Pertemuan ke-12 METODE MILL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pertemuan ke-12 METODE MILL"

Transkripsi

1 Pertemuan ke-12 METODE MILL John Stuart Mill ( ) merumuskan lima kaidah (five canons) yang dikenal dengan nama-nama : 1. Metode Kesamaan (Method of Agreement) 2. Metode Perbedaan (Method of Difference) 3. Metode Gabungan Persamaan dan Perbedaan (Joint Method of Agreement and Difference) 4. Metode Residu (Method of Residues) 5. Metode Variasi Keseiringan (Metode of Concomitant Variation) I. METODE KESAMAAN Misalnya beberapa penghuni sebuah asrama menderita sakit perut dan mual. Hendak diketahui peyebab sakit, maka setengah lusin dari penghuni yang sakit ditanya untuk mengetahui apa yang telah mereka makan pada hari ketika penyakit itu mulai terjadi. Penghuni 1 memakan sup, roti mentega, salad, sayur dan apel kalengan. Penghuni 2 makan sup, roti mentega, sayur dan apel kalengan. Penghuni 3 makan sup sandwich daging, salad dan apel kalengan. Penghuni 4 makan roti mentega, salad, sandwich daging, sayur dan apel kalengan. Penghuni 5 makan sup, salad, sayur dan apel kalengan. Penghuni 6 makan roti mentega, sayur dan apel kalengan. Agar makna informasi ini lebih dipahami maka dapat diletakkan di dalam tabel dengan menggunakan huruf besar untuk menunjukkan keadaan-keadaan yang mendahului (antecedent circumstances) yakni sup dilambangkan dengan huruf A, roti mentega dengan huruf B, salad dengan huruf C, sandwich daging dengan huruf D, sayur dengan huruf E dan apel kalengan dengan huruf F. Disamping itu kita juga menggunakan huruf s kecil untuk menunjukkan adanya gejala yang berupa menderita sakit. Maka tabel yang di dapat adalah sebagai berikut:

2 Kejadian Keadaan Yang Mendahului Gejala 1 A B C E F s 2 A B E F s 3 A C D F s 4 B C D E F s 5 A C E F s 6 B E F s Dari data tersebut maka kita menyimpulkan bahwa keadaan F adalah sebab dari gejala s artinya bahwa sakit itu disebabkan oleh memakan apel kalengan. Seperti pada argumen induktif lainnya, pernyataan-pernyataan ini tidak membuktikan kesimpulan melainkan menetapkannya sebagai hal yang mungkin. Secara skematis Metode kesamaan dapat diungkapkan sebagai berikut dunaba huruf besar melambangkan keadaan dan huruf kecil melambangkan gejala A B C D terjadi bersamaan dengan a b c d A B C D terjadi bersamaan dengan a e f d Karena itu, A adalah sebab (atau akibat) dari a II. METODE PERBEDAAN Metode Perbedaan digunakan sama seperti kasus-kasus yang dipaparkan melalui contoh tentang Metode Kesamaan bahkan bila datanya tidak memungkinkan penggunaan Metode Kesamaan. Jika pada penyelidikan lebih jauh di asrama itu kita menemukan seorang siswa yang pada hari banyak orang menjadi sakit telah makan hanya sup, roti mentega, salad saja dan dia tidak sakit maka akan berguna sekali untuk membandingkankasus ini dengan kasus siswa pertama yang telah dipaparkan di atas. Dengan menunjuk siswa yang terakhir itu sebagai kejadian n maka tabel baru dapat digambarkan sebagai berikut:

3 Kejadian Keadaan Yang Mendahului Gejala 1 A B C E F s n A B C E - Maka dari data yang baru ini sekali lagi dapat disimpulkan bahwa keadaan F adalah sebab dari gejala s, artinya menjadi sakit karena memakan apel kalengan. Secara skematis, Metode Perbedaan dapat diungkapkan sebagai berikut: A B C D terjadi bersamaan dengan a b c d B C D terjadi bersamaan dengan b c d Karena itu, A adalah sebab (atau akibat) dari a III. METODE GABUNGAN Metode Gabungan Kesamaan dan Perbedaan sering dipandang sebagai penggunaan dari Metode Ksamaan dan Perbedaan sehingga ia dapat diterapkan hanya jika kedua metode yang pertama dapat diterapkan secara terpisah. Secara skematis pola dari Metode Gabungan dapat digambarkan seperti berikut : A B C a b c X Y x y A B E a d e U V u v Karena itu A adalah akibat (atau sebab atau bagian tak terpisahkan dari sebab) a IV. METODE RESIDU Metode Residu kadang-kadang dikatakan sebagai pola penarikan inferensi deduktif dimana metode ini dapat digunakan untuk penelahaan hanya satu kasus. Meski demikian sebuah kesimpulan yang ditarik berdasarkan Metode Residu hanyalah bersifat mungkin dan tidak dapat secara valid dideduksi dari premis-premisnya. sebuah

4 kesimpulan yang ditarik berdasarkan Metode Residu hanyalah bersifat mungkin dan tidak dapat secara valid dideduksi dari premis-premisnya. Metode ini juga berguna dalam penemuan-penemuan yang sifatnya ilmiah misalnya penemuan planet Neptunus. Contoh yang sederhana adalah penggunaan berbagai jenis muatan (cargo) terutama untuk truk. Truk ditimbang pada waktu kosong dan kemudian ditimbang lagi pada waktu ia sudah diisi muatan. Gejala totalnya adalah gerakan dari penunjuk skala melewati angka-angka yang tercantum pada piringan skalanya. Antesedennya ada dua yakni truk dan muatannya. Bagian dari gejala yang terdiri dari bergeraknya penunjuk skala ke atas menuju pada angka yang sesuai dengan bobot berat dari truk kosong dikenal sebagai disebabkan oleh truk itu sendiri. Dengan demikian residu dari gejala, junlah yang dengannya penunjuk skala bergerak melampaui angka yang menunjukkan bobot beran dari truk kosong disimpulkan sebagai akibat dari muatan dan karena itu adalah sebuah ukurang dari bobot beratnya. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : A B C a b c B dikenal sebagai sebab dari b C dikenal sebagai sebab dari c Karena itu, A adalah sebab dari a V. METODE VARIASI KESEIRINGAN Metode-metode Mill sebelumnya bekerja dengan cara mengeliminasi, namun disadari bahwa terdapat situasi-situasi yang di dalamnya keadaan-keadaan tertentu tidak mungkin dieliminasi sehingga tidak satupun dari keempat metode yang pertama dapat digunakan. Salah satu contoh dari Mill sendiri dalam membahas masalah ini adalah sebab dari gejala air pasang (pasang naik dan pasang surut air laut). Kita tahu bahwa gaya gravitasi bulan menyebabkan air laut pasang atau surut, tetapi tidak bisa dibuktikan dari keempat metode sebelumnya. Letak bulan bukan satu-satunya keadaan dalam semua kasus sebab bintang-bintang oun juga tetap sama dan tidak bisa dieliminasi. Oleh karena itu argumen berlangsung sesuai dengan apa yang Mill sebut dengan metode Variasi Keseiringan. Berbeda dengan keempat metode sebelumnya

5 yang hanya memungkinkan suatu pembuktian yang terbatas, Metode Variasi Keseiringan memanfaatkan kemampuan kita untuk mengamati perubahan-perubahan derajat pada situasi dan gejala serta terbuka untuk suatu jumlah data sebagai pembuktian yang lebih besar. Metode ini juga penting sebagai metode kuantitatif pertama dari inferensi induktif sedangkan metode-metode sebelumnya semuanya bersifat kualitatif. Metode Variasi Keseiringan digambarkan secara skematis yakni : A B C -- a b c A + B D -- a + b d A - B C -- a - b c Karena itu A dan a berkaitan secara kausal LATIHAN I. Jawablah pertanyaan-pernyataan berikut ini! 1. Sebutkan ciri-ciri argumen induktif dalam argumen analogis! 2. Jelaskan bahwa kebenaran induksi terletak pada prinsip probabilitas! 3. Jelaskan pula bahwa pernyataan semua manusia akan mati merupakan sebuah generalisasi induktif! 4. Apakah arti penting argumen induktif? 5. Sebutkanlah 5 (lima metode) Mill dan berikanlah dua contoh argumen berdasarkan analogi! II. Selesaikan kasus-kasus dibawah ini dengan menggunakan metode Mill! [Kasus 1] Ketika diinterogasi oleh pihak kejaksaan, dari lima tersangka korupsi tersangka pertama mengakui bahwa ia memiliki banyak tanggungan anak, memiliki istri lebih. satu dan ingin hidup mewah. Berikutnya tersangka kedua juga mengakui bahwa ia ingin memiliki materi berlebih, memiliki banyak tanggungan anak dan ingin hidup mewah. Tersangka ketiga mengatakan ia ingin hidup mewah, punya kebiasaan berjudi serta memiliki istri lebih dari satu. Demikian halnya tersangka keempat juga melakukan

PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF

PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF PERTEMUAN XIII LOGIKA INDUKTIF Metode Induksi 1. Induksi adalah bentuk penalaran dari particular ke universal. Premispremis yang digunakan dalam penalaran induktif terdiri atas proposisiproposisi partikular,

Lebih terperinci

Jadi d mempunyai sifat R

Jadi d mempunyai sifat R Jadi d mempunyai sifat R [a,b,c,d] adalah satuan di dalam argumen analogis sedangkan [P,Q dan R] adalah aspek di dalam argumen analogis. Untuk mudahnya sebagai contoh, a,b,c,d kita ganti dengan nama orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

Psikologi Eksperimen VAM

Psikologi Eksperimen VAM Psikologi Eksperimen VAM Hukum Kausalitas (John Stuart Mill) 1. Method of Agreement 2. Method of Difference 3. Joint Methods of Agreement and Difference 4. Method of Concomitant Variation Method of Agreement

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan

Lebih terperinci

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS Program Studi ILMU KOMUNIKASI/ ADMINISTRASI BISNIS RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Dasar-Dasar Logika Kode Mata Kuliah : Semester : 5/6 SKS : 2 SKS Prasyarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis a. Pengertian Penalaran Matematis Penalaran matematika dan pokok bahasan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak

Lebih terperinci

Penelitian Ilmiah dalam Psikologi. Lia Aulia Fachrial, M.SI

Penelitian Ilmiah dalam Psikologi. Lia Aulia Fachrial, M.SI Penelitian Ilmiah dalam Psikologi Lia Aulia Fachrial, M.SI Pengelompokan jenis penelitian berdasarkan perspektif penelitian Penggolongan penelitian berdasarkan perspektif tipe informasi Karakteristik Penelitian

Lebih terperinci

SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKTIF HUBUNGAN KAUSAL

SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKTIF HUBUNGAN KAUSAL SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKTIF HUBUNGAN KAUSAL PENGERTIAN SEBAB 1. Necessary Condition & Sufficient Condition a. Kondisi yang perlu/ mutlak (necessary condition): Artinya: kondisi yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada Bab V ini, peneliti akan melakukan diskusi hasil penelitian. Diskusi

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada Bab V ini, peneliti akan melakukan diskusi hasil penelitian. Diskusi BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN Pada Bab V ini, peneliti akan melakukan diskusi hasil penelitian. Diskusi hasil penelitian berdasarkan deskripsi data (1) Struktur argumentasi matematika siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sejauh pengetahuan peneliti kajian tentang Bentuk Penalaran dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Universitas Negeri Gorontalo belum pernah

Lebih terperinci

ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI Pengertian Argumen Argumen merupakan serangkaian pernyataan yang mempunyai ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan. Dalam argumen terdapat kata-kata seperti : Jadi, maka, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Terbukti bahwa hampir di setiap negara, pendidikan menjadi prioritas utama

Lebih terperinci

LATIHAN PRA UJIAN AKHIR SEMESTER DASAR DASAR LOGIKA. Pilih dan tulislah A, B, C, D atau E untuk jawaban-jawaban yang benar di bawah ini!

LATIHAN PRA UJIAN AKHIR SEMESTER DASAR DASAR LOGIKA. Pilih dan tulislah A, B, C, D atau E untuk jawaban-jawaban yang benar di bawah ini! Pertemuan ke-14 LATIHAN PRA UJIAN AKHIR SEMESTER DASAR DASAR LOGIKA SOAL Pilih dan tulislah A, B, C, D atau E untuk jawaban-jawaban yang benar di bawah ini! Tidak ada harimau yang memakan anaknya sendiri.

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Induktif Penalaran adalah benar atau sah (valid) berasal dari berbagai pertimbangan secara hati-hati, dan termasuk di dalamnya pengetahuan bagaimana menjustifikasi

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENELITIAN

JENIS-JENIS PENELITIAN Andriani Kusumawati JENIS-JENIS PENELITIAN Berdasarkan: 1. Tujuan 2. Kedalaman analisisnya 3. Pendekatan analisis atau Proses 4. Logika Penelitian 5. Kategori fungsionalnya 6. Hasil yang diharapkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara atau sebuah prosedur yang berisikan tahapan-tahapan yang jelas dan sistematis untuk melakukan proses penelitian dan pemecahan masalah dengan landasan

Lebih terperinci

REVIEW ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 )

REVIEW ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 ) REVIEW MATA RANTAI PENCARI KEBENARAN MELALUI LOGIKA PENALARAN INDUKSI ( SELASA, 28 MEI 2013, R.307 ) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu Dosen pengajar : Drs. H. Mohammad Adib, MA. OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara kualitatif maupun kuantitatif serta membantu sikap positif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. secara kualitatif maupun kuantitatif serta membantu sikap positif terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam. Dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika siswa dapat menjelaskan berbagai

Lebih terperinci

TUGAS NARASI MINGGU KE-12 FILSAFAT ILMU KELOMPOK 9B

TUGAS NARASI MINGGU KE-12 FILSAFAT ILMU KELOMPOK 9B TUGAS NARASI MINGGU KE-12 FILSAFAT ILMU KELOMPOK 9B NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Karina Surya Permatasari (071211131021) Dian Indrawati (071211132011) Nailun Ni mah (071211133056) Maylina Nurwindiarti (071211131011)

Lebih terperinci

Metode Penelitian. Soni Mulyawan Setiana, M.Pd. 12/15/2007 Nihongo Gakka 1

Metode Penelitian. Soni Mulyawan Setiana, M.Pd. 12/15/2007 Nihongo Gakka 1 Metode Penelitian Soni Mulyawan Setiana, M.Pd 12/15/2007 Nihongo Gakka 1 Pengantar Manusia diciptakan dengan disertai anugerah keinginan untuk mengetahui sesuatu atau memperoleh pengetahuan. 12/15/2007

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian Ilmu hukum kemasyarakatan terdapat di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Di Fakultas Ilmu Sosial terdapat beberapa jurusan yaitu

Lebih terperinci

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

Soal Bahas Materi Penalaran, Mata Kuliah Teori Akuntansi Anggi Yusuf 06 9D-Alih Program

Soal Bahas Materi Penalaran, Mata Kuliah Teori Akuntansi Anggi Yusuf 06 9D-Alih Program Soal Bahas Materi Penalaran, Mata Kuliah Teori Akuntansi Anggi Yusuf 06 9D-Alih Program 2. Berilah beberapa contoh asersi. a. Semua Burung bereproduksi secara bertelur b. Beberapa pria yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat.kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. pesat.kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat pesat.kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari perubahanperubahan dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Hal ini karena matematika lahir dari fakta-fakta yang ada dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, prinsip serta teorinya banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan hampir semua

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR ILMIAH

PROSES BERPIKIR ILMIAH PROSES BERPIKIR ILMIAH Penalaran (Reasoning)) - Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cirinya : Logis dan analitis Proses berpikir Ilmiah adalah : gabungan cara berpikir deduktif

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF)

JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF) JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu: Dr. Usman SS, M.Ag Disusun oleh : Moh. Edi Komara NIM.

Lebih terperinci

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Memiliki diabetes bukan berarti Anda tidak boleh makan di luar. Jika Anda tertib dengan menu makanan dan makan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan

Lebih terperinci

Pengantar Metodologi Penelitian. sri lestari

Pengantar Metodologi Penelitian. sri lestari Pengantar Metodologi Penelitian sri lestari Kodrat Manusia: Ingin tahu Berusaha mencari jawaban: mengamati, mempelajari, meneliti, mencoba memberi jawaban atas hal-hal yg belum diketahuinya..dst. hingga

Lebih terperinci

Anak yang berorangtua obesitas, berpeluang menjadi obesitas 60 90%.

Anak yang berorangtua obesitas, berpeluang menjadi obesitas 60 90%. 1 SENAM GEMPUR OBESITAS Senam Gempur Obesitas Anak yang berorangtua obesitas, berpeluang menjadi obesitas 60 90%. Minati Atmanegara yang dahulu orangtuanya menderita obesitas, juga berisiko. Namun, dengan

Lebih terperinci

Buah apel itu keras dan hijau masam Buah apel lainnya juga keras dan hijau masam Buah apel ketiga yang diberikan keras dan hijau, kita tidak mau

Buah apel itu keras dan hijau masam Buah apel lainnya juga keras dan hijau masam Buah apel ketiga yang diberikan keras dan hijau, kita tidak mau Penalaran Induksi Buah apel itu keras dan hijau masam Buah apel lainnya juga keras dan hijau masam Buah apel ketiga yang diberikan keras dan hijau, kita tidak mau mencicipinya karena berkesimpulan akan

Lebih terperinci

Uncertainty (Ketidakpastian)

Uncertainty (Ketidakpastian) Uncertainty (Ketidakpastian) Pendahuluan Uncertainty atau ketidakpastian dalam AI disajikan dalam tiga langkah. 1. Seorang pakar menyediakan pengetahuan tidak pasti (inexact), yang berupa, term atau aturan

Lebih terperinci

Oleh : OKTIK VIKA SARI A

Oleh : OKTIK VIKA SARI A PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA DENGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS DISCOVERY LEARNING (PTK Bagi Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Wirosari-Grobogan Tahun Ajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Logika Matematika. ILFA STEPHANE, M.Si. September Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

Logika Matematika. ILFA STEPHANE, M.Si. September Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang ILFA STEPHANE, M.Si September 2012 Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang Definisi 1 Logika adalah usaha dalam memutuskan ya atau tidaknya (whether or not) suatu keputusan yang sah. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang penting bagi siswa. Hal ini tercantum dalam fungsi dan tujuan mata pelajaran

Lebih terperinci

BENTUK SILOGISME S - M S - P

BENTUK SILOGISME S - M S - P Dalil Silogisme berbeda dengan aksioma silogisme karena dalil harus dibuktikan berdasarkan aksioma sedangkan aksioma sendiri dijabarkan dari definisi silogisme. Dari penjelasan diatas, maka pembuktian

Lebih terperinci

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA 1 I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA A. Pernyataan. Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus keduanya. Benar atau salahnya suatu pernyataan dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 13. KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT LATIHAN SOAL BAB 13

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 13. KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT LATIHAN SOAL BAB 13 SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 13. KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT LATIHAN SOAL BAB 13 1. Penyebab utama terjadinya pasang surut air laut adalah gaya tarik. bumi bulan planet bintang karena adanya

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya. Bahasa Indonesia 2 Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan

Lebih terperinci

PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321. SEMESTER : GANJIL (5) DOSEN : MAULANA, S.Pd., M.Pd.

PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321. SEMESTER : GANJIL (5) DOSEN : MAULANA, S.Pd., M.Pd. Doc Logika Matematika PGSD Maulana 1 PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321 BOBOT SKS : 2 (DUA) TAHUN AKADEMIK : 2007/2008 PROGRAM : PGSD S-1 KELAS SEMESTER : GANJIL

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai landasan teori dan kerangka berpikir. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 6.1. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan seorang peneliti untuk

BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan seorang peneliti untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan seorang peneliti untuk mengumpulkan data, menyusun, serta menganalisis

Lebih terperinci

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya Secara matematis

Lebih terperinci

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 SILABUS Nama Mata Kuliah : EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Kode Mata Kuliah : IPF 203 SKS : 2 (Teori) Dosen : Priyoyuwono Program Studi : Semua Program Studi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia-manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia-manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan bernalar sangat erat kaitannya dengan bagaimana manusia-manusia mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari pernyataan langsung maupun tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

STATISTIKA STATISTIK VS STATISTIKA? STATISTIK 08/10/2015 LEKTION ZWEI (#2) RUANG LINGKUP STATISTIKA

STATISTIKA STATISTIK VS STATISTIKA? STATISTIK 08/10/2015 LEKTION ZWEI (#2) RUANG LINGKUP STATISTIKA LEKTION ZWEI (#2) RUANG LINGKUP STATISTIK VS? Verfasser bei Usmania Institute STATISTIK Statistik (statistic): sebuah nilai, angka, atau skor yang menunjukkan status dari suatu fakta atau keadaan. Nilai

Lebih terperinci

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung 1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

9/14/2011. Dosen : Prof. Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. Karakteristik Berpikir Filsafat

9/14/2011. Dosen : Prof. Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. Karakteristik Berpikir Filsafat Apakah Filsafat? bahasa Yunani philosophia dari kata philos atau philein atau philia yang berarti cinta, dan dari kata sophia yang berarti kebijaksanaan atau kearifan atau pengetahuan. Dosen : Prof. Dr.

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Matematika dan Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Dilaksanakan oleh : Imam Amirrulah ( 2011-31-014 ) JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

AND AND AND THEN AND AND

AND AND AND THEN AND AND Kedelapan pernyataan dapat dibawa ke bentuk logika predikat, dengan menggunakan operator-perator: (implikasi), (not), (dan), (atau), (untuk setiap), (terdapat), sebagai berikut: 1. mahasiswa(andi). 2.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Informatika STMIK Tasikmalaya

Program Studi Teknik Informatika STMIK Tasikmalaya Materi Kuliah Logika Matematika Oleh: Dadang Mulyana Program Studi Teknik Informatika STMIK Tasikmalaya dadang mulyana 2013 1 Info Dosen Nama : Dadang Mulyana Alamat : Ciamis HP. :- E-mail tugas : dadangstmik@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, DAN PENELITIAN

BAB I ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, DAN PENELITIAN I - 1 BAB I ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, DAN PENELITIAN I - 2 masalah When, why and how do... we do the research...? hasrat ingin tahu Metode Non Ilmiah Mencari Jawaban Pendekatan Non Ilmiah Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang perkembangan Mobil Nasional Indonesia ESEMKA SANG. SURYA, yang berupa prototipe mobil jenis niaga (mini truk)

BAB I PENDAHULUAN. tentang perkembangan Mobil Nasional Indonesia ESEMKA SANG. SURYA, yang berupa prototipe mobil jenis niaga (mini truk) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mobil Nasional atau Mobnas adalah mobil yang diproduksi oleh suatu negara dan diakui sebagai produk dalam negeri untuk digunakan oleh rakyatnya dan bahkan diekspor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D terdapat

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan 25 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Tata Surya, sebuah kerajaan di langit Kata solar berasal dari bahasa Latin Sol yang artinya Matahari atau Surya. Jadi, yang dimaksud dengan Tata Surya adalah sebutan yang diberikan pada Matahari dan seluruh

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Skripsi pada hakikatnya adalah laporan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, untuk bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Skripsi pada hakikatnya adalah laporan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, untuk bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Skripsi pada hakikatnya adalah laporan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, untuk bisa menulis skripsi dengan baik dan mudah, penulisnya harus mengerti logika dan cara

Lebih terperinci

Ternyata Makanan Sehari-hari Yang Kita Makan, Berbahaya Looh???!!!!

Ternyata Makanan Sehari-hari Yang Kita Makan, Berbahaya Looh???!!!! Ternyata Makanan Sehari-hari Yang Kita Makan, Berbahaya Looh???!!!! Inilah beberapa makanan yang seringkali kita makan namun sebenarnya mampu membahayakan tubuh kita. Manusia memiliki komposisi makanan

Lebih terperinci

Mahdhivan Syafwan. PAM 123 Pengantar Matematika

Mahdhivan Syafwan. PAM 123 Pengantar Matematika Mahdhivan Syafwan PAM 123 Pengantar Matematika APAKAH LOGIKA ITU PENTING? http://hukum.kompasiana.com/2012/03/31/dpr-menunda-sementara-kenaikan-bbm-bersubsidi-451248.html Pasal 7 Ayat 6 : Harga jual eceran

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA 10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Lebih terperinci

upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. sebagai cara dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang

upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. sebagai cara dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang Pengertian suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik

Lebih terperinci

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom.

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom. PENALARAN Nurul Bahiyah, M.Kom. 1 PENALARAN Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Fakta atau data yang

Lebih terperinci

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Faridatul Umami Sunaryo Moch. Syahri E-mail: Faridatul Umami90@yahoo.com Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indoensia Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto)

METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto) METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL (Dharminto) Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN RASIONAL Dilakukan dg dg cara yg yg masuk akal shg Terjangkau terjangkau penalaran manusia CARA ILMIAH KEGIATAN PENELITIAN DIDASARKAN CIRI-CIRI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan sebagai pernyataan

Lebih terperinci

Penelitian : Rumit? Sulit? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar.

Penelitian : Rumit? Sulit? Prosedur dan alat yang digunakan terstandar. TUJUAN Mahasiswa dapat : menjelaskan pentingnya kegiatan penelitian membedakan metode penelitian dan metodologi penelitian menjelaskan logika konvensional menjelaskan logika modern membedakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian, diantaranya meliputi hasil observasi, angket, wawancara, tugas, dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian, diantaranya meliputi hasil observasi, angket, wawancara, tugas, dan 132 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan mitra peneliti berdasarkan hasil dari semua instrumen penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT. KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini 1 1 STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA Soal-soal matematika yang muncul dalam IMO dan OMN umumnya merupakan soal yang memberikan tantangan untuk dikerjakan, tetapi tidak atau belum jelas benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, praktisi pendidikan IPS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, praktisi pendidikan IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, praktisi pendidikan IPS telah banyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode serta pendekatan mengajar

Lebih terperinci

ANALISIS PENALARAN PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANGEN KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2006/2007. Oleh : Dwi Purnomo K

ANALISIS PENALARAN PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANGEN KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2006/2007. Oleh : Dwi Purnomo K ANALISIS PENALARAN PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANGEN KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2006/2007 Oleh : Dwi Purnomo K1202508 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS (REASONING MATHEMATICS ABILITY ) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Nurmanita 1, Edy Surya 2

MEMBANGUN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS (REASONING MATHEMATICS ABILITY ) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Nurmanita 1, Edy Surya 2 MEMBANGUN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS (REASONING MATHEMATICS ABILITY ) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Nurmanita 1, Edy Surya 2 1) Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Unimed 2) Dosen Program

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si. Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Berlatar belakang Penalaran deduktif (rasionalisme) dan induktif (empirisme) memiliki kelemahan dalam mengungkap

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL IPA Fisika Tahun Pelajaran 2008/2009 By Arif Kristanta

UJIAN NASIONAL IPA Fisika Tahun Pelajaran 2008/2009 By Arif Kristanta SIAP UJIAN NASIONAL IPA Fisika Tahun Pelajaran 2008/2009 By Arif Kristanta 1. Kemampuan yang diuji : Menentukan besaran fisika dan satuan yang sesuai Perhatikan tabel dibawah ini! No. Besaran Satuan 1.

Lebih terperinci

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus 3. Uraian Materi perkuliahan A. Prosedur Distribusi 1. Distribusi Makanan

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus 3. Uraian Materi perkuliahan A. Prosedur Distribusi 1. Distribusi Makanan HANDOUT 10 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 15 Pokok Bahasan : Distribusi dan Penyajian Makanan Jumlah SKS :

Lebih terperinci

METODE, PROSES, SIKAP DAN IMPLIKASI ILMIAH. Topik ke-3

METODE, PROSES, SIKAP DAN IMPLIKASI ILMIAH. Topik ke-3 METODE, PROSES, SIKAP DAN IMPLIKASI ILMIAH Topik ke-3 A. Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA Metode ilmiah sbg pangkal kelahiran IPA Berawal dr kelemahan penalaran deduktif (abstrak dan lepas dr pengalaman)

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT Kusrini STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ringroad Utara Condong Catur Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian Kuantitatif

Metodologi Penelitian Kuantitatif Modul ke: Metodologi Penelitian Kuantitatif Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah (Lanjutan) Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

NAMA : MIFTAHUL FITRI KELAS : 6 B AKUNTANSI SORE NIM : (GENAP) FAKULTAS : EKONOMI

NAMA : MIFTAHUL FITRI KELAS : 6 B AKUNTANSI SORE NIM : (GENAP) FAKULTAS : EKONOMI NAMA : MIFTAHUL FITRI KELAS : 6 B AKUNTANSI SORE NIM : 1406020074 (GENAP) FAKULTAS : EKONOMI MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI 2. Berikan beberapa contoh asersi 1) Semua Anak SMKN 1 Tangerang menggunakan baju

Lebih terperinci

Metode ilmiah dan Teori ilmiah

Metode ilmiah dan Teori ilmiah Metode ilmiah dan Teori ilmiah Oleh : Benny Ridwan Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut

Lebih terperinci

Logika Deduktif & Sylogisme

Logika Deduktif & Sylogisme Metode Inferensi Logika Deduktif & Sylogisme Pertemuan 10 Umum Salah satu dari banyak metode yang paling sering digunakan untuk menggambarkan inferensi adalah deduktive logic (logika deduktif), yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR BERDASARKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR BERDASARKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR BERDASARKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE (Pada siswa kelas VIII MTs N 1 Surakarta tahun 01/013) NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

Pengertian Statistika

Pengertian Statistika Pengertian Statistika Dr. Akhmad Rizali Pendahuluan Kompetensi Pemahaman tentang statistika, data, asal dan macam data, proses data menjdi informasi, macam statistika, contoh dan populasi, statisik dan

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH SARANA BERPIKIR ILMIAH PENDAHULUAN Ciri Utama Manusia BERPIKIR AKAL BERPIKIR ALAMIAH berdasarkan kebiasaan sehari-hari, dari pengaruh alam sekelilingnya ILMIAH berdasarkan sarana tertentu secara teratur

Lebih terperinci

BAB 6 ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN. Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017

BAB 6 ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN. Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017 BAB 6 ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017 When, why and how do... we do the research...? masalah hasrat ingin tahu Mencari Jawaban Metode Non Ilmiah

Lebih terperinci