BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 A. Analisis Proses Pembelajaran Muatan Lokal di Kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan Pelaksanaan pembelajaran ialah kegiatan inti dari keseluruhan proses pembelajaran. Dalam mempersiapkan pembelajaran guru harus memahami karakteristik materi pelajaran, karakteristik murid, serta memahami metodologi pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan lebih variatif. Pada proses ini, guru berperan hendaknya memerhatikan dan mengatur tahap-tahapan kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya proses pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mapel-mapel lainnya. Sebelum melaksanakan pembelajaran di dalam kelas terlebih dahulu guru membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun dengan mengacu pada silabus, kemudian disusun untuk satu bahasan mapel setiap satu kali pertemuan. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termuat beberapa hal terkait pembelajaran antara lain kompetensi dasar, indikator, materi, tahap-tahap pembelajaran, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Tahap-tahap kegiatan pembelajaran muatan lokal di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan tahun ajaran 2013/2014 antara lain: 104

2 Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran awal dimulai dengan membuka pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran dilakukan dengan memberi motivasi pada siswa, menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan dipelajari, dan memberikan gambaran mengenai kompetensi pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti dalam pembelajaran dimulai dengan kegiatan guru untuk memberikan gambaran umum tentang materi yang sedang dipelajari, kemudian membimbing siswa dalam menggali informasi, mendiskusikan, dan mempraktikkan materi pembelajaran secara individu atau berkelompok. Kegiatan inti juga dilakukan dengan menyampaikan materi pelajaran guna menanamkan, mengembangkan pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan keterampilan (aspek psikomotor) berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan menutup pelajaran yang dilakukan oleh guru. Adanya kegiatan menutup pelajaran ini dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, juga untuk mengetahui tingkat pencapaian dan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

3 106 B. Analisis Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan Dasar pelaksanaan muatan lokal (mulok) merupakan landasan yang menjadikan kurikulum muatan lokal wajib untuk diajarkan kepada siswa-siswa di setiap jenjang pendidikan. Muatan lokal adalah bagian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang harus dikembangkan berdasarkan pancasila, UUD 1945, serta Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum muatan lokal merupakan sekumpulan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuhkembangkan pengetahuan serta keterampilannya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Oleh sebab itu, setiap daerah berpotensi untuk menerapkan kebijakan yang berbeda dalam mengimplementasikannya. Adapun tujuan pelaksanaan kurikulum muatan lokal secara umum ialah untuk mengenalkan anak tentang budaya yang ada di lingkungannya. Dengan adanya pengenalan budaya tersebut, diharapkan anak menjadi lebih peka terhadap potensi budaya yang ada di daerah sekitarnya. Selain itu, dengan adanya kurikulum muatan lokal juga turut membantu melestarikan keragaman budaya kepada generasi mendatang. Dengan demikian, anak akan lebih sadar dan memahami bahwa kita harus bangga serta mencintai kearifan lokal yang ada. Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang fleksibel. Hal ini dikarenakan pemilihan materi mulok di setiap daerah satu dengan lainnya berbeda. Beberapa kemungkinan lingkup wilayah berlakunya kurikulum muatan lokal

4 107 meliputi seluruh kabupaten/kota dalam satu propinsi, hanya pada satu atau beberapa kabupaten/kota tertentu dalam suatu propinsi yang memiliki karakteristik sama, dan seluruh kecamatan dalam suatu kabupaten/kota. Adapun kurikulum muatan lokal yang diterapkan pada kelas V di SDN Sapuro 05 Pekalongan antara lain Bahasa Jawa, Batik, dan BTHA (Baca Tulis Huruf Alquran). Bahasa Jawa merupakan muatan lokal tingkat Propinsi, sedangkan Batik adalah muatan lokal tingkat kota. Adapun BTHA merupakan muatan lokal tingkat sekolah. Untuk tiap-tiap mapel mulok tersebut memiliki alokasi waktu 2 X 35 menit atau satu pertemuan setiap minggu. Mapel Bahasa Jawa diajarkan dari kelas satu sampai enam, sedangkan batik dan BTHA diajarkan mulai kelas empat hingga enam. Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, kurikulum muatan lokal harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan-tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran akan tercapai. Pelaksanaan kurikulum muatan lokal di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan secara umum sudah dikembangkan baik melalui perencanaan yang matang dan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran serta dalam pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan mapel lainnya. Persiapan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum muatan lokal sudah baik. Beberapa persiapan tersebut di antaranya ialah dalam menentukan bahan ajar dan memberikan materi sudah disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah,

5 108 serta kesiapan guru yang akan mengajar. Guru muatan lokal haruslah orangorang yang berkompeten di bidangnya. Kurikulum muatan lokal yang diterapkan di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan adalah sebagai berikut: 1. Bahasa Jawa Muatan lokal Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran bahasa yang bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa yang baik. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Manusia berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang harus dilestarikan. Oleh karena itu, pemerintah melalui SK Gubernur Jawa Tengah No /05/2010 menetapkan Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di Propinsi Jawa Tengah untuk jenjang SD/SDLB/MI. Selain sebagai sarana komunikasi, Bahasa Jawa juga berfungsi sebagai sarana edukasi untuk mengajarkan budi pekerti dan akhlak yang baik karena Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang menjunjung tinggi tata krama (unggah-ungguh) dalam penggunaannya. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Jawa sangat penting untuk diterapkan. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya di jenjang sekolah dasar, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa. Empat keterampilan tersebut ialah mendengarkan (ngrungoake), berbicara (guneman), membaca (maca), dan menulis (nulis). Keterampilan mendengarkan merupakan kemampuan siswa dalam memahami wacana

6 109 lisan yang didengar baik sastra maupun nonsastra dalam beragam bahasa berupa cerita teman, teks karangan, pidato, ataupun cerita wayang. Adapun keterampilan berbicara ialah kemampuan menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan baik sastra maupun nonsatra dengan indikator seperti menceritakan tokoh wayang, mendeskripsikan benda, menanggapi persoalan faktual atau melaporkan hasil pengamatan. Sedangkan keterampilan membaca adalah keterampilan untuk memahami teks, adapula keterampilan menulis diperoleh dengan cara menulis karangan sederhana, surat, dialog, dan aksara jawa. Secara garis besar materi pembelajaran Bahasa Jawa di kelas V semester genap meliputi beberapa tema antara lain Bima Suci, pendidikan, budi pekerti, kabudayan, dan pariwisata. Setiap materi tersebut mempunyai kompetensi dasar yang berkesinambungan. Agar materi-materi tersebut dapat dipahami siswa dengan baik, diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Metode yang tepat dan bervariasi memengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru harus bisa menggunakan metode yang sesuai dalam mengajar. Metode pembelajaran yang dipilih juga harus disesuaikan dengan materi yang akan dibahas dan kondisi siswa (siap atau tidaknya). Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan cukup bervariasi. Hal ini dibuktikan dengan diterapkannya beberapa metode antara

7 110 lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, serta resitasi. Metode-metode itu digunakan secara bergantian disesuaikan dengan pembahasan materi. Agar tidak terjadi kebosanan juga dilakukan pembelajaran di luar kelas yaitu pada materi wawancara. Dalam hal ini siswa melakukan praktik wawancara secara langsung kepada orang-orang sekitar. Hal lain yang menunjang keberhasilan pembelajaran adalah adanya media pengajaran. Media ialah alat-alat yang digunakan guru untuk membantu proses mengajar sehingga peserta didik lebih bisa memahami maksud dan tujuan pembelajaran. Dengan adanya media diharapkan pula agar siswa lebih tertarik dan berminat mengikuti KBM (kegiatan belajar mengajar). Namun media yang dimiliki oleh SDN Sapuro 05 belum terlalu maksimal. Media yang digunakan antara lain buku paket, buku-buku lain yang memuat materi-materi Bahasa Jawa, dan gambar-gambar wayang. Sebaiknya media ini terus diperbaruhi agar lebih variatif sehingga dapat mengatasi kejenuhan anak dalam menjalankan pembelajaran. Setelah pembelajaran dilaksanakan, hal selanjutnya yang harus dilakukan ialah melakukan evaluasi baik terhadap siswa maupun guru. Evaluasi adalah proses pemberian nilai terhadap suatu kegiatan. Dalam pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Jawa ada dua cara yaitu secara tertulis dan nontertulis (praktik). Penilaian tertulis dilakukan setiap bab melalui ulangan harian. Di samping itu, tes tertulis dilakukan ketika mid

8 111 semester (UTS) dan akhir semester (UAS). Sedangkan untuk praktik dilakukan dengan berpidato dan memerankan peran. Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi maka ditetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan untuk mapel Bahasa Jawa di kelas V adalah 60. Penentuan KKM tersebut didasarkan atas tiga hal yaitu in take (kompetensi dasar yang diajarkan), kompleksitas (kesulitan materi), serta daya dukung siswa (keadaan siswa, kondisi ekonomi siswa, dan sarana prasarana yang menunjang). 2. Batik Batik merupakan salah satu warisan budaya lokal yang ada di Pekalongan. Untuk menjaga kelestariannya, pihak pemerintah daerah dalam hal ini Walikota Pekalongan merasa perlu memasukkan batik ke dalam mata pelajaran di sekolah-sekolah terutama jenjang sekolah dasar. Dengan dijadikannya batik sebagai muatan lokal Kota Pekalongan diharapkan sejak dini siswa-siswi sekolah dasar lebih mengetahui kekayaan budaya daerahnya. Adapun tujuan khusus pembelajaran mulok batik antara lain untuk memperkenalkan kepada anak tentang kebudayaan lokal (batik), memperkenalkan teknik dasar pembuatan batik, dan menambah keterampilan anak dalam membatik. Dalam pembelajaran muatan lokal batik, materi pembelajaran yang disampaikan harus mencakup aspek kognitif, psikomotorik, serta afektif

9 112 untuk memenuhi kompetensi konsepsi, apresiasi, dan produksi. Keterampilan-keterampilan itu lebih bersifat pengenalan secara sederhana, bukan kemampuan secara vokasional. Standar kompetensi yang diharapkan pada mapel mulok batik kelas V semester genap ialah agar siswa mampu mempresentasikan pemahaman, berapresiasi, serta mengeksplorasi kemampuan membuat pola dan teknik batik sebagai budaya lokal. Dengan demikian materi-materi yang disajikan pada semester ini meliputi Ragam Hias Nongeometris, Prosedur Pembuatan Batik, dan Membuat Desain Pola Batik. Dalam pembelajaran batik metode pembelajaran yang digunakan tidak monoton terpusat pada guru saja. Hal ini dikarenakan karena pembelajaran batik, siswa dituntut untuk mempraktikkan proses pembuatan batik. Dengan demikian, antara pembelajaran secara teori dan praktik seimbang. Beberapa metode yang digunakan antara lain ceramah, demonstrasi, tanya jawab, penugasan, serta karya wisata. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan materi yang berupa teori atau konsep tentang batik. Untuk menguji penguasaan materi kepada siswa dilakukan tanya jawab setiap pertemuan. Sedangkan penugasan dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah atau latihan-latihan soal. Adapun metode karya wisata dilakukan dengan mengunjungi museum batik. Kunjungan ke museum batik dilakukan untuk memberikan pengalaman tentang koleksi-koleksi batik sekaligus mempraktikkan pembuatan batik kepada anak secara langsung. Praktik pembuatan batik di sekolah tidak memungkinkan karena tidak tersedianya

10 113 alat dan bahan pembuatan batik secara lengkap. Secara teknis praktik membatik ini dilakukan secara berkelompok. Anak-anak empat orang secara berkelompok membatik taplak meja. Media merupakan salah satu unsur penting dalam menciptakan keberhasilan pembelajaran batik. Sebagai contoh, dalam menjelaskan motifmotif batik, guru tidak hanya bercerita saja tentang motif-motif yang ada tanpa memperlihatkan contohnya. Siswa akan lebih bisa memahami tentang motif-motif batik dengan memperlihatkan gambarnya, sehingga pembelajaran tidak verbalis. Dalam praktik pembuatan batik juga diperlukan alat-alat yang memadai seperti canting, mori (kain), malam, kompor serta peralatan lainnya. Meskipun pihak sekolah belum mampu untuk mengadakan alat-alat tersebut. Namun cukup dengan gambar-gambar bisa mewakili untuk memberikan kejelasan bagaimana bentuk alat-alat tersebut. Adapun media pembelajaran batik yang digunakan di kelas V ini masih antara lain, buku, gambar-gambar motif batik. Media tersebut masih sangat minim dan perlu diperbaruhi dengan media-media yang inovatif sehingga bisa membantu siswa dalam memahami materi. Sama halnya dengan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya, proses evaluasi mulok batik dilakukan dengan melakukan penilaian. Penilaian tersebut berupa dua hal yaitu secara tertulis dan praktik. Hal ini dimaksudkan agar aspek penilaian menyeluruh baik secara kognitif, psikomotorik, dan afektif. Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa

11 114 yang mendapat nilai baik atau bagus adalah siswa yang benar-benar memahami teori batik, mempunyai keterampilan dalam pembuatan batik, serta mempunyai sikap yang positif terhadap batik. Penilaian mapel batik dilakukan melalui ulangan harian, tugas, dan praktik. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mapel batik ini 65. Apabila ada yang nilainya kurang dilakukan remidi. 3. BTHA (Baca Tulis Huruf Alquran) BTHA atau Baca Tulis Huruf Alquran merupakan mulok tingkat sekolah yang memiliki tujuan pokok agar anak bisa membaca dan menulis ayat-ayat Alquran dengan baik, benar, dan lancar. Meskipun sebenarnya setiap pagi, yaitu pada jam ke-0 juga telah diadakan BTQ pagi, namun BTHA ini perlu dilaksanakan agar siswa benar-benar memiliki kematangan dalam memelajari Alquran baik secara tajwid maupun secara maknanya. Dengan pembelajaran yang intens anak akan lebih memahami bacaan-bacaan yang ada di dalam Alquran. Materi BTHA yang diajarkan adalah materi-materi yang berhubungan dengan tajwid. Materi ini diberikan secara berjenjang dari yang mudah ke sulit. Hal ini dikarenakan agar anak lebih mudah untuk memahami materi tersebut. Dalam pembelajaran BTHA pada kelas V semester genap, standar kompetensi yang ingin dicapai ialah agar siswa mampu membaca Alquran dengan bacaan mad dan mampu menerapkannya dalam membaca ayat-ayat Alquran. Selain itu siswa diharapkan mampu mengurai huruf Alquran dan

12 115 tanda baca. Materi BTHA untuk kelas V semester 2 ini membahas tentang mad, seperti mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad iwad, mad lin, badal, dan lainnya. Sesuai dengan namanya, dalam pembelajaran BTHA (Baca Tulis Huruf Alquran) tentu tidak hanya memelajari teori-teori saja, melainkan juga mempraktikkan bacaan-bacaan atau ayat-ayat Alquran dengan tajwid yang benar. Oleh sebab itu, guru harus bisa menggunakan metode yang tepat agar pembelajaran berhasil dengan baik. Medote yang digunakan dalam pembelajaran BTHA antara lain tanya jawab, ceramah, penugasan, dan demonstrasi. Tanya jawab digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi. Biasanya setiap selesai pembahasan satu materi akan diadakan tanya jawab. Adapun metode ceramah digunakan saat awalawal penyampaian materi dengan diikuti metode demonstrasi yaitu memberikan contoh atau mempraktikkan suatu bacaan yang benar kemudian siswa mengikuti. Sedangkan untuk penugasannya biasanya berupa PR atau soal-soal untuk dikerjakan saat itu juga. Media yang digunakan dalam pembelajaran BTHA adalah buku qiroati, juz Ama atau Alquran, buku tajwid, dan Buku BTQ KKG PAI Jateng. Media-media tersebut berperan penting dalam pembelajaran. Untuk evaluasi BTHA menggunakan penilaian dalam bentuk tertulis dan lisan. Tertulis digunakan untuk mengetahui kedalaman pengetahuan siswa terhadap materi yang ada. Adapun penilaian secara lisan dalam hal ini mengaji satu per satu guna mengetahui apakah siswa sudah bisa dan benar

13 116 dalam membaca ayat-ayat Alquran. Sedangkan untuk KKM mata pelajaran BTHA adalah 60, hal ini sesuai dengan standar yang ditetapkan. C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di Kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan Faktor pendukung merupakan faktor yang memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan pembelajaran. Faktor pendukung dalam implementasi kurikulum muatan lokal di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan antara lain sebagai berikut: 1. Sarana dan prasarana yang mencukupi Adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sarana dan prasarana pembelajaran adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Salah satu sarana prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran ialah ketersediaan buku paket. Dalam mapel Bahasa Jawa, pengadaan buku paket dan alat peraga dinilai telah mencukupi. Setiap anak dipinjami buku pokok materi Bahasa Jawa sehingga hal tersebut memberikan keleluasaan anak untuk konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Anak diharapkan bisa fokus terhadap materi yang dipelajari karena sudah memiliki buku pegangan. Sedangkan alat peraga yang tersedia untuk mapel Bahasa Jawa sampai saat ini dinilai telah mencukupi. Beberapa alat peraga yang tersedia antara lain gambar-gambar wayang dan aksara jawa.

14 Adanya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan kegiatan dalam hal ini pembelajaran. Minat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam proses belajar. Apabila dalam suatu kelas telah tercipta minat untuk mengikuti pembelajaran maka dapat dipastikan proses belajar mengajar akan lebih terasa bermakna. Dalam mapel mulok pun demikian. Anak-anak memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal itu dapat dibuktikan ketika anak mengikuti pembelajaran mereka mengikuti dengan tenang, mendengarkan apa yang disampaikan guru, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik. 3. Adanya motivasi anak untuk berprestasi Motivasi adalah daya dorong atau penggerak yang ada dalam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi dalam pendidikan diartikan sebagai daya dorong anak untuk belajar dan berprestasi. Oleh karena itu, motivasi mutlak diperlukan apabila siswa menginginkan keberhasilan. Dalam pembelajaran mulok secara umum, dapat dikatakan bahwa motivasi siswa kelas V telah ada dan terjaga dengan baik. Hal ini dapat diketahui melalui KBM yang berlangsung. Anak selalu berusaha untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik agar mendapat nilai yang memuaskan. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam setiap tugas. Hal ini menjadi indikasi bahwa motivasi mereka untuk berprestasi telah ada.

15 Adanya variasi pembelajaran Variasi pembelajaran merupakan keragaman dalam menciptakan pembelajaran yang tidak monoton. Variasi pembelajaran ini dilakukan agar siswa tidak bosan dan jenuh mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian siswa diharapkan lebih bisa aktif dan antusias. Variasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga yaitu variasi dalam gaya mengajar, pola interaksi, dan penggunaan alat bantu. Dalam pembelajaran mulok, baik Bahasa Jawa, batik, maupun BTHA merupakan pembelajaran yang memerlukan praktik secara langsung. Sehingga hal ini memerlukan variasi dalam pembelajaran. Sebagai contoh, dalam pembelajaran batik tidak hanya monoton mendengarkan materi di dalam kelas, melainkan juga memerlukan praktik secara langsung sehingga ada waktu-waktu yang memang digunakan untuk praktik. Pada akhir pembelajaran, anak-anak diajak ke museum batik guna melihat koleksi batik dan belajar membatik. 5. Adanya dukungan orangtua Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran adalah dengan adanya dukungan dari orangtua. Dengan dukungan tersebut, anak akan lebih termotivasi untuk meraih prestasi yang lebih baik. Dukungan dari orangtua bermacam-macam bentuknya. Ada yang berupa perhatian ataupun nasihat. Diantaranya ialah dengan selalu mengingatkan putra-putri untuk semangat belajar, memerhatikan pelajaran, tidak menganggap remeh pelajaran,

16 119 maupun dengan memberikan bimbingan ketika di rumah terkait materi yang dipelajari. Adapun faktor-faktor penghambat merupakan hal-hal yang memberikan pengaruh negatif (menghambat) terhadap keberhasilan pembelajaran. Faktor-faktor penghambat dalam implementasi kurikulum muatan lokal di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan meliputi: 1. Kurangnya kesiapan atau kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran Kesiapan siswa erat kaitannya dengan kondisi siswa dalam menerima mapel. Apabila siswa telah siap menerima mapel maka siswa akan lebih konsentrasi dan fokus terhadap materi. Ada saatnya siswa menjadi sangat perhatian pada materi yang diajarkan, dan ada saatnya pula siswa sulit dikendalikan ketika KBM berlangsung. Untuk itu, guru sebaiknya memberikan waktu sejenak agar siswa bisa menfokuskan diri. 2. Alat peraga kurang bervariasi Alat peraga adalah alat bantu yang digunakan untuk memperjelas materi pembahasan. Dengan demikian para siswa menjadi lebih bisa memahami materi dengan benar. Alat peraga yang hanya itu-itu saja membuat siswa bosan. Guru seharusnya kreatif dalam membuat alat peraga guna menunjang keberhasilan pembelajaran. 3. Kurangnya penguasaan materi oleh pendidik Penguasaan materi mutlak harus dimiliki oleh guru. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dikatakan profesional. Namun terkadang ada beberapa hal yang menjadi

17 120 permasalahan atau kendala dalam memenuhi aspek ini, salah satunya adalah karena beberapa di antara guru yang mengampu mapel-mapel tertentu terutama di SD adalah guru kelas, sehingga kemungkinan guru-guru tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang kurang sesuai dengan mapel yang diampunya. Begitu pula halnya yang terjadi dalam pembelajaran mulok di kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan, untuk mapel Bahasa Jawa diampu oleh guru kelas, sehingga terdapat kemungkinan dalam penyampaiannya kurang mendalam. Adapun mapel batik dan BTHA sudah diampu oleh guru khusus. 4. Kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran Pembelajaran merupakan proses yang disengaja sehingga menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Dalam pembelajaran seorang guru mempunyai peran yang penting. Guru harus pandai-pandai dalam menyampaikan materi pelajaran dan menemukan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar agar siswa tidak mengalami kejenuhan dalam kegiatan belajar mengajar. Maksud dari kejenuhan siswa ialah kondisi siswa yang mengalami kebosanan dalam mengikuti pembelajaran sehingga kurang fokus terhadap materi yang dipelajari. Bentuk-bentuk kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran antara lain mengobrol, bermain, atau bengong ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

18 Kurangnya media pembelajaran Media pembelajaran adalah perantara atau alat-alat yang digunakan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Terdapat bermacam-macam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna membantu siswa dalam memahami materi. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam menerangkan materi-materi yang abstrak. Namun, belum semua sekolah memiliki media pembelajaran yang beragam. Hal itu disebabkan kurangnya anggaran untuk membeli alat-alat yang diperlukan. Begitu pula yang terjadi di SDN Sapuro 05 Pekalongan, media pembelajaran yang ada khususnya untuk mapel mulok dapat dikatakan belum maksimal. Sebagai contoh dalam mapel batik, pihak sekolah belum memiliki media-media yang dibutuhkan untuk membatik. 6. Kurangnya alokasi waktu Alokasi waktu adalah durasi waktu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar setiap minggunya. Dalam mapel mulok, masing-masing alokasi waktu yang diberikan adalah dua jam pelajaran atau 2 X 35 menit setiap minggu. Waktu tersebut dinilai kurang maksimal mengingat materi yang disampaikan cukup padat. Sehingga terkadang terdapat beberapa materi pembelajaran yang tidak tersampaikan kepada siswa. Sebenarnya jika dihitung secara normal alokasi waktu untuk mapel mulok bisa dikatakan cukup, akan tetapi terkadang waktu-waktu tersebut terpotong oleh hari-hari libur, ujian atau kendala-kendala yang bersifat teknis.

19 Kemampuan siswa yang berbeda-beda Setiap anak adalah unik. Ketika kita memerhatikan anak-anak di dalam kelas, kita akan melihat perbedaan individual yang banyak. Anak-anak dengan latar belakang usia hampir sama, memperlihatkan kemampuan, minat, dan sikap yang beragam. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran. Ada anak yang cepat memahami materi yang dipelajari, adapula anak yang agak lambat dalam menerimanya sehingga membutuhkan waktu yang lama dan pengulangan materi secara terus-menerus. 8. Buku ajar belum mencukupi pada mapel BTHA Salah satu kendala yang masih saja ditemui dalam pembelajaran ialah terkait dengan pengadaan buku ajar. Pada mapel tertentu, seperti BTHA buku ajar yang dimiliki masih sangat terbatas, sehingga buku hanya dibagikan ketika pembelajaran berlangsung dengan teknis dua anak mendapat satu buku. Tentunya hal ini kurang efektif, karena mereka tidak bisa leluasa dalam mempelajari materi.

BAB V PENUTUP. 1. Proses pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mapel-mapel

BAB V PENUTUP. 1. Proses pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mapel-mapel BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran muatan lokal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG A. Analisis Penerapan Metode Pembelajaran BTQ Siswa Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Pasangan Aksara Jawa Menggunakan Media Kartu Aksara Jawa

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Pasangan Aksara Jawa Menggunakan Media Kartu Aksara Jawa Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menerapkan Pasangan Aksara Jawa Menggunakan Media Kartu Aksara Jawa Bagi Siswa Kelas VII H SMP Negeri 1 Toroh Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 Ahmad Nurhamid SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, identitas bangsa, serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN Pada bab IV akan membahas tentang analisis Pelaksanaan Program Remedial Pada Mata Pelajaran PAI

Lebih terperinci

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Pengetahuan Keterampilan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia karena pendidikan terkait dengan kehidupan sehari-hari maka dari itu manusia membutuhkan pendidikan agar mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN. dianalisis bahwa Implementasi kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI

DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN. dianalisis bahwa Implementasi kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI BAB IV ANALISIS DATA IMPLEMENTASI KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN Berdasarkan wawancara dengan guru PAI SDN 02 PONCOL, dapat dianalisis bahwa Implementasi

Lebih terperinci

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan yang diwakili oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di dalam sebuah keluarga maupun di lingkungan formal. Dengan adanya bahasa di muka bumi ini, manusia dapat memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG A. Analisis Penggunaan Metode Tanya Jawab Dalam Pembelajaran PAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar, karena dengan metode yang tepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perkembangan negara di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Perencanaan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Perencanaan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team BAB IV HASIL PENELITIAN A. Perencanaan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 3 Gunung Talang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kurikulum khusus keagamaan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka BAB V PEMBAHASAN Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah Kurikulum. Perubahan Kurikulum sekolah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menentukan peradaban suatu bangsa itu ditunjang oleh sumber daya manusia yang akan terus berkembang sesuai kebutuhan manusia dalam kehidupan masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terhadap implementasi pembelajaran pendidikan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran wajib muatan lokal (mulok) di Jawa Tengah sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki untuk dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah sebagai tempat pembentuk generasi bangsa yang berkualitas mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan, Oleh karena itu pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI A. Analisis Ketercapaian Standar Isi Mata Pelajaran Al-qur an Hadits Semester II kelas V MI 1. Analisis Ketercapaian Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai penting pada jenjang pendidikan dengan pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang memadai mengenai penguasaan struktur bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai pendidik adalah mengajar dan mendidik, karena guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran IPA. Selain itu mata pelajaran IPA sebagai objek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran IPA. Selain itu mata pelajaran IPA sebagai objek penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan merupakan modal suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP Sofrowati Inayatun 148620600123/Semester 6/A2/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dan strategis dalam proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan suatu daerah bahkan bangsa. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa terbagi

Lebih terperinci

BAB IV EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS DI KELAS V MI WALISONGO TANGKIL TENGAH KEDUNGWUNI

BAB IV EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS DI KELAS V MI WALISONGO TANGKIL TENGAH KEDUNGWUNI BAB IV EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS DI KELAS V MI WALISONGO TANGKIL TENGAH KEDUNGWUNI A. Analisis Penggunaan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Alquran Hadis di Kelas V MI

Lebih terperinci

PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS VI SD NEGERI 03 POJOK KARANGANYAR

PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS VI SD NEGERI 03 POJOK KARANGANYAR PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS VI SD NEGERI 03 POJOK KARANGANYAR Wakhidah (Kepala SD Negeri 03 Pojok, Kabupaten Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan IPTEK sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah : SDN Percobaan 2 Tema : Diri Sendiri Kelas/Semester : II / 1 Alokasi Waktu : 2x35 Menit A. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia Mendengarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kebudayaan suatu daerah. Pasal 22 Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kebudayaan suatu daerah. Pasal 22 Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi memiliki pengaruh tersendiri terhadap perkembangan kebudayaan suatu daerah. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32/2004, bahwa dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan siswa sekarang maupun masa yang akan datang. dengan perkembangan zaman. Di SDN Semampir mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan siswa sekarang maupun masa yang akan datang. dengan perkembangan zaman. Di SDN Semampir mata pelajaran Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, sehingga peajaran Bahasa Indonesia sangat penting bagi kehidupan siswa sekarang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Siswa Menulis Pantun Melalui Teknik Balas Pantun di Kelas IV SDN 1 Tatura

Peningkatan Keterampilan Siswa Menulis Pantun Melalui Teknik Balas Pantun di Kelas IV SDN 1 Tatura Peningkatan Keterampilan Siswa Menulis Pantun Melalui Teknik Balas Pantun di Kelas IV SDN 1 Tatura Sustri Do embana SDN 1 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan merupakan modal suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang bertujuan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan Ke : II /Siklus 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan Ke : II /Siklus 11 142 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SDN 07 Kampung Jawa II Pariaman Tengah Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia (Keterampilan Berbicara) Kelas/semester : V/II Pertemuan Ke : II

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembela jaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembela jaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembela jaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku, kebutuhan dan kehidupan seperti halnya menurut (Susanto, 2013:143) pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, atau keinginannya. Keterampilan menulis yang baik sangatlah penting

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, atau keinginannya. Keterampilan menulis yang baik sangatlah penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Melalui tulisan, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI ISLAMIYAH WIRODITAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI ISLAMIYAH WIRODITAN BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI ISLAMIYAH WIRODITAN A. Analisis Strategi Pembelajaran yang Digunakan dalam Pembelajaran Al- Qur an Hadits Kelas 5 di MI Islamiyah Wiroditan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran bahasa yang berlangsung di dunia. Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Faktor apa yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa bidang studi SKI Belajar adalah hal yang menyenangkan dan kadang-kadang sedikit membosankan tergantung

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan Ke : II /Siklus 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan Ke : II /Siklus 1 130 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SDN 07 Kampung Jawa II Pariaman Tengah Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia (Keterampilan Berbicara) Kelas/semester : V/II Pertemuan Ke : II

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode delivery from memory ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga siswa dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia sekolah dasar adalah masa yang paling efektif dalam pengembangan kreativitas. Potensi usia itu berada pada masa yang penting untuk merangsang perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) merupakan wujud, langkah, upaya untuk meningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan kurikulum berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang paling penting dan mendesak kebutuhannya sejalan dengan kehidupan manusia, sebab tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan berperan penting dalam pembangunan nasional Indonesia terutama sebagai Negara yang sedang berkembang, Tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai atau sikap baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG A. Analisis Terhadap Pembelajaran PAI di SMPN 36 Semarang Perpindahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Kurikulum sebagai rancangan. dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Kurikulum sebagai rancangan. dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dipengaruhi keberhasilan guru dan siswa itu sendiri, yang merupakan tokoh utama dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sendiri memiliki kedudukan yang penting serta utama dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya bahasa berlaku sebagai alat komunikasi antara orang satu

Lebih terperinci