VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0"

Transkripsi

1 VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : SURI YUNI ARTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : SURI YUNI ARTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI Sebagai salah saru syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : SURI YUNI ARTO F Dilahirkan pada tanggal 29 Juni 1984 di Purworejo Tanggal lulus : 25 Agustus 2006 Menyetujui, Bogor, 5 September 2006 Ir. Mad Yamin, MT. Dosen Pembimbing Akademik Mengetahui, Dr.Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian

4 Suri Yuni Arto. F Visualisasi Pengaturan Suhu dan Kelembaban Udara pada Media Ruang Tumbuh Jamur dengan Program Visual Basic 6.0. Dibawah bimbingan Ir. Mad Yamin, MT RINGKASAN Jamur banyak digemari karena rasanya enak juga mengandung nilai protein dan karbohidrat yang tinggi serta nilai kalori yang rendah dari pada buah buahan dan sayuran. Budidaya jamur semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan jamur baik segar maupun kering. Jamur termasuk dalam golongan Thalophyta dan tidak berklorofil. Jamur merupakan makro fungi dengan tubuh buah yang jelas. Secara umum jamur dapat dibagi menjadi empat yaitu mushroom yang dapat dikonsumsi, sebagai tanaman obat, jamur beracun dan juga jenis lain yang belum dapat diidentifikasikan Pada budidaya jamur faktor cuaca menjadi pertimbangan utama dalam menentukan awal tanam. Kendala suhu biasanya tidak menjadi masalah bila ditanam pada dataran tinggi karena karena perubahan suhu yang tidak signifikan. Syarat tumbuh jamur yang optimal adalah pada suhu C dengan RH 60-90% dengan ph 6-7. Dengan konsentrasi CO 2 yang optimal adalah %. Media tumbuh dari jamur itu sendiri adalah jasad makluk hidup yang sudah mati tetapi dalam budidaya jamur sering diginakan serbuk gergaji sebagai media tumbuh. Dalam budidaya didataran rendah sering dilakukan dalam ruang terkendali untuk menghindari faktor cuaca yang merugikan. Dalam ruang tumbuh ini biasanya digunakan kendali suhu dan kelembaban udara (RH), karena dengan penurunan suhu akan menyebabkan penurunan kelembaban relatif pada ruang tumbuh jamur tersebut sehingga berdampak negatif bagi pertumbuhan jamur tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan program komputer dengan Visual Basic 6.0 yang akan diterapkan untuk memvisualisasikan sensor kelembaban dan suhu yang terpasang pada ruang tumbuh jamur. Pembuatan program dimulai dengan pembuatan algoritma program yang akan merupakan dasar dari program. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan diagram alir untuk mempermudah pembuatan program. Dalam poembuatan animasi digunakan software Adobe photoshop untuk membuat gambar dasar untuk animasi, yaitu berupa kipas, nozel dan tampilan dasar, sedangkan untuk membuat animasi bergerak digunakan software Macromedia Flash. Dalam pembuatan program digunakan perintah input untuk mengambil data. Perintah pembacaan data digunaka perintah open, dalam pembacaan data ini juga dilakukan perintah looping untuk mengambil data secara terus menerus. Statement if digunakan untuk mengendalikan program sesuai dengan diagram alir. Program dapat berjalan dengan baik dengan menampilkan animasi bergerak ketika dijalankan sesuai dengan pengendalian. Untuk menjalankan program ini disarankan menggunakan komputer dengan RAM minimal 128 MB, dengan grafik card minimal 64 MB.

5 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan bapak bernama Ponirin dan ibu bernama Suratmi yang dilahirkan pada tanggal 29 Juni 1984 di Purworejo, Jawa Tengah. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri Jono II, Purworejo pada tahun 1996, kemudian penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 7 Purworejo, lulus pada tahun 1999 dan pendidikan lanjutan tingkat menengah di SMU Negeri 2 Purworejo, lulus pada tahun Kemudian pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknik pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di berbagai organisasi kemasiswaan ataupun kedaerahan, seperti Gabungan Mahasiswa Purworejo Di IPB (GAMAPURI), Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA), dan Information and Technology Center (ITC), selain itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Motor Bakar dan Tenaga Pertanian. Penulis melakukan kegiatan praktek lapang di PT. Madu Baru, PG. Madukismo, Bantul, Yogyakarta pada tahun Judul praktek lapang penulis adalah Mepelajari Aspek Keteknikan Pertanian pada Proses Produksi Gula di PT. Madu Baru, PG. Madukismo, Bantul, Yogyakarta.

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN PENELITIAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. JAMUR (MUSHROOM)... 4 B. JAMUR TIRAM... 5 C. RUANG TUMBUH JAMUR... 7 D. LOGIKA DAN KONTROL... 9 E. DESAIN PERANGKAT LUNAK F. MICROSOFT VISUAL BASIC (Versi 6.0) G. SIMULASI DAN MODEL III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODA DAN PEMBUATAN APLIKASI IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM B. PEMBUATAN ANIMASI PROGRAM C. PEMBUATAN PROGRAM V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Himpunan Crisp Gambar 2. himpunan Fuzzy Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy Inferensi Gambar 4. Osilasi Kontol Dua Langkah (ON OFF) Gambar 5. Diagram Alir Program Visualisasi Pengaturan Suhu dan Kelembaban Gambar 6. Gambar Dasar Kipas Gambar 7. Gambar Dasar Sprayer Gambar 8. Gambar Tampilan Dasar Program dengan Adobe Photoshop.. 25 Gambar 9. Tampilan Awal Program Visualisasi Pengaturan Suhu dan Kelembaban Gambar 10. Tampilan Program Pada Saat Kipas dan Sprayer Berjalan Gambar 11. Tampilan program pada saat kipas berjalan dan sprayer berhenti 30 Gambar 12. Tampilan program pada saat kipas berhenti dan sprayer berjalan 31 Gambar 13. Tampilan program pada saat kipas berhenti dan sprayer berjalan 31

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur... 5 Tabel 2. Kandungan protein dan karbohidarat jamur tiram dibandingkan dengan buah-buahan dan sayuran... 6

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Listing program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali Lampiran 2. Data yang dimasukkan dalam program... 39

10 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan di bidang teknologi yang begitu pesat sekarang ini, memacu semua aspek untuk mengalami perkembangan-perkembangan ke arah yang lebih baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas. Hal ini pun berdampak pada sektor pertanian sebagai salah satu komoditas utama manusia. Teknologi yang berkembang menyediakan kualitas yang lebih baik dalam penyedian bahan pangan dewasa ini. Hal ini ditunjukan untuk kepuasan manusia sebagi konsumen dari bahan pangan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor-faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain adalah suhu dan kelembaban udaranya. Salah satu komoditas pertanian yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh factor suhu dan kelembaban udara adalah jamur. Jamur banyak digemari disamping karena rasanya yang sangat enak juga mengandung nilai protein dan karbohidrat yang tinggi serta nilai kalori yang lebih rendah dari pada buah buahan dan sayuran, sehingga jamur memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena pemasaranya sudahg mencakup pasar lokal dan ekspor. Banyak jenis jamur yang dibudidayakan secara komersial sebagai bahan makanan. Jenis jamur yang sudah dibudidayakan baik di Indonesia maupun luar negeri (Cina, Jepang, Thailand, Singapura) antara lain adalah : Champignon (Agaris bisorpus), Shiitake (Lentinula endodes), Merang (Volvariella volvaceae), Tiram (Pluerotus ostreatus), Nameco (Pholiota naneko), Kuping Putih (Tremella fucifarmis), dan Jamur Tuber (Trichoma matsitake).

11 Berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur Tiram, maka tahap tumbuh tubuh buah saampai panen dari jamur ini dilakukan pada ruangan khusus yang dikontrol suhu dan kelembabannya. Budidaya jamur dalam ruang tumbuh terkendali kini mulai dikembangkan dan kemajuannya baru sampai pada taraf pengendalian suhu. Paramita (1999) mengembangkan model ruang tumbuh yang dibagi menjadi tiga kondisi suhu, yaitu 17, 19, dan 21 0 C untuk budidaya jamur Kuping dan Tiram dengan sumber udara dingin dari mesin AC. Sementara, Krissandi (1999) menerapkan kendali berbasis pada logika Fuzzy pada model ruang tumbuh tersebut dengan bantuan Personal Computer. Percobaan ini selain berhasil meningkatkan natalitas juga menaikan produksi dan memperbaiki penampakannya. Namun demikian, kesibukan luar biasa dihadapi dalam menyemprotkan uap air ke dalam ruang tumbuh untuk mengantisipasi evaporasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan ruang tumbuh jamur terkendali perlu dilengkapi dengan fasilitas lainnya, yaitu untuk mengendalikan kelembaban relatif dan kadar air dan pada fase selanjutnya adalah dengan memperhatikan kualitas udara dalam ruang tumbuh, khusus O 2 dan CO 2.

12 B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah visualisasi pengendalian sensor-sensor pada ruang tumbuh jamur terkendali dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 untuk mengendalikan kondisi ruang tumbuh jamur.

13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. JAMUR (MUSHROOM) Jamur (mushroom) adalah buah dari tanaman jamur (miselium) dan mengandung biji yang disebut spora. Tubuh dari tanaman jamur ini disebut sebagai miselium dengan bagian individualnya bersifat mikrospik. Miselium menyimpan nutrient dan komponen esensial lainnya, dan apabila kondisi telah cukup memungkinkan miselium ini akan menghasilkan tubuh buah yang disebut jamur (mushroom). Jamur merupakan organ dari fungi yang berdaging dan menyimpan spora. Bagian tubuh berdaging inilah yang menyebabkan manusia tertarik untuk menjadikannya sebagai bahan makanan, akan tetapi secara biologi jamur adalah fungus yang memproduksi spora (Chang dan Miles,1989). Jamur (mushroom) adalah makro fungi dengan tubuh buah jelas,dan mempunyai ukuran yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata telanjang dan dapat disentuh (Chang et al.,1993). Jamur termasuk dalam golongan Thalopytha dan tidak berklorofil. Pada awalnya Thalopytha dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang akar, daun, dan batangnya tidak dapat dibedakan secara nyata. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan dengan ditemukannya mikroskop elektron diketahui bahwa jamur bukan termasuk ke dalam dunia tumbuhan (Duddington, 1972). Tidak adanya klorofil pada fungi merupakan hal yang penting yang mempengaruhi pola kehidupannya. Berbeda dengan tanaman yang bisa hidup dngan pasokan bahan organik, jamur merupakan makluk saprofit yang hidup pada sisa-sisa makluk hidup yang telah mati (Dudington, 1972). Secara umum jamur dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : mushroom yang dapat dikonsumsi manusia sebagai bahan pangan, diaplikasikan sebagai obat (medicinal mushroom), jamur beracun (poisonous mushroom) dan jenis jenis lain yang belum bisa diidentifikasikan secara luas (Chang et al.,1993).

14 B. JAMUR TIRAM Jamur Tiram termasuk kedalam kelas basiodyomicetes dengan klasifikasi sebagai berikut : Kelas : Basidiomycetes Subkelas : Phragmobasidiomycetes Ordo : Agraricales Famili : Agrariceae Genus : Pleurotus Disebut Jamur Tiramatau (oystermushroom) karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat berada ditengah, tetapi agak ke pinggir. Jamur Tiram adalah salah satu jamur yang sangat enak dimakan serta mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibangdingkan dengan jamur lain. (Yuniasmara.dkk,1997). Tubuh buah Jamur Tiram mengandung protein 27%, lemak 2%, karbihidrat 58%, serat 12% dan abu 9% per berat kering. Kandungan kadar air Jamur Tiram 90.8%, kandungan vitaminnya meliputi thiamine, riboflavin, dan niasin. Adapun mineral yang terkandung antara lain : kalsium, fosfor, natrium dan kalium (Yuniasmara dkk.,1997). Tabel 1. Kandungan Gizi beberapa jenis jamur (Yuniasmara dkk.,1997) Komposisi Lentinus edodes Pleorotus florida Pleurotuscycstidiosus (Jamur Shitake) (Jamur Tiram Putih) (Jamur Tiram Coklat) Protein 18 % 27 % 27 % Lemak 8 % 2 % 2 % Karbohidrat 71 % 58 % 51 % Serat 8 % 12 % 13 % Abu 7 % 9 % 7 % Kalori 392 Kkal 265 Kkal 300 Kkal

15 Menurut Genders(1960), Chang dan Hayes (1978) Yuniasmara (1997), kandungan protein dan karbohidrat jamur lebih tinggi dibandingkan sayuran dan buah-buahan (Tabel 2). Tabel 2. Kandungan protein dan karbohidrat Jamur Tiram dibandingkan dengan buah-buahan dan sayuran. Jenis Makanan Protein (%) Karbihidrat (%) Sumber Jamur Tiram Yuniasmara (1997) Jamur Kuping Chang dan Heyes (1978) Pisang Genders (!969) Jeruk Genders (!969) Apel Genders (!969) Kol Genders (!969) Wortel Genders (!969) Kentang Genders (!969) Menurut Yuniasmara,dkk., budidaya Jamur Tiram adalah mengusahakan kondisi sehingga Jamur Tiram tersebut dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan adaptasi substrat dan lingkungan tempat tumbuh sesuai dengan habitat tumbuhnya di alam. Faktor yang berpengaruh adalah faktor media tumbuh dan lingkungan. C. RUANG TUMBUH JAMUR 1. Syarat Tumbuh jamur Petani pada umumnya membudidayakan jamur didalam rumah tanaman dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Idealnya jamur tumbuh pada lokasi 800 dpl dan RH (Relative Humidity) 60-90%. Meskipun Jamur Kuping dan Jumur Tiram dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu C, kondisi pertumbuhan optimum dicapai pada kisaran suhu C (Alexopoulus

16 dkk, 1979). Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim dan ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan Jamur Tiram. 2. Budidaya Jamur Proses budidaya jamur dipengaruhi oleh media tanaman dan lingkungan yang dapat dikontrol selama proses budidaya terutama saat pertumbuhan buah dan perioda penanaman. a. Media tumbuh Dialam, Jamur Tiram ditemukan pada kayu-kayu yang sudah lapuk. Berdasarkan sifat tumbuhnya, budidaya Jamur Tiram dilakukan pada media buatan dengan kandungan unsur hara menyerupai kayu yang sudah lapuk. Bahan baku yang digunakan sebagai media dalam budidaya Jamur Tiram dapat berupa batang kayu yang sudah kering, jerami, serbuk gergaji, campuran serbuk gergaji dan jerami, ataupun alang-alang (Cahyana,1997). Untuk menghasilkan jamur dengan kualitas yang baik, maka kadar air dan ph media tumbuh jamur harus diatur. Menurut Vilela dan Silverio (1982,dalam Daryani, 1999) kadar air pada substrat serbuk gergaji untuk pertumbuhan Auricularia adalah 65-70%. Tingkat kemasaman media tumbuh berpengaruh terhadap pertumbuhan Jamur Tiram. PH media perlu diatur antara ph 6-7 dengan menggunakan kapur. Pertumbuhan jamur akan terhambat apabila ph media terlalu tinggi atau terlalu rendah, bahkan akan memungkinkan pertumbuhan jamur lainnya yang akan mengganggu pertubumbuhan Jumur Tiram yang ada. 3. Lingkungan a. Suhu Suhu mempengaruhi kerja enzim yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jamur. Enzim tersebut tidak dapat mensintesis vitamin yang dibutuhkan apabila suhu lingkungan tinggi (Miles, 1993).

17 Berdasarkan penelitian Daryani (1999), berat rata-rata penen tertinggi tercapai pada suhu 17 0 C yaitu 106 gram per bag log untuk Jamur Kuping dan 96,76 gram per bag log untuk Jamur Tiram. Miselia akan tumbuh optimal pada kisaran suhu C, pertumbuhannya menjadi lambat pada suhu dibawah 25 0 C dan tidak akan ada pertumbuhan sama sekali pada suhu diatas C (Kinugawa, 19993). b. Cahaya Cahaya yang terlalu kuat dapat menghambat perkembangan miselia atau bahkan membunuh jamur tersebut (Miles, 1993). Menurut Suriawiria (1997, dalam Daryani, 1999), keberhasilan budidaya jamur secara kualitas, kuantitas dan menguntungkan ditentukan oleh banyaknya factor lingkungan diantaranya ruangan tempat penanaman dan pemeliharaan jamur. Hal ini berhubungan selain dengan temperature, kelembaban beban, aerasi dan cahaya yang besar. Pencahayaan yang terlalu kuat dapat mengakibatkan perubahan tubuh Jamur Tiram, tinggi stipa jamur menjadi pendek dan tudung jamur menjadi terbuka lebih awal dan mengakibatkan pertumbuhan stipa berhenti c. Kelembaban Kelembaban relatif udara yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah adalah 80-85% ( Young dan Leong; dalam Daryani 1999). Kebanyakan jamur tumbuh pada tingkat kelembaban yang tinggi, pada jamur Basidiomycetes, kelembaban relatif untuk pertumbuhan maksimum adalah sebesar % (Miles, 1993).

18 D. LOGIKA DAN KONTROL 1. Kontrol Fuzzy Penilaian kualitatif yang dilakukan manusia mengakibatkan adanya batas yang samar antara suatu kriteria dengan kriteria lainnya. Misalnya, penilaian tinggi badan manusia, bagi sebagian orang akan mengganggap tinggi badan 160 cm sudah termasuk dalam kategori sedang, tetapi semua orang akan mengganggap bahwa tinggi badan 180 cm termasuk tinggi. Batas samar tersebut mrupakan dari teori fuzzy yang dicetuskan oleh L.A. Zadeeh pada tahun Himpunan fuzzy merupakan fungsi keanggotaan µ yang memetakan anggota-angota himpunan terebut dalam selang [0,1]. Jika x merupakan anggota himpunan fuzzy tersebut maka µ(x) merupakan derajat dari x. x memiliki kecocokan total apabila µ(x) bernilai 1 sedangkan x tidak cocok sama sekali apabila µ(x) bernilai 0. Himpunan crips merupakan suatu sistem yang menunjukkan kriteria suatu objek dalam dua nilai, anggota dan bukan anggota. Perbedaan antara himpunan crips dan himpunan fuzzy dapat dilihat pada Gambar1 dan Gambar 2, dengan himpunan semesta umur. Terlihat bahwa himpunan crips tidak bisa mendiskripsikan kategori dewasa dalam himpunannya, sedangkan himpunan fuzzy memiliki derajat keanggotaan untuk mendiskripsikan kategori dewasa dalam himpunannya.

19 1 Lanjut usia 0 18 Gambar 1. Himpunan Crisp Tahun Gambar 2. Himpunan Fuzzy Dalam sistem logika fuzzy berlaku operasi hubungan irisan, gabungan, komplemen dan himpunan bagian. Logika fuzzy banyak digunakan dalam bidang pengontrolan, tahapan pembuatan kontrol fuzzy dapat dilihat pada gambar 3. Fuzzifikasi Matrik Keputusan Defuzzyfikasi Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy.

20 a. Fuzzyfikasi Pada tahap ini, ditentukan nilai kualitatif dan derajat keanggotaan dari setiap nilai variabel numerik. Proses fuzzifikasi dilakukan terhadap error dan beda error. Error adalah penyimpangan nilai aktual dari nilai set point, sedangkan beda error adalah selisih error pada t dengan error t-1. b. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan matrik keputusan. Matrik keputusan ditentukan dengan menggunakan logika kriteria error dan beda error. c. Defuzzifikasi, konversi besaran kualitatif menjadi besaran kuantitatif. Metoda defuzifikasi dilakukan dengan menggunakan metoda titik berat, yaitu dengan memberi bobot terhadap titik berat output dengan derajat keanggotaan. 2. Kontrol ON-OFF Kontrol ON-OFF adalah metoda pengontrolan yang paling mudah dan paling sederhana oleh karena itu pengunaannya luas. Metoda ini sering dipakai jika diinginkan hasil keluaran yang tidak terlalu presisi. Suhu Set point Alat ON OFF Gambar 4. Osilasi Kontrol Dua Langkah (ON-OFF) Waktu Waktu

21 E. DESAIN PERANGKAT LUNAK (PROGRAM) Dalam sistem informasi, peralatan yang digunakan dibagi dalam tiga kategori yaitu: peralatan analisis, desain, dan pengembangan. Peralatan analisis berguna untuk meningkatkan dokumentai dari sistem yang ada dan penetapan kebutuhan dari sistem yang baru atau termodifikasi. Peralatan desain berguna untuk membantu dalam penyusunan sifat-sifat sistem sehingga tercakup dalam analisa system. Peralatan pengembangan berguna untuk membantu menerjemahkan desain ke dalam penerapan fungsional (Senn, 1990). Desain perangkat lunak yang efektif dapat diperoleh dari penggunaan pendekatan desain dekomposisi yang konsisten. Menurut Sommerville (1989), terdapat dua tipe dekomposisi, yaitu : desain berarah fungsi, dan desain berarah objek. Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pendekatan tingkat tinggi dan secara progresif diuraikan kedalam desain yang lebih detail. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan teknik fungsi dekomposisi dimana struktur data digunakan untuk mengontrol struktur fungsi yang digunakan untuk mengolah data. Desain berarah objek lebih merupakan kelompok objek dibandingkan kelompok fungsi, dimana pesan dilewatkan dari satu objek ke objek yang lain. Setiap objek mempunyai system operasi sendiri. Menurut Sommerville (1989), pendekatan desain berarah objek memiliki banyak kelebihan dan merupakan ilmu yang baru, tetapi tidak selalu digunakan. Pada beberapa tingkat abstraksi, pendekatan desain berarah fungsi lebih mudah ditetapkan pada pengembangan sistem dengan pendekatan desain berarah objek. Jika sistem mengandung informasi yang sederhana maka lebih baik digunakan pendekatan berarah fungsi daripada pendekatan berarah objek. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan pendekatan perancangan perangkat lunak dimana hasil perancangannya terdekomposisi ke dalm satu set unit interaksi dimana masing masing unit tersebut memiliki fungsi yang jelas terdefinisi, komponen perancangan atau desain pada pendekatan desain berarah fungsi berdasarkan pada fungsi sedangkan pada desain berarah objek berdasarkan pada entitas abstrak. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan

22 pelengkap dan bukan pendekatan yang bertentangan dengan desain berarah objek (Sommerville, 1989). Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pembuatan diagram alir data. Yang menggambarkan pengolahan data secara logika, dilanjutkan dengan pembuatan bagan terstuktur yang menampilkan perangkat lunak (Sommerville, 1989). Diagram alir data merupakan gambaran aliran data dari suatu unit pengolahan ke unit pengolahan lainnya.diagram ini menunjukkan bagaimana data input ditrasfer menjadi output. Kelebihan pembuatan diagram ini adalah mudah dimengerti dan intuitif serta menampilkan trasformasi tanpa membuat asumsi tentang bagaimana transformasi tersebit diimplikasikan (Sommerville, 1989). Bagan terstruktur menggambarkan pemrograman sistem bagian dari hirarki dan menampilkan grafiknya sebagai sebuah pohon. Diagram ini menunjukkan bagaiman elemen-elemen dalam diagram alir data dihasilkan sebagai unit hirarki (Sommerville,1989). F. MICROSOFT VISUAL BASIC (versi 6.0) Basic adalah salah satu bahasa pemrograman yang sudah dikenal oleh pemakai komputer dan umum digunakan dalam pembuatan program aplikasi. Bahasa basic mudah untuk dipelajari dan digunakan. Salah satu software yang mengunakan bahasa ini adalah Microsoft Visual Basic. Microsoft Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman berbasis windows yang popular saat ini. Microsoft Visual Basic memiliki fasilitas Object Oriented Programing (OOP) yang menyediakan objek-objek yang sangat kuat, powerfull, dan mudah digunakan dalam mendesain suatu aplikasi program (Yung, 2002) Aplikasi(project) pada Microsoft Visual Basic 6.0 terdiri atas bagianbagian : a. Form :

23 Form adalah sebuah bidang dimana anda akan mendesain program dengan meletakkan objek-objek yang merupakan rangkaian dari perintah-perintah yang akan dikerjakan oleh aplikasi tersebut. b. Control : Control adalah bagian yang mempunyai bentuk gambar grafis yang akan diletakkan diatas bidang kerja yang disebut form, yang dapat berinteraksi dengan pemakai, seperti TextBox, LabelBox, CommandButton. c. Properties : Properties merupakan variabel atau predikat yang melekat pada setiap objek (form dan control). Contoh properties itu sendiri antara lain nama, caption, ukuran, warna, posisi, dan isi. d. Methods : Methods merupakan prosedur yang sudah dibuat pada setiap objek yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sesuai dengan tujuan method tersebut. e. Event procedure : Event procedure adalah kode yang berhubungan dengan setiap objek yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan nama event yang akan dikerjakan. f. General procedure : General procedure merupakan kode-kode yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang ada. Prosedur ini akan dijalankan apabila dipanggil namanya dalam sebuah pernyataan pada basis program. g. Module :

24 Module merupakan kumpulan dari beberapa General Procedure, deklarasi variabel, dan definisi konstanta yang digunakan dalam sebuah aplikasi. Kemampuan Microsoft Visual Basic dalam menangani database juga tidak perlu diragukan lagi. Selain mudah digunakan Microsoft Visual Basic juga sudah menyediakan provider yang menghubungkan program yang kita buat ke database secara langsung tanpa memerelukan software database sever lainnya. Selain itu juga pengguna diberika pilihan koneksi database yaitu berupa Data Access Object (Dao), ActiveX Data Object (ADO), dan Data Environment (DE). G. SIMULASI DAN MODEL Dalam arti luas, simulasi berarti duplikasi dari suatu system atau aktifitas tanpa pencapaian yang sebenarnyadari hakekat kenyataan itu sendiri (Morgenthaler, 1961 dalam Dent dan Anderson, 1971). Simulasi merupakan teknik penyusunan model dari suatu system dan kemudian dilakukan percobaan pada model tersebut.jadi pada hakekatnya simulasi merupakan suatau operasi yang terdiri atas dua fase yaitu pembuatan model dan percobaan (modelling and experimentation).

25 III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ergonamika dan Elektronika Pertanian Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian adalah bulan Juni 2006 sampai dengan Juli B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Seperangkat komputer dengan spesifikasi : Intel Pentium IV 2.0 GHz DDR 512 MB VGA Card GeForce FX MB DirectX 9.0 Lite On Combo DVD b. Sistem Operasi Microsoft Windows XP Profesional SP2 sebagai program dasar pengatur kerja dalam komputer. c. Macromedia Flash MX Profesional 2004 Versi 7.0 sebagai program pembuat animasi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi. d. Microsoft Visual Basic Versi 6.0 sebagai program dasar dalam pembuatan aplikasi e. Adobe Photoshop CS sebagi program untuk pembuatan animasi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi 2. Bahan yang digunakan : Bahan yang digunakan untuk membuat simulasi ini adalah data suhu dan kelembaban udara bagi ruang tumbuh jamur yang telah di ukur pada penelitian sebelumnya. Selain itu juga buku-buku tentang tanaman jamur dan buku tentang software-software yang digunakan.

26 C. METODA PEMBUATAN APLIKASI 1. Pembuatan algoritma sistem simulasi. Algoritma dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan flowchart dan program. Algoritma yang dibuat berupa logika-logika yang akan dipakai dalam pembuatan program tersebut. Algoritma tersebut meliputi : a) Penentuan parameter pengendalian b) Penentuan logika pengendalian c) Penentuan aksi dari pengendalian Adapun algoritma program yang dibuat adalah sebagai berikut: a) Variabel yang dikendalikan : Suhu = 17 0 C Kelembaban = 80 % b) Aksi yang dijalankan : Jika suhu (T) > 17 0 C AC (kipas) jalan (ON) Jika suhu (T) = 17 0 C AC (kipas ) mati (OFF) Jika kelembaban (RH) < 80% Sprayer jalan (ON) Jika kelembaban (RH) = 80% Sprayer mati (OFF) c) Pengontrolan yang digunakan : Kontrol ON-OFF d) Kombinasi pengendalian : T > 17 dan RH < 80 % AC ON dan sprayer ON T > 17 dan RH = 80 % AC ON dan sprayer OFF T = 17 dan RH < 80 % AC OFF dan sprayer ON T = 17 dan RH = 80 % AC OFF dan sprayer OFF 2. Pembuatan flowchart (diagram alir) Pendekatan yang dilakukan dalm penelitian ini adalah pendekatan desain yang berarah fungsi. Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pembuatan diagram alir data. Yang menggambarkan pengolahan

27 data secara logika, dilanjutkan dengan pembuatan bagan terstuktur yang menampilkan perangkat lunak Diagram alir data merupakan gambaran aliran data dari suatu unit pengolahan ke unit pengolahan lainnya. Diagram ini menunjukkan bagaimana data input ditrasfer menjadi output. Kelebihan pembuatan diagram ini adalah mudah dimengerti dan intuitif serta menampilkan trasformasi tanpa membuat asumsi tentang bagaimana transformasi tersebut diimplikasikan. Bagan terstruktur menggambarkan pemrograman sistem bagian dari hirarki dan menampilkan grafiknya sebagai sebuah pohon. Diagram ini menunjukkan bagaiman elemen-elemen dalam diagram alir data dihasilkan sebagai unit hirarki. Diagram ailr yang dibuat untuk membuat program ini adalh sebagai berikut :

28 Mulai Input : 1. Data suhu 2. Data Kelembaban Jika T > 17 0 C & RH < 80% Ya AC jalan (ON) dan Sprayer jalan (ON) Jika T > 17 0 C & RH = 80% Tidak Ya AC jalan (ON) dan Sprayer mati (OFF) Jika T = 17 0 C & RH < 80% Tidak Ya AC mati (OFF) dan Sprayer mati (ON) Tidak Jika T = 17 0 C & RH = 80% Ya AC mati (OFF) dan Sprayer mati (OFF) Gambar 5. Diagram Alir Program Visualisasi Pengaturan Suhu dan Kelembaban

29 3. Pembuatan program untuk simulasi. Diagram alir yang telah dibuat akan mempermudah dalam menterjemahkan menjadi bahasa pemrograman, yang dalam hal ini menggunakan bahasa Visual Basic. Program dibuat berdasarkan aliran data dari diagram alir dan juga algoritma yang ada. 4. Pegujian program Pengujian terhadap program dilakukan dengan memasukkan berbagai macam tipe kombinasi dari data. Dalam hal ini digunakan data-data dari penelitian sebelumnya. Pengujian juga dilakukan pada berbagai model computer apakah program ini dapat berjalan atau tidak.

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM Pembuatan desain program untuk simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini dimulai dengan pembuatan algoritma dan juga diagram alir. Algoritma dari program ini adalah bahwa ketika suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya lebih besar dari 17 0 C. maka program akan menjalankan animasi kipas yang sedang berjalan. Untuk kelembaban udara ketika kelembaban udara dari ruang tumbuh jamur tersebut nilainya kurang dari 80 %, maka animasi nozel akan menyemprotkan air. Tujuan dari pembuatan algoritma ini adalah untuk mempermudah dalam pembuatan diagram alir program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini. Diagram alir dibuat mengacu pada pembuatan algoritma diatas. Diagram alir ini berfungsi untuk mempermudah programer dalam pembuatan program dengan Visual Basic 6.0. Diagram alir ini dimulai dengan memasukkan input dari program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali. Variabel input yang dimasukkan adalah temperatur (T) dan kelembaban udara (RH). Alasan pemasukkan variable temperature (T) dan kelembaban udara (RH) sebagai faktor input program dikarenakan faktor temperatur (T) dan kelembaban (RH) merupakan faktor utama yang perlu dikendalikan dalam budidaya jamur terutama didataran rendah. perintah Input program dalam diagram alir ini dilambangkan dengan bentuk jajaran genjang. Data temperature (T) dan kelembaban udara (RH) yang dimasukkan diambil dari penelitian Krissandi Wijaya pada tahun 1999 dengan judul Pengendalian Suhu pada Rumah Tanaman Jamur dengan Sistem Kendali Fuzzy (Lampiran 2). Setelah pemasukan input dilakukan proses pembacan oleh program. Temperatur (T) dan kelembaban udara dimasukkan dalam input sebagai satu kesatuan data. Proses pembacaan dilakukan secara brurutan antara nilai temperatur (T) dan nilai kelembaban udara (RH), nilai temperatur dibaca

31 terlebih dahulu sebelum dilakukan pembacaan terhadap nilai kelembaban udara. Input program dilakukan dengan memasukkan nilai data yang kemudian disimpan dalam data base yang diseimpan dalam file text. Proses pengolahan data dilakukan dengan kendali if. Kendali if dapat mengendalikan dua variabel yaitu temperatur (T) dan kelembaban udara (RH) secara bersamaan. Kendali if dipilih karena sederhana dan mudah dimengerti oleh programer dalam mengendalikan dua variabel temperatur (T) dan kelembaban udara (RH). Logika yang dipakai dalam pengendalian if ini adalah sebagai berikut : 1. Jika temperatur (T) > 17 dan kelembaban udara RH < 80 % maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON) dan animasi sprayer (sprayer ON). 2. Jika temperatur (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) = 80 % maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), tetapi mematikan animasi sprayer (sprayer OFF). 3. Jika temperatur (T) = 17 dan kelembaban udara (RH) < 80 % maka program akan mematikan animasi kipas (AC OFF) dan menjalankan animasi sprayer (sprayer OFF). 4. Jika temperature (T) = 17 dan kelembaban udara (RH) = 80 % maka program akan mematikan animasi kipas (AC OFF) dan animasi sprayer (sprayer OFF). Jika dalam pada pembacaan data memenuhi statement pertama maka program akan menjalan aksi yang pertama, jika tidak memenuhi statement yang pertama maka program akan menuju kestatement yang ke dua. Jika statement yang kedua dipenuhi maka program akan menjalankan aksi ke dua, jika tidak memenuhi statement yang ke dua maka program akan menuju kestatement yang ke tiga. Jika statement yang ke tiga dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang ke tiga, jika tidak memenuhi statement yang ke tiga maka program akan menuju kestatement yang ke empat. Dalam diagram alir ini kendali if dilambangkan dengan gambar belah ketupat.

32 Setalah dilakukan pengendalian if maka program akan menjalankan aksi sesuai dengan perintah dari kendali if. Aksi yang dilakukan program ini adalah menjalankan atau mematikan animasi kipas dan sprayer. Aksi yang dilakukan oleh program dalam program ini adalah : 1. Menjalankan animasi kipas dan animasi sprayer. 2. Menjalankan animasi kipas dan mematikan animasi sprayer. 3. Mematikan animasi kipas dan menjalankan animasi sprayer. 4. Mematikan animasi kipas dan animasi sprayer. Perintah aksi dalam diagram alir ini dilambangkan dengan gambar persegi panjang. Setelah aksi dijalankan oleh program sesuai dengan pengendalian if maka program akan membaca data berikutnya. Pembacaan kembali data dari variabel input ini dilakukan dengan perintah looping. Perintah looping akan membaca data terus menerus setelah aksi yang dijalankan program. Perintah looping didalam diagram alir digambarkan dengan bentuk garis dengan anak panah yang menunjuk pada perintah input (dalam diagram alir berbentuk jajaran genjang). B. PEMBUATAN ANIMASI PROGRAM Animasi program berfungsi untuk menampilkan kondisi ruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Animasi yang diperlukan dalam program ini sesuai dengan variabel yang dikontrol yaitu dua macam. Pertama adalah animasi untuk mensimulasikan keadaan suhu ruang tumbuh jamur terkendali. Animasi yang dibuat yaitu animasi berbentuk kipas yang berputar dan kipas yang diam. Jika kipas berputar menandakan suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya diatas 17 0 C dan jika diam maka menandakan suhu dibawah 17 0 C. Animasi kipas dibuat menggunakan dua software yaitu Adobe Photoshop dan menggunakan Macromedia Flash. Langkah pertama dalam pembuatan animasi ini adalah dengan membuat gambar dasarnya dengan menggunakan software Adobe Photoshop. Gambar dasar ini berupa gambar

33 kipas dengan empat buah sudu atau baling-baling (Gambar 6). Gambar dasar ini disimpan dalam file gambar yang berekstensi JPEG. Selanjutnya gambar dasar ini diolah menjadi bentuk animasi dengan menggunakan software Macromedia Flash. Prinsip kerja dari software Macromedia Flash ini adalah seperti roll film. Gambar dasar dirubah letak sudu-sudunya dengan cara dirotasi kemudian diletakkan kedalam media kerja dari Macromedia Flash. Selanjutnya file dari Macromedia Flash tersebut disimpan dalam bentuk video berekstensi AVI. Keterangan : 1. Sudu kipas 2. Poros kipas 1 2 Gambar 6. Gambar Dasar Kipas. Animasi yang kedua yaitu animasi dengan gambar sprayer. Animasi ini berfungsi untuk menunjukkan keadaan kelembaban udara diruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Jika animasi sprayer menyemprotkan butiran air berarti kondisi ruang tumbuh jamur tersebut kurang lembab atau kelembaban udaranya kurang dari 80 %. Sama seperti dengan animasi kipas animasi sprayer dibuat dengan menggunakn software Adobe Photoshop dan Macromedia Flash. Gambar dasar dibuat menggunakan software Adobe Photoshop. Gambar dasar dibuat sebanyak empat buah yaitu berupa nozel yang tidak menyemprotkan air dan nozel yang menemprotkan air (Gambar 7). Gambar dasar ini disimpan dalam bentuk file gambar yang berekstensi JPEG (CompoSevo JPEG). Selanjutnya gambar dasar tersebut dibuat animasi bergerak dengan software Macromedia Flash. Keempat gambar dasr tadi diletakkan dalam lembar kerja Macromedia Flash. Kemudian file animasi tersebut disimpan dalam bentuk video yang berekstensi AVI (Audio Video Image).

34 1 Keterangan : 1. Pipa nozel 2. Nozel 2 Gambar 7. Gambar Dasar Sprayer. Pembuatan tampilan juga menggunakan software Adobe Photoshop. Gambar tampilan dibuat seperti bagan sistem kendali ruang tumbuh jamur terkendali agar terlihat menarik. Gambar tampilan berupa sensor suhu, nozel, interface, air contioner, dan RH sensor (Gambar 7). Gambar tampilan juga dibuat agar aliran proses kerja alat yaitu sprayer dan kipas terlihat. Gambar 8. Gambar Tampilan Dasar Program dengan Adobe Photoshop.

35 C. PEMBUATAN PROGRAM Program dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6.0. Visual Basic 6.0 dipilh karena software ini merupakan salah satu bahasa pemrograman yang sudah dikenal oleh pemakai komputer dan umum digunakan dalam pembuatan program aplikasi. Selain itu bahasa basic mudah untuk dipelajari dan digunakan. Microsoft Visual Basic memiliki fasilitas Object Oriented Programing (OOP) yang menyediakan objek-objek yang sangat kuat, powerfull, dan mudah digunakan dalam mendesain suatu aplikasi program. Pembuatan program dimulai demgan membuat perintah untuk membaca data temperatur (T) dan kelembaban udara (RH) yang disimpan dalam bentuk text berekstensi txt. Listing program yang dibuat adalah sebagai berikut : Dim i, j, k, a, b, As Integer Dim X(100) As Double Dim y(100) As Double Private Sub cmd_ambildata_click() Dim tempat As String j = 1 Open App.Path + "\simpan.txt" For Input As #1 Dim digunakan untuk mendeklarasikan variabel I, j, k, a,dan b sebagai bilangan bulat. Sedangkan variabel X dan y dideklarasikan sebagai double karena nilai variabel X dan variabel y terdapat koma. Variabel X sebagai temperatur (T) dan variabel y sebagai kelembaban udara (RH). Sedangkan untuk mengambil nilai dari data menggunakan perintah Open App.Path + "\simpan.txt" For Input As #1. Perintah untuk membaca data dalam program menggunakan perintah input. Dalam perintah pembacaan data ini juga dilakukan looping karena pembacaan data terjadi terus-menerus. Temperatur (T) dibaca sebagai X(i) dengan mengambil nilai dari variabel a sedangkan kelembaban udara dibaca sebagai y(i) dengan mengambil nilai dari variabel b. Nilai temperatur (T) yang

36 dibaca ditampilkan dalam monitor melalui textbox, demikian pula dengan nilai kelembaban udara yang ditampilkan dalam textbox (Gambar 8). Listing program dari perintah pembacaan data adalah sebagai berikut : For i = 1 To Input #1, a X(i) = a Input #1, b y(i) = b For j = 1 To Next j txt_suhu.text = X(i) txt_suhu.refresh txt_kelembaban.text = y(i) txt_kelembaban.refresh Animasi_kipas.Stop Gambar 9. Tampilan Awal Program.

37 Perintah kendali menggunakan statement if. Apabila temperatur lebih dari 17 C maka program akan menjalankan animasi kipas dan merubah animasi garis dari merah muda menjadi hijau. Apabila suhu tersebut lebih kecil dari 17 C. maka program akan mematikan animasi kipas dan kembali merubah aliran garis berwarna hijau menjadi merah muda. Untuk lendali kelembaban udara juga sama, apabila kelembaban udara kurang dari 80 % maka program akan menjalankan animasi sprayer dan akan merubah aliran garis merah muda menjadi hijau, dan apabila kelembaban udara lebih besar dari 80 % maka animasi kipas akan mematikan animasi sprayer dan akan merubah aliran garis dari hijau menjadi merah muda. Animasi garis dibuat dengan menggunakan label. Untuk bisa melihat pergantian aliran garis dengan baik maka digunakan statement refresh. Listing program dari perintah ini adalah sebagai berikut : If X(i) > 17 Then Animasi_kipas.Play lbl_kipas1.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas2.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas3.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas4.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas1.refresh lbl_kipas2.refresh lbl_kipas3.refresh lbl_kipas4.refresh Else Animasi_kipas.Stop lbl_kipas1.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas2.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas3.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas4.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas1.refresh lbl_kipas2.refresh lbl_kipas3.refresh lbl_kipas4.refresh End If If y(i) > 4 Then Animasi_Nozle.Play lbl_nozel1.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel2.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel3.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel4.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel5.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel6.backcolor = &H80FF80

38 lbl_nozel1.refresh lbl_nozel2.refresh lbl_nozel3.refresh lbl_nozel4.refresh lbl_nozel5.refresh lbl_nozel6.refresh Else Animasi_Nozle.Stop lbl_nozel1.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel2.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel3.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel4.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel5.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel6.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel1.refresh lbl_nozel2.refresh lbl_nozel3.refresh lbl_nozel4.refresh lbl_nozel5.refresh lbl_nozel6.refresh End If Tombol stop dan play yang terdapat di program bertujuan agar operator dapat mematikan kipas dan juga sprayer secara langsung. Hal ini agar bila terjadi kerusakan sensor kipas dan sprayer dapat dimatikan secara langsung melalui program. Listing program dari perintah ini adalah sebagai berikut : Private Sub Command1_Click() Animasi_kipas.Play End Sub Private Sub Command2_Click() Animasi_kipas.Stop End Sub Private Sub Command3_Click() Animasi_Nozle.Play End Sub Private Sub Command4_Click() Animasi_Nozle.Stop End Sub

39 Tampilan program yang dihasilkan pada masing-masing kondisi adalah sebagai berikut : Gambar 10. Tampilan Program Pada Saat Kipas dan Sprayer Berjalan.

40 Gambar 11. Tampilan Program Pada Saat kipas Berjalan dan Sprayer Berhenti. Gambar 12. Tampilan Program Pada Saat Kipas Berhenti dan Sprayer Berjalan

41 Gambar 13. Tampilan Program Pada Saat Kipas Berhenti dan Sprayer Berjalan Untuk menampilkan animasi kipas dan sprayer yang terdapat dalam file video berekstensi AVI digunakan perintah load. Listing program perintah ini adalah sebagai berikut : Private Sub Form_Load() Animasi_kipas.Open ("KIPAS.avi") 'Animasi_kipas.Play Animasi_Nozle.Open ("nozle.avi") 'Animasi_Nozle.Play End Sub

42 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dalam pembuatan ruang tumbuh jamur terkendali diperlukan pengendalian suhu dan kelembaban yang baik, salah satunya dengan menggunakan komputer. 2. Software Visual Basic 6.0 mampu untuk membuat program visualisasi kontrol ruang tumbuh jamur terkendali dengan menampilkan animasianimasi. 3. Pembuatan program dimulai dengan pembuatan algoritma program, diagram alir program, pembuatan animasi dan pembuatan listing program. 4. Pada program, ini suhu pengendalian yang paling optimal adalah 17 0 C, dan kelembaban udara yang paling optimal adalah 80%. 5. Looping data yang paling baik adalah sesuai dengan umur jamur yaitu kali. 6. Program dapat berjalan dengan baik dengan memasukkan beberapa tipe data untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur terkendali tersebut dengan bantuan animasi gambar yang bergerak. B. SARAN 1. Agar program dapat berjalan dengan baik dan animasi terlihat dengan baik maka disarankan digunakan grafik card computer dengan memory lebih dari 64 MB. 2. Perlu adanya pembuatan perangkat keras yang sebenarnya untuk mendukung perangkat lunak yang telah dibuat.

43 DAFTAR PUSTAKA Alexopoulus, C. J., C. W. Mims dan M. Blackwell Introductory Mycology. John Wiley & Sons, Inc., New York. Buswell, J.A., Chang S.T. and P.G. Miles (ed) Genetics and Breeding of Edible Mushrooms. Gordon and Breach Science Publ., USA. Cahyana, Y.A., dkk JamurTiram. Penerbit Swadaya, Jakarta. Cang, S.T. dan Hayes, W.A The Biology and Cultivation of Edible Mushrooms. Academic Press, New York. Chang, S.T. dan Miles, P.G Edible Mushroom and Their Cultivation. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida. Daryani, S Pertumbuhan Jamur Kuping Dan Jamur Tiram Dalam Rumah Tanaman Dengan Suhu Terkendali, Skirpsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Dent dan Anderson Systems Analysis in Agricultural Management.John Wiley and Son, Sidney. Duddington, C.L Beginner s Guide To The Fungi. Pelham Books Ltd., London. Genders, R Bercocok Tanam Jamur Merang. Pionir, Bandung. Nugraha, R Pengaturan Suhu Pada Media Tumbuh Jamur Tiram, Skripsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rismunandar Mari Berkebun Jamur. Terate, Bandung Senn, J. A Pembangunan Sistem Pakar (Expert System) untuk Diagnosa Kerusakan Traktor Tangan (Hand Traktor). Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB. Bogor. Sommerville, I Software Engineering. Addison-Wesley Publishing Corporation, London. Suriawiria, U Sukses Berbisnis Jamur Kayu : Shitake, Kuping Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta.

44 Wijaya, K Pengendalian Suhu pada Rumah Tanaman Jamur dengan Sistem Kendali Fuzzy. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB. Bogor. Yuniasmara, C.,Muchrodji dan Bakrun, M Jamur Tiram Pembibitan Pembudidayaan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. Yung, K Membangun Database dengan Visual Basic 6.0 dan Perintah SQL. Elex Media Komputindo. Jakarta.

45

46 Lampiran 1. Listing program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali. Option Explicit Dim i, j, k, a, b, c As Integer Dim X(100) As Double Dim y(100) As Double Private Sub cmd_ambildata_click() Dim tempat As String j = 1 Open App.Path + "\simpan.txt" For Input As #1 For i = 1 To Input #1, a X(i) = a Input #1, b y(i) = b For j = 1 To Next j txt_suhu.text = X(i) txt_suhu.refresh txt_kelembaban.text = y(i) txt_kelembaban.refresh Animasi_kipas.Stop If X(i) > 17 Then 'Text2.Refresh Animasi_kipas.Play lbl_kipas1.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas2.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas3.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas4.backcolor = &H80FF80 'lbl_kipas5.backcolor = &H80FF80 lbl_kipas1.refresh lbl_kipas2.refresh lbl_kipas3.refresh lbl_kipas4.refresh 'lbl_kipas5.refresh Else 'lbl_relay1.caption = "Off" 'Text2.Refresh Animasi_kipas.Stop lbl_kipas1.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas2.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas3.backcolor = &HC0C0FF

47 lbl_kipas4.backcolor = &HC0C0FF 'lbl_kipas5.backcolor = &HC0C0FF lbl_kipas1.refresh lbl_kipas2.refresh lbl_kipas3.refresh lbl_kipas4.refresh 'lbl_kipas5.refresh End If If y(i) > 4 Then Animasi_Nozle.Play lbl_nozel1.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel2.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel3.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel4.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel5.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel6.backcolor = &H80FF80 lbl_nozel1.refresh lbl_nozel2.refresh lbl_nozel3.refresh lbl_nozel4.refresh lbl_nozel5.refresh lbl_nozel6.refresh Else Animasi_Nozle.Stop lbl_nozel1.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel2.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel3.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel4.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel5.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel6.backcolor = &HC0C0FF lbl_nozel1.refresh lbl_nozel2.refresh lbl_nozel3.refresh lbl_nozel4.refresh lbl_nozel5.refresh lbl_nozel6.refresh 'Next j 'Text1.Refresh 'Text2.Refresh 'Text3.Refresh End If Next i 100 Close #1 i = 0 'Cmd_Ambil.Enabled = False

48 'Cmd_Cek.Enabled = True End Sub Private Sub Command1_Click() Animasi_kipas.Play End Sub Private Sub Command2_Click() Animasi_kipas.Stop End Sub Private Sub Command3_Click() Animasi_Nozle.Play End Sub Private Sub Command4_Click() Animasi_Nozle.Stop End Sub Private Sub Form_Load() Animasi_kipas.Open ("KIPAS.avi") 'Animasi_kipas.Play Animasi_Nozle.Open ("nozle.avi") 'Animasi_Nozle.Play End Sub

49 Lampiran 2. Data yang dimasukkan dalam program ( Krissandi, 1999) 22.1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,80.5

50 18.9, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,81

51 18.7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,78

52 17.6, , , , , , ,76.7

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : SURI YUNI ARTO F14102041 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 Oleh ; BUNGA DEWI MASITA F14103064 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR VISUALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu

Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu Oleh: Mad Yamin RINGKASAN Pada umumnya budidaya jamur kuping dan tiram dilakukan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl (di atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 Oleh ; BUNGA DEWI MASITA F14103064 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR VISUALISASI

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan aplikasi Traffic Light Control System berbasis jaringan dan pengawasan traffic dengan kamera berdasarkan jam kantor sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran berat segar tubuh buah (dengan satuan gram) dan jumlah tubuh buah pada setiap

Lebih terperinci

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dan dapat dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia ISSN Indonesian Society of Agricultural Engineering

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia ISSN Indonesian Society of Agricultural Engineering ISSN 0216-3365 6 Terakreditasi "A" SK No. 395/DIKTI/Kep/2000 -.; Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Indonesian Society of Agricultural Engineering j d KETEKNIKAN PERTANIAN Technical Paper SIMULASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Oktober 2010. Perancangan alat dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Bengkel Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. Oriented Programming) atau secara procedural.

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. Oriented Programming) atau secara procedural. 38 BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM 4.1 Perancangan Program Aplikasi 4.1.1 Bentuk Program Suatu program dapat dibuat dengan dua cara yaitu secara OOP (Object Oriented Programming) atau secara

Lebih terperinci

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien dapat bekerja tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, agar USART bekerja dengan baik dan sempurna, maka error harus diperkecil sekaligus dihilangkan. Cara menghilangkan error tersebut digunakan frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. Setiap manusia tidak hanya didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN METODE PENELITIAN. Perangkat keras yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah : Laptop Dell Inspiron N4030 dengan spesifikasi

BAB III ANALISIS DAN METODE PENELITIAN. Perangkat keras yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah : Laptop Dell Inspiron N4030 dengan spesifikasi BAB III ANALISIS DAN METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilakukan di Jakarta dan dilakukan dari Mei 2011 hingga September 2011 3.2 ALAT DAN BAHAN 1. Perangkat Keras Yang Digunakan Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1. Analisa Kebutuhan Pada penelitian tugas akhir ini diperlukan komponen-komponen pendukung dalam membangun program aplikasi yang akan dibuat. Komponen-komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TAMPILAN LAYAR

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TAMPILAN LAYAR 141 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TAMPILAN LAYAR 4.1 Arsitektur Aplikasi Pengajaran Mata Kuliah Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Berbasiskan Multimedia Arsitektur aplikasi pengajaran mata kuliah Analisa

Lebih terperinci

DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI. Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F

DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI. Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN "':~, DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F01495111 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOG OR BOGOR Dan Dia memudahkan

Lebih terperinci

LAB SHEET PRAKTIK PEMROGRAMAN KOMPUTER

LAB SHEET PRAKTIK PEMROGRAMAN KOMPUTER No. LST/TE/EKA5221/03 Revisi: 00 Tgl: September 2015 Page 1 of 10 1. Kompetensi Dengan mengikuti perkuliahan praktek, diharapkan mahasiswa memiliki sikap tanggung jawab, mandiri dan dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman makanan yang tinggi dalam rasa dan nilai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Sebelum membangun sebuah program perangkat lunak, dilakukan suatu analisa dan perancangan sistem yang akan diterapkan pada perangkat lunak tersebut. Sehingga pada

Lebih terperinci

DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI. Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F

DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI. Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F DISTRIB.USI SUHU DAN KELEMBABAN "':~, DALAM RUANG TUMBUH JAMUR TERKENDALI Oleh: FAMICORNUS PRADNYA PARAMITA F01495111 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOG OR BOGOR Dan Dia memudahkan

Lebih terperinci

4.2. Sistem Penerima Data Stasiun Cuaca HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Teknologi Ponsel Struktur Menu

4.2. Sistem Penerima Data Stasiun Cuaca HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Teknologi Ponsel Struktur Menu Sistem penerima data stasiun cuaca, tediri atas tiga pemikiran utama, yaitu monitoring, data terkini, dan identitas stasiun. Pada monitoring berisikan informasi stasiun (no, nama, dan letak geografis stasiun).

Lebih terperinci

Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga

Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga ARTIKEL Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga Oleh: Mad Yamin RINGKASAN Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki nilai jual yang relatif tinggi. Hal ini karena kandungan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 91 4.1 Spesifikasi Perangkat Ajar 4.1.1 Perangkat Keras (Hardware) BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Agar perangkat ajar ini dapat diimplementasikan dengan baik, diperlukan konfigurasi perangkat keras sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. ostreatus), jamur tiram merah muda (P.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. ostreatus), jamur tiram merah muda (P. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur tiram dengan nama ilmiah Pleurotus SP, merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUHU PADA RUMAH TANAMAN JAMUR DENGAN SISTEM KENDAll FUZZY OLEH: KRISSANDI WIJAYA F

PENGENDALIAN SUHU PADA RUMAH TANAMAN JAMUR DENGAN SISTEM KENDAll FUZZY OLEH: KRISSANDI WIJAYA F PENGENDALIAN SUHU PADA RUMAH TANAMAN JAMUR DENGAN SISTEM KENDAll FUZZY OLEH: KRISSANDI WIJAYA F01495052 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Krissandi Wijaya. F01495052. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Jamur dapat tumbuh dengan mudah sehingga banyak dijumpai di alam bebas. Namun tidak semua jenis jamur yang dapat dikonsumsi masyarakat, masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem yang telah dianalisis dan dirancang akan digunakan sebagai alat bantu

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem yang telah dianalisis dan dirancang akan digunakan sebagai alat bantu BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Rencana Implementasi Sistem yang telah dianalisis dan dirancang akan digunakan sebagai alat bantu penyebaran informasi tentang bagaimana cara menggunakan website IDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 51 BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi merupakan tahap peletakan sistem sehingga sistem siap dioperasikan. Tahap ini meliputi implementasi datamining untuk mencari aturan aturan sebagai dasar inferensi,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembudidayaan jamur terdapat berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya. Jamur merupakan bahan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN PROSES PENCERNAAN MAKANAN PADA TUBUH MANUSIA BERBASIS MULTIMEDIA

MEDIA PEMBELAJARAN PROSES PENCERNAAN MAKANAN PADA TUBUH MANUSIA BERBASIS MULTIMEDIA MEDIA PEMBELAJARAN PROSES PENCERNAAN MAKANAN PADA TUBUH MANUSIA BERBASIS MULTIMEDIA R. Yadi Rakhman Alamsyah, S.T. 1 Harry Herdiansyah 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK LPKIA 3 Jln. Soekarno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan didalam perusahaan merupakan sesuatu yang esensial untuk menjalankan roda perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dalam pelaksanaannya, pencapaian tujuan tersebut

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

1.1 Mengenal Visual Basic (VB) 1.2 Mengenal Integrated Development Environment (IDE) VB 6

1.1 Mengenal Visual Basic (VB) 1.2 Mengenal Integrated Development Environment (IDE) VB 6 1.1 Mengenal Visual Basic (VB) Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintahperintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Lebih terperinci

Krisna D. Octovhiana. 1.1 Mengenal Data dan Variabel.

Krisna D. Octovhiana. 1.1 Mengenal Data dan Variabel. Cepat Mahir Visual Basic 6.0 mail4krisna@yahoo.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit),

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Ayub Subandi 1, *, Muhammad Widodo 1 1 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bakso merupakan salah satu olahan daging secara tradisional, yang sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki rasa yang khas, enak,

Lebih terperinci

MODUL 2 Variabel, Val, If tunggal dan If bersarang + case

MODUL 2 Variabel, Val, If tunggal dan If bersarang + case MODUL 2 Variabel, Val, If tunggal dan If bersarang + case 1. variabel suatu tempat dalam memori yang diberi nama (sebagai pengenal) dan dialokasikan untuk menampung data. Sintax : Dim_namavariabel_As_typedata

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Kios Informasi Setelah melakukan analisa dan perancangan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengimplementasian kios informasi ini dalam bentuk kebutuhan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Ke-2

Modul Praktikum Ke-2 Bahasa Pemrograman Dasar Fathurrohman 6 Modul Praktikum Ke-2 (Method, Objek Kontrol (OptionButton, CheckBox, Frame), Variabel, Tipe Data) Aktifkan VB 6 melalui tombol Start. Buka kembali project Latihan1.vbp:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Pengertian Lampu Lalu Lintas Menurut Penjelasan UU Lalu Lintas No. 14 tahun 1992 pasal 8 ayat 1 huruf c menyebutkan bahwa Pengertian alat pemberi isyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin

I. PENDAHULUAN. tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus sp.) merupakan jamur dari kelas Basidiomycetes yang memiliki tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN P R O S I D I N G 45 OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL Elisa ginsel Popang, Khusnul Khotimah dan Andi Lisnawati 1) 1) Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan : Menentukan kebutuhan data yang digunakan, seperti data makanan, data

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan : Menentukan kebutuhan data yang digunakan, seperti data makanan, data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan : Menentukan kebutuhan data yang digunakan, seperti data makanan, data aturan makan sesuai penyakit, data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Dalam proses produksi terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Dalam proses produksi terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Dalam proses produksi terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi hasil keluaran produksi. Ada 4 faktor yang saling berhubungan satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bagian ini penulis akan menganalisis kebutuhan-kebutuhan dalam membuat aplikasi ini, karena dengan melakukan analisis akan membuat lebih terarah dan jelas alur aplikasinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini. memang sangat pesat, salah satunya adalah dalam bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini. memang sangat pesat, salah satunya adalah dalam bidang teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini memang sangat pesat, salah satunya adalah dalam bidang teknologi pertanian. Teknologi pertanian pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Informasi Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, bilangan-bilangan, uraian karakter yang mempunyai

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN DASAR. Visual Basic 6

PEMROGRAMAN DASAR. Visual Basic 6 PEMROGRAMAN DASAR Visual Basic 6 TUJUAN Memahami solusi studi kasus menggunakan konsep berorientasi objek dalam visual basic (VB) Materi Konsep Objek Dalam Visual basic Objek in form and control Implementation

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang digunakan dalam pengembangan dan perangkat-perangkat yang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang digunakan dalam pengembangan dan perangkat-perangkat yang BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Dalam implementasi perangkat ajar ini akan dibahas mengenai perangkatperangkat yang digunakan dalam pengembangan dan perangkat-perangkat yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Pembahasan mengenai hasil mencakup spesifikasi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) serta tampilan output perangkat lunak. IV.1.1.

Lebih terperinci

STRUKTUR KENDALI PERULANGAN

STRUKTUR KENDALI PERULANGAN STRUKTUR KENDALI PERULANGAN Tujuan Instruksi Khusus : 1. Mengetahui dan memahami tentang perulangan (iterasi) 2. Mengerti perbedaan jenis struktur kendali perulangan Visual Basic 3. Dapat membuat program

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN 3.1. SPESIFIKASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN 3.1. SPESIFIKASI SISTEM BAB III PERANCANGAN 3.1. SPESIFIKASI SISTEM Pada perancangan, menspesifikasikan sistem yang akan dibuat menjadi dua kategori yaitu spesifikasi perangkat keras dan spesifikasi perangkat lunak, sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Kebutuhan Implementasi Tahap implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan perancangan sistem dan dapat dipandang sebagai suatu usaha dalam mewujudkan sistem yang

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu dari famili Agaricaceae yang pembudidayaannya relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi

Lebih terperinci