BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Sampah dan limbah menjadi permasalahan serius yang terjadi di berbagai negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan baik pada skala industri, rumah tangga, instansi dan lain sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Limbah yang tidak diolah dengan baik dapat menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi lingkungan. Manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam, manusia juga membuang kembali segala sesuatu yang tidak dipergunakannya lagi ke alam. Tindakan ini akan berakibat buruk terhadap manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau banyak sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self purification terlampaui). Pengotoran lingkungan yang terjadi dan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan manusia sebagai akibatnya mengalami gangguan kesehatan karenanya (Soemirat, 2004: 16). Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas pengobatan atau tindakan perawatan lainnya di instalasi kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas, klinik, apotek, dan sebagainya. Pengelolaan limbah medis yang tidak benar dapat menimbulkan masalah yaitu menularkan penyakit kepada orang lain, tenaga 1

2 2 kesehatan dan masyarakat sekitarnya. Limbah medis mengandung mikroorganisme sumber penyakit.limbah layanan kesehatan dapat mencemari penduduk lingkungan di sekitar layanan kesehatan dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan limbah tersebut dapat mengandung jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, cholera, disentri, dan hepatitis, sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan1999 dalam Sudewi,2013:11) Rumah sakit menjadi salah satu tempat yang di dalamnya terdapat proses kegiatan yang dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Dampak negatifnya yaitu pada sampah dan limbah yang dihasilkan rumah sakit, baik itu limbah medis atau non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan sekitarnya. Jenis limbah rumah sakit bermacam-macam, yaitu limbah padat non medis, limbah padat medis, limbah cair, dan limbah gas. Limbah-limbah tersebut terdiri dari limbah non infeksius, limbah infeksius, bahan kimia beracun dan berbahaya, dan sebagian bersifat radioaktif sehingga membutuhkan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Temuan hasil penelitian Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Jawa Barat yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun , dari keseluruhan limbah

3 3 rumah sakit maka sekitar 10-15% diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat. Limbah organik sebanyak 40% merupakan yang berasal dari makanan pasien, keluarga pasien, dan instalasi gizi, sedang sisanya sekitar 45-50% merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol infus dan plastik. (Pristiyanto dalam Nur, 2013:1) Limbah medis anorganik juga dapat berasal dari fasilitas layanan kesehatan lainnya. Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2MPL) Kementerian Kesehatan Repubilik Indonesia menunjukkan bahwa limbah alat suntik di Indonesia khusus imunisasi diperkirakan sebesar 66 juta per tahun yang terdiri dari 36,8 juta untuk imunisasi bayi, sekitar 10 juta untuk imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, dan kurang lebih 20 juta berasal dari imunisasi anak sekolah, sedangkan timbulan limbah alat suntik untuk kuratif diperkirakan sebesar 300 juta per tahun (Depkes 2006 dalam Nur, 2013:1) Pengelolaan limbah padat medis dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat yaitu dengan menggunakan mesin insenerator. Insenerator digunakan sebagai alat untuk membakar dan mengelola sampah medis yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas. Gas yang dipancarkan oleh Sproeier dapat mencapai 700 C, limbah yang dibakar menghasilkan panas yang ikut mempertahankan panas yang ada. Apabila ada rumah sakit atau puskesmas yang tidak memiliki alat insenerator, pemilik atau pengelola rumah sakit atau puskesmas yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada rumah sakit atau puskesmas lain yang memilikinya

4 4 (Hanadi, 2002:23).Sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas dalam mesin insenerator. Proses pengelolaan sampah dengan insenerator yang menghasilkan abu bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar yang terbawa. (Sidik dalam Sudewi, 2013:31) Data sarana fasilitas layanan kesehatan dari Dinas Kesehatan DIY tahun 2011 menunjukkan jumlah rumah sakit di DIY sebanyak 65 rumah sakit milik pemerintah dan swasta dengan total jumlah bed buah. Jika diasumsikan rata-rata Bed Occupancy Rate (BOR) adalah 70% dan menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan timbulan limbah medis padat yang harus dimusnahkan tiap tahun sebesar ,6 kg. Jumlah ini akan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah rumah sakit yang ada di Yogyakarta dan meningkatnya Bed Occupancy Rate karena dipengaruhi trend penyakit yang berkembang baik penyakit menular maupun tidak menular (Nur, 2013:5). Pada tahun 2009 di DIY telah dilakukan inventarisasi limbah layanan kesehatan, berdasarkan hasil kegiatan tersebut diketahui bahwa dari 30 rumah sakit/ rumah sakit khusus di DIY baru sebanyak 13 rumah sakit/rumah sakit khusus (43,3%) yang telah mengelola limbah padat dan cair dengan aman. (Dinkes Provinsi DIY, 2009). Jumlah rumah sakit yang mengelola limbah menurut Bondan Agus Suryanto (KaDinKes Prop. DIY) sebanyak 64 persen dari 14 rumah sakit khusus di DIY tidak mengelola limbah dengan baik dan aman. Hanya 36 persen rumah sakit khusus di DIY yang mengelola limbah dengan baik dan aman. Rumah

5 5 sakitumum di DIY yang berjumlah 16 rumah sakit, yang mengelola limbah dengan baik dan aman sekitar 50 persen, sedangkan yang tidak memenuhi syarat pengelolaan limbah juga 50 persen. Rumah sakitbesar yang ada di DIY seperti rumah sakit Dr. Sardjito, rumah sakit Panti Rapih, rumah sakit Bethesda Yogyakarta, dan rumah sakit umum daerah Wirosaban masuk kriteria rumah sakit yang mengelola limbah dengan baik dan aman. (Kesmas dalam Nur, 2013:70) Survei pendahuluan yang dilaksanakan di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakrta bahwa rumah sakit di wilayah kota yang memiliki mesin Insenerator sendiri dan masih aktif beroperasi adalah Rumah sakit Bethesda Yogyakarta dan RSUD Kota Yogyakarta di daerah Wirosaban. Rumah Sakit/ Rumah Sakit Khusus lainnya sebenarnya ada yang memiliki Insenerator sendiri tetapi dihentikan operasionalnya dikarenakan belum memenuhi standart operasional dan masih dibawah baku mutu, sehingga untuk pengelolaan limbah medisnya, rumah sakit yang belum memiliki dan belum dapat mengolah limbah medis sendiri bekerjasama dengan rumah sakit lain yang memiliki insenerator atau bekerjasama dengan pihak ketiga dengan bantuan tembusan dari Dinas Kesehatan setempat. Pihak ketiga merupakan transporter pengangkut limbah medis yang akan dikirimkan ke pusat pengelolaan limbah medis sehingga limbah medis akan diolah lebih lanjut sehingga tidak menimbulkan pencemaran limbah. Penelitian ini mengambil lokasi di rumah sakit Bethesda Yogyakarta di Jalan Jenderal Sudirman No.70 Yogyakarta. Pertimbangan utama yaitu jumlah

6 6 rumah sakit di Yogyakarta yang memiliki alat insenerator sendiri dan masih aktif beroperasi adalah di rumah sakit Bethesda Yogyakarta. Rumah Sakit Bethesda Yogyakartamemiliki kegiatan berupa penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. Rumah sakit Bethesda Yogyakarta telah mendapat persetujuan Studi Evaluasi Lingkungan (SEL), Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 256/KPTS/1995 pada tanggal 7 September (Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan, 2010:3) Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta menurut Trisnantoro termasuk dalam golongan rumah sakit swasta milik yayasan keagamaan dan kemanusiaan yang sistem manajemennya sudah menyerupai badan usaha yang progresif. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta terus melakukan peningkatan kualitas layanan medis selain melaksanakan diversifikasi usaha. Yakkum (2004) menyebutkan tujuan Rumah sakit Bethesda Yogyakarta adalah : a) mampu bersaing, b) melindungi dan mensejahterakan sumber daya manusia, c) mampu melayani semua pelanggan termasuk yang kekurangan, d) Unggul, berkualitas, dan paripurna dalam pelayanan kesehatan, e) Jejaring pelayanan kesehatan yang luas, f) Diversifikasi pelayanan kesehatan yang luas (Trisnantoro dalam Hidayat, 2006: 2). Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta memiliki alat pembakar limbah medis padat sendiri yaitu insenerator, sedangkan untuk mengolah limbah medis cair rumah sakit Bethesda Yogyakarta memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Penelitian kali ini lebih fokus terhadap limbah padat medis yang

7 7 sebagian diolah menggunakan mesin insenerator. Limbah padat medis dari hasil kegiatan rumah sakit yang dikelola dengan mesin inseneratordapat diolah dengan baik, sehingga lingkungan tidak tercemar. Ekosentrisme merupakan salah satu teori etika lingkungan yang memusatkan etika pada seluruh komunitas alam semesta, baik yang hidup maupun tidak hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas alam semesta. Salah satu versi teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. Deep Ecology memusatkan perhatian pada semua spesies termasuk spesies bukan manusia, demikian pula Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian jangka pendek, tetapi jangka panjang, maka prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekosistem (Keraf, 2006: 75-76). Pengelolaan limbah medis dengan menggunakan mesin insenerator ini jika dikaji dengan teori etika lingkungan Ekosentrisme menjadi penting untuk dilakukan, karena mesin insenerator pengolahan limbah medis memiliki nilai dalam menjaga ekosistem, makakualitas air tanah, sungai dan juga udara sekitar rumah sakitmenjadi bersih dan terjaga dari pencemaran limbah medis. Insenerator sebagai alat pengolah limbah medis juga perlu diperhatikan, karena termasuk dalam komunitas ekosistem yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Jadi kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup,

8 8 melainkan juga berlaku bagi semua realitas lingkungan hidup baik biotik maupun abiotik, termasuk mesin. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pendidikan yang akan diarahkan pada kepekaan terhadap lingkungan dan pengembangan moral sosial. 2. Rumusan Masalah Uraian dan penjelasan dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut : a. Bagaimana proses pengolahan limbah padat medis dengan insenerator di rumah sakit Bethesda Yogyakarta? b. Apa analisis dari perspektif etika lingkungan Ekosentrisme terhadap pengelolaan limbah padat medis dengan insenerator? c. Apa relevansi pengolahan limbah padat medis sebagaiusaha menghindarkan pencemaran berkelanjutan? 3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Pengolahan Limbah Padat Medis menggunakan Insenerator dalam Kajian Etika Lingkungan Ekosentrisme di Rumah Sakit Bethesda Yogyakartasejauh penelusuran yang penulis lakukan belum pernah ada. Penelitian yang mirip dengan objek material yaitu diantaranya sebagai berikut: a) Lestaryono, 2004, Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dengan judul : Kajian Pengelolaan Limbah Medis di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo, Tesis ini berisi tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan pada proses pengelolaan limbah medis di RSUD

9 9 Wates dan menjelaskan upaya apa saja untuk perbaikan pengelolaan limbah medis sehingga dapat sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. b) Heriansyah, 2011, TesisS2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dengan judul :Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penanganan Limbah Medis Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh, Tesis ini berisi tentang hubungan antara pengetahuan, sikap, kebijakan rumah sakit dan ketersediaan fasilitas penanganan limbah medis dengan perilaku petugas kesehatan dalam penanganan limbah medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. c) Najamudin, 2012, TesisS2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dengan judul :Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Layanan Kesehatan Puskesmas Di Kabupaten Kulon Progo, Tesis ini berisi tentang evaluasi manajemen pengelolaan limbah layanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Kulonprogo yang menghasilkan limbah B3 sehingga memerlukan pengelolaan secara efektif dan efisien dapat memenuhi standar kesehatan. d) Siti Nur Hayah Isfandiari, 2013, Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dengan judul : Estimasi Emisi Dioksin/Furan dari Insinerator Limbah Medis di Kota Yogyakarta Tahun dan Kebijakan Manajemen Pengendaliannya, Tesis ini berisi tentang hitungan emisi dioksin atau furan dari insinerator rumah sakit yang ada di kota Yogyakarta pada tahun dan mengeksplorasi manajemen yang telah

10 10 dilakukan rumah sakit maupun instansi yang berwenang serta kebijakan dalam pengendalian dampak dari dioksin/furan hasil dari pengolahan limbah medis. e) Sri Sudewi, 2013, Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dengan judul : Pemanfaatan Insenerator untuk Limbah Medis Puskesmas di Kabupaten Bantul (Studi Kasus Puskesmas Srandakan), Tesis ini secara garis besar membahas mengenai pemanfaatan Insenerator baik dari segi teknis operasional, regulasi dan kebijakan dalam pemanfaatan Insenerator, dan mengenai sistem pengelolaan limbah hasil pembakaran Insenerator di Puskesmas Srandakan, Bantul, Yogyakarta. f) Rusdiana Hm, 2013, Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dengan judul :Kebijakan Pembakaran Limbah Medis Padat Dengan Insenerator Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, Tesis ini berisi tentang bagaimana pemanfaatan Insenerator, prosedur pengelolaan limbah, dampak serta upaya yang dilakukan untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari operasional Insenerator di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Skripsi ini membahas mengenai pengolahan limbah padat medis menggunakan inseneratordi rumah sakit BethesdaYogyakarta dalam kajian etika lingkungan Ekosentrisme. Sejauhpengamatan peneliti belum pernah ada penelitian mengenai pengolahan limbah padat medis dengan menggunakan insenerator yang dikaji dengan etika lingkungan Ekosentrisme dan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

11 11 4. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi dalam penelitian masalah-masalah lingkungan yang ada dalam masyarakat saat ini, dan menjadi kajian lingkungan untuk solusi dalam mengatasi limbah medis. b. Bagi Pengembangan Ilmu Filsafat Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dan memperkaya studi dalam pengembangan ilmu filsafat yang membahas persoalan atau permasalahan tentang lingkungan, khususnya pada mata kuliah etika lingkungan. c. Bagi Bangsa dan Negara Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi persoalan dan permasalahan yang berhubungan dengan pencemaran limbah medis, sehingga masyarakat dapat peka dan timbul kesadaran moral untuk peduli terhadap lingkungan. Khususnya untuk petugas kesehatan agar lebih memperhatikan dalam mengelola limbah medis sehingga tidak menimbulkan pencemaran berkelanjutan.

12 12 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menjelaskan secara deskriptif alat insenerator yangdigunakan sebagai alat pengelolaan limbah padat medis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Yogyakarta. 2. Menganalisis serta merefleksikan insenerator sebagai alat pengelolaan limbah medis dengan menggunakan teorietika lingkungan Ekosentrisme. 3. Menjelaskan dan menganalisis relevansi mengenai pengelolaan limbah medis padat rumah sakit Bethesda Yogyakarta dengan alat insenerator sebagai usaha menghindarkan pencemaran berkelanjutan C. Tinjauan Pustaka Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya dapat membahayakan kesehatan di lingkungannya. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar dilakukan dengan cara memilah-milah limbah ke dalam kategori untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi antrauma atau Injuri(KMNLH, 1995 dalam Asmadi, 2013: 2). Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, poliklinik, farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, penelitian, atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius,

13 13 berbahaya atau bisa membahayakan, kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya menimbulkan berbagai buangan, dan sebagian dari hasilnya merupakan limbah berbahaya atau B3, seperti : 1. Limbah infeksius, yang terdiri dari exkreta, spesimen laboratorium, bekas balutan, jaringan busuk, dan lain-lain. 2. Limbah tajam, yang terdiri atas pecahan peralatan gelas seperti thermometer, jarum bekas, dan alat suntik. 3. Limbah plastik, bekas kemasan obat dan barang, cairan infus, spuit sekali pakai/disposable, perlak. 4. Limbah jaringan tubuh, seperti sisa amputasi, plasenta, yang tidak etis dibuang sembarangan. 5. Limbah sitotoxik, yakni sisa obat pembunuh sel yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker. 6. Limbah kimia dari laboratorium, rumah obat. 7. Limbah radioaktif. 8. Limbah cucian pakaian. 9. Limbah dapur. 10. Limbah domestik Limbah dapat bersifat padat, cair, ataupun gas, sehingga pengelolaan limbah rumah sakit harus dilakukan sesuai dengan jenis limbah. Beberapa pedoman tentang pengolahan limbah telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Proses pengendalian limbah ini masih sulit

14 14 dilaksanakan, karena tempat insenerasi limbah infeksius, ataupun bagian tubuh masih sangat terbatas jumlahnya. (Soemirat, 2004: 148) Limbah sebelum dimusnahkan dapat diolah dahulu, baik untuk memperkecilvolume, untuk didaur ulang, atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat sangat sederhana seperti pemilihan, sampai pada pembakaran atau insenerasi. Insenerasi adalah suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari udara dan diubah menjadi gas hasil pembakaran serta residu yang berupa abu. Insenerasi sangat mengurangi volume dan berat limbah medis padat hingga tinggal kurang dari 5% dan dapat menghilangkan mikroba dari sisa limbah(soemarwoto, 2004:157). Sukantoro dalam penelitiannya tahun 2008 halaman 12, menyimpulkan bahwa pengelolaan limbah klinis tajam puskesmas di Yogyakarta belum memenuhi kaidah pengelolaan limbah layanan kesehatan yang aman. Angka kecelakaan limbah klinis tajam dalam satu tahun dialami oleh 17,20% petugas yang melayani pasien dan 11,11% petugas pengumpul limbah. Pengelolaan limbah infeksius dengan menggunakan insenerator harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan BAPEDAL No.03 tahun Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas insenerator dan emisi yang dikeluarkannya. Insenerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran/penghilangan (Destruction, Reduction, Efisience) yang tinggi. Insenerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang

15 15 dalam waktu relatif singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan insenerator adalah emisi udara yang dikeluarkan harus sesuai dengan baku mutu emisi untuk Insenerator, sehingga tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan sekitar (Sudewi, 2013: 64). Sidik dalam penelitiannya menjelaskan bahwa di dalam insenerator limbah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan debu. Insinerasi sangat mengurangi volume dan berat limbah medis padat hingga tinggal kurang dari 5% dan dapat menghilangkan mikroba dalam sisa limbah. Proses pembakaran, waktu pembakaran, dan panas pembakaran merupakan faktor yang penting. Panas yang tinggi akan dihasilkan proses pembakaran yang sempurna. Proses pembakaran terdapat kemungkinan memiliki dampak terhadap masyarakat. Masyarakat mungkin terganggu dengan bau, asap, panas, dan sebagainya. Pengelolaan limbah medis merupakan bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di layanan kesehatan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah layanan kesehatan dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit (Sidik dalam Sudewi, 2013: 15). Keuntungan pengelolaan limbah medis dengan menggunakan mesin insenerator adalah dapat mencegah pencemaran udara dengan syarat bahwa insenerator harus beroperasi berkesinambungan selama enam atau tujuh hari dalam seminggu. Insenerator harus dalam kondisi temperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga mencapai tingkat

16 16 efisiensi, untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dan bau (Sudewi, 2013: 63) D. Landasan Teori Gerakan teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecologyadalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilemma etis lingkungan hidup. Hal yang paling penting dalam Ekosentrisme adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto dalam Santosa, 2000: 71-72). Prinsip moralitas dalam definisi pemikiran Ekosentrisme juga mencakup benda mati. Benda mati seperti batu, tanah, air, dan udara juga merupakan makhluk yang setara dengan manusia. Hubungan manusia dengan alam tidak hanya merupakan hubungan antara makhluk yang lebih mulia dengan makhluk yang rendah. Pandangan Ekosentrisme memaksa manusia untuk juga menerapkan prinsip moralitas dan hubungan etika dengan alam yang terdiri dari hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung air, dan lain-lain (Faisal, 2010: 178). Prinsip etika lingkungan bertumpu pada dua unsur pokok dari teori Biosentrisme dan Ekosentrisme. Pertama, komunitas moral tidak hanya dibatasi pada komunitas sosial, melainkan mencakup komunitas lingkungan seluruhnya. Kedua, hakikat manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga makhluk lingkungan. Kedua unsur pokok tersebut mewarnai hampir seluruh prinsip etika lingkungan (Keraf, 2010: 166).

17 17 1. Bahan dan Materi Penelitian E. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan model penelitian masalah aktual(kaelan, 2005: 292). Penelitian ini melalui studi pustaka dan diperkuat dengan wawancara dan observasi lapangan. Wawancara dan observasi lapangan dilakukan di rumah sakit Bethesda Yogyakarta. Pengolahan limbah padat medis denganinseneratorsebagai objek material, sedangkan teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai objek formal a. Sumber Pustaka Primer berupa : 1) Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Rumah sakit Bethesda Yogyakarta Periode Bulan Januari-Juni ) Laporan Realisasi Kegiatan Pengoperasian Alat Pengolahan (insenerator) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah sakit Bethesda Yogyakarta Periode Bulan Juli-September b. Sumber Pustaka Sekunder berupa : 1) Borrong, Robert. P Etika Bumi Baru. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 2) Soemirat, Juli Buku Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press 3) Keraf, Sonny Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

18 18 4) Attfield, Robin Etika Lingkungan Global. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 5) Chandra, Budiman Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2. Jalan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a) Inventarisasi dan kategorisasi, yaitu pengumpulan data kepustakaan sebanyak mungkin dan penunjang lainnya yang berhubungan dengan objek material maupun objek formal penelitian. Data hasil penelitian di lapangan berupa observasi dan wawancara. Data kepustakaan dan penelitian di lapangan dengan wawancara tentang insenerator sebagai alat untuk mengelola limbah padat medis di rumah sakit Bethesda Yogyakarta, sehingga dapat memperoleh gambaran lengkap dan informasi tentang latar belakang adanya insenerator, pengelolaan limbah medis dengan menggunakan insenerator, gambaran lengkap mengenai teori etika lingkungan ekosentrisme dan pemaparan secara berimbang dan objektif. b) Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data primer dan data sekunder. c) Reduksi data, yaitu penampilan data yang diperoleh. d) Analisis sintesis, yaitu menganalisis data primer dan data sekunder, kemudian mengeksekusi atau mengiliminasi data yang tidak perlu, dan mengisentesiskan sesuai dengan gagasan dalam upaya memperkuat penelitian.

19 19 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada buku Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat karangan Kaelan (2005: ) yang menggunakan unsur-unsur metodis sebagai berikut : a) Verstehen Data yang dikumpulkan dipahami berdasarkan karakteristik masingmasing. Penulis berusaha memahami makna penelitian dari insenerator yang memiliki fungsi untuk mengelola limbah padat medis serta memahami makna teori etika lingkungan Ekosentrisme. Sehingga mendapat gambaran yang jelas mengenai objek material dan objek formal. b) Interpretasi Dalam data yang diperoleh, penulis akan mencoba menemukan gambaran yang jelas dan mendalam tentang hal-hal yang melatarbelakangi pengelolaan limbah padat medis dengan insenerator di rumah sakit Bethesda Yogyakarta. Proses pelaksanaan insenerator, dampak positif dan negatif penggunaan mesin insenerator, kondisi lingkungan sekitar sebelum dan sesudah ada insenerator, peranan petugas dalam pengelolaan limbah medis menggunakan insenerator, yang kemudian dianalisis menggunakan teori etika lingkungan Ekosentrisme. c) Hermeneutika Penulis berusaha menangkap makna esensial dari teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam memandang insenerator pengolah limbah medis padat

20 20 sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah padat medis yang dihasilkan rumah sakit. d) Holistika Data secara keseluruhan diamati, terutama tentang insenerator dan dampak pencemaran limbah medis terhadap lingkungan sekitar terutama masyarakat di rumah sakit Bethesda Yogyakarta serta analisa teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam memandang pengelolaan limbah medis dengan insenerator dan kemudian dilakukan penyimpulan. F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diperoleh penjelasan yang mendalam tentang proses pengolahan limbah padat medis menggunakan insenerator di rumah sakit Bethesda Yogyakarta. 2. Diperoleh pemahaman analitis tentang pengelolaan limbah padat medis dengan insenerator di rumah sakit Bethesda Yogyakarta yang dikaji dengan teori etika lingkungan Ekosentrisme. 3. Diketahui relevansi pengelolaan limbah medis dengan insenerator di rumah sakit Berthesda Yogyakarta sebagai usaha menghindarkan pencemaran berkelanjutan.

21 21 G. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang profil Rumah sakit Bethesda Yogyakarta, uraian mengenaiinsenerator dan limbah medis secara umum, dampak positif dan negatif penggunaan insenerator, kemudian dijelaskan pengolahan limbah dengan insenerator yang ada di rumah sakit Bethesda Yogyakarta dari proses pemilahan sampai pembakaran. BAB III berisi tentang uraian pengertian etika, pengertian etika lingkungan hidup, jenis etika yang meliputi ekologi, ekosistem. Kemudian dijelaskan juga teori-teori etika lingkungan, prinsip-prinsip etika lingkungan, dan uraian tentang gerakan Deep Ecology. BAB IV berisi tentang pandangan Ekosentrisme dalam menilai adanya insenerator pengolah limbah medis padat di rumah sakit Bethesda Yogyakarta sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah medis dan dampak yang ditimbulkan akibat pengolahan limbah padat medis dengan mesin insenerator, serta dijelaskan juga mengenai upaya pengelolaan limbah medis padat dengan mesin insenerator. BAB V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran dengan menjelaskan secara garis besar pembahasan penelitian.

22

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kehidupan manusia, sampah/limbah belum menjadi suatu masalah tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir akhir ini persoalan limbah menjadi masalah yang cukup serius bagi pencemaran lingkungan, dimana aktiftitas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah menambah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah Sakit / Rumah Sakit Khusus merupakan tempat-tempat umum dimana didalamnya berinteraksi antara pengelola, klien / orang sakit dan masyarakat /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun, selain memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 30 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA KELOLA HIJAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesadaran kemampuan akan hidup sehat bagi masyarakat dan mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran limbah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan, bahwa kesehatan menyangkut semua segi kehidupan yang ruang lingkup dan jangkauannya sangat luas dan kompleks dan juga merupakan

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan

Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dr. Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.Hum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Banyak sekali pembangunan-pembangunan yang masih dilakukan di negara ini. Salah satunya adalah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sumber limbah B3 yang harus mendapat perhatian. Limbah B3 yang dikeluarkan dari rumah sakit meliputi limbah infeksius, sisa operasi, sisa suntikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Kemajuan teknologi mampu mengeksploitasi, mengubah sumber daya alam yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi perawatan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH MEDIS JARUM RS. DR. SUTOMO SURABAYA DENGAN INCENERATOR MODIFIKASI. Oleh : Indah Nurhayati *) & Siti Agustina Triastuti **)

PENGOLAHAN SAMPAH MEDIS JARUM RS. DR. SUTOMO SURABAYA DENGAN INCENERATOR MODIFIKASI. Oleh : Indah Nurhayati *) & Siti Agustina Triastuti **) PENGOLAHAN SAMPAH MEDIS JARUM RS. DR. SUTOMO SURABAYA DENGAN INCENERATOR MODIFIKASI Oleh : Indah Nurhayati *) & Siti Agustina Triastuti **) Abstrak Salah satu kendala dari pengolahan sampah medis dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat Keterp aparan 1. La BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017 Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes Badan Litbang Kesehatan 2017 Sistematika Pengertian: Bahan berbahaya dan beracun, pencemar organik persisten (POPs)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini isu tentang kerusakan alam dan pemanasan global menjadi perhatian yang serius. Bumi yang sudah tidak sehat lagi menunjukkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat di sekitarnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Contoh Audit Lingkungan

Lebih terperinci

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit KMA 43026 Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air di negara berkembang seperti Indonesia saat ini telah menunjukkan gejala cukup serius dan harus segera mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat I. Pendahuluan Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia karena kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan pelayanan kesehatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan

Lebih terperinci

Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat. Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.

Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat. Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M. KESEHATAN LINGKUNGAN Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.Hum Yogyakarta, 21 Maret 2016 Kebijakan terkait Kesehatan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) KLINIK UTAMA AN-NUR Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN 2016) Oleh: INDANG DEWATA Pusat Penelitian Kependudukan, Lingkngan Hidup dan Kebencanaan Unicersitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 05 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit bahwa rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS Ardi Dwi Prasetiono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup seperti tumbuh-tumbuhan atau hewan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sangat banyak perusahaan atau industri yang menghasilkan produk baik dalam skala kecil, menengah dan bahkan dalam skala besar. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN Suryono Nugroho, Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Tekonologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam, terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci