BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS"

Transkripsi

1 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Isu utama yang menjadi dasar pemikiran penulisan tugas akhir ini adalah Bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan yang telah diberikan oleh RSU Bina Sehat selama ini?. Kualitas pelayanan ini dipengaruhi oleh beberapa fakor baik dari dalam (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal). Faktor internal meliputi segala kekuatan dan kelemahan sumber daya yang dimiliki oleh RSU Bina Sehat yaitu Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Fisik dan Sumber Daya Keuangan. Faktor eksternal meliputi kebijakan pemerintah, kondisi sosial ekonomi, kebutuhan konsumen dan persaingan industri rumah sakit. Dengan segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki (faktor internal), RSU Bina Sehat diharapkan dapat menangkap peluang yang ada sekaligus mempertahankan diri dari potensi ancaman (faktor eksternal). Seluruh faktor faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan RSU Bina Sehat dapat dilihat dalam kerangka pemikiran konseptual awal pada Gambar 2.1 berikut. Kerangka pemikiran ini ditentukan dengan melakukan studi pustaka serta wawancara dengan berbagai pihak terutama pihak manajemen RSU Bina Sehat. 15

2 Persaingan Industri Rumah Sakit Kebijakan Pemerintah RSU Bina Sehat Kebutuhan Konsumen Sumber Daya Keuangan Sumber Daya Manusia Sumber Daya Fisik Kondisi Sosial Ekonomi Kualitas Pelayanan RSU Bina Sehat Gambar 2.1 Skema Peta Pemikiran Konseptual 2.2 Analisis Situasi Bisnis Strategi Bisnis sebuah perusahaan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal perusahaan yang berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) serta lingkungan internal perusahaan yaitu segala kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimilikinya. Analisis lingkungan eksternal meliputi analisis lingkungan mikro (industri) dan analisis lingkungan makro. Analisis lingkungan internal meliputi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. 16

3 2.2.1 Analisis Lingkungan External Perusahaan Analisis Lingkungan Mikro (Analisis Industri) Menurut Porter (1985), setidaknya ada 5 faktor yang mempengaruhi lingkungan sebuah industri. Faktor faktor tersebut adalah potensi ancaman masuknya pemain baru, kekuatan tawar menawar dari pemasok dan pembeli, ancaman adanya jasa pengganti dan para pesaing yang juga bergerak dalam industri yang sama (Gambar 2.2). Potential Entrants Threats of New Entrants Bargaining Power of Suppliers Industry Competitors Suppliers Buyers Rivalry Among Existing Firms Bargaining Power of Buyers Threats of other Substitute Products or Services Substitutes Gambar 2.2 Porter s 5 Forces Ancaman Pemain Baru Masuknya pemain baru ke dalam industri menambah intensitas persaingan. Kapasitas dalam indutri menjadi bertambah dan menyedot konsumen sehingga para pemain lama akan menderita penyusutan pangsa pasar. Belum lagi bila terjadi perang harga yang memperparah penyusutan profit perusahaan. 17

4 Ancaman masuknya pemain baru dipengaruhi oleh seberapa besar penghalang untuk masuk (barriers to entry) yang ada. Salah satu penghalang terbesar di dalam industri rumah sakit adalah besarnya modal usaha (Capital Requirements). Dalam industri rumah sakit, penyediaan modal awal (starting capital) dibutuhkan cukup besar untuk mendirikan fasilitas fasilitas medis terutama yang berkaitan dengan teknologi kedokteran. Investasi seperti ini juga cukup beresiko mengingat sifatnya yang spesifik dan memiliki nilai jual kembali (salvage value) yang rendah. Penghalang lainnya adalah diferensiasi produk/jasa. Pelayanan medis yang ditawarkan oleh sebuah rumah sakit serupa dengan layanan rumah sakit lainnya. Pemain baru relatif sulit untuk mendapatkan keunggulan dari diferensiasi produk/jasa. Ancaman Produk dan Jasa Pengganti Produk atau jasa pengganti adalah produk atau jasa yang memiliki fungsi yang sama dengan produk atau jasa industri dimaksud. Jasa layanan medis berupa layanan pengobatan mengalami ancaman dari jasa pengobatan alternatif seperti pengobatan dengan metoda tusuk jarum, refleksi dan tenaga dalam. Pengobatan alternatif menawarkan harga yang relatif lebih murah dibandingkan pengobatan medis. Umumnya pengobatan alternatif lebih banyak diminati oleh kalangan menengah ke bawah dengan taraf pendidikan yang rendah. Produk farmasi juga mengalami ancaman serupa dari obat obatan tradisional seperti obat dari ekstrak tumbuhan (herbal) dan jejamuan. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok dan Pembeli Pasokan penting terhadap operasional rumah sakit terdiri atas obat obatan, peralatan medis dan tenaga. Kesediaan pasokan obat obatan dan peralatan medis termasuk banyak. Di industri mereka sendiri, persaingan cukup ketat. Pendekatan personal pemasok kepada manajemen rumah sakit serta ketatnya persaingan harga memberikan keuntungan bagi pihak rumah sakit. Mengenai tenaga, 18

5 pasokan tenaga medis perawatan relatif banyak, akan tetapi pada tenaga medis dokter khusunya yang memiliki kemampuan spesialis dan subspesialis relatif sedikit. Begitu juga sama halnya dengan tenaga medis non perawatan. Pesaing Industri Hingga saat ini, terdapat 2 rumah sakit umum yang berlokasi di Bandung Selatan berdekatan dengan RSU Bina Sehat. Rumah Sakit Al Ihsan yang berlokasi di Bale Endah, memiliki kapasitas sebanyak 139 tempat tidur. Al Ihsan menawarkan layanan medis yang lebih lengkap dari pada RSU Bina Sehat antara lain adalah spesialis jantung, jiwa dan bedah plastik. Fasilitas penunjung medik pun lebih lengkap antara lain adalah CT Scanning, Mammografi, ESWL, Echo Kardiografi, EEG, Colonoscopy dan Laparoscopy. Kemudian Rumah Sakit Sartika Asih milik Kepolisian Republik Indonesia. Sartika Asih yang memiliki kapasitas 150 tempat tidur juga menawarkan layanan spesialis jiwa dan jantung yang tidak dimiliki oleh RSU Bina Sehat. Dari sisi fasilitas penunjang medik, RSU Bina sehat menawarkan fasilitas yang serupa dengan Sartika Asih. Berbeda dengan RSU Bina Sehat yang memfokuskan targetnya pada segmen bawah, kedua rumah sakit ini bermain pada semua segmen. Hal ini memberikan keuntungan bagi RSU Bina Sehat yang bermain pada satu segmen untuk lebih memusatkan pengembangan strategi bisnisnya (focus). Dari sisi kebijkan tarif, RSU Bina Sehat melakukan pembandingan (benchmarking) dengan kedua rumah sakit ini untuk tetap mempertahankan perletakannya (positioning) sebagai rumah sakit rendah biaya (lowfare hospital). Salah satu komitmen pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas adalah program Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (Askeskin). Program ini berlaku bagi seluruh rumah sakit pemerintah, TNI/POLRI dan rumah sakit yang bekerja sama dengan PT. Askeskin 19

6 termasuk di antaranya adalah Al Ihsan. Bagi masyarakat golongan ekonomi mengengah ke bawah, biaya perawatan dan pengobatan gratis di rumah sakit bisa jadi merupakan alternatif utama dalam pemilihan rumah sakit yang ditujunya. RSU Bina Sehat yang belum menerima pasien Askeskin tentunya mengalami kerugian berupa hilangnya sebagian pangsa pasar Analisis Lingkungan Makro Analisis lingkungan makro meliputi kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial dan kebijakan pemerintah, seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 berikut. Government The Industry Environment Suppliers New entrants Substitutes Customers Competition Economies Social Structure & Demography Gambar 2.3 Faktor Lingkungan Makro Kondisi Sosial Kabupaten Bandung merupakan kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah penduduk paling banyak dan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Dengan luas wilayah 3.022,65 m 2 dan total penduduk 4,399,128 jiwa, Kabupaten Bandung menempati posisi kabupaten ketiga terpadat di Jawa Barat setelah Cirebon dan Bekasi, yaitu 1,411 km 2 /orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3.07% (BPS Provinsi Jawa Barat 2006). 20

7 Selain dari kependudukan, parameter lain yang penting untuk dikaji dalam melihat gambaran umum kondisi sosial antara lain adalah apresiasi masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas hidup. Pendidikan menjadi jembatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkorelasi dengan tingkat kemakmuran. Untuk taraf pendidikan, warga Kabupaten Bandung memiliki tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan formal yang relatif rendah. Angka Partisipasi Sekolah (Tabel 2.1) menurut penggolongan usia pendidikan menunjukkan bahwa inisatif masyarakat untuk menyekolahkan anggota keluarganya hingga tahap perguruan tinggi masih sangat rendah. Mayoritas warga Kabupaten Bandung hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar sederajat (39.24%) sementara jumlah lulusan universitas atau lebih hanya sebanyak 1.65% (Tabel 2.2). Tabel 2.1 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Bandung (Sumber: Survey Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat 2006) Tidak Sekolah Kelompok Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Jumlah Lagi Usia n % n % n % n % Usia , , , , Usia , , , Usia , , , Usia , , , Tabel 2.2 Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Kabupaten Bandung Menurut Ijazah Terakhir (Sumber: Survey Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat 2006) Ijazah Terakhir Jumlah % Tidak/Belum Pernah Sekolah 59, % Tidak/Belum Tamat SD 688, % SD/MI 1,384, % SLTP/MTs Sederajat 737, % SLTA Sederajat 449, % SM Kejuruan 94, % DI/DII 31, % DIII/ Sarmud 25, % DIV/ Universitas Ke atas 58, % 3,529, % 21

8 Rendahnya tingkat pendidikan warga Kabupaten Bandung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, rendahnya tingkat pemasukan keluarga relatif terhadap biaya pendidikan. Dilihat dari kecenderungannya, terdapat keinginan yang cukup besar untuk menyekolahkan anggota keluarga hingga ke tahap pendidikan menengah atas atau kejuruan. Akan tetapi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, faktor biaya menjadi penghalang utama bagi keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah. Sebagai konsekuensinya, mereka memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dan masuk ke dalam angkatan kerja. Kedua, masih ada anggapan bahwa tingkat pendidikan tidak menjamin perbaikan taraf hidup. Anggapan seperti ini biasa terjadi dalam keluarga dengan orang tua yang memiliki pengalaman pendidikan yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Dari keseluruhan jumlah rumah tangga di Kabupaten Bandung yang memiliki balita, tercatat sebanyak 322,261 (95.62%) rumah tangga memeriksakan anggota keluarganya ke tenaga kesehatan dan mayoritas dari mereka memeriksakan kehamilannya setiap bulan (Tabel 2.3). Tercatat pula bahwa sebanyak 48.88% rumah tangga mengeluarkan biaya kesehatan perbulan lebih dari Rp ,00 (Tabel 2.4). Statistik ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian masyarakat akan pentingnya kesehatan cukup tinggi terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita. Tabel 2.3 Frekuensi Rumah Tangga yang Memeriksakan Bumil ke Tenaga Kesehatan (Sumber: Survey Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat 2006) Trimester < 2 kali 2 kali 3 kali Jumlah I II III 65,285 44, , , % 19.39% 52.12% 100% 36,115 56, , , % 24.85% 59.39% 100% 22,225 52, , , % 23.03% 67.27% 100% 22

9 Tabel 2.4 Golongan Pengeluaran Kesehatan PerKapita Perbulan (Sumber: Survey Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat 2006) Golongan Pengeluaran Kesehatan PerKapita Perbulan 30,000 s.d ,000 s.d ,000 s.d ,000 s.d ,000 s.d > 150, ,119 1,178 1,499 2,159 6, % 8.62% 9.08% 11.55% 16.64% 48.88% Rata-rata Per Kapita 5,399 Dari persentase penolong kelahiran bayi (Tabel 2.5), hanya sebesar 8.87% yang ditolong oleh dokter dan 47.13% oleh bidan. Persentase ini menunjukkan bahwa peluang bagi RSU Bina Sehat masih cukup besar dalam menjemput pasar terutama dari golongan penolong bidan. Koordinasi yang baik antara bidan bidan dan pihak rumah sakit dapat menolong sosialisasi keberadaan RSU Bina Sehat dan menciptakan potensi pasar baru mengingat RSU Bina Sehat juga memfokuskan segmennya pada kelas bawah yang dilayani oleh para bidan. Tabel 2.5 Persentase Penolong Kelahiran di Jawa Barat (Sumber: Survey Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat 2006) Penolong Kelahiran % Dokter 8.87% Bidan 47.13% Paramedis Lain 0.64% Dukun 41.84% Famili/Lainnya 1.52% Kondisi Ekonomi Perekonomian di Kabupaten Bandung didominasi oleh tiga sektor dengan persentase yang relatif berimbang yaitu sektor industri 25.97%, pertanian 24.04% dan perdagangan 21.04%. Sementara sektor jasa menempati urutan keempat hanya dengan 10.72%. (Tabel 2.6) Tingkat Partispasi Angkatan Kerja pada tahun 2006 sebesar 52.65% dengan perbandingan TPAK laki laki sebesar 72.61% dan perempuan 32.35%. Hal ini menunjukkan bahwa peran laki laki masih mendominasi angkatan kerja di 23

10 Kabupaten Bandung. Akan tetapi apabila dilihat dari kecendurangan perubahan komposisi TPAK, peran perempuan dalam angkatan kerja juga semakin bertambah. Pada tahun 2005 komposisi TPAK laki laki berbanding TPAK perempuan adalah 74.33% berbanding 30.88%. Hal ini disebabkan oleh keterpaksaan perempuan untuk masuk ke angkatan kerja yang merupakan akibat dari tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga (Penyusunan Data Suseda Provinsi Jawa Barat 2006). Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung berdasarkan Lapangan Pekerjaan (Sumber: Survey Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat 2006) Mata Pencaharian Jumlah % Pertanian 370, % Pertambangan dan Penggalian 9, % Industri 400, % Listrik, Gas dan Air 5, % Konstruksi 111, % Perdagangan 324, % Angkutan & Komunikasi 134, % Keuangan 14, % Jasa 165, % Lainnya 5, % 1,542, % Kebijakan Pemerintah Pada awalnya, rumah sakit di Indonesia hanya boleh dikelola oleh pemerintah daerah dan yayasan. Akan tetapi sejak tahun 1992, pemerintah merubah kebijakan mengenai pihak yang berwenang dalam kepemilikan dan pengelolaan rumah sakit. Pihak swasta menjadi diperbolehkan untuk terjun dalam industri ini. Dan pada tahun 1997, pemerintah mengizinkan pihak swasta asing untuk berinvestasi di dalam industri ini walaupun pemerintah membatasi kepemilikan saham pihak asing maksimal 5% dan pada 2004 menjadi maksimal 49%. 24

11 Berdasarkan data statistik (Tabel 2.7) Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PDPERSI), rata rata pertumbuhan tahunan jumlah rumah sakit di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun sejak 1997 hingga 2006 adalah sebesar 1.87%. Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit yang memiliki pertumbuhan paling tinggi adalah rumah sakit milik swasta dengan rata rata pertumbuhan tahunan sebesar 2.85%. Tingginya pertumbuhan rumah sakit milik swasta dibandingkan dengan yang lain disebabkan oleh privatisasi industri rumah sakit yang dilakukan oleh pemerintah. Tabel 2.7 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Berdasarkan Kepemilikan (Sumber: Data Statistik PDPERSI Desember 2007) Kepemilikan Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes Propinsi/Kab/Kota TNI / POLRI DEP LAIN / BUMN Swasta Jumlah Rumah Sakit Khusus Depkes Propinsi/Kab/Kota TNI / POLRI DEP LAIN / BUMN Swasta Pertumbuhan jumlah rumah sakit khususnya milik swasta diperkirakan akan lebih tinggi lagi pada tahun 2010 mengingat industri rumah sakit adalah salah satu sektor jasa yang akan diliberalisasi oleh pemerintah. Pada saat itu, pihak asing diperbolehkan untuk memiliki saham rumah sakit hingga 100%. Semenjak 3 September 2007, pemerintah menetapkan Standarisasi Tarif Pelayanan Rumah Sakit. Kebijakan ini berlaku bagi unit kelas 3 pada seluruh rumah sakit pemerintah. Kebijakan ini pula disusul dengan standarisasi tarif bagi kelas 2 pada Desember Kebijakan ini memberi manfaat yang besar 25

12 bagi masyarakat terutama kelas bawah. Pengajuan biaya pelayanan kesehatan melalui Asuransi Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (Askeskin) menjadi dipermudah Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Generic Competitive Strategies dari Porter (1985) mengatakan bahwa terdapat tiga strategi generik dalam memperoleh sustained competitive advantage, yaitu Cost Leadership, Differentiation dan Focus. Strategi Cost Leadership menekankan pada rendahnya biaya operasional sementara Differentiation menekankan pada keunikan produk atau jasa yang ditawarkan dan Focus menekankan pada pemusatan perhatian terhadap kelompok, segmen atau geografis tertentu. Gambar 2.4 Three Generic Strategies Bila dilihat dari pendekatan strategi generik, RSU Bina Sehat berada dalam daerah irisan strategi Overall Cost Leadership dan Focus. RSU Bina Sehat memposisikan dirinya sebagai low fare hospital. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan tarif yang ditetapkan oleh RSU Bina Sehat. Tarif yang diberlakukan secara umum relatif lebih murah dibandingkan dengan tarif yang diberlakukan oleh rumah sakit lainnya. Pada strategi Focus, RSU Bina Sehat 26

13 lebih mentargetkan kepada konsumen dari golongan menengah ke bawah. Di samping itu, pada saat ini RSU Bina Sehat lebih memfokuskan pada konsumen yang berdomisili di wilayah Bandung sesuai visinya yaitu menjadi rumah sakit bedah dan kandungan unggulan di wilayah Bandung Selatan. Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh RSU Bina Sehat adalah sumber daya manusia khususnya pada Staf Medis Fungsional. Studi terdahulu mengenai tingkat kepuasan pelanggan (Rina Nuraeni, Tingkat Kepuasaan Pasien Rawat Rumah Sakit Umum Bina Sehat, 2006) menunjukkan bahwa pada dimensi keandalan (reliability) yang meliputi ketepatan waktu kunjung dokter, kesigapan personalia dalam menangani pasien, ketepatan waktu kontrol perawat dan keterampilan personalia mencapai tingkat kepuasan sebesar 78.9%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat respon positif para konsumen terhadap personel RSU Bina Sehat dari sudut pandang profesionalitas. Pada dimensi ketanggapan (responsiveness) yang meliputi respon personel ketika datang ke ruang rawat inap, respon personel dalam menjawab pertanyaan serta kejelasan petugas dalam menyampaikan informasi memperoleh tingkat kepuasan pelanggan sebesar 77.49%. Dimensi lainnya yaitu dimensi kepedulian (empathy) memperoleh tingkat kepuasan sebesar 77.08%. Hasil survey ini menunjukkan bahwa para pasien cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh RSU Bina Sehat dan ini merupakan cerminan dari keberhasilan RSU Bina Sehat dalam menerapkan disiplin nilai keintiman terhadap kustomer (customer intimacy). Untuk meningkatkan sumber pendapatannya, RSU Bina sehat mengadakan kerjasama dengan berbagai perusahaan (business to business). Bentuk kerja sama yang dijalankan berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan para 27

14 pegawai perusahaan. Hingga saat ini sebanyak 30 perusahaan masih menjalin kerjasama dengan RSU Bina Sehat. Dari total keseluruhan, 12 di antaranya menjalin kontrak kerjasama dan 18 lainnya bersifat insidentil (Maret 2008). Selain kegiatan usaha, RSU Bina Sehat juga mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan di wilayah setempat. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk corporate social responsiblity RSU Bina Sehat yang sejalan dengan program pemerintah dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat. Kegiatan tersebut antara lain yang pernah dilaksanakan pada tahun 2007 adalah penyuluhan dan konsultasi mengenai kesehatan lingkungan, gizi bayi dan balita serta khitanan massal bagi warga di sekitar wilayah rumah sakit. Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh RSU Bina Sehat adalah sumber daya teknologi khususnya alat kedokteran. Penanaman modal baru pada alat kedokteran menjadi wacana di RSU Bina Sehat terutama antara kalangan SMF dan pihak manajemen. Pihak SMF yang berkepentingan menginginkan adanya pembaharuan dan penambahan alat kedokteran tertentu demi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan. Sementara pihak manajemen masih belum menganggap investasi baru pada alat kedokteran sebagai hal yang mendesak. Yang menjadi alasan manajemen untuk menunda pengadaan fasilitas medis yang padat modal adalah pertama, RSU Bina sehat masih dapat melayani kebutuhan dari segmen yang ditargetkannya. Kedua, penanaman modal pada alat kedokteran memberikan risiko yang besar mengingat nominalnya yang relatif besar. Target pasar yang dituju oleh RSU Bina Sehat adalah segmen bawah dengan margin yang relatif rendah. Investasi yang kurang tepat sasaran dikhawatirkan berdampak pada rendahnya tingkat pengembalian investasi (Return On Investment, ROI). Dan apabila sebagian biaya investasi harus dibebankan pada konsumen, maka dapat merusak positioning RSU Bina Sehat sebagai low fare hospital. 28

15 Kelemahan lain yang ditemukan di lapangan adalah mengenai peningkatan keterampilan bagi para perawat. Program pengembangan tenaga masih dirasakan kurang oleh para perawat. RSU Bina Sehat sendiri sebetulnya selalu mengikutsertakan program pelatihan bagi pawa perawat akan tetapi realisasinya masih tidak sesuai dengan harapan para perawat terutama yang berkaitan dengan sertifikasi. Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan RSU Bina Sehat dalam mengalokasikan dana pengembangan bagi para staf. Kelemahan lain yang juga ditemukan di lapangan adalah mengenai sistem evaluasi kinerja. Pelaksanaan evaluasi kinerja masih belum dirasakan efektif bagi para perawat terutama dalam rangka peningkatan keterampilan Analisis SWOT Berdasarkan analisis mengenai lingkungan internal perusahaan, untuk mengidentifikasi strengths dan weaknesses; dan analisis lingkungan eksternal perusahaan, untuk mengidentifikasi opportunities dan threats maka dapat ditentukan Matriks SWOT seperti terilhat pada Gambar 2.5 berikut. Strengths (Kekuatan) Kualitas SDM (Staf Medis Fungsional). Keberhasilan penerapan disiplin nilai customer intimacy. Pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsiblity. Penerapan B2B Marketing. Weaknesses (Kelemahan) Fasilitas fisik (tangibles) terutama pada alat kedokteran Kebijakan mengenai pengembangan staf Kebijakan mengenai evaluasi kinerja Opportunities (Kesempatan) Apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap kesehatan terutama ibu dan anak. Segmen menengah ke atas yang belum disasar oleh RSU Bina Sehat. Threats (Ancaman) Kebijakan pemerintah yang mempermudah proses pembayaran dengan Askeskin. Potensi ancaman masuknya rumah sakit swasta terutama asing dengan adanya liberalisasi industri rumah sakit. 29

16 Gambar 2.5 Matriks SWOT RSU Bina Sehat 2.3 Akar Permasalahan Permasalahan yang dihadapi oleh RSU Bina Sehat berkaitan dengan tingkat kualitas jasa dapat dilihat melalui telusuran masalah seperti pada Gambar 2.6 berikut. Gambar 2.6 Penelusuran Akar Permasalahan 30

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Sintang merupakan salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 21.635 km 2. Daerah dengan jumlah penduduk 371.332

Lebih terperinci

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM Mata Kuliah Modul ke: - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Analisis Situasional Apa yang

Lebih terperinci

MINGGU#3. Sistem Informasi, Organisasi, dan Strategi

MINGGU#3. Sistem Informasi, Organisasi, dan Strategi MINGGU#3 SIM Pokok Bahasan: Sistem Informasi, Organisasi, dan Strategi Tujuan Instruksional Khusus: Referensi: 1. Bab 3 : Kenneth C.Laudon & Jane P.Laudon, Management Information System, 13 rd edition,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya pembangunan dalam rangkaian program-program yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Pengantar. Pengantar. Konsep Lain Strategi 11/23/2011. Hamel dan Prahalad (1995):

Pengantar. Pengantar. Konsep Lain Strategi 11/23/2011. Hamel dan Prahalad (1995): Pengantar ANALISIS STRATEGIS Hendri Sopryadi,M.T.I Indra Maipita 2008 Pengertian: Chandler (1962): strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Universitas Bina Nusantara Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 Semester Ganjil tahun 2006/2007 Yuyun

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGIS. Indra Maipita. Universitas Negeri Medan

ANALISIS STRATEGIS. Indra Maipita. Universitas Negeri Medan ANALISIS STRATEGIS 2008 Indra Maipita Universitas Negeri Medan Pengantar Pengertian: Chandler (1962): strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong perubahan di segala bidang termasuk perubahan paradigma di bidang jasa kesehatan. Kerangka acuan seminar nasional PERSI 1995 mengutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit pada era globalisasi berkembang sebagai industri padat karya, padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia juga semakin banyak. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan besar dan kecil

Lebih terperinci

ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI. Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM

ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI. Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM ASPEK LINGKUNGAN INDUSTRI Lecture Note : Ir. M. Yamin Siregar, MM Analisis Lingkungan Industri Five Competitive Forces by Michael E. Porter (Model 5 Kekuatan Persaingan) Porter s Five Competitive Forces/Model

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya seminimal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran DAFTAR ISI Sampul Skripsi Judul Skripsi Pernyataan Bebas Plagiarisme Pengesahan Skripsi Pengesahan Ujian Skripsi Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran i ii iii iv

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/29

OVERVIEW 1/29 OVERVIEW Konsep dasar dan arti penting klasifikasi industri. Arti penting analisis industri untuk menyeleksi sekuritas. Metode yang digunakan untuk mengestimasi tingkat keuntungan, earning per share, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha Rumah Durian Harum yang terletak di daerah Kalimalang, Jakarta Timur ini memiliki beberapa konsep

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit pengelolaan swasta pun semakin berkembang pesat. Hal ini tidak pelak

BAB I PENDAHULUAN. sakit pengelolaan swasta pun semakin berkembang pesat. Hal ini tidak pelak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, perkembangan rumah sakit di Indonesia semakin membaik. Tidak hanya rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit-rumah sakit pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja layanan kesehatan yang diterima setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.

Lebih terperinci

prasarana, sumberdaya manusia, kefarmasian, dan peralatan. (2)

prasarana, sumberdaya manusia, kefarmasian, dan peralatan. (2) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepuasan 1.1 Defenisi Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah

Lebih terperinci

one day care Rumah Sakit Batas Kota Proposal Pembukaan Layanan One Day Care

one day care Rumah Sakit Batas Kota Proposal Pembukaan Layanan One Day Care Proposal Pembukaan Layanan One Day Care Presented by : Kelompok Tutorial 2 Dewi, Dyah, Eny, Freshinta, galuh Pradhi, Irwan sb Pembimbing : Qurrotul aini, S.KG,M.Kes. LATAR BELAKANG Sejalan dengan visi

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan kesehatan. Sebagai suatu industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang 1 I. PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang memiliki misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Depkes RI (2008) dalam Permenkes RI No 269/Menkes/Per/III/2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif. Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga Negara

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sistem Yang Berjalan Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis sistem yang sedang berjalan pada RSUP Fatmawati. 5.1.1 Analisis Lima Kekuatan Porter Melalui analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Namun seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit swasta di Surabaya yang menangani pelayanan dibidang obstetri dan

BAB I PENDAHULUAN. sakit swasta di Surabaya yang menangani pelayanan dibidang obstetri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit Ibu dan Anak Putri (RSIA Putri) Surabaya merupakan rumah sakit swasta di Surabaya yang menangani pelayanan dibidang obstetri dan ginekologi. Pelayanan obstetri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS LINGKUNGAN

BAB II ANALISIS LINGKUNGAN BAB II ANALISIS LINGKUNGAN Tujuan Analisis Lingkungan : untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan. Baik faktor-faktor yang berada diluar organisasi maupun yang berada didalam organisasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:22), manajemen adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar terselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto Nasional (PDB) Indonesia. Sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain adalah kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan yang prima. Seseorang

Lebih terperinci

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan terhadap layanan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan ini masyarakat akan berupaya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keunggulan Bersaing Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era suatu negara unggul terhadap negara lain karena memiliki kekayaan

Lebih terperinci

1.1.2 Logo perusahaan Berikut ini adalah logo dari rumah sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Beserta penjelasannya

1.1.2 Logo perusahaan Berikut ini adalah logo dari rumah sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Beserta penjelasannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Jenis Usaha, Nama Perusahaan, dan Lokasi Perusahaan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang terletak di Kota Bandung, tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melalui fungsi transformasi sumberdaya manusia, iptek dan sosial, perguruan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melalui fungsi transformasi sumberdaya manusia, iptek dan sosial, perguruan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui fungsi transformasi sumberdaya manusia, iptek dan sosial, perguruan tinggi menempati posisi yang strategis dalam pembangunan masyarakat. Perkembangan masyarakat

Lebih terperinci

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami BAB II Eksplorasi Isu Bisnis 2.1 Conceptual Framework Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami oleh para pemilik Usaha Kecil Menegah (UKM) dalam melakukan pemasaran produk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien menerima pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bantuan dan rahmat-nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bantuan dan rahmat-nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bantuan dan rahmat-nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Setelah memperoleh bekal pendidikan selama masa perkuliahan,

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan, kegiatan promosi sangat erat hubungannya dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Tidak berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian.

Lebih terperinci

3.2. Analisis Perubahan RSB Astanaanyar Menjadi RS Khusus Ibu dan Anak Astanaanyar

3.2. Analisis Perubahan RSB Astanaanyar Menjadi RS Khusus Ibu dan Anak Astanaanyar DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR DIAGRAM vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Visi I-2 1.3. Misi I-2 1.4. Tujuan I-3 1.5. Ruang Lingkup Studi Kelayakan I-3 1.6.

Lebih terperinci

1. Nama :... Jenis Kelamin : Pria Perempuan. 3. Pekerjaan : PNS Dosen / Guru. 4. Pendidikan Terakhir : SD SLTP. Doktor (S3)

1. Nama :... Jenis Kelamin : Pria Perempuan. 3. Pekerjaan : PNS Dosen / Guru. 4. Pendidikan Terakhir : SD SLTP. Doktor (S3) NOMOR RESPONDEN :... I. PROFIL RESPONDEN Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang disediakan sesuai dengan identitas Bapak/Ibu/Sdr/i dengan memberikan tanda silang ( ) di bawah ini : 1. Nama :... Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis

2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis Information System Strategic Design 2 Sistem Informasi untuk Keunggulan Strategis Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Pengertian Sistem Informasi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi dan modernisasi dunia saat ini, kemajuan di segala bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era pembangunan global ini tidak bisa dipisahkan dengan arah pembangunan kesehatan nasional, dimana salah satu strategi yang dikembangkan adalah pembaharuan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut American Hospital Association, Wolper dan Pena, Association of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk memenuhi hak masyarakat terkait dengan apa yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk memenuhi hak masyarakat terkait dengan apa yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia mempunyai hak yang sama untuk hidup, termasuk hak dan investasi atas kesehatan. Semua kalangan berhak mendapatkan hak tersebut dengan porsi

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication 2

Integrated Marketing Communication 2 Modul ke: 03Fakultas Eppstian Fakultas Ilmu Komunikasi Integrated Marketing Communication 2 Analisis Situasi Pasar dengan Model Michael Porter, GE Matrix, dan Product Life Cycle (PLC) Syah As ari, M.Si

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK..

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. i ii iii KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... vi x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK.. xii DAFTAR LAMPIRAN.. xiii

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.1.1. Definisi Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi

I. PENDAHULUAN. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah populasi penduduk Indonesia, baik dilihat secara nasional maupun pada tingkat regional, termasuk penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan medis semakin meningkat, sehingga masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah sakit. Perubahan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk mendukung kesehatan bagi masyarakat maka banyak didirikan lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan

Lebih terperinci