Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea dalam Teori Liberal Fungsional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea dalam Teori Liberal Fungsional"

Transkripsi

1 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea dalam Teori Liberal Fungsional AMRI HAKIM Universitas Abdurrab Abstract The objectives of this paper are to explain process and identify the unique patterns of Korean integration based on its unique background than integration models in many regions. By using Liberal Functional Theory and Qualitative methode, founded that Korean Integration which was begun with cooperations in low politics interest, by developing Kaesong Industrial Complex had contributed significantly to economy of both country, but it did not spill over to other field, did not create interdependence and integrations politics, because it was opposite of North Korea high politics interest to maintain the existence of Kim Il-Sung Dynasty. Keywords: Integrations process, high politics, low politics, spill over, interdependence. Pendahuluan Di antara model-model integrasi yang pernah diterapkan di berbagai kawasan dunia, integrasi Korea Selatan dan Korea Utara merupakan yang terunik, kedua negara sedang terlibat dalam konflik militer serta memiliki sistem politik dan ekonomi yang berbeda. Integrasi Eropa Barat dijalankan dalam kondisi damai, tidak ada konflik militer diantara mereka, semua negara yang berintegrasi merupakan negara-negara dengan sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalis. Integrasi negara-negara Amerika Utara juga senada dengan Eropa Barat, mereka tidak berada dalam situasi berkonflik satu sama lain dan semua negara yang terlibat menganut sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalis. Untuk konteks ASEAN pun tidak ada ketegangan militer diantara mereka, bahkan organisasi ini pada awalnya merupakan bentukan Amerika Serikat untuk negara-negara berideologi liberal dalam rangka membendung pengaruh komunisme (containment policy) di kawasan Asia Tenggara. Berangkat dari keunikan kondisi yang melatar belakangi proses integrasi Korea Selatan dan Korea Utara tersebut, maka paper ini bertujuan untuk menjelaskan proses dan mengidentifikasi pola-pola khusus integrasi yang dimulai lewat kerjasama pembangunan Kawasan Industri Kaesong dengan menggunakan Teori Liberal Fungsional. Pembahasan Proposisi pertama dari Teori Liberal Fungsional adalah pengkategorian dua bentuk kepentingan nasional, yaitu: a. high politics, merupakan kepentingan yang sangat krusial berupa kedaulatan, pertahanan dan keamanan sebuah negara. b. low politics, merupakan kepentingan yang tidak terlalu sensitif bagi eksistensi sebuah negara seperti investasi, produksi, perdagangan, dan kalau kepentingan ini dikerjasamakan 53

2 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional tidak akan melahirkan gesekan-gesekan antar negara, malah akan memberikan keuntungan bagi negara-negara yang bekerja sama. Berangkat dari proposisi tersebut maka pembahasan tentang proses integrasi Korea Utara dengan Korea Selatan ini akan dimulai dengan memetakan kepentingan-kepentingan nasional kedua negara dalam dua kategorisasi diatas sehingga memperlihatkan dasar bagi proses integrasi yang sedang berjalan. Kepentingan Nasional Korea Selatan High politics Diantara kedua bentuk kepentingan high politics Korea Selatan dalam hubungannya dengan Korea Utara yaitunya kedaulatan dan keamanan nasional, indikator yang terakhir ini merupakan prioritas tertinggi dalam perumusan kebijakan luar negeri negara tersebut. Karenanya pembahasan tentang kepentingan high politics Korea Selatan akan difokuskan kepada keamanan nasionalnya. Konsep keamanan nasional berasal dari Perspektif Realis yang berargumen bahwa setiap negara sebagai unit dari sistem internasional selalu berada di bawah kondisi merasa terancam atau curiga bahwa tetangganya akan memerangi mereka. Argumen ini lahir dari proposisi: sistem internasional bersifat anarki, dimana tidak ada otoritas sentral yang bisa mendisiplinkan perilaku unit-unit sistem (negara), dan sifat dasar manusia yang menjalankan negara adalah agresif (selalu berupaya meningkatkan kekuasaannya baik berupa, pengaruh, perluasan teritorial ataupun kekayaan), serta instrumen akhir yang digunakan oleh negara untuk meningkatkan kekuasaannya adalah kekuatan militer (perang). Pengalaman interaksi kedua negara dimasa lalu, seperti Korea Utara pernah menggempur Korea Selatan yang dalam tiga hari berhasil menduduki Seoul dan dua bulan berikutnya hampir menguasai seluruh wilayah Korea Selatan, kedua negara masih dalam status gencatan senjata, jarak antara perbatasan Korea Utara ke ibu kota Korea Selatan kurang dari 50 km yang berarti Seoul berada dalam jarak tembak artileri dan rudal Korea Utara, selanjutnya kepemilikan senjata nuklir Korea Utara, dimana pada tahun 2008 Pyongyang mengumumkan kesuksesannya dalam pengayaan uranium untuk kepentingan militer yang diperkirakan membuat Korea Utara mampu memproduksi plutonium yang telah dipisahkan sebanyak 30 sampai 50kg, cukup untuk setengah lusin senjata nuklir, membentuk citra Korea Utara sebagai ancaman keamanan nasional bagi Korea Selatan. Alternatif-alternatif strategi atau kebijakan yang diambil oleh Korea Selatan terhadap Korea Utara, seperti tekanan dunia internasional berupa sanksi, bantuan ekonomi, atau deterrence nuklir melalui aliansi dengan Amerika Serikat hanya bisa menghentikan ancaman temporer, akan tetapi tidak dalam penghapusan ancaman secara permanen. Instrumen integrasi politik kedua negara yang dimulai dengan integrasi ekonomi merupakan alternatif strategi yang bermanfaat untuk menghilangkan ancaman keamanan permanen Korea Utara bagi Korea Selatan, dengan integrasi politik berarti tidak ada lagi perbedaan identitas nasional, tidak ada lagi persaingan memperluas kekuasaan dan melakukan perlombaan senjata, tidak ada lagi patriotisme sempit serta Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

3 Amri Hakim tentunya tidak ada lagi saling memprovokasi, yang ada hanyalah satu negara bangsa Korea dengan keunggulan ekonomi yang telah dibangun Korea Selatan dan keunggulan militer yang telah dibangun Korea Utara. Low politics Kepentingan low politik Korea Selatan pada umumnya bisa dijelaskan dengan melihat karakter ekonominya sebagai negara industri yang berorientasi memaksimalkan rantai nilai global (outward looking), dan prasyarat utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah daya saing industri nasional. Market size atau ukuran pasar merupakan jumlah penduduk sebuah negara yang potensial menjadi konsumen dari sebuah produk industri. Dalam ekonomi mikro market size merupakan prasayarat untuk mencapai economic scale, yaitu penurunan biaya produksi satuan produk apabila produksi sampai pada kuantitas tertentu, dan pada akhirnya berkontribusi terhadap daya saing industri sebuah negara. Dengan jumlah penduduk sebesar 48,5 juta jiwa, market size Korea Selatan sangat jauh dibawah negara-negara industri saingannya di kawasan Asia dan hanya menempati ranking ke dua belas dalam Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, sedangkan negara tetangganya China menempati ranking dua dengan jumlah penduduk sebanyak 1.354,1 juta jiwa, begitupun dengan Jepang yang berada pada ranking empat dengan jumlah penduduk sebesar 127 juta jiwa. 1 Integrasi Korea akhirnya bisa dilihat sebagai salah satu bentuk kepentingan low politics negara ini untuk memperbesar market size domestiknya, dengan menyatunya kedua negara berarti akan memberikan tambahan penduduk sebanyak dua puluh tiga juta jiwa dari Korea Utara dan meningkatkan market size Korea Selatan menjadi 71,5 juta jiwa. Komponen lain dari efisiensi biaya produksi khusunya bagi industri kecil dan menengah adalah upah buruh. Menurut Peter Dicken karena industri kecil dan menengah sangat intensif dengan penggunaan tenaga buruh dalam proses produksi maka gaji buruh atau pekerja merupakan faktor terbesar penentu biaya produksi. 2 Kesuksesan pembangunan ekonomi Korea Selatan dalam dua dekade terakhir berkontribusi terhadap peningkatan upah buruh di negara tersebut, selanjutnya ada kekacauan kebijakan perburuhan, kondisi politik yang tidak stabil, militansi buruh, meluasnya dualisme antara perusahaan berorientasi ekspor dan domestik. Hal ini menjadi permasalahan bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang tingkat kompetitifnya sangat bergantung kepada buruh (labour intensive industry sector). Solusi bagi permasalahan ini sebelumnya ditempuh dengan mendatangkan buruhburuh migran berupah rendah dari China dan negara-negara Asia Tenggara. akan tetapi hal yang tidak bisa didapatkan dari buruh-buruh murah migran adalah kemampuan berbahasa, dengan menggunakan buruh-buruh murah dari Korea utara yang bahasa kesehariannya sama dengan manajer-manajer dari Korea Selatan, operasional industri 1 World Economic Forum, Global Competitiveness Report , Geneva, 2011, hal Peter Dicken, Global Shift, mapping the changing contours of the world economy, The Guilford, New York, 2011, hal 308. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

4 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional menjadi lebih efektif dan efisien sehingga berkontribusi terhadap daya saing industri Korea Selatan di pasar global. 3 Pada sub bab ini dapat disimpulkan bahwa Korea Selatan dalam hubungannya dengan Korea Utara memiliki kepentingan low poltics berupa penambahan penduduk untuk memperluas market size domestiknya dan mendapatkan buruh berupah murah yang bahasa kesehariannya sama dengan manejer industri Korea Selatan. Kepentingan Nasional Korea Utara High politics Senada dengan Korea Selatan, dimana kepentingan high politicsnya didominasi oleh isu ancaman keamanan nasional dari Korea Utara, kepentingan high politics Korea Utara pun didominasi oleh ancaman keamanan nasional berupa preemptive military action dari Korea Selatan dan Amerika Serikat, bedanya bagi Korea Utara ancaman tersebut lebih dimaknai sebagai ancaman terhadap eksistensi Dinasti Politik Kim Il-Sung. Gabriel Almound dalam Teori Struktural Fungsional Sistem Politik berargumen bahwa untuk memahami atau untuk memberikan makna terhadap karakter sistem politik sebuah negara kita bisa melakukannya melalui penelaahan interaksi fungsi dari lembaga-lembaganya. Diantara fungsi-fungsi tersebut adalah rekruitmen politik, sosialisasi politik, komunikasi politik, artikulasi dan agregasi kepentingan, pembuatan kebijakan, penerapan serta penghakiman kebijakan. 4 Fungsi yang paling signifikan dalam membentuk karakter sistem politik adalah fungsi rekruitmen politik, karena fungsi tersebut merefleksikan sumber dan konstelasi kekuasaan serta merupakan determinan terhadap fungsi-fungsi lainnya. Aktor politik yang menempati struktur melalui mekanisme perwakilan rakyat (demokrasi) idealnya akan memberikan ruang bagi fungsi artikulasi kepentingan rakyat (partisipasi) dan tentunya memberikan ruang bagi berjalannya fungsi komunikasi politik dalam rangka pembuatan, pelaksanaan dan penghakiman kebijakan bahkan dalam menentukan struktur dan fungsi dari sistem politik itu sendiri, fungsi seperti ini normalnya tidak terwujud dalam sistem politik yang mekanisme rekruitmen politiknya bersifat trah keturunan (dinasti) atau yang dimonopoli oleh sekelompok elit (aristokrat). Korea Utara lahir dibawah kepemimpinan Kim Il-Sung pada tanggal 9 September 1948 dan selama 46 tahun kepemimpinannya sampai tahun 1994 the founding father Korea Utara tersebut telah berhasil menanamkan dogma melalui sistem politik otoriter sebagai pemimpin besar yang harus dipuja oleh warga negaranya. Yang perlu diperhatikan dalam memberikan makna terhadap karakter sistem politik Korea Utara adalah karena begitu kuat dan tersentralisirnya kekuasaan pada Kim Il-Sung maka fungsi rekruitmen politik dimonopoli oleh sang pemimpin melalui mekanisme suksesi kepemimpinan dinasti politik, hal ini ditunjukkan dengan diangkatnya Kim Jong-Il 3 Ralph M. Wroble, Ten Years of Kaesong Industrial Complex: a brief history of the last economic cooperation project of the Korean Peninsula, Economic and Environmental Studies, Vol.14, No.2, Zwickau, Germany, 2014, hal Mochtar Mas oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2008, hal 36. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

5 Amri Hakim sebagai calon penggantinya pada tahun Dinasti politik Kim Il-Sung pun dilanjutkan oleh Kim Jong-Il melalui penunjukan puteranya Kim Jong-Un sebagai pengganti (pangeran) pada Februari Sampai pada titik ini kita bisa memberikan makna bahwa karakter atau model sistem politik Korea Utara adalah Dinasti Politik. Selanjutnya untuk menjelaskan kepentingan high politics negara tersebut kita bisa menggunakan model rezim yang dijalankan. Pola yang melekat dari Model Dinasti Politik adalah Rezim Otoriter Birokratik Militer Yang Terorganisir dan Tersentralisasi. Rezim seperti ini digunakan untuk mengontrol tidak terjadinya pembusukan, kudeta atau revolusi terhadap dinasti yang sedang berkuasa. Jadi karena Dinasti Kim Il-Sung menggunakan Rezim Birokratik Militer Yang Terorganisir dan Tersentralisasi maka bisa ditafsirkan bahwa Dinasti Kim Il-Sung mempunyai kepentingan mempertahankan kekuasaan dari revolusi domestik, dan logisnya dalam konteks politik luar negeri, dengan berasumsi negara sebagai aktor yang tunggal dan otonom, Korea Utara pun mempunyai kepentingan nasional mempertahankan Dinasti Politik Kim Il-Sung. Argumen ini senada dengan argumen Norman D. Levin sebagaimana dikutip oleh Dwi Arsita Waskitarini tahun 2009 bahwa kepentingan nasional Korea Utara yang paling prioritas adalah mempertahankan kekuasaan Dinasti Kim Il Sung. 5 Sebagaimana disimpulkan diatas bahwa Korea Utara mempunyai kepentingan nasional mempertahankan kekuasaan Dinasti Politik Kim Il-Sung dan juga telah dipaparkan doktrin Realis terhadap kemanan nasional bahwa setiap negara sebagai unit dari sistem internasional selalu berada di bawah kondisi merasa terancam atau curiga bahwa tetangganya akan memerangi mereka, maka kepemilikan persenjataan nuklir oleh Korea Utara bisa dilihat sebagai strategi penangkalan invasi atau preemptive military action dari Amerika Serikat dan Korea Selatan yang bisa menghilangkan kekuasaan Dinasti Kim Il Sung di Korea Utara. 6 Program nuklir Korea Utara sendiri dimulai pada akhir tahun 1950-an melalui kerjasama program penelitian dengan Uni Soviet yang berlokasi di sekitar wilayah Yongbyon. pengerjaan reaktor nuklirnya sendiri dimulai pada tahun Korea Utara menggunakan ahli dari warga negaranya dan pasokan teknologi dari luar negeri untuk membangun reaktor nuklir kecil berukuran 5 MWE di Yongbyon. Tahun 1986 Korea Utara telah mampu memproduksi 6kg plutonium pertahun. Setahun berikutnya satelit Amerika Serikat medeteksi adanya uji coba ledakan dan rencana baru untuk memisahkan plutonium dari reaktor. Selama dua dekade program pengayaan ini telah dibekukan dibawah pengawasan yang disepakati dalam perundingan enam pihak tahun 1994 dan Ketika Perundingan Enam Pihak dibatalkan pada tahun 2008 Korea Utara mengeporasikan kembali reaktor 5MWE dan secara terbuka mengumumkan pengayaan uranium untuk kepentingan militer dan pembangunan reaktor light water yang diperkirakan membuat Korea Utara mampu memproduksi plutonium yang telah dipisahkan sebanyak 30 sampai 50kg sehingga cukup untuk setengah lusin senjata nuklir. 5 Dwi Arsita Waskitarini, Kebijakan Luar Negeri Jepang Terhadap Isu Nuklir Korea Utara, Thesis, Universitas Indonesia, 2009, hal Dick K. Nanto, The North Korean Economy, leverage and policy analysis, CRS Report For Congress, 2008, hal 4. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

6 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional Pada tahun 2009 Korea Utara mengumumkan bahwa mereka sudah bisa melakukan pengayaan uranium dengan tujuan untuk pembangkit tenaga listrik. Pada tahun 2010 Korea Utara dalam kunjungan para pakar nuklir Amerika Serikat memperlihatkan reaktor light water berkapasitas 100 MWT dan mesing pengayaan uranium bertenaga gas yang kedua-duanya berlokasi diyongbyon. Pejabat Amerika Serikat memperkirakan dengan teknologi tersebut Korea Utara bisa memproduksi senjata nuklir dengan lebih efisien dan efektif. Selain mempunyai kepentingan nasional mempertahankan kekuasaan Dinasti politiknya dan mempertahankan kepemilikan senjata nuklir, Korea Utara juga mempunyai kepentingan atas pencabutan sanksi PBB yang bisa menghambat pengembangan program nuklirnya. Pernyataan ini berasal dari proposisi Model Analisis Strategi yang dikembangkan oleh Patrick Morgan bahwa kebijakan luar negeri diarahkan untuk mencapai suatu atau beberapa kepentingan nasional. Proposisi ini bisa dipahami sebagai berikut: pertama, terdapat jalinan dari beberapa kepentingan nasional sebuah negara, kedua sebagai konsekuensinya sebuah strategi atau kebijakan luar negeri juga bisa dilihat sebagai upaya untuk mencapai beberapa kepentingan yang saling terjalin tersebut. Makna yang bisa diberikan oleh proposisi ini terhadap kepentingan Korea Utara dalam pencabutan sanksi PBB adalah bahwa Korea Utara memiliki kepentingan nasional untuk mempertahankan kekuasaan atau eksistensi Dinasti Kim Ill-Sung, dan dalam rangka menangkal preemptive military action Korea Selatan yang bisa berakibat hilangnya kekuasaan Dinasti Kim Il-Sung tersebut, Korea Utara membangun persenjataan nuklir, kemudian karena PBB menjatuhkan sanksi yang bisa menghambat pengembangan persenjataan nuklir Korea Utara tersebut maka Korea Utara pun mempunyai kepentingan agar sanksi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dicabut. Berkenaan dengan uji coba nuklir Korea Utara pada tanggal 12 Februari 2013 yang melanggar Resolusi PBB 1718 tahun 2006, 1874 tahun 2009, dan Resolusi maka Dewan Keamanan PBB sekali lagi pada tanggal 7 maret 2013 mengeluarkan sanksi dalam Resolusi 2094 dengan tujuan untuk mencegah penyebaran Senjata Pemusnah Masal dan teknologi misil balistik. Sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini bekerja dalam tiga ranah yang semuanya berujung pada penghambatan perkembangan program nuklir Korea Utara, berupa: pertama, yang berhubungan dengan barang-barang khusus. Kedua, menargetkan kepada entitas dan individu seperti pembekuan aset dan larangan berkunjung. Ketiga mewaspadai transaksi keuangan. 7 Pada akhir sub bab ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Korea Utara dalam hubungannya dengan Korea Selatan mempunyai kepentingan high politics yang saling berkaitan berupa: kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan Dinasti Politik Kim Il-Sung, mempertahankan kepemilikan senjata nuklir, dan mengupayakan pencabutan sanksi PBB sebagai penghambat program pengembangan senjata nuklirnya. LLow politics 7 IISS Workshop Report, UN Sanctions on North Korea: Prospects and Problem, Dubai, 4 September 2013, hal 2. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

7 Amri Hakim Kepentingan low politics Korea Utara bisa dijelaskan dengan menganalisis karakter ekonominya sebagai negara komunis. Sama seperti negara komunis lainnya Rusia, China yang mengalami kegagalan pembangunan ekonomi pada tahun 1990-an akibat kelemahan dari sistem ekonomi komunis itu sendiri, Korea Utara pun terjebak dalam resesi ekonomi selama tujuh tahun, dimulai pada tahun 1990 ketika pertumbuhan ekonomi negara tersebut minus 3,7 persen yang terus berlanjut pada tahun 1997 sebagai titik terdalamnya minus 6,3 persen. Efek lanjutan dari resesi tersebut adalah neraca perdagangan Korea Utara mengalami defisit sebesar USD 1,5 miliar pertahun. Grafik pertumbuhan ekonomi Korea Utara 8 Data kodisi ekonomi Korea Utara diatas bisa digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa Korea Utara mempunyai kepentingan nasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan aktifitas produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa dalam sebuah negara berkontribusi terhadap kesejahteraan warga negaranya melalui ketersediaan lapangan kerja dan kemampuan anggaran pemerintah. Faktor fundamental dari pertumbuhan ekonomi tersebut adalah investasi. Berangkat dari kebutuhan akan investasi, Korea Utara telah mengambil beberapa strategi atau kebijakan yang bisa dilihat dalam ulasan berikut. Pada awal tahun 1990-an disaat terjadinya keruntuhan Blok Komunis, Korea Utara membentuk Kawasan Ekonomi Khusus Rajin-Sonbong atau yang dikenal juga dengan Golden Triangle Korea Utara, China dan Rusia. Kedekatan geografis antara kawasan ini dengan 8 Loc,it., hal 9. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

8 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional China dan Jepang, kekayaan alam berupa hasil laut, pelabuhan laut yang terbebas dari pembekuan saat musim dingin merupakan keunggulan bagi SEZ ini untuk menarik investasi dari luar negeri. Kebijakan ekonomi yang berorientasi pasar (market friendly), seperti insentif pajak, jaminan keuntungan, kebebasan cukai untuk impor dan ekspor bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi, pun diambil guna lebih mengatraksi investasi dari luar negeri. Selanjutnya pada tahun 2000 dan 2001 Kim Jong-il mengunjungi China dalam beberapa kesempatan dan terkesan dengan perkembangan ekonomi SEZ di sana. Sebagai hasilnya pada tahun 2002 Korea Utara mengumumkan pembukaan SEZ baru di Sungai Yalu yang berhadapan dengan dengan Kota Dandong di China. Seperti kasus Hongkong, rencana ini bertujuan untuk menarik aliran dana dari China ke Korea Utara dengan menggunakan hukum terpisah yang mengizinkan kepemilikan swasta berupa alat produksi, pemisahan sistem keuangan dan kepabeanan, kemandirian anggaran dan kebebasan pergerakan modal. Sebagai tambahannya pada tahun 2002 Korea Utara mengadakan serangkaian reformasi ekonomi yang disebut oleh sejumlah pengamat sebagai langkah pertama penguatan ekonomi pasar di negara tersebut berupa menerapkan aturan moneter dan pengurangan peran pemerintah dalam pengaturan harga dan kontrol distribusi. Dalam perjalanannya Kawasan Ekonomi Khusus Rajin-Sonbong tidak membuahkan pencapaian yang memuaskan seperti yang dilalui China, hal ini disebabkan oleh beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Korea Utara sendiri, yaitu: Korea Utara hanya memiliki lahan yang kecil tidak seluas yang dimiliki oleh China, kekurangan sumber daya alam, sistem pemerintahan yang otoriter, infrastruktur yang tidak memadai (pasokan energi, pelabuhan dan jalan raya), angkatan kerja yang tidak kompetitif, jumlah penduduk hanya 23 juta jiwa sehingga tidak menjadi pasar yang menarik bagi investor. Alternatif bagi Korea Utara untuk menarik investasi dari luar negeri kemudian bergeser ke Korea Selatan, karena sebelumnya di tahun 1998 Presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung menyampaikan kebijakan terbarunya (sunshine policy) mengenai perdamaian Kedua korea termasuk bantuan dan kerjasama ekonomi sebagaimana yang telah tertuang di dalam proposal unifikasi. Harapan Korea Utara tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Kim Dae-jung dengan presiden Kim Jong-il pada bulan juni tahun 2000 yang juga semakin memperkuat komitmen integrasi kedua korea. Kesimpulan yang bisa ditarik dari sub bab ini adalah bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan warga negaranya dan meningkatkan kemampuan anggaran pemerintah sendiri, maka Korea Utara memiliki kepentingan untuk menarik investasi dari luar negeri, khusunya Korea Selatan sebagai salah satu ekonomi maju di kawasan Asia Timur. Kawasan Industri Kaesong Sebagai Bentuk Kerjasama Kepentingan Low Politics Setelah mengkategorisasikan kepentingan nasional kedalam high dan low politics, proposisi pertama Teori Liberal Fungsional berargumen bahwa kerjasama dalam Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

9 Amri Hakim kepentingan low politics tidak akan menimbulkan gesekan antar negara malah akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Sebelumnya telah dipaparkan bahwa Korea Selatan memilki kepentingan low politics berupa: perluasan pasar domestik dan buruh berupah murah, dan Korea Utara memilliki kepentingan low politics berupa menarik investasi asing untuk kesejahteraan warga negara dan pendapatan pemerintahnya. Realisasi kerjasama kepentingan low politics dari kedua negara tersebut adalah dengan dibangunnya dua kawasan ekonomi khusus yaitu Kaesong Industrial Complex dan Kawasan Wisata Gunung Kumgang di wilayah Korea Utara yang berbatasan langsung dengan Korea Selatan. Pada tanggal 22 Agustus tahun 2000 Hyundai sebagai investor dari Korea Selatan menandatangani perjanjian pendirian Kaesong Industrial Complex dengan Komite Perdamaian Chosun Asia Pasifik Korea Utara serta melakukan pembayaran awal pada bulan Juni sebesar USD 500 juta untuk hak ekslusif lahan seluas 6,400 ha. Setelah diresmikan pada bulan Juni 2003, pembangunan konstruksi Kaesong Industrial Complex akhirnya dimulai pada bulan april 2004 dengan tambahan likuiditas bagi Hyundai dari BUMN Korea Selatan KLC (Korean Land Corporation). Pembangunan kawasan tersebut direncanakan dalam tiga tahap, pertama dari tahun 2002 sampai 2007 merupakan tahap pembangunan kluster perusahaan-perusahaan tekstil dan produk kulit seluas 330 hektar. Tahap kedua dari tahun 2006 sampai 2009 pembangunan kluster industri manufaktur dan jasa seluas 430 hektar, dan tahap ketiga kluster perusahaan teknologi dan bahan kimia dengan luas hektar direncanakan dari tahun 2008 sampai tahun Dalam rangka pengelolaan Kawasan Industri Kaesong yang memfasilitasi interaksi kedua negara, Korea Selatan membentuk The Secretariat of South-North Joint Committee sebagai media Korea Selatan membangun komunikasi dengan Korea Utara. Badan ini telah membuat kemajuan yang signifikan dalam permasalahan 3C, komunikasi, kepabean bagi industri-industri yang ada dalam kompleks tersebut. Sesuai dengan kepentingan Korea Selatan dimana pembangunan Kawasan Industri Kaesong bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri perusahaan-perusahaan kecil dan menengahnya dan memang Korea Utara bisa menyediakan buruh-buruh berupah murah, maka data perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang berinvestasi di KIC juga merefleksikan karakter industri tersebut dalam beberapa sektor berikut: pada tahun , 35 % adalah perusahaan yang bergerak di sektor tekstil dan pakaian, 13 % perusahaan kimia (kulit sintetis dan bahan-bahan kosmetik), 26 persen perusahaan di bidang permesinan dan logam, 15 % di bidang elektronik (komponen LCD). Dari tahun 2005 sampai 2012, tekstil merupakan sektor yang paling produktif dengan total produksi sebesar USD 1,06 miliar, peringkat kedua ditempati oleh sektor alat-alat kelistrikan dengan total produksi sebesar USD 389,276. Sebaran produksi masing-masing sektor lebih rinci dipaparkan dalam tabel berikut ini. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

10 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional Year Sektor Tabel 6. Produksi Kawasan Industri Kaesong (dalam seribu dolar) Total Tekstil Kimia Mesin Listrik Makan an Kertas Dll Total Buruh murah sebagai competitive advantages Kawasan Industri Kaesong memang menjadi magnet yang kuat bagi investasi perusahaan-perusahaan Korea Selatan. Hal ini terlihat dari perkembangan kawasan industri ini yang sangat pesat, pada tahun 2005 dimana baru ada 11 perusahaan Korea Selatan yang berproduksi, jumlah tersebut meningkat hampir sepuluh kali lipat lima tahun kemudian menjadi 109 perusahaan dan terus meningkat menjadi 123 perusahaan pada tahun Total produksi pun meningkat dari USD ditahun 2005 menjadi USD pada tahun Tabel 7. Perkembangan kawasan Industri Kaesong pertahun (Dalam seribu dollar) 10 Tahun Perusahaan Produksi 1,491 73, , , , ,200,000 Expor ,830 39,670 33,964 11, ,360,000 Kontribusi 58,08% 26,89% 21,47% 14,00% 9,63% 17,07% Keuntungan Korea Selatan dan Korea Utara dari Kawasan Industri Kaesong Proposisi kedua dari Teori Liberal Fungsional adalah terdapatnya keuntungan dari kerjasama bagi kedua negara yang dapat dibagi dalam 3 dimensi, keuntungan yang diperoleh pemerintah berupa pajak, devisa, pengetahuan, teknologi dan legitimasi politik, manfaat yang diperoleh oleh bisnis berupa keuntungan dari efisiensi biaya produksi dan peningkatan market size, serta manfaat yang diperoleh oleh publik berupa ketersediaan lapangan pekerjaan. Keuntungan Korea Selatan Keuntungan yang diperoleh oleh Pemerintah Korea Selatan dari Kerjasama Pembangunan Kawasan Industri Kaesong ini bisa dibagi kedalam dua bidang: pertama, 9 White paper Korean Unification, Ministry of Unification, 2013, hal Ralph M. Wroble, Ten Years of Kaesong Industrial Complex: a brief history of the last economic cooperation project of the Korean Peninsula, Economic and Environmental Studies, Vol.14, No.2, Zwickau, Germany, 2014, hal 135. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

11 Amri Hakim dalam bidang ekonomi dimana semenjak tahun 2003 sampai 2007 kawasan ini telah memberikan nilai tambah sebesar USD 1,4 miliar kepada ekonomi Korea Selatan. 11 Kedua, dalam bidang politik, berupa penyebaran nilai-nilai liberal demokrasi dan kapitalisme kepada warga Korea Utara agar terjadinya proses pembusukan atau delegitimasi terhadap Dinasti Kim Il-Sung, dengan beroperasinya kawasan industry Kaesong sebanyak warga Korea Utara baik pekerja maupun keluarganya telah melihat keunggulan sistem ekonomi kapitalisme dan sistem politik demokrasi dari Korea Selatan dibandingkan sistem ekonomi komunisme dan sistem politik otoriter Korea Utara. Pada level bisnis Kawasan industri ini telah memberikan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan Korea Selatan sebagai berikut: Pertama, terkait karakteristik sebagai labour intensive industry, perusahaan-perusahaan Korea Selatan mendapatkan upah buruh hampir lima puluh persen lebih murah dari pada upah buruh di China. kedua, jam kerja yang lebih banyak empat jam dari China selain berkontribusi terhadap peningkatan jumlah produksi juga sebenarnya bisa diartikan upah buruh di Kaesong bisa mencapai enampuluh persen dibanding upah buruh China, karena dengan upah USD 100 seorang buruh China hanya bekerja 44 jam sedangkan buruh Korea Utara dengan upah hampir setengah lebih murah bekerja selama 48 jam seminggu. Tabel 8. Perbandingan biaya produksi di Kaesong dan China Item Kaesong China South Korea Upah bulanan USD USD USD 423 Jam kerja perminggu Pajak Pendapatan Perusahaan 10-14% 15% 23-28% Biaya sewa per 3,3 m2 Won 150,000 Won 50,000 Won 407,550 Selanjutnya pajak pendapatan bagi perusahaan-perusahaan Korea Selatan hampir sepuluh persen lebih murah dari pada pajak pendapatan di negaranya sendiri dan sekitar dua setengah persen lebih murah dari pada China. Dengan keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah Korea Selatan tersebut tidak mengejutkan kalau terjadi peningkatan produktifitas atau daya saingnya dibandingkan kompetitornya dari negara lain khusunya China, hal ini ditunjukan oleh data peningkatan produksi Kaesong dari USD pada tahun 2005 menjadi USD pada tahun 2010, total ekspor pun meningkat dari USD pada tahun 2005 menjadi USD 105,360,000 pada tahun Keuntungan bagi publik Korea Selatan dalam konteks lapangan pekerjaan hanya sebanyak 786 orang, memang tidak sebanding yang diperoleh Korea Utara orang. Dengan catatan bahwa dari kebanyakan pekerja dari Korea Selatan tersebut berada pada posisi manejer berbeda dengan pekerja Korea Utara yang menempati posisi buruh. 11 Kim Jin-moo, Different Stance Between North and South Korea on The Kaesong Industrial Complex and Its Future Prospect, Korean Institute for Defense Analyses, Issue 85, 5 juni 2013, hal 2. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

12 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional Keuntungan Korea Utara Menurut Ralph M. Wroble, beroperasinya Kaesong Industrial Complex telah memberikan berbagai macam keuntungan bagi Korea Utara. Pertama KIC membantu memperbaiki neraca perdagangan Korea Utara yang selama ini menderita defisit yang sangat besar, hal ini tentunya disebabkan oleh peningkatan investasi perusahaan Korea Selatan yang mentriger produksi dan ekspor Korea Utara dan secara langsung berkontribusi terhadap perolehan valuta asing atau cadangan devisa Korea Utara. Pada tahun 2002 Construction Economic Research Institute Of Korea memperkirakan KIC telah memperkerjakan sebanyak orang warga Korea Utara dan peningkatan Gross Domestic Product Korea utara sebesar 16,7 persen. Sedikit berbeda dengan Construction Economic Research Institute of Korea, Kementerian Unifikasi Korea Selatan memaparkan Pekerja Korea Utara di KIC pada tahun 2012 sebanyak orang, statistik pekerja Korea Utara pertahunnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 9. Perbandingan pekerja Korea Utara dan Korea Selatan (orang) Klasifikasi Pekerja Korut Pekerja korsel Total Sebelum penutupannya pada bulan April 2013, keuntungan keuangan yang paling utama bagi Pemerintah Korea Utara adalah cadangan devisa dari upah pekerjanya. Berdasarkan Peraturan Perburuhan di KIC, Pekerja Korea Utara harus digaji USD 50 perbulannya yang dibayarkan secara langsung, akan tetapi pemerintah Korea Utara meminta perusahaan membayarkan gaji tersebut melalui mereka dengan alasan kurangnya jasa penukaran mata uang asing di KIC. Diperkirakan dengan proses pembayaran tersebut Pemerintah Korea Utara mendapatkan cadangan devisa tiap tahunnya sebesar USD 86 juta. Perkembangan Kawasan Industri Kaesong juga berkontribusi terhadap performance ekonomi Korea Utara sebagai negara miskin berupa peningkatan perdagangan luar negerinya menjadi USD 6-7 miliar dan meraih surplus perdagangan sebesar USD 400 juta. 12 Kepentingan Korea Utara untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi seperti yang dipaparkan diatas, mempersyaratkan institusi ekonomi pasar yang efektif dan efisien. Dengan model ekonomi komunis yang selama ini dijalankan di negara tersebut, membuat para pengambil kebijakan Korea Utara harus belajar bagaimana mendesign bekerjanya model ekonomi pasar. Seperti yang diungkapkan oleh Lim Kang-taeg dan 12 Loc, it.,hal 3. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

13 Amri Hakim Lim Sung-hoon: implementasi dari Kawasan Industri Kaesong merupakan media pembelajaran bagi Korea Utara untuk belajar dan menguji reformasi ekonomi guna menarik modal dan teknologi dari luar negeri. Dalam jangka panjang diharapkan para pekerja Korea Utara juga mempunyai kemampuan untuk memodernisasi peralatan kerja mereka dan memeperbaiki efisiensi sistem pengelolaan pabrik. Hal yang juga tak kalah pentingnya adalah para pekerja Korea Utara beragam wilayah dapat menyebarkan pengetahuan-pengetahuan dari hasil interaksinya dengan pekerja dari Korea Selatan di daerah mereka masing-masing sehingga memberikan pembelajaran yang luas bagi Korea Utara. Pola Khusus Integrasi Korea Tidak terwujudnya spill over Proposisi ketiga dari Teori Liberal Fungsional adalah Manfaat dari kerjasama yang dirasakan oleh masing-masing negara akan mendorong mereka untuk meningkatkan kerjasamanya dan melebarkan ke bidang yang lainnya (spill over). Konsep ini terwujud dalam proses Integrasi Eropa, ketika mereka memulai bekerjasama dalam pengelolaan wilayah Ruhr Basin sebagai lokasi produksi besi dan baja terbesar di eropa melalui Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa, dan masing-masing negara yang mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut kemudian melebarkan kerjasamanya kebidang energi atom dengan membentuk Masyarakat Energi Atom Eropa, kerjasama itu kemudian juga dikembangkan ke pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa. Keuntungan dan kebutuhan dari kerjasama ekonomi ini pun akhirnya melebar kebidang politik dengan dibentuknya Parlemen Eropa pada tahun 1979 dan pembentukan suprasktruktur politik regional yang disebut Uni Eropa, serta penggunaan mata uang bersama Euro pada tahun 2000 dan penyerahan fungsi pengawasan perbankan eropa kepada European Central Bank pada tahun Berbeda dengan proposisi Liberal Fungsionalis dan pengalaman proses Integrasi Eropa tersebut, Proses integrasi Korea yang dimulai dengan kerjasama pembangunan Kawasan Industri Kaesong antara Korea Selatan dengan Korea Utara malah menuju kearah kemunduran. Hal ini ditunjukan oleh dua kasus berikut: pertama, Kawasan Wisata Gunung Kumgang yang merupakan program kembar dari doktrin economic exchanges and cooperations bersama Kawasan Industri Kaesong, malah ditutup oleh Korea Utara pada tahun 2008 setelah terjadinya insiden penembakan wisatawan asal Korea Selatan oleh tentara Korea Utara. Kedua, penutupan Kawasan Industri Kaesong itu sendiri oleh Pemerintah Korea Utara sebagai bentuk protes atas sanksi yang dijatuhkan Dewan Kemanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap kepemilikan senjata nuklirnya serta sebagai respon terhadap latihan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat yang dipersepsikan oleh negara tersebut sebagai persiapan preemptive military action Korea Selatan dan Amerika Serikat Ralph M. Wroble, Ten Years of Kaesong Industrial Complex: a brief history of the last economic cooperation project of the Korean Peninsula, Economic and Environmental Studies, Vol.14, No.2, Zwickau, Germany, 2014, hal 126. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

14 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional Kesimpulan yang bisa diambil dari sub bab ini adalah bahwa kerja sama low politics sebagai bentuk dari proses Integrasi Korea tidak menuju kearah pengembangan kerjasama (spill over) akan tetapi malah menuju ke arah kemunduran kerjasama yang diakibatkan penggunaan kerja sama low politics sebagai instrument diplomasi oleh Korea Utara ketika terjadi benturan kepentingan high politics kedua negara. Tidak terwujudnya interdependensi Proposisi keempat dari Teori Liberal Fungsional adalah ketika kerjasama dan integrasi semakin meningkat, maka akan bertambah sulit bagi negara-negara untuk menarik diri dari komitmen-komitmen yang telah mereka buat karena rakyat mereka telah menyadari berbagai keuntungan yg diperoleh dari kerjasama (interdependensi). Konsep interdependensi ini tidak terwujud didalam kerjasama Kawasan Industri Kaesong karena pemerintah Korea Utara sendiri terlihat dengan gampang menggunakan penutupan kawasan Kaesong sebagai instrumen diplomasi dalam rangka mencapai kepentingan high politicsnya. Tidak sulitnya pemerintah Korea Utara dalam menarik diri dari komitmen kerjasama tersebut juga diakibatkan oleh model sistem politik otoriter yang dianut oleh Korea Utara, dimana kebijakan luar negeri dimonopoli oleh Pemerintah dan rakyat tidak diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan. Tidak terwujudnya integrasi politik Proposisi kelima dari Teori Liberal Fungsional adalah peningkatan kerjasama antara bidang tersebut diharapkan membuat negara-bangsa menjadi tidak berfungsi sehingga mendorong penyatuan politik diantara negara-negara yang bekerjasama (integrasi politik). Sebagaimana pengalaman periode pertama Unifikasi Korea tidak membuahkan penyatuan politik antara Korea Selatan dan Korea Utara karena adanya perbedaan format unifikasi yang mau dicapai, pengalaman ini terulang kembali dalam proses Integrasi Korea melalui kerjasama pembangunan Kawasan Industri Kaesong ini, Korea Utara dengan kepentingan nasionalnya untuk tetap mempertahankan ideologi komunisme dan kekuasaan dinasti politik Kim Il-Sung menginginkan format Konfederasi atau satu Bangsa Korea dengan dua sistem politik dan ekonomi, sedangkan Korea Selatan menginginkan format negara kesatuan dengan satu sistem politik dan ekonomi. Pernyataan ini berangkat dari tidak adanya data-data yang menunjukan kerja sama kedua negara untuk membangun institusi-institusi politik supra nasional seperti parlemen atau komisi dalam kasus Integrasi Eropa sebagai fondasi lahirnya sistem politik baru menggantikan sistem politik Korea Selatan dan Korea Utara yang sudah tidak berfungsi. Tidak terwujudnya institusi-institusi supra nasional ini tentunya juga disebabkan oleh tidak terwujudnya spill over dan interdependensi dari kerjasama pembangunan Kawasan Industri Kaesong antara Korea Selatan dan Korea Utara. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

15 Amri Hakim Kesimpulan Kesimpulan yang bisa ditarik proses integrasi Korea Utara dan Korea Selatan berdasarkan Teori Liberal Fungsional, beserta pola-pola khusus yang terjadi akibat perbedaan sistem politik dan kondisi keamanan kedua negara adalah sebagai berikut: a. Proses Integrasi Korea didasari oleh kepentingan nasional kedua negara berupa kepentingan high and low politics. b. Kepentingan high politics Korea Selatan adalah menghilangkan ancaman keamanan dari Korea Utara dan kepentingan low politicsnya adalah perluasan market size dan buruh berupah murah dari Korea Utara guna meningkatkan daya saing industri kecil dan menengahnya. c. Kepentingan high politics Korea Utara mempertahankan kekuasaan Dinasti Kim Il Sung, mempertahankan kepemilikan senjata nuklir dan pencabutan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa sedangkan kepentingan low politicsnya adalah kebutuhan investasi dari Korea Selatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. d. Kepentingan low politics Korea Selatan dan Korea Utara dikerjasamakan dengan pembentukan Kawasan Industri Kaesong. e. Kawasan Industri Kaesong memberikan keuntungan bagi Korea Selatan, berupa nilai tambah ekonomi sebesar USD 1,4 miliar, peningkatan daya saing perusahaan kecil dan menengah serta pembukaan lapangan kerja sebanyak 786 bagi warganya. Sedangkan bagi Korea Utara memberikan keuntungan, berupa peningkatan GDP sebesar 16,7 persen, pembukaan lapangan kerja bagi orang warganya, Cadangan devisa bagi pemerintah Korea Utara USD 86 juta dari transfer gaji warganya dan surplus perdagangan sebesar USD 400 juta. f. Karena kepentingan high politics merupakan kepentingan yang paling vital bagi keamanan sebuah negara, maka ketika terjadi benturan kepentingan high politics Korea Utara dengan Korea Selatan berupa latihan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat yang dipersepsikan oleh negara tersebut sebagai persiapan preemptive military action Korea Selatan dan Amerika Serikat, Korea Utara mengorbankan kepentingan low politicsnya sebagai instrumen diplomasi yang menyebabkan tidak terwujudnya spill over, interdependensi dan integrasi politik atau terhambatnya proses Integrasi Korea. DAFTAR PUSTAKA Arsita, Dwi Waskitarini, (2009) Kebijakan Luar Negeri Jepang Terhadap Isu Nuklir Korea Utara, Thesis, Universitas Indonesia. Dicken, Peter, (2011) Global Shift, mapping the changing contours of the world economy, The Guilford. IISS Workshop Report (2013) UN Sanctions on North Korea: Prospects and Problem, IISS. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

16 Studi Eksplanatif Proses Integrasi Korea Dalam Teori Liberal Fungsional Jin-moo, Kim, (2013) Different Stance Between North and South Korea on The Kaesong Industrial Complex and Its Future Prospect, Korean Institute for Defense Analyses, Issue 85. Mas oed, Mohtar, (1989) Studi Hubungan Internasional Tingkat Teoritis dan Analisis, Pusat Antar Universitas Studi Sosial Universitas Gadjah Mada. Mas oed, Mochtar, dan MacAndrews Colin, (2008) Perbandingan Sistem Politik, Gajah Mada University Press. M. Wroble, Ralph (2014) Ten Years of Kaesong Industrial Complex: a brief history of t he last economic cooperation project of the Korean Peninsula, Economic and Environmental Studies, Vol.14, No.2. Nanto, Dick K. (2007) dan Mayin, M. (2007) The Kaesong North-South Industrial Complex, CRS Report for Congress. Nanto, Dick K. (2008) The North Korean Economy, leverage and policy analysis, CRS Report For Congress. Ohmae, Kenichi, (2003) The Next Step of Globalization, Erlangga. Peace and Cooperations, White Paper on Korean Unification (1996) Ministry of National Unification Richard W, Mansbach dan Rafferty, Kristen L. (2012) Pengantar Politik Global, Nusa Media Steans, Jill dan Pettiford, Lioyd, (2009) Hubungan Internasional Perspektif dan Tema, Pustaka Pelajar. S, Nuraeini (2010) Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar. Schwab, Klaus, (2011) Global Competitiveness Report , World Economic Forum. White paper Korean Unification, (2013) Ministry of Unification United Nations Security Council, (2013) Resolution 2094, S/RES/2094/2013. Journal of International Society, Vol. 3, No. 1,

STUDI EKSPLANATIF PROSES INTEGRASI KOREA DALAM TEORI LIBERAL FUNGSIONAL. Amri Hakim. (

STUDI EKSPLANATIF PROSES INTEGRASI KOREA DALAM TEORI LIBERAL FUNGSIONAL. Amri Hakim. ( STUDI EKSPLANATIF PROSES INTEGRASI KOREA DALAM TEORI LIBERAL FUNGSIONAL Amri Hakim Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Abdurrab, Pekanbaru (Email: amri.hakim@univrab.ac.id) Abstract:

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG Penutupan Kaesong pada tahun 2016 merupakan sebuah berita yang mengejutkan bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG Berjalannya kegiatan di Kaesong merupakan sebuah keberhasilan dari proyek yang telah lama

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI BARU Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Teori Dependensi Baru Teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RRC dahulu sebuah negara miskin dengan pendidikan rendah dan teknologi sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis Cina (PKC)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013 Yang Terhormat : Saudara Menteri Keuangan; Saudara Menteri Perdagangan; Para Pejabat Eselon I dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH 151070247 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung mereda hingga saat ini. Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat membuat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KOREA SELATAN TERHADAP KOREA UTARA TERKAIT KASUS PENUTUPAN KAWASAN INDUSTRI KAESONG PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN HYE

KEBIJAKAN KOREA SELATAN TERHADAP KOREA UTARA TERKAIT KASUS PENUTUPAN KAWASAN INDUSTRI KAESONG PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN HYE KEBIJAKAN KOREA SELATAN TERHADAP KOREA UTARA TERKAIT KASUS PENUTUPAN KAWASAN INDUSTRI KAESONG PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN HYE South Korean Policy Towards North Korean In The Cases Of Kaesong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China 1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok / RR China dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/2/PBI/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/7/PBI/2017 TENTANG PEMBAWAAN UANG KERTAS ASING KE DALAM DAN KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)

Lebih terperinci

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat kapas yang berasal dari tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan salah satu bahan baku penting untuk mendukung perkembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci