BAB III PEMBAHASAN. Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Boyolali,
|
|
- Liani Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 34 BAB III PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN MASALAH 1. Cara Penetapan Besarnya Pajak Restoran Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Boyolali, Wajib Pajak restoran khususnya di Kabupaten Boyolali masih banyak yang belum membayar pajaknya atau masih bandel yang seharusnya ditetapkan oleh pihak pemungut atau DPPKAD. Penulis dalam menyusun Tugas Akhir memperoleh sampel dari beberapa restoran yang ada di Kabupaten Boyolali, sampel tersebut meliputi restoran atau rumah makan, warung dan ketering. Penulis mengambil 30 sampel dari 3 jenis usaha restoran. Sedangkan untuk observasi, penulis memerlukan waktu selama 2 hari untuk wawancara. Pemerintah Kabupaten Boyolali menetapkan tarif Pajak Restoran sebagai berikut: Cara Penetapan Besarnya Pajak Restoran adalah sebagai berikut TARIF X OMZET Tarif yang berlaku di Kabupaten Boyolali adalah 10% dan dikalikan jumlah pembayaran yang diterima Restoran (DPP). Restoran dimaksud 34
2 35 adalah untuk semua jenis restoran semacam warung, katering, dan rumah makan. Untuk mengetahui potensi dan penerimaan pajak restoran, seharusnya menentukkan komponen potensinya tersebut. Potensi dari restoran antara lain: jenis rumah makan, harga rata-rata, rata-rata pembeli, dan fasilitas lain yang dapat menambah pembayaran. Penulis menggunakan rumus yang digunakan untuk menghitung potensi sebenarnya pajak restoran di kabupaten Boyolali sebagai berikut: Tabel 3.1 Rumus yang menghitung potensi pajak restoran kategori rumah makan dan restoran DPP/OMZET Omset per bulan Potensi pajak per tahun Potensi pajak per bulan Omset per hari Sumber: DPPKAD Kabupaten Boyolali Rata-rata pembeli X menu yang dipesan Omset per hari X 30 Potensi pajak per bulan X 12 Omset per bulan X 10% Omset/jam X lama buka Tabel 3.2 Rumus Menghitung Potensi Pajak Restoran Kategori Warung DPP/OMZET Omset per bulan Potensi pajak per tahun Potensi pajak per bulan Omset per hari Sumber: DPPKAD Kabupaten Boyolali Rata-rata pembeli X menu yang dipesan Omset per hari X 30 Potensi pajak per bulan X 12 Omset per bulan X 10% Omset/jam X lama buka Tabel 3.3 Rumus Menghitung Potensi Pajak Kategori Katering Potensi Pajak per Tahun Potensi Pajak per Bulan DPP/Omset per bulan Potensi Pajak per bulan X 12 Omset per Bulan X 10 % Rata-rata transaksi sebulan X Rata-rata nilai transaksi Sumber: DPPKAD Kabupaten Boyolali Berikut tabel 3.4 sampel daftar wajib pajak restoran kategori Warung di Kabupaten Boyolali berdasarkan perhitungan Potensi Pajak tahun 2015: 35
3 36 36
4 37 Tabel 3.4 Perhitungan Pajak Restoran Kategori Warung di Kabupaten Boyolali Berdasarkan Observasi Tahun 2015 Nama Restoran Rata-rata pembelian/ jam Omzet/Jam (Rp) Lama Buka Omzet/Hari (Rp) Omzet/Bulan (Rp) Potensi Pajak Bulan (Rp) A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 A , , , , ,00 Total , , , ,00 Sumber : Data Primer Diolah Dari tabel 3.4 di atas dapat di ketahui bahwa potensi pajak restoran terutama untuk kategori Warung di Kabupaten Boyolali sebesar Rp ,00 per bulan dan potensi per tahun Rp ,00. Untuk mengetahui potensi pajak restoran, omzet per bulan dikalikan dengan tarif pajak restoran sebesar 5%. Potensi penerimaan pajak A17 Rp per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A18 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A19 Rp ,00 per bulan dan ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A20 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan A21 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A22 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A23 Rp ,00 dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A24 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi penerimaan pajak A25 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00. Potensi penerimaan pajak A26 Rp ,00 per bulan dan Rp ,00 per tahun. Potensi Pajak Tahun (Rp) 37
5 38 Tabel 3.5 Perhitungan Pajak Restoran Kategori Katering di Kabupaten Boyolali Berdasarkan Observasi Tahun 2015 Sumber : Nama Restoran Rata-rata transaksi dalam sebulan Rata-rata Nilai Transaksi Katering Omzet/Bulan Potensi Pajak Bulan Potensi Pajak Tahunan Data Primer K K K K K , , , ,000 K K K K K K K K K K K TOTAL Diolah Dari tabel 3.5 di atas dapat diketahui bahwa potensi pajak restoran terutama dari sektor katering di Kabupaten Boyolali sebesar Rp 2,348,978 per bulan dan potensi pajak pertahun sebesar Rp 28,187,736 untuk mengetahui potensi pajak restoran dengan dikalikan tarif omzet sebesar 10%. Potensi penerimaan pajak K1 Rp perbulan dan per tahun. potensi penerimaan pajak K2 Rp perbulan dan per tahun. Potensi Penerimaan Pajak K3 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K4 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K5 Rp 1.280,000 perbulan dan Rp 38
6 ,000 pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K6 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K7 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K8 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K9 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K10 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K11 Rp perbulan dan pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K12 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K13 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K14 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K15 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak K16 Rp perbulan dan Rp pertahun. Tabel 3.6 Perhitungan Pajak Restoran Kategori Restoran dan Rumah Makan di Kabupaten Boyolali Berdasarkan Wawancara Tahun 2015 Nama Restoran Rata-rata Pembelian /Jam Omzet/ Jam (Rp) Lama Buka Omzet/ Hari Omzet/ Bulan Potensi Pajak bulan Potensi pajak Tahun A , ,67 12, A , , A , , A , , A , ,
7 40 A , , A , , A , , A , , A , A , , A , , A , , A , , A , A , , TOTAL Sumber : Data Primer Diolah Dari tabel 3.6 di atas dapat diketahui bahwa potensi pajak restoran terutama untuk kategori Restoran dan Rumah Makan di Kabupaten Boyolali sebesar Rp perbulan dan potensi pertahun Rp Untuk mengetahui potensi pajak restoran, omzet perbulan dikalikan dengan tarif pajak restoran sebesar 5%. Potensi penerimaan Pajak A1 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak A2 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak A3 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak A4 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A5 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A6 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A7 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak A8 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi Penerimaan Pajak A9 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A10 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A11 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi 40
8 41 penerimaan pajak A12 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A13 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A14 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A15 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi penerimaan pajak A16 Rp perbulan dan Rp pertahun. Potensi pajak restoran dari kategori rumah makan dan restoran berdasarkan hasil wawancara penulis menghitung omzet ternyata tinggi, secara total pajak yang seharusnya terutang sebesar Rp ditahun Namun kenyataan pajak yang masuk ke DPPKAD tidak sesuai omzetnya, hal ini menunjukkan wajib pajak dalam membayar pajaknya tidak sesuai dengan aturan yang berlaku berdasarkan Omzet. Tabel 3.7 Perhitungan Total Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali Berdasarkan Tinjauan Lapangan tahun 2015 Restoran atau Katering per tahun Warung Per tahun Total Per tahun Rumah Makan (b) (c) (a)+(b)+(c) Per Tahun (a) , Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 3.7 di atas dapat disimpulkan bahwa total pajak pertahun diperoleh dari pajak restoran dari kategori Restoran atau Rumah Makan ditambah dengan total Pajak Restoran dari kategori Katering, dan ditambah dengan total pajak restoran dari kategori warung. Total pajak restoran pertahun di Kabupaten Boyolali pada tahun 2015 sebesar Rp Berikut ini tabel data target realisasi pajak restoran di Kabupaten Boyolali tahun : Tabel
9 42 Target Realisasi Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali tahun Tahun Target Realisasi Tingkat Efektivitas 2013 Rp ,7% 2014 Rp ,5% 2015 Rp ,2% Sumber: DPPKAD Kabupaten Boyolali Berdasarkan tabel 3.8 di atas dapat disimpulkan bahwa realisasi pajak restoran pada tahun telah mencapai target bahkan melebihi target yang ditetapkan. Pada tahun 2013 realisasi pajak restoran sebesar Rp melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp Rp atau tingkat efektivitas sebesar 119,7%. Pada tahun 2014 realisasi pajak restoran sebesar Rp melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp atau tingkat efektivitas sebesar 127,5%. Pada tahun 2015 realisasi pajak restoran sebesar Rp melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp atau tingkat efektivitas sebesar 118,2%. 42
10 43 Tabel 3.9 Potensi Realisasi Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali tahun Tahun Potensi Pajak Restoran Realisasi Objek Pajak Restoran Tingkat Efektivitas 2013 Rp Rp % 2014 Rp Rp % 2015 Rp Rp % Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 3.9 di atas dapat disimpulkan bahwa potensi realisasi pada tahun 2013 tingkat efektivitas sebesar 83% dari potensi penerimaan pajak restoran sebesar Rp dan realisasi objek pajak restoran sebesar Rp Pada tahun 2014 tingkat efektivitas sebesar 89% dari potensi penerimaan restoran sebesar Rp dan realisasi objek pajak restoran sebesar Rp Pada tahun 2015 tingkat efektivitas sebesar 98% dari potensi penerimaan sebesar Rp Selama 3 tahun berturut-turut dapat diketahui bahwa prosentase realisasi penerimaan pajak mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan penerimaan pajak disebabkan karena wajib pajak sebagian besar sudah membayar semua omzet mereka dan dari sektor kategori katering masuk sebagai salah satu objek pajak. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi objek penelitian, setiap restoran, rumah makan, warung beserta katering mempunyai pendapatan yang berbeda. DPPKAD Kabupaten Boyolali masih menerapkan official assessment system untuk restoran dan rumah makan dengan mendatangani secara langsung wajib pajak untuk membayar pajak terutang. Khusus untuk sektor katering pemungutan dilakukan oleh Bendahara desa kemudian setiap bulannya 43
11 44 menyetorkan pajak melalui bank yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut ditegaskan dengan kutipan wawancara bahwa: Untuk sektor katering, mayoritas katering yang digunakan untuk keperluan rapat dan pertemuan rutin. Pemungut pajak dapat dilakukan oleh Bendahara Desa kemudian setelah bulan wajib menyetorkan pajak ke bank, sedangkan SKPD mengadakan kerjasama contohnya kategori katering. Katering diasumsikan mempunyai omzet di atas menurut pegawai DPPKAD. Kalau pemakaian katering di Kelurahan Siswodipuran ini biasanya untuk acara rapat, pertemuan, sekolah mbak, paling tidak sebulan ada 4 kali rapat jadi ya 4 kali pemesanan katering menurut Bendahara Desa Siswodipuran. Pertumbuhan katering paling banyak disumbang dari Kecamatan Boyolali, Ampel, Andong, Banyudono, Cepogo, Karanggede, Kemusu, Mojosongo, Musuk. Khusus untuk pertumbuhan restoran dan rumah makan paling besar terjadi di Kota Boyolali, ini dikarenakan Kota Boyolali sebagai pusat aktifitas masyarak di Kabupaten Boyolali seperti sekolah, bekerja bahkan hanya sekedar untuk jalan-jalan. 1. Permasalahan yang muncul dalam memaksimalkan penerimaan pajak restoran untuk mendukung perkembangan PAD Kabupaten Boyolali tahun Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa hambatan atau permasalahan yang dapat ditemukan oleh DPPKAD Boyolali dalam mengoptimalkan penerimaan pajak restoran di Kabupaten Boyolali yaitu: a. Permasalahan yang muncul saat penetapan 1) Pengusaha restoran tidak melampirkan bukti pembayaran sehingga sulit diketahui kebenarannya omzet yang di peroleh. 2) Pengusaha restoran tidak membuat pembukuan. b. Permasalahan yang muncul dalam pendaftaran dan pendataan 44
12 45 1) Pengusaha restoran yang baru tidak melaporkan atau memberitahukan atau usaha kecil yang dapat dikelola oleh DPPKAD. 2) Pengusaha restoran tidak mempunyai NPWP. c. Permasalahan yang muncul dalam penagihan 1) Ketidakmampuan wajib pajak untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan pajak. d. Permasalahan yang muncul dalam pembukuan 1) Pengusaha restoran membayar tunggakan pajak tetapi tidak dirinci untuk masa pajak kapan atau untuk periode bulan apa. 2) Pengusaha restoran tidak membayar pajak untuk beberapa kali masa pajak atau terjadi tunggakan saat membayar. 2. Solusi yang tepat untuk meminimalisasi permasalahan dapat muncul dalam memaksimalkan penerimaan Pajak Restoran untuk mendukung perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Boyolali tahun Berikut upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pihak DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam melakukan langkah mengoptimalkan pajak restoran: 1. Mengadakan penyuluhan atau sosialisasi. 2. Menambah jumlah petugas pajak agar dalam pemungutan pajak restoran dapat maksimal. 45
13 46 3. Memberikan kontraprestasi terhadap wajib pajak yang taat 4. Memberikan kemudahan fasilitas dalam pembayaran pajak. 3. Upaya DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan potensi Pajak Restoran 1) Mencari dan mendata Wajib Pajak baru 2) Diadakan pendataan ulang secara berkala yang terkait dalam pakal restoran yang ada di Kabupaten Boyolali 3) Mendatangi Wajib Pajak dan memberikan sosialisasi atau penyuluhan tentang pentingnya pajak terhadap masyarakat dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung. 4) Memberikan kemudahan dalam membayar pajak 5) Menaikkan pajak restoran bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar dan memiliki omzet lebih besar dari yang didata sebelumnya 6) Menambah jumlah petugas pemungut pajak agar pemungutan pajak restoran lebih maksimal 4. Permasalahan yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam pembayaran pajak restoran Dari hasil wawancara dengan beberapa wajib pajak yang dilakukan oleh penulis, permasalahan yang dihadapi oleh wajib pajak adalah sebagai berikut: a. Wajib pajak kesulitan dalam menentukkan omzet yang menjadi dasar untuk perhitungan pajak b. Pengusaha restoran yang baru mendaftar menjadi wajib pajak yang masih belum memahami dalam prosedur pembayaran yang benar. c. Tarif 10% untuk pajak restoran yang dianggap terlalu besar oleh sebagian wajib pajak. 46
14 47 5. Langkah-langkah DPPKAD dalam menghadapi permasalahan yang terkait dalam pajak restoran Menurut hasil wawancara oleh penulis, pihak DPPKAD Kabupaten Boyolali mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari dan mendata restoran-restoran baru yang belum terdaftar sebagai wajib pajak b. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan dengan wajib pajak tentang pentingnya pajak terhadap masyarakat c. Menambah petugas pemungutan pajak agar pemungutan pajak yang lebih optimal d. Menambah divisi, dalam hal ini adalah divisi potensi pajak yang bertugas untuk menggali potensi pajak termasuk pajak restoran yang ada di Kabupaten Boyolali B. Temuan Setelah penulis melakukan penelitian di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tata cara pemungutan pajak restoran, penulis dapat menyimpulkan kelebihan dan kelemahan yang ditemukan terkait dengan hal tersebut. Berdasarkan analisis dan pembahasan maka kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan Perbandingan Realisasi dan Potensi Penerimaan Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali adalah : 1. Kelebihan Pelaksanaan penerimaan pajak restoran di Kabupaten Boyolali terdapat berbagai kelebihan antara lain sebagai berikut: 47
15 48 a. Tingkat efektivitas realisasi terhadap target dari tahun meningkat dan di tahun menurun. Tahun 2013 sebesar 119,7%, pada tahun 2014 sebesar 127,5% dan pada tahun 2015 sebesar 118,2%. b. Pajak restoran merupakan pajak dengan sumbangan terbesar nomor 4 terhadap Pendapatan Asli Daerah setelah pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pajak penerangan jalan. c. Pajak restoran di Kabupaten Boyolali merupakan pajak daerah yang mempunyai potensi besar dalam memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2. Kelemahan Pelaksanaan penerimaan pajak restoran di Kabupaten Boyolali terhadap berbagai kelemahan, antara lain sebagai berikut: a. Kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak masih sangat kurang dikarenakan kurangnya sosialisasi yang menyeluruh kepada wajib pajak akan pentingnya pembayaran pajak. b. Kurangnya petugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) yang bekerja di lapangan, sehingga dalam waktu melakukan pengawasan, pendataan, dan pemungutan pajak restoran yang belum optimal. c. Kurangnya tegas dari pihak DPPKAD dalam menagihan pajak restoran sehingga masih ada pengusaha restoran yang melakukan penunggakan pajak. 48
BAB IV PENUTUP. 1. Setelah diberlakukannya penetapan pajak terhadap Pajak Katering
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Setelah diberlakukannya penetapan pajak terhadap Pajak Katering menjadi salah satu sektor dalam Pajak Restoran, Pajak Katering mampu menambah penerimaan pada Pajak Restoran,
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Cara penetapan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar. Tarif x Omzet. Omzet per bulan Omzet per hari X 30
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Cara penetapan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar Cara penetapan besarnya pajak restoran adalah tarif dikalikan omzet. Tarif yang berlaku
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. 1. Efektifitas pajak restoran ditinjau dari potensi Kabupaten Karanganyar
44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Efektifitas pajak restoran ditinjau dari potensi Kabupaten Karanganyar untuk mendorong Pendapatan Asli Daerah Efektifitas adalah hubungan antara output dengan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. akuifer berproduksi sedang, yaitu akuifer tidak menembus, tipis dan keterusan
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Ditinjau dari kedalaman air tanah, wilayah Boyolali termasuk dalam kategori akuifer berproduksi sedang, yaitu akuifer tidak menembus, tipis dan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.
BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :
BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2013-2015 Pajak Penerangan Jalan ini termasuk ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan kegiatan berkesinambungan dengan tujuan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan. Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang IV.1.1 Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan Sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan suatu masyarakat yang taat pajak memang bukan suatu hal yang mudah, apalagi dengan era otonomi saat ini menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari
Lebih terperinciKabupaten Pulau Morotai Cukup Baik.
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya kontribusi pajak hotel di Kabupaten Pulau Morotai pada Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan daerah merupakan satu hal yang penting dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Otonomi daerah yang diberlakukan disetiap daerah menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali
Lebih terperinciLAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI
LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali
`BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali 1. Sejarah Singkat Mengenai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari pembahasan bab terdahulu, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu:
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dari pembahasan bab terdahulu, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Pajak Hotel a) Target dan Realisasi Pajak Hotel Pemungutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali Besarnya tingkat efektivitas penerimaan PBB Kabupaten Boyolali tahun 2013-2015
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Pajak Hiburan dan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, survey dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai pengeluaran negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tahun 2015 ini, Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Tim Intensifikasi PDRD (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) sedang berusaha untuk melakukan sosialisasi tentang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan ananalisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan ananalisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan: 1. Secara keselurusahan tingkat efektifitas pemungutan pajak hotel dan
Lebih terperincitatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun
2 Daerah merupakan landasan bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Kedua Undang-Undang tersebut juga merupakan bukti nyata bahwa Pemerintah berkomitmen melaksanakan pengembangan nasional secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian mempercepat pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi Sebelum dan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Pajak sangat penting bagi kelangsungan negara Indonesia. Hal ini disebabkan
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pajak sangat penting bagi kelangsungan negara Indonesia. Hal ini disebabkan karena pajak telah memberikan kontribusi terbesar bagi pemasukan negara. Dengan adanya pajak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan
39 BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat Berdasarkan Peraturan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali termasuk dalam kategori kabupaten yang sedang berkembang.
Lebih terperinciJUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016
JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 0 NO Sekretariat Daerah Asisten Pemerintahan Asisten Ekonomi, Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rendahnya kemampuan dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang sah. Selama ini, selain disebabkan oleh faktor Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan roda pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu membentuk masyarakat yang adil dan makmur, maka
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2015 No.01,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pembayaran, penyetoran, Pajak Bumi & Bangunan Perdesaan & Perkotaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai masyarakat adil dan makmur. Sebagai upaya untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dicita citakan,
Lebih terperinciJUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016
JUMLAH PEGAWA NEGER SPL/CALON PEGAWA NEGER SPL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERNTAH KABUPATEN BOYOLAL AUGUST 0 NO Sekretariat Daerah 0 Asisten Pemerintahan 0 8 Asisten Ekonomi, Pembangunan dan 0 Kesejahteraan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara
Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yaitu dapat melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 900 j9)c; TAHUN 2014 TENTANG
KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 900 j9)c; TAHUN 2014 TENTANG PENUNJUKAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BOYOLALI, Menimbang..
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 43 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab III di atas,
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab III di atas, tentang pelaksanaan, potensi, kontribusi, tingkat kepatuhan wajib pajak, dan hambatan dalam pemungutan pajak
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari beberapa suku bangsa, budaya dan adat istiadat. Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 merupakan landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap daerahdaerah tersebut
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data Tujuan analisis data adalah menjelaskan mengenai analisis implementasi dan kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap penerimaan pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki sumber penerimaan sendiri begitu juga dengan negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari pajak, penerimaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pemerintah tentu sangat berperan penting dalam
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH
PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data dan Pembahasan Berdasarkan perumusan masalah pada Bab 1, maka diperlukan pembatasan masalah dalam menganalisis data. Hal ini bertujuan agar pembahasanmasalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango Dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah Kabupaten Bone Bolango terbentuk berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Gambaran Singkat Perusahaan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Penerimaan pajak reklame kota Surabaya selalu mengalami peningkatan. meningkat melebihi target yang diharapkan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Penerimaan pajak reklame kota Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan di Indonesia dan semakin ketatnya persaingan sehingga peraturan pajak mewajibkan wajib pajak harus patuh, melaporkan, dan membayar
Lebih terperinciEVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
digilib.uns.ac.id EVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2010 TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan pengelolaan fiskal yang cukup mendasar. Undang-Undang Pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan langkah strategis untuk memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara. Banyak negara, termasuk Indonesia mengandalkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara utama. 1 Pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PPK A. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KABUPATEN SERDANG
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PPK A. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Dalam rangka Penyelengaraan Pemerintahan, Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai hak dan kewajiban mengurus sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung. dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran yang dikeluarkan oleh masyarakat kepada pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung dapat ditujukan dan digunakan
Lebih terperinciANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO
ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai
Lebih terperinciParagraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23
Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Daerah dibidang pengelolaan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dalam beberapa tahun terakhir (tahun 2009 sampai 2011) dilihat dari penerimaan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasil analisa data lapangan menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam beberapa tahun terakhir (tahun 2009 sampai 2011) dilihat dari penerimaan berdasarkan
Lebih terperinciEvaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)
Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Oleh: A. Bervian Sonny W F3400001 BAB I GAMBARAN UMUM DIPENDA
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMAAN PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KE REKENING KAS UMUM DAERAH
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendapatan Asli Daerah 2.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta 1. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA) Sejarah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel Di Kabupaten Semarang Pada Tahun
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel Di Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013-2015 Hotel merupakan tempat penginapan serta sebagai penunjang pariwisata agar dari tahun ke tahun semakin bertambah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Pengesahan. ii. Halaman Motto. iii. Halaman Persembahan.. iv. Kata Pengantar.. v. Daftar Isi...
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan. ii Halaman Motto. iii Halaman Persembahan.. iv Kata Pengantar.. v Daftar Isi... viii Daftar Tabel.. xii Abstrak. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak hotel dan pajak restoran di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis mengambil topik tentang realisasi pajak hotel dan pajak restoran di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan. Ketertarikan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA.
34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Target Penerimaan PBB TA. 2011 s/d 2015 Dalam rangka pemungutan Pajak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas. ialah:
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas ialah: 1. Pertumbuhan jenis-jenis pajak daerah di Kota Padang tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut: a.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. Medan Sebagai kota terbesar nomor 3 (tiga) setelah Jakarta dan Surabaya,
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Medan Sebagai kota terbesar nomor 3 (tiga) setelah Jakarta dan Surabaya, Kota Medan berfungsi sebagai pusat pemerintahan daerah, pusat pelayanan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
PROSEDUR PELAKSANAAN ADMINISTRASI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) & BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) PADA UPT. DINAS PENDAPATAN PROPINSI JAWA TIMUR JEMBER TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari berbagai sumber salah satunya yaitu dari pemungutan pajak. Dimana pajak merupakan sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASSET DAERAH (BPKAD) KABUPATEN TAPANULI SELATAN
BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASSET DAERAH (BPKAD) KABUPATEN TAPANULI SELATAN A. SEJARAH SINGKAT Terbentuknya Dinas Pandapatan Daerah Tapanuli Selatan, berdasarkan UU Nomor 70 Drt 1956,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat jasa timbal secara langsung dan digunakan untuk membayar
Lebih terperinciANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA MEDAN
ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA MEDAN Syafrida Hani 1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Doktor Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Surel: syafridahani92@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2004
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI
EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena itu
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,
Lebih terperinci