BAB III PEMBAHASAN. 1. Efektifitas pajak restoran ditinjau dari potensi Kabupaten Karanganyar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. 1. Efektifitas pajak restoran ditinjau dari potensi Kabupaten Karanganyar"

Transkripsi

1 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Efektifitas pajak restoran ditinjau dari potensi Kabupaten Karanganyar untuk mendorong Pendapatan Asli Daerah Efektifitas adalah hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif suatu organisasi, program, atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92). Untuk mengetahui suatu yang dikatakan efektif harus diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur. Mengukur tingkat efektifitas menggunakan indikator sebagai berikut: Tabel 3.1 Klasifikasi Kriteria Efektifitas Presentasi Kriteria >100% Sangat efektif % Efektif 80-90% Cukup efektif 60-80% Kurang efektif <60% Tidak efektif Dari hal diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan efektif itu apabila selisih antara penerimaan dengan target yang dianggarkan mengalami 44

2 45 selisih positif ( 100%). Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menjelaskan efektifitas pertumbuhan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar, maka pembahasan berikut ini akan dijelaskan variabel-variabel penelitian yaitu penerimaan pajak restoran dan pendapatan asli daerah Kabupaten Karanganyar tahun Rumus Efektifitas: Efektifitas = Perhitungan rasio efektifitas pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar untuk tahun anggaran Tahun 2011 = Tahun 2012 = Tahun 2013 = Tahun 2014 =

3 46 Tabel 3.2 Rasio Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran Tahun Anggaran Realisasi Pajak Target Pajak Efektifitas ,326, ,000, % ,239, ,000, % ,347,874, ,000, % ,088,017, ,000, % Sumber DPPKAD Kabupaten Karanganyar Tabel 3.3 Rincian Rasio Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2011 Rincian Pajak Realisasi Pajak Target Pajak Efektifitas 324,739, ,140, % Rumah makan 83,582,500 56,360, % Kantin 11,805,000 10,500, % Kathering 200,000 6,000, %

4 47 Tabel 3.4 Rincian Rasio Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2012 Rincian Pajak Realisasi Pajak Target Pajak Efektifitas 398,440, ,140, % Rumah makan 93,272,500 85,360, % Kantin 13,225,000 10,500, % Kathering 164,301,948 6,000, % Tabel 3.5 Rincian Rasio Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2013 Rincian Pajak Realisasi Pajak Target Pajak Efektifitas 465,872, ,868, % Rumah makan 105,325,000 87,113, % Kantin 10,140,000 11,970, % Kathering 766,537,479 46,048, %

5 48 Tabel 3.6 Rincian Rasio Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2014 Rincian Pajak Realisasi Pajak Target Pajak Efektifitas 832,832, ,868, % Rumah makan 126,758,000 97,113, % Kantin 5,630,000 11,970, % Kathering 1,122,796,854 61,048, % Tabel 3.7 Rasio Efektifitas pada Rincian Sektor Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran Rincian Pajak % 119.6% % % Rumah makan 148.3% % % % Kantin % % 84.71% 47.03% Kathering 3.33% % % %

6 49 Dari data pada tabel 3.2 diatas, jika dilihat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pajak restoran di Kabupaten Karanganyar sudah efektif. Terbukti pada tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami selisih positif ( 100%). Hal ini disebabkan karena realisasi penerimaan pajak retoran di Kabupaten Karanganyar selalu lebih besar dari yang ditargetkan. Namun apabila ditelaah lebih dalam terhadap rincian penerimaan pajak restoran, pada tahun 2011 terdapat beberapa sektor penerimaan pajak restoran yang tidak mencapai angka yang ditargetkan. Itu terjadi pada sektor penerimaan jasa restoran dan jasa katering. Pada sektor penerimaan jasa restoran, angka realisasi tidak mencapai angka yang ditargetkan. Realisasi penerimaan pada sektor jasa restoran sebesar 324,739,072 sedangkan target yang harus dicapai sebesar 327,140,000. Hal itu terjadi karena banyak wajib pajak restoran yang tidak melaporkan atau bahkan belum terdaftar sebagai wajib pajak di DPPKAD kabupaten Karanganyar. Begitu pula yang terjadi di penerimaan sektor jasa katering. Realisasi penerimaan pada jasa katering hanya sebesar 200,000 sedangkan target yang harus dicapai sebesar 6,000,000. Itu merupakan selisih yang sangat besar antara realisasi dan target penerimaan. Hal itu terjadi karena pada tahun 2011, usaha katering di Kabupaten Karanganyar masih banyak yang belum mendaftarkan usahanya di DPPKAD Kabupaten Karanganyar dan masih kurangnya kesadaran wajib pajak untuk melaporkan pajaknya ataupun membayarkan pajak restorannya.

7 50 Pada tahun anggaran 2012 untuk penerimaan pajak restoran pada setiap sektor dikatakan sudah efektif karena realisasi penerimaan pajak restoran disetiap sektor sudah melebihi angka yang ditargetkan. Untuk tahun 2013 ada satu sektor penerimaan yang realisasinya kurang dari angka yang ditargetkan. Yaitu penerimaan pada sektor jasa kantin. Realisasi penerimaan pada sektor jasa kantin sebesar 10,140,000 dan target yang seharusnya dicapai sebesar 11,970,000. Sedangkan pada tahun anggaran 2014 realisasi penerimaan pajak restoran disektor kantin kembali mengalami penurunan menjadi 5,630,000 padahal target penerimaan ditahun tersebut tidak mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya (tetap). Pada tabel 3.7 dijelaskan rasio efektifitas penerimaan pajak restoran dari beberapa rincian sektor penerimaan pada tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun Untuk tingkat efektifitas penerimaan sektor jasa restoran dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena dari tahun ke tahun realisasi lebih besar dari yang ditargetkan. Jumlah jasa restoran di Kabupaten Karanganyar juga berkembang. Hal itu ditandai dengan banyaknya restoranrestoran baru yang mulai berdiri dan mendaftar di kantor DPPKAD Karanganyar. Hal itu berbeda dengan rasio tingkat efektifitas penerimaan pada sektor jasa rumah makan. Pada sektor jasa rumah makan, terjadi penurunan sebesar 39.03% ditahun Meskipun pada tahun 2012 realisasi lebih besar daripada targetnya, tetapi naiknya peningkatan target tersebut tidak diimbangi dengan perkembangan jasa rumah makan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Tapi penurunan itu tidak berlangsung lama, karena pada tahun

8 51 tingkat ke-efektifitasan kembali naik menjadi % dan % karena pada tahun-tahun tersebut perkembangan jasa rumah makan kembali banyak diminati oleh masyarakat di Kabupaten Karanganyar yang ditandai dengan banyaknya pengusaha-pengusaha rumah makan yang mendaftarkan usahanya di kantor DPPKAD. Tingkat efektifitas penerimaan pada sektor jasa kantin pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 13,52% yaitu dari % menjadi %. Namun pada tahun rasio tingkat efektifitas terus mengalami penurunan menjadi 47.03%. Hal itu dikarenakan berkurangnya jumlah kantin yang berada di Kabupaten Karanganyar sehingga berpengaruh pada realisasi penerimaan pajak pada tahun tersebut meskipun target penerimaannya tetap dan tidak dinaikan. Lalu pada penerimaan sektor jasa katering juga sudah dikatakan efektif. Karena realisasi penerimaan pajak pada tahun sudah melebihi dari target penerimaan. Dari rincian-rincian rasio efektifitas tersebut, sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pajak restoran di Kabupaten Karanganyar tahun anggaran sudah efektif dan dapat menorong Pendapatan Asli Daerah. 2. Perkembangan Pajak di kabupaten Karanganyar selama 4 (empat) tahun terakhir dilihat dari laju pertumbuhan dan kontribusinya pertahun terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penerimaan target dan realisasi pajak restoran merupakan dasar untuk mengetahui seberapa besar laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan ini

9 52 digunakan untuk mengukur tingkat kenaikan atau perkembangan Pajak dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan penerimaan pajak restoran menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut: G Keterangan: G Rtn = laju pertumbuhan = realisasi tahun ke-n (tn-1) = realisasi tahun sebelumnya Perhitungan laju pertumbuhan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar untuk tahun anggaran Tahun 2012 = Tahun 2013 = Tahun 2014 =

10 53 Tabel 3.8 Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran Tahun Realisasi tahun ke- Realisasi tahun Selisih Rtn- Laju Anggaran n (Rtn) sebelumnya (tn-1) (tn-1) pertumbuhan ,326, ,239, ,326, ,913, % ,347,874, ,239, ,634, % ,088,017,272 1,347,874, ,142, % Sumber DPPKAD Kabupaten Karanganyar Dari data DPPKAD Kabupaten Karanganyar dalam tabel diatas dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Dari tabel diatas disebutkan bahwa pada tahun prosentase laju pertumbuhan sebesar 59.22%. Kemudian di tahun selanjutnya yaitu tahun mengalami prosentase kenaikan sebesar 42.18% menjadi %. Kenaikan laju pertumbuhan ini karena pada tahun tersebut mulai berkembangnya usaha dibidang tataboga sehingga banyak pengusaha-pengusaha yang mendirikan jasa dibidang rumah makan, restoran, maupun kathering. Selain itu, dengan adanya beberapa penyuluhan seperti workshop yang diadakan oleh Kantor DPPKAD tentang pentingnya membayar pajak dan memberikan kontraprestasi terhadap wajib pajak apabila wajib pajak telah menyetorkan pajaknya. Hal itu tentu sangat berpengaruh terhadap tingkat kesadaran wajib pajak yang ditandai dengan semakin banyaknya wajib pajak yang mendaftarkan dirinya, melapor dan

11 54 meyetorkan pajaknya ke kantor DPPKAD Karanganyar. Pada tahun prosentase laju pertumbuhan mengalami penurunan sebesar 46.49% menjadi 54.91%. Hal ini terjadi karena kenaikan realisasi pada tahun tersebut tidak sebesar kenaikan pada tahun sebelumya. Pada tahun terjadi kenaikan realisasi, namun jumlahnya tidak sebanding dengan tahun sebelumnya sehingga berpengaruh pada terjadinya penurunan prosentase laju pertumbuhan di tahun tersebut. Terdapat beberapa faktor lain seperti kurangnya kesadaran beberapa wajib pajak restoran yang belum mendaftarkan usahanya serta berkurangnya pendapatan wajib pajak restoran itu sendiri.

12 55 Tabel 3.9 Jumlah Wajib Pajak Tahun Anggaran NO KECAMATAN Colomadu Gondangrejo Jaten Jatipuro Jatiyoso Jenawi Jumantono Jumapolo Karanganyar Karangpandan Kebakkramat Kerjo Matesih Mojogedang Ngargoyoso Tasikmadu Tawangmangu TOTAL Sumber DPPKAD Kabupaten Karanganyar (Data diolah)

13 Wajib Pajak Wajib Pajak Gambar 3.1 Perkembangan Wajib Pajak Berdasarkan grafik gambar 3.1 diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak restoran di Kabupaten Karanganyar dari tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 diketahui jumlah wajib pajak restoran sebanyak 100 wajib pajak kemudian meningkat menjadi 175 ditahun 2012 atau terjadi peningkatan 75% wajib pajak pada tahun Pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang tinggi yaitu terjadi penambahan wajib pajak sebanyak 102 wajib pajak sehingga total menjadi 277 wajib pajak restoran ditahun 2013 atau terjadi peningkatan sebesar 58% pada tahun Sedangkan pada tahun 2014 terjadi penambahan wajib pajak hanya sebanyak 24 wajib pajak sehingga total menjadi 301 wajib pajak restoran ditahun 2014 atau terjadi peningkatan sebesar 9% di tahun

14 57 Berdasarkan peningkatan wajib pajak selama dari tahun 2011 sampai dengan 2014 menyebabkan peningkatan realisasi penerimaan pajak restoran pada Namun kenaikan tahun pada tidak sebanding dengan tahun sehingga berpengaruh pada turunnya laju pertumbuhan pajak restoran di tahun walaupun ditahun tersebut realisasi penerimaan meningkat dari tahun sebelumnya. Kontribusi Kontribusi adalah porsi atau hasil/ jumlah dana yang terkumpul dari sektor pajak di suatu daerah dibandingkan dengan jumlah total pendapatan daerah atau juga dapat dibandingkan porsinya dengan APBD atau APDB. Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang di berikan oleh PAD terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi pajak restoran dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut: Kontribusi

15 58 Tabel 3.10 Rasio Data Kontribusi Pajak terhadap PAD Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran Tahun Realisasi Pajak Realisasi Penerimaan Ratio Anggaran PAD ,326, ,080,774, % ,239, ,706,893, % ,347,874, ,715,929,349 0,83% ,088,017, ,298,860, % Sumber: DPPKAD Kabupaten Karanganyar Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun mengalami peningkatan penerimaan pajak restoran sebesar 248, , tahun mengalami peningkatan sebesar 678,634,923, sedangkan tahun mengalami kenaikan sebesar 740,142,666. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan realisasi pajak restoran di Kabupaten Karanganyar yang disebabkan oleh peningkatan pendapatan wajib pajak restoran dalam mengelola usahanya. Peningkatan pendapatan wajib pajak restoran juga berpengaruh terhadap rasio kontribusinya yang secara otomatis juga mengalami peningkatan. Hal lain yang juga berpengaruh terhadap peningkatan pajak restoran yaitu seperti pajak parkir, pajak reklame, dan lainnya.

16 59 3. Hambatan dan masalah yang dihadapi DPPKAD Kabupaten Karanganyar dalam memungut pajak restoran Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa hambatan dan masalah yang dihadapi DPPKAD Kabupaten Karanganyar dalam memungut pajak restoran. Diantaranya adalah masalah pada saat pendaftaran dan pendataan seperti pengusaha restoran yang baru tidak melaporkan/memberitahukan atas usaha restoran yang dikelola kepada kantor DPPKAD, banyaknya pengusaha restoran yang belum mempunyai NPWP dan NPWPD, serta faktor seperti kurangnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki wajib pajak baru tentang arti pentingnya membayar pajak restoran. Selain masalah-masalah pada saat pendaftaran dan pendataan, terdapat pula masalah penetapan dan pembukuan. Diantaranya seperti: 1) pengusaha restoran tidak membuat pembukuan secara rinci sehingga itu dapat membuat bingung wajib pajak itu sendiri. 2) pengusaha restoran beralasan tidak memungut pajak restoran dari konsumen, sehingga saat pembayaran akan merasa keberatan atas pajak yang harus disetorkan. 3) Pengusaha restoran tidak membayar pajak untuk satu/beberapa kali masa pajak atau terjadi tunggakan saat pembayaran sehingga itu dapat memberatkan ketika menyetorkan pajak. 4) Pengusaha restoran membayar tunggakan Pajak tetapi tidak dirinci untuk masa pajak kapan atau untuk periode bulan apa.

17 60 Kemudian dalam penagihan juga terdapat permasalahan yang harus dihadapi oleh kantor DPPKAD Karanganyar. Diantaranya seperti ketidakmampuan wajib pajak untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan, adanya beberapa upaya dari wajib pajak untuk menawar tarif pajak lebih rendah dari ketentuan, serta banyak wajib pajak yang dengan sengaja menunda pembayaran pajaknya pada saat petugas pemungut pajak datang untuk menagih pajak terutangnya. 5) Upaya yang dilakukan oleh DPPKAD Kabupaten Karanganyar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah terutama di sektor pajak restoran Dalam meningkatkan dan memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah khususnya di sektor pajak restoran, kantor DPPKAD Kabupaten Karanganyar melakukan beberapa upaya, seperti: a. Melalui intensifikasi. Yaitu peningkatan intensitas pungutan terhadap suatu subyek dan obyek pajak yang potensial tetapi belum terkena pajak serta memperbaiki kinerja pemungutan. Upaya tersebut ditempuh melalui cara-cara berikut: 1. Peningkatan mutu pegawai atau petugas pemungut dengan cara memberi pelatihan-pelatihan atau diklat. 2. Menambah jumlah petugas pemungut pajak agar proses pemungutan pajak restoran lebih maksimal. 3. Penyempurnaan Undang-Undang Pajak.

18 61 b. Melalui ekstensifikasi. Yaitu upaya memperluas subyek dan obyek pajak serta penyesuaian tarif. Upaya tersebut ditempuh melalui cara-cara berikut: 1. Mencari dan mendata Wajib Pajak baru. 2. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak terhadap masyarakat. 3. Menjamin memberikan kemudahan dalam membayar pajak. 4. Memberikan kontraprestasi terhadap Wajib Pajak yang taat membayar pajak. B. TEMUAN Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan penelitian yang penulis lakukan di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karanganyar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas laju pertumbuhan pajak restoran, penulis dapat menyimpulkan kelebihan dan kelemahan terkait dengan hal tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan a. Besarnya realisasi penerimaan Pajak Kabupaten Karanganyar untuk tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun 2014 selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesuai yang ditetapkan oleh DPPKAD Kabupaten Karanganyar. b. Terjadi penambahan jumlah wajib pajak restoran dari tahun 2011 sampai dengan tahun c. Adanya kerjasama dengan Pemerintah daerah untuk memaksimalkan

19 62 pengoptimalan penerimaan pajak, khususnya pajak restoran dengan memberikan kontraprestasi dan beberapa penyuluhan kepada wajib pajak restoran. d. Pajak restoran di Kabupaten Karanganyar merupakan pajak daerah yang setiap tahun mempunyai pengaruh besar dalam memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Tercatat dari tahun telah berkontribusi sebesar 2.77%. 2. Kelemahan Laju pertumbuhan mengalami penurunan ditahun dikarenakan kurangnya kesadaran wajib pajak restoran untuk mendaftarkan usahanya, menyetor dan melaporkan pajaknya ke kantor DPPKAD Kabupaten Karanganyar. Hal lain yang tidak kalah penting yaitu seperti berkurangnya pendapatan wajib pajak restoran itu sendiri dan masih banyak wajib pajak yang belum mau datang untuk membayarkan pajaknya. Serta masih banyak wajib pajak restoran yang belum terdata sebagai wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Setelah diberlakukannya penetapan pajak terhadap Pajak Katering

BAB IV PENUTUP. 1. Setelah diberlakukannya penetapan pajak terhadap Pajak Katering BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Setelah diberlakukannya penetapan pajak terhadap Pajak Katering menjadi salah satu sektor dalam Pajak Restoran, Pajak Katering mampu menambah penerimaan pada Pajak Restoran,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Boyolali,

BAB III PEMBAHASAN. Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Boyolali, 34 BAB III PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN MASALAH 1. Cara Penetapan Besarnya Pajak Restoran Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berpotensi besar untuk dikembangkan, salah satunya pada tanaman obat. Trend gaya hidup back to nature yang berkembang di

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Cara penetapan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar. Tarif x Omzet. Omzet per bulan Omzet per hari X 30

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Cara penetapan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar. Tarif x Omzet. Omzet per bulan Omzet per hari X 30 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Cara penetapan pajak restoran di Kabupaten Karanganyar Cara penetapan besarnya pajak restoran adalah tarif dikalikan omzet. Tarif yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang. kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang. kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (2004: 139-141) metode deskriptif analitik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Peta Area Pelayanan PDAM TirtaLawuKabupaten Karanganyar Dari data yang diperoleh

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATENKARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR: ~ /PP.02.3-Kpt/3313/KPU-Kab/IX/2017 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATENKARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR: ~ /PP.02.3-Kpt/3313/KPU-Kab/IX/2017 TENTANG AL AN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATENKARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR: ~ /PP.02.3-Kpt/3313/KPU-Kab/IX/2017 TENTANG PENETAPAN REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun : BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2013-2015 Pajak Penerangan Jalan ini termasuk ke

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

Pande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

Pande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI PADA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN GIANYAR PERIODE TAHUN 2011-2014) Pande Kadek Yuda Mahardika Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah saja, tetapi juga dari sektor privat. Dalam Undang-Undang No

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah saja, tetapi juga dari sektor privat. Dalam Undang-Undang No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara adil dan merata sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaran pelayanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Pajak Hiburan dan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, survey dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya era reformasi yang di prakarsai oleh mahasiswa 10 tahun silam yang ditandai dengan tumbangnya resim orde baru di bawah pimpinan Presiden Suharto, telah membawa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH GAMBARAN UMUM WILAYAH. Geografi, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KARANGANYAR (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KARANGANYAR (ANGKA TETAP) BADAN PU SAT STATISTIK No. 11 / 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KARANGANYAR (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 85.706 RUMAH TANGGA, TURUN 32,65 PERSEN DARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak positif dari reformasi total di Indonesia, telah melahirkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tahun 2015 ini, Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Tim Intensifikasi PDRD (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) sedang berusaha untuk melakukan sosialisasi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan menjadi salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma baru pembangunan sekarang ini memberikan porsi seluasluasnya kepada daerah dan masyarakat untuk mengelola kekayaan alamnya guna meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi di Indonesia yang berlangsung sejak lebih dari dua dekade terakhir telah berpengaruh positif pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan suatu masyarakat yang taat pajak memang bukan suatu hal yang mudah, apalagi dengan era otonomi saat ini menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data dan Pembahasan Berdasarkan perumusan masalah pada Bab 1, maka diperlukan pembatasan masalah dalam menganalisis data. Hal ini bertujuan agar pembahasanmasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum pajak diartikan sebagai pungutan dari masyarakat oleh negara berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali. BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan 108 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan Implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan ini, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan ini, negara harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah mensejahterakan rakyat, menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali Besarnya tingkat efektivitas penerimaan PBB Kabupaten Boyolali tahun 2013-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar Kantor Pelayanan Pajak dan selanjutnya disingkat KPP Pratama Karanganyar adalah intansi vertical Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk meningkatkan kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun pada kenyataannya, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, dimana pada era ini banyak melahirkan berbagai kebijakan baru. Salah satu kebijakan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik

Lebih terperinci

Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun

Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun Analisis Efektivitas Penerimaan Jasa Timbang Pada Jembatan Timbang Dan Kontribusinya Terhadap PAD Kabupaten Sumbawa Barat Pada Tahun 2012-2015 Syafruddin 1, Suprianto 2, Heri Adekantari 3 Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan undang-undang yang disahkan sejak Januari 2001 pemerintah RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai UU no. 32 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemungutan serta pengelolaan pajak dibagi menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah suatu pajak yang dikelola dan dipungut oleh Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang menjujung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu menempatkan pajak sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013 BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2011 URUSAN PEMERINTAHAN 0 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai masyarakat adil dan makmur. Sebagai upaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai masyarakat adil dan makmur. Sebagai upaya untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dicita citakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali `BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali 1. Sejarah Singkat Mengenai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan daerah. Antara lain dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya paradigma yang baru terhadap sistem pemerintahan sentralisasi menjadi sistem pemerintahan desentralisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak hotel dan pajak restoran di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pajak hotel dan pajak restoran di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis mengambil topik tentang realisasi pajak hotel dan pajak restoran di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan. Ketertarikan

Lebih terperinci

Geografi. Astronomi. Batas Wilayah. Cuaca

Geografi. Astronomi. Batas Wilayah. Cuaca Geografi Astronomi No Garis 1 Lintang Selatan 70 28 70 46 2 Bujur Timur 110 40 110 70 Ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22 31 C. Sumber: BAPPEDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi, kabupaten dan kota, serta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 43 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu menempatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi Sebelum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai

Lebih terperinci

Nama : Rizka Novri Hardiyanti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dyah Mieta Setyawati, SE.,MMSI

Nama : Rizka Novri Hardiyanti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dyah Mieta Setyawati, SE.,MMSI ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI PERIODE 2013-2015 Nama : Rizka Novri Hardiyanti NPM : 27213900 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisan Efektifitas Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisan Efektifitas Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisan Efektifitas Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ( PBB-P2 ) Kota Tangerang Peralihaan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangungan Pedesaan dan Perkotaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : 1. Laba Usaha Daerah Adalah keuntungan yang diperoleh oleh daerah yang bergerak dibidang usaha barang maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara yang berguna untuk mendanai berbagai kegiatan di pemerintahan. Pajak bahkan memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-undang no 34 tahun 2004 menyatakan bahwa penerimaan daerah merupakan uang yang masuk ke kas daerah, dan pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang cukup luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya memerlukan kesiapan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Mojokerto) JURNAL ILMIAH Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH Bab ini merupakan inti dari penulisan tesis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Keseluruhan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data Tujuan analisis data adalah menjelaskan mengenai analisis implementasi dan kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap penerimaan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan Asli Daerah merupakan sebuah pilar yang menjadi komponen penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli

Lebih terperinci