PENGARUH POLI(AMINO AMID) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STABILITAS TERMAL POLIMER BLEND EPOKSI/POLI(AMINO AMID)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH POLI(AMINO AMID) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STABILITAS TERMAL POLIMER BLEND EPOKSI/POLI(AMINO AMID)"

Transkripsi

1 PENGARUH POLI(AMINO AMID) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STABILITAS TERMAL POLIMER BLEND EPOKSI/POLI(AMINO AMID) Asep Nurimam 1, Dr. Hosta Ardhyananta, ST, M. Sc. 2, Yuli Setiyorini, ST, M.Phil. 2 1 Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi, 2 Staf Pengajar Teknik Material dan Metalurgi Abstrak Epoksi adalah jenis polimer termoseting dengan kekuatan tarik, stabilitas termal, sifat adesif yang tinggi dibandingkan jenis polimer yang lainya. Akan tetapi pada aplikasi yang dibutuhkan sifat fleksibilitas yang tinggi, epoksi menunjukan performa yang rendah. Maka dibutuhkan polimer tambahan untuk meningkatkan keuletan dari epoksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh polimer tambahan yaitu poliamino amid terhadap kekuatan tarik dan stabilitas termal dari epoksi, dengan memvariasikan perbandingan fraksi berat epoksi dan poliamino amid: 100/0, 80/20, 60/40, 40/60, 20/80, dan 0/100. Preparasi dilakukan dengan metode blend, dan proses curing dengan pemanasan di dalam oven pada temperature 50, 100, 150, 200, dan 250 o C masing-masing selama satu jam. Pengujian yang dilakukan adalah FTIR, DSC, pengujian tarik, SEM, dan TGA. Hasil pengujian menunjukan semakin tinggi komposisi poliamino amid maka semakin tinggi nilai keuletan yang didapat. Hal ini ditunjukkan pada komposisi epoksi/pa(60) senilai 18,8 %. Akan tetapi semakin kecil kuat tariknya. Kuat tarik tertinggi ditunjukan pada komposisi epoksi/pa(20)senilai 49 MPa. Morfologi hasil blend dengan mengunakan SEM, menunjukan homogenitas ikatan epoksi dan poliamino amid. Stabilitas termal tertinggi ditunjukan oleh komposisi epoksi/pa(20) dengan berat sisa pada 850⁰ C senilai 3.5%. Kata kunci : Epoksi, Poliamino Amid, Blend, Kekuatan Tarik, Stabilitas Termal.. Abstract Epoxy is a kind of thermosetting polymer which has tensile strength, thermal stability, and high adhesive properties more than other kinds of polymer. But in an application that needs high flexibility, epoxy shows low perform. Hence additional polymer is needed. This research is aimed to know the effect of polyamino amide against tensile strength and thermal stability of epoxy by varying comparison of epoxy weight fraction and polyamino amide: 100/0, 80/20, 60/40, 40/60, 20/80, and 0/100. Preparation is done with blend method, and curing process by heating in the oven in temperature 50, 100, 150, 200, and 250 o C for an hour each. This experiment used are FTIR, DSC, Tensile Test, TGA, and SEM. The result of the experiment shows the higher composition of polyamino amide, the higher number of ductility get. This is shown in the value of the epoxy PA(60) composition for 18.8%. However, the tensile strength is smaller. The highest tensile strength is shown in the composition of the epoxy / PA (20) worth of 49 Mpa. The blend s morphology by using SEM, showed homogeneity between poliamino amid and epoxy bond. The highest thermal stability shown by the composition of the epoxy / PA (20) with the weight residue at 850 ⁰ C value of 3.5 %. Key words : Epoxy, Polyamino Amide, Blend, Tensile Strengh, Thermal Stability. I. Pendahuluan Epoksi adalah jenis polimer termoseting dengan kekuatan tarik, stabilitas termal, sifat adesif yang tinggi dibandingkan jenis polimer yang lainya. Epoksi biasanya digunakan sebagai aplikasi pelapisan permukaan, matriks dari komposit, insolator elektrik, serta bahan perekat untuk material 1

2 lain 7. Akan tetapi pada aplikasi yang dibutuhkan sifat fleksibilitas yang tinggi, epoksi menunjukan performa yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh ikatan cross linking pada rantai epoksi. Peningkatkan fleksibilitas epoksi dapat dilakukan dengan cara penambahan polimer yang mempunyai keuletan yang lebih tinggi dari epoksi. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan cara pencampuran (blend). Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui proses blend dan proses curing epoksi/ poliamino amid serta pengaruh poliamino amid terhadap kekuatan tarik, dan stabilitas termal polimer blend epoksi/poliamino amid serta morfologinya. II. Tinjauan Pustaka 2.1. Polimer Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metallic material) yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi untuk logam terutama karena sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi dan kimia, dan murah, khususnya untuk aplikasi-aplikasi pada temperatur rendah. Hal lain yang banyak menjadi pertimbangan adalah daya hantar listrik dan panas yang rendah, kemampuan untuk meredam kebisingan, warna dan tingkat transparansi yang bervariasi, kesesuaian desain dan manufaktur. Istilah polimer digunakan untuk menggambarkan bentuk molekul raksasa atau rantai yang sangat panjang yang terdiri atas unit-unit terkecil yang berulang-ulang atau mer atau meros sebagai blok-blok penyusunnya. Molekul-molekul (tunggal) penyusun polimer dikenal dengan istilah monomer. Polimer umumnya dikelompokkan berdasarkan perilaku mekanik dan struktur rantainya. Polimer termoplastik adalah jenis polimer yang memiliki struktur rantai yang linear (linear), bercabang (branched) atau sedikit bersambung (cross linked). Polimer dari jenis ini akan melunak pada saat dipanaskan dan menjadi keras dan kaku (rigid) pada saat didinginkan secara berulang-ulang. Sementara itu, polimer termoset (termosetting), hanya melebur pada saat pertama kali dipanaskan dan selanjutnya mengeras secara permanen pada saat didinginkan. Polimer jenis ini bersifat lebih keras dan kaku (rigid) jika dibandingkan dengan termoplastik, karena struktur molekulnya yang membentuk jejaring tiga dimensi yang saling berhubungan (network). Polimer jenis elastomer, misalnya karet alam, memiliki daerah elastis non linear yang sangat besar yang disebabkan oleh adanya sambungan-sambungan antar rantai (cross links) yang berfungsi sebagai pengingat bentuk (shapememory) sehingga karet dapat kembali ke bentuknya semula, ada saat beban eksternal dihilangkan. Gambar 2.1 Jenis-Jenis Polimer Struktur Kimia Polimer Struktur kimia pada polimer ini ada berbagai macam. Struktur kimia homopolimer memiliki ikatan kimia yang bisa berupa C-C, C-H, C-O, C-N, atau salah satu bahkan keempatnya. Struktur kimia polimer ini bisa berupa isomer. Isomer yaitu rumus kimia sama, namun berbeda dalam rumus bangunnya. Hal ini bisa dikarenankan ikatan kimia jenuh atau tak jenuh (ikatan rangkap). Isomer yang biasa muncul dalam polimer yaitu berupa head to tail dan tail to tail and head to head. Head to tail structure paling banyak dijumpai. Gugus fungsi dalam ikatan polimer dapat berikatan secara primer, sekunder, atau tersier. Ikatan tersier jarang ditemukan. Ikatan sekunder lebih kuat dibandingkan ikatan primer. Gugus molekul penyusun polimer yang membentuk ikatan sekunder, mempengaruhi kekuatan mekanis, afinitas kimiawi (kompatibilitas) dengan senyawa lain (pelarut, 2

3 plastisizer, dan aditif). Kuatnya ikatan sekunder terjadi karena adanya polaritas (perbedaan momen dipol), akibat adanya jembatan hidrogen, dan karena halangan sterik lebih kuat. Bentuk molekul menjelaskan bentuk geometri dari rantai polimer yang berbentuk seperti kumparan. Jarak dari ujung satu ke ujung lainnya dinotasikan dengan R. Pada kondisi stabil, tidak bereaksi dengan lingkungan, maka disebut kondisi theta. Jika terjadi interaksi dengan lingkungan semisal kenaikan temperatur maka rantai molekul akan berekspansi, R otomatis berubah dan terjadi perubahan sifat pula. Kristalinisasi sebuah struktur yang amorf dapat terjadi secara kinetis. Pertamatama terjadi nukleasi akibat pendinginan pada suhu dibawah suhu leleh. Hal ini bersifat reversibel, artinya nuklei dapat terbentuk dan hancur. Pada kondisi kritis, nuklei berkembang menjadi inti kristalin. Selanjutnya diikuti oleh polarisasi optik mikroskopis. Dibawah kondisi yg ideal, makroskopis membentuk spherulit. Dalam keadaan suhu rendah sphrulit yang terbentuk kecil-kecil. Sedangkan pada suhu yang tinggi spherulite hanya ada beberapa namun berukuran besar. Gambar 2.2 Bentuk Geometri Rantai Polimer Morfologi dan Transisi Polimer Morfologi Polimer Merupakan bentuk polimer dalam keadaan padat. Terdapat dua jenis, yaitu berbentuk kristalin, non kristalin (amorf), dan semi kristalin. Kristalin berbentuk seperti jarum panjang dan teratur, sedangkan amorf random. Terdapat 3 jenis model dalam membedakan morfologi, yaitu : fringed micella, folded chains dan switchboard. Polimer agar menjadi kristalin harus memiliki struktur teratur dengan jarak yang teratur antar masing-masing rantai. Untuk meningkatkan kristalinitas suatu polimer maka harus dilakukan penghambatan mobilitas dan mengurangi percabangan, crosslinked, dan ketidakteraturan struktur). Kristalinitas sangat berguna bagi polimer, semakin meningkat, maka ketahanan terhadap pelarut dan pengaruh kimiawi akan meningkat pula. Selain itu akan membuat polimer menjadi kaku dan lebih kuat, mampu berelongasi dan dengan kekuatan impact yang tinggi. Namun, kristalinitas pun berpengaruh terhadap sifat optik, yaitu menurunnya ketransparananan polimer. Gambar 2.3 Jenis Morfologi Polimer Transisi polimer Transisi suatu polimer ditentukan oleh temperatur. Perubahan dari padat (kristalin) menuju (cair) disebut Titik leleh. Tm hanya dimiliki oleh polimer kristalin. Polimer amorf memiliki transisi gelas, dimana dalam keadaan panas, free volume meningkat mengakibatkan polimer bersifat lunak dan dalam keadaan dingin, free volume sedikit mengakibatkan bersifat menyerupai glass. Free volume yaitu perbedaan volume fasa liquid dan nilai ekstrapolasi pada temperatur absolute nol. Gambar 2.4 Pengaruh Temperatur terhadap Modulus Polimer 3

4 2.4. Epoksi Resin Aplikasi Epoksi sekarang semakin meningkat di berbagai aplikasi Engineering. Pada sejarah adanya epoksi tahun 1936, adalah Dr. Pierre Castan dari Swiss yang berhasil mensintesa epoksi. Pada tahun 1939 Dr.S.O. Greenle dari Amerika meningkatkan kualitas epoksi dengan menemukan formula epoksi yang berdasar epiklorohidrin (epichlorohydrin) dan bisfenol A (bisphenol A). Jenis-jenis group epoksi dapat juga disebut Glycidyl group yang mempunyai rantai oksigen seperti pada gambar dibawah.. Gambar 2.5 Rantai Epoksi 6 Epoksi dibuat dengan reaksi yang sederhana, yaitu pencampuran antara epiklorohidrin dan bisfenol A. Epoksi ini bereaksi dengan hardener/katalis membentuk struktur crosslinking. Ini membuat epoksi ini bersifat adhesive dan kekuatan yang cukup tinggi Kebanyakan Epoksi berbasis diglycidyl ether of bisphenol A (DGEBA), tetapi ada juga yang berbasis bisphenol F, dan yang lainnya. Struktur kimia dari epoksi, epiklorohidrin yang dapat bereaksi dengan group hidroksil, dengan mengeliminasi asam hidroklorik. adalah Hardener. Contoh beberapa jenis hardener adalah amin, amid, asam anhidrid, imidazol, fenol, merkaptan, dan metal oksida. Untuk merubah menjadi epoksi plastik pada temperatur kamar, yang biasa digunakan adalah jenis amine, dan amid. Karena jenis lain digunakan dengan kondisi temperatur lebih dari 150 o c untuk dapat bereaksi dengan epoksi. Amine itu sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, alifatik dengan rantai karbon lurus, sikloalifatik dengan rantai karbon berbentuk cincin, dan aromatik dengan grup amino yang berikatan dengan cincin benzen. Sebagai hardener epoksi yang digunakan adalah primarily diamines dan polyamine. NH 2 adalah grup utama dari amino. Pada reaksi awal, satu dari atom hidrogen amine bereaksi dengan grup epoksi oksigen menghasilkan rumus hidroksil grup OH -, pada saat yang bersamaan primary amine mengalami reduksi menjadi secondary amine. Gambar 2.7 Reaksi Awal Pembentukan Epoksi Plastik 6 Setelah itu reaksi berlanjut, yaitu reaksi antara secondary amine dengan grup epoksi oksigen dan reaksi selesai. Gambar 2.8 Reaksi Awal Pembentukan Epoksi Plastik 6 Gambar 2.6 Sintesa Epoksi 6 Variasi komposisi antara epiklorohidrin dan bisfenol A akan menghasilkan epoksi dengan berbagai berat molekul. Epoksi resin yang mempunyai berat molekul utama lebih dari 700 disebut high molecular, sedangkan yang kurang dari 700 disebut low molecular. Untuk merubah epoksi resin menjadi epoksi plastik dibutuhkan reaksi dengan substansi yang sesuai. Substansi disini Pada umumnya, Molekul epoksi terdiri atas dua grup epoksi dan satu primary amine dengan empat atom hidrogen. Gambar 2.9 Skema Molekul Epoksi Plastik 6\ 4

5 2.5. Poli(Amino Amid) Poli(amino amid) adalah polimer hasil kondensasi. Berawal dari reaksi nonequilibrium sejumlah mol p- carboranedicarboxylic acid dengan aromatik tetraamin. Dimana reaksi ini akan menghasilkan sebuah property baru dari polimer. Gambar di bawah ini adalah proses pembentukan dari Poli(amino amid). teknik blend ini untuk meningkatkan fleksibilitas dari epoksi dengan mengunakan diethyl toluene diamine (DETD). Hasil yang di dapatkan adalah terjadi ikatan yang homogen antara epoksi jenis bisfenol A dengan fleksibel diamine. Akan tetapi keuletan yang dicapai pada penelitian kali ini masih rendah yaitu senilai 10%. 2.7 Sifat Mekanik Polimer Perilaku mekanika polimer termoplastik sebagai respon terhadap pembebanan secara umum dapat dijelaskan dengan mempelajari hubungan antara struktur rantai molekulnya dan fenomena yang teramati. Gambar 2.10 Sintesa Poli(amino amid) 3 Sintesa poliamino amid ini biasanya digunakan dengan pelarut tryoctrylamine. Rumus kimia dari poliamino amid ini adalah 3,3'-diaminobenzidine. Sifat khas dari polimer ini adalah mempunyai adesif tinggi terhadap material apapun. Disamping itu, poliamino amid mempunyai sifat fleksibilitas yang tinggi Polimer Blend Polimer blend binary adalah pencampuran fisik dari dua polimer untuk menghasilkan bahan baru dengan sifat yang diinginkan. Ilmu pengetahuan dan teknologi polimer blend telah mendapatkan posisi penting di bidang pengembangan baru bahan polimer. Ada tiga jenis binary blend, contohnya semicrystalline / semicrystalline, amorf / amorf dan amorf / semicrystalline blend. Polimer amorf merupakan polimer dengan struktur seperti rantai kusut. Ini tidak memiliki urutan posisi dalam urutan molekuler dan dapat dengan mudah ditembus oleh pelarut. Alam karet (NR) adalah contoh dari polimer amorf 5. Penelitian ini mengunakan teknik blend. Beberapa penelitian tentang blend epoksi telah dilakukan oleh para ilmuwan. Salah satunya 12, yang mengunakan Gambar 2.11 Spesimen Uji Tarik dan Perilaku saat Pembebanan 6 Perilaku mekanik dari polimer thermoplastik secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Perilaku Elastik, (2) Perilaku Plastik, dan (3) Perilaku Visko-Elastik. Perilaku termoplastik secara umum adalah elastik non-linear yang tergantung pada waktu (time-dependent). Hal ini dapat dijelaskan dari 2 mekanisme yang terjadi pada daerah elastis, yaitu:(1) distorsi keseluruhan bagian yang mengalami deformasi, dan (2) regangan dan distorsi ikatan-ikatan kovalennya. Perilaku elastik noninear atau non-proporsional pada daerah elastis terutama berhubungan dengan mekanisme distorsi dari keseluruhan rantai molekulnya yang linear atau linear dengan cabang. Perilaku plastis pada polimer termoplastik pada umumnya dapat dijelaskan dengan mekanisme gelinciran rantai (chain sliding). Mula-mula akan terjadi pelurusan 5

6 rantai liner molekul polimer yang keadaannya dapat diilustrasikan seperti mie dengan ikatan sekunder dan saling kunci mekanik. Selanjutnya akan terjadi gelinciran antar rantai molekul yang telah lurus pada arah garis gaya. Ikatan sekunder dalam hal ini akan berperan sebagai semacam tahanan dalam proses gelincir atau deformasi geser (shear) antar rantai molekul yang sejajar searah dengan arah garis gaya. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ikatan sekunder sangat menentukan ketahanan polimer thermoplastik terhadap deformasi plastik atau yang selama ini kita kenal dengan kekuatan dari polimer. Gelinciran rantai molekul polimer thermoplastik dapat pula dilihat sebagai aliran viskos dari suatu fluida. Kemudahan molekul polimer untuk dideformasi secara permanen dalam hal ini berbanding lurus dengan viskositas dari polimer. Dari persamaan umum dapat dilihat bahwa tegangan geser akan menyebabkan gradien kecepatan antar rantai molekul yang dapat menyebabkan deformasi permanen tergantung pada viskositasnya. Perilaku penciutan (necking) dari polimer termoplastik amorphous agak sedikit berbeda dengan perilaku penciutan logam pada umumnya. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadi penciutan akan terjadi kristalisasi yang menyebabkan penguatan lokal pada daerah tersebut dan penurunan laju deformasi. Visko-elastisitas berhubungan perilaku polimer thermoplastik saat dideformasi yang terjadi dengan deformasi elastis dan aliran viskos ketika beban diaplikasikan pada bahan. Hal ini berhubungan dengan ketergantungan perilaku bahan terhadap waktu pada saat deformasi elastis dan plastis. 2.8 Stabilitas Termal Polimer Degradasi termal dari polimer adalah kerusakan molekul sebagai akibat dari overheating. Pada temperatur tinggi komponen tulang punggung rantai panjang polimer dapat mulai terpisah (pemotongan molekul) dan bereaksi dengan satu sama lain untuk mengubah sifat-sifat polimer. Degradasi termal umumnya melibatkan perubahan ada berat molekul (dan distribusi berat molekul) dari polimer dan khas perubahan properti termasuk keuletan berkurang dan embrittlement, meninggalkan jejak, perubahan warna, pengurangan retak, umum di sebagian besar sifat-sifat fisik lainnya diinginkan 11. III. Metodologi Penelitian 3.1. Diagram Alir Penelitian Gambar 2.12 Kurva Tegangan Regangan Polimer Termoplastik 6 Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 6

7 3.2. Rancangan Penelitian Untuk pelaksanaan percobaan, dibawah ini adalah rancangan penelitian yang dilakukan. Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Oleh karena itu dibuatlah sampel sampai temperatur 250 o c.dengan tahapan 50 o c,100 o c,150 o c,200 o c,dan 250 o c. Masingmasing di holding selama 1 jam. Dengan komposisi epoksi yang dicampur 100%, 80%,60%,40%,20 % dan 100% Poliamine. Dan ternyata hasilnya adalah epoksi yang terpolimerisasi sempurna dengan poliamin yang berfungsi sebagai hardenernya hanya terjadi pada komposisi 40%, 60%, dan 80% epoksi. Karena untuk 100% epoksi selama pemanasan tidak mengalami polimerisasi, dan tetap berbentuk liquid. Bahkan viscositasnya menjadi lebih kecil dari sebelumnya (menjadi lebih encer). Hal ini disebabkan, epoksi adalah monomer yang membutuhkan tambahan jenis polimer lain untuk menjadi penggabungnya (hardener). IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Preparasi Polimer Blend Epoksi/Poliamino Amid Hasil yang didapat adalah perubahan warna dan curing yang tidak sempurna dari berbagai variasi yang ada. Dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini (a).untuk temperatur 75⁰ C, 100 o C, (c) 125 o C, dan (d) 150 o C. Tabel 4.1 Hasil Percobaan Proses Curing (a) (c) Gambar 4.1 Sampel yang tidak terpolimerisasi sempurna Berdasarkan tabel diatas, ternyata temperatur yang dipilih masih belum dapat membuat epoksi berpolimerisasi sempurna. Maka kita uji epoksi tersebut dengan pengujian DSC ( Differensial Scanning Calorimetry), karena menurut Fei chen,dkk tahun 2008 untuk mebentuk polimerisasi epoksi harus dilakukan pemanasan melebihi temperature glass-nya. Dan hasil yang didapat, Tg dari epoksi pada temperature C.( Pembahasan ada pada sub. Bab 4.3 tentang Pengujian DSC). Apabila tambahan tersebut tidak ada maka tidak akan terjadi polimerisasi (gambar 4.1,a). Begitu juga dengan 100% Poliamine dan 20% epoksi,(gambar 4.1.b dan c) dua komposisi tersebut tidak mengalami proses curing yang sempurna, dan membentuk struktur gelembung pada permukaannya. Berdasarkan data uji TGA (pada sub. Bab 4.6), hal ini disebabkan karena pada kedua komposisi ini faktor Poliamin lebih dominan dibanding epoksi, sedangkan Poliamin sendiri mempunyai stabilitas termal yang lebih rendah dari epoksi 4.2 Hasil Pengujian FTIR Uji Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) ini menggunakan merek Thermo Scientific. Puncak grafik yang 7

8 diperoleh berada pada range wavenumber antara cm -1. (a) (c) 4.3 Hasil Pengujian DSC Pengujian DSC ini menggunakan alat Metler Toledo dengan memberikan pemanasan pada temperature 20 sampai 300 ⁰ C. Pengamatan dilakukan pada kenaikan heatflow terhadap temperatur. Adapun pemanasan dilakukan dengan laju kenaikan temperatur sebesar 10⁰ C per menit dan dilakukan pada tekanan kamar tanpa adanya aliran gas inert pada lingkungan ujinya. Hasil dari pengujian dapat terlihat seperti gambar dibawah ini Gambar 4.2 Grafik hasil Pengujian FTIR epoksi resin (a), poliamino amid, dan E/PA(80) (c) Grafik diatas menerangkan ikatan yang ada pada sampel uji FTIR. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan ikatan hasil spectroscopy dengan data dari material epoksi dan poliamino amid. Pembacaan grafik ini dibandingkan dengan studi FTIR epoksi dan ikatannya yang dilakukan oleh Meure, dkk (2010). Dari data yang ada grafik hasil FTIR epoksi resin (gambar 4.2,a), terdapat penyerapan vibrasi pada area lekukan 1277 cm - 1 yang merupakan aromatic eter C-O-C dari gugus epoksi. Selain itu penyerapan vibrasi terdapat pada 1455 cm -1 dan 1606 cm -1. Ini merupakan daerah serapan aromatic hidrokarbon dari epoksi C 6 H 6. Untuk grafik pengujian FTIR poliamino amid (gambar 4.2,b) daerah serapan yang terjadi pada 3276 cm -1, yang merupakan rantai khas dari polimer grup amin N-H. Sedangkan pada pengujian FTIR dari polimer blend epoksi, disini terlihat perpaduan antara rantai epoksi C-O-C dengan rantai polamino amid N-H. Karena pada grafik ini (gambar 4.2,c) terdapat daerah serapan pada 3294 cm -1 dan 1607 cm -1. Dua daera serapan ini merupakan daerah rantai poliamino amid dan epoksi. Di bawah ini adalah table yang menunjukkan daerah serapan ikatan kedua polimer tersebut. Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji DSC Resin Epoksi Grafik diatas menunjukkan peak pada temperature 200⁰ C. Karena adanya reaksi exoterm struktur DGEBA resin epoksi. Dari temperature peak tersebut, maka Tg dari resin epoksi terdapat pada temperatur 200 ⁰ C. Oleh karena itu, proses curing dilakukan pad temperature diatas 200⁰C, tepatnya 250 ⁰C Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan dengan alat Instron UTM. Dengan kecepatan tarik 1 mm/min. Pengujian ini dilakukan pada sampel yang mengalami proses curing yang sempurna. Yaitu sampel dengan kode E/PA (20), E/PA (40), dan E/PA (60). Pengujian ini dilakukan sesuai standart ASTM D 638M. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui properti tarik dari sampel yang ada. Pengujian ini berfokus pada hasil dari penambahan poliamino amid terhadap fleksibilitas polimer blend epoksi. 8

9 Karena seperti permasalahan yang dibahas pada bab I, epoksi mempunyai keuletan yang relatif rendah. Sekitar 2-3 %. Pengujian ini dilakukan tiga kali pengulangan pada tiap komposisi sampel yang digunakan. Gambar 4.4 Sampel Pengujian Tarik Setelah dilakukan pengujian didapat kurva Stress Strain dari sampel polimer blend epoksi/poliamino amid, yang tertera pada kurva dibawah ini. Gambar 4.6 Properti Tarik dari komposisi PA yang berbeda (a) pengaruh % PA terhadap UTS, pengaruh % PA terhadap Elongation, (c) pengaruh % PA terhadap Modulus Young Gambar 4.5 Kurva Hasil Pengujian tarik pada Komposisi E/PA(20), E/PA(40), dan E/PA (60) Gambar 4.5,a menunjukan nilai kuat tarik yang paling tinggi, sedangkan gambar 4.5,c menunjukan keuletan yang paling tinggi. Dari kurva yang didapat maka perlu ada data yang menunjukan perbandingan penambahan komposisi poliamino amid terhadap properti uji tarik. Gambar 4.6 diatas menunjukan pengaruh dari penambahan komposisi poliamino amid terhadap kekuatan tarik, elongation, dan modulus Young pada polimer blend epoksi/poliamino amid. Gambar 4.6,a menunjukan semakin tinggi komposisi poliamino amid, maka semakin rendah kekuatan tariknya. Hal ini disebabkan, tensile properti dari poliamino amid lebih rendah dari tensile propert epoksi. Dari hasil pengujian tarik, kuat tarik yang paling tinggi dimiliki oleh E/PA (20) senilai 49 MPa. Hasil yang paling rendah dimiliki oleh E/PA(60) senilai 17 MPa. (dapat dilihat pada gambar 4.5 (a). Akan tetapi penambahan komposisi poliamino amid ini, berdasarkan pengujian tarik ini meningkatkan elongation, hal ini disebabkan sifat poliamino amid selain berperan sebagai hardener, dan juga sebagai plastisizer pada polimer blend epoksi/pa. Data yang paling signifikan ditunjukan pada E/PA(60), dengan elongation senilai 19 %, sedangkan pada E/PA(20) mempunyai nilai elongation yang rendah, 5%. Nilai Modulus Young hasil pengujian, menunjukan semakin tinggi komposisi poliamino amid maka semakin 9

10 rendah nilai modulus Young polimer blend tersebut. Data trend ini berhubungan dengan kekuatan tarik, karena semakin tinggi kuat tarik material maka semakin kaku sifat nya Hasil Pengujian SEM Pengujian SEM ini dilakukan untuk mengetahui morfologi polimer. Sampel yang diuji adalah sampel hasil pengujian uji tarik dengan variasi komposisi poliamino amid. Gambar 4.9 Hasil SEM E/PA(60), (a) perbesaran 200X, perbesaran 400X 4.6 Hasil Pengujian TGA Di bawah ini adalah kurva hasil pengujian TGA. Pengujian ini mengunakan alat Metler Toledo, dengan memberikan pemanasan pada temperatur 20 o C hingga 850 o C. Sampel yang diuji adalah resin epoksi, poliamino amid, E/PA(20), E/PA(40), dan E/PA(60). (a) Gambar 4.7 Hasil SEM E/PA(20) (a) perbesaran 200X, perbesaran 400X Gambar 4.10 Kurva Hasil Pengujian TGA (a) Gambar 4.8 Hasil SEM E/PA (40), (a) perbesaran 200X, perbesaran 400X Gambar diatas menunjukan hasil patahan E/PA(20) dan E/PA(40). Terlihat bahwa pola patahan yang dihasilkan adalah patahan getas, dikarenakan halusnya penampang permukaan. Ini juga mempunyai korelasi dengan hasil uji tarik yang mana pada komposisi ini mempunyai UTS yang tinggi, sehingga sifat getasnya juga lebih tinggi dari yang lain. (a) Tabel 4.3 Hasil TGA Blend Epoksi/Poliamino amid Berat (gr) T( C)5 T ( C)10 sisa di T 850 Sample % loss % loss C Resin Epoksi Poliamino Amid Epoksi/PA(20%) Epoksi/PA(40%) Epoksi/PA(60%) Tujuan pengujian ini secara umum dilakukan untuk mengetahui stabilitas termal dari semua sampel. Serta mencari korelasi pengaruh penambahan poliamino amid terhadap stabilitas termal polimer blend epoksi/poliamino amid. Pengujian ini diawali dengan pengujian sampel murni, yaitu resin epoksi dan poliamino amin. Berdasarkan table 4.4 diatas, pengurangan 5 % berat awal resin epoksi terjadi pada temperature 274⁰ C, dan berat sisa pada temperatur 850⁰C senilai 3.4 gram. Ini menunjukan bahwa resin epoksi mempunyai sifat stabilitas termal yang lebih 10

11 baik dari poliamino amid, dimana poliamino amid sendiri mengalami 5% pengurangan berat awal terjadi pada temperatur 179⁰C dan berat sisa pada temperatur 850⁰C senilai 0 gram. Pada pengujian TGA sampel polimer blend epoksi/poliamino amid, E/PA(20), E/PA(40), E/PA(60), menunjukan perbedaan stabilitas termal yang signifikan antara E/PA (20) dengan E/PA(60). Ini terlihat pada 5% pengurangan berat awal E/PA(20) terjadi pada 302⁰C sedangkan E/PA(60) terjadi pada 277⁰C, dan juga berat residu yang ada pada temperatur 850⁰C terlihat perbedaan antara 3,5 dan 0 gram. Dari hasil yang ada, bahwa semakin banyak komposisi poliamino amin pada polimer blend E/PA ini akan menurunkan stabilitas termalnya. Grafik trend pengaruh poliamino terhadap 5% berat polimer blend dan berat sisa dapat dilihat di bawah ini. T pada 5 % Pengurangan Berat ( ⁰C) Berat Sisa T 850 C % berat) PA (%) (a) PA (%) Gambar 4.11 Grafik Pengaruh PA terhadap 5% pengurangan berat (a) dan berat sisa pada T 850⁰ C V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Komposisi polimer blend yang mengalami polimerisasi sempurna dengan proses curing temperatur 250⁰C hanya pada E/PA(20), E/PA(40), dan E/PA(60). 2. Hasil pengujian FTIR menunjukan hasil polimerisasi polimer blend epoksi/poliamino amid mempunyai rantai amin pada daerah serapan 3296 cm -1, dan rantai khas epoksi C-H aromatik pada 1607 cm Temperatur Tg dari bahan epoksi yang digunakan berada pada 200⁰C. 4. Hasil pengujian uji tarik menunjukan bahwa semakin tinggi komposisi pada polimer blend, maka semakin rendah kuat tarik dan modulus Young, akan tetapi akan meningkatkan keuletan dari material tersebut. 5. Penambahan Poliamino amid dapat meningkatkan fleksibilitas polimer epoksi. 6. Hasil Pengujian SEM menunjukan struktur yang homogen pada hasil curing polimer blend epoksi/poliamino amid. 7. Stabilitas termal ditentukan oleh komposisi poliamino amid, semakin tinggi akan semakin rendah sifat stabilitas termalnya Saran Berdasarkan penelitian dan kesimpulan, ada beberapa saran yang dapat diperhatikan, diantaranya : 1. Proses preparasi polimer blend hendaknya menggunakan mekanik stirrer, agar mendapatkan sifat yang lebih homogen. 2. Adanya studi khusus tentang pembahasan temperatur curing epoksi/poliamino amid pada % berat 80 poliamino amid. 11

12 3. Hendaknya ditambahkan agent lain yang mempunyai sifat tahan temperatur tinggi untuk meningkatkan stabilitas termal epoksi pada komposisi E/PA (60). 4. Pengujian mekanik yang lain, hendaknya dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik yang lain selain properti tarik. Dan juga dengan variasi temperatur sebelum melakukan pengujian. Daftar Pustaka 1. Chen, Fei, Wayne D. Cook Curing kinetics and morphology of IPNs from a flexible dimethacrylate and a rigid epoxy via sequential photo and thermal polymerization. European Polymer Journal Francis, Bejoy, Vanden Poel, Fabrice Posada Cure kinetics and morphology of blends of epoxy resin with poly (ether ether ketone) containing pendant tertiary butyl groups. Polymer Korshak, dkk Study of the chemical structure of p-carborane containing polyaminoamide macromolecules. Hetero-Organic Compounds Institute. Amerika 4. Lehman, R.L..,dkk.1999.Materials. Mechanical Engineering Handbook.Boca Raton: CRC Press LLC, Lloyd Polymer Blends. Jerman 6. Malmgren, Nils Epoxy Handbook. Swedia 7. Mark, James Polymer Data Handbook. Inggris: Oxford University Press, Inc. 8. Martinez, dkk Phase separation in polysulfone-modified epoxy mixtures. Relationships between curing conditions, morphology and ultimate behavior. Polymer Meure, Samuel, dkk FTIR study of bonding between a thermoplastic healing agent and a mendable epoxy resin. Vibrational Spectroscopy Saptono, Rahmat, Pengetahuan Bahan. Depok :Jurusan Teknik Mesin FTUI Depok. 11. Villetti, dkk Thermal Degradation of Natural Polymer. Thermal Analysis and Calorimetry Yang, Guo, Ping Yang Preparation and mechanical properties of modified epoxy resins with flexible diamines. Polymer

Pengaruh Poliamino Amid Terhadap Kekuatan Tarik dan Stabilitas Termal Polimer Blend Epoksi/Poliamino Amid

Pengaruh Poliamino Amid Terhadap Kekuatan Tarik dan Stabilitas Termal Polimer Blend Epoksi/Poliamino Amid Pengaruh Poliamino Amid Terhadap Kekuatan Tarik dan Stabilitas Termal Polimer Blend Epoksi/Poliamino Amid Oleh : Asep Nurimam 2708 100 078 Dosen Pembimbing : Dr. Hosta Ardhyananta ST.,M.Sc Co. Pembimbing

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36 Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36 Oleh : Delsandy Wega R 2710100109 Dosen Pembimbing Dr.Eng Hosta Ardhyananta, S.T.,M.Sc PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Cobalt (II) Aniline Terhadap Sifat Mekanik dan Thermal Epoksi Sebagai Bahan Adhesif Baja ASTM A-36

Pengaruh Penambahan Cobalt (II) Aniline Terhadap Sifat Mekanik dan Thermal Epoksi Sebagai Bahan Adhesif Baja ASTM A-36 Pengaruh Penambahan Cobalt (II) Aniline Terhadap Sifat Mekanik dan Thermal Epoksi Sebagai Bahan Adhesif Baja ASTM A-36 Febrike Kautsar Liemawan dan Hosta Ardhyananta Jurusan Teknik Material dan Metalurgi,

Lebih terperinci

BAB 5 POLIMER. 5.1 Pendahuluan

BAB 5 POLIMER. 5.1 Pendahuluan BAB 5 POLIMER 5.1 Pendahuluan Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metallic material) yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi untuk logam

Lebih terperinci

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381 TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER Oleh : Diego Pramanta Harvianto 2708100020 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi telah membangkitkan perhatian yang sangat besar dari para ilmuwan di seluruh dunia, dan saat ini merupakan bidang riset yang paling bergairah. Nanoteknologi

Lebih terperinci

II. EKSPERIMEN I. PENDAHULUAN

II. EKSPERIMEN I. PENDAHULUAN Pengaruh Karbon Hitam Bambu Terhadap Kekuatan Tarik, Stabilitas Thermal Dan Konduktivitas Listrik Komposit Bambu Sebagai Bahan Komponen Listrik Adam Aldino Ramadhan dan Hosta Ardhyananta Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material yang digunakan dalam pembuatan organoclay Tapanuli, antara lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material yang digunakan dalam pembuatan organoclay Tapanuli, antara lain BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Material Material yang digunakan dalam pembuatan organoclay Tapanuli, antara lain bentonit alam dari daerah Tapanuli, aquades, serta surfaktan heksadesiltrimetillammonium

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN PO LIMER

BAB IV BAHAN PO LIMER BAB IV BAHAN PO LIMER Polimer (polymer) berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu dari suku kata poly (banyak) dan meros (bagian). Polimer digunakan untuk nama suatu bahan yang tersusun dari satuan (unit)

Lebih terperinci

Pengaruh Komposisi Phenolic Epoxy Terhadap Karakteristik Coating pada aplikasi pipa overhead debutanizer

Pengaruh Komposisi Phenolic Epoxy Terhadap Karakteristik Coating pada aplikasi pipa overhead debutanizer JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-69 Pengaruh Komposisi Phenolic Epoxy Terhadap Karakteristik Coating pada aplikasi pipa overhead debutanizer Diego Pramanta Harvianto dan Sulistijono

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

BAB 6 BAHAN POLYMER Part 1

BAB 6 BAHAN POLYMER Part 1 BAB 6 BAHAN POLYMER Part 1 Polymer Pengantar Polymer: bahan organik dengan ciri molekul raksasa yang memiliki berat molekul lebih besar dari 10.000 g/g.mol, bahkan dapat mencapai 1.000.000 g/g.mol. Poly

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES Irwan Nugraha Saputra 2109100100 Dosen Pembimbing : Putu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan secara garis besar pengetahuan teori yang menunjang dalam penelitian yang akan dilakukan. A. Batu Marmer Marmer adalah batuan kristalin yang berasal dari

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) Oleh Instansi e-mail : Ir. Muhammad Khotibul Umam Hs, MT : Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY : umamhasan@lycos.com

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi Sampel Pada proses preparasi sampel terdapat tiga tahapan utama, yaitu proses rheomix, crushing, dan juga pembentukan spesimen. Dari hasil pencampuran dengan

Lebih terperinci

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI 04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI 4.1. Deformasi 4.1.1 Pengertian Deformasi Elastis dan Deformasi Plastis Deformasi atau perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu deformasi elastis dan deformasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pasar untuk bahan-bahan yang berasas minyak tumbuhan sangat berkembang disebabkan oleh keuntungan-keuntungan dalam hal ekonomi, lingkungan dan ketersediaannya. Bahan-bahan

Lebih terperinci

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER Ely Sulistya Ningsih 1, Sri Mulyadi 1, Yuli Yetri 2 Jurusan Fisika, FMIPA

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAMBU DAN POLIMER TERHADAP ADHESIVITAS ANTARMUKA POLIMER/BAMBU

PENGARUH JENIS BAMBU DAN POLIMER TERHADAP ADHESIVITAS ANTARMUKA POLIMER/BAMBU PENGARUH JENIS BAMBU DAN POLIMER TERHADAP ADHESIVITAS ANTARMUKA POLIMER/BAMBU Prima Putra Jaya, Lizda Johar Mawarani, ST. MT JURUSAN TEKNIK FISIKA-FTI ITS-SURABAYA Abstrak Dalam pembuatan komposit polimer/bambu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Termal Pada pengujian termal menggunakan metode DSC, ABS Original + ABS Recycle mendapatkan hasil yang bervariasi pada nilai Tg dan nilai Tm. Didapatkannya

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS 1.1.PENDAHULUAN Tujuan Pengujian Mekanis Untuk mengevaluasi sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam disain Untuk memprediksi kerja material dibawah kondisi pembebanan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Dari pengujian dengan alat spectrometer yang telah dilakukan pada sampel uji, komposisi yang terdapat di dalam sampel uji dapat dilihat pada Lampiran 1,

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO EFEK WAKTU PERLAKUAN PANAS TEMPER TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPAK BAJA KOMERSIAL Bakri* dan Sri Chandrabakty * Abstract The purpose of this paper is to analyze

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET La Maaliku 1, Yuspian Gunawan 2, Aminur 2 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI Oleh : AMAR BRAMANTIYO 040304005Y DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Aninda Trimarsa P Dosen Pembimbing : Dr. Hosta Ardhyananta, ST, M.Sc

SIDANG TUGAS AKHIR. Aninda Trimarsa P Dosen Pembimbing : Dr. Hosta Ardhyananta, ST, M.Sc SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Kadar Serbuk Aluminium Terhadap Sifat Mekanik dan Konduktivitas Listrik Komposit Polidimetilsiloksan/Aluminium Untuk Pelat Bipolar Sel Bahan Bakar Membran Elektrolit Polimer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Styrofoam dan Partikel Karet Terhadap Sifat Mekanik Resin Polyester Tak Jenuh

Pengaruh Penambahan Styrofoam dan Partikel Karet Terhadap Sifat Mekanik Resin Polyester Tak Jenuh MAT - Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, 1-17 Oktober Pengaruh Penambahan Styrofoam dan Partikel Karet Terhadap Sifat Mekanik Resin Polyester Tak Jenuh Paryanto Dwi Setyawan a, Sugiman b a,b Jurusan

Lebih terperinci

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur. KARAKTERISTIK EFEK PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT SERAT BATANG PISANG DENGAN PERLAKUAN NaOH BERMETRIK EPOXY Ngafwan 1, Muh. Al-Fatih Hendrawan 2, Kusdiyanto 3, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut : PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau

Lebih terperinci

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK BENDING KOMPOSIT POLYESTER - PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES Kevin Yoga Pradana 2109 100 054 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-36

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-36 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-36 Pengaruh Penambahan Karbon terhadap Sifat Mekanik dan Konduktivitas Listrik Komposit Karbon/Epoksi sebagai Pelat Bipolar

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR Oleh : Nofriady. H 1 dan Sudarisman 2 Jurusan Teknik Mesin 1 - Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK Sri Hastuti Firman 1, Muris, dan Subaer Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI Oleh: RIDWAN SYARIF 04 04 04 062 3 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI

STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI Oleh ZULFIKAR RACHMAN AJI 040404072Y DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai jenis bambu diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Grafit Terhadap Kekuatan Tarik, Konduktivitas Listrik Dan Stabilitas Termal Pada Komposit Polidimetilsiloksan/Grafit

Pengaruh Penambahan Grafit Terhadap Kekuatan Tarik, Konduktivitas Listrik Dan Stabilitas Termal Pada Komposit Polidimetilsiloksan/Grafit JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) ISSN : 1-5 1 Pengaruh Penambahan Grafit Terhadap Kekuatan Tarik, Konduktivitas Listrik Dan Stabilitas Termal Pada Komposit Polidimetilsiloksan/Grafit Rizky Maghrifandi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS CUT RULLYANI 0806422901 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Epoksi, poliamina, poliamida (nilon), FTIR, sifat mekanik, analisa termal, ketahanan kimia

Kata Kunci : Epoksi, poliamina, poliamida (nilon), FTIR, sifat mekanik, analisa termal, ketahanan kimia JURNAL SAINS DAN SENI POMITS, (2013) 1-6 1 Pengaruh Variasi Komposisi Hibrid Epoksi-Nilon Dengan Poliamin Terhadap Kualitas Sifat Mekaniknya Sebagai Pelapis Kayu Silvia Ermawati dan Lukman Atmaja Jurusan

Lebih terperinci

STUDI SIFAT-SIFAT REOLOGI ASPAL YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK

STUDI SIFAT-SIFAT REOLOGI ASPAL YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK STUDI SIFAT-SIFAT REOLOGI ASPAL YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK Rezza Permana, ST. Peneliti Institut Teknologi Nasional Jl. PHH Mustapa 23 Bandung Telp. 022 727 2215 ; Facs 022 7202892 E-mail : edelweiss_pirates@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN Oleh : 1. Dyah Sawitri, ST.MT 2. Dr.-Ing. Doty Dewi Risanti, ST.MT 3. Lizda Johar Mawarani, ST.MT LABORATORIUM REKAYASA BAHAN JURUSAN TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

HIDROKARBON DAN POLIMER

HIDROKARBON DAN POLIMER HIDROKARBON DAN POLIMER Hidrokarbon Senyawa karbon disebut senyawa organik karena pada mulanya senyawa-senyawa tersebut hanya dapat dihasilkan oleh organisme Senyawa lain yang tidak berasal dari makhluk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial Densifikasi parsial, baik kompresi maupun impregnasi, terbukti dapat meningkatkan sifat-sifat kayu Agatis maupun Mangium. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat mekanis hasil sintesis dan kualitas hasil sintesis pada bahan dasar kaca laminating dan tempered. Sifat mekanis yang diukur

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PATI SAGU DAN AREN HMT 1. Kadar Air Salah satu parameter yang dijadikan standard syarat mutu dari suatu bahan atau produk pangan adalah kadar air. Kadar air merupakan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gage length

BAB II TEORI DASAR. Gage length BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam menganalisa data yang didapatkan

Lebih terperinci

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 366 375 ISSN 2086-3403 OPTIMASI SIFAT MEKANIS KEKUATAN TARIK BAJA ST 50 DENGAN PERLAKUAN GAS CARBURIZING VARIASI HOLDING TIME UNTUK PENINGKATAN MUTU BAJA STANDAR

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH UKURAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA SERBUK KAYU SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH UKURAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA SERBUK KAYU SKRIPSI ANALISIS PENGARUH UKURAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA SERBUK KAYU SKRIPSI oleh DENDY ARIF 04 04 04 019 4 SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI

Lebih terperinci

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Perpatahan Rapuh Keramik (1) #6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN MIKRO SERBUK KULIT KERANG DARAH (ANADORA GRANOSA) TERHADAP KOMPOSIT EPOKSI-PS/SERBUK KULIT KERANG DARAH (SKKD) SKRIPSI

PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN MIKRO SERBUK KULIT KERANG DARAH (ANADORA GRANOSA) TERHADAP KOMPOSIT EPOKSI-PS/SERBUK KULIT KERANG DARAH (SKKD) SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN MIKRO SERBUK KULIT KERANG DARAH (ANADORA GRANOSA) TERHADAP KOMPOSIT EPOKSI-PS/SERBUK KULIT KERANG DARAH (SKKD) SKRIPSI Oleh TOMMY ARISSA PUTRA 090405039 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci