BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam, terutama hutan dan bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan lingkungan, terutama berupa degradasi lahan. Lahan dengan sumber dayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan, termasuk manusia. Krisis lingkungan yang terjadi saat ini baik dalam skala nasional maupun global, sudah sampai pada tahap yang serius dan mengancam eksistensi planet bumi tempat manusia, hewan, dan tumbuhan tinggal dan melanjutkan kehidupannya. Krisis lingkungan yang terjadi karena perilaku manusia dipengaruhi oleh cara pandang Antroposentrisme. Cara pandang Antroposentrisme menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya, tanpa cukup memberi perhatian kepada kelestarian alam (Keraf, 2010: 35). Manusia menganggap dirinya berhak atas sumber daya alam, padahal sebagai makhluk yang berakal manusia seharusnya menjaga alam semesta agar tetap seimbang dan lestari. Para peneliti lingkungan hidup menemukan bahwa lapisan ozon berlubang akibat emisi gas rumah kaca pada tahun Rusaknya ozon meningkatkan suhu 1

2 2 permukaan bumi. Peningkatan suhu bumi berdampak pada mencairnya es di kedua kutub yang mengakibatkan kenaikan permukaan laut, perubahan iklim, dan pemanasan global (global warming). Manusia modern dewasa ini sedang melakukan perusakan secara perlahan, dan terlihat nyata terhadap sistem lingkungan yang menopang kehidupan makhluk hidup. Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkungan global maupun lingkungan nasional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri (Rusbiantoro, 2008: 13). Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang terjadi di dunia saat ini. Istilah yang sering disebut dengan Antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat, menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya tanpa cukup memberi perhatian kepada kelestarian alam (Keraf, 2010:35). Cara pandang demikian telah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya. Paham Materialisme, Kapitalisme, dan Pragmatisme dengan kendaraan sains dan teknologi juga ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan baik dalam lingkup global maupun lokal, termasuk di Indonesia.

3 3 Upaya untuk penyelamatan lingkungan sebenarnya telah banyak dilakukan baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders), melalui pendidikan dan pelatihan, pembuatan peraturan pemerintah, Undang - Undang, maupun melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan sains dan teknologi serta program-program lain juga telah banyak dilakukan. Hasilnya masih belum nyata sebagaimana yang diharapkan, serta belum dapat mengimbangi laju kerusakan lingkungan yang terjadi. Perusakan lingkungan di beberapa tempat di muka bumi ini, termasuk di Indonesia, masih tetap saja berlangsung, bahkan lebih cepat lajunya serta lebih intensif seolah upaya-upaya pengendalian dan perbaikan yang telah dilakukan tak ada pengaruhnya sama sekali. Krisis lingkungan global yang terjadi sekarang sebenarnya bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kekeliruan cara pandang pada gilirannya melahirkan perilaku yang keliru terhadap alam. Manusia keliru memandang alam dan menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya dan inilah awal dari semua bencana lingkungan hidup yang terjadi sekarang. Pembenahan cara pandang diperlukan dan perubahan perilaku manusia dalam interaksi baik dengan alam maupun manusia dengan manusia lain dalam keseluruhan ekosistem perlu mendapat perhatian (Keraf, 2010: 26). Sumber kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika Antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya sekedar alat bagi

4 4 pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Manusia dianggap berada di luar, di atas dan terpisah dari alam, sehingga melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya yang dianggap tidak mempunyai nilai pada diri sendiri (Keraf, 2010: 15). Ekosentrisme memusatkan etika pada seluruh komunitas dalam lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak. Makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain di dalam alam semesta. Salah satu versi teori Ekosentrisme ini adalah teori etika lingkungan yang sekarang ini populer dikenal sebagai Deep Ecology (DE). Deep Ecology (DE) menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. Deep Ecology (DE) tidak mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia (Keraf, 2010: 76). Salah satu refleksi nyata perbuatan manusia yang menyebabkan kerusakan alam peneliti ambil melalui film dokumenter Home, karya fotografer Prancis yang terkenal di dunia, Yann Arthus-Bertrand. Alasan dipilihnya film dokumenter Home antara lain adalah film dokumenter Home berisi masalah-masalah yang berpengaruh pada kelangsungan hidup planet bumi. Masalah-masalah tersebut seperti perusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri ternak, kekurangan air yang serius, kenaikan permukaan air laut yang cepat, ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan penipisan sumber daya alam yang besar.

5 5 Film dokumenter Home memperlihatkan pemandangan dari udara dengan ketajaman yang tinggi tentang bumi. Film dokumenter Home secara jelas menggambarkan luasnya bumi yang berharga yang telah dirusak oleh tindakantindakan manusia. Pesan pokok film ini adalah manusia hanya memiliki sedikit waktu yang tersisa untuk memulihkan kerusakan yang besar sekali. Peneliti dalam kesempatan ini akan meneliti film Home ditinjau dari etika Ekosentrisme. Peneliti memberikan beberapa alasannya pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral. Ekosentrisme, khususnya Deep Ecology (DE) justru memusatkan perhatian kepada semua spesies termasuk spesies bukan manusia, akan tetapi biosphere seluruhnya. Deep ecology (DE) tidak hanya memusatkan perhatian pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang, maka prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology (DE) menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologis (Keraf, 2010: 76). Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang dikembangkan Deep Ecology (DE) dirancang sebagai sebuah etika praktis, atau sebuah gerakan nyata yang menjaga keseimbangan alam semesta. Prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret agar alam semesta tetap lestari untuk generasi mendatang. Deep Ecology (DE) menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu yang instrumental dan ekspresionis sebagaimana ditemukan pada Antroposentrisme dan Biosentrisme. Deep Ecology (DE) menuntut suatu pemahaman yang baru tentang relasi etis yang ada dalam

6 6 semesta ini disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis baru tersebut, yang kemudian diterjemahkan dalam gerakan atau aksi nyata di lapangan. 2. Rumusan Masalah Uraian yang telah disampaikan pada latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Apa isi dan tujuan dari film dokumenter Home karya Yann Arthus- Bertrand? b. Apa esensi dari teori etika lingkungan Ekosentrisme? c. Apa refleksi kritis teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam film dokumenter Home? 3. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan, peneliti belum pernah menemukan tulisan jurnal, atau buku-buku yang membahas secara terperinci mengenai tinjauan Ekosentrisme dalam film dokumenter Home karya Yann Arthus-Bertrand, berupa kritik terhadap Antroposentrisme. Sejauh ini penelusuran yang terkait dengan penelitian yang berhubungan dengan etika lingkungan yaitu diantaranya sebagai berikut: a. Arif Nur Rachman, 2005 Pemaknaan Etika dalam Film Telaah Etika Politik dan Etika Lingkungan dalam Film The Lord of The Ring, skripsi Fakultas Filsafat UGM.

7 7 b. Muhammad Asa Bakti Ikwanto, 2011 Konsep Etika Lingkungan dalam Film Avatar (Perspektif Etika Lingkungan Biosentrisme), skripsi Fakultas Filsafat UGM. c. Annas Fitria Sa adah, 2012 Surrogate Mother Ditinjau dari Bioetika (Studi kasus Film Dokumenter Making Babies : Cas And Carry), skripsi Fakultas Filsafat UGM. d. Fedy Dwiantoro, 2012 Makna Kebebasan dalam Film Into The Wild Perspektif Eksistensialisme Jean Paul Sartre, skripsi Fakultas Filsafat UGM. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak umum baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebagai sumbangsih bagi perkembangan dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat menambah ragam metode belajar, karena mempelajari sesuatu yang bersifat ilmiah tidak selalu identik dengan cara formal seperti membaca buku ataupun penelitian lapangan. Belajar dan mengkaji permasalahan lingkungan dapat dilakukan dengan menonton film berkualitas baik yang memiliki unsur ilmiah di dalamnya.

8 8 b. Bagi perkembangan ilmu filsafat Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi bidang ilmu filsafat, terutama kajian etika, khususnya etika lingkungan. Hasil analisis filosofis dalam penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dan bahan diskusi berkaitan dengan etika lingkungan, Ekosentrisme, Antroposentrisme, krisis lingkungan baik pada masa lalu maupun masa kini dan mendatang, baik dalam konteks Indonesia maupun luar Indonesia. c. Bagi Masyarakat dan Bangsa Indonesia Penelitian ini dapat memberikan perspektif berbeda bagi pembaca dan masyarakat, bahwa film dapat merepresentasikan persoalan lingkungan seperti krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini. Setidaknya mengajak masyarakat untuk mengenal tempat hidup bersama, yaitu bumi. Selain itu, untuk lebih memperhatikan isu-isu lingkungan yang sedikit banyaknya dan lambat laun akan mempengaruhi kehidupan sekitar. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan jawaban dari permasalahan yang telah terangkum dalam rumusan masalah, di antaranya yaitu: 1. Menjelaskan secara analisis hakikat kehidupan antara manusia, hewan, tumbuhan dan alam, serta krisis lingkungan dewasa ini yang dipaparkan dalam film dokumenter Home karya Yann Arthus-Bertrand.

9 9 2. Menjelaskan tinjauan Ekosentrisme dalam film dokumenter Home karya Yann Arthus-Bertrand serta kritik terhadap antroposentrisme. 3. Menjelaskan refleksi kritis atau penerapan teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam film dokumenter Home. C. Tinjauan Pustaka Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah dokumenter pertama kali digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari Istilah dokumenter di negara Perancis digunakan untuk semua film nonfiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Para pembuat film tersebut merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. Pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan. Inti dari dokumenter adalah suatu usaha eksplorasi dari orang-orang, pelaku-pelaku yang nyata dan situasi yang sungguh nyata atau dapat dinyatakan sebagai suatu usaha untuk menampilkan kembali situasi nyata dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (Rabiger, 2009: 3). Penelitian ini mengambil bahan penelitian film dokumenter. Grierson dalam tulisan yang penulis kutip dari (

10 10 dokumenter) menjelaskan bahwa film dokumenter merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada (the creative treatment of actuality). Prastista menjelaskan bahwa film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya (Pratista, 2008: 4). Film dokumenter dalam menyajikan faktanya, dapat menggunakan beberapa metode. Film dokumenter dapat merekan langsung pada saat peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Produksi film dokumenter jenis ini dapat dibuat dalam waktu yang singkat, hingga berbulan-bulan, serta bertahun-tahun lamanya. Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khusus yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektivitas, serta otentitas peristiwa yang akan direkam. Film dokumenter umumnya memiliki bentuk sederhana dan jarang sekali menggunakan efek visual (Pratista, 2008: 5). Film dokumenter Home adalah karya Yann Arthus Bertrand, terkenal karena karya fotografinya dari udara, yang dibuka dengan keindahan alam. Yann Arthus Bertrand telah berhasil mengambil foto tentang bentang alam yang megah

11 11 dari helikopter dan balon udara. Yann mendirikan Yayasan Planet Baik di tahun Yayasan itu memfokuskan peningkatan kesadaran publik tentang pemanasan global dan membantu menerapkan bermacam-macam program inovatif untuk mengimbangi emisi-emisi karbon. Mengakui komitmennya terhadap planet ini, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-bangsa menghargai dirinya dengan penghargaan Pembela Bumi dan menunjuknya sebagai Duta Besar Muhibah tahun Film Home menjelaskan betapa pentingnya saling menjaga hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan untuk kelestarian hidup seluruhnya yang ada di muka bumi ( D. Landasan Teori Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan Biosentrisme yang menganggap setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Ekosentrisme sebagai kelanjutan sering disamakan begitu saja dengan Biosentrisme, karena ada banyak kesamaan di antara kedua teori ini. Kedua teori ini mendobrak cara pandang Antroposentrisme lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta dan membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas selain manusia. Teori Biosentrisme dianggap kurang sempurna karena yang mempunyai nilai hanyalah makhluk hidup saja sedangkan benda mati dianggap tidak bernilai. Teori

12 12 Ekosentrisme lebih menyelaraskan kehidupan seluruh makhluk di bumi dengan alam secara lebih seimbang (Keraf, 2010: 76). Ekosentrisme menempatkan alam itu sendiri menjadi pusat dari alam semesta, karena manusia adalah bagian dari alam, maka manusia itu tidak jauh berbeda dibandingkan dengan makhluk lain yang juga bagian dari alam. Makhluk dalam definisi pemikiran Ekosentrisme juga mencakup benda mati. Benda mati seperti batu, tanah, air, dan udara juga merupakan makhluk yang setara dengan manusia. Hubungan manusia dengan alam tidak hanya merupakan hubungan antara makhluk yang lebih mulia dengan makhluk yang rendah. Pandangan Ekosentrisme memaksa manusia untuk juga menerapkan prinsip moralitas dan hubungan etika dengan alam yang terdiri dari hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung air, dan lain-lain. Manusia dituntut untuk sadar bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang berakal oleh karena itu keseimbangan alam sangat bergantung kepada manusia (Faisal, 2010: 178). Teori Ekosentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang sekarang populer dengan Deep Ecology (DE). Deep Ecology (DE) sebagai sebuah istilah pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, tahun Naess kemudian dikenal sebagai salah seorang tokoh utama gerakan Deep Ecology hingga sekarang. Artikelnya yang berjudul The Shallow and the Deep, Long- Range Ecological Movement: A Summary (Keraf, 2010: 76). Deep Ecology (DE) bercakrawala terhadap pandangan yang menyeluruh, yang menjadi latar belakang adalah dimensi saling keterkaitan antar organisme dalam lingkungan hidup. Deep Ecology (DE) mengusulkan proses transformasi

13 13 yang radikal dalam cara pikir, cara pandang, dan cara tindak dalam berhadapan dengan krisis lingkungan hidup. Krisis lingkungan hidup disebabkan oleh minimnya kesadaran manusia akan kebersihan dan kelestarian alam. Manusia hanya mementingkan kelangsungan hidup dan memperkaya dirinya sendiri tanpa memikirkan segala sesuatu yang ada di alam semesta. Setiap ciptaan tuhan memiliki nilai intrinsik dan berhak untuk hidup dan berkembang. Manusia dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang sebenarnya tidak berhak mengancam dan meniadakan keberadaan ciptaan lain. Deep Ecology (DE) menitikberatkan bahwa yang bernilai intrinsik adalah sistem keseluruhan organisme lingkungan hidup, yang diperhatikan bukan hanya generasi sekarang, melainkan generasi mendatang (Chang, 2001: 78). Teori etika Biosentrisme memusatkan etika pada kehidupan seluruhnya, sedangkan Ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh ekosistem, baik yang hidup maupun yang tidak. Makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain, maka kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua makhluk hidup dan benda mati yang saling berhubungan dalam ekosistem (Keraf, 2010: 77).

14 14 E. Metode Penelitian 1. Bahan dan Materi Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan model penelitian masalah aktual yang dilakukan, melalui studi pustaka. Fenomena kehidupan masyarakat dewasa ini semakin kompleks, dengan adanya perkembangan serta kebijaksanaan dalam berbagai kehidupan manusia. Objek material yang dibahas adalah film dokumenter Home yang menceritakan tentang iklim dan bagaimana manusia sebagai spesies paling dominan mengubah bumi, masa lalu, sekarang, dan di masa yang akan datang. Objek formal yang digunakan untuk menganalisis film dokumenter Home adalah Ekosentrisme yang merupakan salah satu teori etika lingkungan (Kaelan, 2005: 292). a. Sumber Primer Pustaka primer digunakan sebagai rujukan utama dalam melaksanakan penelitian ini. Pustaka primer terkait dengan pustaka yang digunakan untuk mendeskripsikan objek material secara lengkap dan komprehensif. Sumber tersebut antara lain: 1) Film Home karya Yann Arthus-Bertrand tahun ) Teks narasi dalam film Home tahun b. Sumber Sekunder Pustaka sekunder digunakan sebagai referensi atau rujukan untuk mengupas tuntas objek formal. Pustaka sekunder berfungsi mendukung

15 15 kelengkapan data penelitian, yang meliputi buku, artikel, karya ilmiah, surat kabar, jurnal, dan media jenis lain, sumber tersebut antara lain: 1) Borrong, Robert. P Etika Bumi Baru. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 2) Bertens, K, 2007, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 3) Sunarko. A, OFM. A Eddy Kristyanto, OFM Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi. Yogyakarta: Kanisius. 4) Attfield, Robin Etika Lingkungan Global. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 5) Faisal. K, Moch The End Of Future (rahasia di balik peperangan, kehancuran dan kiamat di masa depan). Jakarta: NF Media Center. 6) Keraf, A. Sonny Etika Lingkungan Hidup. Kompas Media Nusantara. Jakarta. 2. Jalan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Inventarisasi dan kategorisasi: pengumpulan data kepustakaan yang berkaitan dengan objek material maupun objek formal penelitian sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Data kepustakaan berkaitan dengan objek formal tentang teori etika lingkungan Ekosentrisme, dan objek material dari film yang berjudul Home. b. Klasifikasi: setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokan data menjadi bagian data primer dan sekunder.

16 16 c. Analisis-sintesis: menganalisis data, baik yang berasal dari data primer maupun data sekunder. Data yang sekiranya kurang relevan akan dieliminasi, sedangkan data yang sesuai dengan gagasan serta memperkuat penelitian akan disintesiskan. d. Evaluasi kritis: setelah melalui tahapan analisis-sintesis, dilakukan verifikasi data dan gagasan atas penelitian ini sehingga menghasilkan pemaparan hasil yang kritis secara berimbang dan objektif. 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat metode Kaelan (2005: ), sebagai berikut: a. Verstehen: data yang dikumpulkan dipahami berdasarkan karakteristik masing-masing. Penulis memahami film dokumenter Home sebagai film yang menyampaikan propaganda dan gambaran ketika kesadaran manusia terhadap alam semesta rendah dan terjadi eksploitasi besarbesaran maka akibatnya keseimbangan ekosistem terganggu dan akan mengancam kelestarian alam semesta itu sendiri. Pemahaman terhadap teori etika lingkungan Ekosentrisme juga dilakukan penulis, sehingga mendapat gambaran tentang objek material dan objek formal. b. Interpretasi: dalam data yang diperoleh, penulis akan mencoba menemukan gambaran yang jelas dan mendalam tentang isi dari film Home. Gambaran yang jelas dan mendalam dari data yang diperoleh

17 17 selanjutnya ditinjau menggunakan perspektif teori etika lingkungan Ekosentrisme. c. Hermeneutika: penulis berusaha menangkap makna esensial dari teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam film Home yang memaparkan tentang krisis lingkungan yang terjadi apabila manusia tidak menjaga keseimbangan alam. d. Holistika: melihat data secara keseluruhan tentang film Home dan teori etika lingkungan Ekosentrisme, sehingga didapatkan relevansi antara objek material dan objek formal lalu dilakukan penyimpulan. F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memahami hakikat kehidupan antara manusia, hewan, tumbuhan dan alam, serta krisis lingkungan dewasa ini yang dipaparkan dalam film dokumenter Home karya Yann Arthus-Bertrand. 2. Memahami pandangan Ekosentrisme dalam memahami lingkungan. 3. Memperoleh pemahaman secara mendalam teori etika lingkungan Ekosentrisme dari film dokumenter Home karya Yann Arthus-Bertrand bahwa semua yang ada di alam semesta saling terkait dan harus dijaga keseimbangannya, dengan begitu manusia dapat mengaplikasikan teori etika lingkungan Ekosentrisme dalam kehidupan sehari hari.

18 18 G. Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu : BAB I : Berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, dan sistematika penulisan. BAB II : Berisikan tentang definisi film dokumenter, kemudian akan dijabarkan tentang isi dari film dokumenter Home, dan tujuan dari film dokumenter Home. BAB III : Berisikan teori etika lingkungan Ekosentrisme namun juga akan diuraikan pembahasan mengenai ekologi, ekosistem, lingkungan hidup, etika dan etika lingkungan hidup, teori-teori etika lingkungan lainnya, dan pengelolaan lingkungan hidup. BAB IV : Berisikan analisis atau pembahasan dari studi kasus yang akan diteliti yaitu memaparkan secara kritis tinjauan Ekosentrisme dalam film dokumenter Home karya Yann Arthus-Bentrand serta kritik terhadap Antroposentrisme. BAB V : Berisikan kesimpulan hasil penelitian yang berisi jawaban dari rumusan masalah yang telah diteliti. Bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan saran yang terkait dengan penelitian.

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Kemajuan teknologi mampu mengeksploitasi, mengubah sumber daya alam yang ada, dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga membuat manusia

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia

Lebih terperinci

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP Learning outcome Mahasiswa mempu membedakan beberapa teori etika lingkungan dan konsekwensinya terhadap lingkungan hidup Teori Etika

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran limbah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Industri-industri di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati. A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015

Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati. A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015 Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015 Krisis dan Bencana LH Global (1) 1. Kerusakan: hutan, tanah,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v vi viii xii xiii

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konversi tanaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang sudah rendah produktivitasnya dan tidak ekonomis lagi dengan tanaman baru yang lebih baik produktivitasnya serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai salah satu makhluk hidup sejak lahir diciptakan sebagai makhluk sosial, yang artinya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam aktivitas

Lebih terperinci

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan penggambaran pengalaman dan pemahaman berdasarkan hasil pemaknaan sebagai bentuk pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN

PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Konservasi Dosen pengampu : Sri Hartati Disusun oleh: 1.Nurul Khairun Nisa (1401415010) 2.Jamilah (1401415028) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Materi Kuliah ETIKA BISNIS Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Latar Belakang Munculnya isu pemanasan global, penipisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di pertambangan, pencemaran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembicaraan tentang alam atau sekitarnya sudah dibicarakan banyak orang baik itu dalam artikel, skripsi dan begitu banyak sekali buku yang membahas tentang

Lebih terperinci

ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM , Fakultas Pertanian Unpar. Abstract

ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM , Fakultas Pertanian Unpar. Abstract ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM 107040100111018, Fakultas Pertanian Unpar Abstract Humans are the main causes of environmental degradation. Therefore required environmental ethics

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa ilmuwan dan orang awam dulu menganggap bahwa global warming hanya merupakan sebuah mitos yang dampaknya tidak akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Namun,

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP A. Persamaan Pandangan Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Islam dan Kristen Al Qur an adalah kitab yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan merupakan komponen utama bagi kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan merupakan komponen utama bagi kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Lingkungan merupakan komponen utama bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Khalayak umum masa kini mulai sering membicarakan tentang akibat yang

Lebih terperinci

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS Referensi DOKUMENTER dari Ide sampai ProduksI Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS DOKUMENTER PERTEMUAN 1 Dokumentaris Umumnya sineas dokumenter merangkap beberapa posisi : produser, sutradara, penulis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang seluruh anggota komunitasnya (manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme, dan abiotis) saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan bakau merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dibeberapa

Lebih terperinci

KULIAH 3. ETIKA LINGKUNGAN : Antroposentris, Biosentris dan Ekosentris

KULIAH 3. ETIKA LINGKUNGAN : Antroposentris, Biosentris dan Ekosentris KULIAH 3 ETIKA LINGKUNGAN : Antroposentris, Biosentris dan Ekosentris Pada tahun 2000-2006 24 juta ha hutan dan lahan terbakar 81.1% dari 289 ribu hot spots muncul di konsesi 9,23 % dari 289 ribu hot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.

Lebih terperinci

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925).

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir, isu mengenai pemanasan global menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam artikelnya di www.detikhealth.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi hewan akibat penebangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia seutuhnya dan bertanggungjawab terhadap kehidupannya. Tujuan pendidikan sains (IPA) menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bumi semakin lama semakin terasa panas, apalagi di kota- kota besar, karena dipenuhi oleh mobil, motor, kendaraan lainnya, dan jumlah pohon-pohon yang semakin

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan perilaku manusia. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas dan logik oleh Al Gore, seorang peneliti lingkungan dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan atau memaknai film mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak membantu manusia dalam aktifitasnya sehari-hari. Dengan teknologi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak membantu manusia dalam aktifitasnya sehari-hari. Dengan teknologi yang BAB V BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari teknologi mulai dari teknologi yang sangat sederhana hingga teknologi yang sangat canggih. Teknologi memang nyata-nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal penting dan paling mempengaruhi perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal penting dan paling mempengaruhi perkembangan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah hal penting dan paling mempengaruhi perkembangan, kemajuan setiap bangsa. Seluruh komponen dalam dunia pendidikan harus didukung dan digerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh aktivitas alam (bencana alam) atau aktivitas manusia, yang menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968 yang sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada akhir akhir ini, masalah lingkungan terus menjadi pembicaraan dibanyak negara. Pencemaran dan kerusakan lingkungan dimuka bumi sampai isu global warming

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1) Landasan ontologis : Alam dunia secara keseluruhan merupakan suatu ekosistem atau suatu organisme yang bagian-bagian atau unsur-unsur pembentuknya saling berkaitan dan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kerusakan dan bencana yang ditimbulkan oleh perilaku manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kerusakan dan bencana yang ditimbulkan oleh perilaku manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup atau tempat tinggal kita, setiap makhluk hidup akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan, hal ini tentu

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan telah mengalami transformasi lingkungan fisik lahan. Transformasi lingkungan fisik lahan tersebut

Lebih terperinci

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan dalam teknologinya, jika pendidikan

Lebih terperinci

BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI

BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI A. Pendahuluan Daya tarik ekosistem dan lingkungan dunia memberikan isyarat dan tantangan, dan membujuk jiwa yang selalu mau menguasainya tanpa henti,

Lebih terperinci

LINGKUNGAN HIDUP: masalah dan solusinya

LINGKUNGAN HIDUP: masalah dan solusinya LINGKUNGAN HIDUP: masalah dan solusinya Pembekalan Peserta Pemilihan Putri Pariwisata Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Ramli Utina Ecologist & Environmental Education Department of Biology - Gorontalo State

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN BAB 2 HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN Pembahasan tentang Hubungan Manusia dan Lingkungan merujuk pada kurikulum mulok PLH di Jawa Barat Kelas X semester 2, berkaitan dengan Standar Kompetensi: 1) Menganalisis

Lebih terperinci

PARADIGMA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP

PARADIGMA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP PARADIGMA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh Sutoyo Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Email: - Abstract The various cases related to environmental issues

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Wilayah negara Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau serta memiliki daerah pantai yang sangat panjang, yaitu sekitar 81.000 km. Pantai menjadi

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya dengan keaneka ragaman kegiatan baik itu secara turun temurun atau kegiatan modern. Saat ini fenomena modern yang mulai ramai digandrungi oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter ilmu pengetahuan tentang pulau nomor dua di dunia yang kaya akan oksigen. Produksi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan 214 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan /peribahasa yang bisa dijadikan acuan atau pedoman dalam hidup sehari-hari. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Inisiasi 5 (BUMI KITA)

Inisiasi 5 (BUMI KITA) Inisiasi 5 (BUMI KITA) Saudara mahasiswa, selamat bertemu lagi dalam kegiatan tutorial online. Kegiatan ke-5 atau kegiatan terakhir dalam Mata Kuliah Pendidikan IPA kali ini, diskusi kita akan menitikberatkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup manusia. Alam memang disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pemanasan global atau yang lebih sering disebutkan dengan global warming tentunya sudah dikenal dan diketahui sebagian besar masyarakat dari seluruh dunia.

Lebih terperinci

2016 RAGAM BAHASA KRITIK PAD A TULISAN SISWA D AN PEMANFAATANNYA D ALAM PEMBELAJARAN TEKS RESENSI

2016 RAGAM BAHASA KRITIK PAD A TULISAN SISWA D AN PEMANFAATANNYA D ALAM PEMBELAJARAN TEKS RESENSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dapat menjadi unsur utama yang mempengaruhi kenyataan yang terjadi di masyarakat. Bahasa tidak hanya sebagai ujaran atau tulisan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chlorofluorocarbon). CFC inilah yang merusak lapisan ozon, memungkinkan sinar ultraviolet yang membahayakan menembus bumi.

BAB I PENDAHULUAN. (Chlorofluorocarbon). CFC inilah yang merusak lapisan ozon, memungkinkan sinar ultraviolet yang membahayakan menembus bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelestarian lingkungan telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan beberapa tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh adanya kekhawatiran akan ancaman bencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desain Komunikasi Visual 1

I. PENDAHULUAN. Desain Komunikasi Visual 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia, yakni tercatat sekitar 95.181 km. Panjang garis pantai tersebut menyimpan hutan bakau yang luas dan rindang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Manusia adalah makhluk yang istimewa di bumi ini yang berbeda dengan makhluk yang lain. Manusia diciptakan dengan memiliki akal-budi, kehendak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kerusakan lingkungan yang dihadapi manusia di zaman modern ini semakin serius. Kita sering mendengar istilah global warming dan rumah kaca. Isu lingkungan

Lebih terperinci