REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 45

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 45"

Transkripsi

1 REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 45 DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIAJUKAN OLEH HIMAWAN PRAPTOMO NIM: FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Rekonstruksi Laporan Keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik Berdasarkan PSAK No.45. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Muslich Anshori, SE., M.Sc., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga 2. Drs. Agus Widodo M., M.Si., Ak., CMA., selaku Ketua Program Studi AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga 3. Dra. Yustrida Bernawati Remiasa, M.Si.,Ak.,CMA., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, pikiran, kesabaran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi. 4. Seluruh dosen dan staf Departemen Akuntansi Universitas Airlangga. iv

5 5. Pak Budi dan Bu Heny, orang tua terbaik yang masih tabah, sabar dan tak henti-hentinya mendoakan anaknya agar tugas akhir ini segera diselesaikan. 6. Teman teman dari Akuntansi Unair 2010, terima kasih telah diberikan kesempatan menjadi bagian dari kalian. 7. Saudara-saudara kontrakan, Cak Kris, Sandy, Rizchi, Blek, Kiwo, Azka, Cesar, Fajar, Pak RT, Romi, Bihin, Torino, Ainul, Mando, Angga, Indra yang telah memberikan berbagai pengalaman yang layak dikenang. 8. Teman-teman Begundal yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih, terima kasih, dan terima kasih sudah menemani penulis selama menempuh studi di Unair, dan juga Yono yang bersedia menyediakan tempat bagi kami berkumpul. 9. Cak ri The master of coffee yang menyediakan kopi terbaik sehingga penulis tahan begadang untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman SMAK Stella Maris Surabaya, Wihandy, Rio, dll yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman teman baik diluar Akuntansi Unair lainnya, yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan doa yang mereka berikan. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin. v

6 Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan. vi

7 ABSTRAK REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO.45 Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi. Gereja sebagai organisasi nirlaba juga perlu menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan, proses penyusunan dan bentuk laporan keuangan GKJW Jemaat Gresik dan bagaimana bentuk laporan yang tepat sesuai dengan PSAK No.45. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara dengan bagian keuangan gereja, pendeta, dan mengumpulkan dokumen terkait dengan laporan keuangan GKJW Gresik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun GKJW Gresik berbentuk model AB yaitu hanya mencatat pendapatan dan pengeluaran saja. Hal ini dikarenakan GKJW Gresik tidak mengadopsi standar PSAK No. 45. Selain itu GKJW Gresik juga tidak mencatat aset dan nilai aset tetap yang dimilikinya karena semua aset diatasnamakan Majelis Agung. Kata kunci: Akuntabilitas, laporan keuangan, PSAK No. 45, gereja, organisasi nirlaba. vii

8 ABSTRACT THE JAWI WETAN CHRISTIAN CHURCH S FINANCIAL STATEMENT RECONSTRUCTION BASE ON PSAK NO.45 Financial statement is one of the real form from accountability. Accountability was needed for reponsibility of resourches what have been believed to management of organization. Church is nonprofit organization also to prepare financial statement as the kind of responsibility. This study aims to understand accounting policy what have been used, process in the preparation and form of financial statement to the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik, and what kind of finacial statement what appropiate with PSAK No. 45. This study use descriptive quality method for methode approch. In the collecting datas needed with process by interview to financial department in the church and the document what supporting for financial statement in the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik. The result for this study shows financial statement what preparation by the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik still unpretentious. Thus, the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik never get socialiszation so far about PSAK No. 45. Beside, the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik too not record the fix asset what had. Key words: Accountability, financial statement, PSAK No. 45, church, nonprofit organization viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Skripsi... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Stakeholder Theory...9 ix

10 Pengertian Gereja Gereja Kristen Jawi Wetan Laporan Keuangan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Gereja Kebijakan Akuntansi Laporan Keuangan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No Laporan Posisi Keuangan Laporan Aktivitas Laporan Arus Kas Penelitian Sebelumnya Kerangka Berpikir BAB 3 METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Jenis dan Sumber Data Prosedur Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik x

11 xi Visi dan Misi Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik Struktur Organisasi GKJW Gresik Majelis Jemaat Gresik Pelayan Harian Majelis Jemaat Badan Pembantu Majelis Komisi Kelompok Kerja (POKJA) Panitia Wilayah Kelompok Rukun Warga (KRW) Pepanthan Penerimaan, Penyimpanan, Pengelolaan dan Pengeluaran Keuangan di GKJW Gresik Deskripsi dan Hasil Penelitian Praktik Akuntansi di GKJW Gresik Pembahasan Evaluasi Praktik Akuntansi di GKJW Gresik Rekonsktruksi Laporan Keuangan GKJW Gresik...66 BAB 5 KSEIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 77

12 5.2. Saran xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Contoh laporan posisi keuangan...24 Gambar 2.2 Contoh laporan aktivitas bentuk A...25 Gambar 2.3 Contoh laporan aktivitas bentuk B...26 Gambar 2.4 Contoh laporan aktivitas bencuk C bagian Gambar 2.5 Contoh laporan aktivitas bencuk C bagian Gambar 2.6 Contoh laporan arus kas metode langsung...30 Gambar 2.7 Contoh laporan arus kas metode langsung...31 Gambar 2.8 Contoh laporan arus kas metode tidak langsung...32 Gambar 2.9 Contoh laporan arus kas metode tidaklangsung...33 Gambar 2.10 Kerangka berpikir...37 xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Usulan daftar tabel inventaris GKJW Gresik...78 Tabel 4.2 Usulan bentuk laporan posisi keuangan GKJW Gresik...81 Tabel 4.3 Usulan bentuk laporan arus kas GKJW Gresik...82 Tabel 4.4 Usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik...83 Tabel 4.5 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik...84 Tabel 4.6 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik...85 Tabel 4.7 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik...86 Tabel 4.8 Usulan bentuk laporan perubahan aktivitas bersih tidak terikat GKJW Gresik...86 Tabel 4.9 Usulan bentuk catatan atas laporan keuangan...87 xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Laporan keuangan berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelola organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Laporan keuangan menjadi penting karena didalamnya memuat informasi mengenai bagaimana organisasi mengelola sumber keuangan yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta apa saja pencapaian yang telah diraih dengan sumber daya tadi (Nainggolan, 2012:3). Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi. Akuntabilitas pada organisasi yang berorientasi laba diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pihak-pihak yang berkepentingan misalnya, pemegang saham dan kreditur. Organisasi nirlaba mempertanggungjawabkan dana yang diterima dari anggota maupun penyumbang lain. Organisasi dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu organisasi komersial yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya, organisasi pemerintah yang dibiayai oleh masyarakat melalui pajak atau retribusi, dan organisasi nirlaba yang dibiayai masyarakat lewat donasi atau sumbangan (Nainggolan, 2012:2). 1

16 2 Karakteristik organisasi yang berorientasi laba berbeda dengan organisasi nirlaba. Perbedaan utama terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Organisasi nirlaba memperoleh dana dari para anggota maupun dari penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian, dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk, sehingga sering kali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang, dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran kas masuk menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba tersebut, seperti kreditor dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. (IAI, 2010:45.1). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan PSAK No.45 sebagai acuan dalam mengatur laporan keuangan organisasi nirlaba. Laporan keuangan organisasi nirlaba diharapkan dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi dengan adanya standar yang berlaku umum.

17 3 Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik merupakan salah satu bentuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba Gereja ini lebih berfokus pada aktivitas pelayanan-pelayanan kepada masyarakat. Sebagai sebuah organisasi GKJW dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan dana yang diperoleh dari penyumbang atau di gereja biasa disebut jemaat. Salah satu bentuk pertanggungjawaban gereja adalah berupa laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan ini adalah untuk menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi keinginan para penyumbang, anggota pengurus gereja, dan pihak lain yang menyediakan dana bagi gereja. Penelitian sebelumnya mengenai PSAK No.45 yang diteliti oleh Makatita (2011) juga membahas tentang kebijakan akuntansi dan laporan keuangan yang bertempat di GPIB Eben-Haezer Surabaya. Makatita mengungkapkan bahwa Gereja GPIB Eben-Haezer Surabaya dalam pembuatan laporan keuangannya mempunyai standar laporan keuangan sendiri. Laporan keuangan GPIB Eben-Haezer masih terlalu sederhana yakni hanya terdapat laporan arus kas saja, sedangkan dalam PSAK No. 45 terdapat laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan catatan atas laporan keuangan yang seharusnya dibuat oleh organisasi nirlaba. Dalam laporan keuangan GPIB Eben-Haezer juga tidak terdapat pencatatan mengenai harga perolehan aset sehingga nilai aset-aset GIPB Eben-Haezer tidak diketahui jumlahnya. Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Chrisdianto (2005). Dari penelitian yang dilakukan di Gereja Katolik di Surabaya ditemukan bahwa standar akuntansi yang digunakan Gereja Katolik masih jauh dari

18 4 tujuan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena dalam penyelenggaraannya belum ada standar pasti yang digunakan sebagai dasar pelaksaan. Saat itu PSAK No. 45 masih belum ada dan masih menggunakan pendekatan APB No.4. Standar akuntansi yang sudah ada tidak dapat digunakan dalam transaksi keuangan gereja karena ada beberapa perbadaan karakteristik dalam transaksi keuangan Gereja Katolik. Perbedaan karakteristik tersebut terjadi karena kegiatan operasional Gereja Katolik berdasarkan pada Alkitab sebagai buku pedoman dan sumber ajaran umat Katolik. Praktik penyusunan laporan keuangan gereja memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja. Berdasarkan fakta yang ditemukan maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana praktik akuntansi yang dijalankan oleh Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik, di tengah keterbatasan standar akuntansi yang mengatur tentang laporan keuangan organisasi nirlaba sekarang ini. Melalui penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi bagaimana praktik dan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan pada Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dan membandingkan dengan PSAK No. 45 sebagai standar yang berlaku umum. Karena merupakan organisasi nirlaba, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik diharapkan memiliki laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No. 45 sehingga dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi tentang keuangan gereja agar

19 5 dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan pelaksanaan program-program gereja selanjutnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apa kebijakan akuntansi yang diterapkan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik? b. Bagaimana penyusunan dan bentuk laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik? c. Bagaimana bentuk laporan keuangan yang tepat ditinjau dari PSAK No.45 tentang laporan keuangan organisasi nirlaba? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan di GKJW Jemaat Gresik. b. Untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan dan bentuk laporan keuangan GKJW Jemaat Gresik. c. Untuk mengetahui bagaimana bentuk laporan yang tepat sesuai dengan PSAK No.45.

20 6 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, untuk menambah keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di universitas serta membandingkannya dengan praktik yang sesungguhnya terutama mengenai penerapan PSAK No.45 tentang penyusunan laporan keuangan pada organisasi nirlaba. 2 Bagi subyek penelitian, dalam hal ini Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dapat memperoleh pengetahuan mengenai standar laporan keuangan yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No.45 serta cara penerapannya pada laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik. 3 Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. 1.5 Sistematika Skripsi Secara garis besar kerangka dari sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang muncul karena dalam praktiknya ditemukan bahwa setiap gereja dalam penyusunan laporan keuangannya memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja tersebut. Dari latar belakang masalah tersebut maka disusunlah perumusan masalah, kemudian tujuan penelitian dibuat untuk mengarahkan penelitian ini,

21 7 manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh, serta sistematika skripsi. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang meliputi teori dan konsep mengenai sistematika laporan keuangan organisasi nirlaba yang sesuai dengan PSAK No.45. teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada yaitu kesesuaian laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dengan standar akuntansi yang berlaku umum, khususnya PSAK No.45. BAB 3 : METODE PENELITIAN Bab ini berisi pedoman pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan, yang terdiri dari pendekatan kualitatif melalui kasus yang dipergunakan, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber penelitian, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis yang dipergunakan. BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian yang berupa gambaran umum mengenai laporan keuangan di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik serta pembahasan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan evaluasi kebijakan akuntansi dan laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat

22 8 Gresik setelah dibandingkan dengan standar akuntansi yang berlaku umum yaitu, PSAK No.45. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab 4 serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan tersebut untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

23 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Stakeholder Theory Tujuan organisasi yang akan dicapai bukan hanya untuk kepentingan manajemen saja tetapi juga menyangkut kepentingan stakeholder. Tujuan ini sesuai dengan Stakeholder Theory yang menyatakan bahwa organisasi bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (jemaat, kreditur, donatur, dan pihak lain). Dengan demikian keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada organisasi tersebut. Gray, Kouhy, dan Adams yang dikutip dari buku Ghozali menyatakan bahwa: kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehinggaaktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Untuk mendapatkan dukungan pemangku kepentingan, gereja harus dapat memberikan laporan keuangan yang relevan, reliable, dan sesuai dengan standar yang berlaku umum yaitu PSAK No

24 Pengertian Gereja Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: ekklesia yang berarti dipanggil keluar (ek = keluar; klesia dari kata kaleo = memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti: 1. Arti pertama ialah 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. 2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi. 3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. GerejaKatolik, Gereja Protestan, dan lain-lain. 4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. 5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah rumah ibadah umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang. Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus. Di Indonesia terdapat jenis-jenis gereja yang berbeda. Kebanyakan merupakan gereja suku atau wilayah. Misalnya Gereja HKBP yang merupakan

25 11 gereja orang Batak ataupun Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang merupakan gereja wilayah yang hanya ada di Jawa Timur Gereja Kristen Jawi Wetan Pada tanggal 15 Oktober 1931, Pengurus Pusat Nederlandch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Serikat Misionaris Negeri Belanda yang berada di Rotterdam, Belanda, menerbitkan surat keputusan Konsul Jenderal Th. Boetzelaer van Dubbeldam, yang menetapkan keberadaan jemaat-jemaat Kristen Jawa yang berada di bawah pembinaan NZG dan Java Comite akan dipersatukan dalam suatu wadah gereja di Jawa Timur. Pada 11 Desember 1931, diresmikanlah pendirian GKJW sebagai wadah yang dimaksud dalam keputusan Pengurus Pusat NZG. Pada saat berdiri nama GKJW adalah Pasamuwan-Pasamuwan Kristen Djawi ing Tanah Djawi Wetan. Pengakuan resmi pemerintah dinyatakan dalam Blesuit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 53 (Staatsblad No.372) pada tanggal 27 Juni 1932 dengan nama Oost-Javaansche Kerk yang kemudian menjadi Greja Kristen Djawi Wetan (GKDW). GKJW telah menetapkan bahwa keberadaannya hanya dibatasi di Jawa Timur. Sehingga tidak akan dijumpai adanya GKJW di luar Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan isi Tata dan Pranata GKJW yang berbunyi Greja Kristen Jawi Wetan adalah bagian dari Gereja yang Esa, yang dilahirkan, ditumbuhkan dan dipelihara oleh Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus di Jawa Timur (Majelis Agung GKJW, 1996:2).

26 12 Dalam menjalankan kiprah bergerjanya, GKJW berpedoman pada beberapa bidang, yaitu: 1. Bidang Teologi Bidang ini menangani hal-hal dan kegiatan yang berhubungan dengan pergumulan firman Tuhan dan pembinaan iman warga jemaat. Contoh kegiatan pelayanannya, misalnya menyiapkan bahan untuk Pemahaman Alkitab, pembinaan iman warga dengan berbagai model kegiatan (ceramah, retret, sarasehan, katekisasi). Secara ideal sebenarnya bidang teologi selalu melandasi setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh jemaat. 2. Bidang Persekutuan Bidang ini bertugas menangani, melayani dan mengembangkan kegiatan untuk mengentalkan semangat kebersamaan/ persekutuan, mulai dari anak sampai dengan usia lanjut. Sesuai dengan kategori pelayanannya maka bidang pelayanan ini bertujuan agar setiap warga bisa mengambil peranan demi terwujudnya persekutuan dengan Tuhan dan sesamanya dengan sebaik-baiknya. Disamping itu dengan adanya bidang pelayanan ini diharapkan setiap jemaat- secara kategorial- terwadahi kebutuhannya untuk bersekutu. 3. Bidang Kesaksian Bidang ini bertugas mengadakan pembinaan bagi warga jemaat agar mampu menyatakan jatidirinya sebagai orang percaya terutama ditengah kehidupannya bersama dengan orang-orang lain. Diharapkan melalui cara

27 13 hidup yang baik dan benar kehadirannya di masyarakat dapat menjadi saksi akan kasih Tuhan Yesus. Pada hakekatnya semua orang percaya terpanggil untuk bisa menjadi saksi Kristus didalam hidupnya. 4. Bidang Pelayanan Cinta Kasih Kegiatan di bidang ini secara khusus menangani pelayanan untuk mewujudkan cinta kasih Tuhan Allah kepada dunia dan segala isinya agar terwujud kesejahteraan lahir batin. Hal utama dalam pelayanan ini adalah upaya gereja/ orang-orang percaya untuk turut serta bekerja bersama dengan Tuhan agar bumi ini benar-benar disuasanai oleh kasih, sukacita, keadilan, kebenaran dan damai sejahtera bagi seluruh dunia. Dengan demikian kegiatan pada bidang ini bukan hanya memberi sembako atau pengobatan gratis untuk yang kekurangan, namun juga termasuk kedisiplinan untuk turut serta menjaga memelihara keutuhan ciptaan. Misalnya: tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan kekerasan kepada sesama, mau berhemat menggunakan sumber-sumber alam, membela hak mereka yang tertindas. 5. Bidang Penatalayanan Bidang ini menangani pembinaan dalam hal sumber daya manusia, harta milik gereja, juga bagaimana meningkatkan daya, dana dan sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan gereja. Misalnya bagaimana talenta dan potensi warga jemaat bisa benar-benar diberdayakan untuk memenuhi panggilan Tuhan agar keberadaan gereja benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

28 14 Dalam hal struktur pelayanannya, GKJW menampakkan diri dalam bentuk persekutuan-persekutuan. Ada tiga macam persekutuan yang terdapat di GKJW, yaitu: 1. Persekutuan se-tempat Persekutuan ini juga disebut sebagai Jemaat (persekutuan yang dewasa dari warga di suatu tempat yang mampu memenuhi panggilan dan melaksanakan kegiatan pelayanan), misalnya: Jemaat Sitiarjo, Jemaat Ngawi. Pada tingkat persekutuan ini penanggung jawab semua kegiatan pelayanan adalah Majelis Jemaat. Majelis Jemaat biasanya memilih beberapa orang untuk duduk dalam Pelayan Harian Majelis Jemaat (PHMJ). PHMJ inilah yang menjadi pelaksana harian dari tugas kemajelisan. Jabatan di PHMJ adalah sama dengan jabatan pada Majelis Jemaat. Contohnya, Ketua Majelis Jemaat adalah juga ketua PHMJ, demikian pula jabatan lainnya. Untuk mempertajam pelaksanaan program dan memberdayakan warga jemaat, maka Majelis Jemaat dalam melaksanakan lima bidang pelayanan dibantu oleh komisi-komisi pembinaan atau kepanitiaan untuk suatu kegiatan tertentu. 2. Persekutuan se-daerah Persekutuan ini adalah persekutuan warga GKJW di dalam suatu daerah, yang terdiri dari beberapa jemaat. Penataan pelayanan pada persekutuan se-daerah ini diatur oleh Majelis Daerah, contohnya: Majelis Daerah Malang 1, Majelis Daerah Besuki Timur. Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-harinya Majelis Daerah melimpahkan kepada Pelayan Harian

29 15 Majelis Daerah. Mengapa demikian? Karena Majelis Daerah dalam setahun hanya bersidang sebanyak 2 (dua) kali. Sedangkan Pelayan Harian Majelis Daerah sedikitnya mengadakan rapat sekali dalam dua bulan. Dalam prakteknya bisa sekali sebulan, bahkan lebih mengingat tingkat kegiatan yang semakin padat. Sidang Majelis Daerah merupakan forum tertinggi pengambilan keputusan tertinggi untuk lingkup daerah. Sebagaimana di lingkup Jemaat, maka di lingkup Majelis Daerah ini pun Pelayan Harian Majelis Daerah dibantu oleh Komisi-komisi Pembinaan Daerah untuk merealisasikan ke-lima bidang pelayanannya. Saat ini di GKJW terdapat 12 Majelis Daerah, yaitu meliputi: Surabaya Timur I, Surabaya Timur II, Surabaya Barat, Malang I, Malang II, Malang III, Malang IV, Kediri Utara, Kediri Selatan, Besuki Barat, Besuki Timur, Madiun. 3. Persekutuan se-jawa Timur Persekutuan ini adalah persekutuan warga GKJW di seluruh Jawa Timur. Inilah yang disebut dengan GKJW, yang meliputi jemaat-jemaat se Jawa Timur. Penanggung jawab penataan dan pelayanan GKJW adalah Majelis Agung GKJW. Dalam kegiatan sehari-harinya dijalankan oleh Pelayan Harian Majelis Agung. Sedangkan pelaksanaan program untuk kelima bidang pelayanannya dilakukan oleh Dewan-dewan Pembinaan. Sama dengan di jemaat, jabatan di Majelis Agung adalah sama dengan jabatan di Pelayan Harian Majelis Agung.Pada lingkup persekutuan inilah GKJW juga menjalin kerjasama secara oikumenis dengan berbagai gereja baik di

30 16 Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan sudah sejak lama GKJW mengembangkan pergaulannya secara lebih programatis dengan lembaga keagamaan lain.struktur di atas tidak bersifat hirakhis (Majelis Agung tidak lebih tinggi daripada Majelis Daerah atau Majelis Jemaat, dan sebaliknya), melainkan satu sama lain berhubungan sebagai persekutuan yang menyatu dalam semangat Patunggilan kang Nyawiji yaitu Greja Kristen Jawi Wetan Laporan Keuangan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Gereja Setiap organisasi tidak terkecuali gereja tentu memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kegiatan operasionalnya kepada pihak internal maupun eksternal. Pertanggungjawaban ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan gereja telah tercapai.. Hal ini sesuai dengan SFAC No.1 yang menyatakan bahwa akuntansi keuangan bukan sekedar penghubung antara manajemen (dalam hal ini pengelola gereja) dan pihak luar (dalam hal ini jemaat, kreditur, donatur, dan pihak lain) secara akuntabilitas, melainkan lebih bermakna dari itu, yaitu sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Pertanggungjawaban manajemen terlihat pada, apakah semua sumber daya ekonomi yang dipercayakan kepada manajemen telah benar-benar digunakan secara menguntungkan dan terlindungi dari hal-hal yang merugikan Kebijakan Akuntansi Untuk membuat suatu laporan keuangan dibutuhkan dasar maupun peraturan dalam proses penyusunannya. Dasar maupun peraturan ini dalam organisasi biasa disebut dengan kebijakan akuntansi. Dalam sebuah organisasi

31 17 harus mempunyai kebijakan akuntansi yang konsisten pada setiap periode karena pengguna laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Dalam PSAK No. 25 kebijakan akuntansi didefinisikan sebagai prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang dterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. (IAI, 2009:25.2) Dalam suatu kebijakan akuntansi, suatu entitas harus dapat menjelaskan tiga hal berikut: a. Pengakuan Pengakuan akuntansi mengacu pada pencatatan unsur-unsur dasar laporan keuangan. konsep pengakuan akuntansi mendefinisikan prinsipprinsip dasar yang menentukan penentuan waktu, biaya, dan pengakuan untung rugi di dalam laporan keuangan. b. Pengukuran Pengukuran akuntansi mengacu pada berapa besar nilai yang harus diakui dan disajikan pada laporan keuangan.pengukuran akuntansi digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan suatu data akuntansi. c. Penyajian Penyajian merupakan cara bagaimana laporan keuangan disajikan agar pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah memahami isi laporan

32 18 keuangan tersebut. Laporan keuangan tersebut juga harus disajikan secara wajar. (Makatita, 2011:8-9) Laporan Keuangan Akuntabilitas adalah salah satu prinsip yang dipegang teguh dalm menjalankan roda organisasi nirlaba. Untuk mencapainya, laporan keuangan dapat berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelolaan lembaga dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laporan keuangan menjadi penting karena didalamnya memuat informasi mengenai bagaimana organisasi mengelola sumber daya yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta pencapaian apa saja yang telah diperoleh dengan sumber daya tadi. (Nainggolan, 2012:43) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan salah satu regulasi yang dibuat untuk menyajikan laporan keuangan. PSAK No. 45 adalah salah satu regulasi yang akan dibahas yang mengatur tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba yang memiliki keunikan yang tidak ditemukan di laporan keuangan organisasi yang berorientasi laba misalnya adanya akun sumbangan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No. 45 Laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu organisasi dan kemampuan organisasi tersebut untuk bertahan. Kebenaran dalam pembuatan laporan keuangan sangat diperlukan. Agar laporan keuangan dapat ditelusuri kebenarannya maka laporang keuangan tersebut harus diperiksa oleh pihak independen.

33 19 Menurut PSAK No. 45 tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota entitaws nirlaba, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba. (IAI, 2010:45.4) Pihak pengguna laporan keuangan entitas nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai: a. jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut; b. cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka. (IAI, 2010:45.4) Laporan keuangan untuk entitas nirlaba terdiri atas laporan posisi keuangan (neraca), laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk entitas bisnis pada umumnya. Dalam paragraf 8 PSAK No. 45 dijelaskan secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai: a. jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba; b. pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aset neto; c. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya;

34 20 d. cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya; e. usaha jasa entitas nirlaba. Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam laporan keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain. (IAI, 2010:45.5) Laporan Posisi Keuangan Dalam lembaga komersial laporan posisi keuangan disebut juga dengan Neraca. Laporan ini memberikan informasi tentang besarnya aset atau harta lembaga dan sumber perolehan dari aset tadi (bisa dari hutang atau aktiva bersih) pada satu titik waktu tertentu. (Nainggolan, 2012: 44) Dalam PSAK No.45 dijelaskan bahwa laporan posisi keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk menilai: a. kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan b. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal. (IAI, 2010:45.5)

35 21 Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan terhadap: a. aset, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau b. aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaanya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment). Pembatasan temporer meliputi: a. sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, b. investasi untuk jangka waktu tertentu, c. penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau d. pemerolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya. Aset neto tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk

36 22 memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak terikat dapat berasal dari sifat entitas nirlaba. Informasi mengenai batasanbatasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. (IAI, 2010:45.7)

37 23 Gambar 2. 1 Contoh Laporan Posisi Keuangan Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X2 dan 20X1 (dalam jutaan Rupiah) 20X2 20X1 Aset: Kas dan setara kas Piutang bunga Persediaan dan biaya dibayar di muka Piutang lain-lain Investasi Lancar Properti investasi Aset Tetap Investasi jangka panjang Jumlah Aset Liabilitas dan Aset Neto: Utang dagang Pendapatan diterima di muka yang dapat dikembalikan Utang Lain-Lain Utang wesel Kewajiban tahunan Utang jangka panjang Jumlah Liabilitas Aset Neto: Tidak Terikat Terikat temporer (Catatan B) Terikat permanen (Catatan C) Jumlah Aset Neto Jumlah Liabilitas dan Aset Neto Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan : PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

38 Laporan Aktivitas Tujuan utama penyusunan laporan aktivitas adalah untuk menyediakan informasi mengenai: a. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, b. hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan c. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Dalam laporan aktivitas pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian diklasifikasikan sebagai berikut: a. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat. b. Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. c. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.

39 25 Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset neto tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nirlaba dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain. (IAI, 2009: ) Contoh laporan aktivitas akan ditampilkan dalam gambar dibawah ini.

40 26 Gambar 2. 2 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk A Bentuk A Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X1 (dalam jutaan Rupiah) Perubahan Aset Neto Tidak Terikat Pendapatan dan Penghasilan: Sumbangan Jasa Layanan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan dari investasi lain-lain (Catatan E) Penghasilan bersih dari investasi jangka panjang yang belum terealisasi Lain-lain 375 Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D) Pemenuhan program pembatasan Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya pembatasan waktu Jumlah aset yang telah berakhir pembatasannya Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain Beban dan Kerugian: Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakaran 200 Jumlah Beban dan Kerugian Kenaikan Jumlah Aset Neto Tidak Terikat Perubahan Aset Neto Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan (75) Aset neto terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) (36.850) Penurunan Aset Neto Terikat Temporer (2.820) Perubahan Dalam Aset Neto Terikat Permanen: Sumbangan 700 Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 300 Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Kenaikan Aset Neto Terikat Permanen Kenaikan Aset Neto Aset Neto Pada Awal Tahun Aset Neto Pada Akhir Tahun Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

41 27 Gambar 2. 3 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk B Entitas Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20x2 (dalam jutaan rupiah) Tidak Terikat Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat Jumlah Pendapatan,penghasilan, dan sumbangan lain Sumbangan Jasa Layanan Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan investasi lain (Catatan E) Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Lain-lain 375 Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D): Pemenuhan program pembatasan (29.975) Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan (3.750) Berakhirnya pembatasan waktu (3.125) Jumlah pendapatan, penghasilan dan sumbangan (2.745) Tidak Terikat Terikat Temporer Terikat Temporer Terikat Permanen Terikat Permanen Jumlah Beban dan Kerugian: Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakaran Kerugian aktuarial dan kewajiban tahunan Jumlah Beban dan Kerugian Perubahan Aset Neto (2.820) Aset Neto Awal Tahun Aset Neto Akhir Tahun

42 28 Gambar 2. 4 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 1 Entitas Nirlaba Laporan Pendapatan, Beban, dan Perubahan Aset Neto Tidak Terikat Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2 (dalam jutaan rupiah) Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat: Sumbangan Jasa Layanan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan dari investasi lain-lain (Catatan E) Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang telah terealisasikan dan belum terealisasikan (Catatan E) Lain-lain 375 Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Aset Neto yang Dibebaskan dari Pembatasan (Catatan D) Penyelesaian program pembatasan Penyelesaian pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya waktu pembatasan Jumlah aset neto yang dibebaskan dari pembatasan Jumlah pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain yang tidak terikat Beban dan Kerugian: Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakaran 200 Jumlah Beban dan Kerugian Kenaikan aset neto tidak terikat Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

43 29 Gambar 2. 5 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 2 Entitas Nirlaba Laporan Perubahan Aset Neto Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2 (dalam ribuan rupiah) Aset Neto Tidak Terikat: Jumlah pendapatan dan penghasilan tidak terikat Aset neto yang dibebaskan dari pembatasan (Catatan D) Jumlah beban dan kerugian tidak terikat (80.125) Kenaikan aset neto tidak terikat Aset Neto Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang telah terealisasikan dan belum terealisasikan (Catatan E) Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan (75) Aset neto yang dibebaskan dari pembatasan (Catatan D) (36.850) Penurunan aset neto terikat temporer Aset Neto Terikat Permanen: Sumbangan 700 Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 300 Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang telah terealisasikan dan belum terealisasikan (Catatan E) Kenaikan aset neto terikat permanen Kenaikan Aset Neto Aset Neto Pada Awal Tahun Aset Neto Pada Akhir Tahun Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

44 Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Dengan melihat laporan arus kas ini dapat diketahui asal sumber pendaan suatu organisasi dan untuk apa saja sumber dana tersebut digunakan dalam kegiatan operasinya. Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditur dan investor dalam menilai tingkat likuiditas dan potensi organisasi dalam menghasilkan laba. (Hery, 2009:203) Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK No.2 (revisi 2009) dengan penambahan sebagai berikut: a. Aktivitas pendanaan 1. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang. 2. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi. 3. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aset investasi. (IAI, 2010:45.11)

45 31 Gambar 2. 6 Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung Entitas Nirlaba Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2 (dalam jutaan rupiah) Aliran Kas dari Aktivitas Operasi: Kas dari pendapatan jasa Kas dari penyumbang Kas dari piutang lain-lain Bunga dan dividen yang diterima Penerimaan lain-lain 375 Bunga yang dibayarkan (955) Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan suplier (59.520) Hutang lain-lain yang dilunasi (1.064) Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (75) Aliran Kas dari Aktivitas Investasi: Ganti rugi dari asuransi kebakaran 625 Pembelian peralatan Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian investasi Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi (125) Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan: Penerimaan dari kontribusi berbatas dari: Investasi dalam endowment 500 Investasi dalam endowment berjangka 175 Investasi bangunan Investasi perjanjian tahunan Aktivitas pendanaan lain: Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi 750 Pembayaran kewajiban tahunan (363) Pembayaran utang wesel (2.850) Pembayaran liabilitas jangka panjang (2.500) (4.963) Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan (763) Kenaikan (Penurunan) neto dalam kas dan setara kas (963) Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun 188 Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

46 32 Gambar 2. 7 Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi: Perubahan dalam aset neto Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi: Depresiasi Kerugian akibat kebakaran 200 Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan 75 Kenaikan piutang bunga (1.150) Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka 975 Kenaikan dalam piutang lain-lain (812,5) Kenaikan dalam hutang dagang Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan (1.625) Penurunan dalam hutang lain-lain (1.063) Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang (6.850) Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang (750) Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (39.500) Kas neto diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (75) Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: Peralatan yang diterima sebagai hibah 350 Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan 200 Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

47 33 Gambar 2. 8 Contoh Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung Entitas Nirlaba Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2 (dalam ribuan rupiah) Aliran Kas dari Aktivitas Operasi Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi: Perubahan dalam aset neto Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi: Depresiasi Kerugian akibat kebakaran 200 Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan 75 Kenaikan piutang bunga (1.150) Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka 975 Kenaikan dalam piutang lain-lain (813) Kenaikan dalam utang dagang Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan (1.625) Penurunan dalam utang lain-lain (1.063) Sumbangan terikat untuk investasi (6.850) Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang (750) Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (39.500) Kas Neto diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (75) Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

48 34 Gambar 2. 9 Contoh Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung Aliran Kas dari Aktivitas Investasi: Ganti rugi dari asuransi kebakaran 825 Pembelian peralatan (3.750) Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian investasi ( ) Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan: Penerimaan dari sumbangan terikat dari: Investasi dalam endowment 500 Investasi dalam endowment berjangka 175 Investasi dalam bangunan Investasi perjanjian tahunan 500 Aktivitas pendanaan lain: Bunga dan dividen terikat untuk reinvestasi 750 Pembayaran kewajiban tahunan (363) Pembayaran utang wesel (2.850) Pembayaran liabilitas jangka panjang (2.500) (4.963) Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan (763) Penurunan neto dalam kas dan setara kas (963) Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun 185 Data Tambahan: Aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: Peralatan yang diterima sebagai hibah 350 Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan 200 Bunga yang dibayarkan 955 Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Lampiran 1. Contoh Laporan Posisi Keuangan

Lampiran 1. Contoh Laporan Posisi Keuangan Lampiran 1. Contoh Laporan Posisi Keuangan Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X2 dan 20X1 20X2 20X1 Aset: Kas dan setara kas Piutang bunga Persediaan dan biaya dibayar di muka Piutang

Lebih terperinci

Pelaporan Keuangan Organisasi Nir Laba (Pelaporan Keuangan Perguruan Tinggi) Oleh: Yanto,M.Acc.,Ak.

Pelaporan Keuangan Organisasi Nir Laba (Pelaporan Keuangan Perguruan Tinggi) Oleh: Yanto,M.Acc.,Ak. Pelaporan Keuangan Organisasi Nir Laba (Pelaporan Keuangan Perguruan Tinggi) Oleh: Yanto,M.Acc.,Ak. Karakteristik Nirlaba Sumber daya berasal dari : sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang

Lebih terperinci

Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan exposure draft ED PSAK No. Oktober 0 (revisi 0) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas

Lebih terperinci

Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:

Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai: 0 PENDAHULUAN Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. IKATAN AKUNTAN INDONESIA PELAPORAN ORGANISASI KEUANGAN NIRLABA DAFTAR ISI Paragraf SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN... 0-0 Tujuan Ruang Lingkup... 0-0

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Pelaporan keuangan berdasarkan PSAK Nomor 45 Revisi 2010 untuk entitas nirlaba

Lebih terperinci

PSAK 45. Dwi Martani Ketua Departemen Akuntansi FEUI Anggota Tim Implementasi IFRS

PSAK 45. Dwi Martani Ketua Departemen Akuntansi FEUI Anggota Tim Implementasi IFRS PSAK 45 Organisasi Nir Laba Dwi Martani Ketua Departemen Akuntansi FEUI Anggota Tim Implementasi IFRS 1 Agenda 1. 2. 3. Perubahan PSAK 45 Tujuan dan Ruang Lingkup Pelaporan dan Penyajian 4. Contoh dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN. bagaimana suatu informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN. bagaimana suatu informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pelaporan Keuangan Secara umum pengungkapan adalah konsep, metode, dan media tentang bagaimana suatu informasi akuntansi disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Rumah sakit memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan merupakan suatu proses bagaimana informasi keuangan diatur, disediakan, dan disampaikan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama dari

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan

BAB 5 PENUTUP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan sekolah-sekolah swasta baik yang berskala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat peningkatan dan transparansi serta akuntabilitas pada organisasi laba maupun organisasi nirlaba

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Laporan keuangan RSJD Dr. RM.Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. peluang untuk mencapai keberhasilan. Karena ketika melakukan perubahan

BAB II LANDASAN TEORI. peluang untuk mencapai keberhasilan. Karena ketika melakukan perubahan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Resistensi Pada dasarnya, melakukan perubahan merupakan usaha untuk memanfaatkan peluang untuk mencapai keberhasilan. Karena ketika melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organisasi Nirlaba 1. Defenisi Organisasi Nirlaba Organisasi Nirlaba sering juga disebut dengan istilah organisasi nonprofit atau organisasi nonbisnis. Jika dilihat dari istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

Laporan Keuangan: Neraca

Laporan Keuangan: Neraca Laporan Keuangan: Neraca MATERI 1. Sifat dan kegunaan laporan keuangan 2. Jenis Laporan Keuangan 3. Isi dan Elemen Laporan Keuangan, Khusus untuk Neraca 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Keterbatasan

Lebih terperinci

Dini Iriani Ekonomi/Akuntansi

Dini Iriani Ekonomi/Akuntansi ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA DEPOK Dini Iriani 22212195 Ekonomi/Akuntansi Latar Belakang Organisasi Nirlaba merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA ERIEK KURNIAWAN KOE

SKRIPSI EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA ERIEK KURNIAWAN KOE SKRIPSI EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA ERIEK KURNIAWAN KOE DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan besar, tidak melihat apakah perusahan tersebut bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan besar, tidak melihat apakah perusahan tersebut bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Baik dalam perusahaan yang berskala kecil, menengah dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan BAB II DASAR TEORI A. Standar Akuntansi Keuangan 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan merupakan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu mengetahui

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI STRATEGI PENGHEMATAN PPH BADAN DAN PSAK 46 (Studi Kasus Pada Perusahaan Pengemasan di Gresik)

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI STRATEGI PENGHEMATAN PPH BADAN DAN PSAK 46 (Studi Kasus Pada Perusahaan Pengemasan di Gresik) PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI STRATEGI PENGHEMATAN PPH BADAN DAN PSAK 46 (Studi Kasus Pada Perusahaan Pengemasan di Gresik) OLEH: STEVEN ANDRIAN GUNAWAN 3203012061 JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Nia Herlina Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, niaherlina01@gmail.com Abstrak Tujuan_Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memberikan kontribusi terbesar dalam sumber penerimaan negara, salah satunya berupa APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara). Atas kontribusi

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: financial statement analysis, accounting analysis, and financial analysis. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: financial statement analysis, accounting analysis, and financial analysis. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The purpose of this research is to analyzed how well PGAS s financial performance based on the result of accounting analysis and financial analysis. This method of research using analythical description

Lebih terperinci

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya 8 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.Kukm/Vii/2012, Koperasi adalah :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA Tanggapan tertulis atas discussion paper paling lambat diterima pada tanggal 1 Februari 2018. Tanggapan dikirimkan ke: Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaporan Keuangan RSUD Panembahan Senopati Bantul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaporan Keuangan RSUD Panembahan Senopati Bantul BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaporan Keuangan Senopati Bantul Senopati Bantul sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di wilayah Pemerintah Kabupaten Bantul merupakan entitas akuntansi yang wajib

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA PADA JEMAAT GMIST PNIEL BIAU KAB, KEP. SITARO

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA PADA JEMAAT GMIST PNIEL BIAU KAB, KEP. SITARO ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA PADA JEMAAT GMIST PNIEL BIAU KAB, KEP. SITARO Raisa Stephanie Janis 1, Novi S. Budiarso 2 1 Pendidikan Profesi Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standarakuntansimerupakanmasalahpentingdalamprofesidansemuapemaka

BAB I PENDAHULUAN. Standarakuntansimerupakanmasalahpentingdalamprofesidansemuapemaka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standarakuntansimerupakanmasalahpentingdalamprofesidansemuapemaka ilaporankeuangan.olehkarenaitu, mekanismepenyusunanstandarakuntansiharusdiatursedemikianrupasehinggadapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA BAGI YAYASAN PENDIDIKAN

PENERAPAN PSAK 45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA BAGI YAYASAN PENDIDIKAN PENERAPAN PSAK 45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS NIRLABA BAGI YAYASAN PENDIDIKAN Poly Endrayanto EC., SE., MM., Ak., CA polychristmawan@yahoo.com Universitas Respati Yogyakarta ABSTRACT Through Act

Lebih terperinci

Riyanto Utomo, Indah Nur Qomariah ABSTRAK

Riyanto Utomo, Indah Nur Qomariah ABSTRAK Volume 03, Nomor 02, Desember 2014 Hal 230-241 PENERAPAN PSAK NO 45 PADA LAPORAN KEUANGAN YAYASAN PENOLONG ANAK YATIM DAN MISKIN PERGURUAN DARUL ISLAM DI KOTA GRESIK UNTUK MEWUJUDKAN AKUNTABILITAS KEUANGAN

Lebih terperinci

ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AKSARA SOLOPOS

ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AKSARA SOLOPOS ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AKSARA SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi yang berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

PENERAPAN PELAPORAN KEUANGAN PADA YAYASAN NURUL HAYAT YANG SESUAI DENGAN PSAK NO.45 RANGKUMAN SKRIPSI

PENERAPAN PELAPORAN KEUANGAN PADA YAYASAN NURUL HAYAT YANG SESUAI DENGAN PSAK NO.45 RANGKUMAN SKRIPSI PENERAPAN PELAPORAN KEUANGAN PADA YAYASAN NURUL HAYAT YANG SESUAI DENGAN PSAK NO.45 RANGKUMAN SKRIPSI Oleh : HENKIE PRIEMAADIENOVA BUDIRAHARDJO NIM : 2005310278 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS S U

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan (negara maupun swasta) untuk bersaing sangat ketat baik terhadap perusahaan lain yang sejenis

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON 38 ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan posisi keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditargetkan terdapat empat pilar standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. ditargetkan terdapat empat pilar standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan standar akuntansi di Indonesia sangatlah pesat. Pada tahun 2012, ditargetkan terdapat empat pilar standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Aliran kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 paragraf 05 adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas. Menurut Kieso

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus

Lebih terperinci

PERAN LAPORAN ARUS KAS DALAM MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PADA YAYASAN BPK PENABUR BOGOR

PERAN LAPORAN ARUS KAS DALAM MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PADA YAYASAN BPK PENABUR BOGOR PERAN LAPORAN ARUS KAS DALAM MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PADA YAYASAN BPK PENABUR BOGOR E-Journal Dibuat Oleh : Ika Yulianti 022110290 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR Mei 2017 PERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu NO PENELITI JUDUL METODE HASIL 1. Ariantini. Penerapan Et all (2014) SAK ETAP 2. Pambudi (2014) dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2): 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Laporan Keuangan 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan Informasi Laporan Keuangan dijadikan dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan, yang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA Studi kasus di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care 99 Periode Januari 2014

Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care 99 Periode Januari 2014 Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-02-04 Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan salah satunya menyusun laporan keuangan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan salah satunya menyusun laporan keuangan. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan wajib melaporkan setiap kegiatan perusahaan kepada para pemangku kepentingan. Kewajiban perusahaan dalam melaporkan kegiatannya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan perpajakan yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan antara penghasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan bahasa universal untuk bisnis karena akuntansi digunakan hampir di seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia sehingga akuntansi menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses akuntansi tersebut semua transaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Koperasi Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di negara-negara Eropa. Sistem ekonomi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang perburuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada aktiva keuangan yang sifatnya financial asset atau real asset

BAB I PENDAHULUAN. pada aktiva keuangan yang sifatnya financial asset atau real asset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi yang berdasarkan pengertiannya merupakan penempatan dana pada aktiva keuangan yang sifatnya financial asset atau real asset untuk mendapatkan hasil atau keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan Menurut Djarwanto (2001), laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak

Lebih terperinci

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI Koperasi sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat haruslah dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini, penulis mencoba menganalisa dan membahas tentang perlakuan akuntansi pendapatan, beban serta pelaporannya yang diterapkan oleh Rumah Sakit Medika

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Laporan keuangan berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelola organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Definisi Akuntansi Definisi akuntansi Menurut Kieso,et all. (2008), pengertian akuntansi keuangan adalah : Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 Analisis Akuntansi Syari ah tentang Penyajian Laporan Keuangan pada Organisasi Nirlaba (Studi Kasus Yayasan PAUD Kober An'Nur) Analysis of Islamic

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Go Publik di Bursa Efek Indonesia)

KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Go Publik di Bursa Efek Indonesia) KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Pengertian Laporan Keuangan Dalam upaya untuk membuat keputusan yang rasional, pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan seharusnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessee) melalui sewa pembiayaan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 58 revisi tahun 2009 pada laporan keuangan 39 perusahaan yang terdiri

Lebih terperinci

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows Presented by: Dwi Martani LAPORAN ARUS KAS Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entias dalam menghasilkan kas

Lebih terperinci

Analisis penerapan psak no. 45

Analisis penerapan psak no. 45 Available online: http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/jurnalmanajemen JURNAL MANAJEMEN Volume 9 (2) 2017, 55-61 Analisis penerapan psak no. 45 Endra Julianto 1, Nurita Affan 2, Ferry Diyanti 3 Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-08 Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. depan, persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. depan, persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan ekonomi yang berubah setiap waktunya membuat suatu perusahaan harus memiliki kemampuan untuk memprediksi keadaan di masa depan, persaingan usaha

Lebih terperinci

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Teori Akuntansi Keuangan PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Penyusun : Mikael Siahaan (1406645168) Muhammad Gunawan H.M (1406645765) Muhammad Iqbal (1406645771) PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu: 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.

Lebih terperinci

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS AGUNG YUDIVIANTHO 0806432101 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci