BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MTs SALAFIYAH SIMBANGKULON II BUARAN PEKALONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MTs SALAFIYAH SIMBANGKULON II BUARAN PEKALONGAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI MTs SALAFIYAH SIMBANGKULON II BUARAN PEKALONGAN Pada bab ini penulis berusaha untuk menjelaskan dan menjawab apa yang sudah penulis temukan dengan beberapa data yang sudah ditemukan, baik dari hasl observasi, wawancara dan dokumentasi. Berangkat dari sini, penulis mencoba mendeskripsikan data-data yang telah penulis temukan berdasarkan dari logika dan diperkuat dengan teori-teori yang sudah ada yang kemudian diharapkan bisa menemukan sesuatu yang baru sesuai dengan teknik analisa yang sudah penulis kemukakan pada bab I yaitu bahwa penulis menggunakan teknik analisisnya dengan kualitatif deskriptif untuk menjelaskan semua temuan yang sudah ada, baik itu dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi. Adapun pembahasannya juga berdasarkan rumusan masalah yang sudah penulis paparkan. A. Analisis Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan 1. Proses Penetapan Kurikulum Muatan Lokal Depdikbud menetapkan bahwa muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah itu. 1 Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Simbangkulon II proses pembelajaran 1 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 148.

2 antara kurikulum pendidikan agama dan umum selalu dijadikan sebagai muara kebijakan madrasah, yang diharapkan dari hal tersebut dapat melahirkan generasi muda yang sholeh, bertaqwa, mempunyai ilmu pengetahun, ketrampilan yang tinggi, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Maka dari itu, MTs Salafiyah Simbangkulon II ini dalam kurikulumnya berusaha menyeimbangkan antara pelajaran-pelajaran umum dan agama. Sebagaimana dikatakan Pak Din:...pada dasarnya Madrasah itu ingin memadukan antara kurikulum nasional dan keagamaan biar seimbang Pada tahun 2014 ini, untuk prosentase pelajaran umum dan pelajaran agama yang dulunya 25% pelajaran umum dan 75% pelajaran agama, sekarang diseimbangkan menjadi 60% pelajaran umum dan 40% pelajaran agama. Sedangkan untuk prosentase muatan lokalnya 19% baik muatan lokal agama maupun umum. Hal ini senada yang ditegaskan oleh Pak Idham:"...seiring berjalannya waktu yang dulunya 100% mapel agama semua, sekarang berubah menjadi 40% mapel agama dan 60% mapel umum Mata pelajaran umum itu diantaranya PKn, MTK, IPS, Bhs. Indonesia, Penjas, Bhs. Inggris, Bhs Jawa, IPA, Prakarya, TIK dan Seni Budaya. Sedangkan mata pelajaran agama seperti Al-qur an Hadits, SKI, Aqidah Akhlaq, Khot, Fiqih, Bhs. Arab, ke-nu-an, Shorof, Taqrib, Nahwu, Qiro atul qur an. 2 Muhyiddin, Kepala MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Agustus Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 8 Oktober 2014

3 Prosentase tersebut merupakan keputusan dari pengurus yayasan, dengan tetap mengacu pada keputusan pemerintah pusat. Sementara untuk kurikulum muata lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan ini prosentasenya sebanyak 19% dari program kurikuler yang berlaku, yaitu muatan lokal Bhs. Jawa,Ke-Nu-an, Shorof, Nahwu, Taqrib, khot, dan Qiro atul Qur an. Prosentase muatan lokal itu menurut peneliti sudah sesui dengan keputusan pemerintah karena pemerintah menetapkan bahwa kedudukan muatan lokal dalam kurikulum adalah 20 % dari seluruh program kurikuler yang berlaku. Karena prosentase kurikulum muatan lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II ini tidak melebihi batas maksimal yang ditentukan oleh pemerintah yakni 20% dari seluruh program kurikuler. 2. Tujuan Pelaksanaan Muatan Lokal Madrasah Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islam, mampu mengembangkan kurikulum pendidikan Islamnya baik melalui kurikulum muatan lokal ataupun menambah waktu belajar yang dikhususkan untuk materi-materi keislaman yang sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan tersebut. Sebagaimana halnya dengan MTS Salafiyah Simbangkulon II, mengadakan kurikulum muatan lokal keagamaan agar madrasah itu memiliki keunggulan pada ilmu-ilmu agama Islam sebagaimana yang ada di pesantren serta ilmu-ilmu umum sebagaimana yang ada disekolah. Seperti yang dikatakan Pak Idam:

4 Tujuan diadakan mulok ini yang pertama itu pastinya biar ada progam unggulan Kurikulum muatan lokal MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan ini, juga bertujuan untuk melestarikan budaya pesantren dengan mengadakan pembelajaran kitab kuning. hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Pak Idam:... untuk melestarikan budaya pesantren agar siswa itu bisa membaca kitab kuning dan bisa menguasai maknanya... 5 Dengan adanya pembelajaran kitab kuning ini, diharapkan siswa itu bisa mengerti dan mengenal kitab-kitab salaf meskipun mereka tidak pernah belajar di pesantren. Ini senada yang dikatan oleh Pak Idham :...tujuan lainnya itu ya,,agar siswa itu bisa membaca kitab kuning dan bisa menguasai maknanya Selain itu, pengajaran muatan lokal juga bertujuan agar peserta didik: a. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. b. Memiliki sifat dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturanaturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka 4 Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September 2014.

5 menunjang pembangunan nasional. 7 Ini sejalan juga dengan yang dituturkan oleh Pak Muhyiddin:...agar anak didik itu punya akhlaqul karimah, bisa bergaul dengan masyarakat dan punya pengetahuan dan teknologi yang bagus. 8 Dari beberapa pernyataan dan komentar diatas dapat analisis bahwa tujuan diadaknnya kurikulum muatan lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II itu diantaranya untuk melestarikan budaya pesantren, agar MTs Salafiyah Simbangkulon II ini punya program unggulan dibanding dengan madrasah dan sekolah lain, untuk membentengi peserta didik dengan akhlaqul karimah dan membentuk siswa yang punya pengetahuan dan teknologi yang bagus. 3. Isi atau materi kurikulum muatan lokal Mata pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum muatan lokal keagamaan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan disesuaikan dengan kebutuhan daerah setempat, di mana lingkungan sekitar madrasah ini terkenal akan lingkungannya yang agamis dan santri. Faktor keagamaan ini yang menjadi faktor utama bagi MTs Salafiyah Simbangkulon II ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam melalui kurikulum muatan lokal sehingga nantinya bisa membentuk peserta didik yang menguasai pendidikan agama Islam secara mendalam 7 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm Muhyiddin, Kepala MTs Salafiyah Simbangkulon II,Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Oktober 2014

6 karena pendidikan agama merupakan landasan dasar dalam kehidupan manusia. Beberapa mata pelajaran muatan lokal yang di ajarkan di MTs Salafiyah Simbangkulon II ini mengadopsi dari materi-materi yang di ajarkan di pesantren seperti Nahwu, Shorof, Fiqih dan BTQ, yang mana beberapa mata pelajaran tersebut telah dikembangkan ke dalam beberapa materi seperti amstilatu al-tasrifiyah, nadhmu al-maqshud, al-jurumiyah, imrithi, taqrib/fathul qorib dan qiro atul qur an. Ini sebagaimana yang yang ditegaskan oleh Pak Idham: materi muatan lokal yang diajarkan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan antara lain Nahwu al-jurumiyah dan imrithi, Shorof amstilatu al-tashrifiyah dan nadhmu al-maqshud, fiqih taqrib/fatkhul qorib dan BTQ. 9 Selain Nahwu, Shorof dan Fiqih Taqrib dan BTQ di MTs Salafiyah Simbangkulon II juga mengajarkan fan kitab salaf lain pada saat bulan puasa seperti kitab ta lim dan risalatul mahidh. Pelaksanaan pembelajaran kurikulum muatan lokal keagamaan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan ini tidak jauh berbeda sebagaimana pelaksanaan kurikulum nasional dengan cara merumuskan tujuan, menentukan bahan, strategi pembelajaran serta penilain melalui proses interaksi antara guru dengan peserta didik. 4. Alokasi waktu pembelajaran muatan lokal 9 Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September 2014.

7 Mengacu pada struktur kurikulum dalam standar isi, alokasi waktu untuk mata pelajaran muatan lokal di setiap jenjang pendidikan hampir sama 2 jam pelajaran, hanya berbeda waktunya untuk masing-masing jenjang. Untuk SMP/MTs masing-masing 2 jam pelajaran perminggu dengan waktu 40 menit. 10 Sebagaimana yang ditegaskan Pak Idam untuk alakasi waktu pembelajaran mulok di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan sebagai berikut: Untuk alokasi waktu mapel Shorof 2 jam, mapel Nahwu 3 jam pelajaran/minggu, mapel Fiqih/Taqrib 1 jam pelajaran/minggu sedangkan untuk mapel BTQ 2 jam pelajaran/minggu. 11 Sedangkan, menurut hasil wawancara saya dengan beberapa peserta didik, mereka juga menyatakan bahwa untuk muatan lokal keagamaan Fiqih/Taqrib itu dirasa kurang efektif karena terkadang ketika guru belum selesai menjelaskan materi sudah terdengar bunyi bel ganti pelajaran selanjutnya. Ini sejalan yang dikatakan oleh Aida siswi MTs Salafiyah Simbangkulon II bahwa : Saran saya untuk jam pembelajaran Taqrib di tambah lagi biar lebih efektif. 12 Selain itu, Nurul Tanzilah juga menegaskan bahwa:... Taqrib waktunya ditambah lagi karena saat diajar belum selesai kadang waktunya habis E. Mulyasa, Ibid., hlm Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September Aida, Sisiwi MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 September Nurul Tanzilah, Sisiwi MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 September 2014.

8 Dari pernyataan diatas dapat dianalisis bahwa alokasi waktu untuk pelajaran muatan lokal keagamaan fiqih taqrib di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan itu perlu di tambahkan alokasi waktunya biar sesuai dengan ketentuan pemerintah yaitu 2 jam pelajaran/minggu dengan tujuan untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran muatan lokal tersebut. 5. Metode Pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal Metode mengajar merupakan faktor penunjang kelancaran jalan bagi kurikulum dalam mencapai tujuan serta faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar antara lain metode ceramah, tanya jawab, penugasan, hafalan, dekte/drill, diskusi. Metode ceramah digunakan dalam muatan lokal Nahwu, Shorof, Taqrib dan BTQ. Hal ini juga seperti yang dikatakan oleh Bu Umdah: metode yang saya pakai saat pembelajaran itu ceramah Selain itu Pak Idham juga menegaskan bahwa: metode pembelajaran yang saya pakai diantaranya ceramah Metode hafalan, digunakan oleh guru muatan lokal pada saat proses pembelajaran muatan lokal Shorof, Nahwu, dan BTQ. Ini sejalan yang dikatakan oleh Khomsa Nur Anisah :...mapel shorof itu metodenya 14 Umdatul khasanah, Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 September Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 3 September 2014.

9 ceramah, tanya jawab dan hafalan mb. 16 Ini juga di tegaskan oleh Randik Amelia dan Nurul Tanzilah, bahwa: Biasanya BTQ itu hafalan dan imlak mbak. 17 Pak Idham juga menegaskan bahwa: hafalan biasanya saya menyuruh setiap minggu menghafalkan 5 nadham dan di setorkan tiap 2 minggu sekali, jadi sekali setoran siswa minimal harus hafal 10 nadhoman. 18 Metode tanya jawab digunakan hampir disemua mata pelajaran muatan lokal keagamaan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan baik itu muatn lokal Nahwu, Shorof, Taqrib maupun BTQ. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Bu Umdatul Khasanah, beliau menegaskan bahwa: metode tanya jawab saya gunakan bersamaan dengan metode ceramah biar saat pembelajaran siswa itu lebih aktif Metode diskusi di gunakan dalam proses pembelajaran Nahwu dan Fiqih Taqrib. Sejalan yang dikatakan oleh Khomsa Nur Asih dan Aida bahwa : mapel nahwu disuruh diskusi kelompok kecil kemudian suruh presentasi didepan hal ini juga dipertegas oleh Pak Idham Arief, ia mengatakan: terkadang saya juga menggunakan metode diskusi dengan 16 Khomsa Nur Anisah, Siswi kelas MTs Salafiyah Simbangkulon II, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 November Randik Amelia dan Nurul Tanzilah, Siswi MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 September Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 3 September Umdatul Khasanah, Guru Muatan Lokal MTs Salafiyah Simbang II, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Khomsa Nur Asih dan Aida, Sisiwi MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 September 2014.

10 membagi siswi menjadi beberapa kelompok kecil. 21 Metode penugasan digunakan pada semua muatan lokal keagamaan baik Nahwu, Shorof, Taqrib dan BTQ. Metode penugasan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan ini biasanya berbentuk PR, mencari makna perkata dan menulis surat-surat pendek yang akan dihafalkan. Hal ini sejalan yang dikatakan oleh Pak Idham Arief :...Taqrib biasanya saya tugaskan mencari makna gantung/pegon sendiri dirumah Selain itu juga, Randik Amelia dan Nurul Tanzilah juga mengatakan bahwa: mapel shorof tugas hafalan dan PR Metode drill/dekte di pakai pada saat proses pembelajaran Shorof dan BTQ saja. Ini sebagaimana yang dikatan oleh Bu Umdah bahwa: saya juga terkadang ngasih tugas imla /dekte ayat-ayat al-quran Randik Amelia dan Nurul Tanzilah juga mengatakan bahwa: kadang juga suruh menulis tasrifan kata tapi tanpa melihat buku. 25 Dari wawancara itu dapat dianalisis bahwa metode drill/dekte digunakan guru untuk mendektekan ayat-ayat al-qur an dan tasrifan-tasrifan yang telah peserta didik hafalkan, agar nantinya selain hafal peserta didik juga bisa menuliskan ayat atau tasrifan yang telah mereka hafalkan itu, tidak hanya sekedar hafal saja tetapi juga bisa menulisnya. 21 Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 3 September Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 14 September Randik Amelia dan Nurul Tanzilah, Siswi MTs Salafiyah Simbangkulon II, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 November Umdatul Khasana, Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 September Randik Amelia dan Nurul Tanzilah, Siswi MTs Salafiyah Simbangkulon II, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 28 November 2014.

11 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dapat diperoleh beberapa informasi bahwa dalam pelaksaaan kurikulum muatan lokal metode yang digunakan sudah bervariasi, antara lain; metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, pemberian tugas, hafalan, dekte. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga tidak monoton menggunakan satu metode saja tetapi guru menggunakan berbagai metode yang bisa meningkatkan semangat belajar siswa. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa pada saat proses pembelajaran muatan lokal selain menggunakan variasi metode belajar, guru muatan lokal juga memberikan penjelasan mengenai pokok-pokok materi kepada peserta didik. Terkadang dalam proses pembelajaran guru, juga selalu memberikan dorongan agar anak aktif di kelas baik aktif bertanya, menjawab maupun menyampaikan pendapatnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dimana siswa tidak hanya mendengarkan cermah saja, tetapi siswa disuruh juga untuk berdiskusi kemudian menyampaikan pendapat atau hasil diskusinya di depan kelas dan aktif bertanya pada saat pembelajaran. 6. Evaluasi Pembelajaran Muatan Lokal Evaluasi atau penilaian keberhasilan muatan lokal dapat dilihat dari beberapa komponen, antara lain penilaian proses pembelajaran muatan lokal dilihat dari sudut relevansi muatan lokal dengan kurikulum nasional, efisiensi muatan lokal dalam mencapai tujuan belajar, produktifitas proses dan hasil belajar anak dari muatan lokal, penilaian keluaran muatan lokal

12 mencakup hasil belajar anak seperti perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkenaan dengan materi muatan lokal, dampak pembelajaran muatan lokal bagi kepentingan anak dan masyarakat setempat. 26 Adapun penilaian proses pembelajaran atau evaluasi hasil belajar yang dipergunakan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan dapat dibedakan menjadi tes lisan dan tes tertulis., yakni pada ulangan harian (dilaksanakan setiap selesai proses pembelajaran), Ulangan umum (dilaksanakan setiap tengah semester dan akhir semester). Untuk ulangan harian biasanya berbentuk tes tertulis atau lisan, sedangkan untuk ulangan umum berbentuk tes lisan semua. Ini sebagaimana yang dikatan oleh Pak Idham Arief: Evaluasi harian biasanya berbentuk lisan atau tertulis. Sedangkan evaluasi tengah semester atau akhir semester berbentuk lisan dengan cara siswi maju kedepan penguji Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Evaluasi dapat berguna untuk mengidentifikasi komponen yang sudah ada dan yang belum dikuasai oleh siswa, untuk mengetahui siswa yang perlu mengikuti program remidiasi ataupun program tambahan materi dan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa. 26 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September 2014.

13 Evaluasi pembelajaran di MTs Salafiyah Simbangkulon II juga menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai standar nilai ketuntasan. Ini sebagai mana yang ditegaskan oleh Bu Umdah: Standar keberhasilan pembelajaran menggunakan indikator ketuntasan minimal (KKM) Selain itu, penilaian muatan lokal juga mencakup semua aspek hasil belajar peserta didik seperti perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkenaan dengan materi muatan lokal. Nilai KKM untuk muatan lokal Fiqih, Nahwu dan Taqrib kelas VII dan VIII adalah 65 sedangkan untuk kelas IX adalah 70. Sedangkan untuk muatan lokal BTQ niali KKM dari kelas VII sampai kelas IX sama yaitu 80. Sebagaimana Pak Idham Arief mengatakan : nilai KKM untuk kelas VII dan VIII itu 65 sedangkan untuk kelas IX itu 70 untuk mapel Shorof, Nahwu dan taqrib, sedangkan untuk mapel BTQ kalau tidak salah dari kelas VII-IX itu KKMnya Bu Umdatul Khasanah juga menegaskan bahwa:...nilai 80 untuk mapel BTQ Berdasarkan dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan bahawa secara akademik implementasi kurikulum muatan lokal keagamaan di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan ini telah terlaksana cukup baik. Dalam evaluasinya MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan juga telah menetapkan kriteria 28 Umdatul Khasanah, Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 September Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 8 Oktober Umdatul khasanah, Guru Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 September 2014.

14 ketuntasan minimal (KKM) belajar yang digunakan sebagai dasar acuan dalam penentuan kelulusan siswa. Yakni, nilai KKM 60 untuk muatan lokal Nahwu, Shorof dan Fiqih kelas VII dan kelas VIII, sedangkan untuk kels IX nilai KKM muatan lokal Nahwu, Shorof, Fiqih adalah 70. Sementara untuk muatan lokal BTQ niali KKMnya adalah 80 untuk kelas VII sampai kelas IX. B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan Dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan tentu tidaklah sempurna seperti yang diharapkan, akan tetapi pastilah ada faktor-faktor baik yang mendukung maupun yang menghambat. 1. Analisis Faktor Pendukung Dimana guru sebagai fasilitator dan motivator telah memiliki pengalaman dalam bidang keagamaan yang baik untuk melaksanakan pembelajaran, karena guru muatan lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan telah sesuai dengan bidangnya yaitu lulusan dari pesantren salaf. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Muhyiddin: kalau untuk yang ngajar muatan lokal semuanya itu lulusan dari pesantren Salaf Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, beberapa guru muatan lokal di MTs Salafiyah Simbangkulon II ini sedang menyelesaikan studi S1 mereka. 31 Muhyiddin, Kepala MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Agustus 2014.

15 Salain dari faktor guru, faktor sarana dan prasarana di MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan ini sudah sangat mendukung. Seperti yang dikatakan oleh Pak Muhyiddin:...faktor sarana dan prasarana cukup mendukung. 32 Namun, dalam observasi yang saya lakukan, sarana dan prasarana yang ada belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Seperti adanya LCD proyektor yang tidak dimanfaatkan oleh guru muatan lokal sebagai media pembelajaran karena jumlahnya yang belum sesui dengan jumlah kelas yang ada. Oleh karena itu, dari beberapa faktor pendukung tersebut harus saling melengkapi dan perlu ditingkatkan lagi agar tujuan pembelajaran muatan lokal keagamaan di MTs Salafiyah Simbangkulon II ini dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini juga, guru jangan pernah lelah dan putus asa dalam memotivasi siswanya untuk giat belajar dan memiliki kesadaran untuk belajar. 2. Analisis Faktor Penghambat Sikap ketidaksadaran siswa akan kewajibannya dalam belajar menjadi hambatan dalam belajar, dan sebagian mereka ada yang lebih senang bermain atau bercanda sehingga terkadang mengganggu proses pembelajaran. Kurang adanya kerjasama antara orang tua murid dengan pihak sekolah sehingga guru atau murid terkadang kurang mengetahui perkembangan peserta didik atau anak mereka baik perkembangan secara akademis maupun perkembangan sosial. Ini Sebagaimana yang ditegaskan 32 Muhyiddin, Kepala MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Agustus 2014.

16 Oleh Pak Muhyiddin:...kurangnya kerjasama antara orang tua murid dengan pihak madrasah Selain itu, latar pendidikan yang berbeda juga menjadi penyebab pengambat pelaksanaan kurikulum muatan lokal. Hal ini dapat dilihat jika ada siswa lulusan SD/lainnya yang sebelumnya belum pernah ngaji di madin atau ngaji kitab dirumahnya. Sehingga pada saat proses pembelajaran, mereka itu sering tertinggal dengan teman-teman mereka yang sudah terbiasa berhadapan dengan kitab kuning. Namun, ada juga beberapa peserta didik yang lulusan SD yang langsung bisa mengimbangi teman-teman mereka yang sudah terbiasa belajar ngaji kitab. Dalam hal ini Pak Idham juga menegaskan bahwa: kendala yang paling utama adalah jika ada siswa lulusan SD atau lainnya yang sebelumnya belum pernah ngaji di madin atau ngaji kitab dirumahnya. 34 Untuk mengatasi itu, pihak madrasah mengadakan program remidial yang diadakan setelah jam pulang sekolah. Program remidial ini diberikan kepada peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam belajar kitab kuning. Untuk menentukan siapa yang harus ikut program remidial, pada saat proses pembelajaran muatan lokal di kelas VII peserta didik itu disaring atau diamati oleh guru muatan lokal selama satu sampai dua bulan untuk mengetahui dimana letak kekurangan siswa dan pihak madrasah juga mengadakan evaluasi program kepala sekolah sebelumnya 33 Muhyiddin, Kepala MTs Salafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Agustus Idham Arief, Waka Kurikulum dan Guru Muatan Lokal di MTs Slafiyah Simbangkulon II Buaran Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 September 2014.

17 untuk menentukan program apa yang perlu di perbaiki guna meningkatkan mutu pembelajaran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data tentang Proses Pembelajaran Muatan Lokal Ta limul Muta allim melalui Kitab Hidayatul Mutaallim Berdasarkan hasil observasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan 1. Sejarah MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan Mengenai sejarah berdirinya MTs Salafiyah Wonoyoso

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB V PENUTUP A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai analisis pengembangan kurikulum Madrasah Diniyah di Madin Ula dan Wustho

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG A. Analisis Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2004, Hlm 3. 2 T. Syafaria, Interpersonal Intellegense, Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2004, Hlm 3. 2 T. Syafaria, Interpersonal Intellegense, Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH. A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan

BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH. A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan 1. Sejarah Berdirinya SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan didirikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB DI MAK SALAFIYAH SIMBANGKULON BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB DI MAK SALAFIYAH SIMBANGKULON BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB DI MAK SALAFIYAH SIMBANGKULON BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Manajemen Pembelajaran Kitab di MAK Salafiyah 1. Analisis Perencanaan Pembelajaran Kitab di MAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009, hal. 6

BAB I PENDAHULUAN. Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009, hal. 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara sederhana dan umum, bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN A. Desain Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang dipadukan antara: 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG A. Analisis Penerapan Metode Pembelajaran BTQ Siswa Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subyek yaitu peserta didik dan pendidik. Dalam proses belajar peserta didik

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI ISLAMIYAH WIRODITAN. 1. Sejarah Berdirinya MI Islamiyah Wiroditan

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI ISLAMIYAH WIRODITAN. 1. Sejarah Berdirinya MI Islamiyah Wiroditan BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI ISLAMIYAH WIRODITAN A. Gambaran Umum MI Islamiyah Wiroditan 1. Sejarah Berdirinya MI Islamiyah Wiroditan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Wiroditan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era masyarakat modern, pendidikan harus mampu mengembangkan sumber daya manusia yang dapat menunjang pembangunan Indonesia. Sumber daya manusia bermutu sedikitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka BAB V PEMBAHASAN Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah Kurikulum. Perubahan Kurikulum sekolah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Konsep Kurikulum Integral di PAUD Yaa Bunayya Batang. dapat didayagunakan seoptimal mungkin. Orang yang bertanggung jawab

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Konsep Kurikulum Integral di PAUD Yaa Bunayya Batang. dapat didayagunakan seoptimal mungkin. Orang yang bertanggung jawab BAB IV ANALISIS A. Analisis Konsep Kurikulum Integral di PAUD Yaa Bunayya Batang Dalam melakukan suatu kegiatan dalam pendidikan tidak akan lepas dari manajemen yang tentunya manajemen tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN A. Analisis Strategi Guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. tentang: a). deskripsi data, b). temuan penelitian, c). analisis data. di paparkan temuan penelitian sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN. tentang: a). deskripsi data, b). temuan penelitian, c). analisis data. di paparkan temuan penelitian sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian, yang menjabarkan tentang: a). deskripsi data, b). temuan penelitian, c). analisis data. A. Deskripsi Data Setelah peneliti melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar 73 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Strategi reflektif pembelajaran guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar Strategi pembelajaran refleksi siswa dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pola Pendidikan Karakter Pada Peserta didik di MTs Salafiyah Wonoyoso Buaran Pekalongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan moral. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka moral merupakan sesuatu

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989 DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Maulana Syarif Hidayatullah Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (MP) A. Gambaran Umum Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan

BAB III PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (MP) A. Gambaran Umum Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan BAB III PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (MP) A. Gambaran Umum Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan 1. Sejarah dan Dinamika Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian di MTs Negeri Mranggen tepatnya dijalan karangboyo. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian di MTs Negeri Mranggen tepatnya dijalan karangboyo. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat penelitian Tempat penelitian di MTs Negeri Mranggen tepatnya dijalan karangboyo. Dengan dasar pertimbangan sebagai berikut: a. Lokasi sekolah yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BACA TULIS AL QUR AN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

ABSTRAK Fendi Santoso, 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Melalui Metode Card Sort Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kemuning II Tegalombo Pacitan. Kata Kunci: Aqidah Akhlak,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung yang

BAB V PEMBAHASAN. 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung yang BAB V PEMBAHASAN 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits 76 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits Kelas VIII dalam Bentuk Indikator Pencapaian Kompetensi pada Kelas Religi dan Kelas Excellent

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran Aqidah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS IMPLEMENTASI PRODISTIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN DI MAN 1 PONOROGO

BAB V ANALISIS IMPLEMENTASI PRODISTIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN DI MAN 1 PONOROGO BAB V ANALISIS IMPLEMENTASI PRODISTIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN DI MAN 1 PONOROGO A. Analisis Pelaksanaan Prodistik di MAN 1 Ponorogo Prodistik adalah Program Pendidikan Terapan dalam

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Keadaan Umum Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah 01 Karanganyar

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2014/2015 pada MTs. Al Hidayah Keliling Benteng Martapura. Siswa kelas VIII A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2014/2015 pada MTs. Al Hidayah Keliling Benteng Martapura. Siswa kelas VIII A BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII A semester genap tahun pelajaran 201/2015 pada MTs. Al Hidayah

Lebih terperinci

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado BAB IV IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado Pembahasan ini akan menguraikan tentang Kriteria Ketuntasan Minimal

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 3, Juli 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL SD Negeri 02 Doro, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. pada tanggal 6 Juli 1968 berdasarkan SK Menteri Agama No.124 dengan nomor

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. pada tanggal 6 Juli 1968 berdasarkan SK Menteri Agama No.124 dengan nomor BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MTsN Kelayan yang berlokasi di Kelayan A Gang Setuju Kelurahan Kelayan Selatan Kecamatan Banjarmasin Selatan Kodya Banjarmasin. Didirikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian 1. Penilaian Kelas Digunakan Dalam Mata Pelajaran Fiqih di MTs N 02 Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. Penilaian menjalankan kelas proses merupakan

Lebih terperinci

Multin Arabi, Salma Bowtha, Radia Hafid 1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak

Multin Arabi, Salma Bowtha, Radia Hafid 1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Multin Arabi, Salma

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No. BAB V PEMBAHASAN A. Alasan Dikembangkannya Kurikulum Sesuai dengan Undang-Undang pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MAHARAH AL- KITABAH DI SMP ISLAM YMI WONOPRINGGO PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MAHARAH AL- KITABAH DI SMP ISLAM YMI WONOPRINGGO PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TENTANG PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MAHARAH AL- KITABAH DI SMP ISLAM YMI WONOPRINGGO PEKALONGAN Dalam bab ini akan diuraikan analisis hasil penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama BAB IV ANALISIS A. Analisis Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menurut Kurikulum 2013 Dari kajian teoritis maupun data lapangan yang penulis jabarkan, maka langkah selanjutnya

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DI SD NEGERI 15 KOTO BALINGKA

MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DI SD NEGERI 15 KOTO BALINGKA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DI SD NEGERI 15 KOTO BALINGKA Epi Desmita¹, Nurharmi 2, Edrizon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR 1 PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR A. PENDAHULUAN Semboyan Bhineka Tunggal Ika sebenarnya mewakili kenyataan kondisi tanah air dan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 A. Analisis Proses Pembelajaran Muatan Lokal di Kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana utama yang dapat mengembangkan kemampuan dan potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN Pada bab IV akan membahas tentang analisis Pelaksanaan Program Remedial Pada Mata Pelajaran PAI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kesesuaian antara Kurikulum di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU) Demak dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI PENELITIAN A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika yang Mengintegrasikan Integral Matematika dan Hukum Waris dengan Model Integrated learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang sangat dirasakan keperluan dan urgensinya. Di sekolah Indonesia mulai tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Uraian dalam bab ini merupakan penyajian dan temuaan data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, berdasarkan wawancara mendalam, observasi serta dokumentasi. Adapun penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Mata pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidiyah adalah salah satu Mata Pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al Quran Hadits

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonogi ini, pendidikan merupakan hal yang penting dalam upaya membentuk kualitas sumber daya manusia agar memiliki karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin meluas mengakibatkan munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan kerja, dibutuhkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA Fadriyanti 1 Asep Mahfud 2 Imran 3 Program Studi PPKn, Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Al Asror 1. Sejarah berdiri MTs Al Asror MTs Al Asror Gunungpati Semarang didirikan pada tahun 1987, yang mana dahulu MTs Al Asror hanya mempunyai

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak

INSTRUMEN PENELITIAN. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak INSTRUMEN PENELITIAN Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI No Indikator Uraian Observasi 1. Profil a. Sejarah MTs Nurul Huda b. Susunan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah singkat Madrasah Tsanawiyah Darul Falah Desa Tabunganen. Tengahkecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah singkat Madrasah Tsanawiyah Darul Falah Desa Tabunganen. Tengahkecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat Madrasah Tsanawiyah Darul Falah Desa Tabunganen Tengahkecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala Awal mula berdirinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2014/2015. Tempat penelitian ini berlokasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai dengan berlakunya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan mengenai motivasi belajar membaca Al-Qur an siswa, strategi guru Al-Qur an Hadits dalam menumbuhkan motivasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Manajemen Pembelajaran di MTs. NU TBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. PAPARAN DATA Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan peneliti dengan topik sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan yang peneliti lakukan dan peneliti

Lebih terperinci

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON 40 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS III A SEMESTER II SD MUHAMMADIYAH SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Uraian dalam bab ini merupakan penyajian dan temuan data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, berdasarkan wawancara mendalam, observasi serta dokumentasi. Adapun penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 1995, hlm. 48.

BAB I PENDAHULUAN. Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 1995, hlm. 48. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang telah dibekali dengan sejumlah kelengkapan fisik dan psikis yang memiliki kecenderungan ke arah yang baik dan buruk. Kelengkapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah 1. Sejarah Berdirinya Madrasah 1 Madrasah Tsanawiyah Nu 08 Gemuh Kendal yang berlokasi di Jl. Puskesmas No. 02, Pamriyan, Gemuh, Kendal,

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Tentang Strategi Guru Alqur an Hadits Dalam Mengatasi. Kesulitan Belajar Membaca Alqur an Pada Siswa Kelas VI di MI

BAB IV. A. Analisis Tentang Strategi Guru Alqur an Hadits Dalam Mengatasi. Kesulitan Belajar Membaca Alqur an Pada Siswa Kelas VI di MI 65 BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU AL QURAN HADITS DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL QURAN PADA SISWA KELAS VI DI MI SALAFIYAH SIDOREJO WARUNGASEM BATANG A. Analisis Tentang Strategi Guru Alqur

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL. Prancis kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang artinya to run

BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL. Prancis kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang artinya to run BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya berlari dan curere yang berarti tempat berpacu. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN 77 BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, maka

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN 68 BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Penerapan Metode Simulasi di MTs Rifa iyah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Nurul Aprianingsih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: nurul.aprianingsih93@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 70 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada tanggal 4 April 2016 peneliti melakukan penelitian yang pertama. Peneliti datang ke sekolah MTs Darul Hikmah pada pukul 08.30 WIB. Ketika sampai di sekolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA MTS. SAFINATUL HUDA SOWAN KIDUL KEDUNG JEPARA. 1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs. Safinatul Huda Sowan Kidul Kedung

INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA MTS. SAFINATUL HUDA SOWAN KIDUL KEDUNG JEPARA. 1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs. Safinatul Huda Sowan Kidul Kedung INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA MTS. SAFINATUL HUDA SOWAN KIDUL KEDUNG JEPARA 1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs. Safinatul Huda Sowan Kidul Kedung Jepara? 2. Bagaimanakah letak geografis MTs. Safinatul Huda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Sesuai dengan rancangan awal yang menyebutkan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun : PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TEGALGONDO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Manba'ul Huda Pondok Pesantren Persatuan Islam 110 Manba'ul Huda

STRUKTUR KURIKULUM Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Manba'ul Huda Pondok Pesantren Persatuan Islam 110 Manba'ul Huda STRUKTUR KURIKULUM Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Manba'ul Huda Pondok Pesantren Persatuan Islam 110 Manba'ul Huda Tahun Pelajaran 2016-2017 KOMPONEN 7 8 9 TOTAL KELOMPOK A 1 Pendidikan Agama Islam a. Quran-

Lebih terperinci

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH-TOKOH PERGERAKAN NASIONAL KELAS V SDN 70 BANDA ACEH Syarifah Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Lampiran 1 Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Lampiran 2 Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN A. Analisis Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMP N 2 Dukuhwaru 1. Sejarah singkat SMP N 2 Dukuhwaru SMP N 2 Dukuhwaru tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang dirintis oleh para tokoh masyarakat

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus 1. Sejarah Berdirinya MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang cukup berarti terhadap perkembangan anak didik.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang cukup berarti terhadap perkembangan anak didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak muncul berbagai persoalan mengenai pendidikan agama yang diberikan pada instansi-instansi pendidikan. Berbagai kritik atau keluhan yang sering dilontarkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 69 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Sejarah Singkat berdirinya Madrasah Madrasah Aliyah Negeri Kunir Wonodadi Blitar pada awalnya adalah Madrasah Aliyah Swasta yang bernama Madrasah

Lebih terperinci