PERBAIKAN PERALATAN KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBAIKAN PERALATAN KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA"

Transkripsi

1 PERBAIKAN PERALATAN KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA USULAN PENELITIAN Dalam Rangka Penyusunan Tesis Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Oleh : SOLICHUL HADI ACHMAD BAKRI NIM: PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ERGONOMI - FISIOLOGI KERJA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2001

2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suksesnya program keluarga berencana (KB), meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dan kualitas kehidupan masyarakat umum di Indonesia, berdampak meningkatnya prosentase lanjut usia (lansia) dari tahun ke tahun. Peristiwa penuaan merupakan peristiwa alami, tetapi hampir setiap orang mengimpikan akan beruntung memiliki umur yang panjang, hal ini tercermin dari berbagai ucapan selamat ulang tahun dan semoga panjang umur jikalau seseorang merayakan ulang tahun. Tetapi sejak kapan seseorang akan mencapai usia lanjut, tidaklah sama antara satu orang dengan yang lain. Sering ditemui orang yang sudah berumur tua tampak masih muda, tetapi sebaliknya orang yang masih muda tampak lebih tua dari umurnya. Umur harapan hidup penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 1971 harapan hidup penduduk lelaki 40 tahun dan 45 tahun untuk wanita. Pada tahun 1988 meningkat mencapai rerata 56,5 tahun untuk lelaki dan 60 tahun untuk wanita. Diperkirakan dekade tahun 2000-an harapan hidup akan lebih dari 65 tahun (Astawan M., Wahyuni M, 1988). Meningkatnya umur harapan hidup penduduk Indonesia akan berakibat meningkatnya jumlah lansia / aging people. Seperti diketahui di Indonesia belum ditetapkan secara jelas batas usia lansia. Beberapa negara yang telah maju seperti Jepang dengan Kementrian Tenaga Kerja menetapkan pekerja yang berusia 45 tahun ke atas dikelompokkan pada pekerja yang menjelang tua. Di Indonesia yang dimaksud dengan lansia dalam penetapan Program Kesehatan untuk Usia Lanjut, berdasar UU. No.4 tahun 1965 adalah penduduk Indonesia yang telah berumur lebih dari 55 tahun (Sudana, 1990). Badan dunia PBB menetapkan manula adalah penduduk yang berusia di atas 60 tahun (Kumashiro, M; 2000). Istilah lansia pada telaah ini ditujukan bagi orang yang berusia di atas 55 tahun. Hasil sensus penduduk Indonesia pada tahun 1961, jumlah lansia sebesar 6,1 juta jiwa atau 6,39% dari jumlah penduduk. Pada tahun 1971 jumlahnya meningkat menjadi 7,3 juta namun secara prosentasenya turun menjadi 6,17% dari jumlah penduduk. Di

3 2 tahun 1980 jumlahnya meningkat cukup tajam mencapai 11,6 juta jiwa atau 7,91% dari jumlah penduduk. Pada tahun 2000-an diperkirakan penduduk lansia akan mencapai 22,3 juta atau 9,99% dari jumlah penduduk (Astawan M., Wahyuni M, 1988). Dikaruniai usia panjang ternyata bukan tanpa masalah, secara alamiah kemampuan fisiologis organ manula telah mengalami penurunan fungsi. Perubahan gerak otot yang semakin kaku, stabilitas gerakan tangan yang gemetaran, kontrol keseimbangan semakin labil dan berbagai penurunan fungsi organ lainnya (Hari T., dkk, 2001). Perubahan dan penurunan fungsi fisiologis yang dialami oleh manula disebabkan antara lain. a. berkurangnya cairan di dalam jaringan-jaringan tubuh, b. meningkatnya kadar lemak dalam tubuh, c. meningkatnya kadar zat kapur di dalam jaringan otak dan pembuluh darah, tetapi terjadi penurunan zat kapur di tulang, d. terjadi perubahan-perubahan pada jaringan ikat, e. menurunnya laju metabolisme basal per satuan berat badan, f. menurunnya aktivitas hormon, g. menurunnya aktivitas enzim, terutama enzim pencernakan; h. terbentuknya pigmen ketuaan pada otot jantung, sel-sel saraf, kulit dan yang lainnya, dan i. berkurangnya frekuensi denyut jantung, sehingga mengakibatkan berkurangnya peredaran darah dan peredaran zat gizi. Yang kesemua ini mengakibatkan, a. berkurangnya kekuatan otot, b. berkurangnya kontrol syaraf, dan c. menurunnya kemampuan panca indera. (Manuaba, 1998; Ilmarinen, 1994; Rabbitt & Carmichael, 1994) Seiring dengan makin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, perhatian perancangan fasilitas dan sarana khusus untuk kelompok ini akan semakin besar. Pada perancangan fasilitas kamar mandi di suatu Pusat Kegiatan Lansia, Kamar mandi sebagai salah satu fungsi pelayanan pada tempat hunian, membutuhkan perhatian perancangan yang sedikit lebih, terutama yang dipergunakan oleh lansia. Perancangan

4 3 kamar mandi yang lebih khusus ini, bertujuan meningkatkan rasa kenyamanan bagi lansia. Rasa nyaman yang dirasakan sewaktu mempergunakan kamar mandi dapat berupa; a) pertama, peningkatan rasa aman beraktivitas di dalamnya, berkurangnya keseimbangan gerak lansia dan kondisi lantai yang senantiasa basah, menuntut perancangan alat bantu untuk meningkatkan stabilitas gerak di dalam ruangan tersebut; b) kedua, upaya untuk meningkatkan kemudahan dan keleluasaan gerak, letak dan ukuran ruangan yang tidak sesuai dengan peralatan sanitair yang ada, sering menjadi hambatan kemudahan dan keleluasaan gerak; dan c) ketiga, kemandirian lansia beraktivitas di dalam kamar mandi. Pilihan sistem, bahan dan jenis peralatan sanitair yang tepat, akan memudahkan aktivitas dan meningkatkan kemadirian penghuninya. Kondisi kamar mandi pada Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah di Surakarta, ternyata tidak memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Ukuran ruangan yang terlampau sempit, penggunaan lantai keramik yang licin, letak kran dan dinding bak air yang terlampau tinggi. Pilihan jenis kloset duduk, akan menyulitkan penggunaan dan pembilasan kloset. Blind-step ke arah kloset akan mengurangi keleluasaan gerak dan sangat berbahaya bagi pengguna. Untuk meningkatkan rasa nyaman lansia beraktivitas di kamar mandi, perlu perancangan ulang ruangan dan penambahan railling pegangan khusus di dalam serta luar ruangan. Rancangan kamar mandi yang dapat memberikan keleluasaan gerak, keamanan beraktivitas dan kenyamanan kepada lansia, sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian, untuk ikut memecahkan permasalahan yang menyangkut rancang bangun yang diperlukan bagi penggunaan lansia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: apakah perbaikan sarana kamar mandi akan meningkatkan kenyamanan lansia penghuni Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah Surakarta? 1.3 Tujuan Penelitian

5 Tujuan Umum Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh perbaikan sarana kamar mandi Pusat Kegiatan Lansia, terhadap kenyamanan penghuninya Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini, diharapkan dapat diketahui hal-hal sebagai berikut, a. memberikan keleluasaan gerak lansia di kamar mandi, sesuai dengan keterbatasanya, b. memberikan keamanan penggunaan kamar mandi, dan c. meningkatkan kemandirian lansia penghuni Pusat Kegiatan ini. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, a. sebagai dasar, upaya perbaikan sarana kamar mandi yang diperuntukkan bagi umum, b. sebagai sumbangan pemikiran bagi perencana ruangan dan bangunan, untuk dasar perancangan kamar mandi bagi manula, dan c. dapat menambah sumbangan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang berkaitan dengan pengembangan perancangan peralatan dan ergonomi.

6 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, atau mengganti dan mempertahankan struktur dari fungsi normalnya. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap inveksi dan banyak distorsi metabolik maupun struktural, yang biasa disebut dengan penyakit degeneratif. Ada yang menganalogikan makin tuanya manusia seperti ausnya suku cadang mesin yang bekerjanya sangat kompleks, yang antar bagiannya saling mempengaruhi secara fisik/somatik. Tetapi sebenarnya proses penuaan merupakan kombinasi antar berbagai faktor yang saling berkaitan (Darmojo, 1999) Kemampuan Kerja Fisik Kemampuan fisik optimal seseorang dicapai pada saat usianya antara tahun, dan kapasitas fisiologis seseorang akan menurun 1% per tahunnya setelah kondisi puncaknya terlampaui. Proses penuaan seseorang ditandai dengan tubuh yang mulai melemah, gerakan tubuh makin lambat dan kurang bertenaga, keseimbangan tubuh semakin berkurang, dan makin menurunnya waktu reaksi (Kemper, 1994). Manuaba (1998) menyatakan bahwa pada usia 60 tahun, kapasitas fisik seseorang akan menurun 25% yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot, sedang kemampuan sensoris motorisnya turun sebesar 60% Penurunan Sistim Saraf /Nervous system Cremer (1994) menyatakan bahwa perubahan sistim saraf pada lansia ditandai dengan; a. matinya sel di dalam otak secara kontinyu mulai seseorang berumur 50 tahun, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pasokan darah ke otak, dan

7 6 b. berkurangnya kecepatan konduksi saraf, hal ini disebabkan penurunan kemampuan saraf dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Rabbitt (1994) menambahkan bahwa penurunan kapasitas prosessing ini akan berakibat kepada lambatnya reaksi tubuh dan ketidak tepatan reaksi pada kondisi kritis, seperti near miss/accident. Akibat lain yang perlu mendapat perhatian adalah penurunan kepekaan panca indera, seperti: a. berkurangnya keseimbangan tubuh, diupayakan dengan mengurangi lintasan yang membutuhkan keseimbangan tinggi seperti titian, blind-step, juga tangga, (gambar 2.1) b. penurunan sensitifitas alat perasa pada kulit, upayakan pengunan peralatan kamar mandi yang relatif aman bagi lansia, seperti pemanas air dengan termostat, dan Gambar 2.1: Berkurangnya Keseimbangan Pada Lansia c. terjadinya buta parsial, melemahnya kecepatan focuses pada mata lansia, dan makin buramnya lensa yang ditandai dengan makin berwarna kuning lensa mata, akan mempersulit lansia membedakan warna hijau, biru dan violet. Keadaan ini berakibat pada pergerakan lansia di kamar mandi semakin lamban dan terbatas, sehingga diperlukan alat bantu untuk memudahkannya dalam bergerak seperti pegangan tangan/hand grips (Gandjean, 1988; Tilley, 1993).

8 7 Secara umum perlu dihindarkan penggunaan bahan yang membahayakan lansia, seperti kemungkinan terpeleset karena bahan yang licin, dan sudut yang tajam yang berkemungkinan menyebabkan cedera/fracture Kerapuhan Tulang Kerapuhan tulang/osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme dimana tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk proses penulangan secara normal. Pada keadaan ini terjadi pengurangan masa tulang yang berakibat pada tulang menjadi lebih ringan dan lebih rapuh (Yatim, 2000). Pencegahan pada lansia dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara berkala masa tulang, penambah kalsium dan vitamin D. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi kemungkinan celaka patah tulang Penurunan Kekuatan Tubuh Penurunan kekuatan tubuh pada lansia meliputi, penurunan kekuatan tangan sebesar (16-40)% variasi ini tergantung kepada tingkat kesegaran jasmani seseorang. Penurunan kekuatan genggam tangan menurun sebesar 50%, dan kekuatan lengan menurun 50%. Kemper-1994, menambahkan bahwa berkurangnya kekuatan dan keleluasaan bergerak pada tubuh lansia terjadi karena menurunnya kemampuan fungsi organ-organ penggerak, stimulus sensory organ, motor neurones, tingkat kesegaran jasmani (VO2max) dan kontraksi otot. Penurunan kemampuan otot pada lansia tidaklah berbarengan, kekuatan otot paha bagian bawah lebih cepat melemah dibanding kekuatan otot pada tangan. Sehingga otot lengan akan lebih intensif penggunaannya dibanding otot kaki pada lansia (gambar 2.2).

9 8 Gambar 2.2: Railling Membantu Optimalisasi Penggunaan Otot Lengan Lansia Untuk Bergerak SecaraMandiri Antropometri Lansia Antropometri memiliki arti telaah tentang ukuran badan manusia, mengupayakan evaluasi dan pembakuan jarak jangkau yang memungkinkan rerata manusia untuk melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan gerakan-gerakan yang sederhana (Sritomo, 1995). Ukuran tubuh lansia baik pria maupun wanita, terjadi penyusutan ukuran tinggi badan lebih kurang 5% dibanding sewaktu berumur 20 tahun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, a. Bongkok dan pembengkokan tulang belakang karena proses penuaan, b. Perubahan tulang rawan dan persendian menjadi tulang dewasa, dan c. Perubahan susunan tulang kerangka pembentuk tubuh karena proses penuaan, dan akibat penyakit lain yang diderita (Tilley, 1993; Samekto, W & Pranarka, K, 1999). Perubahan lainnya adalah makin terbatasnya areal pergerakan flection-abduction, dari tubuh lansia, keadaan ini akan mengurangi kebolehan dan ketarandalan gerak tubuh. Tinjauan anthropometri pada lansia tidak hanya terbatas pada pengukuran statis, dan pengamatan perubahan anatomi karena proses penuaan. dan Tetapi pengukuran anthropometri secara dinamis menjadi penting, karena berkurangnya kemampuan

10 9 pergerakan lansia akan sangat berpengaruh kepada rancangan/design sarana yang akan digunakannya. 2.2 Fungsi Kamar Mandi Pada jaman dahulu, manusia dalam melakukan aktivitas personal hygiene seperti cuci muka, mandi, buang hajat dan kegiatan lainnya, tidak bergantung kepada kamar mandi. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan di alam terbuka dan bersifat umum seperti sungai, kolam, danau, sumber mata air, laut, dll. Tetapi pada era modern seperti sekarang ini, keberadaan kamar mandi dalam suatu tempat tinggal merupakan suatu keharusan bagi semua orang Rancangan sebuah kamar mandi yang mempertimbangkan berbagai aspek, berkembang seiring dengan pertumbuhan hunian manusia modern. Namun demikian pemilihan bahan dan parabot kamar mandi pada rumah tinggal, terkadang kurang mempertimbangkan aspek kesesuaian penggunanya (Bathing, 1998). Kroemer (1994), menyatakan bahwa sebuah rumah tinggal yang dihuni oleh lanjut usia (lansia), perlu penyesuaian dan rancangan ulang kamar mandinya. Upaya ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, kemampuan gerak motorik lansia telah banyak menurun, hal ini disebabkan oleh karena penurunan kapasitas sensor motoriknya. Mengingat kamar mandi merupakan wilayah paling berbahaya di dalam suatu rumah tinggal, maka tempat tersebut perlu mendapat perhatian khusus melalui sentuhan rangang bangun yang ergonomis. Data pasien lansia yang dirawat dan telah keluar dari Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, terhitung mulai bulan September tahun 2000 sampai September 2001 berjumlah 548 pasien. Pada kurun waktu 12 (duabelas) bulan tersebut ternyata: 7,40% pasien mengalami cedera di daerah kamar mandi (tergelincir, terjatuh, dan terduduk); 83,52% cedera patah tulang karena kecelakaan di jalan raya dan tempat sekitar rumah (tabrakan, tertabrak, terjatuh., dan lain sebagainya); selebihnya diakibatkan oleh faktor lain seperti sakit serta proses penuaan (lampiran 1). Tingginya jumlah lansia yang mengalami kecelakaan di daerah kamar mandi (7,40%), menunjukkan bahwa kamar mandi yang digunakan lansia tersebut kurang sehat dan

11 10 aman, sehingga membutuhkan perhatian rancangan yang mendasarkan batasan kemampuan lansia. Gambar 2.3: Keadaan Kamar Mandi di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah, Solo. Kompleks bangunan Pusat Kegiatan Lansia ini memiliki kamar mandi berjumlah 8 (delapan) buah, yang dipergunakan oleh 29 orang, termasuk di dalamnya 22 lansia penghuni, 4 (empat) orang tenaga perawat, 2 (dua) orang petugas dapur dan kebersihan, jumlahnya dirasakan cukup memadai. Tetapi beberapa keluhan penghuni terhadap kondisi kamar mandi di kompleks ini (gambar 2.1), dapat diamati beberapa hal diantaranya: a. penggunaan kloset jongkok, yang ternyata menyulitkan lansia melakukan kegiatan, b. bak mandi yang terlampau tinggi dengan dasar yang dalam, sehingga sewaktu pengurasan bak air dirasakan terlampau dalam, dan untuk penggunaan yang memadai dibutuhkan air dalam jumlah yang banyak, c. blind step ke arah kloset jongkok, beberapa pengguna mengeluh sering tersandung / near miss, d. kurangnya kemiringan lantai sehingga air buangan sering tergenang, hal ini salah satu penyebab tambah licinnya lantai kamar mandi, dan

12 11 e. tidak terdapatnya pegangan tangan / railling di dinding, menyulitkan penghuni melakukan aktivitasnya di kamar mandi. Sedang untuk penyinaran dan ventilasi di dalam kamar mandi, dirasakan telah mencukupi. Hal ini beralasan mengingat luas jendela > 1/5 luas lantai, dan telah dipergunakannya penghawaan silang untuk sistem ventilasinya. Untuk itulah diperlukan rancangan kamar mandi yang tidak saja mendasarkan aspek estetika, fungsi, dan bentuk semata. Tetapi hendaknya mempertimbangkan pula kebolehan dan batasan yang dimiliki oleh penggunanya. Diharapkan rancangan kamar mandi yang sesuai dengan lansia, akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan penggunanya. 2.3 Falitas Pendukung Kamar Mandi Dalam perkembangan rancang bangun kamar mandi, peralatan sanitair dalam ruangan juga semakin berkembang. Pergeseran prioritas dan peruntukan kamar mandi, juga berakibat kepada tingkat kenyamanan yang disyaratkan Kloset Pengadaan dan pembelian peralatan toilet disesaikan dengan kebutuhan, untuk tempat buang air besar, tentukan dengan tepat model duduk atau jongkok, sesuaikan dengan kebiasaan pemakai (Manuaba, 1998). Untuk lansia yang mengalami kesulitan berjongkok dan berdiri setelah jongkok dalam waktu tertentu, perlu dipertimbangkan pengunaan kloset duduk. Pengaturan ketinggian kloset duduk, disesuaikan dengan rerata tinggi poplitea penghuni tempat ini. Telah banyak dikembangkan peralatan untuk memudahkan pembilasan/flusher setelah buang hajat di kloset, seperti alat bidet dan beberapa shower khusus yang tergolong peralatan untuk meningkatkan keamanan pengguna kamar mandi (Bathing, 1998). Tetapi dari survey pendahuluan diperoleh hasil perihal kebiasaan lansia, penghuni merasa lebih nyaman pembilasan setelah buang hajat dengan mempergunakan air dan gayung, hal ini karena kebiasaan dan budaya kehidupan para lansia sebelumnya.

13 Penampung Air Dari kebiasaan penghuni untuk membilas dengan air dan gayung, dibutuhkan tempat penampung air yang mudah dijangkau. Kemudahan ini hendaknya mempertimbangkan letak, volume dan ukuran penampung air. Manuaba (1998) menambahkan apabila disediakan ember dan gayung, letakkan pada posisi dan tata letak yang tepat pula. Tinggi dinding bak penampung dan kedalamannya berdasar ukuran rerata panjang lengan dan jarak jangkau lansia penghuni. Ukuran gayung juga disesuaikan dengan kemampuan angkatan dengan satu tangan oleh para lansia. Gayung yang terlampau besar, ukurannya lebih dari 1 lt. akan menyulitkan lansia mempergunakannya Pegangan Tangan / Hand Rail Di kamar mandi dengan kondisi lantai yang licin, lansia berpotensi untuk tergelincir dan jatuh karena hilangnya keseimbangan tubuhnya. Sangat penting menambahkan pegangan tangan / grab bars di dinding (Kroemer, 1994). Pegangan tangan juga diperlukan di samping tempat lansia akan duduk dalam waktu tertentu, ingat perlunya sandaran atau pegangan tangan di sofa yang rendah. Lansia akan merasa tenggelam dan sulit untuk bangun dari duduk, tanpa adanya sandaran atau pegangan tangan untuk mengangkat badan (Tilley, 1993). Supaya diperoleh tingkat kenyamanan yang memadai, pegangan tangan dipasang pada ketinggian (10-20) cm di bawah tinggi siku (Grandjean, 1988). Dari hasil penelitian awal dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan railling di luar dan dalam kamar mandi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian dan keamanan beraktivitas (gambar 2.2), penentuan diameter railling disesuaikan dengan ukuran diameter rerata genggaman lansia, dan dipilih dari bahan yang tidak licin Lantai Permukaan lantai kamar mandi, bathtub dan shower yang senantiasa basah sering menyebabkan kecelakan, hal ini disebabkan karena permukaannya yang licin. Pemilihan

14 13 bahan dan permukan/teksture yang baik dan tepat akan mengurangi kemungkinan seseorang tergelincir melewatinya (Kroemer, 1994; Bathing, 1998). Di pasaran banyak dijual bahan keramik untuk lantai, terkadang pilihan penggunaannya disamakan antara ruang tinggal dan kamar mandi. Ada beberapa persyaratan cara penggunaan bahan lantai untuk kamar mandi, diantaranya: a. pilih bahan yang memiliki tekstur permukaannya agak kasar, b. permukaan bahan tidak menyerap air/kedap air, sehingga menghindari adanya genangan dipermukaan, c. apabila terkena air tidak menyebabkan permukaan menjadi licin/slypery, dan d. lantai dipasang dengan tingkat kemiringan yang memadai, maksudnya air tidak tidak terlampau lama menggenang dan pengguna kamar mandi tidak terganggu dengan kemiringan lantai Handel Pintu Kamar Mandi Bagi para penyandang cacat atau lansia, yang mengalami kesulitan dalam mengoperasikan handel perkakas rumah tangga, telah direkomendasikan bentuk rancangan khusus yang diperuntukkan baginya. Seperti handel bagi penderita arthritis, parkinson s, dan muscular distrophy (Tilley, 1993). Pada Pusat Kegiatan ini, beberapa penghuni pernah terkunci di dalam kamar mandi dan membutuhkan pertolongan perawat jaga. Hal ini terjadi karena penghuni yang telah lanjut usia kesulitan dalam mengoperasikan handel pintu berbentuk bulat, dalam kondisi tangan yang basah. Survei pendahuluan di tempat ini tentang kesesuaian penggunaan handel pintu, diperoleh kesimpulan bahwa handel pintu bergagang paling sesuai untuk dipergunakan lansia (Hadi, 2001). 2.4 Kemandirian Beraktivitas Dalam kehidupan sehari-hari sering dikatakan lansia yang mandiri, dan sebagian orang sering mengelompokkan lansia pada golongan disabilitiy/cacat karena ketidak mampuannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang dihadapinya. Sebenarnya batasan tingkat kemandirian lansia dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu:

15 14 d. Pertama, golongan lansia yang mampu melakukan aktivitas sehari-hari (AHS dasar), yaitu kegiatan yang hanya memerlukan kemampuan tubuh untuk bergerak secara sederhana, misalnya: makan, bangun dari tempat tidur, berpakaian, ke kamar mandi/wc, berias dan berkomunikasi. e. Kedua, adalah lansia yang mampu beraktivitas hidup sehari-hari dengan intrumental (AHS instrumental), kelompok ini selain memiliki kemampuan dasar, juga masih memiliki berbagai koordinasi kemampuan otot, juga kemampuan penggunaan organ kognitif, seperti: menulis, membaca, membersihkan rumah, menggunakan telepon dan berkebun. f. Ketiga, lansia yang berkemampuan mental dan kognitif, terutama yang menyangkut fungsi intelek, yaitu kemampuan mengingat memori lama dan memori yang baru saja terjadi. Kelompok ini masih berkemampuan untuk naikturun tangga, mencuci dan setrika pakaian, menangani obat-obatan, menangani keuangan dan mampu pergi jauh dengan kendaraan umum (Martono, 1999). Bagi sebagian orang penggolongan lansia mirip dengan disability/cacat sebenarnya bukan dari batasan usia yang baku, tetapi lebih pada katagori kemampuannya dan tingkat kemandiriannya dalam kehidupan keseharian. Tingkat kemandirian lansia dalam beraktifitas, secara langsung akan menentukan tingkat keleluasaan gerak, dan lebih jauh akan mempengaruhi tingkat kenyamanan hidupnya. 2.5 Aktivitas Lansia di Kamar Mandi Bagi lansia yang masih aktif dan mandiri, kegiatan membersihkan diri / personal hygiene dilakukan mulai pagi hari sebelum waktu sholat Subuh tiba. Biasanya dimulai dengan buang air dan disudahi dengan mengambil air wudhlu, tanpa melakukan kegiatan mandi. Kegiatan membersihkan diri / mandi, buang air besar dan kegiatan lainnya, dilakukan setelah sholat Subuh berjamaah dan kegiatan olah raga pagi. Kamar mandi tidak diperbolehkan untuk mencuci pakaian, sehingga tidak terdapat kegiatan mencuci pakaian di dalam kamar mandi. Sebenarnya space kamar mandi yang ada (1,95x1,75)m 2

16 15 dirasa cukup untuk melakukan kegiatan personal hygiene, hanya dibutuhkan penataan ruangan yang lebih efisien dan pilihan peralatan yang sesuai dengan kemampuan lansia. Kesulitan yang biasa ditemui oleh lansia dalam melakukan aktivitasnya adalah: a. saat masuk dan keluar dari kamar mandi, perlu pegangan tangan yang cukup kuat, terkadang perlu dibantu tenaga perawat, b. membuka dan menggantung pakaian di pintu bagian dalam, tidak terdapat gantungan pakaian, hanya paku di pintu dengan tinggi 190 cm., c. jongkok, perlu pegangan tangan, biasanya tangan berpegangan dinding bak mandi, d. berdiri setelah jongkok agak lama, kepala berkunang-kunang, kaki kesemutan dan berkurangnya keseimbangan tubuh, berpegangan pada dinding bak mandi, e. lantai yang licin, perlu pegangan di dinding untuk tetap menjaga keseimbangan tubuh dan meningkatkan rasa aman, f. membasuh/flushing setelah buang air besar, perlu berdiri mengambil dan mengisi gayung, membilas, begitu beberapa kali ulangan, dan g. kalau sudah selesai, mengeringkan badan dengan handuk yang diambil dari paku gantungan handuk. Dari rentetan kesulitan yang ditemui lansia dalam beraktifitas di dalam kamar mandi, perlu perancangan ulang dan penataan sarana kamar mandi yang lebih ergonomis, dengan tujuan untuk dapat mengoptimalkan daya guna fasilitas ini. 2.6 Kenyamanan Kenyamanan adalah unsur perasaan manusia yang muncul sebagai akibat dari minimalnya atau tidak adanya gangguan pada sensasi tubuh (Manuaba, 1977). Sebagian orang menyatakan bahwa kenyamanan adalah segala sesuatu yang sesuai dan selaras dengan penggunanaan suatu ruang, baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol, suara atau apapun juga. Atau dengan kata lain bahwa kenyamanan sangat ditentukan oleh adanya keseimbangan antara faktor dalam diri manusia dengan faktor lingkungan luar yang mempengaruhinya. Dengan kondisi

17 16 lingkungan yang nyaman, membuat manusia merasa betah melakukan suatu aktifitas dalam ruangan tersebut (Sujadnja, 1998). Rasa tidak nyaman berpengaruh kepada seluruh tubuh melalui perubahanperubahan fungsional. Lingkungan yang terlampau panas akan menyebabkan rasa kantuk dan lelah, menurunnya penampilan serta kemungkinan tingkat kesalahan semakin besar. Sebaliknya bila lingkungan terlampau dingin, akan merangsang munculnya rasa tidak tenang, terganggunya konsentrasi terutama untuk kegitan mental. Dari hal tersebut jelas sudah bahwa manusia sangat membutuhkan suatu lingkungan yang nyaman agar tetap sehat dan mampu berprestasi (Grandjean, 1988; Manuaba, 1993). Kenyamanan suatu ruangan banyak dipengaruhi oleh faktor mikro klimat seperti: sirkulasi udara, suhu basah, suhu kering, kelembaban dan intensitas penerangannya. Ruangan yang dihuni dan dipergunakan lansia perlu penyesuaian peralatan yang lebih ergonomis, seperti: menghindari penggunaan bahan lantai yang licin, penambahan hand rails dan grab bars untuk memudahkan lansia mengangkat tubuhnya dari kloset, bathtub, dan keluar masuk kamar mandi (Tilley, 1993; Kroemer, 1994). Kenyamanan penggunaan kamar mandi oleh lansia bergantung kepada kondisi: mikroklimat ruangan tersebut, keleluasaan gerak di dalam dan di luar kamar mandi, dan keamanan pengunaan ruang tersebut. 2.7 Faktor-faktor Lain Faktor lain yang berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah ini adalah: Pusat Kegiatan Lansia Pusat kegiatan ini mulai dibangun pada tahun 1993, dan mulai dipergunakan sebagai Sekolah Perawat Lanjut Usia pada tahun Aisyiyah sebagai pengelola kelembagaan ini, mengubah sebagian peruntukan bangunan lantai dasar menjadi Pusat Kegiatan Lanjut Usia. Perubahan peruntukan ini tentunya membawa konsekuensi penyesuaian ruangan, yang semula dipergunakan sebagai kelas, diubah menjadi hunian asrama. Sampai saat ini beberapa fasilitas masih terus disesuaikan dengan kebutuhan.

18 17 Hasil penelitian inipun diharapkan ikut memberikan kontribusi nyata, bagi perbaikan yang sedang dilakukan bagi kemajuan Pusat Kegiatan ini Pelayanan Dengan 2 (dua) dua tenaga Dokter, tenaga perawat tetap sebanyak 4(empat) orang, dan dua orang bagian dapur dan kebersihan, dirasa cukup dalam memberikan pelayanan kepada 22 penghuni. Jika diamati perbandingan pelayanan yang ada, maka terlihat perbandingan 1 (satu) orang perawat, memberikan pelayanan 5,2 lansia. Dari 22 lansia penghuni, terdapat 5 (lima) orang yang sudah tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri. Sehingga ketergantungannya kepada tenaga perawat sangat tinggi. Kesibukan pelayanan di tempat ini dimulai menjelang sholat Subuh di pagi hari, meningkat intensitas kesibukannya sampai dengan saat makan pagi. Setelah selesai makan pagi kegiatan pelayanan relatif tetap, yaitu dengan mengisi kegiatan produktif bagi lansia sampai dengan saat makan siang. Intensitasnya meningkat lagi pada saat menjelang sholat Maghrib dan menurun sampai dengan malam hari. Diharapkan perimbangan pelayanan perawat dan penghuni relatif tetap, hal ini untuk dapat dicapai tingkat kenyamanan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

19 18 BAB III KONSEP BERPIKIR DAN HIPOTESIS 3.1 Konsep Berfikir Dari tinjauan pustaka tersebut di atas, dapat dilihat keterkaitan antara kondisi subjek yang telah lanjut usia, kemampuan fisik dan motoriknya yang semakin terbatas. Ditambah dengan kondisi kamar mandi yang kurang memberikan rasa aman dan keleluasaan untuk beraktivitas, tentunya akan berpeluang mengakibatkan cedera dan memberikan rasa tidak nyaman bagi lansia yang mempergunakannya. Dengan time motion study diharapkan dapat diamati pola dan waktu gerakan serta aktivitas lansia di dalam kamar mandi, hal ini bertujuan untuk mengetahui hambatan yang nyata ditemui lansia dalam beraktivitas. Hambatan ini dapat dibagi menjadi dua, pertama, hambatan yang disebabkan karena menurunnya kapasitas dan kemampuan gerak lansia; kedua, hambatan yang dikarenakan keadaan mula (existing conditions) fasilitas kamar mandi ini. Pada sub-bab organisasi, sebelum dan sesudah intervensi bentuk kelembagaan dan tingkat pelayanan kepada penghuni diyakini tidak berubah. Sedang kondisi lingkungan seperti penerangan, kecepatan aliran udara dan mikroklimat, walaupun akan mempengaruhi beban kerja dan kapasitas kerja fisik dikendalikan. Daftar wawancara yang ditanyakan langsung, sebelum dan sesudah perbaikan /intervensi, secara subjektif akan dapat dianalisa respon lansia sebagai pengguna kamar mandi. Respon ini berguna untuk memberikan penilaian perubahan tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh penghuni. Upaya memperbaiki kamar mandi yang diperuntukkan lansia, dimaksud untuk dapat meningkatkan keleluasaan gerak, rasa aman dan lebih jauh adalah kenyamanan penghuni Pusat Kegiatan Lanjut Usia. Dan dapat disimpulkan dalam bentuk kerangka berfikir seperti di bawah ini:

20 19 SUBJEK Antropometri Umur Jenis kelamin TASK Aktivitas lansia di Kamar Mandi Beban Kerja Kapasitas Kerja Fisik Keamanan Kemandirian Kenyamanan Kamar mandi ORGANISASI LINGKUNGAN Kelembagaan Pusat Kegiatan Lansia Perawatan lansia Basah Licin Blind step Jongkok Bagan 1: Kerangka Konsep Penelitian 3.2 Hipotesis Penelitian Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian sebagai berikut : Perbaikan sarana kamar mandi meningkatkan kenyamanan lansia penggunanya.

21 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah Eksperimental dengan rancangan treatment by subject (rancangan dengan subjek yang sama). Pada penenelitian ini direncanakan kelompok kontrol sekaligus merupakan subjek yang akan mendapat perlakuan juga, hanya perlakuannya dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Diantara perlakuan pertama dengan perlakuan berikutnya diberikan jarak waktu (washing out), dengan maksud untuk menghilangkan pengaruh perlakuan terdahulu agar tidak meninggalkan efek sisa/residual efect (Bakta, 1997; Arikunto, 1997). Secara grafis dapat disajikan sebagai berikut P1 P3 S O1 W S O2 P2 S O1 S O2 Bagan 2: Rancangan Penelitian dengan Subjek Sama Keterangan : S = Subjek penelitian pada pengukuran tahap pertama. S = Subjek penelitian yang sama, pada pengukuran tahap kedua. P1 = Perlakuan satu, yaitu penggunaan kamar mandi, sebelum dilakukan perbaikan (pertama). P2 = Perlakuan dua, yaitu penggunaan kamar mandi, sebelum dilakukan perbaikan (kedua). P3 = Perlakuan tiga, yaitu penggunaan kamar mandi, setelah dilakukan perbaikan (pertama). P4 = Perlakuan empat yaitu penggunaan kamar mandi, sebelum dilakukan perbaikan (kedua) P4

22 21 O1 = Hasil observasi, respon kenyamanan subjek pengguna kamar mandi sebelum dilakukan perbaikan (pertama). O1 = Hasil observasi, respon kenyamanan subjek pengguna kamar mandi sebelum dilakukan perbaikan (kedua). O2 = Hasil observasi, respon kenyamanan subjek pengguna kamar mandi setelah dilakukan perbaikan (pertama). O2 = Hasil observasi, respon kenyamanan subjek pengguna kamar mandi setelah dilakukan perbaikan (kedua). W = Washing out, selama 3 (tiga) minggu. Jarak penelitian antara tahap pertama dan kedua 5 (lima) hari. 4.2 Populasi dan Sampel Variabilitas Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah, Solo. Yang memiliki variasi sebagai berikut: a. wanita, b. berumur diatas 55 tahun, c. telah menghuni Pusat Kegiatan ini minimal sebulan, dan d. memiliki kemandirian minimal setara aktivitas sehari-hari (AHS dasar) Kriteria Subjek Lansia yang dapat terpilih sebagai subjek penelitian, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan definisi UU RI No.23, tahun 1992 tentang Kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 1992), b. tidak cacat fisik, c. bersedia menjadi subjek penelitian, selama penelitian masih berlangsung, dan d. bersedia mengisi informed consent (Martono, 1999).

23 Besar Sampel Sampel ditentukan dari seluruh populasi penghuni Pusat Kegiatan Aisyiyah Solo, yang memenuhi prasyarat variasi dan kriteria sampel tersebut di atas. Dari hasil penelitian awal, diperoleh data penghuni pada tanggal 20 September 2001 berjumlah 23 orang. Dengan dipenuhinya prasyarat variasi dan kriteria penentuan sampel, terdapat minimal 14 subjek yang memenuhi syarat. Untuk lebih meningkatkan validitas data dari percoban yang dilakukan, setiap subjek diujicoba 2 (dua) kali untuk setiap tahapan, sehingga diperoleh jumlah sample (n) = 28 lansia Kriteria Tidak Dilanjutkannya Sebagai Sampel Batasan yang dipergunakan sebagai dasar untuk tidak dilanjutkannya seseorang ditetapkan sebagai sampel, adalah sebagai berikut: a. jika selama kurun waktu penelitian, tiba-tiba terjadi cedera atau jatuh sakit, b. Jika dalam kurun waktu penelitian, orang tersebut menarik atau membatalkan persetujuan penelitian/ informed consent, dan c. jika dalam pengambilan data, orang tersebut memberikan data yang ekstrim. 4.3 Variabel Yang dimasud dengan variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian, atau pusat pengamatan dalam suatu penelitian (point to be notice), yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari istilah variabel, terkandung makna variasi, sesuatu yang dapat berubah-ubah (Arikunto, 1997) Identifikasi Pada penelitian ini dapat digambarkan diagram variabelnya sebagai berikut : a. variabel bebas: kamar mandi, b. variabel tergantung: kenyamanan pemakai kamar mandi

24 23 c. variabel kontrol: subjek (umur, antropometri, dan jenis kelamin); lingkungan (pencahayaan, mikroklimat, dan kecepatan aliran udara) Klasifikasi Variabel Dari pengelompokan variabel di atas, dapat digambarkan klasifikasinya sebagai berikut: Kondisi Subjek Jenis Kelamin Umur Jenis Kelamin Peralatan Kamar Mandi Handle pintu Railling Kamar Mandi Kloset Subjektif : KENYAMANAN Objektif Penelitian: TIME MOTION STUDY Kondisi Lingkungan Pencahayaan Mikroklimat Kecepatan Aliran Udara : Variabel yang dikendalikan : Variabel yang diintervensi Bagan 3: Hubungan antar variabel Definisi Operasional 1. Kamar mandi sebelum perbaikan, handel pintu berbentuk bulat, kloset jongkok, bak air dan letak kran terlampau tinggi, serta blind step dipintu masuk seperti diperlihatkan pada gambar 4.1 di bawah ini.

25 24 Gambar 4.1: Kamar Mandi Sebelum Dilakukan Perbaikan 2. Kamar mandi setelah perbaikan, handel pintu diganti yang bergagang, bak air diperkecil ukurannya dan dibuat lebih rendah, kloset duduk diganti dengan kloset duduk dan diberikan hand graps serta railling. Gambar 4.2 : Rancangan Perbaikan Kamar Mandi

26 25 3. Washing out direncanakan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu, hal ini dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan dan perbaikan kamar mandi. Diharapkan dalam waktu 3 (tiga) minggu ini pengaruh penggunaan kamar mandi sebelumnya dapat dihilangkan. Jarak penelitian antara tahap pertama dan kedua 5 (lima) hari. 4. Kenyamanan penggunaan kamar mandi, adalah perasaan yang muncul akibat dari tidak adanya gangguan pada perasaan tubuh karena rancangan kamar mandi sudah disesuaikan dengan sikap tubuh alamiah, kondisi lingkungan yang berada pada nilai ambang batas, peningkatan keleluasaan gerak pengguna, dan peningkatan rasa aman dalam menjalankan aktivitas. 4.4 Alat Pengambil Data Instrumen atau alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Kuesioner (lampiran 2). 2. Formulir data observasi (lampiran 3). 3. Meteran Logam, merek Crossman, 5 m Pro Power Tape, buatan Jepang, dengan ketelitian 1 mm. (gambar 4.4.1) 4. Anthropometer Super 686, dengan ketelitian 1 mm, buatan Jepang (gambar 4.4.2). 5. Kerucut kayu, pengukur diameter genggaman tangan (gambar 4.4.3). 6. Timbangan badan merek Elephant, dengan ketelitian 0,2 Kg, buatan Jepang (gambar 4.4.4). 7. Quest temp, untuk pengukuran mikroklimat (gambar 4.4.5). 8. Termometer Kata lengkap dengan tabel, untuk pengukuran kecepatan aliran udara di dalam ruangan (gambar 4.4.6). 9. Stopwatch, merek Diamond, buatan Jepang. dengan keletitian 1/10 detik (gambar 4.4.7). 10. Kamera saku, merek Ricoh, buatan Jepang.

27 Alat Gambar dan alat tulis menulis. 12. Komputer dengan berbagai program, di antaranya Microsoft Word, Excel dan SPSS-10. Gambar : Meteran Logam, buatan Jepang. Gambar : Anthropometer Super 686, buatan Jepang.

28 27 Gambar : Kerucut ukur, untuk pengukuran genggaman tangan. Gambar : Timbangan Badan, Buatan Jepang. Gambar : Quest Temp, Pengukur Mikroklimat. Gambar : Termometer Kata, Pengukur Kecepatan Pergerakan Udara.

29 28 Gambar : Stop Wacht, Merk Diamond. 4.5 Tempat dan Waktu Pelasanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah, jalan Pajajaran Utara, Solo. Penelitian pendahuluan telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2001, titik berat penelitian tersebut ditujukan pada, a. Kesesuian jenis handel pintu bagi penggunaan lansia, b. Kesesuaian jenis kancing baju bagi lansia, c. Kesesuaian gelas bagi lansia, dan d. Perancangan kursi untuk Sholat bagi lansia yang telah menurun kemampuan geraknya. Penelitian lanjutan bagi keperluan penulisan Tesis ini, direncanakan akan dilakukan pada bulan April Tata Laksana Penelitian Untuk memperlancar dan mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengumpulan data, dibuat prosedur penelitian sebagai berikut: Pada kondisi mula, sebelum kamar mandi diperbaiki/dilakukan intervensi dilakukan pengumpulan data berupa : a. Pengisian informed consent, kepada subjek yang memenuhi variasi dan kriteria sampel, minimal 14 lansia. b. Pengisian data perorangan, sampai dengan riwayat penyakit yang pernah dideritanya,

30 29 c. Pengukuran antropometri, d. Time motion study, pencatatan jenis, waktu, aktivitas yang dilakukan lansia mulai dari luar sampai dengan di dalam kamar mandi, dan e. Kenyamanan penggunaan kamar mandi diukur dengan kuesioner (terlampir), ditanyakan setelah subjek selesai mempergunakan fasilitas kamar mandi. Penelitian pre/sebelum intervensi, dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, dengan jarak antar tahap penelitian 5 (lima) hari. Data yang diperoleh merupakan nilai pre-test Tahap perbaikan/intervensi, upaya perubahan yang dilakukan berupa: a. Mengganti kloset jongkok dengan kloset duduk, b. Menghilangkan blind-step dekat kloset, c. Mengubah bentuk dan ukuran bak penampung air, d. Mengganti handel pintu, e. Memperbaiki lantai mozaik keramik, dan f. Menambahkan hand railling di luar dan dalam kamar mandi (gambar ). Setelah dilakukan perbaikan sarana kamar mandi, dilakukan penelitian dan pengumpulan data, dengan prosedur sama seperti prosedur sebelum perlakuan. Nilai yang diperoleh merupakan nilai post-test Data pendukung yang dikumpulkan berupa: a. Kondisi lingkungan, mikroklimat, kecepatan aliran udara dan pencahayaan diukur sebelum dan sesudah kmar mandi dipergunakan. b. Proses dan sikap kerja diobservasi dan didokumentasikan. 4.7 Protokol Penelitian 4.8

31 30 LANDASAN TEORI Rancangan penelitian perbaikan perkakas kamar mandi untuk meningkatkan kenyamanan lansia, didasarkan kepada problem keseharian yang dihadapi lansia, 1. Mengapa perlu rancangan ulang suatu ruangan bagi lansia? Kemampuan optimal seseorang dicapai pada saat usianya 25 tahun, dan kemampuan physiological capasities seseorang akan menurun 1% per tahunnya. Didasarkan pemikiran menurunnya kemampuan dan kebolehan lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Disesuaikan dengan rancangan baru yang dirasa paling ergonomis. (Kemper, Ilmarinen, 1994). 2. Mengapa yang dirancang kamar mandi? Daerah kerja dan bergerak yang paling memberikan stress dan brkemungkinan menimbulkan bahaya adalah daerah yang berair / licin (Ilmarinen, 1994). Kamar mandi sebagai salah satu daerah yang paling bahaya di rumah tinggal perlu mendapat perhatian khusus bagi penggunaannya untuk lansia (Kroemer, 1998). Data Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso, Solo; terhitung mulai bulan September 2000 sampai dengan bulan September 2001, pasien dengan diagnose fraktur tulang, terjadi di rumah tinggal (kamar mandi) diakibatkan karena tergelincir dan terpeleset sejumlah 8,33 % (54 pasien). 3. Kenapa disain railling kamar mandi? Penurunan kemampuan otot pada lansia tidaklah berbarengan, kekuatan pada otot paha bawah lebih cepat melemah, dibanding kekuatan tangan bagian bawah. Otot lengan akan lebih intensif penggunaannya apabila dibanding dengan penggunaan otot kaki (Kemper, 1994). Untuk itulah rancangan railling kamar mandi yang dipergunakan lansia, menjadi perlu apabila mengamati hal-hal tersebut di atas. Catatan : 1. Ageing People : dr. Tjening 2. Benang merah versi dr. Karna :

32 31 Yang diobservasi lansia yang masih aktif, berkeinginan hdup mandiri. Cari data angka kecelakaan lansia di RS-RS, Solo; Terjadi di mana, akibat kecelakaan, dll. Kalau ternyata kecelakaan banyak/sering terjadi di rumah tinggal, apalagi di Kamar-Mandi/WC. sangat relevan mambuat perbaikan desain K-Mandi/WC. Dari posisi duduk di kloset sewaktu buang hajat, regangan otot sekitar lutut perlu waktu yang agak lama untuk penyesuaian gerakan ke arah berdiri, perlu hand-rail posisi duduk ke berdiri. II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi 2.2. Metode Penelitian 2.3. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang dupergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 13. Meteran Logam, merk Crossman, 5 m Pro Power Tape, buatan Jepang, dengan ketelitian 1 mm. 14. Anthropometer merek Super, buatan Jepang. 15. Stopwatch, telepon genggam merk Siemens seri M-35i, buatan Jerman. dengan keletitian 1/100 detik. 16. Kamera saku, merek Ricoh, buatan Jepang 17. Komputer dengan berbagai program, di antaranya Microsoft Word, Excel dan SPSS-10. Kepustakaan Ancok, Djamaluddin, Seminar Sehari, Manusia Lanjut Usia: Realitas dan Harapan, IPADI, Persiapan Menyongsong Manula dari Segi Psikologi, Yogyakarta Rabu 16 Juni 1993, Yogyakarta:5-9 Angshuman Bagchee, edited by: Bhattacharya A., Mc Glothlin J.D.,1996. Anthropometri, Occupational Ergonomics Theory and Applications, Marcel Dekker, Inc. New York: 1-7,

33 32 Arikunto, Suharsimi; Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta: Astawan, Made; Wahyuni, Mita, Gizi dan Kesehatan MANULA (Manusia Usia Lanjut). PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta: Bakta, I M., 1997, Rancangan Penelitian. Seminar Sehari Tentang Metodologi Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. Bathing, Safety in the Bathroom, Code of Practice, Manual Handling in the Building Industry, Div. of Workplace Health and Safety, 2-7. Cremer,R; Zeef, E; & Snel, J, Judgement of the Position of an Invisibly Moving Object in Young and Old Adult in Work and Aging a European Perspective, Taylor & Francis, London: Darmanto,R.D.,1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: Darmojo, R.Boedhi, Teori Proses Menua, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 2-9 Departemen Tenaga Kerja, Republik Indonesia, Standar Pengujian Iklim Kerja dengan Parameter ISBB, Depnaker, Jakarta : 6-7. Diffrient, N; Tilley, AR; Bardagjy, JC; designers : Henry Dreyfuss Associates Humanscale 1/2/3. The MIT Press: Grandjean, E Fitting the Task to the Man, Taylor & Francis, London: Hadi, Solichul, dkk. 2001, Handle Pintu Bergagang Paling Sesuai untuk Manula (Telaah di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah, Solo). Pertemuan Ilmuah Nasional Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia dan Seminar Nasional XII Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia, 27 dan 28 Oktober 2001, Batu-Malang., Malang:32.

34 33 Hari, T. dkk, Desain Mangkok untuk Membantu Memudahkan Manula untuk Makan. Guide Book Ergonomics and Sport Physiology Seminar, Denpasar 9-12 Juli 2001, Udayana University, Denpasar: 51. Ilmarinen, J. 1994, Aging, Work and Health in Work and Aging a European Perspective, Taylor & Francis, London: Kemper,H.C.G, 1994, Physical Work and the Physiological Consequenses for the Aging Workers, in Work and Aging a European Perspective, Taylor & Francis, London: Kroemer,KHE, 1994, Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency. Prentice Hall International, Inc., New Jersey: Kumashiro, Masaharu, 2000, Ergonomics Strategies and Actions for Achieving Productive Use of an Ageing Work Place, Ergonomics, Vol.43, No.7, London: Lemasters, G.K.; Aterbury, M.R.; edited by Bhattacharya, A., Mc.Glothlin, J.D The Design and Evaluation of A Musculoskeletal and Work History Questionnaire. Occupational Ergonomics Theory and Applications, Marcel Dekker, Inc. New York: Manuaba, A Pengetrapan Ergonomi Dalam Rangka Peningkatan Kegiatan Usaha Pendidikan dan Pembangunan Masyarakat Desa. Ceramah keliling Pendidikan Masyarakat, tanggal Maret di Bali. Manuaba, A Pengaturan Suhu Tubuh dan Water Intake. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. Manuaba, A Bunga Rampai Ergonomi Volume 1, Kumpulan Artikel, Universitas Udayana, Denpasar: Manuaba, A Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Surabaya 6-7 September 2000, P.T.Guna Widya, Surabaya: 1-4. Mardjikun, Prastowo Seminar Sehari, Manusia Lanjut Usia: Realitas dan Harapan, IPADI, Persiapan Menyongsong Manula dari Segi Kesehatan, Yogyakarta Rabu 16 Juni 1993, Yogyakarta:9-10.

35 34 Martono, Hadi, H. 1999, Penderita Geriatrik dan Asesmen Geriatri, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edt.darmojo Boedhi, Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:82-93 Rabbitt, P.M.A. & Carmichael, A. 1994, Designing Communications and Information Handling System for Eldery and Disable Users, Health in Work and Aging a European Perspective, Taylor & Francis, London: Regulations, Occupational Health and Safety (Manual Handling), Minister of Labour, Victoria: 7-9. Samekto, Widiastuti M.& Pranarka, Kris Sindroma Serebral, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edt.darmojo Boedhi, Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: Sritomo W. 1995, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, PT.Candimas Metropole, Jakarta:53-57 Suma mur P.K., Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta: Sujadnja, O., Kenyamanan Bale Meten Serta Faktor yang Mempengaruhinya di Desa Gianyar, Tesis Program Pasca sarjana Universitas Udayana, Denpasar: Sudana, D.P, 1990, Program Kesehatan untuk Usia Lanjut, Dinas Kesehatan Pemda Propinsi Daerah Tingkat I Bali, Denpasar. Tilley, A.R, 1993, The Measure af Man and Woman, Henry Dreyfuss Associates, New York:33-50 Wahyu, H.K Peranan Ergonomi dalam Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Indonesia. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Surabaya 6-7 September 2000, P.T.Guna Widya, Surabaya: 6-8. Widyanti, Ari; Sutalaksana, Iftikar Z Psikofisik sebagai Salah Satu Tinjauan Ergonomi : Studi Kasus pada Formulasi Factor Pengali Vertikal (VM)

36 35 Persamaan RWL. Jurnal Ergonews Ergonomika ITB, ( ) -2 Maret 2000, ITB, Bandung: Yatim, F. 2000, Osteoporosis Penyakit Kerapuhan Tulang pada Manula, Pustaka Populer Obor, Jakarta:1-7 -o0o-

PEMASANGAN RAILLING KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA

PEMASANGAN RAILLING KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA PEMASANGAN RAILLING KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA SOLICHUL HADI A. BAKRI Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: shadibakri@uniba.ac.id

Lebih terperinci

HANDLE PINTU BERGAGANG, PALING SESUAI UNTUK MANULA (TELAAH DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH-SOLO)

HANDLE PINTU BERGAGANG, PALING SESUAI UNTUK MANULA (TELAAH DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH-SOLO) 1 HANDLE PINTU BERGAGANG, PALING SESUAI UNTUK MANULA (TELAAH DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH-SOLO) Oleh : SOLICHUL HADI A. BAKRI Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja, Universitas

Lebih terperinci

DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI)

DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI) DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI) Bambang Suhardi 1, Brian Pujo Utomo 2, Taufiq Rochman 3 1,2,3 Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi Industri

Lebih terperinci

PERBAIKAN SARANA KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA

PERBAIKAN SARANA KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA 1 PERBAIKAN SARANA KAMAR MANDI MENINGKATKAN KENYAMANAN LANSIA DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH, SURAKARTA SOLICHUL HADI A. BAKRI Program Magister Ergonomi - Fisiologi Kerja, Universitas Udayana E-mail:

Lebih terperinci

Prevalensi Kenyamanan dan Kemandirian di Kamar Mandi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Denpasar

Prevalensi Kenyamanan dan Kemandirian di Kamar Mandi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Denpasar Ida Bagus Gede Danny Ananta, I Putu Adiartha Griadhi (Prevalensi E-JURNAL Kenyamanan MEDIKA, dan VOL. Kemandirian...) 6 NO. 10, OKTOBER, 2017 : 71-75 ISSN: 2303-1395 Prevalensi Kenyamanan dan Kemandirian

Lebih terperinci

Kancing Baju Jenis Ceples, Paling Praktis untuk Lansia, Telaah di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah-Solo

Kancing Baju Jenis Ceples, Paling Praktis untuk Lansia, Telaah di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah-Solo Kancing Baju Jenis Ceples, Paling Praktis untuk Lansia, Telaah di Pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah-Solo Solichul Hadi Achmad Bakri Mahasiswa Magister Pascasarjana Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE

EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE Maulana Antasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Depok Jalan Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan dan analisa data maka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan sebagai dasar peningkatan

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) (Bakta, 2000; Suryabrata, S. 2002). Rancangan

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan rancangan sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk rancangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN ASSESSMENT KEBOSANAN KERJA KARYAWAN SEBAGAI DASAR EVALUASI KINERJA ASPEK TASK, ORGANISASI DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN; STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI TANGERANG-BANTEN Wahyu Susihono 1,2 1 Konsentrasi Egonomi

Lebih terperinci

PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA)

PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA) PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA) Benedikta Anna Haulian Siboro 1, Suroso 2, Suhendrianto 3, Esmijati 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

2

2 2 4 6 9 10 Setiap sel senantiasa terbenam dalam air Memerlukan air utk melaksanakan fungsi sel tersebut medium dimana metabolisme tubuh berlangsung. alat pengangkutan tubuh. bahan pelicin utk pergerakan

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA ) Priscilla Tamara, 2) Peniel I. Gultom, 3) Erni Junita Sinaga,3) Program Studi Teknik Industri D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL SECARA MANUAL PEKERJA PENGANGKUT GENTENG UD. SINAR MAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Dian Herdiana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DAMPAK MEJA KURSI SEKOLAH YANG TIDAK ERGONOMIS TERHADAP KESEHATAN ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: Suhardiono, SKM, M.Kes

DAMPAK MEJA KURSI SEKOLAH YANG TIDAK ERGONOMIS TERHADAP KESEHATAN ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: Suhardiono, SKM, M.Kes DAMPAK MEJA KURSI SEKOLAH YANG TIDAK ERGONOMIS TERHADAP KESEHATAN ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: Suhardiono, SKM, M.Kes Pendahuluan Di Indonesia masalah ketidak sesuaian dari aspek ergonomi antara sarana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Di masa yang semakin maju dan berkembang ini, setiap orang perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, kesibukan dalam bekerja sudah menjadi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA Pendahuluan Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatuh merupakan suatu kejadian fisik yang sering dialami lansia saat proses penuaan. Jatuh pada usia lanjut dapat meningkatkan angka morbiditas, mortalitas, kecacatan,

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

Solichul H.A. BAKRI UNIBA

Solichul H.A. BAKRI UNIBA RE-DESAIN & RE-ENGINEERING ERGONOMI (DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI) Oleh: Solichul H.A. BAKRI UNIBA DESAIN STASIUN KERJA dan SIKAP KERJA Setiap desain produk agar dapat memenuhi keinginan pemakainya, maka harus

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Meja dan Kursi yang dirancang terbukti menurunkan keluhan kedua operator

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS 1 Pendahuluan A. Definisi B. Sejarah 1. Definisi psikologi rekayasaan (ergonomi) C. Dasar ilmuan dari Psikologi 2. Sejarah psikologi rekayasaan (ergonomi) Kerekayasaan D. Studi tentang sistem rja secara

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi obat paracetamol 5 mg, jika dilihat dari segi antropometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan, manusia menciptakan berbagai pelayanan jasa dan barang konsumtif maupun produktif. Pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang 2 Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang penting, tetapi masyarakat tetap berkepentingan dengan sekolah bermutu walaupun belum terakreditasi. Sekolah bermutu mampu mendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,

Lebih terperinci

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL C.13. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis... (Siswiyanti) BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

C. Materi Pembelajaran I. Pendahuluan I.1. Ergonomi I.2. Teknik Tata Cara Keija I.3. Faktor Manusia Dalam Sistem Produksi

C. Materi Pembelajaran I. Pendahuluan I.1. Ergonomi I.2. Teknik Tata Cara Keija I.3. Faktor Manusia Dalam Sistem Produksi Nama mata kuliah Kode/SKS Status : Teknik Tata Cara Kerja (TTCK) : TPI 2503/2 SKS : Wajib A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah: Teknik Tata Cari Kerja merupakan mata kuliah yang mempelajari interaksi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Penilaian Fasilitas 1.1. Penilaian Fasilitas dalam Kamar Tidur a. Lemari Pakaian Menurut data anthropometri, ukuran panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE 2.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan : a. Mampu memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, tidak semua manusia dilahirkan dalam keadaan sempurna. Ketika bayi yang dilahirkan cacat tanpa kaki atau tidak cukupnya anggota tubuh maka bayi tersebut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA

KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA KAJIAN ERGONOMI TANGGA PENYEBRANGAN JALAN DI DEPAN KAMPUS I UNTAR JAKARTA I Wayan Sukania Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta ABSTRAK Tangga penyebrangan jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, namun pada suatu saat pertumbuhan dan perkembangan tersebut berhenti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan Siswiyanti 1, Saufik Luthfianto 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Company Profile Letak : Pemilik : Pekerja : Jam Kerja : Kapasitas Produksi/hari :... kg kacang kedelai Flowchart Proses Produksi Kacang

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tempat bermain atau pun pagelaran festival (tempat terbuka) merupakan tempat yang sangat menyenangkan. Biasanya orang yang datang sangat banyak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum. 1 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai pembangunan nasional tersebut maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tempat kerja industri, banyak pekerja melakukan pekerjaan proses dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang panjang. Bekerja di posisi berdiri dapat dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

MANAGEMEN ERGONOMI. Solichul Hadi A. BAKRI Program Pascasarjana UNIBA Surakarta

MANAGEMEN ERGONOMI. Solichul Hadi A. BAKRI Program Pascasarjana UNIBA Surakarta MANAGEMEN ERGONOMI Solichul Hadi A. BAKRI Program Pascasarjana UNIBA Surakarta ABSTRACT Ergonomi from the Greece language Which consists of word: Egon means work and Nomos means regulation as law. The

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN FATWA IMELDA, S.Kep, Ns PENGERTIAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. ( Tarwoto dan Wartonah,

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci