ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A"

Transkripsi

1 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN DAVID FAHMI. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA) Beras menjadi penting bagi rakyat Indonesia karena lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Beras juga komoditi yang strategis secara politis karena banyak kepentingan publik didalamnya seperti masalah ketahanan pangan, kondisi politik, stabilitas keamanan, stabilitas ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga perberasan nasional. Meningkatnya jumlah penduduk, lambatnya pertumbuhan produktivitas padi dan luas panen mengakibatkan produksi beras belum mampu memenuhi permintaan beras. Pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras untuk memenuhi permintaan beras melalui pendekatan penggunaan varieats unggul. Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masingmasing wilayah tidak sama. Tentunya kan berimbas pada penggunaan benih itu sendiri. Kabupaten Kediri sebagai kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur, peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan memiliki peranan penting dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kediri itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifkasi karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri (2) menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri (3) rekomendasi alternatif kebijakan yang perlu dilakukan terkait dengan usaha peningkatan produksi beras nasional. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri merupakan salah santu sentra produksi padi di Jawa Timur serta pentignya sektor pertanian pangan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kediri. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan tabulasi deskriptif untuk mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembelian. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah model multiatribut Fishbein, sedangkan untuk menganalisis kepuasan menggunakan Importance and Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Berdasarkan hasil karakteristik responden, petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara tahun dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang. Petani menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka. Pola tanam yang biasa digunakan petani di Kabupaten Kediri adalah padi-padi-jagung/palawija/hortikultura. Hasil panen padi biasanya berkisar antara 4 sampai 7,9 ton per hektar. Hasil proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa petani padi di Kabupaten Kediri memiliki motivasi dalam bertani padi karena turun temurun dari

3 ayah maupun kakek mereka. Mereka menyadari bahwa penggunaan benih varietas unggul sangatlah penting karena dengan menggunakan varietas unggul hasil panen akan lebih bagus atau meningkat. Informasi mengenai benih varietas unggul para petani lebih senang mencari informasi ke toko pertanian. Informasi yang dibutuhkan petani tentang benih varietas adalah kualitas benih, harga benih tidak terlalu menjadi pertimbangan. Varietas yang menjadi pertimbangan para petani adalah varietas IR 64, Ciherang, Memberamo, Ciboga, Cilamaya dan Intani. Hal yang menjadi pertimbangan utama mereka adalah produktivitas. Kebanyakan petani lebih sering membeli Memberamo. Harga benih saat ini menurut petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Tempat membeli benih tersebut di toko pertanian dengan pertimbangan sekalian membeli pupuk dan pestisida. Jarak yang biasanya ditempuh adalah 1-1,5 km dan dianggap mudah sekali diakses. Secara keseluruhan petani responden puas terhadap pembelian dan mereka tetap akan membeli jika harga mengenai kenaian. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani akan mencari di tempat lain. Berdasarkan hasil Importance and Performance Analysis, atribut-atribut yang dirasakan oleh petani memiliki kinerja yang rendah adalah harga GKG, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Sedangkan atribut-atribut yang memiliki kinerja yang baik adalah produktivitas, pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan dan harga benih. Berdasarkan hasil Customer Satisfaction Index, menunjukkan bahwa para petani puas terhadap kinerja atribut-atribut varietas unggul. Berdasarkan hasil model multiatribut Fishbein, petani lebih menyukai varietas Memberamo. Varietas IR 64 memiliki kelebihan pada umur tanaman yang lebih pendek, lebih tahan rebah dan lebih tahan hama penyakit namun produktivitas dan pemasaran hasil panen lebih trendah dari varietas Ciherangdan memberamo. Varietas Memberamo memiliki kelebihan pada hasil panen yang lebih tinggi, rasa nasi yang lebih enak dan pemasaran hasil panen yang lebih mudah dijual namun tidak tahan hama penyakit, tahan rebah dan memiliki umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah. Bauran pemasaran yang sekiranya perlu dilakukan adalah pengembangan produk yang bisa diterima petani maupun konsumen, penetapan harga benih varietas unggul yang sesuai dengan kualitas, peningkatan pelayanan serta promosi melalui toko pertanian. Saran peneliti yang bisa disarankan adalah perlu terus diupayakan pengembangan varietas yang lebih baik dan dapat diterima pasar maupun petani. Atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Atribut produktivitas dan rasa nasi tetap perlu dikembangkan karena merupakan faktor pertimbangan utama dalam membeli varietas unggul. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis IR 64 yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Pengembangan varietas sejenis Memberamo dengan perbaikan atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek. Pengembangan varietas Ciherang dengan peningkatan kinerja rasa nasi dan umur tanaman. Perlu adanya penelitian mengenai efektifitas penyediaan benih dan efektifitas saluran pemasaran benih.

4 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur : David Fahmi : A Mengetahui, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN. Bogor, Juli 2008 David Fahmi A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan, tanggal 8 Juni Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Mohammad Taufiq dan Munis Rasyidah. Penulis menempuh pendidiakn Taman Kanak-Kanak di TK Al-Khairat Ternate pada tahun 1990 sampai dengan tahun Pada tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan dasar di SDN Al-Khairat Ternate, kemudian pada tahun 1993 melanjutkannya di Madrasah Ibtidaiyah Sedayulawas, Lamongan. Pada tahun 1994 melanjutkan pendidikannya di SDN Ngronggo 5 Kediri sampai lulus pada tahun Pendidikan menengah dan atas ditempuh penulis di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam sampai tahun Pada tahun yang sama, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa kepanitiaan kampus dan organisasi kemahasiswaan, yaitu Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (KOPMA IPB) tahun dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi pertanian (MISETA) tahun

8 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap kata, setiap perbuatan dan setiap langkah selalu senantiasa untuk beribadah kepada-nya. Analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan skripsi yang bertujuan untuk menganalisis proses keputusan pembelian, sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul, serta rekomendasi alternatif kebijakan yang mungkin dapat dilakukan terkait usaha peningkatan produksi beras nasioanal. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidaklah sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki penulis selama berlangsungnya peneitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Juli 2008 Penulis

9 UCAPAN TERIMAKASIH Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan motivasi, kritik, saran, dan solusi atas terselesaikannya skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Faroby Falatehan, SP. ME, selaku dosen penguji wakil departemen yang telah berkenan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Dwi Rachmina, MS, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan masukan selama kuliah. 5. Bapak dan Ibu yang paling hebat, yang tiada henti mengalirkan do a, semangat, dukungan, dan cinta yang tanpa syarat. Terima kasih, ananda tak akan bisa membalas semua kebaikan bapak dan ibu. 6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan cucuran ilmu kepada penulis dan Sekretariat Agribisnis atas segala bantuannya. 7. Opik, Iwan, Nunu, Evan, Wahid, Yoga, Lukman, Saut dan Arisman terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 8. Ipunk, Tere, Agnes, Widi, Fanny, Sastrow, Uci, Intan, Nung, Pretty, Rani, Cumi, Mela, Dini, Neneng, Mami, Nuy, Endang, Anggi dan Yanti terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 9. Temen-temen AGB 41 yang telah menemani penulis selama 4 tahun masa kuliah. 10. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri atas informasi-informasi yang telah diberikan. 11. Semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, Juli 2008 Penulis

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Peneltitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Benih Padi Benih Bersertifikat Industri Benih Varietas Unggul Perkembangan Teknologi Perakitan Varietas Unggul Padi di Indonesia Varietas Unggul Nonhibrida dan Hibrida Varietas Nonhibrida Varietas Hibrida Penelitian terdahulu BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Konsumen Perilaku Konsumen Proses Keputusan Konsumen Attribut Produk Sikap Model Sikap Multiatribut Fishbein Importance and Performance Analysis Customer Satisfaction Index Bauran Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITITAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Atribut Produk Metode Pengolahan dan Analisi Data Analisis Deskriptif Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein Importance and Performance Analysis... 45

11 4.5.4 Customer Satisfaction Index Definisi Operasional BAB V GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEDIRI Letak Geografis Kabupaten Kediri Penduduk Pertumbuhan Ekonomi Peranan Sektoral Sektor Pertanian Kabupaten Kediri Tanaman Pangan Perkebunan Kehutanan Peternakan Perikanan BAB VI KARAKTERISTIK PETANI PADI DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI Karakteristik Petani Responden Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul Tahapan Pengenalan Kebutuhan Tahapan Pencarian Informasi Proses Evaluasi Alternatif Tahapan Keputusan Pembelian Tahapan Evaluasi Pasca Pembelian BAB VII ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI Analisis Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul Analisis Kepentingan dan Kinerja Atribut Diagram Kartesius Kepentingan dan Kinerja Atribut Benih Padi Varietas Unggul Customer Satisfaction Index Analisis Sikap Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul 93 BAB VIII REKOMENDASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN Produk Harga Tempat Promosi BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... DAFTAR TABEL vi viii

12 Nomor Halaman 1. Wilayah dan Jumlah Petani Responden Karakteristik Petani Responden Karakteristik Petani Responden Tahapan Pengenalan Kebutuhan Tahapan Pencarian Informasi Tahapan Evaluasi Alternatif Tahapan Keputusan Pembelian Proses Evaluasi Pasca Pembelian Tingkat Kepentingan Produktivitas Tingkat Kinerja Produktivitas Tingkat Kepentingan Rasa Nasi Tingkat Kinerja Rasa Nasi Tingkat Kepentingan Umur Tanaman Tingkat Kinerja Umur Tanaman Tingkat Kepentingan Tahan rebah Tingkat Kinerja Tahan Rebah Tingkat Kepentingan Tahan Hama dan Penyakit Tingkat Kinerja Tahan Hama dan Penyakit Tingkat Kepentingan Harga Gabah Kering Giling (GKG) Tingkat Kinerja Harga Gabah Kering Giling (GKG) Tingkat Kepentingan Harga Benih Tingkat Kinerja Harga Benih Tingkat Kepentingan Ketersediaan Benih di Pasaran Tingkat Kinerja Ketersediaan Benih di Pasaran Tingkat Kepentingan Pemasaran Hasil Panen Tingkat Kinerja Pemasaran Hasil Panen Tingkat Kepentingan dan Kinerja Benih Varietas Unggul Perhitungan Customer Satisfaction Index Varietas Unggul Hasil Perhitungan Model Sikap Mulatiatribut Fishbein... 94

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Produksi Beras, Permintaan Beras, Konsumsi Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Periode Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Periode Model Perilaku Konsumen Kotler Model Perilaku Konsumen Engel Matriks Importance and Performance Analysis Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional Diagaram Kartesius Importance and Performance Analysis Grafik Scatterplot IPA Benih Varietas Unggul... 90

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Padi, Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun Permintaan Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun Luas Panen, Produktivitas dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun Jumlah Kecamatan, Desa, Kelompok Tani, Petani, Kepemilikan Lahan, Komoditas Utama dan Pola Tanam Kab. Kediri Uji Validitas Atribut Metode Chi-Square Data Produksi Beras Provinsi Jawa Timur Penyebaran Varietas Unggul di Indonesia Tahun Informasi Varietas Unggul IR 64, Ciherang dan Memberamo Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Atribut dan Kinerja Benih Varietas Unggul IR Rekapitulasi Tingkat Kinerja Benih Varietas Unggul Memberamo dan Ciherang Kuisioner Penelitian Foto Kegiatan

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan komoditi penting karena lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Beras juga komoditi yang strategis secara politis karena banyak kepentingan publik didalamnya, seperti masalah ketahanan pangan, kondisi politik, stabilitas keamanan, stabilitas ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga perberasan nasional. Tingkat konsumsi beras nasional rata-rata saat ini sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ini melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia yang berkisar antara 80 sampai dengan 90 kg/kapita/tahun. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tentunya akan meningkatkan jumlah permintaan akan beras. Meningkatnya industri yang membutuhkan input berupa beras akan ikut menambah jumlah permintaan beras. Permintaan industri terhadap beras diperkirakan mencapai 23,5 persen dari konsumsi rumah tangga (Departemen Pertanian, 2005). Mempertimbangkan hal tersebut, maka permintaan beras pada tahun 2000 dapat dihitung sebesar 31,339 juta ton. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 31,820 juta ton dan terus meningkat menjadi 36,683 juta ton pada tahun Dari sisi produksi padi, produksi padi belum aman dalam memenuhi permintaan beras. Produksi beras pada tahun 2000 mencapai 32,696 juta ton, pada tahun 2003 meningkat menjadi 32,846 juta ton, kemudian meningkat mencapai 34,306 juta ton pada tahun Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 1. Selisih antara permintaan dan produksi beras dapat dijadikan indikator bahwa perberasan

16 2 nasional mengalami defisit atau surplus. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2006 Indonesia mengalami defisit Produksi Beras (kg) Konsumsi RT Sumber: BPS, 2007 (diolah) Gambar 1. Produksi Beras, Permintaan Beras, Konsumsi Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Periode Jumlah produksi beras mengalami peningkatan secara nominal namun laju pertumbuhan produksi beras mengalami penurunan dan laju pertumbuhan ini lebih rendah daripada laju pertumbuhan permintaan beras (Gambar 2). Hal ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan produktivitas padi dan pertumbuhan luas panen (Maulana, 2004). Hal ini tentunya akan memperbesar selisih permintaan dan produksi beras. Jika tidak segera diatasi maka dikhawatirkan pertumbuhan produksi beras tidak dapat mengimbangi permintaan beras akibat pertumbuhan penduduk dan industri yang terus meningkat. Permintaan Beras (konsumsi RT dan Industri) Permintaan Industri (23,5% dari Konsumsi RT)) Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Permintaan Sumber: BPS, 2007 (diolah) Gambar 2. Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Periode

17 3 Untuk meningkatkan produksi beras dalam mengimbangi kebutuhan beras dalam negeri serta meningkatkan ketahanan pangan maka pemerintah melakukan berbagai kebijakan, antara lain (1) merehabilitasi, dan ekstensifikasi infrastruktrur irigasi; (2) pembukaan lahan sawah baru; dan (3) memacu inovasi teknologi, termasuk revitalisasi sistem penelitian pengembangan pertanian serta sistem diseminasi inovasi pertanian dengan deregulasi dan penciptaan iklim kondusif bagi investor swasta dalam upaya mendorong pertumbuhan produksi padi nasional (Maulana et al., 2006). Salah satu bentuk program yang dilakukan pemerintah saat ini adalah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Program ini memiliki target utama, yaitu peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton setara beras atau 3,6 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2007, dan meningkat 5 persen pada tahun-tahun selanjutnya sampai pada tahun 2009 (Departemen pertanian, 2007). Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi Varietas Unggul Baru (VUB), Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) maupun varietas hibrida dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Kontribusi penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi beras telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984 (Nugraha dan Sayaka, 2004). Menurut Maulana et al.(2006) pertumbuhan produksi padi yang luar biasa pada periode serta keberhasilan berswasembada merupakan hasil dari perpaduan (1) adanya terobosan teknologi Revolusi Hijau (2) potensi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan masih tinggi (3) dukungan kebijakan komprehensif dan terpadu (4)

18 4 administrasi pemerintahan terpadu sentralistik dan (5) dukungan politik. Varietas unggul termasuk dalam bagian dari teknologi Revolusi Hijau. Teknologi revolusi hijau untuk padi pertama kali ditemukan oleh International Rice Research Institute (IRRI) pada pertengahan 1960-an. Karakteristik dasar dari teknologi ini adalah (1) benih unggul berumur pendek sehingga dapat meningkatkan hasil panen melalui peningkatan intensitas tanam; (2) responsif terhadap pupuk kimia utamanya urea sehingga dapat meningkatkan produktivitas melalui penggunaan pupuk; (3) membutuhkan lingkungan prima, utamanya irigasi terkelola (Maulana et al., 2006). Varietas unggul merupakan teknologi yang mudah, murah, dan aman dalam penerapan, serta efektif meningkatkan hasil. Teknologi tersebut mudah karena petani tinggal menanam. Murah karena varietas unggul yang tahan hama misalnya, memerlukan insektisida jauh lebih sedikit daripada varietas yang peka. Varietas unggul relatif aman, karena tidak menimbulkan polusi dan perusakan lingkungan. Sampai saat ini telah dihasilkan lebih dari 150 varietas unggul padi yang meliputi 80 persen total areal padi di Indonesia (Susanto, 2003), bahkan sejak tahun 1943 hingga kini, Indonesia telah melepas 191 varietas unggul (Las et al., 2004) Perumusan masalah Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi beras tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama.

19 5 Sedangkan pemerintah berupaya mendorong petani padi untuk menggunakan varietas-varietas unggul sebagai upaya untuk meningkatkan produksi padi. Menurut Las et. al. (2004) dari sekitar 80 VUB yang berkembang di petani, varietas IR 64 merupakan varietas unggul padi yang paling banyak digunakan petani padi di 12 provinsi penghasil padi utama di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali dan NTB. Hasil dari Statistik Badan Litbang Pertanian pada tahun 2002 menunjukkan verietas IR 64 menyebar 45,52 persen dari luas tanam di 12 provinsi tersebut. Varietas yang menonjol selain varietas IR 64 antara lain Way Apoburu (8,16%), Ciliwung (6,82%), Memberamo (4,59%), Ciherang (4,43%) dan Cisadane (2,63%). Pada tahun 2005 varietas IR 64 menyebar 31,4 persen, Ciherang 21,8 persen, Ciliwung 8 persen, Way Apo Buru 3,3 persen, IR 42 2,4 persen, Widas 1,8 persen dan Memberamo 1,6 persen (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2005). Hal ini menandakan secara keseluruhan bahwa terjadi perubahan perilaku petani padi terhadap varietas-varietas tersebut mengingat perilaku petani padi bersifat dinamis. Penyebaran varietas unggul berbeda-beda di setiap wilayah sentra produksi padi. Varietas IR 64 relatif masih banyak ditanam oleh petani padi di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ngawi, dengan proporsi masing-masing kabupaten sebesar 64 persen dan 70 persen (Nugraha dan Sayaka, 2004). Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Kediri termasuk dalam kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur. Keadaan ini berbeda dengan sentra produksi padi di Jawa Barat seperti Kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang. Varietas yang relatif banyak ditanam oleh petani padi di ketiga kabupaten tersebut adalah varietas Ciherang. Masing-masing dengan luas areal tanam 39,9 persen, 36,1 persen dan 37,9 persen, sedangkan luas

20 6 areal varietas IR 64 hanya 28,1 persen, 17,1 persen dan 14,1 persen dari total luas tanam padi di masing-masing kabupaten tersebut (Las et al, 2004). Hal-hal yang telah diuraikan di atas menandakan terdapat perbedaan perilaku, sikap dan kepuasan petani padi terhadap varietas unggul. Hal ini tidak lepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologis dan fakorfaktor lainnya. Kondisi-kondisi tersebut tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih varietas unggul sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sebagian besar (47,27 %) penduduk di Kabupaten Kediri masih bergantung pada sektor pertanian (BPS, 2003). Kabupaten Kediri dapat dikategorikan sentra produksi beras dengan pertimbangan luas panen yang menduduki peringkat ke-8 (Departemen Pertanian Jawa Timur, 2007). Sektor pertanian tanaman pangan menyumbang 22,96 persen terhadap pembentukan Pendapatan Daerah Rata-Rata Bruto (PDRB) Kabupaten Kediri serta memiliki peranan penting dalam pembentukan PDRB Jawa Timur. Sehingga penelitian terhadap perilaku petani padi, sikap mereka terhadap benih padi dan tingkat kepuasan mereka dalam menggunakan benih varietas unggul di Kabupaten Kediri menarik untuk dilakukan. Berdasarakan penjelasan tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri? 2. Bagaimana sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri?

21 7 3. Bagaimana strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan para petani padi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik petani padi dan proses keputusan pembelian benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. 2. Menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. 3. Merekomendasikan strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani padi berdasarkan bauran pemasaran Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penangkar, dapat menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat dengan melihat apa yang dibutuhkan dan diinginkan petani padi terhadap benih padi varietas unggul. 2. Pemerintah melalui intansi terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan masukkan dalam perencanaan peningkatan produksi beras nasional. 3. Lembaga ilmu pengetahuan dan bidang penelitian, dapat mengembangkan jenis-jenis padi yang diharapkan oleh petani padi. 4. Pembaca pada umumnya, dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

22 8 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benih padi yang akan menjadi bahan penelitian ini merupakan varietas benih padi yang ditanam di areal persawahan (varietas benih padi sawah) karena varietas benih padi ini paling banyak diusahakan oleh petani. 2. Dalam penelitian ini varietas benih padi yang akan diteliti adalah varietas benih padi yang secara umum dipakai petani padi di Kabupaten Kediri yaitu varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo. 3. Petani padi yang menjadi objek penelitian adalah petani padi yang melakukan pengambilan keputusan pembelian (bukan buruh tani) dan menggunakan benih padi varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo. Keterbatasan penelitian ini adalah hasil penelitian tidak bisa dianggap sama jika dilakukan didaerah lain mengingat kultur budaya, demografi, ekonomi, politik dan aspek-aspek lainnya tentunya berbeda pada setiap daerah. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan data jumlah petani padi (responden) yang diperoleh karena jumlah responden adalah jumlah sampel minimal dalam pengolahan data dan pemenuhan syarat penelitian serta adanya keterbatasan waktu dan biaya.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Benih Padi Benih adalah biji tumbuhan yan berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun kualitas hasilnya. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi bahan pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan pemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian. Benih unggul adalah bahwa benih itu murni, bernas, sehat dan kering, bebas dari penularan penyakit cendawan, bebas dari campuran biji-biji rerumputan dan lainlainnnya (Siregar, 1981). Benih bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993). Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati, melalui SK Menteri Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas, yaitu:

24 10 1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS) Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan atau instansi yang menanganinya (lembaga Penelitian atau Perguruan Tinggi). Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khsusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih. 2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS) Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi dan identitas genetisnya dapat terpelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Nasional yang disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih. 3. Benih pokok atau Stock Seed (SS) Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu. 4. Benih sebar atau Ekstension Seed (ES) Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.

25 Benih Bersertifikat Hal yang membedakan benih bersertifikat dengan benih biasa adalah benih bersertifikat merupakan benih yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman dan kemudian disertifikasi oleh Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih (BPSB). Sedangkan benih biasa merupakan benih yang disisihkan dari panen pertanaman komoditas yang bersangkutan dan tidak disertifikasi oleh BPSB. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem Budi Daya Tanaman yang menyebutkan bahwa varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari luar negeri sebelum diedarkan terlebih dahulu mendapat izin dilepas oleh pemerintah. Varietas yang belum dilepas oleh pemerintah dilarang diedarkan. Benih dari varietas yang telah dilepas tersebut disebut benih bina. Benih bina yang diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurutt Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikat dibandingkan dengan benih biasa diantaranya adalah: 1. Penghematan penggunaan benih, misalnya untuk padi dari rata-rata kg/ha menjadi kg/ha. 2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakan buah sehingga dapat dipanen sekaligus. 3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam. 4. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan haisl panen 5-15 persen per hektar.

26 12 5. Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan. 6. Mutu benih dapat menentukan kebutuhan dan respon sarana produksi lainnya, dimana peranan sarana produksi tidak akan terliha apabila benih yang digunakan tidak bermutu. 2.3 Industri Benih Industri benih berperan untuk menghasilkan produk benih yang tidak mengalami perubahan bentuk dalam pemrosesasnnya. Disebut industri karena prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dan berakhir menjadi produk siap pakai yang dalam hal industri benih berupa benih suatu varietas tanaman. Menurut Sadjad (1997) industri benih dapat dibagi menjadi lima tingkat berdasarkan teknologinya, yaitu: 1. Industri benih tingkat I, dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi sederhana. 2. Industri benih tingkat II, merupakan industri yang telah menggunakan mesinmesin pembersih. 3. Industri benih tingkat II, merupakan industri benih yang melaksanakan pemilahan benih yang sudah bersih. Benih ini dipilah berdasarkan besar butiran, panjang, lebar, tebal atau berat. Industri ini menghasilkan kinerja fisik benih yang prima. 4. Industri benih tingkat IV. Industri pada tingkat ini selain memproduksi sebagaimana pada industri tingkat III juga selalu berhubungan dengan lembaga litbang (selaku penghasil varietas dan mulai memasuki program sertifikasi), meski belum memilikinya sendiri untuk lebih terjamin kelanjutan industrinya.

27 13 5. Industri benih tingkat V. Industri ini memiliki kemampuan memproduksi benih hasil litbang sendiri. Litbang ini selain memproduksi varietas hibrida yang selalu diperbaharui juga melakukan penelitian dan pengembangan bioteknologi. 2.4 Varietas Unggul Siregar (1981) mendeskripsikan varietas unggul adalah varietas dimana tanaman-tanaman mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada sifat yang dimiliki varietas padi lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama penyakit, lebih tahan terhadap tumbangnya tanaman, dan rasa nasi yang lebih enak. 2.5 Perkembangan Teknologi Perakitan Varietas Unggul Padi di Indonesia Secara umum perkembangan teknologi perakitan varietas unggul padi di Indonesia dapat dipilah ke dalam tiga periode (Las et al., 2004), yaitu era sebelum tahun 1970-an, era thaun 1970-an hingga sebelum swasembada beras (pra-ir 64), dan era pascaswasembada beras (era IR 64). 1. Era sebelum tahun 1970-an Di Indonesia, perakitan varietas unggul padi melalui persilangan dimulai tahun 1920-an dengan memanfaatkan gen pool yang dibentuk melalui introduksi tanaman (Harahap et al. dalam Las et al.,2004). Hingga tahun 1960-an, pemuliaan padi diarahkan pada pembentukan varietas untuk lahan tadah hujan yang kurang subur atau varietas yang kurang responsif terhadap pemupukan.

28 14 Varietas padi hasil persilangan di dalam negeri yang pertama kali dilepas pada tahun 1943 adalah Bengawan. Varietas ini memiliki latar belakang genetik hasil perbaikan dari varietas Cina yang berasal dari Cina, Latisail dari India dan Benong dari Indonesia (Hargrove et al. dalam Las et al.,2004). Varietas Bengawan berumur hari setelah sebar (HSS), tinggi tanaman cm, memiliki rasa nasi yang enak (Daradjat et al. dalam Las et al.,2004), dengan daya hasil 3,5-4,0 ton/ha. Contoh padi tipe Bengawan adalah varietas Bengawan (dilepas tahun 1943), Sigadis (1953), Remaja (1954), Jelita (1955), Dara (1960), Sinta (1963), Dewi Tara (1964), Arimbi (1965), Bathara (1965) dan Dewi Ratih (1969) 2. Era tahun 1970-an hingga sebelum swasembada beras (pra-ir 64) Selain untuk meningkatkan potensi hasil, program pemuliaan pada era ini juga diarahkan untuk memperbaiki rasa nasi. Dua varietas introduksi yang dilepas sebelumnya, yaitu PB8 atau IR8( yahun 1967) dan PB5 atau IR 5 (tahun 1968) dengan potensi hasil 4,5-5,5 ton/ha, digunakan sebagai sumber gen untuk memperbiki sifat-sifat varietas unggul yang sudah ada. Persilangan antara PB5 dan Shinta menghasilkan varietas Pelita-I-1 dn Pelita I-2 yang dilepas tahun Kedua varietas tersebut memiliki daya hasil yang cukup tinggi dan rasa nasi yang lebih enak disbanding PB5. Namun karena rentan terhadap wereng coklat maka kedua varietas tersebut tidak dapat bertahan lama. Sejak itu program perakitan varietas padi diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil, tetapi juga untuk memperbaiki

29 15 ketahanan terhadap hama dan penyakit utama. Selanjutnya dirakit dan dikembangkan sejumlah varietas unggul baru seperti Serayu (1978), Asahan (1978), Brantas (1978), Citarum (1978), Semeru (1980), Cisadane (1980), Cipunagara (081), Krueng Aceh (1981), Sadang (1983), dan Cikapundung (984). Diantara varietas unggul tersebut, Cisadane yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 berkembang pesat di kalangan petani dan menjadi contributor utama dalam swasembada beras tahun Namun, popularitas Cisadane kemudian menurun tajam sejalan dengan berkembangnya wereng coklat biotipe 3. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan introduksi beberapa galur dari IRRI, satu diantaranya dilepas sebagai varietas IR 64 yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 dan rasa nasinya enak. 3. Era swasembada beras (era IR 64) Dilepas tahun 1986, IR 64 berkembang dengan cepat karena disukai oleh sebagian besar petani dan konsumen, terutama karena rasa nasi yang enak, umur genjah dan hasil yang relatif tinggi. Hingga saat ini, luas areal tanam IR 64 mencapai 61persen dari luas tanam padi di Indonesia, disusul oleh varietas lokal (10%), Memberamo (8%), Way Apoburu (8%), IR66 (6%) dan Cisadane ( 6%) (direktorat Bina Perbenihan dalam Las et al.,2004). Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) tahun 2004 di 12 provinsi penghasil utama padi menunjukkan IR 64 masih mendominasi areal tanam padi dengan porsi 45 persen dari luas panen sekitas 9,2 juta ha. Upaya meningkatkan potensi hasil dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan heterois melalui perakitan varietas padi hibrida dan padi tipe baru

30 16 (PTB). Beberapa varietas yang dilepas setelah IR 64 adalah Ciliwung (1989), Barumun (1991), Memberamo (1995), Way Apoburu (1998), Widas (1999), Ciherang 2000), Tukad Unda (2000), Konawe (2001), Sintanur (aromatic, 2001), Cimelati semi PTB, 2002), Gilirang (semi PTB aromatic, 2002), Maro (hibrida, 2002), Rojan (hibrida, 2002) dan Fatmawati (PTB, 2003). 2.6 Varietas Unggul Nonhibrida dan Hibrida Varieatas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu varietas nonhibrida dan varietas hibrida. Verietas nonhibrida terdiri dari Varietas Unggul Baru (VUB) dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB). Sedangkan varietas hibrida hanya meliputi varietas hibrida. Berikut ini penjelasan umum mengenai dua kelompok varietas tersebut Varietas Nonhibrida Varietas unggul baru merupakan verietas hasil dari persilangan biasa antara padi jenis indica (cere). Sedangkan VUTB dihasilkan melalui persilangan antara padi jensi indica dengan japonica (Las et al., 2004). Prinsip utama dalam pembentukan VUTB adalah melakukan modifikasi arsitektur tanaman pada varietas modern masa kini agar mampu menghasilkan biomassa dan indeks panen yang tinggi. Padi tipe baru (PTB) memiliki sifat penting, antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, (b) malai lebih panjang dan lebat (>300 butir/malai), (c) batang besar dan kokoh, (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua,

31 17 (e) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB persen tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las et al., 2004) Varietas Hibrida Padi hibrida yang dikembangkan di Indonesia bertumpu pada sistem tiga galur atau melibatkan tiga galur tetua, yaitu galur mandul jantan (GMJ atau A), galur pelestari atau maintainer (B) dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur pelestari dan pemulih kesuburan memiliki tepungsari yang normal (fertil) sehingga mampu menghasiklan benih sendiri. Galur mandul jantan hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki tepung sari dari tanaman lain. Galur mandul jantan bila diserbuki oleh galur pelestari menghasilkan benih GMJ, sedangkan bila diserbuki oleh galur pemulih kesuburan menghasilkan benih F1 hibrida (Las et al., 2004). Sifat yang paling diharapkan dari varietas hibrida adalah tingkat produksinya persen lebih tinggi daripada verietas unggul baru dan lebih tahan hama dan penyakit daripada varietas unggul baru (Las et al., 2004). Hal ini penting karena hasil varietas hibrida meskipun tinggi namun belum stabil dan masih kurang tahan terhadap wereng coklat, penyakit hawar daun, penyakit virus tungro. 2.7 Penelitian Terdahulu Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah banyak penelitian yang membahas permasalahan benih dan preferensi konsumen (sebagai bagian dari perilaku konsumen). Sugara (2007) mengangkat permasalahan mengenai kepuasan konsumen instan temulawak Taman Sringanis. Tujuan peneletian ini adalah untuk menganalisis karkteristik konsumen instan temulawak, menganalisis proses

32 18 keputusan pembelian konsumen instan temulawak, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut instan temulawak dan untuk menentukan bauran pemasaran yang sesuai bagi Taman Sringanis. Pengumpulan sampling data yang dilakukan untuk menunjang penelitian tersebut menggunakan teknik convenient yang berarti sampel responden adalah responden yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Wachizin (2007) menganilisis mengenai preferensi konsumen rook kretek dan rokok nonkretek. Peneliitn ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab rokok kretek tetap mampu menjadi pemimpin pasar, menganalisis variabel demografi sampel konsumen rokok di kota Bogor, menganalisis korelasi antara atribut-atribut rokok yang mempengaruhi sampel konsumen rokok di kota Bogor dalam memilih jenis rokok. Teknik pengambilan sampel konsumen dilakukan secara non probability menggunakan teknik convenient, sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tabulasi silang (Crosstabs), Multiatribut Fishbein, The Mann_Whitney U test, Korelasi Rank Spearman serta Chi Square. Hasil dari penelitin ini adalah variabel umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap preferensi. Sedangkan variabel yang mempengaruhi terhadap preferensi konsumen kretek maupun konsumen nonkretek hanya variabel tingkat pendidikan. Ramadhan (2007) juga mengangkat topik tentang preferensi konsumen terhadap energy drink sachet. Produk yang diamati dalam penelitian tersebut adalah

33 19 Extra Joss, Hemaviton Jreng dan Kuku Bima Ener-G. tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen energy drink sachet, menganilisis sikap atau preferensi konsumen terhadap atribut-atribut minuman berenergi sachet dan merumsukan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk market leader energy drink sachet merek Extra Joss. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling, dimana sampel merupakan responden kosnumen minuman berenergi yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner (berada pada tempat dan waktu yang tepat). Lokasi pengambilan responden dilakukan secara accidental dan jumlah resonden yang dijadikan sampel adalah 100 responden. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode model multiatribut Fishbein dan Importance Performance Analysis (IPA). Model multiatribut digunakan untuk mengetahui merek mana yang paling disukai oleh konsumen energy drink sachet. Sedangkan Importance Performance Analysis digunakan untuk mengetahui atribut apa saja yang perlu diperbaiki, dipertahankan maupun diproritaskan dalam pemasaran. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Kuku Bima Energ-G merupakan minuman berenergi yang paling disukai oleh responden. Penelitian Haryadi (2004) menyebutkan bahwa jenis benih yang sering digunakan oleh petani di kecamatan Warungkondang antara lain IR 64, Widas, Way Apoburu, Pandan Wangi dan Rojo Lele. Dari hasil penelitian tersebut, jenis IR 64 merupakan jenis benih yang umum dipakai dan semua responden pernah memakai jenis ini.

34 20 Berdasarkan penelitian tersebut alasan para petani memilih jenis-jenis benih padi adalah umur tanaman, produktivitas, tahan kerebahan, tahan hama dan penyakit, rasa, harga, mudah/tidaknya benih didapatkan. Umur tanaman berperan penting dalam memprediksi kapan tanaman panen, kapan waktu untuk menanam, bagaimana peluang merotasi pola tanaman dan bagaimana mengatur keuangan keluarga. Pada umumnya padi dengan umur pendek lebih disukai oleh petani. Produktivitas tanaman yang tinggi tentunya lebih disukai karena mendatangkan hasil panen yang lebih tinggi dan mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi pula. Tanaman yang memiliki tahan terhadap kerebahan juga disukai oleh petani karena akan mengurangi kehilangan butir padi. Ketahanan terhadap hama dan penyakit akan mempengaruhi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pestisida. Rasa dipengaruhi oleh permintaan pasar, dan para petani merespon permintaan tersebut dengan memperhatikan jenis benih yang digunakan. Survey pada tahun 2002/2003 membuktikan bahwa, sekitar 90 persen dri 9,2 juta ha areal pertanaman padi sawah (lebih dari 80 persen luas tanaman padi nasional) di 12 provinsi penghasil utama padi telah ditanami varietas unggul. Dari sekitar 80 varietas unggul yang berkembang di petani, jenis Way Apoburu, Ciliwung, Memberamo dan Ciherang paling disukai dan diharapkan dapat menggantikan IR 64 yang populer sejak lebih dari lima belas tahun yang lalu (Las et al., 2004). Penelitian ini dapat diketahui bahwa konsumen benih padi mulai mencoba jenis varietas lain selain IR 64 untuk kegunaan dan pasar yang berbeda pula. Seperti penelitian yang dilakukan Nugraha dan Sayaka (2004), bahwasannya IR 64 dan Kapuas yang memiliki kadar serat rendah dan suhu gelatinsasi awal rendah sehingga

35 21 cocok untuk industri makanan bayi. Beras Cisokan dan Mahakam memiliki suhu gelatinasi awal dan puncak yang rendah sehingga cocok untuk canned rice. Beras dengan kadar amilosa tinggi dan vikositas rendah sehingga cocok untuk industri bihun, jenis yang memiliki karakter ini antara lain Cisokan, IR36, IR42, Jatiluhur dan Progo. Sementara itu, beras varietas Gilirang dan Sintanur dicirikan oleh aromatik yang sangat disukai oleh konsumen tertentu. Beras varietas Memberamo yang sangat bening dengan kadar butir mengapur dan presentase beras pecah rendah, sangat cocok untuk produksi beras berkualitas ekspor (beras kristal). Girsang (2003) mengangkat topik kepuasan petani padi terhadap insektisida X. tujuan dari penelitian ini adalah menganalisi profil/karakteristik petani padi dan tingkat kepuasan petani dalam penggunaan insektisida X dan merumuskan alternatifalternatif kegiatan pemasaran dalam upaya meningkatkan kepuasan petani dalam penggunaan insektisida. Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi padi terbesar di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Karawang. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode multistage random sampling. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah analisis cluster, analisis CHAID, Thurstone analysis dan Importance Performance Analysis. Penelitian ini meniliti petani dengan membagi petani-petani kedalam empat segmen, yaitu: segmen experience, rational, follower dan trendsetter. Penilaian kinerja dan kepentingan atribut diukur sesuai dengan segmen-segmen tersebut sehingga perusahaan insektisida X dapat membenahi kinerja atribut di setiap segmen. Pasar sasaran perusahan yang dinilai tepat dan sesuai kemampuan perusahan adalah segmen experience, rational dan trendsetter.

36 22 Dari penelitian terdahulu yang mengangkat topik perilaku konsumen, terlihat bahwa penelitian mengenai preferensi (sikap) konsumen dan kepuasan konsumen menarik untuk dilakukan. Pada umunya untuk menganalisis kedua hal tersbut, alat analisis sikap multiatribut Fishbein, Importance Performance Analysis dan Costumer Satisfaction Index merupakan alat analisis yang ideal untuk mengetahui posisi produk suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing, mengetahui atribut apa saja yang perlu mendapat perhatian dan mengetahui sejauh mana kepuasan konsumen terhadap produk perusahaan.

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Kotler (2005) konsumen adalah individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Solomon (1992) memberikan pengertian yang lebih luas lagi tentang konsumen. Konsumen adalah individu yang mengidentifikasi apa yang dibutuhkan (produk mapun jasa), melakukan pembelian terhadap apa yang dibutuhkan dan mengevaluasi pembelian terhadap apa yang dibutuhkan Perilaku Konsumen Solomon (1992) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada individu maupun kelompok dalam melakukan pembelian, penggunaan maupun penentuan produk, jasa, ide maupun pengalaman untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahulukan dan menyusul tindakan ini. Menurut Kotler

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

Peranan dan Dominasi Varietas Unggul Baru dalam Peningkatan Produksi Padi di Jawa Barat

Peranan dan Dominasi Varietas Unggul Baru dalam Peningkatan Produksi Padi di Jawa Barat Peranan dan Dominasi Varietas Unggul Baru dalam Peningkatan Produksi Padi di Jawa Barat Indah Nurhati 1, S. Ramdhaniati 1, dan N. Zuraida 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat 2 Balai Besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduknya dengan tingkat konsumsi rata-rata 141 kg/kapita/tahun. Walaupun

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

Studi Komersialisasi Benih Padi Sawah Varietas Unggul. Study on Commercialization of Released Lowland Rice Variety

Studi Komersialisasi Benih Padi Sawah Varietas Unggul. Study on Commercialization of Released Lowland Rice Variety Studi Komersialisasi Benih Padi Sawah Varietas Unggul Study on Commercialization of Released Lowland Rice Variety Setia Hadi 1*, Tati Budiarti 1 dan Haryadi 2 Diterima 16 Februari/Disetujui 5 April 25

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

Padi. Sistem budidaya padi, ada 4 macam

Padi. Sistem budidaya padi, ada 4 macam Padi Padi : salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ke-3 dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Merupakan sumber karbohidrat utama bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi padi nasional terus menerus mengalami peningkatan sepanjang empat tahun terakhir. Pada saat dunia mengalami penurunan produksi pangan, Indonesia berhasil meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN.. x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN.. x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN.. x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Rumusan Masalah 5 1.3. Tujuan Penelitian.. 6 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Idris Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Bptp-sultra@litbang.deptan.go.id Abstrak Penyebaran

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Lebih terperinci

Pemuliaan Tanaman Serealia

Pemuliaan Tanaman Serealia Pemuliaan Tanaman Serealia Padi Padi : salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ke-3 dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Hal ini di pilih berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H34052032 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI BERSUBSIDI DI KECAMATAN SINGOSARI, KAB. MALANG PENDAHULUAN

KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI BERSUBSIDI DI KECAMATAN SINGOSARI, KAB. MALANG PENDAHULUAN P R O S I D I N G 296 KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI BERSUBSIDI DI KECAMATAN SINGOSARI, KAB. MALANG Riyanti Isaskar 1, Rini Dwiastuti 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber karbohidrat sebesar 84,83 %, protein 9,78%, lemak 2,20%, mineral 2,09%, serat kasar 1,10%

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian di vinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor. Tanaman pangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Segregasi Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe padi yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil persilangan ditanam

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi. Tanaman padi menurut Steenis (1978) termasuk dalam suku padi-padian

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi. Tanaman padi menurut Steenis (1978) termasuk dalam suku padi-padian TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Tanaman padi menurut Steenis (1978) termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae), merupakan terna semusim, berakar serabut; batang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA Oleh : Bambang Sayaka I Ketut Kariyasa Waluyo Yuni Marisa Tjetjep Nurasa PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS (SANG HYANG SERI) DI KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS (SANG HYANG SERI) DI KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS (SANG HYANG SERI) DI KABUPATEN BOGOR FACHRY RAMADHAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN P R O S I D I N G 401 TANTANGAN KEBUTUHAN BENIH DI MASA YANG AKAN DATANG: STUDI KASUS PADA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK BENIH PADI PAK TIWI-1 DI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Akbar Arif

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 10 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI A. DEFINISI Benih

Lebih terperinci

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Untuk menjaga konsistensi produksi beras dan oleh karena urgensi dari pangan itu sendiri maka dibutuhkan sebuah program yang bisa lebih mengarahkan petani dalam pencapaiannya.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat

Lebih terperinci

Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti

Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti ABSTRAK Padi merupakan sumber makanan pokok penduduk Indonesia.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci