BAB IV PEMBAHASAN. Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan. Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan. Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang IV.1.1 Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan Sumber penerimaan atas pajak penerangan jalan dibedakan menjadi dua yaitu: pajak penerangan jalan PLN dan pajak penerangan jalan non PLN. Sistem pemungutan pajak penerangan jalan PLN adalah withholding system sedangkan pajak penerangan jalan non PLN menggunakan self assessment system. Cara menghitung besarnya pajak yang terutang berdasarkan nilai jual tenaga listrik. Contoh perhitungan atas penghitungan pajak penerangan jalan yaitu: a. Pajak penerangan jalan PLN Pak Andi pelanggan tarif R-1 dengan daya tersambung VA. Stand kwh Meter yang dicatat pada akhir Februari 2008 adalah kwh, dan yang dicatat bulan sebelumnya adalah kwh. Besarnya rekening listrik yang dibayar tersebut adalah: 45

2 Stand bulan ini Stand bulan lalu = = 121 kwh 1. Biaya Beban = 1.3 kva x Rp ,- (Rp ,-/kVA) = Rp ,- dibulatkan = Rp ,- 2. Biaya Pemakaian Blok I Pemakaian < 20 kwh (Rp 396 tarif Rp./kWh) = 20 kwh x Rp 396,- = 7.920,- 3. Biaya Pemakaian Blok II Pemakaian 20 kwh 60 kwh = 40 kwh (Rp 422 tarif Rp./kWh) = 40 kwh x Rp 422,- = Rp ,- 4. Biaya Pemakaian Blok III = kwh (selisih jumlah kwh dari = 61 kwh x Rp 601,- pemakaian Blok I dan Blok II, = Rp ,- Rp 601 tarif Rp./kWh) 5. Pajak Penerangan Jalan = 4% x Rp ,- = Rp Total tagihan listrik = Rp Rp = Rp

3 b. Pajak Penerangan Jalan Non PLN Sebuah perusahaan garmen (industri), menggunakan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri (genset) dengan perincian sebagai berikut: Daya terpasang/ penggunaan = Faktor Daya = 0,70 Jam per bulan = 409 Harga jual satuan listrik = 148 Nilai Jual Tenaga Listrik = Jumlah Biaya Pemakaian Tarif pajak non PLN untuk industri yaitu 7%. Nilai Jual Tenaga Listrik = x 0,70 x 409 x 148 = Rp Pajak penerangan jalan yang harus dibayar = Rp x 7% = Rp IV.1.2 Penerapan dan Pemungutan Pajak Hotel Sistem pemungutan atas pajak hotel adalah self assessment system sehingga pengusaha hotel melaporkan pajak yang terutang atas penerimaan hotel paling lambat tanggal 15 setelah berakhirnya masa pajak. Adapun contoh perhitungan atas pajak hotel yaitu: 47

4 Sebuah hotel bintang 1, pada bulan Januari 2008 melaporkan omzet pendapatan yang diterima dari tamu termasuk service charge adalah Rp ,- maka besarnya pajak yang dikenakan atas penerimaan hotel yaitu: Pajak hotel = Rp x 10% = Rp ,- IV.1.3 Penerapan dan Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet Sistem pemungutan atas pajak sarang burung walet adalah self assessment system sehingga pengusaha sarang burung walet melaporkan sendiri pajak yang terutang dalam masa terjadi pada saat pengambilan sarang burung walet. Dimana rumus untuk menghitung pajak yang terutang atas sarang burung walet adalah: Pajak sarang burung walet = Tarif x Dasar pengenaan pajak = 15% x nilai jual sarang burung walet Contoh: Diketahui, seorang pengusaha sarang burung walet (budidaya rumahan) mengambil dan menjual sarang burung walet jenis sriti sebanyak 3 kilogram dimana harga pasaran atas sarang burung walet adalah Rp Maka besarnya pajak yang terutang = tarif pajak x nilai jual sarang burung walet 48

5 Nilai jual sarang burung walet = volume x harga dasar = 3 x Rp = Rp Pajak yang terutang = 15% x Rp = Rp IV.1.4 Tata Cara Pembayaran Pajak Daerah Pajak penerangan jalan menggunakan withholding system sehingga pelaksanaan pemungutan pajak dilakukan oleh pihak ketiga yang dalam hal ini adalah PLN. Sehingga, PLN yang menyetor langsung penerimaan atas pajak penerangan jalan ke kas daerah. Sedangkan untuk pajak hotel, pajak sarang burung walet dan pajak penerangan jalan bukan PLN maka pembayaran pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak melalui Bendahara Penerimaan dan Penyetoran. Kemudian dalam jangka waktu 1 x 24 jam, Bendahara Penerimaan dan Penyetoran harus melakukan penyetoran atas penerimaan dari pajak daerah melalui transfer ke kas daerah (Kas Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang pada Bank Jabar Cabang Karawang). Setelah itu, Bendahara Penerimaan dan Penyetoran memberikan laporan ke bidang akuntansi yang disertai tanda setoran pajak daerah. 49

6 IV.1.5 Prosedur Penyusunan Anggaran Penentuan naik atau turunnya suatu target atau anggaran ditetapkan berdasarkan: a. Penghitungan potensi pajak daerah guna mengetahui seberapa besar potensi dari pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah. b. Evaluasi pendapatan triwulan sebelumnya dari setiap pajak daerah (antara target dengan penerimaan sebenarnya) guna mengetahui masalah yang timbul, jika penerimaan meningkat maka hal itu menunjukkan bahwa adanya potensi untuk menaikkan target di tahun mendatang, sebagai dasar dalam melakukan intensifikasi pajak, uji petik (investigasi/penyelidikan) yang dilakukan dalam jangka waktu 5 hari atau 1 minggu. IV.2 Analisis Pertumbuhan Penerimaan Pajak Daerah IV.2.1 Analisis Pertumbuhan Penerimaan atas Pajak Penerangan Jalan Tabel 2 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (%) , ,49 50

7 Gambar 1: Pertumbuhan Kenaikan/ Penurunan Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa perkembangan penerimaan atas pajak penerangan jalan terus mengalami peningkatan selama tahun Hal ini terlihat dengan adanya kenaikan persentase pertumbuhan, yang semula sebesar 9,76% menjadi 19,49%. Dan kenaikan yang cukup signifikan terjadi di tahun 2009 karena persentase kenaikannya yaitu sebesar 9,76% sedangkan di tahun 2010 sebesar 9,73%. Penerimaan pajak penerangan jalan terus mengalami peningkatan karena semakin meningkatnya jumlah pengguna atas energi listrik serta bertambahnya daya tersambung yang digunakan oleh pemakai listrik. Dengan semakin meningkatnya daya tersambung maka semakin meningkat pula tingkat penggunaan energi listrik. Sehingga, pajak yang dikenakan atas penggunaan energi listrik itu juga akan meningkat. 51

8 IV.2.2 Analisis Pertumbuhan Penerimaan atas Pajak Hotel Tabel 3 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Hotel Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (%) , ,29 Gambar 2: Pertumbuhan Kenaikan/ Penurunan Penerimaan Pajak Hotel Data pertumbuhan penerimaan pajak hotel diatas, menunjukkan bahwa penerimaan pajak hotel terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terlihat dengan adanya persentase kenaikan atas penerimaan Pajak Hotel di tahun 2009 sebesar 52

9 5,15% sedangkan persentase kenaikan di tahun 2010 sebesar 21,14%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka persentase pertumbuhan atas penerimaan Pajak Hotel mengalami perkembangan yang cukup signifikan di tahun IV.2.3 Analisis Pertumbuhan Penerimaan atas Pajak Sarang Burung Walet Tabel 4 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (%) , ,05 53

10 Gambar 3: Pertumbuhan Kenaikan/ Penurunan Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (diolah) Berdasarkan tabel pertumbuhan penerimaan pajak sarang burung walet diatas, maka dapat diketahui bahwa selama jangka waktu hasil penerimaan atas pajak sarang burung walet terus mengalami penurunan. Salah satu penyebab terjadinya penurunan atas penerimaan pajak sarang burung walet yaitu munculnya isu flu burung sehingga menurunkan daya beli dari masyarakat untuk mengkonsumsi sarang burung walet. IV.3 Analisis Tingkat Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet Pemerintah Daerah biasanya menetapkan target yang akan dicapai dalam penerimaan daerah. Hal tersebut dijadikan sebagai tolok ukur bagaimana pencapaian atas penerimaan daerahnya. Jika penerimaan daerah (realisasi) mampu mencapai target yang telah ditentukan, maka Pemerintah Daerah dianggap mampu mencapai target tersebut sehingga hasil pencapaian atas target tahun ini dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menaikkan target penerimaan daerah di tahun berikutnya. Dalam mengukur seberapa besar tingkat pencapaian target atas penerimaan pajak daerahnya maka rumus yang digunakan adalah: 54

11 IV.3.1 Analisis Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tabel 5 Tingkat Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Penerangan Jalan No Tahun Anggaran/ Target (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Pencapaian Target (%) , , ,36 Gambar 4: Perbandingan antara Anggaran dengan Realisasi atas Pajak Penerangan Jalan Data perbandingan antara anggaran dengan realisasi diatas menujukkan bahwa selama jangka waktu , penerimaan atas pajak penerangan jalan selalu mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini terlihat melalui persentase tingkat pencapaian target yang melebihi angka 100%. Dimana di tahun 2008 besarnya 55

12 persentase tingkat pencapaian targetnya yaitu 110,75%. Sedangkan untuk tahun 2009 dan 2010, besarnya persentase tingkat pencapaian target yaitu sebesar 116,51% dan 107,36%. IV.3.2 Analisis Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Hotel Tabel 6 Tingkat Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Hotel No Tahun Anggaran/ Target (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Pencapaian Target (%) , , ,29 56

13 Gambar 5: Perbandingan antara Anggaran dengan Realisasi atas Pajak Hotel Data diatas menunjukkan bahwa hasil penerimaan atas Pajak Hotel selalu mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini terlihat melalui persentase tingkat pencapaian target yang melebihi 100% selama tahun Berdasarkan persentase tingkat pencapaian targetnya, maka tahun 2008 mengalami tingkat pencapaian target yang paling tinggi dibandingkan tahun 2009 dan Hal ini terlihat dimana di tahun 2008, penerimaan (realisasi) lebih tinggi 71,05% dari target yang telah ditetapkan. Dan untuk tahun 2009 dan 2010, penerimaan (realisasi) lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 33,56% dan 35,29%. IV.3.3 Analisis Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Tabel 7 Tingkat Pencapaian Target atas Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet No Tahun Anggaran/ Target (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Pencapaian Target (%) , , ,99 57

14 Gambar 6: Perbandingan antara Anggaran dengan Realisasi atas Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan tabel dan gambar diatas, dapat diketahui bahwa selama tahun 2008 sampai 2009 penerimaan atas Pajak Sarang Burung Walet menunjukkan ketidakberhasilan dalam pencapaian targetnya. Hal ini terlihat dengan hasil realisasi yang jumlahnya dibawah target yang telah ditentukan. Namun di tahun 2010, hasil penerimaan (realisasi) atas pajak sarang burung walet mampu melewati batas target yang telah ditentukan. Hal ini terjadi karena, adanya penurunan jumlah target yang ditentukan. Sehingga, penerimaan atas pajak sarang burung walet mampu mencapai target yang telah ditentukan di tahun

15 IV.4 Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pajak Daerah IV.4.1 Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah Tabel 8 Kontribusi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pajak Daerah (Rp) Kontribusi (%) , , ,6 Gambar 7: Persentase Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah 59

16 Berdasarkan informasi diatas, maka dapat diketahui bahwa kontribusi hasil penerimaan pajak penerangan jalan terhadap hasil pajak daerah selama tahun 2008 yaitu sebesar 82,48% dan untuk tahun 2009 tingkat kontribusi pajak penerangan jalan terhadap hasil pajak daerah mengalami peningkatan sebesar 0,41% dimana persentase semula sebesar 82,48% menjadi 82,89%. Dan di tahun 2010, terjadi penurunan sebesar 1,29%. IV.4.2 Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah Tabel 9 Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pajak Daerah (Rp) Kontribusi (%) , , ,56 60

17 Gambar 8: Persentase Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah Berdasarkan tabel persentase diatas, maka dapat diketahui bahwa kontribusi pajak hotel terhadap hasil pajak daerah masih sangat minim. Hal ini terlihat melalui persentase tingkat kontribusi pajak hotel terhadap hasil pajak daerah di tahun 2008, yaitu sebesar 0,56% dan di tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 0,03%. Sedangkan di tahun 2010, tingkat persentase kontribusi pajak hotel terhadap hasil pajak daerah mengalami peningkatan sebesar 0,03%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penerimaan pajak daerah yang berasal dari hotel memiliki kontribusi sedikit terhadap penerimaan pajak daerah. 61

18 IV.4.3 Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pajak Daerah Tabel 10 Kontribusi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pajak Daerah Tahun Realisasi Penerimaan (Rp) Pajak Daerah (Rp) Kontribusi (%) , , ,07 Gambar 9: Persentase Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pajak Daerah Berdasarkan tabel dan gambar diatas maka diketahui bahwa persentase kontribusi penerimaan Pajak Sarang Burung Walet terhadap hasil pajak daerah masih 62

19 minim. Hal ini terlihat dari persentase kontribusi pajak sarang burung walet yang terus mengalami penurunan selama tahun Jadi dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga jenis pajak daerah tersebut, yang memiliki tingkat kontribusi tertinggi terhadap penerimaan pajak daerah adalah pajak penerangan jalan. Hal tersebut terjadi karena semakin meningkatnya tingkat kebutuhan masyarakat akan penggunaan energi listrik. Karena, dengan semakin meningkatnya daya tersambung maka semakin bertambah pula tingkat penggunaan energi listrik. Semakin meningkatnya penggunaan energi listrik, maka semakin bertambah juga pajak penerangan jalan yang akan dikenakan. IV.5 Kendala-Kendala dalam Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet Salah satu penyebab terjadinya penurunan atas penerimaan pajak daerah yaitu munculnya hambatan/kendala dalam pelaksanaan pemungutan. Kendala yang timbul dalam pemungutan pajak daerah tidak hanya berasal dari luar (ekstern) tapi juga berasal dari dalam (intern). Kendala yang muncul dari luar (eksternal) diantaranya: a. Kendala yang muncul dalam pemungutan pajak penerangan jalan 1. Adanya tuntutan dari masyarakat desa yang menganggap bahwa pengalokasian hasil penerimaan pajak penerangan jalan melalui pembangunan lampu penerangan jalan hanya dialokasikan ke kota-kota; 63

20 2. Khusus untuk penerimaan pajak penerangan jalan yang berasal dari non PLN, DPPKAD belum memiliki alat pengukur KWH meter. b. Kendala yang muncul dalam pemungutan pajak hotel 1. Wajib pajak tidak memberikan data yang benar (kurangnya kesadaran dari Wajib pajak atas kewajibannya dalam membayar pajak); 2. Karawang belum memiliki potensi objek wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung sehingga dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung maka semakin meningkat pula hasil penerimaan dari usaha perhotelan; 3. Karawang belum dijadikan sebagai salah satu tempat pelatihan karena pada umumnya pelatihan menggunakan sarana hotel untuk beristirahat; 4. Sistem penerimaan atas penghasilan hotel masih dilakukan secara manual sehingga sulit untuk mendeteksi besarnya penghasilan yang diperoleh; c. Kendala yang muncul dalam pemungutan pajak sarang burung walet 1. Sulitnya melakukan penagihan atas pajak sarang burung walet dan wajib pajak tidak melaporkan pajaknya; 2. Pemilik sarang burung walet berasal dari luar Karawang sehingga hal tersebut mempersulit petugas penagihan untuk melakukan penagihan pajak; 3. DPPKAD belum mengetahui secara pasti kapan waktu panen atas sarang burung walet. Sedangkan kendala yang muncul dari dalam (internal) antara lain: 1. Jumlah personil yang melakukan penagihan pajak masih minim; 64

21 Hal ini dikarenakan masih terbatasnya jumlah tenaga kerja yang cukup berkompeten di bidang penagihan. Dan jika dibandingkan dengan wajib pajak yang jumlahnya banyak maka proses penagihan juga akan mengalami kesulitan karena terbatasnya jumlah personil dalam Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 2. Jumlah kendaraan operasional masih terbatas dalam melakukan penagihan pajak terhadap wajib pajak yang jumlahnya tidak sedikit; Jumlah kendaraan operasional yang tersedia juga akan berpengaruh dalam melakukan proses penagihan mengingat wajib pajak bertempat tinggal di daerah yang berbeda-beda. Sehingga, proses penagihan juga akan mengalami hambatan karena terbatasnya kemampuan personil untuk mencapai daerah tempat wajib pajak tinggal atau berada. 3. Ketegasan petugas dalam melakukan penagihan; Ketegasan petugas yang melakukan penagihan juga akan sangat berpengaruh terhadap hasil penagihan. Petugas yang masih belum berpengalaman (tergolong masih berusia muda) tentunya akan mengalami kesulitan dalam melakukan penagihan apalagi tidak semua wajib pajak mematuhi peraturan. Demikian halnya dengan petugas yang sudah lanjut usia (tua) maka akan mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan, petugas dalam usia tua cenderung mudah mengalami kelelahan pada saat melakukan penagihan. Sehingga, dibutuhkan petugas penagihan yang berpengalaman dalam bidangnya serta tergolong dalam usia muda. 65

22 4. Pekerja lapangan itu menggunakan tenaga kerja yang tersedia pada saat itu di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Penggunaan pekerja lapangan yang hanya menggunakan tenaga kerja yang tersedia pada saat itu tentunya akan menjadi hambatan dalam proses kerja yang berada di luar lapangan. Dan hal tersebut semakin menunjukkan bahwa terbatasnya jumlah personil yang bekerja di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. IV.6 Upaya-Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah Berikut ini merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam rangka meningkatkan penerimaan atas Pajak Daerah baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi yaitu: 1. Intensifikasi Pajak a. melakukan kegiatan sosialisasi pajak melalui media elektronik seperti televisi guna memberikan informasi serta pemahaman mengenai pajak daerah; b. melakukan kegiatan penyuluhan dimana petugas memberikan himbauan kepada wajib pajak untuk mengisi/ melaporkan pajaknya secara otentik dan benar; c. perbaikan atas sistem pengelolaan/ pelayanan penerimaan pajak daerah sehingga menghasilkan pelayanan pajak yang cepat dan wajib pajak 66

23 diberikan kemudahan dalam membayar pajak yang terutang contoh: sistem simpada; d. membenahi regulasi atas pajak daerah (Peraturan Daerah, Peraturan Bupati, Keputusan Bupati) sehingga terciptalah suatu peraturan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan; e. melakukan pendataan atas potensi dari semua objek pajak. 2. Ekstensifikasi pajak a. memperluas objek pajak baru melalui pemungutan jenis pajak baru contohnya: bea perolehan hak atas tanah dan bangunan; 67

Analisis Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang

Analisis Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang Analisis Penerapan dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hotel dan Pajak Sarang Burung Walet di Kabupaten Karawang Fitria Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, 021-53696969, fitria_ria89@yahoo.com

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 43 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel Di Kabupaten Semarang Pada Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel Di Kabupaten Semarang Pada Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Jumlah Hotel Di Kabupaten Semarang Pada Tahun 2013-2015 Hotel merupakan tempat penginapan serta sebagai penunjang pariwisata agar dari tahun ke tahun semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun : BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2013-2015 Pajak Penerangan Jalan ini termasuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN HARGA SATUAN LISTRIK YANG BERASAL DARI BUKAN PLN DENGAN TIDAK DIPUNGUT BAYARAN DALAM KABUPATEN ACEH UTARA BUPATI ACEH UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali. BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state atau negara yang pemerintahannya menjamin

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Boyolali,

BAB III PEMBAHASAN. Boyolali. Berdasarkan data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Boyolali, 34 BAB III PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN MASALAH 1. Cara Penetapan Besarnya Pajak Restoran Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.26,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. TAMBAHAN PENGHASILAN. Pemberian Insentif. Pemungutan. Pajak Daerah. Tahun Anggaran

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 96 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 96 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 96 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lampung Selatan berupa data PAD

III. METODE PENELITIAN. Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lampung Selatan berupa data PAD 28 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah diolah dan diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya. Pembangunan yang mensejahterakan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARGET KINERJA DAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2011 URUSAN PEMERINTAHAN 0 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF ATAS PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013 BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perwalkot Nomor 79 Nomor 2011 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA KOTA TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai Negara dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menerapkan peraturan mengenai pemerintah daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1.Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem pengendalian internal dalam kegiatan pemungutan pajak restoran yang dilaksanakan DPPKAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang memiliki peranan penting dalam pembangunan negara khususnya dibidang energi

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 12 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI DINAS PENGELOLA KEUANGAN, ASET, DAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA. oleh: Riedel S.

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI DINAS PENGELOLA KEUANGAN, ASET, DAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA. oleh: Riedel S. ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI DINAS PENGELOLA KEUANGAN, ASET, DAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA oleh: Riedel S.M Monginsidi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari pembahasan bab terdahulu, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari pembahasan bab terdahulu, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dari pembahasan bab terdahulu, diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Pajak Hotel a) Target dan Realisasi Pajak Hotel Pemungutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai kebijakan penetapan tarif pajak hiburan atas tempat hiburan malam dan karaoke dalam meminimalisir perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 6

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 6 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 6 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH BAGI PELAKSANA PEMUNGUT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI PENETAPAN APBD TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK BELAJAR PEMILUKADA DAN BELAJAR YANG BERSIFAT

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 T E N T A N G

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 T E N T A N G WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali `BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali 1. Sejarah Singkat Mengenai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset

Lebih terperinci

FICKRI ARDIANSYAH

FICKRI ARDIANSYAH Sistem Informasi Akuntansi pada Penerimaan Kas dari Hasil Penjualan Rekening Listrik Pascabayar PT PLN (Persero) UPJ Cikarang FICKRI ARDIANSYAH 44209099 LATAR BELAKANG MASALAH PT PLN (persero) adalah salah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 08 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK SILVY CHRISTINA STIE Trisakti silvy@stietrisakti.ac.id Abstract: This research was conducted at Kantor Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 571 TAHUN 2011 BUPATI INDRAGIRI HULU,

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 571 TAHUN 2011 BUPATI INDRAGIRI HULU, PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 571 TAHUN 2011 TENTANG NILAI JUAL OBJEK PAJAK PENERANGAN JALAN SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu

Lebih terperinci

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN PAJAK DAERAH YANG TERUTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan kegiatan berkesinambungan dengan tujuan utama

Lebih terperinci

PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN 5 BUPATI 8 PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah DPPKAD Kab. Karawang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 15 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah di Kota Metro selalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah di Kota Metro selalu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berkenaan dengan tujuan penelitian ini dapat disampaikan beberapa kesimpulan. 1. Tingkat pertumbuhan dan kontribusi setiap jenis pajak daerah terhadap total penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MEDAN. Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah? penerimaan Pajak Reklame.

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MEDAN. Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah? penerimaan Pajak Reklame. Lampiran I ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MEDAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Untuk mengetahui Analisis Pemungutan Pajak Reklame Sebagai Pendapan Asli Daerah Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DI KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 30.L TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang Mengingat : : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, Januari 2015, h. 1-10 ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN Sunanto

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI Disusun oleh: RIKA MAYASARI 10975005773 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap

I. PENDAHULUAN. karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak dan perlindungan konsumen merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas, karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Pajak Daerah. Penetapan. Dibayar Sendiri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMBAYARAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2006 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di Indonesia, 70% pendapatan yang diterima negara berasal dari pajak. Dari pendapatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI. BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI. a. Tugas Pokok dan Fungsi. Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 201 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : : 0 Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun 2 Daerah merupakan landasan bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Kedua Undang-Undang tersebut juga merupakan bukti nyata bahwa Pemerintah berkomitmen melaksanakan pengembangan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Berdasarkan strategi dan kebijakan yang telah dirancang untuk ditetapkan, maka ada beberapa program dan

Lebih terperinci