Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.)
|
|
- Yuliana Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.) Zulyusri, Desyanti, Usnal Mardia Abstrak. Pengujian keefektifan daun sangitan Sambucus javanica Reinw terhadap rayap tanah (Coptotermes sp.) melalui pengamatan mortalitas, kehilangan umpan, LC 50 dan LT 50 rayap tanah telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu faktor jenis umpan (serbuk kayu dan kertas tisu) dan faktor proporsi bubuk daun S. javanica (1g, 2g, 4g, 6g, dan 7g). Data mortalitas dan kehilangan umpan oleh rayap tanah dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf signifikan 5%. Nilai LC 50 dan LT 50 S. javanica terhadap rayap tanah dianalisis menggunakan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk daun S. javanica efektif sebagai pengendali rayap tanah baik yang diumpankan pada serbuk kayu maupun pada kertas tisu. Faktor A (proporsi bubuk) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap mortalitas rayap tanah (Coptotermes sp.) dan kehilangan umpan, sedangkan faktor B (jenis umpan) dan faktor AB (interaksi faktor A dan faktor B) tidak memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap moratalitas rayap tanah tetapi berbeda nyata terhadap kehilangan umpan. Proporsi yang efektif terhadap mortalitas rayap tanah adalah A 3 (4 g bubuk daun S. javanica dicampur 10 g serbuk gergaji). Kehilangan umpan terkecil pada perlakuan A 5 B 1 (proporsi bubuk daun S. javanica 7 g dicampur serbuk gergaji 10 g). Dilihat dari Lethal Time (LT 50 ) proporsi yang paling efektif pada perlakuan A 5 B 1 (proporsi bubuk daun S. javanica 7 g) dengan LT 50 adalah LD 50 terlihat efektif pada perlakuan B 2 (kertas tisu) dengan nilai 0, PENDAHULUAN Rayap merupakan salah satu jenis serangga ordo Isoptera pemakan kayu yang sangat berbahaya bagi bangunan yang mengandung unsur kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blackboard, dan laminated board) (Radhitya dan Zulfahmi, 2010). Tercatat ada sekitar 200 jenis rayap namun baru 179 jenis yang sudah teridentifikasi di Indonesia. Beberapa jenis rayap di Indonesia secara ekonomi sangat merugikan karena menjadi hama ada tiga jenis rayap tanah/subteran yaitu Coptotermes curvignathus Holmgern, Macrotermes gilvus Hagen, serta Schedorhinotermes javanicus Kemner dan satu jenis rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Tiap tahun kerugian akibat serangan rayap di Indonesia tercatat sekitar Rp 224 miliar-rp 238 miliar (Wiji dan Yusuf, 2004). Rayap tanah/subteran (Coptotermes sp.) adalah jenis rayap yang memberi kontribusi penting terhadap kerusakan kayu. Organisme ini merusak kayu dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap sehingga kayu menjadi keropos dan hancur (Kartika, 2007). Selain itu Coptotermes juga merusak kayu dan akar karet, kelapa sawit, kenari, flamboyan, dan sebagainya. Dengan demikian pengendalian populasi rayap sangat perlu dilakukan sebagai upaya meminimalisasi kerusakan yang lebih parah. Dewasa ini pengendalian rayap dilakukan secara kimiawi yaitu menggunakan pestisida kimia antara lain golongan organofosfat dan piretroid, namun meninggalkan residu berbahaya bagi lingkungan (Kartika, 2007). Menurut Jumar (2000), penggunaan insektisida dalam Semirata 2013 FMIPA Unila 521
2 Zulyusri, dkk: Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.) pengendalian serangga hama, memiliki banyak keuntungan, seperti efektif dan cepat menurunkan populasi serangga hama, mudah penggunannya, dan relatif murah biayanya. Akan tetapi, jika penggunaannya tidak bijaksana, maka dampak negatif dari penggunaan insektisida baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan lambat laun akan dirasakan. Salah satu alternatif yang memiliki prospek baik untuk mengendalikan rayap adalah dengan insektisida nabati, yaitu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Hardi dan Kurniawan, 2008). Karena menurut Arif et. al. (2012) beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang bersifat toksik terhadap hama. Ekstrak dari tumbuhtumbuhan, seperti dari kayu, kulit, daun, bunga, buah atau biji, diyakini berpotensi mencegah pertumbuhan jamur ataupun menolak kehadiran serangga perusak seperti rayap. Beberapa peneliti yang telah menggunakan insektisida nabati dalam mengendalikan rayap, antara lain Ramadani (2012) menggunakan Carica papaya Linn. Simanjuntak et al (2007) pada dosis 2g, 4g, dan 6g bubuk daun sirsak yang dicampur dengan umpan kertas, serbuk kayu dan rumah rayap dengan berat masing-masing 10g yang diumpankan pada 20 ekor rayap, pada hari ke-9 setelah aplikasi mampu membunuh rayap 57,77%-96,11 %. Tanaman yang juga dinilai cukup potensial sebagai insektisida nabati untuk pengendalian Coptotermes sp. adalah Sambucus javanica Reinw (sangitan). Sangitan (S. javanica Reinw) termasuk family Caprifoliaceae, dikenal dengan nama daerah sangitan atau kerak nasi. Tanaman ini banyak ditemukan tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan. Tanaman ini mengandung flavonoid, minyak atsiri, KNO 3, triterpenoid (α-sitosterol, asam ursolat dan α-amyrin palmitat), glukosida sianogen (L(+)-mandelonitril-D-glukosida atau sambunigran), saponin dan tannin. Daun dan akar sangitan mengandung saponin dan tannin, sedangkan buahnya mengandung saponin dan flavonoid. Disamping itu, menurut data Departemen Kesehatan (DEPKES), tanaman ini juga mengandung sambunigran dan glukosida (Afifah, 2005). Senyawa ini menyebabkan adanya aktifitas biologi yang khas seperti toksik, menghambat makan, antiparasit, dan pestisida (Harborne, 1987, dalam Hadi, 2008). Dengan demikian tentang efektifitas daun S. javanica ini sebagai anti rayap penting untuk dilakukan. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November Desember 2012 di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang. Penyediaan rayap uji Rayap tanah Coptotermes sp. di koleksi dari Surian Kec. Pantai Cermin Kab. Solok dengan cara mengambil langsung dari habitatnya menggunakan kuas kemudian dimasukkan kedalam toples besar. Pengambilan rayap sebagai hewan uji dilakukan sehari sebelum pengujian. Pembuatan bubuk daun S. javanica Reinw Pembuatan ekstrak daun S. javanica ini dilakukan di laboratorium penelitian Biologi FMIPA UNP. Daun S. Javanica dipisahkan dari batangnya menggunakan pisau, kemudian diletakkan dalam nampan plastik dan ditutup dengan kain hitam agar senyawa metabolit sekundernya tidak rusak karena terdedah oleh sinar matahari. Agar kain tidak lepas kain diikat menggunakan karet. Nampan plastik tersebut diletakkan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sampai kering. Daun S. javanica 522 Semirata 2013 FMIPA Unila
3 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 yang telah dikeringkan dihancurkan sampai halus dalam bentuk bubuk dengan menggunakan alat penggerus (lumpang). Bubuk daun S. javanica dimasukkan ke dalam toples. Penataan Unit Percobaan Unit percobaan ditata sedemikian rupa dengan cara meletakkan tissue secara merata ke dasar box berukuran 70x40x25 cm X 3. Masukkan pipa paralon dengan tinggi ± 5 cm yang telah dilapisi plaster paris dengan ketebalan ± 5 mm ke dalam box perlakuan. Penyiapan Umpan Bubuk daun S. javanica (A) dan berbagai jenis umpan (B) ditimbang dengan timbangan analitik sesuai dengan kombinasi perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam media unit perlakuan (A 0 =bubuk daun S. javanica 0 g, A 1 = bubuk daun S. javanica 1 g, A 2 = bubuk daun S. javanica 2 g, A 3 = bubuk daun S. javanica 4 g, A 4 = bubuk daun S. javanica 6 g, A 5 = bubuk daun S. javanica 7 g. B 1 =serbuk kayu, dan B 2 =kertas tisu. METODE PERCOBAAN Sebanyak 20 ekor rayap tanah Coptotermes sp. dengan jumlah 18 ekor kasta pekerja dan 2 ekor kasta prajurit untuk setiap perlakuan (Prianto et al, 2006), dimasukkan kedalam unit perlakuan yang telah berisi umpan. Setelah rayap tersebut dimasukkan ke dalam unit perlakuan yang telah berisi umpan maka unit perlakuan ditutup dengan kain kasa, dan selanjutnya unit perlakuan tersebut disusun sesuai dengan perlakuan. Unit perlakuan tersebut disimpan di dalam suhu ruang dengan kelembaban ± 95% dengan cara pemberian air secukupnya pada dasar box selama 7 hari pengamatan (Kartika, et. al., 2007). Pengamatan mortalitas rayap dilakukan dalam interval waktu 1 hari sekali. Mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan rumus E = a x 100%. b (a = Jumlah rayap yang mati setelah pengumpanan, b = Jumlah rayap yang digunakan). Persentase kehilangan umpan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Simanjuntak (2007): (W 1 W 2 ) x 100% W 1 (W 1 = Berat umpan mula-mula, W 2 = Berat umpan setelah pemaparan). Lethal Dosis (LD 50 ), yaitu konsentrasi yang efektif untuk membunuh 50% rayap dan Lethal Concentration (LT 50 ) waktu yang efektif untuk membunuh 50% rayap ditentukan dengan menggunakan analisis probit program Staistical Analysis Sistem (SAS). Data mortalitas dan kehilangan umpan rayap tanah dianalisis menggunakan uji sidik ragam ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf signifikan 5% (Hanafiah, 2005). Penentuan LC 50 dan LT 50 dianalisis dengan menggunakan analisis probit program Statistical Analysis Sistem (SAS) versi 9,13 portable HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Rayap Tanah Coptotermes sp. Hasil pengamatan terhadap mortalitas rayap Coptotermes sp menunjukkan bahwa persentase mortalitas sampai pengamatan hari ke 3 terlihat berbeda nyata antar perlakuan proporsi bubuk daun S. javanica, namun perlakuan hari-hari berikutnya tidak berbeda nyata kecuali berbeda antara kontrol dengan perlakuan. Mortalitas rayap tanah meningkat dengan penambahan proporsi bubuk daun S. Javanica (Tabel 1). Semirata 2013 FMIPA Unila 523
4 Zulyusri, dkk: Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.) Tabel 1. Rata-rata Persentase Mortalitas Rayap Tanah Coptotermes sp. Setelah Pengumpanan Berbagai Proporsi Daun S. Javannica Perlakuan 1 hsa 2 hsa 3 hsa 4 hsa 5 has 6 hsa 7 hsa A0 7,5 a 22,5 a 41,67 a 46,67 a 54,17 a 60,83 a 69,17 a A1 15 b 45 b 66,67 b 80 b 92,5 b 100 b 100 b A2 21,67 b 58,33 b 75,83 b 84,17 b 89,17 b 92,5 b 97,5 b A3 28,33 c 70 b 85 c 91,67 b 99,17 b 100 b 100 b A4 28,33 c 77,5 c 90 c 95 b 99,17 b 100 b 100 b A5 38,33 d 79,67 c 89,17 c 95 b 99,17 b 100 b 100 b Ket.: Notasi yang ditandai huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. A 0 =bubuk daun S. javanica 0 g, A 1 = bubuk daun S. javanica 1 g, A 2 = bubuk daun S. javanica 2 g, A 3 = bubuk daun S. javanica 4 g, A 4 = bubuk daun S. javanica 6 g, A 5 = bubuk daun S. javanica 7 g. B 1 =serbuk kayu, dan B 2 =kertas tisu. Tabel 1. menunjukkan bahwa daun S. javanica efektif dalam mengendalikan rayap tanah Coptotermes sp. Walaupun dalam proporsi terendah. Hal ini diduga karena kandungan S. Javannica yang bersifat toksik terhadap rayap tanah. S. javannica memiliki kandungan flavonoid, minyak atsiri, KNO 3, triterpenoid (αsitosterol, asam ursolat dan α-amyrin palmitat), glukosida sianogen (L(+)- mandelonitril-d-glukosida atau sambunigran), saponin dan tanin (Afifah, 2005). Dadang & Prijono (2008, dalam Utami, 2010) menyatakan saponin merupakan senyawa yang bersifat toksik. Asam fenolik dan tanin berperan sebagai pelindung tanaman dari patogen. Tsoumis (1991, dalam Yanti, 2008) keawetan kayu secara alami ditentukan oleh jenis dan banyaknya ekstraktif di dalam kayu yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu seperti tanin, alkaloid, saponin, fenol, quinone dan damar. Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa perlakuan yang efektif dalam mengendalikan rayap tanah terlihat jelas pada hari ke-3 yaitu pada perlakuan A 1 dengan proporsi bubuk daun S. Javannica 2 g. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa S. javanica ini memiliki toksisitas yang tinggi dan efektif bila digunakan dalam mengendalikan rayap tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Desyanti (2007) bahwa suatu mikroorganisme dapat dikatakan patogen apabila dapat menginfeksi dan menyebabkan kematian pada serangga (hama perusak), sedangkan suatu agens hayati dapat dikatakan efektif sebagai pengendali hayati jika dapat membunuh >60%, berarti daun S. javanica. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa S. javanica efektif dalam pengendalian rayap tanah. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kehilangan Umpan Untuk melihat hubungan antara tingkat kematian rayap Coptotermes sp. dengan banyaknya umpan atau pakan yang dimakan rayap dilakukan penghitungan kehilangan umpan. Hasil pengujian kehilangan umpan sebagai makanan rayap Coptotermes sp. setelah aplikasi Bubuk Daun S. javanica dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat setiap faktor berbeda nyata terhadap kehilangan umpan. Hal ini disebabkan semakin tinggi proporsi bubuk daun S. Javanica maka semakin sedikit kehilangan umpan. Dengan meningkatnya proporsi bubuk daun S. Javannica maka kandungan zat anti rayap dalam satu perlakuan akan meningkat pula. Simanjuntak (2007) menyatakan semakin 524 Semirata 2013 FMIPA Unila
5 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 tinggi tingkat mortalitas rayap maka kehilangan umpan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat mortalitas rayap maka kehilangan umpan semakin tinggi. Arif (2012) menjelaskan penurunan laju konsumsi rayap karena penggunaan ekstrak mengindikasikan bahwa ekstrak yang ditambahkan tersebut kemungkinan mempunyai daya racun. Falah (2005, dalam Prianto, 2006) menambahkan bahwa penurunan weight loss paper disc akibat peningkatan konsentrasi ekstrak menunjukkan penambahan ekstrak memberikan peningkatan ketahanan paper disc terhadap serangan rayap. Tabel 2. Rata-rata Persentase Kehilangan Umpan Setelah Aplikasi Bubuk Daun S. javanica dan berbagai jenis umpan Proporsi Bubuk Daun S. javanica dan Jenis Umpan A 5 B 1 A 4 B 1 A 3 B 2 A 5 B 2 A 4 B 2 A 3 B 1 A 1 B 2 A 2 B 1 A 1 B 1 A 2 B 2 A 0 B 2 A 0 B 1 Rerata (gr) 0,64 a 0,87 b 1,8 c 1,87 c 1,88 c 2,02 c 2,2 c 2,26 c 2,29 c 2,32 c 2,99 d 3,04 e Ket.: Notasi yang ditandai huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. A 1 B 1 = Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 2 B 1 = Bubuk daun S. javanica (2 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 3 B 1 = Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 4 B 1 = Bubuk daun S. javanica (6 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 5 B 1 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 0 B 2 = Kertas tissue (10 g) tidak dicampur bubuk daun S. javanica (0 g), A 1 B 2 = Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 2 B 2 = Bubuk daun S. javanica (2 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 3 B 2 = Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 4 B 2 = Bubuk daun S. javanica (6 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 5 B 2 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur kertas tissue (10 g). Dari Tabel 2 terlihat bahwa pemberian berbagai proporsi bubuk daun S. javanica memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan umpan. Kehilangan umpan terendah pada perlakuan bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g). Kehilangan umpan berbanding terbalik dengan mortalitas rayap tanah, dimana bila kehilangan umpan rendah maka mortalitas tinggi dan mortalitas rendah kehilangan umpan tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Ramadani (2012) tingginya kehilangan umpan pada kontrol juga diduga karena rendahnya mortalitas rayap kontrol tersebut. Prianto et. al., (2006) menyatakan perlakuan ekstrak memberikan pengaruh yang nyata pada weight loss dari paper disc dibandingkan kontrol megnindikasikan adanya senyawa aktif pada ekstrak yang bersifat toksik. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa makin tinggi proporsi daun S. javanica makin sedikit kehilangan umpan. Sedikitnya kehilangan umpan pada perlakuan diduga dari kandungan S. javanica yang memiliki racun (toksik) bagi rayap. Apabila kehilangan berat contoh uji kecil maka berarti penghambat aktivitas makannya tinggi. Hal ini diduga disebabkan protozoa yang berperan dalam merombak polimer selulosa tidak dapat bekerja dengan baik sehingga rayap tidak memperoleh suplai makanan. Yang mana Arif (2012) menyatakan setelah ekstrak masuk ke dalam tubuh rayap menyebabkan dispersi poliribosom dan selanjutnya reticulum endoplasma kasar dihancurkan dalam gelembung yang dilarutkan ke dalam sel dan membengkak, nukleus menjadi rusak dan seluruh saraf menjadi kacau balau. Semirata 2013 FMIPA Unila 525
6 Zulyusri, dkk: Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.) Lethal Time (LT 50 ) S. javanica dalam mengendalikan Rayap Tanah Coptotermes sp. Tabel 3. LT 50 S. javanica Terhadap Rayap Tanah Coptotermes sp. Perlakuan Probability Konsentrasi 95% Fiducial A 1 B 1 0, A 2 B 1 0, A 3 B 1 0, A 4 B 1 0, A 5 B 1 0, A 1 B 2 0, A 2 B 2 0, A 3 B 2 0, A 4 B 2 0, A 5 B 2 0, Ket. A 1 B 1 = Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 2 B 1 = Bubuk daun S. javanica (2 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 3 B 1 = Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 4 B 1 = Bubuk daun S. javanica (6 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 5 B 1 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A 1 B 2 = Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 2 B 2 = Bubuk daun S. javanica (2 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 3 B 2 = Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 4 B 2 = Bubuk daun S. javanica (6 g) dicampur kertas tissue (10 g), A 5 B 2 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur kertas tissue (10 g). Waktu yang dibutuhkan oleh ekstrak daun S. javanica dengan berbagai variasi berat umpan dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam setiap perlakuan memiliki waktu yang berbeda-beda. Hal ini seiring dengan semakin tinggi proporsi bubuk S. javanica maka waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian pada taraf LT 50 lebih pendek, dimana peningkatan proporsi bubuk S. javanica membuat zat anti rayap dalam satu perlakuan menjadi meningkat dan peningkatan zat anti rayap membuat waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan 526 Semirata 2013 FMIPA Unila kematian menjadi pendek. Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian pada rayap berbanding lurus dengan kehilangan umpan, dimana kehilangan umpan rendah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian juga pendek. Perlakuan bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g) memiliki waktu yang lebih sedikit dalam menimbulkan kematian dibandingkan dengan perlakuan lain. Artinya perlakuan bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g) lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan lain karena proporsi bubuk daun S. Javannica tinggi yaitu 7 g yang mengandung zat antirayap tinggi pula (Tabel 6). Menurut Sastrodihardjo (1999, dalam Arif, 2012), pengaruh zat ekstraktif terhadap kematian rayap dan serangga lainnya adalah sebagai penghambat sintesis protein, khususnya dari kelompok tanin, stilbena, alkaloid, dan resin, sedangkan kelompok terpenoid dapat merusak fungsi sel rayap yang pada akhirnya menghambat proses ganti kulit rayap. Sifat toksik ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun S. javanica seperti, triterpenoid, tanin, dan saponin. Senyawa senyawa fenol, triterpenoid, alkaloid dan steroid yang terdapat pada tumbuhan merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama. Senyawa ini menyebabkan adanya aktifitas biologi yang khas seperti toksik menghambat makan, antiparasit, dan pestisida (Harborne, 1987, da Lethal Dosis (LD 50 ) S. javanica dalam mengendalikan Rayap Tanah Coptotermes sp. Dosis ekstrak daun S. javanica yang dibutuhkan untuk mampu mengendalikan rayap Coptotermes sp. sebesar 50% dapat dilihat pada Tabel 4.
7 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Tabel 4. LD 50 S. javanica Terhadap Rayap Tanah Coptotermes sp. Perlakuan Probability Kensentrasi 95% Fiducial Serbuk Kayu 0,50 - Kertas Tisu 0,50 0,05582 Catatan: ( - ) data kurang homogen. Dalam mengendalikan rayap tanah toksisitas dari S. javanica tidak berbeda, namun proporsi untuk menimbulkan kematian pada taraf tertentu (LD 50 ) dari kedua jenis umpan berbeda. Pada analisis probit LD 50 dari B 1 (serbuk kayu) tidak dapat dibaca oleh program SAS. Hal ini diduga karena kematian 100% terjadi dalam waktu yang sangat singkat untuk semua perlakuan. Jadi tidak dapat ditentukan rentang parameter S. javanica yang dapat menimbulkan kematian pada rayap (Tabel 4). Artinya pada B 1 perlakuan dengan berbagai proporsi bubuk daun S. javanica tidak diketahui berapa nilai proporsi yang mampu membunuh 50% rayap tanah. Dari Tabel 4 proporsi terlihat efektif dalam mengendalikan rayap tanah pada LD 50 adalah pada perlakuan B 2 dengan nilai LD 50 yaitu 0, Tarmadi et. al. (2007) menjelaskan dimana zat toksik dari material yang diujikan mengganggu lam Hadi, 2008) protozoa di dalam usus rayap sehingga menyebabkan rayap tersebut mati karena tidak dapat mencerna selulosa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Bubuk daun Sambucus javanica Reinw memiliki daya racun (toksik) terhadap rayap tanah Coptotermes sp.. sehingga daun S.javanica dapat digunakan sebagai insektisida nabati dalam pengendalian rayap tanah Coptotermes sp.. Pada metode pengumpanan proporsi bubuk yang efektif dalam mengendalikan rayap tanah Coptotermes sp. adalah 4 g. Berdasarkan analisis Faktor A (proporsi bubuk) memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap dan kehilangan umpan antara kontrol dengan pemberian berbagai proporsi bubuk, sedangkan Faktor B (jenis umpan) dan Faktor AB tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah tetapi berpengaruh nyata terhadap kehilangan umpan. Lethal Dosis (LD 50 ) efektif pada B 2 (kertas tisu) dan Lethal Time (LT 50 ) bubuk S. javanica efektif pada campuran bubuk daun 7 g dengan serbuk kayu 10 g. Saran Proporsi bubuk S. javanica yang baik digunakan adalah 4 g. Perlu dilakukan pemeliharaan rayap uji yang secara kontiniu dan lebih awal agar ketersediaan rayap dapat mempercepat waktu penelitian. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk meningkatkan keefektifan pemanfaatan S. javanica dalam pengendalian rayap tanah. DAFTAR PUSTAKA Afifah, Efi dr dan Tim Lentera Tanaman Obat Utuk Mengatasi Hepatitis. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Di akses tanggal 5 oktober Arif, Astuti M., Natsir Usman dan Fatmawaty Samma Sifat Anti Rayap dari Ekstrak Ijuk Aren (Arenga pinnata Merr.). http// diakses tanggal 1 Januari Bakti, Darma Pengendalian Rayap Coptotermes curvignatus Holmgren menggunakan Nematoda Steinernema carpocapsae Weiser dalam Skala Semirata 2013 FMIPA Unila 527
8 Zulyusri, dkk: Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.) Desyanti Kajian Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes spp. (Isoptera: Termitidae) dengan Menggunakan Cendawan Entomopatogen Isolat Lokal. Disertasi tidak diterbitkan. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Hadi, Mochammad Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum). Jurnal Bioma Juni 2008 Vol. 6, No. 2 Hal Diakses tanggal 17 oktober Hardi, Teguh & R. Kurniawan Pengendalian Rayap Tanah Pada Tanaman Kayu Putih dengan Ekstrak Sereh Wangi. Jurnal. biologyeastborneo.com. Diakses tanggal 5 Oktober Kartika et al Pengembangan Formula Bahan Infeksi Cendawan sebagai Alternatif Biokontrol Rayap Tanah Coptotermes sp. J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.5 No jurnalmapeki.biomateriallipi.org. Diakses tanggal 27 juli Prianto, et al Sifat Anti Rayap Ekstrak Antiaris (Antiaris toxicara), dan Ki Pahit (Picrasima javanica) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignatus Holmgren). Laporan Teknis Akhir Tahun Diakses tanggal 27 juli Ramadani, Rosi Fitri Keefektifan Ekstrak Daun Carica papaya Linn Untuk Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes sp. (Isoptera: Rhinotermitidae). Skripsi Tidak Diterbitkan. Padang: FMIPA UNP. Radhitya, Moch. Sabeth dan Zulfahmi Pemanfaatan Limbah Kulit Udang sebagai bahan Anti Rayap (Bio- Termisida) pada Bangunan Berbahan Kayu. Skripsi. Di akses tanggal 4 Oktober Simanjuntak, Ferry, et al Pemanfaatan Daun Sirsak dan Berbagai Jenis Umpan untuk Mengendalikan Hama Rayap di Laboratorium. Penelitian. Di akses tanggal 13 Oktober Tarmadi, et al Pengaruh Esktrak Bintaro (Carbera odollan Gaertn) dan Kecubung (Brugmansia candida Pers) Terhadap Rayap Tanah Coptotermes sp.. Jurnal Tropical Wood Scince and Technology Vol. 5. No I Di akses tanggal 1 November Utami, Sri Aktivitas Insektisida Bintaro (Cerbera odollan Gaertn) Terhadap Hama Eurema spp. Pada Skala Laboratorium. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.7 No.4 oktober 2010, Palembang: Balai Penelitian. http// Diakses tanggal 2 Januari Yanti, Hikma Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kulit Kayu Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. http// Diakses tanggal 2 Januari Semirata 2013 FMIPA Unila
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium pada suhu rata-rata 27,7 C dan kelembaban 91,5% (Lampiran 4), dengan hasil sebagai berikut: 4.L Awal Kematian Rayap (Jam) Hasil pengamatan
Lebih terperinciI. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
I. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
Lebih terperinciUji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura
Sidang TUGAS AKHIR, 28 Januari 2010 Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Nama : Vivid Chalista NRP : 1505 100 018 Program
Lebih terperinciHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Uji Larvasida Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva Aedes aegypti instar III yang dilakukan selama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)
Lebih terperinciOleh: Nur Alindatus Sa Diyah
PROPOSAL TUGAS AKHIR - SB 091351 UJI POTENSI EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera odollam) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) DENGAN MEDIA DAUN CABAI RAWIT (Capsicum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan
Lebih terperinciUji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium
Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium Power On Termite Soil Test (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera:
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tingkat penolakan hama kutu beras Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun pandan wangi kering dan daun pandan wangi segar memberikan pengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman sawi (Brassica juncea
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)
IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012
11 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pada bulan September 2017. B. Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tropis yang mengancam manusia di berbagai negara tropis dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara dengan iklim tropis ini hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pergantian
Lebih terperinciStudi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)
TUGAS AKHIR - SB09 1358 Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus) Oleh: Denada Visitia Riskitavani (1509 100 019) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kalorinya dari beras. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah. karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia, nesia, karena lebih dari setengah penduduk Indonesia menggantungkan gantun gkan hidupnya pada beras yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan kondisi tempat penyimpanan rata-rata suhu harian 27,05*'C dan kelembaban 84,3%, dengan hasil setiap parameter pengamatan sebagai berikut: 4.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan
Lebih terperinciBIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)
BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) Bioactivity of Ethanol Extract Noni Fruit (Morinda citrifolia L.) Against Subterranean
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pada akar tomat memang benar terdapat nematoda setelah dilakukan ekstraksi pertama kali untuk mengambil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. Menurut Wijana, (1982) Ae. aegypty adalah satu-satunya
Lebih terperinciSIFAT ANTIRAYAP EKSTRAK KULIT BIJI SAGA (Adenanthera pavonina Linn) Antitermites Properties Of Extract Shell Seed Saga (Adenanthera pavonina Linn)
SIFAT ANTIRAYAP EKSTRAK KULIT BIJI SAGA (Adenanthera pavonina Linn) Antitermites Properties Of Extract Shell Seed Saga (Adenanthera pavonina Linn) Lensi Mian Sinaga, Rudi Hartono, Luthfi Hakim, Arif Nuryawan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama
Lebih terperinci1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
UJI EFEKTIFITAS KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis) SEBAGAI PESTISIDA NABATI DALAM MENEKAN SERANGAN HAMA KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae L.) Muhammad Syaifullah Hiola (1), Rida Iswati (2), Fahria Datau
Lebih terperinciVI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembudidayaan tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat organisme pengganggu tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional selalu meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk disamping berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai
Lebih terperinciPENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA
PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan
31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di antara berbagai jenis hasil pertanian, sayuran merupakan bahan pangan penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya adalah kubis. Kubis
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Waktu:
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,
Lebih terperinciUJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)
UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM) Rulita Aftina, Purnomo, dan Agus M. Hariri Jurusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu
PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi
30 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian untuk kegiatan fraksinasi daun mint (Mentha arvensis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena mempunyai dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, untuk itu pestisida sintetik yang
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK
UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. Mira Susanti*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari November
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, gejala malaria pada tahun 2013 (WHO, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita,
Lebih terperinciOPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km
Lebih terperinciUji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan
Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan The Study of Chitosan Suspension to Control Termites (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di antaranya disebabkan serangan hama tanaman. Banyak hama yang menyerang tanaman kubis, salah satunya
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian dan Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PKMP. PEMANFAATAN EKSTRAK LIMBAH BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI BIO-ANTI RAYAP
LAPORAN AKHIR PKMP PEMANFAATAN EKSTRAK LIMBAH BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI BIO-ANTI RAYAP Oleh : Reza Ramadhan Anita Dewanti Nia Widyastuti Singgih Mukti Wibowo Yennova Sari E24070084
Lebih terperinciUji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu
SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH
PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) Oleh: Ani Nihayah 1), Asep Ginanjar 2), Taufik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi
Lebih terperinciMORTALITAS LARVA 58 JAM
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh filtrat daun tanaman bunga pagoda terhadap mortalitas larva Aedes aegypti yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies. DBD adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Uji Efektivitas Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina Aedes aegypti. DBD ditunjukkan empat manifestasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu komoditas buah yang prospektif. Tanaman jambu biji telah menyebar luas, terutama di daerah tropik. Saat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA
16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Lampung, bulan Desember 2013 - Januari 2014. B. Alat dan Bahan Adapun
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciSIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI
SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciDENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK
PENGENDALIAN RAYAP Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI LABORATORIUM SKRIPSI ADE GUNAWAN MANURUNG
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang hijau adalah tanaman budidaya palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat
12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. 3.2 Alat dan Bahan
Lebih terperinciPENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE)
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0-216 PENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE) BIOINSECTICIDAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat internasional serta merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan. World
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Allah SWT yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara. Hutan yang dapat memberikan manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Racun merupakan salah satu senjata pembunuh makhluk hidup yang sudah sangat tua, setua kehidupan manusia. Racun menjadi favorit untuk melenyapkan nyawa makhluk hidup
Lebih terperinciBIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)
BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) I. PENDAHULUAN Diantara penyebab rendahnya produktivitas kakao di Indonesia adalah serangan organisme
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala pada Larva S. litura Aplikasi Spodoptera litura NPV pada daun kedelai mempengaruhi perilaku makan larva S. litura tersebut. Aktivitas makan dan pergerakannya semakin menurun
Lebih terperinciUJI BIOAKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis Lour) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus sp)
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 38-43 ISSN 2303-1077 UJI BIOAKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis Lour) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus sp) Ayu Lestari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia. Di puluhan negara, lebih dari satu milyar
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga bulan Mei 2016 di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap Mortalitas H. armigera Mortalitas larva H. armigera merupakan parameter pengukuran terhadap banyaknya jumlah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan
Lebih terperinciFeri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.
POTENSI EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata, L.) SEBAGAI INSEKTISIDA KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae, Sulz) PADA DAUN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris
Lebih terperinciAPLIKASI PESTISIDA NABATI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L.) TERHADAP HAMA ULAT PADA BUAH MELON
APLIKASI PESTISIDA NABATI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L.) TERHADAP HAMA ULAT PADA BUAH MELON Danang sudarso widya prakoso joyo widakdo 1 *, Shinta setiadevi 2 1 Program Studi Agribisnis, Politeknik Negeri
Lebih terperinci