PRODUKSI GAS HASIL BIODEGRADASI MINYAK BUMI: KAJIAN AWAL APLIKASINYA DALAM MICROBIAL ENHANCED OIL RECOVERY (MEOR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKSI GAS HASIL BIODEGRADASI MINYAK BUMI: KAJIAN AWAL APLIKASINYA DALAM MICROBIAL ENHANCED OIL RECOVERY (MEOR)"

Transkripsi

1 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: PRODUKSI GAS HASIL BIODEGRADASI MINYAK BUMI: KAJIAN AWAL APLIKASINYA DALAM MICROBIAL ENHANCED OIL RECOVERY (MEOR) Astri Nugroho Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta Barat 11440, Indonesia Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengamati kemampuan produksi gas hasil degradasi minyak bumi oleh isolat-isolat bakteri. Peranan gas dalam MEOR adalah meningkatkan tekanan dalam reservoar, menurunkan viskositas minyak bumi, meningkatkan permeabilitas minyak bumi karena meningkatnya porositas dan viskositas, serta meningkatkan volume minyak bumi karena banyaknya gas terlarut. Telah dilakukan analisis gas hasil degradasi minyak bumi oleh isolat bakteri hidrokarbonoklastik, yaitu Bacillus badius (A), Bacillus circulans (B), Bacillus coagulans (C), Bacillus firmus (D), Pasteurella avium (E) dan Streptobacillus moniliformis (F). Tahap perlakuan terdiri dari uji produksi gas, analisis gas dan analisis hasil degradasi minyak bumi dengan menggunakan medium SMSS. Uji produksi gas dengan menggunakan mikrorespirometer pada suhu 40 C memperlihatkan bahwa isolat bakteri B, C, D, dan E dapat menghasilkan gas lebih banyak dibandingkan 2 isolat bakteri lainnya, yaitu A dan F. Selanjutnya dilakukan analisis gas CO 2, O 2, CO, N 2, CH 4, dan H 2 dengan menggunakan Kromatografi Gas (GC). Hasil analisis gas menunjukkan hanya 3 jenis gas yang terdeteksi, yaitu CO 2 dan N 2 dengan konsentrasi yang terus meningkat dan O 2 dengan konsentrasi yang terus menurun selama 8 hari. Kultur campuran menghasilkan gas CO 2 sampai 4,05% pada hari ke-4, sedangkan kultur murni C dan D, hanya 2,4534% dan 2,8729%. Hasil kromatografi menunjukkan terjadinya degradasi minyak bumi dengan semakin bertambahnya jumlah hidrokarbon sederhana dengan konsentrasi 12,03% dan terbentuknya senyawa hidrokarbon dengan rantai yang lebih panjang sebanyak 3,07%. Kultur campuran M3 dan M5 memiliki kemampuan menghasilkan gas CO 2 tertinggi dibandingkan isolat bakteri tunggal. Selain itu, kultur campuran C dan D mampu menguraikan minyak bumi dan merupakan konsorsium yang saling menguntungkan (sinergisme). Abstract Gas Production Generated from Crude Oil Biodegradation: Preliminary Study on its Aplication in Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR). The objective of this study is to observe the capacity of gas production generated from crude oil degradation by the isolated bacteria. The gas in the MEOR could increase pressure in the reservoir, decrease oil viscosity, increase oil permeability-due to the increase of the porosity and viscosity, and also increase oil volume due to the amount of dissolved gas. A research on gas analysis of oil degradation by 6 isolated bacteria has been conducted. The bacteria isolates including Bacillus badius (A), Bacillus circulans (B), Bacillus coagulans (C), Bacillus firmus (D), Pasteurella avium (E) and Streptobacillus moniliformis (F). The trial on gas production, gas analysis and oil degradation analysis, was carried out by using SMSS medium. The test of gas production was done by using microrespirometer at 40 C. The result shows that B, C, D, E produce more gas than A and F. Gas of CO 2, O 2, CO, N 2, CH 4, and H 2 were analyzed by using GC. The results show that only three gases were detected by GC i.e. CO 2, N 2, and O 2. The concentration of CO 2 and N 2 gas increased while the concentration of O 2 decreased over an 8th day of observation. CO 2 gas producted by mix culture was higher than by the pure culture. On the 8th day of incubation, the production of CO 2 gas by mix culture was 4,0452% while pure culture C and D only produced 2,4543% and 2,8729%. The mix culture increase simple hydrocarbon by 12.03% and the formation of a complex hydrocarbon by 3.07%. The mix culture (C-D) generated the highest concentration of CO 2 gas as well as a synergistic concortium that has ability to degrade crude oil. Keywords: degradation, mix culture, gas, crude oil, MEOR, crude oil biodegradation 111

2 112 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: Pendahuluan Eksploitasi minyak bumi dari sumur-sumur minyak bumi belum memanfaatkan keseluruhan kandungan minyak bumi yang ada. Perolehan minyak bumi dengan menggunakan metode konvensional hanya mampu menghasilkan minyak sekitar 30-40% dari kandungan minyak keseluruhan (Geffen, 1975 dalam [1]). Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah suatu mekanisme yang digunakan pada tahapan tertiary recovery untuk meningkatkan produksi minyak setelah tahapan primary dan secondary recovery. Salah satu teknik EOR yang dikembangkan sakarang ini adalah dengan memanfaatkan mikroba yang dikenal dengan Microbial Enchanced Oil Recovery (MEOR). Prinsip dasar MEOR adalah pemanfaatan produk metabolit sekunder mikroba untuk membantu meningkatkan perolehan minyak yang tersisa atau masih terperangkap di dalam reservoir [2,3]. Pertumbuhan dan perkembangan mikro-organisme pada dasarnya adalah hasil dari proses metabolisme tetapi tidak semua hasil metabolisme habis terpakai untuk pertumbuhan dan perkembangan sel organisme. Sisanya yang berupa produk metabolit sekunder dikeluarkan dari dalam tubuh ke lingkungan sekitarnya. Menurut [2,4,5], produk metabolit sekunder yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perolehan minyak bumi adalah produksi asam, produksi pelarut, produksi surfaktan, produksi polimer, dan produksi gas. Aplikasi MEOR dilakukan dengan cara mikroba diinjeksikan ke dalam reservoar dengan harapan dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang mempunyai fungsi sama dengan senyawa kimia yang digunakan pada teknik chemical flooding secara in situ yaitu surfaktan, biopolimer, pelarut, asam, dan gas. Seperti disebutkan, senyawa-senyawa inilah yang dapat meningkatkan perolehan minyak bumi. Mikroba yang digunakan dalam MEOR adalah mikroba pengguna hidrokarbon (hidrokarbono-klastik), suatu jenis mikroba yang mampu menggunakan minyak bumi sebagai sumber karbonnya. Biodegradasi minyak bumi akan berlangsung cepat bila bakteri yang digunakan merupakan bakteri yang dapat memanfaatkan minyak bumi sebagai sumber karbonnya. Ini berarti kemungkinan untuk menghasilkan gas sebagai hasil degradasi minyak bumi akan semakin besar [4]. Proses fermentasi karbohidrat oleh mikroba anaerob akan menghasilkan gas-gas seperti CO 2, hidrogen dan metana. Di antara produk gas tersebut, gas CO 2 merupakan produk yang penting dalam mekanisme MEOR. Gas CO 2 hasil produksi mikroba ini pada dasarnya sama dengan gas CO 2 yang digunakan dalam proses injeksi, hanya produksi gas CO 2 hasil fermentasi ini dilakukan secara in situ sehingga diharapkan skala pengaruhnya dapat lebih luas [6,7]. Menurut Zobell et al. [8], adanya gas dalam reservoir selain dapat mengembalikan tekanan dalam reservoir juga dapat menurunkan viskositas minyak sehingga meningkatkan mobilitasnya. Selanjutnya, hasil penelitian [3] membuktikan bahwa produksi gas yang dibarengi dengan suasana asam dapat pula membantu melarutkan matriks bantuan. Peningkatan gas hasil metabolisme mikroba, seperti gas CO 2 dan adanya perubahan porositas batuan berkandungan minyak bumi akan membantu mendorong minyak bumi dalam pori-pori batuan, untuk keluar dan dipompakan ke atas sebagai hasil pengeboran minyak bumi. Beberapa mikroba genus Clostridium, Bacillus, Desulfovibrio dan Methanobacterium omerlanskii mampu memproduksi gas hasil reaksi dalam suasana anaerob untuk membantu mengembalikan tekanan reservoir [2]. Gas-gas yang dapat dihasilkan dari biodegradasi minyak bumi adalah CO 2, CO, CH 4, C 2 H 6, C 3 H 8, C 4 H 10, H 2 S, N 2, dan H 2. Gas yang diteliti hanya CO 2, CO, CH 4, H 2 S, N 2, dan H 2. Gas CO 2 dan CH 4 merupakan indikator terjadinya biodegradasi. CH 4 merupakan hasil degradasi minyak bumi dalam kondisi anaerob. Gas H 2 S perlu diteliti karena memiliki sifat korosif yang dapat merusak peralatan pertambangan dari logam [3,6]. Gas hasil degradasi minyak bumi oleh mikroba memiliki peranan yang penting untuk diaplikasikan dalam MEOR. Secara umum peranan gas dalam MEOR adalah meningkatkan tekanan dalam reservoar, menurunkan viskositas minyak bumi, meningkatkan permeabilitas minyak bumi karena meningkatnya porositas dan viskositas, serta meningkatkan volume minyak karena banyaknya gas terlarut [4,5]. Aplikasi MEOR lebih ekonomis dan aman dibandingkan cara konvensial dengan menggunakan zat-zat kimia yang seringkali membutuhkan biaya lebih tinggi serta berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan [9]. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah mengamati kemampuan produksi gas hasil degradasi minyak bumi oleh isolat-isolat bakteri. Hipotesis penelitian ini ádalah degradasi minyak bumi oleh isolat bakteri akan menghasilkan berbagai senyawa sederhana dan bermacam-macam gas. 2. Metode Penelitian Bahan. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam media pertumbuhan bakteri, yaitu NA (Nutrien Agar/agar nutrisi), dan SMSS (Salt Mineral Stone Solution) yang diperkaya dengan ekstrak ragi 0,01% dan 1% minyak mentah yang berasal dari Babelan, Bekasi. Isolat Bakteri. Isolat bakteri yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 6 isolat yaitu: Bacillus badius

3 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: (A), Bacillus circulans (B), Bacillus coagulans (C), Bacillus firmus (D), Pasteurella avium (E) dan Streptobacillus moniliformis (F). Seleksi Produksi Gas. Alat yang digunakan untuk seleksi produksi gas adalah mikrorespirometer sederhana. Prinsip kerja alat ini adalah perubahan tekanan di dalam tabung mikrorespirometer. Bila tekanan berkurang maka larutan Brodie akan bergeser ke arah tabung perlakuan sedangkan bila tekanan bertambah, maka larutan Brodie akan bergeser menjauhi tabung perlakuan. Sebelum pengamatan, pipa U dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui volume pipa. Analisis Minyak Bumi dan Gas. Analisis minyak bumi dilakukan hanya pada kultur campuran dari isolat terpilih dengan lama inkubasi 0 dan 8 hari dengan menggunakan KG/MS (Kromatografi Gas/Spektrometer Massa). Analisis gas dilakukan terhadap bakteri hasil seleksi untuk kultur murni atau pun kultur campuran. Medium SMSS yang telah ditambah inokulum sebanyak 10% v/v (10 6 sel/ml) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang tutupnya telah dimodifikasi untuk mengisolasi gas (Gambar 1) dan sampling gas dilakukan melalui silikon yang terdapat pada bagian atas. Kultur campuran untuk inokulum dimasukan sebanyak 10% v/v (10 6 sel/ml) dengan perbandingan 1:1. Pada bagian bawah tutup diberi kertas saring yang dibasahi timbal asetat untuk menangkap gas H 2 S. Inkubasi dilakukan pada suhu 40 C dan agitasi 90 rpm. Setelah gas cukup terisolasi, gas disampling dengan menggunakan suntikan kedap gas 10 ml melalui silikon dan disuntikan ke injektor KG untuk dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Gas yang dianalisis adalah CO 2, H 2, O 2, N 2, CH 4, dan CO. Sebelum dan sesudah perlakuan, ph medium diukur dengan menggunakan kertas ph. Silikon 3. Hasil dan Pembahasan Uji Produksi Gas dengan Mikrorespirometer. Penghitungan jumlah produksi gas tidak dihitung seperti menghitung konsumsi oksigen, tetapi perhitungan disederhanakan untuk melihat jumlah gas yang dihasilkan oleh proses biodegradasi. Satuan yang digunakan adalah ml/menit. Jenis gas belum dapat diidentifikasi dan gas yang dihasilkan merupakan jumlah gas total. Gambar 2 terlihat bahwa hampir semua isolat bakteri kecuali A dan F, mampu menghasilkan gas. Isolat bakteri D memiliki kemampuan menghasilkan gas yang terbesar, yaitu 0,005 ml per menit dan terendah adalah isolat bakteri B, yaitu 0,001 ml per menit. Rendahnya produksi gas tersebut sebagai akibat tidak adanya agitasi selama masa inkubasi. Umumnya isolat bakteri uji membutuhkan O 2, ditandai dengan menurunnya tekanan dalam tabung perlakuan dan setelah beberapa waktu tekanan tabung kembali meningkat dikarenakan dihasilkannya gas. Gas yang dihasilkan kemungkinan adalah hasil degradasi minyak bumi oleh bakteri. Gas yang mungkin dihasilkan adalah karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), etana (C 2 H 6 ), propana (C 3 H 8 ), butana (C 4 H 10 ), hidrogen sulflda (H 2 S), nitrogen (N 2 ) dan hidrogen (H 2 ), dan karbonmonoksida (CO) karena pada suhu 40 C senyawa-senyawa tersebut berwujud gas [10,11]. Isolat bakteri A dan F tidak mampu memproduksi gas dan hanya membutuhkan oksigen untuk memotongmotong rantai hidrokarbon minyak bumi menjadi potongan yang masih panjang dan tidak dapat menguap pada suhu 40 o C. Kemungkinan lainnya adalah isolat bakteri nembentuk senyawa-senyawa hidrokarbon yang lebih panjang. Biodegradasi hidrokarbon alifatik biasanya terjadi pada kondisi aerob. Tahap awal degradasi hidrokarbon secara aerob adalah memasukkan molekul oksigen ke dalam Tutup pengisolasi gas Medium SMSS Gambar 1. Erlenmeyer dengan Tutup Pengisolasi Gas Gambar 2. Kurva Uji Produksi Gas Oleh Isolat Bakteri Menggunakan Mikrorespirometer

4 114 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: hidrokarbon oleh enzim oksigenase. Menurut [12], Jalur degradasi alkana yang paling umum adalah oksidasi rantai terminal (Gambar 3). Alkana dioksidasi menjadi alkohol dan selanjutnya menjadi asam lemak [13]. Jalur metabolisme asam lemak selanjutnya dapat melalui jalur lipid seluler, β-oksidasi, dan α-oksidasi. Melalui jalur β-oksidasi asam lemak akan diubah menjadi asetil ko-a dan masuk ke dalam siklus TCA, diubah menjadi CO 2 dan energi. Bila melalui jalur α- oksidasi asam lemak akan diubah langsung menjadi CO 2 dan turunan lemak [14]. Selain oksidasi terminal, mikroba juga dapat mengoksidasi hidrokarbon alifatik melalui oksidasi subterminal (Gambar 4). Pada jalur ini molekul oksigen dimasukan ke dalam rantai karbon membentuk alkohol sekunder yamg selanjutnya dioksidasi menjadi keton dan akhirnya ester. Kemudian ikatan ester dipecah membentuk alkohol primer dan asam lemak. Selanjutnya alkohol dioksidasi melalui aldehid membentuk asam lemak dan kedua fragmen asam lemak akan dimetabolisme lebih lanjut melalui β-oksidasi [12]. Degradasi alisiklik biasanya melalui oksidasi unit terminal menghasilkan alkohol primer. Biasanya mikroorganisme yang bisa mendegradasi komponen Gambar 3. Oksidasi n-alkana melalui Jalur Terminal: a. Monooksigenase; b. Alkoholdehidrogenase; c. Aldehid dehidrogenase Gambar 4. Oksidasi n-alkana Melalui Jalur Sub Terminal [12] Gambar 5. Oksidasi Metana Menjadi Karbondioksida [15] alifatik dapat juga mendegradasi komponen alisiklik. Dalam degradasi komponen hidrokarbon minyak bumi, hidroksilasi sangat penting untuk menginisiasi degradasi sikloalkana [13]. Variasi komposisi minyak bumi menyebabkan kemampuan biodegradasi oleh mikroba berbeda pula. Faktor lingkungan sangat menentukan karena mikroba membutuhkan kondisi optimum agar biodegradabilitasnya tinggi. Produksi CH 4 dapat melalui dua jalur yaitu reduksi CO 2 dengan menggunakan H 2 dan fermentasi komponen minyak bumi. CH 4 dihasilkan dari dekomposisi minyak bumi secara anaerob. Gas metana dapat diubah menjadi karbondioksida melalui serangkaian reaksi enzimatis oleh sistem enzim metana mono-oksigenase (Gambar 5) menjadi senyawa lebih sederhana. Pada lingkungan mikroba yang aktif, produksi hidrogen selama fermentasi akan digunakan sebagai sumber energi dalam respirasi anaerob untuk reduksi nitrat dan sulfat, metanogenesis atau asetogenesis. Gas nitrogen dihasilkan dari degradasi minyak bumi yang bergugus atom nitrogen pada kondisi anaerob [4]. Minyak bumi yang mengandung rantai pendek dan hidrokarbon aromatik akan menghasilkan CH 4 yang sedikit sekali. Etana, propana, dan butana diproduksi secara mikrobiologis dalam fermentasi minyak bumi dan dapat diubah menjadi senyawa lebih sederhana [11]. Sedikitnya produksi gas disebabkan tidak adanya agitasi selama masa inkubasi sehingga kontak antara bakteri dengan komponen medium sangat kecil dan minyak bumi berada di bagian permukaan menutupi aliran gas dari bagian bawah medium dan gas yang dihasilkan larut dalam minyak. Karena isolat bakteri C dan D mampu memproduksi gas lebih banyak dari isolat lainnya, maka selanjutnya dilakukan analisis degradasi minyak bumi dan analisis produksi gas oleh kultur campuran isolat C dan D, maupun kultur murni untuk masing-masing isolat C maupun isolat D. Analisis Minyak Bumi Hasil Degradasi. Analisis minyak bumi hanya dilakukan pada kultur campuran dari isolat bakteri C dan D dengan menggunakan KG/MS. Pada suhu kolom 40 C selama 5 menit sampel minyak bumi yang mengalami perubahan wujud ke gas adalah senyawa hidrokarbon dengan jumlah atom C

5 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: Gambar 6. Waktu Tambat Puncak-Puncak Hasil Kromatografi dan Konsentrasi Senyawa kurang dari 5 seperti iso-pentana dengan titik didih 28 C, dan n-pentana dengan titik didih 36 o C. Selanjutnya suhu kolom ditingkatkan hingga menjadi 290 C selama 10 menit yang akan mengubah wujud senyawa menjadi gas untuk senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih di bawah suhu kolom tersebut. Senyawa-senyawa yang berwujud gas selanjutnya dibawa oleh gas pembawa helium dan akan dihasilkan kromatogram. Gambar 6 menunjukkan perbedaan antara minyak bumi saat t ke-0 dan t ke-8. Semakin lama waktu tambat menunjukkan semakin besarnya berat molekul senyawa (BM) atau dalam hal ini rantai atom C yang semakin panjang. Selain itu, terjadinya perubahan komposisi dan konsentrasi senyawa penyusun minyak bumi menunjukkan telah terjadi degradasi. Pada kromatogram tampak bahwa pada t ke-0 terbentuk 16 puncak, yang berarti terdeteksi 16 senyawa sedangkan pada t ke-8 terbentuk 18 senyawa. Selain itu, tampak pula bahwa setelah masa inkubasi 8 hari, konsentrasi hidrokarbon minyak bumi mengalami penurunan serta terbentuk senyawa-senyawa sederhana. Analisis Gas. Gas yang terdeteksi dilihat dari hasil kromatografi (Gambar 7) seluruh kultur hanya tiga jenis, yaitu CO 2, N 2, dan O 2 sedangkan gas yang sebenarnya hendak dideteksi terdiri dari CO 2, N 2, O 2, H 2, CH 4, dan CO. Keenam jenis gas tersebut pada suhu kolom 40 C berada pada fase gas. Tidak terdeteksinya gas-gas lain diduga karena kurangnya panjang kolom, yaitu hanya 3 m atau detektor yang kurang sensitif. Gas CO 2 dan N 2 mengalami peningkatan dan gas O 2 mengalami penurunan. Konsentrasi CO 2 yang paling tinggi dihasilkan oleh kultur campuran untuk setiap waktu yang sama dibandingkan kultur C dan D. Pada saat t = 8 hari, konsentrasi gas CO 2 yang dihasilkan oleh kultur campuran adalah 4,0452% sedangkan pada saat yang sama kultur murni isolat C dan isolat D masingmasing menghasilkan gas CO 2 dengan konsentrasi 2,4543% dan 2,8729%. Gambar 7. Jenis dan Konsentrasi Gas Hasil Degradasi Minyak Bumi Hasil Analisis dengan Menggunakan Kromatografi Gas pada Kultur Campuran pada Suhu 40 C dan Agitasi 90 rpm Ket: NAR: Nitrate reductase, NIR: Nitrite reductase, NOR: Nitric oxide reductase, dan NOS: nitrous oxide reductase. Gambar 8. Proses Denitrifikasi Gas CO 2 yang meningkat menunjukkan terjadinya proses degradasi oleh isolat bakteri C, D, maupun kultur campuran. Tingginya konsentrasi CO 2 yang dihasilkan oleh kultur campuran dibandingkan kultur murni menunjukkan terjadinya sinergisme antara isolat bakteri C dan D. Gas CO 2 yang diproduksi merupakan hasil akhir degradasi komponen minyak bumi seperti alkana melalui jalur α-oksidasi atau β-oksidasi baik secara oksidasi terminal maupun sub terminal. Minyak bumi yang tergolong hidrokarbon alisiklik pun akhirnya dapat menghasilkan CO 2 melalui jalur β-oksidasi sedangkan hidrokarbon aromatik membutuhkan 2 atom oksigen untuk dapat didegradasi oleh bakteri sehingga menghasilkan senyawa antara. Oksigen semakin berkurang hingga t ke-8 karena penggunaan oksigen oleh bakteri sebagai akseptor elektron dengan menggunakan enzim oksigenase yang akan memasukkan molekul oksigen ke hidrokarbon minyak bumi. Terbukti dari hasil analisis minyak bumi, terbentuk senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus atom oksigen. Degradasi alkana dapat terjadi bila kondisi aerob dan komponen alisiklik didegradasi dengan cara oksidasi metil terminal untuk menghasilkan alkohol primer yang selanjutnya dioksidasi menjadi asam lemak yang akan masuk jalur β-oksidasi [16].

6 116 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: Tidak dihasilkannya metana, diduga karena bakteri uji bukan termasuk golongan metanogenik atau dapat saja metana yang dihasilkan langsung diubah menjadi asam atau CO 2 melalui sistem enzim oksigenase oleh bakteri karena bakteri uji termasuk golongan metanotrof (Gambar 5). Peningkatan konsentrasi N 2 menunjukkan terjadinya proses denitrifikasi yang dilakukan oleh isolat bakteri uji dikarenakan di dalam larutan medium mengandung ion nitrat meskipun tampaknya sampel minyak bumi yang digunakan tidak mengandung atom nitrogen. Proses denitrifikasi dapat dilihat pada Gambar 8. Menurunnya konsentrasi O 2 dari ketiga kultur dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya proses denitrifikasi sebab denitrifikasi terjadi bila oksigen terdapat dalam jumlah kurang atau anaerob [15]. H 2 S selama tahap ini tidak dihasilkan, karena kertas saring yang mengandung timbal asetat dan ditempatkan di bawah tutup pengisolasi gas tidak menghasilkan titik hitam. Ini didukung pula hasil analisis minyak bumi sebelumnya, yaitu sampel minyak bumi tidak mengandung senyawa bergugus atom sulfur. Minyak bumi Indonesia mengandung sulfur yang sangat rendah, demikian pula dengan nitrogen dan oksigen [9]. Nilai ph medium SMSS selama masa inkubasi (0-8 hari) mengalami perubahan dengan kisaran sebesar 6,5-7,5. Kisaran ph ini tidak jauh berbeda dengan ph optimum pertumbuhan bakteri pada umumnya. Pergeseran ph yang tidak terlalu besar karena adanya larutan penyangga berupa KH 2 PO 4 dalam medium SMSS yang diperkaya. Penurunan harga ph disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri dalam proses biodegradasi minyak bumi yang menghasilkan asam lemak sebagai produk akhirnya. 4. Simpulan Isolat Bakteri B, C, D, E, F, dan G mampu memproduksi gas lebih baik dibandingkan isolat bakteri A dan H pada medium SMSS yan diperkaya, dengan suhu inkubasi 40 C. Produksi gas tertinggi terjadi pada isolat bakteri D, yaitu 0,0050 ml/menit, dengan suhu inkubasi 40 C dan waktu dihasilkannya gas pada jam ke-86. Hidrokarbon minyak bumi yang terdegradasi oleh kultur campuran antara C dan D menghasilkan senyawa hidrokarbon lebih banyak dengan rantai C lebih panjang serta senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus atom O. Hasil kromatografi gas menunjukkan bahwa gas yang dihasilkan oleh kultur campuran dan kultur murni pada medium SMSS yang diperkaya dengan suhu inkubasi 40 C dan agitasi 90 rpm, yaitu CO 2 dan N 2, dengan konsentrasi yang terus meningkat, dan O 2 dengan konsentrasi yang terus menurun sebanding dengan waktu. Isolat bakteri kultur campuran C dan D mampu mendegradasi minyak bumi dan menghasilkan gas 89,7216%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan gas yang diproduksi oleh kultur murni C (75,884%) dan D (76,7436%). Hal ini menunjukkan bahwa antara isolat bakteri C dan D terjadi sinergisme. Perlu dilakukan analisis gas dengan menggunakan alat yang lebih teliti, agar seluruh gas yang diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dapat terdeteksi. Daftar Acuan [1] A.D. Forbes, Microorganism in Oil Recovery In: Harrison et al. (Ed.), Hydrocarbon In Biotechnology; Heyden & Son LTD. The Institute of Petroleum, London, 1980, p [2] V. Moses & D.G. Springham, Bacteria and The Enhancement of Oil Recovery. Applied Science Publ. Ltd., London, 2002, p [3] R.S. Tarner, et al. Geomicrobiology Journal 19 (2001) [4] K.L. Sublette, Shourt Course On: Microbial Enhanced Oil Recovery. Organized by PT Sakindo Mulia, Jakarta, 1993, p [5] J.E. Zajic, et al. Microbial Enhanced Oil Recorvery. Penwell Publ. Co., Tulsa, Oklahoma, 2003, p [6] J.C. Shaw, Apllied and Environment Microbiology 49/3 (2005) p [7] R.M. Atlas, Microbial Reviews 45/1 (1981) [8] C.E. Zobell, et al. World Oil Journal 1126/13 (2005) [9] M. Udiharto, Diskusi Ilmiah Vll Hasil Penelitian Lemigas. PPTMgB Lemigas, Jakarta, Tidak dipublikasikan. [10] E.G. Donaldson, G.V. Chilingarin, T.F. Yen, Microbial Enhanced Oil Recovery. Development in Petroleum Science, No. 22, Elsevier Science Publisher, Amsterdam, 1989, p.1-12, 85-87, [11] R. Watkinson. Interaction of Microorganism with Hydrocarbon, In: Hydrocarbon in Biotechnology, Ed. Harrison, D.E.F., Higgins, U. Watkinson, R. Heyden & Son Ltd., London, 1980, p [12] R.M. Atlas, and R. Bartha, Microhial Ecology: Fundamentals and Applications, Third Ed. The Benjamin/Cumming Pub. Co., Inc. Redwood City, California, 1992, p [13] J.T. Cookson Jr., Bioremediation Engineering: Design and Application. Mc Graw Hill, Inc. New York USA, 1995, p [14] M. Buchler and J. Schindler, Aliphatic Hydrocarbon, In: Biotechnology Biotransformasi, Vol. 6a. Verlag. Chemic. Basel, 1984, p [15] H. Dalton, Transformation by Methane Monooxygenase, In: Hydrocarbon in Biotechnology. Heyden & Son LTD. The Institute of Petroleum London, London, 1980, p [16] A. Horowitz, D. Gutnick, and E. Rosenberg, Applied Microbiology 3O (1975)

Produksi Biosurfaktan oleh Bakteri Pengguna Hidrokarbon dengan Penambahan Variasi Sumber Karbon

Produksi Biosurfaktan oleh Bakteri Pengguna Hidrokarbon dengan Penambahan Variasi Sumber Karbon B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-33X Volume 7, Nomor 4 Oktober 6 Halaman: 312-316 Produksi Biosurfaktan oleh Bakteri Pengguna Hidrokarbon dengan Penambahan Variasi Sumber Karbon Biosurfactan Production

Lebih terperinci

OPTIMASI KONSENTRASI CRUDE OIL DAN SUMBER NITROGEN PADA PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH BAKTERI HIDROKARBONOKLASTIK DARI SUMUR BANGKO

OPTIMASI KONSENTRASI CRUDE OIL DAN SUMBER NITROGEN PADA PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH BAKTERI HIDROKARBONOKLASTIK DARI SUMUR BANGKO PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI Yogyakarta, -5 Oktober OPTIMASI KONSENTRASI CRUDE OIL DAN SUMBER NITROGEN PADA PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH BAKTERI HIDROKARBONOKLASTIK DARI SUMUR BANGKO Dea Indriani

Lebih terperinci

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Pertumbuhan total bakteri (%) IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob dalam Rekayasa GMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap

Lebih terperinci

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca ) PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) Raymond Thamrin 1), Max J.R. Runtuwene 2), Meiske S. Sangi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Sains Volume 17 Nomor 1 Januari 2014

Jurnal Penelitian Sains Volume 17 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Penelitian Sains Volume 17 Nomor 1 Januari 2014 Isolasi Bakteri Termofilik Penghasil Biosurfaktan yang Berpotensi sebagai Agen MEOR (Microbial Enhanched Oil Recovery) dari Sumur Minyak di Sungai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jumlah total bakteri pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 2. Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan mengganggu kehidupan organisme di

Lebih terperinci

ISOLASI BERTAHAP BAKTERI PENDEGRADASI MINYAK BUMI DARI SUMUR BANGKO

ISOLASI BERTAHAP BAKTERI PENDEGRADASI MINYAK BUMI DARI SUMUR BANGKO PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 21 Yogyakarta, 3-5 Oktober 21 ISOLASI BERTAHAP BAKTERI PENDEGRADASI MINYAK BUMI DARI SUMUR BANGKO Pingkan Aditiawati 1, Megga R Pikoli 2, dan Dea Indriani A 1 1 Laboratorium

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Hidrokarbon minyak bumi merupakan kontaminan yang paling luas yang mencemari lingkungan. Kecelakaan tumpahan minyak yang terjadi sering mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius (Prince

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Pelepasan senyawa-senyawa organik dan anorganik ke dalam lingkungan terjadi hampir setiap tahun akibat dari aktivitas manusia. Jika ditinjau secara kimia, maka senyawa organik dan anorganik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Minyak Bumi Minyak bumi mengandung 50-98% komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Kandungannya bervariasi tergantung pada sumber minyak. Minyak bumi mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan dunia pada minyak bumi dan pertumbuhan permintaan dunia diduga akan terus menyebabkan kenaikan harga sumber energi utama dunia ini. Diperkirakan permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS 16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS Pembentukan biogas dipengaruhi oleh ph, suhu, sifat substrat, keberadaan racun, konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang Persentase hasil BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Persentase Plastik dan Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas Produk Pirolisis Kuantitas bio-oil ini menunjukkan seberapa banyak massa arang, massa biooil, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BIODEGRADASI SLUDGE MINYAK BUMI DALAM SKALA MIKROKOSMOS: Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Awal Bioremediasi Land Treatment

BIODEGRADASI SLUDGE MINYAK BUMI DALAM SKALA MIKROKOSMOS: Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Awal Bioremediasi Land Treatment MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 2, NOVEMBER 2006: 82-89 BIODEGRADASI SLUDGE MINYAK BUMI DALAM SKALA MIKROKOSMOS: Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Awal Bioremediasi Land Treatment Astri Nugroho Jurusan

Lebih terperinci

PROSES BIODEGRADASI MINYAK DIESEL OLEH CAMPURAN BAKTERI PENDEGRADASI HIDROKARBON

PROSES BIODEGRADASI MINYAK DIESEL OLEH CAMPURAN BAKTERI PENDEGRADASI HIDROKARBON PROSES BIODEGRADASI MINYAK DIESEL OLEH CAMPURAN BAKTERI PENDEGRADASI HIDROKARBON DIESEL OIL BIODEGRADATION PROCESS BY MIXED CULTURE OF HYDROCARBON DEGRADER BACTERIA Mohamad Yani dan Yusuf Akbar Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun yang lalu, sebagai dekomposisi bahan-bahan organik dari hewan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun yang lalu, sebagai dekomposisi bahan-bahan organik dari hewan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Umum Minyak Bumi Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu, sebagai dekomposisi bahan-bahan organik dari hewan dan tumbuhan.

Lebih terperinci

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 :

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : 13-23 13 Dinamika Populasi Konsorsium Bakteri Hidrokarbonoklastik : Studi Kasus Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi Skala Laboratorium (The Dynamic Population of

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi

Lebih terperinci

PERUBAHAN SENYAWA HIDROKARBON SELAMA PROSES BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROFOTOMETRI MASSA

PERUBAHAN SENYAWA HIDROKARBON SELAMA PROSES BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROFOTOMETRI MASSA PERUBAHAN SENYAWA HIDROKARBON SELAMA PROSES BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROFOTOMETRI MASSA AWAN KARLIAWAN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil

BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil xiv BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA 2.1. Gas Alam Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH 4 ). Komponen utama dalam

Lebih terperinci

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa Analisa Reduksi Asetilen (ARA : Acetylene Reduction Assay). Sebanyak,5 ml inokulum bakteri pertama pertama dan,5 ml inokulum bakteri kedua diinokulasikan kedalam campuran 2 ml NMS cair bebas nitrogen yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fermentasi Alkohol Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa minyak bumi yang tersebar di sekitar daratan dan lautan. Luasnya pengolahan serta pemakaian bahan bakar minyak menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN. ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003). ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003). Inokulasi Bakteri dan Inkubasi Media Sebanyak dua ose bakteri diinokulasikan ke dalam 50 ml NB dan

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Pembagian kode sampel tanah Kode Keterangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Pembagian kode sampel tanah Kode Keterangan Tabel 1 Pembagian kode sampel tanah Kode Keterangan sampel A Tanah steril + bakteri T2M B Tanah steril C Tanah non steril + bakteri T2M D Tanah non steril Pembagian kode sampel dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1 ALKANA Rumus umum alkana: C n H 2n + 2 R (alkil) = C n H 2n + 1 Alkana Adalah rantai karbon yang memiliki ikatan tunggal (jenuh) A. Alkana 1. Alkana disebut juga senyawa hidrokarbon jenuh (senyawa parafin).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Bakteri metanotrof adalah bakteri Gram negatif, bersifat aerob dan menggunakan metan sebagai sumber karbon dan energi (Auman 2001). Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi (migas) sampai saat ini masih merupakan sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri, transportasi, dan rumah tangga.

Lebih terperinci

BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY BIOREAKTOR

BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY BIOREAKTOR BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY BIOREAKTOR Nuniek Hendrianie, Eko Yudie Setyawan, Rizki Dwi Nanto, dan S. R. Juliastuti Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA TOPIK 1 BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI Biomasa merupakan bahan organik yang tersedia secara terbarukan, umumnya berasal dari tumbuhan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan energi utama yang sulit tergantikan sampai saat ini. Dalam produksi minyak bumi dan penggunaannya, dapat menghasilkan buangan sebagai limbah yang

Lebih terperinci

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg) Spektroskopi Massa Spektroskopi Masssa adalah alat untuk mendapatkan BERAT MOLEKUL. Alat ini mengukur m/z, yaitu perbandingan MASSA terhadap muatan (umumnya muatan +1). Contoh: Spektroskopi Massa Prinsip

Lebih terperinci

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan aktivitas makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan A. Sifat pertumbuhan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK PADA INJEKSI SURFAKTAN DENGAN KADAR SALINITAS AIR FORMASI YANG BERVARIASI Tommy Viriya dan Lestari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian bertujuan untuk menjamin segala kebutuhan selama penelitian telah siap untuk digunakan. Persiapan penelitan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Tanah Tercemar HOW Minyak bumi jenis heavy oil mengandung perbandingan karbon dan hidrogen yang rendah, tinggi residu karbon dan tinggi kandungan heavy metal,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol.

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol. 8 pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol. Optimasi Konsentrasi Substrat (Xilosa) Prosedur dilakukan menurut metode Eken dan Cavusoglu (1998). Sebanyak 1% Sel C.tropicalis

Lebih terperinci

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan

Media Kultur. Pendahuluan Media Kultur Materi Kuliah Bioindustri Minggu ke 4 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang murah sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan

Lebih terperinci

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm. 30 4.1.Perlakuan Pendahuluan 4.1.1. Preparasi Sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses perlakuan pendahuluan yag dilakukan yaitu, pengecilan ukuran sampel, pengecilan sampel batang jagung dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagai dasar penentuan kadar limbah tapioka yang akan dibuat secara sintetis, maka digunakan sumber pada penelitian terdahulu dimana limbah tapioka diambil dari

Lebih terperinci

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? Oleh: Didi S. Agustawijaya dan Feny Andriani Bapel BPLS I. Umum Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Bakteri Anaerob pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Potong dalam Tabung Hungate. Data pertumbuhan populasi bakteri anaerob pada proses pembentukan biogas dari

Lebih terperinci

STONE MINERAL SALT SOLUTION EXTRACT YEAST (SMSSe) TERHADAP KINERJA ISOLAT BAKTERI DM-5

STONE MINERAL SALT SOLUTION EXTRACT YEAST (SMSSe) TERHADAP KINERJA ISOLAT BAKTERI DM-5 Nida Sopiah, La Ode Sumarlin, S...: Pengaruh Penambahan Mn 2+ dan Mg 2+ Pada Media Stone... PENGARUH PENAMBAHAN Mn 2+ DAN Mg 2+ PADA MEDIA STONE MINERAL SALT SOLUTION EXTRACT YEAST (SMSSe) TERHADAP KINERJA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN ISOLAT JAMUR DARI SALAH SATU SUMUR MINYAK DI MINAS DALAM MENDEGRADASI MINYAK BUMI

EVALUASI KEMAMPUAN ISOLAT JAMUR DARI SALAH SATU SUMUR MINYAK DI MINAS DALAM MENDEGRADASI MINYAK BUMI PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 21 Yogyakarta, 35 Oktober 21 EVALUASI KEMAMPUAN ISOLAT JAMUR DARI SALAH SATU SUMUR MINYAK DI MINAS DALAM MENDEGRADASI MINYAK BUMI Alpentri 1, Nuryati Juli 2 & Septoratno

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2010 TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2011 Waktu: 150 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjasama dengan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCIntersolusi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK BAAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 al 1 dari 19 BAB VII KIMIA ORGANIK Dari 109 unsur yang ada di alam ini, karbon mempunyai sifat-sifat istimewa : 1. Karbon dapat membentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 Manado 11-16 September 2011 LEMBAR JAWAB UjianTeori Bidang Kimia Waktu 210 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Media Kultur Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

A. Respirasi Selular/Aerobik

A. Respirasi Selular/Aerobik UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pendahuluan METABOLISME Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 4 SEL: RESPIRASI Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah ANABOLISME (Pembentukan molekul kompleks

Lebih terperinci

KOMPOSISI MINYAK BUMI

KOMPOSISI MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air. Bahan pencemar air yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara PEMBAHASAN Pangamatan morfologi sel menunjukkan bentuk sel batang, dan ada yang bulat. Sementara koloni bervariasi dari bentuk, tepian, elevasi dan warna. Hasil pewarnaan gram menunjukan bahwa ada isolat

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri. Sebanyak 5 gram limbah minyak hasil pengadukan dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut dimasukan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Fermentasi Kombucha. Kombucha merupakan sebagai minuman hasil fermentasi seduhan teh bergula yang mempunyai

Lebih terperinci

SINTESIS METIL ESTER DARI LIPID Bacillus stearothermophilus DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN BF 3. Dessy Dian Carolina NRP

SINTESIS METIL ESTER DARI LIPID Bacillus stearothermophilus DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN BF 3. Dessy Dian Carolina NRP SINTESIS METIL ESTER DARI LIPID Bacillus stearothermophilus DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN BF 3 Dessy Dian Carolina NRP 1406 100 024 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Surya Rosa Putra, MS Latar

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi A. PILIHAN GANDA 1. Molekul oksigen atau O2 merupakan lambang dari partikel a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur 2. Di antara zat berikut yang merupakan unsur ialah... a. Air

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena 27 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penyiapan Tepung Xilan Alami Bagas tebu, sekam padi dan tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang memiliki kandungan xilan yang potensial untuk dijadikan media

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Keberadaan amonium di alam dapat berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa protein. Senyawa ini perlu didegradasi menjadi gas nitrogen (N2) karena amonium menyebabkan

Lebih terperinci

Karakteristik Biologis Tanah

Karakteristik Biologis Tanah POLUSI TANAH DAN AIR TANAH Karakteristik Biologis Tanah Prof. Dr. Budi Indra Setiawan Dr. Satyanto Krido Saptomo, Allen Kurniawan ST., MT. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

Kimia Organik Pertemuan 1

Kimia Organik Pertemuan 1 Kimia Organik Pertemuan 1 Hidrokarbon Isomer struktur Alkana Hidrokarbon Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Contoh senyawa HC: minyak tanah,

Lebih terperinci

kimia HIDROKARBON III DAN REVIEW Tujuan Pembelajaran

kimia HIDROKARBON III DAN REVIEW Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI HIDROKARBON III DAN REVIEW Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut 1 Memahami definisi dan jenis-jenis isomer beserta contohnya

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Oleh ELOK WIDAYANTI 1406 201 808 PROGRAM MAGISTER KIMIA FMIPA ITS Surabaya 2008 Divisio Sub Divisio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring

Lebih terperinci