HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Pradnya Dirga Paramita Taviono PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 ii

3 iii

4 HALAMAN MOTTO Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4 : 13) I m Nothing Without You, God. And With You, I Can Do Anything (Edward Chen) What is not started, will neve get finished (Johann Wolfgang VG) If Plan A didn t work. The alphabet has 25 more letters! Stay cool (unknown) When you want something, all the universe conspires in helpping you to achieve it (Paulo Coelho) You have to get up every morning and tell yourself, I CAN DO THIS! (unknown) Tidak ada manusia yang bodoh karena telat wisuda, tidak ada yang ingin mempermalukan oranag tuanya hanya karena belum lulus, semua orang punya prosesnya masing-masing. Begitu juga aku, kamu dan kita (anonim) iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Saya persembahkan Skripsi ini kepada semua orang yang telah turut membantu saya dalam bentuk doa, semangat, motivasi dan apapun. Serta saya juga mengucapkan terimakasih kepada: Termakasih Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai senantiasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Terimaksih kepada orang tua, adik serta Jinggo dan seluruh keluarga besar saya yang selalu mendukung, memberi semangat dan mendoakan kelancaran proses penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada dosen pembimbing saya yang senantiasa membimbing dan menyediakan waktu dan tenaganya untuk menghantarkan saya dari awal hingga selesai menyusun skripsi ini. Terimaksih kepada sahabat-sahabat SMA saya, terkhusus Rohaye yang tidak pernah lelah mendukung, memberi semangat dan mendoakan saya untuk dapat cepat menyelesaikan skripsi ini. Terimaksih kepada sahabat-sahabat saya di Jogja, terkhusus Clarissa dan Yunika yang selalu mendukung, tidak lelah membantu saya dalam hal apapun, memberi semangat dan juga yang telah mendoakan kelancaran skripsi ini. Terimaksih kepada teman-teman kost Putri Intan terkhusus Elyn, Nella dan Natry serta kepada teman-teman Padepokan Mbak Etta 2011, yang turut mendukung, membatu dan mendoakan saya. Semangat untuk kalian yang masih berjuang menyelesaikan skripsi. Sukses untuk kita semua. Dan, Terimakasih kepada semua teman-teman dan siapapun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih untuk dukungan dan doa-doanya agar saya selalu diberikan kelenacaran dan kemudahan dalam menyusun skripsi ini. v

6 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 21 April 2016 Penulis Pradnya Dirga Paramita Taviono vi

7 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPUSLIF PRODUK FASHION PADA REMAJA Pradnya Dirga Paramita Taviono ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gaya hidup brand minded dan kecenderungan pembelian impulsif produk fashion pada remaja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif dan signifikan antara gaya hidup brand minded dengan kecenderungan pembelian impuslif produk fashion pada remaja. Semakin tinggi gaya hidup brand minded pada remaja, maka semakin tinggi pula kecenderungan para remaja tersebut untuk melakukan pembelian yang impulsif terhadap produk-produk fashion, dan sebaliknya. Penelitian ini menggunakan subjek sejumlah 120 orang (60 perempuan dan 60 laki-laki). Instrumen penelitian ini menggunakan 2 skala, yaitu Skala Gaya Hidup Brand Minded yang terdiri dari 23 item (α = 0,915, rentang rix= 0,346 0,727), dan Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion yang terdiri dari 22 item (α = 0,919, rentang rix= 0,309 0,772). Hasil analisis menggunakan Spearman s Rho, karena data yang diperoleh tidak berdistribusi secara normal. Hasil Uji Spearman s Rho menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara gaya hidup brand minded dengan kecenderungan pembelian impulsif produk fashion (r = 0,669, p = 0,000). Kata kunci: gaya hidup brand minded, kecenderungan pembelian impulsif produk fashion, remaja. vii

8 THE RELATION BETWEEN BRAND MINDED LIFESTYLE AND THE IMPULSIVE BUYING TENDENCY OF FASHION PRODUCTS IN ADOLESCENTS Pradnya Dirga Paramita Taviono ABSTRACT This study aimed to examine the relationship between the brand minded lifestyle and the impulsive buying tendency of fashion products in adolescents. The hypothesis in this study was there is a positive and significant correlation between brand minded lifestyle with the impulsive buying tendency of fashion products in adolescents. More higher brand minded lifestyle, the impulsive buying tendency of fashion products in adolescents will be more higher too, and vice versa. The research participants were 120 subjects (60 girls and 60 boys). The research instrument applied two scales, namely Brand Minded Lifestyle scale consist of 23 items (α = 0.915, range of rix= 0,346 0,727) and The Impulsive Buying Tendency of Fashion Products scale consist of 22 items (α = 0.919, range of rix= 0,309 0,772). This research used Spearman s Rho for the correlate analysis, because data from this study have an un-normal distribution. The results of the analysis of the Spearman s Rho, showed that there was a positive and significant correlation between lifestyle brand minded and impulsive buying of fashion products (r = 0.669, p = 0.000). Key words: the brand minded lifestyle, impulsive buying of fashion products, adolescents. viii

9 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma : Nama : Pradnya Dirga Paramita Taviono Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akadems tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 21 April 2016 Yang menyatakan, (Pradnya Dirga Paramita Taviono) ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur dan terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Tarsius Priyo Widiyamto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Dosen pembimbing akademik saya, Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi. 4. Dosen pembimbing skripsi saya, Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi, M.A. 5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. 6. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas keramahannya dan bantuannya selama saya menempuh bangku kuliah. 7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan mendoakan keberhasilan saya. Peneliti menyadari kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, sehingga peneliti sangat terbuka dengan kritik dan saran dari siapapun. Mohon maaf apabila ada salah kata. Sekian. Peneliti x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN MOTTO...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi ABSTRAK...vii ABSTRACT...viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xi DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR LAMPIRAN...xvi BAB 1 PENDAHULUAN...1 A. LATAR BELAKANG...1 B. RUMUSAN MASALAH...7 C. TUJUAN PENELITIAN...7 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritis Manfaat Praktis...8 BAB II LANDASAN TEORI...9 A. PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA Pembelian Impulsif Aspek Pembelian Impulsif...11 a. Aspek Kognitif...11 xi

12 b. Aspek Afektif Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif...13 a. Faktor Internal...13 b. Faktor Eksternal Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja...15 B. GAYA HIDUP BRAND MINDED Pengertian Gaya Hidup Brand Minded AIO dalam Gaya Hidup Dampak Gaya Hidup Brand Minded...19 C. REMAJA Kategori Tahapan Usia Masa Remaja Karakteristik Remaja...23 D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA...25 E. SKEMA HUBUNGAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA REMAJA...28 F. HIPOTESIS...29 BAB III METODE PENELITIAN...30 A. JENIS PENELITIAN...30 B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN...30 C. DEFINISI OPERASIONAL Gaya Hidup Brand Minded Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion...31 D. SUBJEK PENELTIAN...32 E. METODE PENGUMPULAN DATA Skala Gaya Hidup Brand Minded Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion...35 F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS Validitas Seleksi Items Reliabilitas...39 G. METODE ANALISIS DATA Uji Asumsi...41 a. Uji Normalitas...41 b. Uji Linearitas Uji Hipotesis...42 xii

13 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...44 A. PELAKSANAAN PENELITIAN...44 B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN...44 C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN...45 D. HASIL PENELITIAN Uji Asumsi...47 a. Uji Normalitas...47 b. Uji Linearitas Uji Hipotesis...49 E. ANALISIS TAMBAHAN Uji Perbedaan Jenis Kelamin Uji Perbedaan Usia...52 F. PEMBAHASAN...55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...58 A. KESIMPULAN...58 B. SARAN Bagi Remaja Bagi Peneliti Selanjutnya...59 xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 1. Sebaran Item Skala Gaya Hidup Brand Minded sebelum seleksi item...34 Tabel 2. Skor item-item favorable pada Skala Gaya Hidup Brand Minded...34 Tabel 3. Skor item-item unfavorable pada Skala Gaya Hidup Brand Minded...34 Tabel 4. Sebaran Item Skala Pembelian Impulsif Produk Fashion sebelum seleksi item...35 Tabel 5. Skor item-item favorable pada Skala Pembelian Impulsif Produk Fashion sebelum seleksi item...35 Tabel 6. Skor item-item unfavorable pada Skala Pembelian Impulsif Produk Fashion sebelum seleksi item...36 Tabel 7. Sebaran Item Skala Gaya Hidup Brand Minded setelah seleksi item...38 Tabel 8. Sebaran Item Skala Pembelian Impulsif Produk Fashion setelah seleksi item...39 Tabel 9. Deskripsi identitas subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin...45 Tabel 10. Deskripsi identitas subjek penelitian berdasarkan usia tahapan masa remaja...45 Tabel 11. Data Teoritis dan Empiris...46 Tabel 12. Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Gaya Hidup Brand Minded...46 Tabel 13. Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Pembelian Impulsif Produk Fashion...47 Tabel 14. Hasil Analisis Kolmograv-Smirnov Test...48 Tabel 15. Hasil Uji Linearitas...48 Tabel 16. Hasil Uji Korelasi...49 Tabel 17. Hasil Uji Perbedaan Pembelian Impulsif Produk Fashion Berdasarkan Jenis Kelamin...51 Tabel 18. Hasil Uji Perbedaan Gaya Hidup Brand Minded Berdasarkan Jenis Kelamin...52 xiv

15 Tabel 19. Hasil Uji Perbedaan Pembelian Impulsif Produk Fashion Berdasarkan Usia Tahapan Masa Remaja...53 Tabel 20. Hasil Uji Perbedaan Gaya Hidup Brand Minded Berdasarkan Usia Tahapan Masa Remaja...54 xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Skala Try Out Lampiran Skala Try Out Lampiran Tabel Seleksi Item...78 Lampiran Skala Penelitian...82 Lampiran Tabel Uji Beda...90 Lampiran Tabel Uji Normalitas...91 xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan berbelanja yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan dan semakin mengarah ke pembelian yang impulsif. Riset dari The Nielsen Company pada tahun 2011 (diakses pada 23 Mei 2015 melalui mengungkapkan bahwa data dari tahun 2003 hingga 2011 menunjukkan masyarakat Indonesia berkembang menjadi semakin impulsif. Pada bulan Juni 2013, Nielsen kembali melaporkan hasil survei bahwa konsumen Indonesia meningkat semakin impulsif dalam berbelanja dibandingkan tahun sebelumnya (diakses pada 22 Juni 2015 melalui Rook (1987) mengungkapkan bahwa pembelian impulsif merupakan perilaku pembelian yang terjadi akibat adanya dorongan untuk membeli secara tiba-tiba dan lebih melibatkan konflik emosional. Hirschman dan Stern (dalam Sumarwan, 2011) juga menjelaskan bahwa adanya dorongan emosional terhadap suatu produk tertentulah yang menyebabkan terjadinya perilaku pembelian secara spontan dan tidak terefleksi. Perilaku pembelian seperti itulah yang disebut sebagai pembelian impulsif (Sumarwan, 2011). Pelaku pembelian impulsif bisa siapa saja, tidak terkecuali bagi kalangan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ditmar, 1

18 2 Beatti dan Friese (1995) menunjukkan bahwa remaja sebagai konsumen pun semakin impulsif. Usia tahun memang memiliki kecenderungan pembelian yang lebih impulsif (Lin & Lin, 2005; Semuel, 2007; Paramita, 2015). Penelitian lain yang dilakukan oleh Wood (1998) juga menunjukkan hasil bahwa pembelian impulsif akan meningkat secara sangat signifikan mulai pada usia 18 tahun dan akan menurun setelah usia 39 tahun. Pembelian impuslif juga membawa dampak bagi kehidupan pribadi remaja. Kebiasaan membeli secara impulsif akan menyebabkan adanya perasaan bersalah yang cukup mengganggu. Perasaan bersalah ini timbul begitu saja setelah melakukan pembelian secara impulsif tersebut (Verplanken & Herabadi, 2001). Selain itu, dampak yang cukup merugikan adalah dari sisi keuangan. Terlebih bagi remaja yang sebagian besar belum memiliki penghasilan atau pendapatan sendiri, dan juga sebagaian besar remaja belum mampu mengelola keuangan dengan baik. Maka, kebiasaan membeli sesuatu tanpa perencanaan tentu akan mengakibatkan membengkaknya anggaran atau pengeluaran (Fitri, 2006). Masa remaja memiliki karakteristik khusus, yaitu sebagai masa perkembangan transisi (Papalia, 2008). Remaja akan mengalami banyak perubahan, baik secara biologis, kognitif maupun sosial (Santrock, 2003). Maka wajar jika cenderung lebih labil, karena masih mencari jati diri atau identitas diri (Santrock, 2003). Di masa ini, seseorang juga mulai belajar bergaul dengan kelompok sesuai dengan jenis kelaminnya, sehingga

19 3 biasanya akan lebih mudah terpengaruh oleh lingkungannya (Sumanto, 2014). Karakteristik dasar tersebutlah yang membuat remaja lebih cepat dan mudah untuk melakukan pembelian impulsif (Anastasia, Rasimin & Nuryati, 2008). Pembelian impulsif dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah gaya hidup. Penelitian dari Bashir, Zeeshan dan Sabbar (2013) mengungkapkan bahwa gaya hidup membawa pengaruh yang signifikan dalam munculnya kecenderungan pembelian impulsif pada masyarakat di Pakistan. Bashar dan Saraswat (2014), juga menunjukan hasil penelitiannya bahwa gaya hidup berpengaruh pada munculnya pembelian impulsif pada konsumen di India. Santy dan Adhipratama (2013), mengungkapkan bahwa gaya hidup memberikan pengaruh yang paling besar terhadap adanya pembelian impulsif di Surf Inc Bandung. Gaya hidup sebagai salah satu faktor dari penyebab pembelian impulsif dapat didefinisikan sebagai nilai yang akan mempengaruhi seseorang dalam hal kebutuhan, keinginan dan perilaku, tidak terkecuali perilaku pembelian (Hawkins & Mothersbaugh, 2007). Gaya hidup juga dapat diartikan sebagai apa yang dibeli, bagaimana digunakan dan apa yang dipikirkan tentang produk tersebut (Munandar, 2001). Blackwell, et al (1994), secara singkat menjelaskan gaya hidup sebagai pola yang digunakan orang untuk hidup dan apapun yang dilakukan untuk menghabiskan waktu serta uang.

20 4 Gaya hidup tidak dapat dipisahkan dari pengaruh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bagi remaja perkembangan zaman dan kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang menarik, sehingga mereka akan selalu berusaha mengikutinya. Hal ini secara sadar ataupun tidak akan mempengaruhi gaya hidup mereka sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari cara mereka menghabiskan uang dan waktunya. Sebagai contoh, remaja masa kini lebih sering menjelajahi tempat nongkrong, cafe ataupun restoran tertentu yang terbilang baru dan bergengsi (diakses pada 29 Juli 2015 melalui Adanya kemajuan teknologi juga membuat para remaja lebih memanfaatkan internet untuk dapat up to date dalam mengikuti perkembangan apapun (diakses pada 29 Juli 2015 melalui Bagi remaja dengan membeli dan menggunakan barang-barang bermerek (branded) terkenal ataupun eksklusif merupakan salah satu bentuk upaya untuk menunjukkan bahwa mereka turut mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi (Susianto, 1993). Upaya remaja untuk membeli dan menggunakan barang-barang bermerek (branded) terkenal ataupun eksklusif inilah yang akhirnya mendorong munculnya gaya hidup brand minded. Menurut McNeal (2007), brand minded sendiri merupakan bentuk pola pikir terhadap objekobjek komersil yang cenderung berorientasi pada merek (brand) terkenal

21 5 atau eksklusif. Dengan demikian maka gaya hidup brand minded dapat diartikan sebagai pola gaya hidup yang mengutamakan merek (brand). Melihat fenomena gaya hidup brand minded para remaja saat ini serta berdasarkan hasil penelitian dari Elfina (2010), diketahui bahwa kebanyakan remaja terlebih di kota-kota besar, menunjukkan gaya hidup brand minded yang sangat kuat dalam hal pembelian dan penggunaan produk-produk fashion. Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Anastasia, et al (2008), hal tersebut dapat terjadi karena bagi remaja, fashion merupakan salah satu elemen penting dalam mendukung penampilan dan dapat membantu untuk mempresentasikan dirinya dengan baik, sehingga dapat diterima dalam kelompok yang dikehendakinya. Remaja masa kini juga akan merasa bangga ketika mengikuti trend fashion, sehingga mereka akan berlomba menggunakan produk-produk fashion terbaru (diakses pada 29 Juli 2015 melalui Penelitian yang dilakukan oleh Pranoto dan Mahardayani (2010) menunjukkan hasil bahwa remaja memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk membeli dan menggunakan barang-barang bermerek (branded), terlebih pada produk fashion. Sari (2013) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa salah satu alasaan seseorang membeli dan menggunakan barang-barang bermerek (branded) adalah mencari kepuasan diri. Sedangkan, Sutojo (1988) mengungkapkan secara lebih jelas bahwa remaja memang akan cenderung membeli dan menggunakan barang-barang bermerek (branded) yang terkenal, eksklusif, mahal

22 6 ataupun bergengsi. Hal ini dikarenakan remaja memandang merek (brand) dapat memberikan kepuasan tersendiri sebagai suatu bagian dari gaya hidup. Gaya hidup brand minded memiliki dampak bagi kehidupan seseorang, tak terkecuali remaja. Berdasarkan penelitian dari Anggraini (2012), individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi akan lebih mengikuti perkembangan produk fashion. Seperti, setiap bulannya membeli produk fashion terbaru dengan merek (brand) tertentu yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Untuk mendapatkan produkproduk fashion terbaru dan bermerek (branded) tersebut, individu ini akan dengan mudahnya membuang uang dan menjadi boros hanya untuk membeli sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan. Ketika telah berhasil mendapatkan produk fashion yang diinginkan tersebut, individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi ini akan merasakan adanya kepuasan tersendiri (Anggraini, 2012). Melihat hasil penelitian dari Anggraini (2012) tersebut, individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi akan selalu berusaha untuk membeli produk fashion bermerek (branded). Orientasi pada merek (brand) ini dapat mendorong individu untuk membeli suatu barang yang ia sukai secara spontan, tanpa mempertimbangkan manfaatnya, sehingga ia dengan mudahnya menjadi boros. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan gaya hidup brand minded tinggi, membeli

23 7 tidak lagi berdasarkan kebutuhan, tetapi semua itu dilakukan untuk mencari kepuasaan semata. Tanpa disadari, individu dengan gaya hidup brand minded tinggi, memiliki perilaku pembelian yang lebih mengarah kepada pembelian impulsif. Untuk membuktikan apakah gaya hidup brand minded memiliki hubungan yang signifikan dengan pembelian impulsif, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan mengangkat judul, Hubungan Antara Gaya Hidup Brand Minded dan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran dari latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup brand minded dan kecenderungan pembelian impulsif produk fashion pada remaja? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara gaya hidup brand minded dan kecenderungan pembelian impulsif produk fashion pada remaja.

24 8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) pada bidang perilaku konsumen (Consumer Behavior). Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi empiris ataupun sebagai masukan bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang perilaku konsumen, terkhusus pembelian impulsif dan gaya hidup brand minded. 2. Manfaat Praktis Bagi subjek penelitian, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan refleksi bagi kalangan remaja tentang gaya hidup brand minded dan perilaku pembelian impulsif mereka.

25 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja 1. Pembelian Impulsif Pada era 1970-an, para peneliti mulai mencari tahu mengenai pembelian impulsif. Rock dan Hoch (dalam Parakh, Bindal & Saldanha, 2016), mengungkapkan bahwa pembelian impulsif dapat terjadi bergantung pada dorongan emosional yang dialami oleh setiap individu. Pembelian impulsif memang berkaitan erat dengan adanya dorongan untuk membeli secara tiba-tiba dan lebih melibatkan konflik emosional daripada pemikiran rasional (Rook, 1987; Niu & Wang, 2009; Sharma, Sharma & Mittal, 2012). Menurut Goldenson (dalam Rook, 1987), dorongan yang melibatkan konflik emosional ini dapat disebut juga sebagai dorongan psikologis atau psychological impulse. Dorongan psikologis (psychological impulse) adalah suatu kekuatan, terkadang berupa desakan yang susah ditahan dan munculnya secara tiba-tiba untuk langsung melakukan sesuatu tanpa pertimbangan sebelumnya (Rook, 1987). Wolman (dalam Rook, 1987) juga menjelaskan bahwa dorongan psikologis (psychological impulse) terjadi tanpa perencanaan secara sadar. Goldenson (dalam Rook, 1987) juga menambahkan 9

26 10 bahwa dorongan yang kuat memiliki kemungkinan untuk sulit dilawan, karena manusia memiliki kecenderungan untuk sulit mencegah pengalaman-pengalaman yang dianggapnya menyenangkan. Dorongan psikologis (psychological impulse) ini sangat berperan dalam terjadinya perilaku pembelian impulsif (Rook, 1987). Pembelian impulsif sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang tidak terstruktur dan instan (Piron, 1991). Pembelian ini lebih mengacu pada aktivitas pembelian yang sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan dan tidak reflektif, diiringi dengan munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli suatu produk tertentu (Gasiorowska, 2011). Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya melibatkan unsur pikiran dan tidak melalui pertimbangan yang matang (Rook & Fisher, 1995; Mowen & Minor, 2002; Ghani, 2010). Pembelian impulsif terjadi tanpa adanya perencanaan sebelumnya (Rook & Fisher, 1995; Hausman, 2000; Lin & Chen, 2012), dikarenakan adanya dorongan emosional terhadap suatu produk tertentu yang dianggap menarik untuk dibeli (Ekeng, Lifu & Asinya, 2012; Sharma, et al, 2012). Individu dengan kecenderungan impulsif yang tinggi akan lebih mungkin untuk memiliki daftar belanja yang lebih terbuka, serta lebih mudah dan cepat menerima ide pembelian baru secara tiba tiba (Sumarwan, 2011). Individu dengan kecenderungan impulsif memiliki beberapa ciri-ciri khusus, yaitu membeli secara tidak terencana, susah

27 11 mengontrol keinginanya untuk tidak membeli, dan adanya dorongan emosional untuk segera membeli sesuatu yang diinginkan tersebut (Verplanknen & Sato, 2011). Rook (dalam Blackwell, Miniard & Engel, 1995) juga menegaskan bahwa pembelian impulsif memiliki beberapa karakteristik, yaitu spontanitas, kekuatan impulse dan intensitas tinggi, dapat merangsang kegembiraan serta cenderung tidak mempedulikan konsekuensinya yang terjadi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pembelian impulsif merupakan bentuk perilaku pembelian secara spontan dan tiba-tiba dikarenakan adanya dorongan psikologis (psychological impulse) yang tidak disadari dan lebih menekankan pada konflik emosional. 2. Aspek Pembelian Impulsif Pembelian impulsif terbentuk dari dua aspek dasar yang berkaitan dengan kurangnya melibatkan unsur-unsur kognitif dan berkaiatan erat dorongan emosional. Kedua aspek tersebut adalah aspek kognitif dan aspek afektif. a. Aspek kognitif Aspek kognitif mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran yang matang dan juga rasional. Pada pembelian impulsif, aspek kognitif yang dimaksudkan dalam pembelian impulsif mengarah pada kurangnya unsur pertimbangan dan unsur

28 12 perencanaan dalam pembelian yang dilakukan. Dalam hal ini ketika melakukan pembelian, pembayaran yang dilakukan mungkin tidak direncanakan atau dipertimbangkan sebelumnya dengan matang untuk berbagai macam alasan (Verplanken & Herabadi, 2001; Sharma, et al, 2012). b. Aspek afektif Aspek afektif dalam pembelian impulsif mencakup dorongan emosional yang meliputi perasaan senang dan gembira setelah melakukan pembelian tanpa perencanaan sebelumnya. Selanjutnya juga akan muncul secara tiba-tiba perasaan atau hasrat untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya berulang-ulang atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, serta penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya (Verplanken & Herabadi, 2001; Sharma, et al, 2012). Dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif dapat terbentuk melalui kurangnya melibatkan unsur-unsur yang berhubungan dengan aspek kognitf serta adanya aspek afektif yang lebih mengarah pada dorongan emosional yang meliputi munculnya perasaan senang, gembira, kepuasan bahkan kecewa dan penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya.

29 13 3. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif Pembelian impulsif dapat terjadi juga dipengaruhi secara khusus oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi faktor internal dan juga faktor eksternal. a. Faktor Internal Menurut Verplanken, Herabdi dan Knippenberg (2009), faktor internal dari pembelian impulsif secara khusus yang paling mempengaruhi adalah variabel personal, yang meliputi usia dan jenis kelamin. Berdasarkan perbedaan usia, remaja dengan usia memang akan lebih cenderung impulsif (Paramita, 2015; Lin & Lin, 2005; Semuel, 2007; Sharma, et al, 2012). Kecenderungan pembelian impulsif ini akan meningkat secara sangat signifikan mulai pada usia 18 tahun (Wood, 1998). Berdasarkan jenis kelamin, beberapa peneliti mengatakan bahwa ada perbedaan jenis kelamin terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada remaja, namun ada peneliti lain yang juga mengatakan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan. Menurut Lin dan Chuang (2005), jenis kelamin dapat menjadi pengaruh munculnya kecenderungan pembelian impulsif dan kecenderungan pembelian impulsif antara perempuan dan laki-laki berbeda. Menurut Utami dan Sumaryono (2008), remaja perempuan lebih cenderung melakukan pembelian secara impulsif daripada remaja laki-laki. Namun, menurut Anastasia, et al, (2008), tidak ditemukan

30 14 adanya perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan dalam pembelian impuslif terhadap produk fashion. Menurut Sharma, et al (2012) dan Ekeng, et al (2012), remaja laki-laki justru lebih impulsif daripada remaja perempuan. b. Faktor Eksternal Menurut Kacen dan Lee (2002), secara eksternal kecenderungan pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh budaya seperti apa yang melekat pada individu itu sendiri. Menurut Sharma, et al (2012), pendidikan yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi tingkat kecenderungan pembelian impulsif nya sendiri. Menurut Verplanken, et al (2009), faktor eksternal yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif adalah adanya variabel lingkungan personal, yang meliputi bagaimana tampilan dan penawaran yang diberikan oleh suatu produk tertentu. Menurut Paramita (2015), keluarga juga dapat mempengaruhi munculnya kecenderungan pembelian impulsif. Pola komunikasi serta pola asuh tertentu dalam sebuah keluarga dapat mendorong munculnya kecenderungan untuk membeli secara impulsif. Secara eksternal pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh gaya hidup, yaitu pola yang digunakan seseorang untuk hidup dan menghabiskan waktu serta uangnya (Bashir, et al, 2013; Bashar & Saraswat, 2014; Santy & Adhipratama, 2013).

31 15 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah variabel personal, yang meliputi segala urusan yang menyangkut kepribadian, seperti usia dan jenis kelamin. Sedangkan, faktor eksternal meliputi budaya, pendidikan, lingkungan personal, keluarga dan gaya hidup. 4. Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja Fashion berasal dari istilah bahasa asing yang artinya adalah busana atau pakaian (Wollen, 2003). Menurut KBBI (diakses pada 15 September 2015, melalui pakaian (fashion) merupakan kata benda yang berarti suatu barang yang dapat dipakai atau digunakan oleh manusia, seperti baju, celana, dan barang-barang lainnya yang dapat menunjang penampilan. Jusuf (2001) juga menjelaskan bahwa pakaian (fashion) dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi tingkatan sosial, ekonomi dan juga martabat seseorang. Dengan demikian maka produk fashion dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang dipergunakan dan dikonsumsi oleh manusia, berupa aneka barang seperti, baju, celana, sepatu, tas dan lain sebagainya sebagai sarana penunjang penampilan. Berdasarkan penelitian dari Ditmar, et al (1995) mengungkapkan hasil bahwa remaja sebagai pelaku konsumen semakin cenderung impulsif, terutama dalam hal pembelian produk fashion. Astari dan Widagda (2014) juga mengatakan bahwa kecenderungan pembelian impulsif produk fashion pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi

32 16 daripada laki-laki. Jika melihat fenomena yang terjadi saat ini remaja laki-laki juga mulai menyukai kegiatan belanja. Pada tahun 2011, berdasarkan sensus nasional sex ratio diperoleh hasil bahwa konsumen laki-laki justru lebih impulsif daripada perempuan (diakses pada 27 Februari 2016 melalui Laki-laki sebagai pelaku konsumen juga mulai menunjukkan kecenderungan pembelian impuslif terhadap produk fashion yang cukup tinggi. Penelitian dari Anastasia, et al, (2008) menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan dalam pembelian impuslif terhadap produk fashion. B. Gaya Hidup Brand Minded 1. Pengertian Gaya Hidup Brand Minded Blackwell, et al (1994) mengungkapkan bahwa gaya hidup merupakan pola yang digunakan seseorang untuk hidup. Definisi tersebut sejalan dengan definisi dari Kotler (2005), yang mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dapat dilihat dari aktivitas, minat serta opininya dalam menjalani kehidupan seharihari. Sumarwan (2011) juga menambahkan bahwa gaya hidup yang merupakan pola hidup sehari-hari ini juga dapat menggambarkan keseluruhan kepribadian dari orang itu sendiri. Oleh karena itu, dengan mengetahui gaya hidup seseorang, maka dapat diketahui pula keberadaan kelas sosial serta kepribadian orang tersebut (Sumarwan, 2011).

33 17 Selain itu, gaya hidup juga memiliki arti apapun yang dilakukan seseorang untuk menghabiskan waktu serta uang yang dimilikinya (Blackwell, et al, 1994). Hawkins dan Mothersbaugh (2007), menjelaskan secara lebih rinci bahwa gaya hidup adalah nilai yang akan mempengaruhi seseorang dalam berbagai hal, seperti dalam hal kebutuhan, keinginan, perilaku, tidak terkecuali dalam perilaku pembelian. Bahkan apa yang dibeli seseorang, bagaimana orang tersebut menggunakan barang yang dibelinya dan apa yang dipikirkan mengenai barang tersebut sebelum dan seseudah melakukan pembelian merupakan bagian dari definisi gaya hidup (Munandar, 2001). Sebagai contoh, orang yang dalam perilaku pembeliannya, memiliki orientasi yang kuat pada barang dan produk-produk bermerek (branded), maka ia akan selalu berusaha untuk membeli barang atau produk bermerek (branded) tersebut. Dengan demikian, orang tersebut dapat dikatakan memiliki gaya hidup brand minded. Pengertian dari merek (brand) menurut American Marketing Association (AMA), adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau juga kombinasi dari kelima komponen tersebut yang digunakan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dan juga digunakan untuk membedakan produk atau jasa tersebut dari para pesaingnya (dalam Fadli, 2010). UU no.15 tahun 2001 tentang merek (brand) mengungkapkan definisi merek (brand) sebagai gambar, nama, kata, huruf ataupun angka, susunan warna dan semua kombinasi dari unsur-

34 18 unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan dalam bentuk barang ataupun jasa (diakses pada 14 September, melalui Pengertian dari brand minded sendiri adalah bentuk pola pikir terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek (brand) terkenal atau eksklusif (McNeal, 2007). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup brand minded adalah pola gaya hidup seseorang yang dapat dilihat dari aktivitas, minat serta opininya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam perilaku pembeliannya yang selalu berorientasi pada merek (brand) atau dengan kata lain perilaku pembelian yang selalu mengutamakan merek (brand). 2. AIO dalam Gaya Hidup AIO lekat dengan pengukuran gaya hidup. Hal ini dikarenakan AIO terbilang efektif untuk mengukur gaya hidup secara khusus, secara operasional dan efektif digunakan untuk pengukuran skala besar atau secara kuantitatif (Blackwell, et al, 1994; Sumarwan, 2011; Sathish & Rajamohan, 2012). AIO sendiri merupakan istilah yang menjelaskan mengenai 3 aspek yang membentuk gaya hidup itu sendiri. 3 aspek tersebut yaitu: a. Activitties (aktivitas), meliputi apa yang dilakukan, apa yang dibeli dan bagaimana seseorang menghabiskan waktu serta uangnya.

35 19 b. Interest (minat), meliputi preferensi dan prioritas seseorang dalam memilih produk yang akan dibeli. c. Opinion (Opini), meliputi pandangan dan perasaan seseorang terhadap produk-produk yang ada di kehidupannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa AIO adalah istilah yang digunakan untuk mengukur gaya hidup berdasarkan 3 aspek, yaitu aktivitas, minat dan opini. Dalam penelitian ini, AIO juga akan digunakan sebagai landasan pengukuran pada variabel gaya hidup brand minded. 3. Dampak Gaya Hidup Brand Minded Anggraini (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan hasil bahwa gaya hidup brand minded yang tinggi akan membawa beberapa dampak yang cukup merugikan, yaitu : a. Individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi akan lebih mengikuti perkembangan produk fashion. Seperti, setiap bulannya membeli produk fashion terbaru dengan merek (brand) tertentu yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. b. Dalam hal keuangan, individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi cenderung lebih boros dan akan lebih mudah mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan produk-produk fashion terbaru dan bermerek (branded) yang diinginkannya.

36 20 c. Ketika telah mendapatkan produk fashion yang diinginkan, individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi ini akan merasakan kepuasan tersendiri. Namun, jika belum atau tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, maka akan timbul perasaan tertekan dan membuat individu tersebut menjadi rendah diri. Dapat disimpulkan bahwa individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi akan selalu berusaha untuk membeli produk fashion bermerek (branded). Orientasi pada merek (brand) ini dapat mendorong individu untuk membeli suatu barang yang ia sukai secara spontan, tanpa mempertimbangkan manfaatnya, sehingga ia dengan mudahnya menjadi boros. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan gaya hidup brand minded tinggi, membeli tidak lagi berdasarkan kebutuhan, tetapi semua itu dilakukan untuk mencari kepuasaan semata. Tanpa disadari, individu tersebut akan memiliki perilaku pembelian yang mengarah kepada pembelian impulsif. C. Remaja Masa remaja adalah tahapan masa perkembangan yang dimulai setelah seorang individu menyelesaikan tahap perkembangan masa kanak-kanak akhir (Santrock, 2003). Dengan kata lain, seseorang dapat dikatakan sebagai remaja jika ia telah memiliki usia lebih dari sepuluh tahun hingga mencapai usia dua puluhan tahun (Santrock, 2003).

37 21 1. Kategori Tahapan Usia Masa Remaja Menurut Kanopka (dalam Yusuf, 2004), masa remaja sendiri dibagi menjadi 3 kategori, berdasarkan usia. Pengkategoriannya sebagai berikut: a. Early adolescense (12 14 tahun) : Pada masa ini, menurut Yusuf (dalam Sumanto, 2014) akan terjadi periode peralihan dari masa perkembangan kanak-kanak akhir menuju remaja awal. Periode remaja awal (early adolescense) ini biasanya terjadi ketika seseorang masuk ke tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Individu pada masa remaja awal akan memiliki pola pikir ego-centris, yaitu pola pikir yang masih menggangap orang lain disekitarnya seperti dirinya dalam segala hal. Seperti hal yang dipikirkan, dirasakan, disenangi dan dalam hal-hal lainnya (Sumanto, 2014). Selain itu, akan mulai muncul minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang jauh lebih konkret. Individu akan memiliki rasa ingin tahu yang besar serta diikuti dengan keinginan untuk belajar sesuatu yang baru dan juga lebih suka dan sering untuk mengelompokkan diri dengan teman sebaya (Sumanto, 2014). b. Middle adolescense (15 18 tahun) : Periode remaja madya atau pertengahan (middle adolescense) ini biasanya terjadi ketika seseorang masuk ke tingkat pendidikan sekolah menengah (SMA). Individu pada masa ini mulai memiliki

38 22 dorongan untuk hidup yang lebih kuat, mulai muncul kebutuhan untuk memiliki sosok teman yang dapat memahami dan menolongnya, serta mulai mencari sesuatu yang dipandang lebih bernilai, pantas dijunjung, dipuja dan diperjuangkan (Sumanto, 2014). c. Late adolescense (19 22 tahun) Periode remaja akhir (late adolescense) ini biasanya terjadi ketika seseorang akan segera mengakhiri sekolah menengahnya dan persiapan masuk ke perguruan tinggi (Yusuf dalam Sumanto, 2014). Pada periode ini, seorang remaja akan mulai mempersiapkan diri untuk memasuki tahapan masa perkembangan dewasa awal. Individu pada periode ini, sudah mulai mantap menentukan pendirian hidupnya (Sumanto, 2014). Selain itu, menurut Sumanto (2014) pada periode ini seseorang remaja akan lebih memperhatikan dan mempelajari penampilan fisiknya. Remaja juga akan lebih membangun sikap yang sehat mengenai dirinya sendiri sebagai makhluk yang bertumbuh. Kemudian, mulai belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, mulai mengembangkan peran sosialnya sebagai pria atau wanita secara jelas dan tepat serta lebih tertarik untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya. Individu pada periode ini juga akan berusaha untuk mencapai kebebasan pribadi, mengembangkan sikap terhadap kelompok-

39 23 kelompok sosial, mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan nilai-nilai kehidupan dan mulai memilih serta mempersiapkan karirnya. 2. Karakteristik Remaja Remaja sebagai tahapan masa perkembangan memiliki beberapa karakteristik. Namun, menurut hasil penelitian dari Anastasia, et al, (2008), hanya ada dua karakteristik dasar yang membuat remaja lebih cepat dan lebih mudah untuk melakukan pembelian impulsif. Kedua karakteristik tersebut antara lain: a. Remaja lebih cenderung labil atau belum memiliki pendirian yang kuat. Hal ini dikarenakan, masa remaja merupakan masa perkembangan transisi (Papalia, 2008). Sebagai masa perkembangan transisi, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan dalam kehidupannya. Perubahan tersebut mencakup perubahan secara biologis, kognitif dan juga sosial (Santrock, 2003). Selain itu, Santrock (2003) juga mengungkapkan bahwa masa remaja memiliki tugas perkembangan untuk mencari jati diri atau identitas diri. Erikson dalam teori psikososialnya, juga menjelaskan bahwa masa remaja akan mengalami tahapan perkembangan pencarian identitas diri serta kebingungan pencarian identitas diri.

40 24 Teori ini lebih dikenal dengan istilah identitas vs kebingungan identitas (Sumanto, 2014). Perubahan yang dialami dan proses pencarian identitas atau jati diri inilah yang secara tidak langsung akan membuat seseorang dalam tahapan masa perkembangan ini akan menjadi lebih labil (Anastasia AF, et al, 2008). b. Remaja lebih mudah terpengaruh oleh orang lain dan lingkungan sekitarnya. Masa remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang secara tidak langsung membuat seorang remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh orang lain dan lingkungan dimana ia berada. Tugas perkembangan tersebut, antara lain: adanya tugas perkembangan untuk mulai mencapai kebebesan emosi dan berusaha menujukkan perilaku yang dapat diterima oleh masyrakat sekitarnya (Soesilowindradini, 2006). Selain itu, pada masa ini seorang remaja akan mulai belajar bergaul dengan kelompok yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Hal ini juga menyebabkan para remaja lebih mudah terpengaruh oleh lingkungannya (Sumanto, 2014). Soesilowindradini (2006) juga menambahkan bahwa pada masa remaja, seseorang akan mulai mengadakan hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik yang berjenis kelamin sama maupun berbeda.

41 25 D. Dinamika Hubungan Antara Gaya Hidup Brand Minded Dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja Gaya hidup adalah sebagaimana seseorang menjalani kehidupan sehari-harinya, yang dapat dilihat dari aktivitas, minat serta opini (Kotler, 2005). Gaya hidup juga berasal dari nilai-nilai dasar individu yang mendasari perilaku konsumen yang dapat pula merefleksikan suatu trend dan juga gaya berpakaian dari orang itu sendiri (Brandon & Forney, 2002). Gaya hidup remaja masa kini semakin memperhatikan trend terbaru yang sedang berlangsung dilingkungan sekitarnya (diakses pada 29 Juli 2015 melalui terlebih pada trend fashion. Remaja akan merasa bangga jika telah mengikuti trend fashion terbaru, sehingga mereka akan berlomba menggunakan produk-produk fashion terbaru (diakses pada 29 Juli 2015 melalui Pranoto dan Mahardayani (2010) juga mengatakan bahwa remaja memiliki kecenderungan cukup besar untuk membeli dan menggunakan barang-barang bermerek (branded), terlebih pada produk fashion. Remaja gemar membeli produk-produk fashion yang bermerek (branded), terkenal, eksklusif, bergengsi serta mahal. Hal ini dikarenakan bagi remaja, fashion merupakan salah satu elemen penting dalam mendukung penampilan dan dapat membantu untuk mempresentasikan dirinya dengan baik, sehingga dapat diterima dalam kelompok yang dikehendakinya (Anastasia AF, et al, 2008). Selain itu, alasan lainnya adalah untuk

42 26 mencari kepuasan diri sebagai suatu bagian dari gaya hidup (Sutojo, 1988). Pola gaya hidup seseorang yang dalam perilaku pembeliannya selalu mengutamakan merek (brand) inilah yang disebut sebagai gaya hidup brand minded. Menurut penelitian dari Anggraini (2012), gaya hidup brand minded memiliki dampak terhadap perilaku konsumsi manusia, termasuk pada munculnya kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini dikarenakan, individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi akan lebih mengikuti perkembangan produk fashion. Kemudian dalam hal keuangan, individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi cenderung lebih boros dan akan lebih mudah mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan produk-produk fashion terbaru dan bermerek (branded) yang diinginkannya. Selain itu, ketika telah berhasil mendapatkan produk fashion yang diinginkan, individu dengan kecenderungan gaya hidup brand minded yang tinggi ini akan merasakan adanya kepuasan tersendiri. Namun, jika belum atau tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, maka akan timbul perasaan tertekan dan membuat individu tersebut menjadi rendah diri. Melihat dampak dari gaya hidup brand minded tersebut, maka dapat dikatakan bahwa individu dengan gaya hidup brand minded yang tinggi akan selalu berusaha untuk membeli produk fashion bermerek (branded). Orientasi pada merek (brand) ini nantinya yang akan mendorong individu untuk membeli suatu barang yang ia sukai secara

43 27 spontan, tanpa mempertimbangkan manfaatnya, sehingga ia dengan mudahnya menjadi boros. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan gaya hidup brand minded tinggi, membeli tidak lagi berdasarkan kebutuhan, tetapi hanya untuk mencari kepuasaan semata. Tanpa disadari, individu dengan gaya hidup brand minded tinggi, akan memiliki perilaku pembelian yang lebih mengarah kepada pembelian impulsif. Hal ini dapat terjadi karena pembelian impulsif sendiri terjadi akibat adanya dorongan untuk membeli secara tiba-tiba dan juga spontan (Rook, 1987; Rook & Fisher, 1995).

44 28 E. Skema Hubungan Gaya Hidup Brand Minded Dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja BAGAN 1 Skema Hubungan Gaya Hidup Brand Minded Dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja Gaya Hidup Brand Minded Tinggi Rendah - Lebih mengikuti perkembangan fashion terbaru yang bermerek (branded). - Lebih boros dan lebih mudah mengeluarkan uang untuk membeli produk fashion branded. - Merasa senang, jika mendapatkan produk fashion branded sesuai dengan yang diinginkan dan akan merasa tertekan dan rendah diri, jika tidak mendapatkan produk fashion - Tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion terbaru yang bermerek (branded). - Tidak boros dalam pembelian produk fashion branded dan lebih dapat mengontrol pengeluaran uangnya. - Jika tidak mendapatkan produk fashion branded yang diinginkan, tidak akan merasa tertekan dan tidak menjadi rendah diri. Kecenderungan Pembelian Impulsif Tinggi Kecenderungan Pembelian Impulsif Rendah

45 29 F. HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif dan signifikan antara gaya hidup brand minded dan kecenderungan pembelian impuslif produk fashion pada remaja. Semakin tinggi gaya hidup brand minded pada remaja, maka semakin tinggi pula kecenderungan para remaja tersebut untuk melakukan pembelian yang impuslif terhadap produk-produk fashion. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah gaya hidup brand minded pada remaja, maka semakin rendah pula kecenderungan para remaja tersebut untuk melakukan pembelian yang impuslif terhadap produk-produk fashion.

46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Azwar (2004), penelitian kuantitatif adalah salah satu metode penelitian yang dalam analisisnya lebih menekankan pada data numerikal atau angka. Data numerikal atau angka tersebut berasal dari pengukuran dengan skala terhadap variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini dan akan diolah menggunakan metode statistik. Sedangkan, penelitian korelasional sendiri merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009). B. Identifikasi Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel bebas (independent) : Gaya hidup brand minded 2. Variabel tergantung (dependent) : Kecenderungan pembelian impulsif produk fashion pada remaja 30

47 31 C. Definisi Operasional 1. Gaya Hidup Brand Minded Gaya hidup brand minded dapat didefinisikan sebagai pola gaya hidup remaja yang dapat dilihat dari aktivitas, minat serta opininya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam perilaku pembeliannya yang selalu berorientasi pada merek (brand) atau selalu mengutamakan merek (brand). Gaya hidup brand minded dalam penelitian ini akan diukur dengan Skala Gaya Hidup Brand Minded yang disusun oleh peneliti berdasarkan 3 aspek yang disebut AIO, yaitu Activites (aspek aktivitas), Interest (aspek minat) dan Opinion (aspek opini). Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat gaya hidup brand minded yang dimiliki subjek. Sebaliknya, jika semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat gaya hidup brand minded yang dimiliki subjek. 2. Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Pembelian impulsif produk fashion merupakan bentuk perilaku pembelian remaja terhadap aneka produk fashion, secara spontan dan tiba-tiba dikarenakan adanya dorongan psikologis (psychological impulse) yang tidak disadari dan lebih menekankan pada konflik emosional. Penelitian ini menggunakan kedua aspek dari pembelian impulsif, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

48 32 Kecenderungan pembelian impulsif dalam penelitian ini akan diukur dengan Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion yang akan disusun oleh peneliti berdasarkan aspek kognitif serta aspek afektif. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi pula kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki subjek. Namun, jika semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki subjek. D. Subjek Penelitian Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga 22 tahun. Penelitian ini menggunakan jenis sampling Non Probability Sampling, yaitu jenis pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2013). Teknik yang digunakan adalah Incidental Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel tidak secara acak (Sugiyono, 2013), atau dengan kata lain Incidental Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan sistem kebetulan, jadi siapa saja yang ditemui peneliti dan termasuk dalam kriteria subjek penelitian dapat dijadikan sebagai subjek (Nasution, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecenderungan Impulsive Buying. Murray dan Dholakia (2000), mendefinisikan impulsive buying sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecenderungan Impulsive Buying. Murray dan Dholakia (2000), mendefinisikan impulsive buying sebagai 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecenderungan Impulsive Buying 1. Pengertian Impulsive Buying Murray dan Dholakia (2000), mendefinisikan impulsive buying sebagai kecenderungan individu untuk membeli secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Aktivitas berbelanja merupakan suatu aktivitas yang awam atau umum dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

Lebih terperinci

IMPULSIVE BUYING PADA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA

IMPULSIVE BUYING PADA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA IMPULSIVE BUYING PADA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA P. Henrietta P. D. A. D. S., M. A. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta henrietta.paulus@yahoo.com Abstract This research aimed to know

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka 7 BAB 2 Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah impulsive buying

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada siswa kelas XI SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek,

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, individu, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku membeli impulsif atau impulsive buying merupakan sebuah fenomena psikoekonomik yang melanda kehidupan masyarakat pada jaman modern, khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI DISUSUN OLEH : ELVA FAELA SHOFA 2012-60-011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan sesuatu. Namun, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan sesuatu. Namun, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbelanja untuk membeli suatu barang kebutuhan sehari-hari merupakan hal yang wajar. Untuk menunjang kehidupan atau kegiatan yang dijalani setiap hari, setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR SKRIPSI Diajukan Kepada program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN EMOSIONAL DAN KETANGGGUHAN PSIKOLOGIS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI PSIKOLOGI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG TESIS Program Pendidikan Profesi Psikologi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 45-50 Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri R. A. Adinah Suryati Ningsih, Yudho Bawono dhobano@yahoo.co.id Program Studi Psikologi,

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA PADA SISWA SMP YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA DI SURABAYA SKRIPSI

MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA PADA SISWA SMP YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA DI SURABAYA SKRIPSI MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERAN ORANGTUA PADA SISWA SMP YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA DI SURABAYA SKRIPSI OLEH: Laurensia Ines Pratiwi NRP 7103012014 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, perubahan lingkungan yang cepat, dan kemajuan teknologi yang pesat mendorong pelaku usaha untuk selalu melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS DI KOTA MEDAN SKRIPSI SUWINTA

PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS DI KOTA MEDAN SKRIPSI SUWINTA PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Skripsi Oleh SUWINTA 071301079

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Semakin maraknya bisnis retail di berbagai kota di Indonesia, baik yang berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi semua kalangan. Hal ini tidak hanya pada kalangan wanita saja, namun berlaku juga bagi kaum pria. Umumnya, orang

Lebih terperinci

Motto. Dan bukan hanya dipikirkan. Bukan hanya menjadi impian. Jika anda jatuh ribuan kali, berdirilah jutaan kali karena Anda tidak

Motto. Dan bukan hanya dipikirkan. Bukan hanya menjadi impian. Jika anda jatuh ribuan kali, berdirilah jutaan kali karena Anda tidak Motto Sesuatu akan menjadi kebanggaan, jika sesuatu itu dikerjakan Dan bukan hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan, jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya. Bukan hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Behaviour Impulse buying behaviour merupakan tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiann ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (2013, h. 5) pada dasarnya pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Wahyu Pranoto Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to empirically examine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah sekelompok kecil dari masyarakat yang berkesempatan mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam mendalami bidang yang diminatinya di perguruan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini menarik untuk diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, karena masa ini adalah periode terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial,

Lebih terperinci

OLEH: MELISSA YUSTIKA WIYANTO

OLEH: MELISSA YUSTIKA WIYANTO PENGARUH KECENDERUNGAN PEMBELIAN, KATEGORI PRODUK, DAN PERTIMBANGAN PEMBELIAN TERTENTU TERHADAP IMPULSE BUYING KONSUMEN WANITA DI TUNJUNGAN PLAZA SURABAYA OLEH: MELISSA YUSTIKA WIYANTO 3103008087 JURUSAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA YANG MENGONSUMSI KONTEN PORNO DENGAN KEMATANGAN EMOSI SEBAGAI MEDIATOR

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA YANG MENGONSUMSI KONTEN PORNO DENGAN KEMATANGAN EMOSI SEBAGAI MEDIATOR HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA YANG MENGONSUMSI KONTEN PORNO DENGAN KEMATANGAN EMOSI SEBAGAI MEDIATOR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut Asmadi (2008), kebutuhan setiap individu berbeda-beda, namun pada dasarnya mempunyai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian kompulsif dewasa ini menjadi salah satu topik yang menarik bagi sejumlah peneliti dibidang konsumsi maupun bidang pemasaran karena dianggap sebagai akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK (OMK) KEVIKEPAN SURABAYA BARAT SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK (OMK) KEVIKEPAN SURABAYA BARAT SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK (OMK) KEVIKEPAN SURABAYA BARAT SKRIPSI Oleh: Kevin Jonathan Susilo NRP: 7103013025 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang disusun. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

PERBEDAAN POST PURCHASE REGRET BERDASARKAN PERILAKU PEMBELIAN PADA KONSUMEN WANITA

PERBEDAAN POST PURCHASE REGRET BERDASARKAN PERILAKU PEMBELIAN PADA KONSUMEN WANITA PERBEDAAN POST PURCHASE REGRET BERDASARKAN PERILAKU PEMBELIAN PADA KONSUMEN WANITA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh DIAH FARDHANI 081301111 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TRUST DENGAN KONFLIK INTERPERSONAL PADA DEWASA AWAL YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH

HUBUNGAN ANTARA TRUST DENGAN KONFLIK INTERPERSONAL PADA DEWASA AWAL YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH HUBUNGAN ANTARA TRUST DENGAN KONFLIK INTERPERSONAL PADA DEWASA AWAL YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan lain sebagainya semakin mudah dilakukan pada era globalisasi sekarang ini. Perkembangan teknologi informasi

Lebih terperinci

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK IPHONE PADA SISWA-SISWI SMA SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK IPHONE PADA SISWA-SISWI SMA SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP INTENSI MEMBELI PRODUK IPHONE PADA SISWA-SISWI SMA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: Siti Melisa Harahap 111301005 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING SKRIPSI Diajukan Oleh : Indrastiti RatnaWardhani F 100 070 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan bertambahnya pusat perbelanjaan dengan menawarkan berbagai macam produk yang ditawarkan akan menambah persaingan yang semakin ketat didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pusat perbelanjaan merupakan tempat konsumen melakukan pembelian, baik itu terencana maupun tidak terencana. Pembelian terencana adalah perilaku pembelian dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN2014/2015 SKRIPSI Oleh : RENNISA ANGGRAENI K8411061

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KETERLIBATAN FASHION EMOSI POSITIF DAN KECENDERUNGAN KONSUMSI HEDONIK TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF

TESIS PENGARUH KETERLIBATAN FASHION EMOSI POSITIF DAN KECENDERUNGAN KONSUMSI HEDONIK TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF i TESIS PENGARUH KETERLIBATAN FASHION EMOSI POSITIF DAN KECENDERUNGAN KONSUMSI HEDONIK TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF RESTY MARIANTY Se No. Mhs. : 125001871/PS/MM PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gaya Hidup Gaya hidup menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli suatu barang melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap yang pertama berupa input

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau sifat, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Lebih terperinci

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati

PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh : Triani Trisnawati PERILAKU MEMBELI PRODUK PERAWATAN WAJAH DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI Oleh : Triani Trisnawati 00.40.0309 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 i PERILAKU

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang semakin berkembang disertai dengan kemajuan teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang ditawarkan di pasaran. Produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat. 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan baru sehingga masyarakat Bandung memiliki banyak pilihan tempat untuk membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN MELALUI ONLINE SHOP

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN MELALUI ONLINE SHOP ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN MELALUI ONLINE SHOP (Studi pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa banyak pengusaha membuka bisnis ritel di berbagai pusat perbelanjaan. Tak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

PERSEPSI ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI

PERSEPSI ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI PERSEPSI ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Perilaku konsumtif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Perilaku konsumtif BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian korelasional dengan melibatkan variabel-variabel berikut: 1. Variabel Tergantung : Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi, banyak pengusaha yang membuka bisnis ritel di pusat perbelanjaan. Pertumbuhan bisnis retail sekarang

Lebih terperinci

SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI

SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya dunia modemenyebabkan tingginya tuntutan pada mode di kehidupan modern saat ini. Banyak masyarakat khususnya di Surabaya memperhatikan gaya hidup dan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR

PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR (Studi empiris pada mahasiswa yang berbelanja pakaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DYAH ISWARI PROBORINI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN RELASI INTERPERSONAL SAAT BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI HERTANTY DELLA MAESTRY

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN RELASI INTERPERSONAL SAAT BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI HERTANTY DELLA MAESTRY HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN RELASI INTERPERSONAL SAAT BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI HERTANTY DELLA MAESTRY 13.40.0282 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

OLEH: SHERLY OCTAVIA

OLEH: SHERLY OCTAVIA Konsentrasi/Bidang/Minat: Ritel PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT, PRE-DECISION STAGE, POST-DECISION STAGE TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR KONSUMEN DI SOGO TUNJUNGAN PLAZA SURABAYA OLEH:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH : MEIGA YOSINANDA WIDODO 802010058 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja di supermarket atau mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, sebagai

Lebih terperinci

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI DisusunOleh: WAHYU AGUS SAPUTRO 2012 60 050 UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif. impulsif sebagai a consumers tendency to buy spontaneusly, immediately and BAB II LANDASAN TEORI A. KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF 1. Pengertian Kecenderungan Pembelian Impulsif Rook dan Fisher (dalam Semuel, 2007), mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai a consumers

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM PACARAN DITINJAU DARI KONFLIK DALAM KELUARGA

KEKERASAN DALAM PACARAN DITINJAU DARI KONFLIK DALAM KELUARGA KEKERASAN DALAM PACARAN DITINJAU DARI KONFLIK DALAM KELUARGA SKRIPSI DISUSUN OLEH : BERNADETA NOER ARSANTI NUGRAHANI 00.40.0265 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Impulse Buying Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

PERILAKU MEMBELI TAS BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh: Melianawati

PERILAKU MEMBELI TAS BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI. Oleh: Melianawati PERILAKU MEMBELI TAS BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWI SKRIPSI Oleh: Melianawati 08.40.0077 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2012 i PERILAKU MEMBELI TAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KETERGANTUNGAN TERHADAP FACEBOOK SKRIPSI. Devia Setiani

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KETERGANTUNGAN TERHADAP FACEBOOK SKRIPSI. Devia Setiani PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KETERGANTUNGAN TERHADAP FACEBOOK SKRIPSI Devia Setiani 06.40.0018 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 i PROKRASTINASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS Oleh : PUPUT MULYONO 11.92.0003 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kesadaran Merk, Kesetiaan Merk, Keterikatan terhadap Merk, Persepsi Kualitas, Perilaku Pembelian Kompulsif

ABSTRAK. Kesadaran Merk, Kesetiaan Merk, Keterikatan terhadap Merk, Persepsi Kualitas, Perilaku Pembelian Kompulsif ABSTRAK Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor internal (seperti keadaan emosional positif atau negatif) dan faktor eksternal (seperti jenis kelamin, nama merk). Keputusan pembelian konsumen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: hedonic shopping value, shopping lifestyle, dan impulse buying

ABSTRAK. Kata-kata kunci: hedonic shopping value, shopping lifestyle, dan impulse buying ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hedonic shopping value terhadap impulse buying, hedonic shopping value terhadap shopping lifestyle, shopping lifestyle terhadap impulse buying,

Lebih terperinci