TUGAS NARASI MINGGU KE-12 FILSAFAT ILMU KELOMPOK 9B
|
|
- Hadi Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TUGAS NARASI MINGGU KE-12 FILSAFAT ILMU KELOMPOK 9B NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Karina Surya Permatasari ( ) Dian Indrawati ( ) Nailun Ni mah ( ) Maylina Nurwindiarti ( ) Miftakhul P Kurniawan ( ) Maria Charlin Norin Reswa ( ) DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013
2 PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Tugas narasi minggu kesepuluh ini kami buat dengan sebenar-benarnya atas kerjasama dari kelompok 9B Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga dan tidak memuat unsur plagiat dari pihak manapun. Surabaya, 28 Mei 2013 TTD Sekretaris Ketua Dian Indrawati Karina Surya P. NIM NIM Bendahara 1 Bendahara 2 Nailun Ni mah NIM Maylina N. NIM Bendahara 3 Bendahara 4 Miftakhul P.K. NIM Maria Charlin N. NIM
3 MENJADI MAHASISWA EXCELLENT DENGAN PEMAHAMAN PENALARAN INDUKSI Tidak terasa hari ini kita menjumpai hari Selasa tanggal 28 Mei 2013 dan itu artinya kita akan bertemu kembali dengan mata kuliah Filsafat Ilmu yang diajar oleh Bapak Moh. Adib. Sangat senang sekali kami bisa bertemu dengan mata kuliah yang hanya kami dapat sekali di perkuliahan ini namun sangat banyak sekali ilmu-ilmu yang kami dapat dari mata kuliah ini. Seperti biasa, 15 menit sebelum bel perkuliahan dibunyikan Pak Adib sudah datang di kelas. Seorang dosen yang selalu konsisten untuk bertindak disiplin agar dapat dicontoh oleh semua mahasiswa. Beliau menulis di papan mengenai apa yang akan dibahas pada hari ini yaitu tentang Pola Penalaran Induksi. 5 menit sebelum perkuliahan dimulai, kelompok hari ini yang akan presentasi yaitu kelompok 9B yang merupakan kelompok kami, sudah bersiap di depan kelas dan akan menjelaskan tentang pola penalaran induksi, dengan kelompok 9A sebagai kelompok pembanding. Waktu sudah menujukkan pukul 10.00, Pak Adib menutup pintu tanda perkuliahan akan segera dimulai. Mahasiswa yang sedang menuju kelas bergegas sebelum duduk di kursi kehormatan. Pak Adib membuka perkuliahan dengan kalimat pengantar dan mengajak kami berdoa terlebih dahulu sebelum memulai perkuliahan. Begitu banyak pengaruh baik yang ditularkan oleh beliau kepada kami. Moderator kelompok 9B ditunjuk untuk mengabsen mahasiswa yang hadir. Moderator kelompok kami yaitu Karina Surya, dibantu oleh Dian Indrawati memanggil satu persatu nama mahasiswa Administrasi Negara. Setelah selesai mengabsen, kami dipersilahkan Pak Adib untuk mempresentasikan materi kami. Karina membuka diskusi kita pada hari ini dengan memperkenalkan satu persatu anggota kami. Kelompok kami membahas tentang pengertian, prinsip-prinsip, jenis, probabilitas dan faktor probabilitas. Satu demi satu kami membacakan slide yang berisi materi kami. Setelah materi yang kami sampaikan selesai, moderator kami mempersilahkan kelompok 9A sebagai kelompok pembanding untuk menambahkan materi kami. Ayu Novia menambahkan contoh-contoh dari penalaran induksi. Disusul dengan Herfina Tedjo dan Ariani. Kemudian dibukalah sesi pertanyaan, ada 3 mahasiswa yang mengangkat tangan yaitu Ogin Antariksa, Nikitasari, dan Fransiska. Pertanyaan tersebut terdiri dari : Ogin Antariksa : Apakah yang dimaksud dengan Spasio-Temporal dan sebutkan contohnya?
4 Nikitasari : apa yang dimaksud dengan metode sampling yang digunakan di pola penalaran induksi? apakah ada pembantahan laagi? Fransiska : kapan generalisasi induksi dikatakan benar dan tepat? Kelompok kami meminta waktu beberapa menit untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diajukan. Beberapa saat kemudian Dian Indrawati menjawab pertanyaan dari Fransiska, lalu disusul Miftakhul Kurniawan yang menjawab pertanyaan dari Ogin Antariksa. Disini Wawan menjawab bahwa spasio-temporal berarti generalisasi tersebut tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu, jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja. Wawan juga memberikan contoh mengnai apel. Apel yang berwarna hijau berasa masam, maka kapanpun dan dimanaapun apel hijau berasa masam. Kemudian Pak Adib melakukan perbantahan bahwa tidak semua apel hijau berasa masam, karena apel malang berwarna hijau yang terkadang tidak masam. Lalu banyak juga dijumpai di supermarket apel berwarna hijau juga tidak masam. Kemudian Wawan memberi contoh lain lagi yaitu mangga muda, kapanpun dan dimanapun berasa masam. Beliau pun kembali membantah pernyataan tersebut bahwa mangga manalagi pun masi tetap manis walau masih muda. Disnilah kelompok pembanding mulai menambahkan dan membantu memberi contoh yaitu: Orang makan menggunakan tangan, maka kapanpun dimanapun setiap orang makan menggunakan tangan. Disinilah baru tidak ada perbantahan lagi. Dan kelompok 9A juga menambahkan dan membantu kelompok 9B untuk menjawab pertanyaan. Karena keterbatasan waktu dan kami hanya diberikan 15 menit untuk mempresentasikan materi kelompok kami, maka moderator mengakhiri diskusi kita hari ini. Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan ketidaksempurnaan dari penampilan kami tadi. Setelah diskusi diakhiri, kini giliran Pak Adib yang menjelaskan lebih detail lagi kepada mahasiwa tentang Apakah Penalaran Induksi itu. Induksi merupakan pola penalaran untuk melakukan penyimpulan dalam logika dari kasus-kasus umum. Dijelaskan pula prinsip dari penalaran induksi itu seperti apa. Jenis-jenis penalaran induksi dan probabilitas (kredibilitas beserta faktornya). Beliau menjelaskan dan memberi contoh masing-masing. Beberapa contoh yang digunakan pak Adib dalam penjelasannya adalah contoh mengenai apel. Generalisasi induksi dicontohkan: (1) apel malang 1 keranjang warna hijau. (2) dicobalah dan menunjukan rasanya masam. Maka dapat disimpulkan bahwa apel malang 1 keranjang tersebut berasa masam. Namun terdapat juga unsur-unsur analogi lainnya antara lain: (1) warna hijau (2) ketika dipegang keras (3) rasanya masam. Kesimpulan: apel berwarna hijau dan ketika dipegang keras maka rasanya masam. Beliau juga menambahkan
5 bahwa pola penalaran induksi hanya diambil unsur-unsurnya yang sama saja, dengan mengabaikan unsur yang berbeda dengan contoh dimisalkan dalam satu keranjang apel. Apel 1 dipegang keras dan berwarna hijau berasa masam, apel 2 ketika dipegang keras, dan warna hijau juga masam maka dapat disimpulkan bahwa semua apelnya masam. Kemudian beliau menyebutkan beberapa nama mahasiswanya untuk dijadikan contoh. Contohnya adalah: (1) mahasiswa yang bertanya dan menjawab adalah mahasiswa yang cerdas (2) mahasiswa yang selalu bertanya dan menjawab adalah mahasiswa yang cerdas, maka semua mahasiswa Administrasi Negara adalah mahasiswa yang cerdas. Setelah memberikan pernyataan itu Pak Adib langsung menyebutkan beberapa nama mahasiswa yang diingat oleh beliau untuk dijadikan contoh yaitu: (1) Ogin sering bertanya dan menjawab maka dia adalah mahasiswa yang cerdas; (2) Anton sering bertanya dan menjawab maka dia adalah mahasiswa yang cerdas; (3) Gina sering bertanya dan menjawab maka dia adalah mahasiswa yang cerdas; (4) Susilo sering bertanya dan menjawab maka dia adalah mahasiswa yang cerdas. Maka dapat disimpulkan bahwa semua mahasiswa Administrasi Negara adalah mahasiswa yang cerdas. Beliau juga menambahkan kebenaran ini bersifat probabilitas, jadi semakin banyak bukti maka semakin bisa diterima oleh rasio kita, dan semakin tinggi fakta semakin tinggi pula probabilitasnya. Kami sempat terkejut ketika mendengarkan Pak Adib menyebut beberapa nama mahasiswa dan mahasiswi AN. Kami tidak menyangka bahwa pak Adib bisa mengahafalkan banyak nama mahasiswa AN dengan benar. Sungguh dosen yang super sekali karena baru kali ini ada dosen yang hafal dengan nama mahasiswanya dengan benar. Dan baru kali ini juga kami melihat dosen yang selalu memberikan contoh yang langsung bisa ditangkap oleh rasio kami tanpa kami bisa membantahnya lagi. Tidak lupa, ditengah perkuliahan Pak Adib selalu menyelipkan kata-kata motivasi untuk menambah semangat kami. Itulah yang kami selalu kagumi dari sosok seorang dosen Filsafat kita yaitu Pak Adib. Kurang lebih 45 menit beliau menjelaskan tentang materi penalaran induksi, karena jam sudah menunjukkan pukul maka perkuliahan hari ini diakhiri. Sebelum mengakhiri perkuliahan, Pak Adib mengajak kami untuk berdoa lebih dahulu. Sungguh dosen yang berbeda dari dosen-dosen lainnya, jika kuliah berakhir hanya diakhiri begitu saja. Sifat religius dan kedisiplinan Pak Adib yang membuat kami kagum terhadap beliau. Setelah doa berakhir, maka berakhir pula kuliah Filsafat Ilmu pertemuan ke-12 hari ini. Tidak terasa sudah 12 minggu kami diajar oleh dosen seperti beliau yang memberi kami banyak sekali ilmu pengetahuan dan juga sikap-sikap positif bagi kami. Kuliah kami akhiri dengan segudang ilmu yang kami dapatkan hari ini.
6 POLA PENALARAN INDUKSI Pengertian Penalaran Induksi Penalaran induksi merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induksi merupakan kebalikan dari penalaran deduksi. Filsuf pada zaman keemasan Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal, disebut sebagai pola penalaran induksi. Menurut John Stuart Mill ( ), induksi sebagai kegiatan budi, dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus atau kasus-kasus khusus, juga akan benar untuk semua kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi dalam hal-hal tertentu. Prinsip Penalaran Induksi Premis-premis dari induksi ialah proposisi empirik yang langsung kembali kepada suatu observasi indera atau proposisi dasar (basic statement). Proposisi dasar menunjuk kepada fakta, yaitu observasi yang dapat diuji kecocokannya dengan tangkapan indera. Pikiran tidak dapat mempersoalkan benar-tidaknya fakta, akan tetapi hanya dapat menerimanya. Konklusi penalaran induksi itu lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya. Menurut kaidah-kaidah logika, penalaran itu tidak sahih, pikiran tidak terikat untuk menerima kebenaran konklusinya. Meskipun konklusi induksi itu tidak mengikat, akan tetapi manusia yang normal akan menerimanya, kecuali kalau ada alasan untuk menolaknya. Jadi konklusi penalaran induksi itu oleh pikiran dapat dipercaya kebenarannya atau dengan perkataan lain: konklusi induksi itu memiliki kredibilitas rasional. Kredibilitas rasional disebut probabilitas. Probabilitas itu didukung oleh pengalaman biasanya cocok dengan observasi indera, tidak mesti harus cocok.
7 Jenis Penalaran Induksi Generalisasi Induksi Dan Analogi Induksi Generalisasi Induksi Telah diketahui bahwa penalaran yang menyimpulkan sesuatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut Generalisasi. Prinsip yang menjadi dasar penalaran generalisasi itu dapat dirumuskan demikian: apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi. Generalisasi yang sebenarnya harus memenuhi 3 syarat antara lain : 1. Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik artinya generalisasi tidak boleh terikat pada jumlah tertentu. Contoh : Semua birokrat bisa menjadi seorang pemimpin. 2. Generalisasi harus tidak boleh terbatas secara spasio temporal artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja. Contoh : Salah satu tugas seorang DPR adalah membuat Undang-Undang. Dimanapun dan kapanpun tugasnya akan tetap sama. 3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian yang dimaksud dengan pengandaian disini ialah dasar dari yang disebut contary to facts conditionals atau unfulfilled conditional. Generalisasi yang dapat dijadikan dasar untuk pengandaian itu yang memenuhi syarat. Contoh : Radit adalah mahasiswa yang cerdas, rajin dan pandai berkomunikasi. Dari ketiga karakteristik yang dimilki oleh Radit, dapat disimpulkan bahwa diharapkan Radit bisa menjadi seorang anggota DPR. Perumusan penalaran generalisasi bahwa konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya berupa suatu probabilitas, suatu peluang. Analogi Induksi Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Pada dasarnya bentuk penalaran analogi induksi itu baik faktor-faktor probabilitasnya maupun
8 kaidah-kaidahnya adalah sama dengan generalisasi induksi. Tetapi dalam metode keilmuan analogi induksi itu dapat digunakan untuk mendeterminasikan apakah suatu obyek atau fakta itu dan sifat-sifat apakah yang diharapkan padanya, sedangkan generalisasi induksi terutama digunakan untuk menemukan hukum, menyusun teori, atau hipotesa. Jadi analogi induksi tidak hanya menunjukan persamaan diantara dua hal yang berbeda, akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar persamaan itu. Contoh : Banyak pejabat negara yang merupakan seorang birokrat. Seorang birokrat mengambil keputusan dengan bijaksana. Selain itu seorang birokrat juga harus bersikap adil kepada siapa saja. Dengan demikian, seorang pejabat negara harus bersikap bijaksana dan adil. Faktor Probabilitas dalam Penalaran Induksi Jumlah Fakta sebagai Faktor Probabilitas Jumlah fakta dijadikan dasar penalaran induktif, kaidahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Penelitian yang menggunakan penalaran yang menggunakan jumlah fakta yang dijadikan dasar premis-premisnya sama besarnya dengan populasi subyek yang diteliti ialah penelitian metode sensus, berlainan dengan metode sampling, yang menggunakan penalaran yang premis-premisnya menunjuk kepada sebagian saja dari populasi yang bersangkutan. Contoh : Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus korupsi, yang melibatkan anggota DPR. Seorang koruptor mendapatkan hukuman penjara. Angelina Sondakh merupakan anggota DPR yang tersandung masalah korupsi Hambalang. Dengan demikian Angelina Sondakh mendapatkan hukuman penjara. Faktor Analogi sebagai Faktor Probabilitas Jika premis-premis kedua penalaran dibandingkan, maka diantara premis penalaran ada faktor yang sama yang disebut faktor analogi. Jadi jumlah faktor analogi itu adalah faktor probabilitas. Kaidahnya dapat dirumuskan: Makin besar jumlah faktor analogi didalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya.
9 Faktor Dis-analogi sebagai Faktor Probabilitas Makin besar jumlah faktor disanalogi di dalam suatu premis, makin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya. Perbedaan masing-masing faktor dalam premis penalaran disebut faktor disanalogi. Probabilitas dalam suatu premis penalaran dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan dan perbedaan konklusi penalaran. Luas dan Sempitnya Kesimpulan sebagai Faktor Probabilitas Semakin luas konklusi premis, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya. Apabila faktor analogi di dalam generalisasi sedikit, makin besar kemungkinan generalisasi atau proporsi itu tidak sesuai lagi kalau anggotanya ada yang memiliki faktor analogi lebih daripada yang disebut di dalam generalisasi atau proporsi itu.
REVIEW ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 )
REVIEW MATA RANTAI PENCARI KEBENARAN MELALUI LOGIKA PENALARAN INDUKSI ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 ) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu Dosen pengajar : Drs. H. Mohammad Adib, MA. OLEH
Lebih terperinciMAKALAH FILSAFAT ILMU THE CONCEPT OF SOUND SCIENCE IN RISK MANAGEMENT DECISION
MAKALAH FILSAFAT ILMU THE CONCEPT OF SOUND SCIENCE IN RISK MANAGEMENT DECISION Nama Kelompok 9B : Karina Surya Permatasari 071211131021 Dian Indrawati 071211132011 Nailun Ni mah 071211133056 Maylina Nurwindiarti
Lebih terperinciDisusun Oleh : Handris Krisnayana ( )
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dosen PJMK : Drs. H. Moh. Adib, MA. Tugas Essay Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pahlawan dalam Pemberantasan Plagiarisme Disusun Oleh : Handris
Lebih terperinciJadi d mempunyai sifat R
Jadi d mempunyai sifat R [a,b,c,d] adalah satuan di dalam argumen analogis sedangkan [P,Q dan R] adalah aspek di dalam argumen analogis. Untuk mudahnya sebagai contoh, a,b,c,d kita ganti dengan nama orang
Lebih terperinciBab 2 Penalaran Ilmiah
Bab 2 Penalaran Ilmiah 2.1 Definisi P enalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
Lebih terperinciMetodologi Peneli,an - Pengantar. A, Harmoni
Metodologi Peneli,an - Pengantar A, Harmoni Metodologi Peneli,an Metodologi peneli,an adalah suatu cabang ilmu yang membahas tentang cara atau metode yang digunakan dalam kegiatan peneli,an. Peneli,an
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Dirgantara
III. METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Dirgantara Bandarlampung kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2010-2011 dengan jumlah
Lebih terperinciDisusun Oleh : DIAN NOVITASARI DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SEMESTER GANJIL 2012 / 2013
PENDIDIKAN PANCASILA Dan KEWARGANEGARAAN DOSEN PJMK : Muhammad Adib, Drs,. M.Si TUGAS ESSAY : MENGHINDARI TINDAKAN PLAGIAT dan KORUPSI DIMULAI DARI DIRI SENDIRI Disusun Oleh : DIAN NOVITASARI 071211532022
Lebih terperinciA. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU
KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan
25 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan
Lebih terperinciPENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA
P a g e 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA 1. Pendahuluan a. Definisi logika Logika berasal dari bahasa Yunani logos. Logika adalah: ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar ilmu pengetahuan yang mempelajari
Lebih terperinciPENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO
PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat
Lebih terperinciStruktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015
Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015 Yang harus diingat... Apa itu ilmu pengetahuan? Sejarah Ilmu Pengetahuan Konstruksi
Lebih terperinciJENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF)
JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu: Dr. Usman SS, M.Ag Disusun oleh : Moh. Edi Komara NIM.
Lebih terperinciESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEMINIMALKAN KORUPSI DI MULAI DARI HAL KECIL
ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEMINIMALKAN KORUPSI DI MULAI DARI HAL KECIL DISUSUN OLEH : DINDA NUR ARDILLA (071211531063) ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKSI YUSUF SISWANTARA., S.S., M. Hum
SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKSI YUSUF SISWANTARA., S.S., M. Hum 1. Dalam Logika, ada logika Deduksi dan Induksi. 2. Induksi adalah sebuah cara penarikan kesimpulan dengan bertolak dari
Lebih terperinciMAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:
MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran
Lebih terperinciPENALARAN HUKUM: Antara Nalar Deduktif dan Nalar Induktif
PENALARAN HUKUM: Antara Nalar Deduktif dan Nalar Induktif R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan Anggota HuMa Catatan Pengantar untuk Pendidikan Hukum Kritis HuMa-Mahkamah
Lebih terperinciTUGAS NARASI FILSAFAT ILMU
TUGAS NARASI FILSAFAT ILMU Kelompok IA Ketua : Khoirul Fatihin 071211132001 Sekretaris : Nikken Larasati 071211133064 Bendahara I : Zahra Wanisa 071211132016 Bendahara II : Dilah Puspa Sari 071211132026
Lebih terperinciONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh)
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh) A. Rumusan Konsep 1. Rumusan Konsep Ontologi Menurut bahasa, ontologi ialah berasal
Lebih terperinciPANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Dosen PJMK : Mohammad Adib, drs, M.Si BASMI PLAGIARISME DENGAN EXCELLENT WITH MORALLITY Oleh : Novia Larasati 071211531062 DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinciMetode Ilmiah. Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Metode Ilmiah Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember Kebenaran Ilmiah Ilmu pengetahuan itu secara teratur dan tersusun hingga memberikan pengertian tentang hakikat, kebenaran
Lebih terperinciPERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF
PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF Metode Induksi 1. Induksi adalah bentuk penalaran dari particular ke universal. Premispremis yang digunakan dalam penalaran induktif terdiri atas proposisiproposisi partikular,
Lebih terperinciCatt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.
Bahasa Indonesia 2 Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sejauh pengetahuan peneliti kajian tentang Bentuk Penalaran dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Universitas Negeri Gorontalo belum pernah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
Lebih terperinciPERTEMUAN II PENGENALAN LOGIKA
PERTEMUAN II PENGENALAN LOGIKA Pengantar Definisi tidak pernah dapat menampilkan dengan sempurna pengertian sesuatu yang dikandungnya. Logika mengantarkan kita ke arah pemahaman garis besar tentang suatu
Lebih terperinciNantia Rena Dewi Munggaran
Nantia Rena Dewi Munggaran Suatu proses berpikir manusia untuk menghubunghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data Kalimat Pernyataan PROPOSISI Term adalah kata atau
Lebih terperinciDEDUKSI ATAU PENALARAN DEDUKTIF: KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA. Fadjar Shadiq
DEDUKSI ATAU PENALARAN DEDUKTIF: KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA Fadjar Shadiq Salah satu hal yang membedakan manusia dari binatang adalah manusia dikaruniai Allah S.W.T. dengan akal yang paling sempurna (QS
Lebih terperinciPENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif
Lebih terperinciMATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13
MATERI DASAR-DASAR LOGIKA PERTEMUAN 13 Pengertian Silogisme Silogisme kategorik (disebut juga silogisme saja) adalah suatu bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik. Deduksi
Lebih terperinciMAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :
MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris Disusun oleh : Nama : NPM : Program Studi Fakultas Universitas 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciMODUL 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA
STMIK STIKOM BALIKPAPAN 1 MODUL 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Tema : Pengantar 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok : 1. Sejarah 2. Arti 3. Manfaat 3. Tujuan Kegiatan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI PENGERTIAN LOGIKA Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkuliahan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penyelenggaraan program sarjana bertujuan untuk menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan penguasaan konsep dan menerapkan keahlian tertentu. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : MA NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI : Matematika : XI / II (Genap) : Transformasi Geometri : 9 x 45
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Paparan Data Pra Tindakan Pada tanggal 14 November 2016, peneliti berkunjung ke MI Sunan Ampel Bono Boyolangu Tulungagung. Peneliti
Lebih terperincimakalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis
makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau
Lebih terperinci6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS
PENGANTAR SAP 6 Mata Kuliah Critical and Creative Thinking 6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS 6.2 ARGUMENTASI : STRUKTUR DASAR 6.3 PENALARAN INDUKTIF & BENTUK-BENTUKNYA 6.4 PENALARAN DEDUKTIF
Lebih terperinciESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG
ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG DISUSUN OLEH : AMALIA GHASSANI W. ( 071211531031 ) ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci9/14/2011. Dosen : Prof. Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. Karakteristik Berpikir Filsafat
Apakah Filsafat? bahasa Yunani philosophia dari kata philos atau philein atau philia yang berarti cinta, dan dari kata sophia yang berarti kebijaksanaan atau kearifan atau pengetahuan. Dosen : Prof. Dr.
Lebih terperinciMetodologi Penelitian Kuantitatif
Modul ke: Metodologi Penelitian Kuantitatif Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah (Lanjutan) Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pengertian
Lebih terperinciTUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA
TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Penalaran Induktif Menurut Latipah (2012) penalaran merupakan salah satu bentuk pengorganisasian pikiran yaitu berpikir secara proposisional. Penalaran menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen Lentera Ambarawa, yaitu sekolah dasar yang terletak di kota Ambarawa, Kecamatan
Lebih terperinciPOLA BERFIKIR DALAM METODE ILMIAH SECARA SISTEMATIS DAN PRAGMATIS
POL BERFIKIR DLM METODE ILMIH SECR SISTEMTIS DN PRGMTIS ILLI SELDON MGFIROH KULIH X METODE ILMIH PROGRM STUDI GRIBISNIS, UNIVERSITS JEMBER 2017 1. da unsur logis di dalamnya Tiap bentuk berpikir mempunyai
Lebih terperinciPertemuan ke-12 METODE MILL
Pertemuan ke-12 METODE MILL John Stuart Mill (1806-1873) merumuskan lima kaidah (five canons) yang dikenal dengan nama-nama : 1. Metode Kesamaan (Method of Agreement) 2. Metode Perbedaan (Method of Difference)
Lebih terperinciLampiran 4. Hasil tes siswa kelas I SD Xaverius Metro
Lampiran 4 Hasil tes siswa kelas I SD Xaverius Metro No. NAMA L/P NILAI Pre test Post Test I Post Test II 1. A F P 80 90 95 2. A N P 85 90 95 3. A M P 75 85 90 4. A S P L 80 85 90 5. A C S P 80 85 90 6.
Lebih terperinciLAMPIRAN V RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen I) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika
125 LAMPIRAN V RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen I) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII Semester : II (Dua) Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan A.
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU ( PHS 101 ) Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology. oleh:
FILSAFAT ILMU ( PHS 101 ) Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology oleh: Hendrysan Krisna K. 071211131008 Fransiska Tanuwijaya 071211132014 Pratika
Lebih terperinciUnit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan
Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya
Lebih terperinciHIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIPOTESIS PENELITIAN Tujuan Pembelajaran Setelah mendapatkan materi ini, maka diharapkan agar para mahasiwa dapat memahami mengenai; a. Definisi hipotesis penelitian
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Matematika dan Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Dilaksanakan oleh : Imam Amirrulah ( 2011-31-014 ) JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA
Lebih terperinciTUGAS RESUME PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PERTEMUAN KE-12 AKAL TAK SEKALI TIBA STOP...!!! SAY NO CORRUPTION.
TUGAS RESUME PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PERTEMUAN KE-12 AKAL TAK SEKALI TIBA STOP...!!! SAY NO CORRUPTION Disusun Oleh : 1. BINTANG ARIAN DIMITRA (071211633041) 2. NOVILIA ZENI ANDRIANI (071211632006)
Lebih terperinciBentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati
Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
Lebih terperinciPendahuluan. Bab I Logika Manusia
Bab I Pendahuluan 1.1. Logika Manusia Manusia, diantara makhluk yang lain, merupakan pengolah informasi. Kita membutuhkan informasi mengenai dunia dan menggunakan informasi ini untuk kepentingan yang lebih
Lebih terperinciPROSES BERPIKIR ILMIAH
PROSES BERPIKIR ILMIAH Penalaran (Reasoning)) - Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cirinya : Logis dan analitis Proses berpikir Ilmiah adalah : gabungan cara berpikir deduktif
Lebih terperinciBAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA
Pertemuan ke-1 BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA Apakah arti penting Logika? Mengapa kita perlu belajar Logika? Logika (logike; logos; manifestasi pikiran manusia) adalah Ilmu yang mempelajari sistematika berpikir
Lebih terperinciKONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN
KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat
Lebih terperinciRuang Lingkup Penelitian Ilmiah
Modul ke: Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH, METODOLOGI PENELITIAN, DAN LOGIKA BERPIKIR ILMIAH Fakultas Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting
Lebih terperinciLANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor
LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU
DASAR-DASAR ILMU Ilmu adalah hal mendasar di dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat dirinya dan dunia sekitarnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis
Lebih terperinciDASAR-DASAR LOGIKA. Membangun Penalaran Yang Baik. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat
Modul ke: 06 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Membangun Penalaran Yang Baik Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-dasar Logika Membangun Penalaran Yang Baik 1. Mengimplementasikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Induktif Penalaran adalah benar atau sah (valid) berasal dari berbagai pertimbangan secara hati-hati, dan termasuk di dalamnya pengetahuan bagaimana menjustifikasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Penelitian Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengamatan langsung saat pembelajaran IPA dan kegiatan wawancara dengan guru
Lebih terperinciETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO
ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.
Lebih terperinciMencari Sosok Kedua (126/M) Oleh : Indah Permatasari Senin, 18 Juni :02
KOPI - Wakil rakyat yang sekarang terlihat belum mampu melaksanakan tugas sebagaimana mestinya yaitu menjadi wakil rakyat di pemerintahan berdasarkan keinginan rakyat. Keinginan dari rakyat Indonesia adalah
Lebih terperinciHasil Wawancara dengan Siswa. 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas?
Hasil Wawancara dengan Siswa Nama : Kendy Mayo Kelas : XI IPS 2 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas? Jawab : menerangkan dengan menggunakan LCD, ada tanya jawab.
Lebih terperinciPENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I http://herwanp.staff.fisip.uns.ac.id 1 Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme, yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat,
Lebih terperinciSilabus. Bahasa Indonesia 5 SD/MI. Kompetensi Dasar. Pembelajaran. Materi Pokok/ Menjawab pertanyaan tentang isi cerita.
5 Silabus Sekolah : SD dan MI Kelas/Semester : V/1 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Tema : Peristiwa Standar : Mendengarkan 1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan Kegiatan Indikator
Lebih terperinciBAB V METODE-METODE KEILMUAN
BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun
Lebih terperinciTeachers Discipline and Students Motivation in
https://docs.google.com/forms/d/dfrbhdfswae_wxg6a6cx5grckbt... of 9 /6/07 :06 PM Teachers Discipline and Students Motivation in Learning English * Wajib Section - Teachers' Discipline PETUNJUK:. Anda dipersilahkan
Lebih terperinciPENULISAN KAR K Y AR A Y ILMI
PENULISAN KARYA ILMIAH Materi Kuliah PPI Selasa 11 September 2011 Sebagian diambil dari Choesin, Ezra M. Mengenal Unsur-unsur Tulisan, dan Menyiapkan Ragang Tulisan, dalam Winarto, Yunita T., Totok Suhardiyanto,
Lebih terperinciMEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Resume Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan Rabu, 26 Oktober 2016 Diresume oleh Fevi Rahmawati Suwanto, 16709251005 S2 Prodi PMat
Lebih terperinciESSAY BEBAS MUDA AIRLANGGA YANG BUTUH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ( ANTI PLAGIARISM! ) Oleh : Rif atul Qomariyah ( ) DEPARTEMEN KOMUNIKASI
ESSAY BEBAS MUDA AIRLANGGA YANG BUTUH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ( ANTI PLAGIARISM! ) Oleh : Rif atul Qomariyah ( 071211531061 ) DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PENGETAHUAN TENTANG PARAGRAF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ESAI BAHASA INGGRIS
Open Access HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN PENGETAHUAN TENTANG PARAGRAF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ESAI BAHASA INGGRIS Leroy Holman Siahaan Dosen STKIP Panca Sakti Bekasi E-mail: leroyinfobimbel@gmail.com
Lebih terperinciPROGRAM PENALARAN. Universitas Dian Nuswantoro Dr. Y. Tyas C. Pramudi, S.Si, M.Kom
PROGRAM PENALARAN Universitas Dian Nuswantoro 2015 Dr. Y. Tyas C. Pramudi, S.Si, M.Kom PERTANYAAN 1. Apa Itu Penalaran 2. Apa Itu PKM 3. Keuntungan dan manfaat mengikuti PKM 4. Apa itu Proposal 5. Apa
Lebih terperinciIlmu Alamiah Dasar. Oleh : Dini Rohmawati
Ilmu Alamiah Dasar Oleh : Dini Rohmawati dini_rohmawati@uny.ac.id Ciri makhluk hidup (manusia) Rasa ingin tahu Sejarah perkembangan pola pikir manusia Perkembangan Pola Pikir Manusia Ciri Makhluk Hidup
Lebih terperinciH S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N
21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II penulis terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan mengetahui tingkat hasil
Lebih terperinciMAKALAH FILSAFAT ILMU
MAKALAH FILSAFAT ILMU mengapresiasi jurnal symposium analytical philosophy and philosophy or science OLEH : 1. SUSILO PUJO NUGROHO 071211133069 2. OKTA EVI WIJAYANTI 071211131103 3. ADEALIYA AMELIYA PUTRI
Lebih terperinciMetode Penelitian. Soni Mulyawan Setiana, M.Pd. 12/15/2007 Nihongo Gakka 1
Metode Penelitian Soni Mulyawan Setiana, M.Pd 12/15/2007 Nihongo Gakka 1 Pengantar Manusia diciptakan dengan disertai anugerah keinginan untuk mengetahui sesuatu atau memperoleh pengetahuan. 12/15/2007
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA
FR-JUR-01A-16 STIA MANDALA INDONESIA JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA, NEGARA, FISKAL PROGRAM SARJANA SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) STIA MANDALA INDONESIA Nama Mata Kuliah : DASAR-DASAR LOGIKA Deskripsi Mata
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASIONAL BAKU SEMINAR TUGAS AKHIR PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN STATISTIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PROSEDUR OPERASIONAL BAKU SEMINAR TUGAS AKHIR PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN STATISTIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 PENGERTIAN Seminar Tugas Akhir adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan
Lebih terperinciILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian
ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,
Lebih terperinciBERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF
UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan
Lebih terperinciSARANA BERFIKIR ILMIAH
SARANA BERFIKIR ILMIAH Perkembangan ilmu dan filsafat dimulai dengan keingintahuan manusia yang kemudian meningkat menjadi penalaran yang radikal, sistematis dan universal. Penalaran dalam berkembangnya
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan : SEKOLAH DASAR Kelas / semester : IV / 1 Tema / Sub Tema : Indahnya Kebersamaan / Bersyukur atas Keberagaman. Alokasi waktu : 3 X 35 menit A. KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Keraf (2007), menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran Pembahasan Kelas/Semester Pertemuan Ke : 1 /Siklus 1I : SDN 35 CUPAK : Matematika : Operasi Hitung Perkalian : II/ II Alokasi Waktu : 2 35
Lebih terperinciHASIL WORKSHOP PLPG TAHUN 2016 PERANGKAT PEMBELAJARAN
HASIL WORKSHOP PLPG TAHUN 2016 PERANGKAT PEMBELAJARAN INDUKSI MATEMATIKA M. RIDWAN AZIZ NOPES: 16110118010191 SMA NEGERI 2 UNGGUL SEKAYU 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMAN 2 Unggul
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatifempiris (applied
Lebih terperinciTUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU. Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan
TUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan ANGGOTA KELOMPOK 4A PUJI RAHAYU 071211133062 DELLA MEKAWATI S 071211132004 ANASTASYA MUSTIKA RANI 071211133043 FARIDAH FITRIYAH
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II penulis terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan mengetahui tingkat hasil
Lebih terperinci