordinat berdasarkan pusat koordinat mesin, dimana pusat koordinat terletak pada pojok kiri depan meja kerja, dengan arah sumbu x sejajar dengan panjang meja, arah sumbu y sejajar dengan lebar meja atau tegak lurus sumbu x, dan arah sumbu z tegak lurus dengan bidang meja. Pusat koordinat yang ditentukan terlebih dahulu, dimana pusat koordinat dapat ditentukan dimana saja di ruang kerja, arah sumbu x ditentukan terlebih dahulu, kemudian akan diperoleh arah sumbu y yaitu tegak lurus dengan sumbu x, dan arah sumbu z yaitu tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh sumbu x dan sumbu y. Data yang terambil, yang berupa koordinat kartesius tersebut sangatlah tergantung pada pergerakan probe dalam mengambil data. Pergerakan probe tersebut direpresentasikan dalam bentuk vektor satuan i,j,k. Vektor arah pengambilan data inilah yang sangat berperan dalam menghasilkan data yang akurat. Secara teoritis, arah pengambilan data yang

41 49 sempurna adalah harus tegak lurus dengan permukaan benda yang akan diambil datanya, namun keterbatasan gerak rotasi probe yang hanya mampu berotasi paling kecil sebesar 7,5 o membatasi hal tesebut sehingga muncul error yang disebut cosine error sebagai berikut : Gambar Cosine Error Pada Mesin Ukur Koordinat. err x = r bola sensor. cos α err z = r bola sensor - r bola sensor. sin α z α = arctg x pusat bola pusat bola sensor sensor z x pusat bola object pusat bola object Salah satu contoh kasus adalah pada objek ukur bentuk silinder dengan prosedur peletakkan : posisi tinggi silinder sejajar dengan sumbu y, dan bidang alas silinder sejajar dengan bidang XOZ. Jika pergerakan bola sensor mengikuti arah vector [0,0,-1], maka data output mesin adalah posisi

42 50 koordinat titik M. Hal ini terjadi peregeseran dari titik yang seharusnya disensor yaitu titik P sebesar err x dan err z Konsep dasar Rekayasa Piranti Lunak Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Bauer, dimana menerapkan beberapa syarat syarat dalam merekayasa suatu piranti lunak yang kita buat sehingga dapat berjalan secara efisien dan optimal dalam komputer Model Rekayasa Piranti Lunak Dalam mambuat sebuah rekayasa piranti lunak terdapat lima paradigma / model proses, The Classic Life Cycle atau yang biasa dikenal dengan Waterfall Model, Prototyping Model, Fourth Generation Techniques (4GT), Spiral Model, dan Combine Model. Pada pembahasan ini yang digunakan adalah model dari Waterfall Model. Menurut Presman (1992, p20-21), ada enam tahapan dalam Waterfall Model, seperti gambar dibawah ini: Gambar Waterfall Model.

43 51 a. Rekayasa sistem (System engineering) Aktivitas ini harus bermula pada analisis semua elemen - elemen yang dibutuhkan oleh sistem karena perangkat lunak merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar dan perangkat lunak tersebut berinteraksi dengan elemen elemen lain seperti, hardware, manusia dan data base. b. Analisis kebutuhan perangkat lunak (Software requirement) Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengetahui kebutuhan user, fungsi-fungsi atau fasilitas seperti apa saja yang dibutuhkan, dan bagaimana interface dari piranti lunak tersebut. c. Perancanggan (Design) Perancangan piranti lunak dititikberatkan pada empat atribut program yaitu struktur data, arsitektur piranti lunak, rincian prosedur dan karakter antarmuka. Proses perancangan menterjemahkan kebutuhan kedalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat dinilai kualitasnya sebelum dilakukan pengkodean. d. Pengkodean (Coding) Pengkodean adalah tahapan dimana mentransformasikan rancangan atau design yang telah dibuat menjadi sebuah kode atau bentuk yang dimengerti oleh mesin dengan cara membuat program. e. Pengujian (Testing) Tahap pengujian perlu dilakukan agar output yang dihasilkan oleh program sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan secara menyeluruh hingga semua perintah dan fungsi telah diuji.

44 52 f. Pemeliharaan (Maintenance) Kebutuhan pemakai dari suatu program selalu saja meningkat sehingga piranti lunak yang telah selesai dibuat perlu dipelihara dengan cara mengupdate kebutuhan pemakai terhadap fungsi - fungsi khusus State Transition Diagram (STD) State Transition Diagram adalah sebuah tool yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang menspesifikasikan suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Komponen komponen urama pada STD antara lain: 1. State, mempunyai simbol berfungsi untuk mempresentasikan kondisi yang terjadi akibat suatu action. Terdapat dua macam state, yaitu state awal dimana hanya boleh berjumlah satu dan state akhir yang boleh berjumlah lebih dari satu. 2. Arrow, mempunyai simbol biasa dikenal dengan proses transisi yang berfungsi untuk menghubungkan dua state yang berbeda sehingga jelas arah perubahannya. 3. Condition dan Action, mempunyai simbol Action Condition Condition adalah faktor external atau event yang mempengaruhi state pada sistem sehingga bertransisi ke state lain. Action adalah reaksi yang diberikan terhadap faktor external tersebut.

45 Flowchart Flowchart digunakan secara luas oleh programmer untuk membantu dalam mengorganisasikan pemikiran sebagai hasil penalaran atau logika di dalam prosedur suatu program. Simbol simbol yang digunakan adalah sebagai berikut :

46 Gambar Simbol Flowchart 54

PENGUKURAN GEOMETRI TEKNIK PENGUKURAN Y A Y A T

PENGUKURAN GEOMETRI TEKNIK PENGUKURAN Y A Y A T PENGUKURAN GEOMETRI TEKNIK PENGUKURAN Y A Y A T When you can measuring what you are speaking about and express it in numbers, you know something about it, but when you can not measure it, when you can

Lebih terperinci

Pentalogy BIOLOGI SMA

Pentalogy BIOLOGI SMA GENTA GROUP in PLAY STORE CBT UN SMA IPA Buku ini dilengkapi aplikasi CBT UN SMA IPA android yang dapat di-download di play store dengan kata kunci genta group atau gunakan qr-code di bawah. Kode Aktivasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENENTUAN KELAYAKAN KOMPONEN MESIN BENTUK BOLA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, dibutuhkan ketepatan dalam keseluruhan sistem kerjanya, baik ketepatan waktu kerja, pemasangan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Fisis

Pengukuran Besaran Fisis Bab 1 Pengukuran Besaran Fisis Kompetensi Umum: Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan perhitungan serta menggambarkan besaran fisis dengan metode dan notasi ilmiah Kompetensi Khusus: 1. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting

Angka Penting. Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com. Angka Penting Angka Penting Sumber Gambar : site: gurumuda.files.wordpress.com Angka Penting Angka Penting Angka penting adalah Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran angka-angka pasti Angka penting terdiri

Lebih terperinci

BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN

BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN 1. Apa perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan? 2. Mengapa setiap besaran harus memiliki satuan? 3. Apa yang dimaksud dengan sistem satuan internasional?

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1 MATERI 1. PENGUKURAN, BESARAN DAN SATUAN 2. PENGENALAN VEKTOR 3. KINEMATIKA BENDA : KECEPATAN DAN PERCEPATAN BENDA 4. GERAK 1 DIMENSI, GERAK LINEAR DAN GERAK ROTASI 5. GERAK 2 DIMENSI, GERAK PELURU DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu

Lebih terperinci

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN Bab 1 PENDAHULUAN Produk suatu pemesinan akan mempunyai kualitas geometrik tertentu. Dimana kualitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengendalian mutu dan proses produksi. Mutu yang baik tidak

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan. Sistem Pengukuran Fisika: ilmu yang mempelajari tentang: 1. Benda-benda di alam 2. Gejala / fenomena fisis 3. Kejadian yang berlaku di alam Kajian dalam fisika banyak melibatkan pengukuran besaran-besaran

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Kontrak Kuliah dan Pendahuluan Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mata Kuliah : Fisika (3 sks) Semester : I

Lebih terperinci

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran

Lebih terperinci

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK 1 DAFTAR ISI Hal 1. Karakteristik Geometri 1 2. Toleransi dan Suaian 2 3. Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi 5 4. Toleransi Standar dan Penyimpangan Fundamental 7

Lebih terperinci

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VII (TUJUH) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

BESARAN, SATUAN & DIMENSI BESARAN, SATUAN & DIMENSI Defenisi Apakah yang dimaksud dengan besaran? Besaran : segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (kuantitatif). Apakah yang dimaksud dengan satuan? Satuan

Lebih terperinci

HIDROLIKA I. Yulyana Aurdin, ST., M.Eng

HIDROLIKA I. Yulyana Aurdin, ST., M.Eng HIDROLIKA I Yulyana Aurdin, ST., M.Eng ATURAN PERKULIAHAN 1. TEPAT WAKTU 2. TIDAK MEMAKAI BAJU KAOS DAN SANDAL 3. TAAT SEGALA PERATURAN PERKULIAHAN 4. KEHADIRAN MIN 80% HIDROLIKA 1.1.PENDAHULUAN Hidrolika

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN 13.1. Toleransi geometri Toleransi geometri atau toleransi bentuk adalah batas penyimpangan yang diizinkan, dari dua buah garis yang sejajar, atau

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1 BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1 1.1 PENDAHULUAN Fisika : Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda dialam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda dialam. Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Objek tiga dimensi dibentuk oleh sekumpulan

Lebih terperinci

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : BAB I. PENGUKURAN Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : Memahami peta konsep tentang besaran fisika, Mengenal besaran pokok dan satuan standar besaran pokok

Lebih terperinci

Toleransi& Implementasinya

Toleransi& Implementasinya Toleransi& Implementasinya Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengukuran untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Fisika

Pengukuran Besaran Fisika Pengukuran Besaran Fisika Seseorang melakukan pengukuran artinya orang itu membandingkan sesuatu dengan suatu acuan. Sehingga mengukur didefinisikan sebagai kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan ektor BESARAN dan SATUAN Pengukuran besaran-besaran Fisis Fisika

Lebih terperinci

TUJUAN UMUM. Memberikan konsep-konsep dan prinsipprinsip dasar fisika yang diperlukan untuk belajar fisika lebih lanjut atau ilmu

TUJUAN UMUM. Memberikan konsep-konsep dan prinsipprinsip dasar fisika yang diperlukan untuk belajar fisika lebih lanjut atau ilmu FISIKA DASAR Silabi TUJUAN UMUM Memberikan konsep-konsep dan prinsipprinsip dasar fisika yang diperlukan untuk belajar fisika lebih lanjut atau ilmu pengetahuan lainnya. Memberikan ketrampilan dalam penyelesaian

Lebih terperinci

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil

Pensil adalah sesuatu yang diukur panjangnya. Contoh : Panjang pensil 5 cm. 5 adalah nilai besaran panjang dari pensil 1. Pengukuran dan Besaran a. Mengukur adalah mebandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang yang ditetapkan sebagai satuan Contoh : Mengukur panjang pensil dengan menggunakan penggaris Pensil adalah

Lebih terperinci

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International BAB II DEFINISI DAN SATUAN Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International Beberapa satuan dasar kelistrikan dalam system satuan International. DAFTAR

Lebih terperinci

Bab 1 Besaran dan Pengukuran

Bab 1 Besaran dan Pengukuran Bab 1 Besaran dan Pengukuran Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti "alam". Maka "Ilmu Fisika" adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bendabenda di alam, gejala-gejala alam, kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1 BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1 PENDAHULUAN Fisika : Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam.

Lebih terperinci

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP CONTOH SOAL CONTOH SOAL CARA ANALITIS BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI ANGKA PENTING KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Alir Perancangan Muiai Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP I Sketsa alat Desain gambar Perancangan alat Kerangka Mesin Kerangka Meja Poros Perakitaiimesin

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5 LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR Disusun Oleh : JOSSY KOLATA (1007121681) KELOMPOK 5 LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda ALAT UKUR PRESISI Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat

Lebih terperinci

BESARAN DAN PENGUKURAN

BESARAN DAN PENGUKURAN A. BESARAN DAN SATUAN adalah sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bilangan dan satuan. Satuan adalah sesuatu yang menyatakan ukuran suatu besaran yang diikuti bilangan. dalam fisika terbagi

Lebih terperinci

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC Muhammad Yanis Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya Prabumulih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran BAB 1 Pengkuran dan Besaran Ringkasan Materi A. Besaran Besaran adalah suatu pernyataan yang mempunyai ukuran dan satuan. Secara garis besar, besaran dalam fisika dibagi menjadi dua bagian, yaitu: besaran

Lebih terperinci

MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015

MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015 MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015 Disusun oleh: Nama : Agus tryono NIM : 141331048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur BESARAN DAN SATUAN 1. Pengertian Mengukur Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok 1. BESARAN DAN SATUAN 1.1.Pendahuluan Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan. Fisika dikaji lebih dalam dengan cara mempelajari bagaimana mengukur besaran-besaran yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm PENGUKURAN BESARAN A. Pengertian Mengukur Mengukur adalahmembandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang dijadikan standar satuan. Misalnya kita mengukur panjang benda, dan ternyata panjang benda

Lebih terperinci

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING

BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB I BESARAN SATUAN DAN ANGKA PENTING Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER

JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER JUDUL : PEMBUATAN ALAT PENGUKUR KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES PEMESINAN YANG DIAPLIKASIKAN PADA KOMPUTER BY : 1. Dayang (6306 030 021 ) 2. Didik Eko P Budi (6306 030 057 ) PENDAHULUAN Latar

Lebih terperinci

Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge

Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge Zaynawi¹, Bayu Wiro. K², Fipka Bisono³ ¹Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur,

Lebih terperinci

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER)

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDAR JIS B 7507 1993 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU Zulfebri 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Fisika Dasar Pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI PEMBERIAN UKURAN DIMENSI Dodi Sofyan Arief, ST., MT 17 Desember 2008 Tujuan Pembelajaran : Menggunakan teknik-teknik pemeberian dimensi untuk menguraikan dan bentuk secara baik pada gambar teknik. Membuat

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada Bab 3 Sifat Penampang Datar 3.1. Umum Didalam mekanika bahan, diperlukan operasi-operasi yang melihatkan sifatsifat geometrik penampang batang yang berupa permukaan datar. Sebagai contoh, untuk mengetahui

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar

BAB 1 PENDAHULUAN. Diktat-elemen mesin-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 1 PENDAHULUAN Elemen mesin merupakan ilmu yang mempelajari bagian-bagian mesin dilihat antara lain dari sisi bentuk komponen, cara kerja, cara perancangan dan perhitungan kekuatan dari komponen tersebut.

Lebih terperinci

Tujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA

Tujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA Tujuan Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan MOMEN INERSIA MOMEN INERSIA Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan konstanta pegas spiral dan momen inersia

Lebih terperinci

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Besaran memiliki dua komponen, yaitu nilai dan satuan. Contoh: Andi mengendarai sepeda sejauh 3 km. 3 km besaran panjang Komponen nilai 3 Komponen satuan km Besaran

Lebih terperinci

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius Sistem Koordinat 2 Dimensi Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari

Lebih terperinci

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Materi Besaran Fisika Pengukuran dan Satuan Satuan Sistem Internasional Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok Awalan Satuan Konversi Satuan Pengukuran Pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN BAB I BESARAN DAN SATUAN A. STANDAR KOMPETENSI :. Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai dan satuan). B. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

STUDI KECERMATAN ALAT UKUR KEBULATAN (ROUNDNESS TESTER MACHINE) PRODUKSI LABORATORIUM PENGUKURAN UNIVERSIATAS RIAU

STUDI KECERMATAN ALAT UKUR KEBULATAN (ROUNDNESS TESTER MACHINE) PRODUKSI LABORATORIUM PENGUKURAN UNIVERSIATAS RIAU STUDI KECERMATAN ALAT UKUR KEBULATAN (ROUNDNESS TESTER MACHINE) PRODUKSI LABORATORIUM PENGUKURAN UNIVERSIATAS RIAU Indro Parma 1, Adhy Prayitno 2, Dodi Sofyan Arief 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum)

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum) RANGKAIAN LISTRIK Kuliah 1 (Umum) DEFINISI Rangkaian listrik adalah susunan komponenkomponen elektronika yang dirangkai dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: TUGAS INDIVIDU 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: 2. Panjang sebuah pensil ditunjukkan oleh nonius sebuah jangka sorong seperti gambar samping. Panjang pensil

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN A. RINGKASAN MATERI Besaran didefinisikan dengan dua cara, yaitu definisi besaran secara umum dan secara fisika. Definisi besaran secara umum adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DIMENSI DAN KONVERSI SATUAN

PENGUKURAN DIMENSI DAN KONVERSI SATUAN PENGUKURAN DIMENSI DAN KONVERSI SATUAN A. PENGANTAR Para ilmuwan melakukan percobaan untuk memperoleh nilai kuantitas fisika yang ditelitinya. Kuantitas fisika atau yang lebih dikenal dengan besaran fisika

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari Komposisi nilai Kelas A UAS UTS ABSEN = 5 % TUGAS = 30% = 35% Open note/close = 30% Open note/close ============================ 100% Diperbolehkan bawa kalkultor,

Lebih terperinci

BAB I OBJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN PENGAMATANNYA

BAB I OBJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN PENGAMATANNYA BAB I OBJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN PENGAMATANNYA A. Penelitian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang memperlajari segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Para ilmuwan atau scientist mempelajari

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk

Lebih terperinci

Pengukuran, Besaran, dan Satuan

Pengukuran, Besaran, dan Satuan B a b 1 Pengukuran, Besaran, dan Satuan Sumber: CD Image Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya dengan cara mengukur besaran Fisika, seperti massa,

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat

Lebih terperinci

a. 12,25 mm b. 12,20 mm c. 12,30 mm d. 12,15 mm e. 12,45 mm

a. 12,25 mm b. 12,20 mm c. 12,30 mm d. 12,15 mm e. 12,45 mm 1. Salah satu sifat dari alat ukur yang berkaitan erat dengan sistem skala yang dibuat ialah... a. Sensitivity b. Histerisis c. Readibility d. Floating e. Shifting 2. Apabila lubang dan poros dipasangkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Pengendali Ketinggian Meja Otomatis Dengan Kontrol Smartphone Android Menggunakan Media Koneksi Bluetooth.

Lebih terperinci

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI JANGKA SORONG I. DASAR TEORI Jangka sorong merupaakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301)

Fisika Umum (MA 301) Selamat Datang Di Perkuliahan Fisika Umum (MA 301) Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Topik hari ini: Fisika Umum (MA 301) Silabus Pendahuluan Pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dasar tentang turbin air Turbin berfungsi mengubah energi potensial fluida menjadi energi mekanik yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik pada generator.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, komputer digunakan untuk berbagai keperluan, baik sebagai sarana untuk membantu pekerjaan maupun sarana hiburan. Penggunaannya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA Nama : Lukman Santoso NPM : 240110090123 Tanggal / Jam Asisten : 17 November 2009/ 15.00-16.00 WIB : Dini Kurniati TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)

Lebih terperinci

Pentingnya Pengukuran. d. Materi Pokok : Besaran dan Satuan e. Alokasi Waktu : 1 pertemuan ( 90 menit) f. Pertemuan ke : 1 g. Tujuan Pembelajaran :

Pentingnya Pengukuran. d. Materi Pokok : Besaran dan Satuan e. Alokasi Waktu : 1 pertemuan ( 90 menit) f. Pertemuan ke : 1 g. Tujuan Pembelajaran : Pentingnya Pengukuran 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Fisika b. Semester : 1 ( satu ) c. Kompetensi Dasar : 3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan angka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN. Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki komponen-komponen materi dan interaksi antar komponen tersebut. Contoh : - Bagaimana energi mempengaruhi

Lebih terperinci