BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran limbah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, dikarenakan masuknya era globalisasi. Pembuangan limbah terkadang kurang menjadi perhatian oleh para pemilik industri, padahal hal tersebut adalah hal yang paling penting untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri. Kasus pencemaran limbah cair yang marak di Indonesia membuat sulitnya menemukan air bersih. Kualitas air harus terjaga dengan baik agar dapat digunakan oleh manusia. Limbah industri merupakan 50 % dari beban pencemaran daerah aliran sungai yang pada akhirnya merupakan pula beban pencemaran bagi perairan pantai (Atmakusumah, dkk. 1996: 193) Penyakit kolera di beberapa negara berkembang dan negara industri dilaporkan terjadi secara berkala. Selokan pada instalasi layanan rumah sakit tempat pasien kolera dirawat, tidak selalu dihubungkan dengan instalasi pengolahan limbah yang efisien, dan terkadang jaringan saluran perkotaan belum terbentuk, walaupun hubungan antara penyebaran kolera dan metode pembuangan limbah cair tidak aman belum banyak dikaji dan didokumentasikan. Pembuangan 1

2 2 limbah cair yang tidak aman diduga kuat turut berkontribusi dalam penyebaran kolera (Pruss, 1999: 140). Pencemaran air tidak selalu identik dengan ancaman penyakit maupun ancaman kepunahan bagi semua spesies, seperti bahan kimia tertentu yang terbuang ke dalam lingkungan air dapat menjadi makanan ganggang air. Ganggang air tidak mati atau punah, akan tetapi ganggang air menjadi makanan ikan dan ikan menjadi makanan manusia. Rantai makanan tersebut ada dua hal yang terjadi, yaitu secara positif ganggang membersihkan air dari kontaminasi bahan kimia beracun, akan tetapi melalui rantai makanan, racun kimia yang terkandung dalam ganggang akhirnya sampai kepada manusia yang membahayakan kesehatannya (Borrong, ). Uraian diatas menunjukan bahwa pencemaran limbah cair sangat berbahaya bagi makhluk hidup secara langsung maupun tidak langsung. Pencemaran limbah cair harus dikendalikan karena selain merugikan manusia, juga akan berpengaruh terhadap organisme yang ada di dalam air, selain dari bahan buangan proses sisa industri, limbah cair juga berupa feses dan urine manusia. Pembuangan feses dan urine, apabila disalurkan ke air sungai maka air akan terkontaminasi oleh bakteri sebagai sumber penyakit dan tentunya menimbulkan bau yang tidak sedap. Air yang terkontaminasi oleh bakteri sangat tidak layak apabila dikonsumsi oleh manusia. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal seharusnya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Manusia pada dasarnya bersifat egoistis yaitu mementingkan dirinya sendiri. Salah satu fungsi kebudayaan pada umumnya dan agama pada khususnya

3 3 ialah mengurangi sifat egoistis ini dan mendorong orang untuk mau berkelakuan baik untuk kepentingan umum, karena lingkungan hidup memberi layanan kepada masyarakat umum, berbuat baik untuk lingkungan hidup merupakan perbuatan untuk kepentingan umum. Perbuatan pro-lingkungan bersifat juga pro-sosial, tetapi faktanya ialah tidak ada atau sedikit sekali orang yang mau mengorbankan kepentingan dirinya untuk kepentingan lingkungan hidup, termasuk untuk makhluk hidup bukan manusia ataupun lingkungan sekitar yang tidak hidup atau benda mati (Soemarwoto, 2001:87). Teori etika lingkungan dalam hal ini diharapkan mampu menimbulkan pemahaman baru terhadap masalah lingkungan hidup yang tidak terpisah dari kosmologi tertentu yang dalam kenyataannya tidak menumbuhkan sikap eksploitatif terhadap alam lingkungan. Pengembangan etika lingkungan hidup perlu untuk mengendalikan adanya perubahan secara mendasar dari pandangan kosmologis yang menumbuhkan sikap hormat dan bersahabat dengan alam lingkungan, tetapi masalah krisis lingkungan tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika lingkungan hidup, apabila sudah menyangkut kesejahteraan umum masyarakat, pemikiran etis saja tidak akan berdaya tanpa didukung oleh aturan-aturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan dan melakukan tidakan terhadap pelanggarnya (Sudriyanto dalam Santosa, 2000: 67-68). Bantul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan dan terdiri dari 75 desa. Bantul merupakan kabupaten dengan berbagai sentra industri. Penduduk di Bantul yang semakin meningkat

4 4 jumlahnya, semakin meningkat pula aktivitas-aktivitas yang menghasilkan limbah, seperti membuang limbah cair ke lingkungan tanpa melalui proses pengolahan seperti penyaringan, atau netralisasi, sehingga dapat mengakibatklan penurunan kualitas air. Sentra industri-industri yang marak di Bantul sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat Bantul, akan tetapi kepedulian terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah hasil industri juga harus menjadi perhatian yang utama. Salah satu bentuk kepedulian tersebut seperti yang dilakukan oleh kelompok tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta dengan pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas di beberapa lahan milik anggota kelompok tersebut (Sumber: Program Sektor Sanitasi Kabupaten Bantul, 2011). Pembuatan instalasi pengolahan air limbah biogas, digunakan untuk mengolah limbah cair dari pengolahan tahu sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Sebelum adanya instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas di kelompok tahu Ngudi Lestari, pembuangan dilakukan di sungai Progo melalui saluran irigasi ataupun secara langsung, dan di lahan rumah. Pembuangan yang dilakukan tanpa melalui proses akan mempengaruhi kualitas air sumur dan sungai, sehingga apabila dikonsumsi oleh warga menyebabkan sakit perut dan gatal-gatal. Selain mengakibatkan penurunan kualitas air, juga menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga terjadi pencemaran udara (Wardana dalam Mardiana, 2008: 13). Pengendalian dan pengelolaan limbah mempunyai beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh penanggungjawab kegiatan industri yaitu diatur dalam kep. No 51/MenLH/10/1995 pasal 6. Salah satu isi peraturan tersebut adalah

5 5 melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang ditetapkan (Effendi, 2003: 15). IPAL biogas sebagai solusi dari masalah limbah cair tahu agar kualitas air tetap terjaga dan terjadi keseimbangan ekosistem. Pemanfaatan limbah cair tahu melalui instalasi pengolahan air limbah biogas menghasilkan gas merupakan suatu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya dan langkanya bahan bakar minyak. Penelitian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas dilakukan di kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. Kelompok tersebut merupakan kelompok yang pertama kali mempunyai IPAL biogas yang berada di lahan milik bapak Mungin Hadi Prayitno pada tahun 2005, kemudian seiring berjalannya waktu kelompok tersebut mempunyai 9 IPAL biogas yang mendapatkan dana dari berbagai pihak, seperti Universitas Gadjah Mada, kecamatan Srandakan dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat. Kecamatan Srandakaan yang terkenal banyak sekali industri tahu, ada beberapa industri yang tidak membuat IPAL biogas, sehingga limbah cair tahu dibuang di sembarang tempat dan menimbulkan pencemaran air dan udara. Penelitian ini diharapkan bisa memberi inspirasi pada industri lainnya untuk peduli akan pengendalian pencemaran limbah. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas sebagai solusi dalam pengendalian pencemaran limbah cair tahu jika dikaji dari Ekosentrisme merupakan kepeduliaan terhadap lingkungan dari masyarakat kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul

6 6 Yogyakarta. Ekosentrisme merupakan salah satu teori etika lingkungan yang memusatkan etika pada seluruh komunitas alam semesta, baik yang hidup maupun tidak hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas alam semesta. Salah satu versi teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. Deep Ecology memusatkan perhatian pada semua spesies termasuk spesies bukan manusia, demikian pula Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian jangka pendek, tetapi jangka panjang, maka prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekosistem (Keraf, 2006: 75-76). Kasus yang menjadi perhatian pada Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta yaitu kualitas air tanah, sungai dan juga udara harus bersih dan terjaga dari pencemaran limbah cair hasil pengolahan tahu. Air tanah, sungai dan udara merupakan benda abiotik atau benda mati, walaupun begitu benda abiotik juga perlu diperhatikan karena termasuk dalam komunitas ekosistem yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Jadi sesuai dengan pemikiran Ekosentrisme yang memandang seluruh komunitas ekosistem. Kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab moral kelompok pengrajin tahu Ngudi lestari terhadap upaya pengendalian limbah cair dengan pengadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas

7 7 perlu diapresiasi dan dicontoh bagi para pemilik industri yang belum mempunyai IPAL. 2. Rumusan Masalah Uraian yang telah disampaikan pada latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana proses pengolahan air limbah cair tahu dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas pada kelompok pengrajin tahu (Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta)? b. Apa pengertian dan esensi teori etika lingkungan Ekosentrisme? c. Apa refleksi kritis Ekosentrisme dalam pengendalian pencemaran limbah tahu pada kelompok pengrajin Ngudi Lestari melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas? 3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Limbah Cair Tahu Dalam Kajian Ekosentrisme (Studi Kasus Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta) sejauh penelusuran yang penulis lakukan belum pernah menemukan penelitian yang sama persis. Penelitian yang mirip dengan objek formal ataupun objek materi yaitu diantaranya sebagai berikut:

8 8 a. Iwan Setiawan, 2004, Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Peran Etika Lingkungan Hidup dalam Industri Pertambangan di Indonesia, berisi tentang peran teori etika lingkungan hidup yang berpihak pada alam seperti (Biosentrisme, Ekosentrisme, Hak Asasi Alam dan Ekofeminisme) dengan berbagai prinsip prinsip moralnya sangat diperlukan sebagai pedoman guna membatasi tindakan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, khususnya mineral melalui industri pertambangan, sehingga industri pertambangan di Indonesia dapat mendukung program pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. b. Davit Oktiyadi, 2006, Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Relevansi Konsep Ecosophy dalam Etika Ekosentrisme sebagai Alternatif Atas Krisis Ekologis di Indonesia, berisi tentang konsep ecosophy yang mengandung nilai-nilai keselarasan, keharmonisan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dan alam digunakan untuk perubahan mendasar dan radikal dalam level ideologi, ekonomi, politik, dan social, sekaligus revitalisasi dan reorientasi kearifan lokal yang telah berkembang di daerah-daerah. c. Arif Wibowo, 2011, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Kebijakan Pembangunan Potensi Lokal Desa Donokerto ditinjau dari Etika Lingkungan Ekosentrisme, berisi tentang Ekosentrisme yang diterapkan dalam pembangunan potensi lokal di desa Donokerto agar terciptanya desa yang mandiri dengan membina

9 9 hubungan keselarasan antara manusia dengan masyarakat, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan generasi penerus. d. Novri Sartika Anggraeni, 2011, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Etika Lingkungan dalam Kehidupan Asrama Mahasiswi Syantikara menurut Perspektif Ekosentrisme Ane Naess, berisi tentang pengelolaan lingkungan Asrama Syantikara dengan menggunakan teori etika ekosentrisme Naess yang didasarkan pada Deep Ecology. e. Agha Bukhari, 2012, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Konservasi Hutan Suku Baduy di Banten dalam Perspektif Teori Etika Lingkungan Ekosentrsime, berisi tentang kehidupan suku Baduy yang pro akan Ekosentrisme yang dapat dilihat dalam proses konservasi hutan dengan melakukan tahapan-tahapan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi, perencanaan, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. f. Agus Fita Yudyanto, 2012, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) PT Sri Rejeki Isman Tekstil terhadap Lingkungan Sekitar dari Perspektif Ekosentrisme, berisi tentang kebijakan PT Sri Rejeki Isman Tekstil dalam pelestarian lingkungan dengan menerapkan pemikiran Ekosentrisme sehingga dalam pelaksanaan produksinya berupaya untuk tetap mempertahankan

10 10 semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. g. Zainal Fadri, 2014, Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, dengan judul: Rawa Buatan dalam Pelestarian Sumber Daya Air dalam Kajian Etika Lingkungan Ekosentrisme, berisi tentang pengelolaan air dengan rawa buatan merupakan suatu bentuk perwujudan Deep Ecology dalam mengatasi isu krisis lingkungan. h. Mardiana, Hayya Tesis S2 Ilmu Lingkungan, dengan judul: Kajian Kerusakan Akibat Kegiatan Industri Tahu terhadap Penurunan Kualitas Air Tanah (Kasus Di Kawasan Sentra Industri Tahu Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul), berisi tentang kualitas air tanah di kawasan sentra industri tahu desa Trimurti kecamatan srandakan kabupaten Bantul menurun yang disebabkan oleh limbah hasil pengolahan tahu, sedangkan penelitian ini membahas tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari yang merupakan cara konvensional sebagai pengendali pencemaran, khusus di Gunung Saren Trimurti Srandakan Bantul. Penelitian ini membahas tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair dari hasil pengolahan tahu dalam kajian Ekosentrisme (Studi Kasus Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta), sehingga kualitas air sungai, air sumur dan udara dapat terjaga kebersihannya. Jadi penulis

11 11 berani menjamin bahwa penelitian ini benar-benar asli yang dilakukan oleh penulis. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam kajian lingkungan dan menjadi solusi dalam mengatasi pencemaran limbah organik. b. Bagi filsafat Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya studi filsafat dalam mengkaji dan mengembangkan mata kuliah etika lingkungan. c. Bagi bangsa dan negara Penulis berharap dengan adanya penelitian ini yang dipublikasikan dapat menggugah masyarakat agar timbul kesadaran moral untuk peka dan peduli terhadap lingkungan. Khususnya untuk para pemilik industri agar memperhatikan dalam proses pembuangan limbah industri. Salah satunya dengan membuat instalasi pengolahan air limbah biogas seperti yang dilakukan oleh kelompok perajin Tahu Budi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta yang sangat peduli dengan lingkungan.

12 12 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengungkapkan jawaban dari permasalahan yang telah terangkum dalam rumusan masalah, yaitu: 1. Memaparkan penjelasan secara mendalam tentang proses pengolahan limbah cair tahu dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas pada Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. 2. Menjelaskan tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai teori etika yang menjelaskan manusia wajib menjaga dan melindungi makhluk hidup maupun benda mati seperti sungai dan lain-lain, dan ketika lingkungan terjaga maka kelangsungan hidup manusia akan terjamin. 3. Menganalisis penerapan pemikiran teori etika Ekosentrisme dalam pengendalian pencemaran limbah cair tahu melalui instalansi pengolahan air limbah (IPAL) biogas kelompok pengrajin Tahu Ngudi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. C. Tinjauan Pustaka Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas merupakan model tempat pengolahan limbah cair organik yang akan mengalami proses anaerobik sehingga menghasilkan gas. Tujuan utama dari IPAL biogas adalah mengendalikan pencemaran limbah cair organik agar tidak mencemari lingkungan. Biogas yang dihasilkan dari IPAL biogas dapat dimanfaatkan secara optimal yaitu untuk

13 13 kebutuhan rumah tangga seperti memasak dan untuk penerangan (Yunus, 1995: 77). Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari merupakan IPAL biogas pertama di Kecamatan Srandakan. IPAL biogas dibangun untuk mengatasi pencemaran limbah cair tahu. DEWATS (Decentralized Waste Water Treatmen System) yang memberi bantuan berupa dana untuk membangun IPAL biogas (Sumber: Kecamatan Srandakan, 2008). Komponen-komponen kimia dalam air limbah dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri atas senyawasenyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintesis, bahan-bahan organik, dan gas. Zat-zat organik yang terdapat di dalam air dalam kadar rendah dan hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain masalah rasa dan bau. Keberadaan senyawa organik juga menyebabkan air memerlukan proses pengolahan air bersih yang lebih kompleks menurunkan kandungan oksigen, serta menyebabkan terbentuknya substansi-substansi beracun (Siregar, 2005: 15-16). Zat-zat organik di dalam limbah cair tahu akan diolah melalui IPAL biogas sehingga menjadi biogas. Penanganan limbah cair meliputi berbagai proses yaitu penyaluran, pengumpulan, pengolahan limbah cair, serta pembuangan lumpur yang dihasilkan. Penanganan limbah cair merupakan hal yang penting karena berhubungan dengan masalah pencemaran lingkungan, baik kontaminasi sungai, kontaminasi air permukaan, maupun kontaminasi air tanah yang diakibatkan oleh limbah cair

14 14 rumah tangga, limbah cair pertanian, dan limbah cair industri. Pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air akan menimbulkan masalah kesehatan sehingga perlu dibangun fasilitas pengolahan air limbah cair (Soeparman dan Suparmin, 2001: 91). Fasilitas tersebut salah satunya adalah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas. Penanganan limbah cair dari jenis dan jumlah proses pengolahan limbah cair bergantung pada kualitas influen dan pemanfaatan efluen limbah cair. Jenis teknologi yang digunakan bergantung pada analisis kualitas limbah cair serta penggunaan efluen. Efluen limbah cair dengan konsentrasi tinggi yang dibuang di sungai dapat dimanfaatkan sebagai air baku minum, namun memanfaatkan air tersebut menuntut proses pengolahan yang lengkap dibandingkan limbah cair yang dibuang ke dalam saluran irigasi untuk pertanian (Soeparman dan Suparmin, 2001: 92). Limbah tahu dibedakan dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai dan sisa saringan sari kedelai yang disebut ampas tahu. Kedua jenis limbah tersebut harus ditangani agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Kotoran hasil pembersihan kedelai berupa tanah, kerikil, potongan-potongan tangkai, dan kotoran lainnya ditampung, lalu dibuang ketempat pembuangan sampah. Limbah padat berupa kulit biji kedelai dan ampas tahu ditangani secara terpisah karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau ampas tahu diolah menjadi tempe gembus atau oncom, sedangkan untuk limbah cair dari hasil industri tahu pada suhu rata-rata berkisar c. Suhu tersebut lebih tinggi

15 15 dibandingkan suhu rata-rata air lingkungan membahayakan kelestarian lingkungan hidup apabila pembuangan dilakukan secara langsung tanpa proses (Suwarno dan Yan, 2001: 60-61). Proses pengolahan limbah cair tahu dalam IPAL biogas yaitu pemisahan benda-benda kasar yang terdapat dalam air buangan pada bak digester, dengan cara penyaringan atau pemisahan padatan pada tahap awal sebelum air limbah diproses lebih lanjut pada bak peluapan, bak perata, dan bak reactor. Proses pemisahan pada bak digester mengurangi jumlah benda-benda kasar (padat) yang terdapat dalam air buangan dapat menurunkan kadar polutan. Proses pengolahan limbah cair tahu pada bak digester mengalami proses anaerobik dengan kedap udara sehingga menghasilkan biogas (Pramudyanto, 1991: 16). Arahan dan strategi pengolahan lingkungan untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Kelompok Pengrajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta dapat dilakukan dengan pendekatan bersifat fisik seperti pembangunan IPAL biogas untuk mengatasi limbah dan pendekatan nonfisik dengan menekankan pembinaan kepada masyarakat pengrajin tahu yang lain, sebagai penyebab terjadinya pencemaran. Pendekatan lebih cenderung pendekatan kelembagaan menyangkut tugas pokok fungsi pemerintahan daerah kabupaten bantul, baik melalui pembangunan IPAL ataupun pembinaan sosial budaya sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas air yang disebabkan oleh limbah cair (Mardiana, 2008: 106).

16 16 D. Landasan Teori Kehancuran lingkungan disebabkan oleh profanasi dan eksploitasi alam secara besar-besaran. Keserakahan dan keangkuhan manusia perlu dikoreksi dengan pola pikir baru, misalnya dengan mengangkat kembali kearifan-kearifan lokal yang menghormati alam (Sunarko dan Eddy, 2008: 189). Sikap menjaga dan melindungi alam agar tidak rusak adalah wajib karena apabila manusia mementingkan dirinya sendiri untuk mencapai kebahagiaan dengan memanfaatkan alam secara besar-besaran maka ekosistem akan mengalami kehancuran. Alam merupakan penopang kehidupan, maka alam patut dihargai dan diperlakukan dengan baik. Manusia harus menjaga dan memelihara alam untuk kepentingan bersama atau kepentingan semua. Inilah yang ditekankan oleh etika ekosentrisme (Borrong, 2000: 153). Manusia dianggap lebih unggul dari makhluk lainnya, oleh karena itu manusia wajib untuk tidak memanfaatkan alam secara berlebihan. Konsep Ekosentrisme menggagas manusia sebagai bagian dari alam ciptaan. Kesetaraan manusia dengan semua ciptaan lainnya dan tugasnya adalah memelihara relasi harmonisnya dengan alam. Kesetaraan manusia dengan hewanhewan adalah dalam hal sumber kehidupan. Sama seperti semua hewan, demikianlah manusia merupakan makhluk hidup, dengan ciptaan abiotik lainnya. Manusia dalam kitab kejadian mempunyai arti tanah atau bumi. Manusia memiliki kesetaraan dengan ciptaan-ciptaan lainnya, baik yang abiotik maupun yang biotik, mungkin ungkapan klasik orang Dayak misalnya mengungkapkan

17 17 kesetaraan alkitabiah, yakni kami tidak tinggal di hutan, kami adalah hutan. Etika Ekosentrisme perlu memperhatikan kebijakan lokal akan menunjukan kedekatan manusia dengan alam sekaligus merupakan kekuatan resistensi untuk melawan kebijakan manipulatif dari pihak asing, termasuk pemerintah pusat (Sunarko dan Eddy, 2008: ). Ekosentrisme menempatkan alam itu sendiri menjadi pusat dari alam semesta, karena manusia adalah bagian dari alam, maka manusia itu tidak jauh berbeda dibandingkan dengan makhluk lain yang juga bagian dari alam. Makhluk dalam definisi pemikiran Ekosentrisme juga mencakup benda mati. Benda mati seperti batu, tanah, air, dan udara juga merupakan makhluk yang setara dengan manusia. Hubungan manusia dengan alam tidak hanya merupakan hubungan antara makhluk yang lebih mulia dengan makhluk yang rendah. Pandangan Ekosentrisme memaksa manusia untuk juga menerapkan prinsip moralitas dan hubungan etika dengan alam yang terdiri dari hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung air, dan lain-lain (Faisal, 2010: 178). Manusia mempunyai martabat khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Manusia mempunyai tanggung jawab moral terhadap lingkungan, walaupun manusia termasuk alam dan sepenuhnya dapat dianggap sebagai bagian alam, namun hanya manusia yang sanggup melampaui status alaminya dengan memikul tanggung jawab. Tanggung jawab dalam konteks ekonomi apabila dikaitkan dengan adanya industri tahu adalah melestarikan lingkungan hidup atau memanfaatkan sumber daya alam demikian rupa sehingga kualitas lingkungan

18 18 tidak dikurangi, tetapi bermutu sama seperti sebelumnya (Bertens, 2000: ). Gerakan teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilemma etis ekologis. Hal yang paling penting dalam Ekosentrisme adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto dalam Santosa, 2000: 71-72). E. Metode Penelitian 1. Bahan dan Materi Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan model penelitian masalah aktual dilakukan, melalui studi pustaka dan diperkuat dengan wawancara dan observasi lapangan. Wawancara dan observasi lapangan dilakukan di kelompok pengrajin Tahu Budi Lestari di Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta tentang Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas dari limbah tahu sebagai pengendali pencemaran lingkungan sebagai objek material, sedangkan teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai objek formal (Kaelan, 2005: 292). a. Sumber Primer Sumber primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi di lapangan dan juga buku-buku yang berkaitan

19 19 dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas. Buku-buku yang membahas limbah cair tahu dapat juga dijadikan sebagai acuan. Sumber tersebut antara lain: 1.) Effendi, Hefni Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius. 2.) Mardiana, Hayya Kajian Kerusakan Akibat Kegiatan Industri Tahu terhadap Penurunan Kualitas Air Tanah (Kasus Di Kawasan Sentra Industri Tahu Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul). Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 3.) Sarwono, B dan Yan Pieter Saragih Membuat Aneka Tahu. Bogor: PT Penebar Swadaya, anggota Ikapi Redaksi. 4.) Siregar, sakti.a. Instalasi Pengolahan Ar Limbah Yogyakarta: Kanisius. 5.) Yunus, Mokhammad Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gadjah Mada University Press. 6.) Data dari Kecamatan Srandakan tentang IPAL Biogas yang berada di kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta serta pemberi dana pembuatan IPAL Biogas tersebut.

20 20 b. Sumber Sekunder Sumber sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah referensi yang diperoleh dari berbagai tulisan, artikel, jurnal atau makalah, juga internet. Sumber tersebut antara lain : 1.) Attfield, Robin Etika Lingkungan Global. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2.) Borrong, Robert. P Etika Bumi Baru. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 3.) Faisal. K, Moch The End Of Future (rahasia di balik peperangan, kehancuran dan kiamat di masa depan). Jakarta: NF Media Center. 4.) Keraf, Sonny Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 5.) Sunarko. A, OFM. A Eddy Kristyanto, OFM Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi. Yogyakarta: Kanisius. 2. Jalan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Inventarisasi dan kategorisasi: pengumpulan data kepustakaan yang berkaitan dengan objek material maupun objek formal penelitian sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, dan juga data hasil penelitian dilapangan berupa wawancara. Data kepustakaan dan penelitian di lapangan berupa wawancara tentang Instalasi Pengolahan

21 21 Air Limbah (IPAL) biogas sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair tahu studi kasus kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta, sehingga memperoleh gambaran lengkap tentang latar belakang adanya IPAL biogas, proses pengolahan air limbah maupun biogas yang dihasilkan sebagai objek material, dan memperoleh gambaran lengkap dan menyeluruh tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme sebagai objek formal. b. Klasifikasi: setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokan data menjadi bagian data primer dan sekunder. c. Analisis-sintesis: menganalisa data, baik yang berasal dari data primer maupun data sekunder. Data yang sekiranya kurang relevan akan dieliminasi, sedangkan data yang sesuai dengan gagasan serta memperkuat penelitian akan disintesiskan. d. Evaluasi kritis: setelah melalui tahapan analisis-sintesis, dilakukan verifikasi data dan gagasan atas penelitian ini sehingga menghasilkan pemaparan hasil yang kritis secara berimbang dan objektif. 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat metode Kaelan (2005: ), sebagai berikut: a. Verstehen: data yang dikumpulkan dipahami berdasarkan karakteristik masing-masing. Penulis memahami IPAL biogas sebagai upaya

22 22 pengendalian lingkungan, serta memahami makna teori etika lingkungan Ekosentrisme, sehingga mendapat gambaran tentang objek material dan objek formal. b. Interpretasi: dalam data yang diperoleh, penulis akan mencoba menemukan gambaran yang jelas dan mendalam tentang hal-hal yang melatar belakangi adanya IPAL Biogas sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair tahu studi kasus kelompok perajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta, proses pelaksanaan IPAL Biogas, Manfaat IPAL Biogas, kondisi lingkungan sesudah dan sebelum adanya IPAL Biogas, peran masyarakat dalam pengadaan dan perawatan IPAL Biogas. Gambaran yang jelas dan mendalam dari data yang diperoleh selanjutnya ditinjau menggunakan perspektif teori etika lingkungan Ekosentrisme. c. Hermeneutika: penulis berusaha menangkap makna esensial dari teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam memandang IPAL bioagas sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah cair dari industri tahu. d. Holistika: melihat data secara keseluruhan terutama tentang IPAL Biogas dan peranan masyarakat kelompok perajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandaan, Bantul Yogyakarta dalam pengendalian pencemaran lingkungan serta analisa teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam memandang pengendalian pencemaran limbah cair lalu dilakukan penyimpulan.

23 23 F. Hasil Yang Telah Dicapai Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh penjelasan yang mendalam tentang proses pengolahan air limbah tahu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari Dusun Gunung Saren Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta. 2. Memperoleh penjelasan tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme. 3. Memperoleh pemahaman mengenai pandangan teori etika Ekosentrisme tentang pengendalian limbah cair hasil pengolahan tahu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas. G. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang pengenalan tentang latar belakang adanya IPAL Biogas di kelompok perajin tahu Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta, kemudian akan dijelaskan tentang proses pengolahan limbah cair tahu pada IPAL Biogas, uraian tentang kondisi lingkungan sebelum dan sesudah adanya IPAL biogas pada kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta, manfaat Instalasi

24 24 Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas, serta dijelaskan tentang kepedulian warga gunung saren terhadap limbah cair tahu serta dalam pembuatan ipal biogas. Bab III berisi uraian mengenai teori etika lingkungan Ekosentrisme. Namun juga akan diuraikan tentang pengertian etika lingkungan, ekologi dan manusia, pencemaran dan krisis lingkungan, teori-teori etika lingkungan. Bab IV berisi tentang penerapan pandangan Ekosentrisme dalam menilai adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas di kelompok pengrajin tahu Ngudi Lestari di Bantul Yogyakarta sebagai upaya pengendalian pencemaran limbah cair dari hasil pengolahan tahu, serta dijelaskan upaya pengelolaan limbah tahu dengan IPAL biogas. Bab V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran dengan menjelaskan secara garis besar pembahasan penelitian.

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v vi viii xii xiii

Lebih terperinci

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sangat banyak perusahaan atau industri yang menghasilkan produk baik dalam skala kecil, menengah dan bahkan dalam skala besar. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Kemajuan teknologi mampu mengeksploitasi, mengubah sumber daya alam yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan lain yang menjadi

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakansalah satu negara yang kaya akansumberdayaalamnya, dimanasebelumnya Indonesia dikenal dengan negara agraris, kini Indonesia mulai memperbanyak kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Sampah dan limbah menjadi permasalahan serius yang terjadi di berbagai negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya PENDAHULUAN Sampah atau limbah, selalu saja menjadi permasalahan. Masalah selalu timbul sebagai akibat dari tidak mampunya masyarakat melakukan tata kelola terhadap sampah atau limbah yang dihasilkan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan

Lebih terperinci

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang semakin pesat serta adanya kegiatan masyarakat yang beraneka ragam, membuat usaha perbaikan kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan menjadi

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup seperti tumbuh-tumbuhan atau hewan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Karena hampir semua aktivitas

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman energi (diversifikasi energi) dengan mengembangkan sumber energi lain sebagai elternatif

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelengaraan upaya kesehatan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya pada Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan lingkungan, penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein hewan (Sarwono dan Saragih,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan 214 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan /peribahasa yang bisa dijadikan acuan atau pedoman dalam hidup sehari-hari. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan yang

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh: ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sepertiga populasi dunia tinggal di negara yang mengalami kesulitan air dan sanitasi yang bervariasi dari mulai sedang hingga sangat tinggi. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup, menuntut berbagai pengembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak ada

Lebih terperinci

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management Tentang Lingkungan Hidup Wan Muhamad Idris Baros 201411098 Management Pengertian Lingkungan Hidup Pengertian Lingkungan Hidup adalah semua artikel yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Seperti artikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang seluruh anggota komunitasnya (manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme, dan abiotis) saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 1714 ISSN : 2556226 EISSN : 24770299 PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS 1* 2 2 Lidya Rahma Shaffitri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kehidupan yang berlangsung memiliki suatu hubungan yang erat baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya aktifitas suatu industri setidaknya berpotensi membawa dampak yang berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan sekitarnya. Menurut isi dari Pasal

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D 004 349 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 30 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA KELOLA HIJAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan di sektor ekonomi yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP Learning outcome Mahasiswa mempu membedakan beberapa teori etika lingkungan dan konsekwensinya terhadap lingkungan hidup Teori Etika

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pemerintah Indonesia gencar mempromosikan batik sebagai karya budaya yang mewakili Indonesia. Ditambah dengan batik Indonesia secara resmi diakui oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda yaitu makhluk hidup dan makhluk tak hidup yang saling mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada akhir akhir ini, masalah lingkungan terus menjadi pembicaraan dibanyak negara. Pencemaran dan kerusakan lingkungan dimuka bumi sampai isu global warming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Ekologi Manusia membahas seluk-beluk ruang dalam kehidupan, termasuk benda, energi, tatanan dan makhluk hidup khususnya hal-ikhwal keberadaan manusia di dalamnya. Atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

Nama:Rendra Styawan NIM: PENCEMARAN LINGKUNGAN

Nama:Rendra Styawan NIM: PENCEMARAN LINGKUNGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran Lingkungan Baik disini saya akan membahas masalah pencemaran lingkungan. Tidak heran di Indonesia saat ini banyak sekali pencemaran lingkungan baik yang disadari ataupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dan lingkungannya adalah dua hal yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan. Keduanya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi, terkhusus bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci