SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0"

Transkripsi

1 SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PETANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F Disetujui Bogor, Desember 2007 Dosen Pembimbing Akademik Ir. Mad Yamin, MT. NIP

3 VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F

4 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F Dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1986 di Jakarta, DKI Jakarta Tanggal Lulus : Februari 2008

5 Disetujui, Bogor, Februari 2008 Ir. Mad Yamin, MT Dosen Pembimbing Bobby Iman Setya Kusuma F Visualisasi Pengaturan Kelembaban Udara Pada Media Ruang Tumbuh Jamur Dengan Program Visual Basic 6.0. Di bawah bimbingan Ir. Mad Yamin, MT. RINGKASAN Hortikultura merupakan komoditas agribisnis yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan hal ini dikarenakan banyaknya permintaan terhadap komoditas tersebut seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia. Jamur kayu adalah salah satu produk hortikultura yang berpeluang untuk ditumbuhkembangkan mengingat meningkatnya tingkat konsumsi pada produk ini. Terdapat beberapa jenis jamur kayu yang dapat dibudidayakan, diantaranya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus), Jamur Abalone (Pleurotus Abalonus), Jamur Kuping (Auricularia Polytricha) dan Lingzhi (Gnoderma lucidum). Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehimgga tidak bisa melekukan fotosintesis untuk menghsilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur digolongkan sebagai tanaman heterofik yang kehidupannya tergantung pada organisme lain. Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada jamur adalah kelembaban. Kelembaban pada jamur sangat berpengaruh agar jamur dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga nantinya mampu menghasilkan jamur dengan kondisi yang memuaskan. Jamur pada saat ini banyak digemari oleh banyak orang dikarenakan rasanya menyamai kelezatan daging, kandungan lemak jamur lebih rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain itu kandungan protein pada jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Misalnya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) mengandung karbohidrat 56,7%, protein 30,4%, lemak 2,2% serta sisanya serat dan abu. Selain itu mengandung pul vitamin-vitamin meliputi Thiamin, Ribovalin dan Niasin serta mineral kalsium, fosfor dan kalium (Yuniasmara dkk,1997).

6 Petani pada umumnya membudidayakan jamur dalam rumah tumbuh yang dirancang sederhana dengan tujuan menciptakan suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan jamur yang nantinya berpengaruh pada stabilitas kelembaban yang dicapai. Faktor cuaca tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan awal tanam. Pada budidaya jamur biasanya permulaan tanam dimulai pada musim penghujan atau pada menjelang musim kemarau. Berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Jamur Tiram, maka tahap tumbuh buah sampai panen dari jamur ini dilakukan pada ruangan khusus yang dikontrol suhu dan kelembabannya. Fakor kelembaban sangat diperhatikan karena dengan kelembaban yang sesuai dan konstan maka jamur akan tumbuh secara optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah visualisasi pengendalian kelembaban yang ada pada ruang tumbuh jamur terkendali dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur. Pembuatan desain program untuk simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini dimulai dengan pembuatan algoritma dan juga diagram alir. Algoritma dari program ini adalah bahwa ketika suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya lebih besar dari 17 C. Maka program akan menjalankan animasi kipas yang sedang berjalan. Untuk kelembaban udara ketika nilainya kurang dari 80%, maka animasi nozel akan menyemprotkan air dan jika kelembaban udara lebih dari 80% maka animasi dehumidifier akan menyerap air.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyeleseikan proposal penelitian ini. Skripsi ini berjudul Visualisasi Pengaturan Kelembaban Udara Pada Media Ruang Tumbuh Jamur Dengan Program Visual Basic 6.0, Dibuat berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian. Tulisan ini dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dorongan dan doa. 2. Ir. Mad Yamin, MT yang selalu sabar dan memberikan dukungan selama ini. 3. Teman-teman seperjuangan di TEP 40 Dodo, Rendra, sto, Tedjo, Gawa, Anas, Yandra, Raning, Ojan, Irwan, Ale, Sita, Siska, Tika, Gigi dan 113 teman Seangkatan lainnya yang selama ini selalu memberikan dorongan dan doa. 4. Teman-teman di TEP 38, TEP 39 dan TEP 41 atas waktunya yang sempat dilewati bersama-sama. 5. Kedua adikku (Nonny dan Dafa) atas dukungan dan semangatnya. 6. Febri Sastiviani Putri Cantika yang selalu ada untuk memberikan semangat dan dorongan untuk menyeleseikan skripsi ini. 7. Trisha Amanda Ardichas teman penulis dalam dunia maya yang masih menganggap penulis adalah orang asing. 8. Salman Widodo atas segala saran yang bisa menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. 9. Raincity Hardcore Crew atas semangat kalian yang memacu penulis karena melihat kalian terus dan terus berjuang demi kelangsungan hidup dan masa depan kalian.

8 10. Para member dari band-bandku Chocore (Thio, Dwie, Gawa, Berdy dan Emi), TakexOnexStep (Jonney, Ijey, Dina dan Moko), Revolt (Titan, Aip, Yermi dan Eric) dan Threshold (Ican, Fahmi, Letda Infantri Abay dan Firdy master) sebagai tempat melepas penat. 11. Orang-orang yang sering bernaung di Randomic (Dion, Hadi, Ikra, Cepi dan Billy) dan Relish (Ferly, Acun, Irawan dan teman-teman lainnya), Sudut Imagi dan Damned Potatoes RIP. 12. Teman-teman lamaku di SMUN 5 (Evita, Nisa, Dini, Ike, Anya, Uci, Diba, Bunga dll) 13. Ibu Ros dan Pak Nandang staff UPT TEP atas kerjasamanya selama ini. 14. Teman-temanku semasa kecil, Evan, Obith, Ramadan, Oni, Andi, Bimo, Dana, Mas Septi, Budi, Ari Reagan, Dani, Lia dll semangat ini akan terus ada demi janji kita bersama dulu. Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, Februari 2008 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. JAMUR (MUSHROOM)... 3 B. JAMUR TIRAM C. RUANG TUMBUH JAMUR... 6 D. LOGIKA DAN KONTROL E. DESAIN PERANGKAT LUNAK F. MICROSOFT VISUAL BASIC (versi 6.0) G. SIMULASI DAN MODEL III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODA DAN PEMBUATAN APLIKASI IV. PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Himpunan Crisp... 9 Gambar 2. Himpunan Fuzzy... 9 Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy Inferensi Gambar 4. Osilasi Kontrol Dua Langkah Gambar 5. Diagram Alir Progam Visualisasi Pengaturan Kelembaban Gambar 6. Tampilan awal program visualisasi Gambar 7. Tampilan program saat kipas dan dehumidifier on..31 Gambar 8. Tampilan saat kipas dan sprayer on. 32 Gambar 9. Tampilan saat dehumidifier menyala... 32

11 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur... 5 Tabel 2. Perbandingan kandungan gizi jamur dan bahan makanan lain... 5

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Listing program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali Lampiran 2. Data yang dimasukkan dalam program (Krissandi,1999)... 47

13 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hortikultura merupakan komoditas agribisnis yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan hal ini disebabkan banyaknya permintaan terhadap komoditas tersebut seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia. Jamur kayu adalah salah satu produk hortikultura yang berpeluang untuk ditumbuhkembangkan mengingat meningkatnya tingkat konsumsi pada produk ini. Terdapat beberapa jenis jamur kayu yang dapat dibudidayakan, diantaranya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus), Jamur Abalone (Pleurotus Abalonus), Jamur Kuping (Auricularia Polytricha) dan Lingzhi (Gnoderma lucidum). Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehimgga tidak bisa melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur digolongkan sebagai tanaman heterofik yang kehidupannya tergantung pada organisme lain. Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada jamur adalah kelembaban. Kelembaban pada jamur sangat berpengaruh agar jamur dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga nantinya mampu menghasilkan jamur dengan kondisi yang memuaskan. Jamur pada saat ini banyak digemari oleh banyak orang dikarenakan rasanya menyamai kelezatan daging, kandungan lemak jamur lebih rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain itu kandungan protein pada jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Misalnya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) mengandung karbohidrat 56,7%, protein 30,4%, lemak 2,2% serta sisanya serat dan abu. Selain itu mengandung pul

14 vitamin-vitamin meliputi Thiamin, Ribovalin dan Niasin serta mineral kalsium, fosfor dan kalium (Yuniasmara dkk,1997). Petani pada umumnya membudidayakan jamur dalam rumah tumbuh yang dirancang sederhana dengan tujuan menciptakan suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan jamur yang nantinya berpengaruh pada stabilitas kelembaban yang dicapai. Faktor cuaca tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan awal tanam. Pada budidaya jamur biasanya permulaan tanam dimulai pada musim penghujan atau pada menjelang musim kemarau. Berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Jamur Tiram, maka tahap tumbuh buah sampai panen dari jamur ini dilakukan pada ruangan khusus yang dikontrol suhu dan kelembabannya. Fakor kelembaban sangat diperhatikan karena dengan kelembaban yang sesuai dan konstan maka jamur akan tumbuh secara optimal. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah visualisasi pengendalian kelembaban yang ada pada ruang tumbuh jamur terkendali dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur.

15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. JAMUR (MUSHROOM) Jamur (mushroom) adalah buah dari tanaman jamur (miselium) dan mengandung biji yang disebut spora. Tubuh dari tanaman jamur ini disebut sebagai miselium dengan bagian individualnya bersifat mikroskopik. Miselium menyimpan nutrient dan komponen esensial lainnya. Apabila kondisi telah cukup memungkinkan miselium ini akan menghasilkan tubuh buah yang disebut jamur (mushroom). Jamur merupakan organ dari fungi yang berdaging dan menyimpan spora. Bagian tubuh berdaging inilah yang menyebabkan manusia tertarik untuk menjadikannya sebagai bahan makanan, akan tetapi secara biologi jamur adalah fungus yang memproduksi spora (Chang dan Miles, 1989) Jamur termasuk dalam golongan Thalopytha dan tidak berklorofil. Pada awalnya Thalopytha dianggap sebagai tumbuhan yang akar, daun dan batangnya tidak dapat dibedakan secara nyata. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan dengan ditemukannya mikroskop elektron diketahui bahwa jamur bukan termasuk ke dalam dunia tumbuhan (Duddington, 1972). Jamur merupakan tanaman yang mempunyai sel berspora tapi tidak berklorofil, yang hidup diantara jasad hidup (biotik) dan atau mati (abiotik). Sifat kehidupan jamur ini ada yang bersifat heterotrop artinya kehidupan jamur ini bergantung organisme lain. Juga ada yang bersifat sapropit, artinya hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi (sampah), ada juga yang sifatnya mutualisme artinya kehidupan antar organisme yang saling menguntungkan. Ada juga yang bersifat parasit, artinya jamur yang merugikan (Pasaribu, 2001). Secara umum jamur dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : mushroom yang dapat dikonsumsi manusia sebagai bahan pangan, diaplikasikan sebagai obat (medicinal mushroom), jamur beracun (poisonous mushroom) dan jenis-jenis lain yang belum bisa diidentifikasi secara luas (Chang et.,1993).

16 B. JAMUR TIRAM Jamur Tiram termasuk kedalam kelas basidiomycetes dengan klasifikasi sebagai berikut : Kelas : Basidiomycetes Subkelas : Phragmobasidiomycetes Ordo : Agaricales Familia : Agaricaeae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus sp Disebut jamur Tiramatau (oystermushroom) karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat berada ditengah, tetapi agak ke pinggir. Permukaan tudung Jamur Tiram licin, agak berminyak jika lembab dan tepiannya begelombang. Diameternya mencapai 3 15 cm. Jamur Tiram adalah salah satu jamur yang sangat enak dimakan serta mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur yang lain. (Yuniasmara.dkk, 1997). Warna jamur yang sering disebut dengan oyster mushroom ini bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat dan merah. Di Indonesia, jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Tubuh buah Jamur Tiram mengandung protein 27%, lemak 2%, karbohidrat 58%, serat 12% dan abu 9% per berat kering. Kandungan kadar air jamur tiram 90.8%, kandungan vitaminnya meliputi thiamine, riboflavin dan niasin. Adapun mineral yang terkandung antara lain : kalsium, fosfor, natrium dan kalium (Yuniasmara dkk.,1997). Sedangkan jenis-jenis jamur tiram yang dibudidayakan antara lain sebagai berikut : 1. Jamur tiam putih, dikenal dengan nama shimeji white (varietas florida). 2. Jamur tiram abu-abu, dikenal dengan nama shimeji grey (varietas sajorcaju). 3. Jamur tiram cokelat, dikenal dengan nama jamur abalon (varietas cystidious).

17 4. Jamur tiram merah, dikenal dengan nama jamur shakira (varietas flabellatus) Tabel 1. Kandungan Gizi beberapa jenis jamur (Yuniasmara dkk.,1997) Komposisi Lentinus edodes (Jamur Shittake) Pleorotus Florida (Jamur Tiram Putih) Pleurotuscycstidious (Jamur Tiram Cokelat) Protein 18% 27% 27% Lemak 8% 2% 2% Karbohidrat 71% 58% 51% Serat 8% 12% 13% Abu 7% 9% 7% Kalori 392 Kkal 265 Kkal 300Kkal Sumber : Yuniasmara dkk, 1997 Menurut H. Parjimo dan Drs. Agus Andoko (2007), kandungan protein jamur jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Tabel 2. Perbandingan kandungan gizi jamur dan bahan makanan lain Bahan Makanan Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Jamur Merang Jamur Tiram Jamur Kuping Daging Sapi Bayam Kentang Kubis Seledri Buncis Sumber : H. Parjimo dan Drs. Agus Andoko, 2007

18 Menurut Yuniasmara dkk (1997), budidaya Jamur Tiram adalah mengusahakan kondisi sehingga Jamur Tiram tersebut dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan adaptasi substrat dan lingkungan tempat tumbuh sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Faktor yang berpengaruh adalah faktor media tumbuh dan lingkungan. C. RUANG TUMBUH JAMUR 1. Syarat Tumbuh Jamur Petani pada umumnya membudidayakan jamur dalam rumah tanaman dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Lokasi lahan sebaiknya memiliki ketinggian 700 m dpl, seperti Lembang, Cisarua, Cipanas serta tempat-tempat lain yang sesuai (suriawiria, 1999). 2. Budidaya Jamur Tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji

19 sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur ( Calsium carbonat ) sebagai sumber mineral dan pengatur ph meter. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme.tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila ph terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman ph media perlu diatur antara ph 6-7 dengan menggunakan kapur (Dinas Pertanian Jawa Timur, 2003) 3. Lingkungan a. Suhu Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara C dengan kelembaban % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara C, kisaran suhu untuk pertumbuhan miselium jamu tiram 7-37 C dengan suhu optimum C (Dinas Pertanian Jawa Timur, 2003).

20 b. Cahaya Pengaruh cahaya mempunyai daya perusak sel-sel jamur, terutama cahaya yang bergelombang pendek (ultraviolet, infra merah, sinar gamma dll). Tetapi sinar cahaya yang bergelombang panjang seperti sinar matahari dapat mempunyai daya fotodinamik dan biofisik terhadap sel-sel jamur. Cahaya dapat berpengaruh dalam reproduksi dalam bentuk perangsangan, penghambatan atau arah pembentukan struktur repoduksi (Pasaribu, 2001). Pencahayaan yang terlalu kuat dapat mengakibatkan perubahan tubuh buah Jamur Tiram, tinggi stipa jamur menjadi pendek dan tudung jamur menjadi terbuka lebih awal dan mengakibatkan petumbuhan stipa berhenti. c. Kelembaban Secara umum jamur memiliki kelembaban relative udara yang cukup tinggi untuk tubuh buah. Kelembaban relatif adalah 80-85% (Young dan Leong; dalam Daryani, 1999). Kebanyakan Jamur tumbuh pada tingkat kelembaban yang tinggi, pada jamur Basidiomycetes, kelembaban relatif untuk pertumbuhan maksimum adalah sebesar % (Miles,1993). d. Oksigen dan Karbondioksida Umumnya Jamur bersifat aerobik artinya membutuhkan oksigen walaupun dalam jumlah yang sedikit. D. LOGIKA FUZZY DAN KONTROL 1. Kontrol Fuzzy Penilaian kualitatif yang dilakukan manusia mengakibatkan adanya batas yang sama antara suatu kriteria dengan kriteria lainnya. Misalnya, penilian tinggi badan manusia, bagi sebagian orang akan menganggap tinggi 160 cm sudah termasuk dalam kategori sedang, tetapi semua orang akan menganggap bahwa tinggi badan 180 cm termasuk tinggi. Batas samar tersebut merupakan batas dari teori fuzzy yang dicetuskan oleh L.A Zadeeh pada tahun 1996.

21 Himpunan fuzzy merupakan fungsi keanggotaan µ yang memetakan anggotaanggota himpunan tersebut dalam selang [0,1]. Jika x merupakan anggota himpunan fuzzy tersebut maka µ(x) merupakan derajat dari x. x memiliki kecocokan total apabila µ(x) bernilai 1 sedangkan x tidak cocok sama sekali apabila µ(x) bernilai 0. Himpunan crips merupakan suatu sistem yang menunjukkan kriteria suatu objek dalam dua nilai, anggota dan bukan anggota. Perbedaan antara himpunan crips dan himpunan fuzzy dapat dilihat pada gambar 1 gambar 2, dengan himpunan semesta umur. Terlihat bahwa himpunan crips tidak bisa mendeskripsikan kategori dewasa dalam himpunannya, sedangkan himpunan fuzzy memiliki derajat keanggotaan untuk mendeskripsikan kategori dewasa dalam himpunannya Gambar 1. Himpunan Crisp Tahun Gambar 2. Himpunan Fuzzy

22 Dalam sistem logika fuzzy berlaku operasi hubungan irisan, gabungan, komplemen dan himpunan bagian. Logika fuzzy banyak digunakan dalam bidang pengontrolan, tahapan pembuatan kontrol fuzzy dapat dilihat pada gambar 3. Fuzzifikasi Matrik Keputusan Defuzzifikasi Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy a. Fuzzyfikasi Pada tahap ini, ditentukan nilai kualitatif dan derjat keanggotaan dari setiap variabel numerik. Proses fuzzifikasi dilakukan terhadap error dan beda error. Error adalah penyimpangan nilai aktual dari nilai set point, sedangkan beda error adalah selisih error pada t dengan error t-1. b. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan matrik keputusan. Matrik keputusan ditentukan dengan menggunakan logika kriteria error dan beda error. c. Defuzzifikasi, konversi besaran kualitatif menjadi besaran kuantitatif. Metode defuzzifikasi dilakukan dengan menggunakan metode titik berat, yaitu dengan memberi bobot terhadap titik berat output dengan derajat keanggotaan.

23 2. Kontrol ON-OFF Kontrol ON-OFF adalah metode pengontrolan yang paling mudah dan paling sederhana oleh karena itu penggunaannya luas. Metode ini sering dipakai jika diinginkan hasil keluaran yang tidak terlalu presisi. Suhu Waktu ON OFF Waktu Gambar 4. Osilasi Kontrol Dua Langkah (ON-OFF) E. DESAIN PERANGKAT LUNAK (PROGRAM) Dalam sistem informasi, peralatan yang digunakan dibagi dalam tiga kategori : peralatan analisis, desain dan pengembangan. Peralatan analisis berguna untuk meningkatkan dokumentasi dari sistem yang ada dan penetapan kebutuhan dari sistem yang baru atau termodifikasi. Peralatan desain berguna untuk membantu menerjemahkan desain ke dalam penerapan fungsional (Senn, 1990).

24 Desain perangkat lunak yang efektif dapat diperoleh dari penggunaan pendekatan desain dekomposisi yang konsisten. Menurut Sommerville (1989), terdapat dua tipe dekomposisi, yaitu : desain berarah fungsi dan desain berarah objek. Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pendekatan tingkat tinggi dan secara progresif diuraikan kedalam desain yang lebih detail. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan teknik fungsi dekomposisi dimana struktur data digunakan untuk mengontrol struktur fungsi yang digunakan untuk mengolah data. Desain berarah objek lebih merupakan kelompok objek dibandingkan kelompok fungsi, dimana pesan dilewatkan dari satu objek ke objek lain. Setiap objek mempunyai sistem operasi sendiri. Menurut Sommerville (1989), pendekatan desain berarah objek memiliki banyak kelebihan dan merupakan ilmu yang baru tetapi tidak selalu digunakan. Pada beberapa tingkat abstraksi, pendekatan desain berarah fungsi lebih mudah ditetapkan pada pengembangan sistem dengan pendekatan desain berarah objek. Jika sistem mengandung informasi yang sederhana maka lebih baik digunakan pendekatan berarah fungsi daripada pendekatan berarah objek. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan pendekatan perancangan perangkat lunak dimana hasil perancangannya tedekomposisi kedalam satu set unit interaksi dimana masing-masing unit tersebut memiliki fungsi yang jelas terdefinisi, komponen perancangan atau desain pada pendekatan desain berarah fungsi berdasarkan pada fungsi sedangkan pada desain berarah pada objek berdasarkan pada entitas abstrak. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan pelengkap dan bukan pendekatan yang bertentangan dengan desain berarah objek (Sommerville, 1989). Diagram alir data merupakan gambaran aliran data dari suatu unit pengolahan ke unit pengolahan lainnya. Diagram ini menunjukkan bagaimana data input ditransfer menjadi output. Kelebihan pembuatan diagram ini adalah mudah dimengerti dan intuitif serta menampilkan transformasi tanpa membuat

25 asumsi tentang bagaimana transformasi tersebut diimplikasikan (Sommerville,1989). F. MICROSOFT VISUAL BASIC (versi 6.0) Basic adalah salah satu bahasa pemrograman yang sudah dikenal oleh pemakai komputer dan umum digunakan dalam pembuatan program aplikasi. Bahasa basic mudah dipelajari dan digunakan, salah satu software yang menggunakan bahasa ini adalah Microsoft Visual Basic. Microsoft Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman berbasis windows yang popular saat ini. Microsoft Visual Basic memiliki fasilitas Object Oriented Programing (OOP) yang menyediakan objek-objek yang sangat kuat, powerfull dan mudah digunakan dalam mendesain suatu aplikasi program (Yung, 2002). Aplikasi (project) pada Microsoft Visual Basic 6.0 bagian-bagian : a. Form : Form adalah sebuah bidang dimana anda akan mendesain pogram dengan meletakkan objek-objek yang merupakan rangkaian dari perintah-perintah yang akan dikerjakan oleh aplikasi tersebut. b. Control : Control adalah bagian yang mempunyai bentuk gambar grafis yang akan diletakkan diatas bidang kerja yang disebut form, yang dapat berinteraksi dengan pemakai, seperti Textbox, Labelbox, Commandbutton.

26 c. Properties : Properties merupakan variable atau predikat yang melekat pada setiap objek (Form dan Control). Contoh properties itu antara lain nama, caption, ukuran, warna, posisi dan isi. d. Methods : Methods merupakan prosedur yang sudah dibuat pada setiap objek yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sesuai tujuan method tersebut. e. Event procedure Event Procedure adalah kode yang berhubungan dengan setiap objek yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan nama event yang akan dikerjakan. f. General procedure General procedure merupakan kode-kode yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang ada. Procedure akan dijalankan apabila dipanggil namanya dalam sebuah pernyataan pada basis program. g. Module Module merupakan kumpulan dari beberapa General procedure, deklarasi variabel dan definisi konstanta yang digunakan dalam sebuah aplikasi. Kemampuan Microsoft Visual Basic dalam menangani database juga tidak perlu diragukan lagi, selain mudah digunakan Microsoft Visual Basic juga sudah menyediakan provider yang menghubungkan program yang kita buat ke database secara langsung tanpa memerlukan software database server lainnya. Selain itu juga pengguna diberikan pilihan koneksi database yaitu berupa Data Access Object (DAO), ActiveX Data Objek (ADO) dan Data Environtment (DE).

27 G. SIMULASI DAN MODEL Dalam arti luas, simulasi berarti duplikasi dari suatu sistem atau aktifitas tanpa pencapaian yang sebenarnya dari hakekat kenyataan itu sendiri (Morgenthaler, 1961 dalam Dent and Anderson, 1971). Simulasi merupakan teknik penyusunan model dari suatu sistem dan kemudian dilakukan percobaan pada model tersebut, jadi pada hakekatnya simulasi merupakan suatu operasi yang terdiri atas dua fase yaitu pembuatan model dan percobaan (modelling and experimentation).

28 III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian adalah bulan Desember 2007 sampai dengan Januari B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Seperangkat komputer dengan spesifikasi : Intel Centrino Duo 1.6 GHz DDR MB VGA Card GeForce FX MB DirectX 9.0 Lite on Combo DVD b. Sistem Operasi Microsoft Windows XP Profesional SP2 sebagai progam dasar pengatur kerja dalam komputer. c. Macromedia Flash MX Profesional 2004 Vesi 7.0 sebagai program pembuat animasi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi. d. Microsoft Visual Basic Versi 6.0 sebagai program dasar dalam pembuatan aplikasi. e. Adobe Photoshop CS sebagai program untuk pembuatan animasi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi. 2. Bahan yang digunakan : Bahan yang digunakan dalam pembuatan simulasi ini adalah data suhu dan kelembaban udara bagi ruang tumbuh jamur yang telah diukur pada penelitian sebelumnya. Selain itu juga buku-buku tentang tanaman jamur dan buku-buku tentang software yang digunakan.

29 C. METODA PEMBUATAN APLIKASI 1. Pembuatan algoritma sistem simulasi Algoritma dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan flowchart dan program. Algoritma yang dibuat berupa logika-logika yang akan dipakai dalam pembuatan program tersebut. Algoritma tersebut meliputi : a) Penentuan parameter pengendalian b) Penentuan logika pengendalian c) Penentuan aksi dari pengendalian Adapun algoritma program yang akan dibuat adalah sebagai berikut : a) Variabel yang dikendalikan : Suhu = 17ºC Kelembaban = 80% b) Aksi yang dijalankan : Jika suhu (T) > 17ºC AC (kipas) jalan (ON) Jika suhu (T) 17ºC AC (kipas) mati (OFF) Jika kelembaban < 80% Sprayer ON dan dehumidifier OFF Jika kelembaban = 80% Sprayer OFF dan dehumidifier OFF Jika kelembaban > 80% Sprayer OFF dan dehumidifier ON c) Pengontrolan yang digunakan : Kontrol ON-OFF d) Kombinasi pengendalian T > 17 dan RH < 80% AC ON, sprayer ON dan dehumidifier OFF T > 17 dan RH = 80% AC ON, sprayer OFF dan dehumidifier OFF T > 17 dan RH > 80% AC ON, sprayer OFF dan dehumidifier ON T 17 dan RH < 80% AC OFF, sprayer ON dan dehumidifier OFF T 17 dan RH = 80% AC OFF, sprayer OFF dan dehumidifier OFF T 17 dan RH > 80% AC OFF, sprayer OFF dan dehumidifier ON

30 2. Pembuatan Flowchart (diagram alir) Pendekataan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan desain yang berarah fungsi. Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pembuatan diagram alir data yang menggambarkan pengolahan data secara logika, dilanjutkan dengan pembuatan bagan terstruktur yang menampilkan perangkat lunak. Diagram alir data merupakan gambar aliran data dari suatu unit pengolahan ke unit pengolahan lainnya. Diagram ini menunjukkan bagaimana data input ditransfer menjadi data output. Kelebihan pembuatan diagram ini adalah mudah dimengerti dan intuitif serta menampilkan transformasi tanpa membuat asumsi tentang bagaimana transformasi tersebut diimplikasikan. Bagan terstruktur menggambarkan pemrograman sistem bagian dari hirarki dan menampilkan grafiknya sebagai sebuah pohon. Diagram ini menunjukkan bagaimana elemen-elemen dalam diagram alir data dihasilkan sebagai unit hirarki. Diagram alir yang dibuat untuk membuat program ini adalah sebagai berikut :

31 Gambar 3. Diagram alir program visualisasi suhu dan kelembaban

32 3. Pembuatan program untuk simulasi Diagram alir yang telah dibuat akan mempermudah dalam menerjemahkan menjadi bahasa pemrograman, yang dalam hal ini menggunakan bahasa Visual Basic. Program dibuat berdasarkan aliran data dari diagram alir dan juga algoritma yang ada. 4. Pengujian program Pengujian terhadap program dilakukan dengan memasukkan berbagai macam tipe kombinasi dari data. Dalam hal ini digunakan data-data dari penelitian sebelumnya. Pengujian juga dilakukan pada berbagai model komputer apakah program ini dapat berjalan baik atau tidak.

33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM Pembuatan desain program untuk simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini dimulai dengan pembuatan algoritma dan juga diagram alir. Algoritma dari program ini adalah bahwa ketika suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya lebih besar dari 17 C. Maka program akan menjalankan animasi kipas yang sedang berjalan. Untuk kelembaban udara ketika nilainya kurang dari 80%, maka animasi nozel akan menyemprotkan air. Tujuan dari pembuatan algoritma ini adalah untuk memudahkan dalam pembuatan diagram alir program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini. Diagram alir ini dibuat mengacu pada pembuatan algoritma diatas. Diagram alir ini berfungsi untuk mempermudah programmer dalam pembuatan program dengan Visual Basic 6.0. Diagram alir ini dimulai dengan memasukan input dari program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali. Variabel input yang dimasukkan adalah temperatur (T) dan kelembaban udara (RH). Alasan pemasukan variable temperature (T) dan kelembaban udara (RH) sebagai faktor input program dikarenakan factor temperature (T) dan kelembaban udara (RH) merupakan faktor utama yang perlu dikendalikan dalam budidaya jamur terutama di dataran rendah. Perintah input program dalam diagram alir ini dilambangkan dengan bentuk jajaran genjang. Data temperature (T) dan kelembaban udara (RH) yang dimasukkan diambil dari penelitian Krissandi Wijaya pada tahun 1999 dengan judul Pengendalian Suhu Ruang Pada Tanaman Jamur dengan Sistem Kendali Fuzzy (lampiran 2). Setelah pemasukkan input dilakukan kemudian proses pembacaan dilakukan oleh program. Temperature (T) dan kelembaban udara (RH) dimasukkan dalam input sebagai satu kesatuan data. Proses pembacaan dilakukan secara berurutan antara nilai temperature (T) dan kelembaban udara (RH), nilai temperature dibaca terlebih dahulu sebelum dilakukan pembacaan terhadap nilai kelembaban udara. Input program

34 dilakukan dengan memasukkan nilai data yang kemudian disimpan dalam data base yang tersimpan pula dalam file text. Proses pengolahan data dilakukan dengan kendali if. Kendali if dapat mengendalikan dua variable yaitu temperature (T) dan kelembaban udara (RH) secara bersamaan. Kendali if dipilih karena sederhana dan mudah dimengerti oleh programmer dalam mengendalikan dua variable temperature (T) dan kelembaban udara (RH). Logika yang dipakai dalam pengendalian if ini adalah sebagai berikut : 1. Jika temperature (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) < 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), animasi sprayer (sprayer ON) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF). 2. Jika temperature (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) = 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF). 3. Jika temperature (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) > 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier ON). 4. Jika temperature (T) 17 dan kelembaban udara (RH) < 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC OFF), animasi sprayer (sprayer ON) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF). 5. Jika temperature (T) 17 dan kelembaban udara (RH) = 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC OFF), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF). 6. Jika temperature (T) 17 dan kelembaban udara (RH) > 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC OFF), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier ON). Jika dalam pembacaan data memenuhi statement pertama maka program akan menjalankan aksi yang pertama, jika tidak memenuhi statement yang pertama maka program akan menuju pada statement yang kedua. Jika statement yang kedua dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang kedua, jika tidak memenuhi statement yang kedua maka program akan menuju pada statement yang ketiga. Jika statement yang ketiga dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang ketiga,

35 jika tidak memenuhi statement yang ketiga maka program akan menuju pada statement yang keempat. Jika statement yang keempat dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang keempat, jika tidak memenuhi statement yang keempat maka program akan menuju pada statement yang kelima. Jika statement yang kelima dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang kelima, jika tidak memenuhi statement yang kelima maka program akan menuju pada statement yang keenam. Jika statement yang keenam dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang keenam. Dalam diagram alir ini kendali if dilambangkan dengan gambar belah ketupat. Setelah dilakukan pengendalia if maka program akan menjalankan aksi sesuai dengan perintah dari kendali if. Aksi yang dilakukan oleh program ini adalah : 1. Menjalankan animasi kipas, animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier. 2. Menjalankan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier. 3. Menjalankan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan menyalakan animasi dehumidifier. 4. Mematikan animasi kipas, menjalankan animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier. 5. Mematikan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier. 6. Mematikan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan menyalakan animasi dehumidifier. Perintah aksi ini dalam diagram alir dilambangkan dengan persegi panjang. Setelah aksi dijalankan oleh program sesuai dengan pengendalian if maka program akan membaca data berikutnya. Pembacaan data kembali dari variable input ini dilakukan dengan perintah looping. Perintah looping akan membaca data terusmenerus setelah aksi yang dijalankan program. Perintah looping didalam diagram alir digambarkan dengan bentuk garis dengan anak panah yang menunjuk pada perintah input (dalam diagram alir berbentuk jajaran genjang).

36 B. PEMBUATAN ANIMASI PROGRAM Animasi program berfungsi untuk menampilkan kondisi ruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Animasi yang diperlukan dalam program ini sesuai dengan variable yang dikontrol yaitu dua macam. Pertama adalah animasi untuk mensimulasikan keadaan suhu ruang tumbuh jamur terkendali. Animasi yang dibuat yaitu berbentuk kipas yang berputar dan kipas yang diam. Jika kipas berputar menandakan suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya diatas 17 C dan jika diam maka menandakan suhu dibawah 17 C. Animasi kipas dibuat menggunakan dua software yaitu Adobe Photoshop dan Macromedia Flash. Langkah pertama dalam pembuatan animasi ini adalah dengan membuat gambar dasarnya menggunakan Software Adobe Photoshop. Gambar dasar ini berupa gambar kipas dengan empat buah sudut atau baling-baling (Gambar 6). Gambar dasar ini disimpan dalam file gambar yang berekstensi JPEG. Selanjutnya gambar dasar ini diolah menjadi bentuk animasi dengan menggunakan Software Macromedia Flash. Prinsip kerja dari software macromedia flash ini adalah seperti roll film. Gambar dasar dirubah letak sudut-sudutnya denga cara dirotasi kemudian diletakkan ke dalam media kerja dari Macromedia Flash. Animasi yang kedua yaitu animasi gambar sprayer. Animasi ini berfungsi untuk menunjukkan keadaan kelembaban udara diruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Jika animasi air menyemprotkan butiran air berarti kondisi ruang tumbuh tersebut kurang lembab atau kelembabanya kurang dari 80 %. Animasi yang ketiga adalah animasi gambar dehumidifier. Animasi ini berfungsi untuk menunjukkan keadaan kelembaban udara diruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Jika animasi air mengabsorpsi atau menyedot butiran air berarti kondisi ruang tumbuh tersebut terlalu lembab atau kelembabanya lebih dari 80 %. Sama seperti dengan animasi kipas, animasi sprayer dan dehumidifier dibuat dengan menggunakan software Adobe Photoshop dan Macromedia Flash. Pembuatan tampilan juga menggunakan Software Adobe Photoshop. Gambar tampilan dibuat seperti bagan system kendali ruang tumbuh jamur terkendali agar terlihat menarik. Gambar tampilan berupa sensor suhu, nozzle, interface, air

37 conditioner, dehumidifier dan RH sensor (gambar 7). Gambar tampilan juga dibuat agar aliran proses kerja alat yaitu sprayer, kipas dan dehumidifier dapat terlihat. C. PEMBUATAN PROGRAM Program dibuat dengan menggunakan Software Visual Basic 6.0. Visual Basic 6.0 dipilih karena salah satu bahasa pemrograman berbasis windows yang popular saat ini. Microsoft Visual Basic memiliki fasilitas Object Oriented Programing (OOP) yang menyediakan objek-objek yang sangat kuat, powerfull dan mudah digunakan dalam mendesain suatu aplikasi program. Pembuatan program ini dimulai dengan membuat perintah untuk membaca data temperature (T) dan kelembaban udara (RH) yang disimpan dalam bentuk text berekstensi txt. Listing program yang dibuat adalah sebagai berikut : Private Sub Timer2_Timer() If Label1.Caption = 1 Then Label5.Caption = "16.4": Label6.Caption = "81.0" ElseIf Label1.Caption = 10 Then Label5.Caption = "16.5": Label6.Caption = "80.5" ElseIf Label1.Caption = 20 Then Label5.Caption = "16.6": Label6.Caption = "81.1" ElseIf Label1.Caption = 30 Then Label5.Caption = "16.7": Label6.Caption = "81.8" ElseIf Label1.Caption = 40 Then Label5.Caption = "16.8": Label6.Caption = "82.2" ElseIf Label1.Caption = 50 Then Label5.Caption = "17.5": Label6.Caption = "78.0" ElseIf Label1.Caption = 60 Then Label5.Caption = "17.6": Label6.Caption = "77.4" ElseIf Label1.Caption = 70 Then Label5.Caption = "18.0": Label6.Caption = "72.6"

38 ElseIf Label1.Caption = 80 Then Label5.Caption = "17.9": Label6.Caption = "74.8" ElseIf Label1.Caption = 90 Then Label5.Caption = "17.8": Label6.Caption = "75.3" ElseIf Label1.Caption = 100 Then Label5.Caption = "17.7": Label6.Caption = "80.6" ElseIf Label1.Caption = 110 Then Label5.Caption = "18.6": Label6.Caption = "82.0" ElseIf Label1.Caption = 120 Then Label5.Caption = "18.7": Label6.Caption = "79.6" ElseIf Label1.Caption = 130 Then Label5.Caption = "18.8": Label6.Caption = "80.8" ElseIf Label1.Caption = 140 Then Label5.Caption = "18.9": Label6.Caption = "80.5" ElseIf Label1.Caption = 150 Then Label5.Caption = "17.0": Label6.Caption = "75.5" ElseIf Label1.Caption = 160 Then Label5.Caption = "19.1": Label6.Caption = "76.6" ElseIf Label1.Caption = 170 Then Label5.Caption = "19.2": Label6.Caption = "76.5" ElseIf Label1.Caption = 180 Then Label5.Caption = "19.3": Label6.Caption = "74.8" ElseIf Label1.Caption = 190 Then Label5.Caption = "19.4": Label6.Caption = "74.3" ElseIf Label1.Caption = 200 Then Label5.Caption = "19.5": Label6.Caption = "72.8" ElseIf Label1.Caption = 210 Then Label5.Caption = "19.6": Label6.Caption = "71.9" ElseIf Label1.Caption = 220 Then Label5.Caption = "19.7": Label6.Caption = "72.2" ElseIf Label1.Caption = 230 Then

39 Label5.Caption = "19.8": Label6.Caption = "69.9" ElseIf Label1.Caption = 240 Then Label5.Caption = "20.0": Label6.Caption = "61.1" ElseIf Label1.Caption = 250 Then Label5.Caption = "20.1": Label6.Caption = "69.9" ElseIf Label1.Caption = 260 Then Label5.Caption = "20.2": Label6.Caption = "67.1" ElseIf Label1.Caption = 260 Then Label5.Caption = "20.4": Label6.Caption = "65.5" ElseIf Label1.Caption = 270 Then Label5.Caption = "20.5": Label6.Caption = "65.0" ElseIf Label1.Caption = 280 Then Label5.Caption = "20.7": Label6.Caption = "65.0" ElseIf Label1.Caption = 290 Then Label5.Caption = "20.8": Label6.Caption = "63.9" ElseIf Label1.Caption = 300 Then Label5.Caption = "20.9": Label6.Caption = "61.9" ElseIf Label1.Caption = 310 Then Label5.Caption = "21.0": Label6.Caption = "61.4" ElseIf Label1.Caption = 320 Then Label5.Caption = "21.2": Label6.Caption = "60.4" ElseIf Label1.Caption = 330 Then Label5.Caption = "21.3": Label6.Caption = "60.1" ElseIf Label1.Caption = 340 Then Label5.Caption = "21.4": Label6.Caption = "60.0" ElseIf Label1.Caption = 350 Then Label5.Caption = "21.7": Label6.Caption = "57.9" ElseIf Label1.Caption = 360 Then Label5.Caption = "22.0": Label6.Caption = "54.8" ElseIf Label1.Caption = 370 Then Label5.Caption = "22.1": Label6.Caption = "55.4"

40 End Sub Terdapat sekitar 38 data yang dimasukkan kdalam program ini, data ini diambil mewakili dari setiap data temperature yang mempunyai nilai ganda dari temperature. Selain itu program ini dapat dijalankan secara manual dengan memasukkan data suhu yang tersedia pada form lainnya dengan penghubung adanya button yang memerintahkan agar form tersebut muncul. Listing program untuk menginput data manual adalah sebagai berikut Private Sub Command1_Click() End End Sub Private Sub Command2_Click() Form1.Show Me.Hide End Sub Private Sub Command3_Click() If temp.text = 22.1 Then hum.text = 55.4 If temp.text = 22 Then hum.text = 54.8 If temp.text = 21.7 Then hum.text = 57.9 If temp.text = 21.4 Then hum.text = 60

41 Perintah kendali menggunakan statement if. Apabila temperature lebih dari 17 C maka program akan menjalankan animasi kipas dengan indikasi adanya aliran yang berwarna biru menjadi hijau. Apabila suhu tersebut lebih kecil dari 17 C maka program akan mematikan animasi kipas dan kembali merubah aliran garis warna hijau menjadi biru. Begitupun untuk kendali kelembaban udara, apabila kelembaban udara kurang dari 80 % maka program akan menjalankan animasi sprayer dan akan merubah aliran garis hijau menjadi biru dan apabila kelembaban udara lebih besar dari 80 % maka animasi kipas akan mematikan animasi sprayer dengan mengalirnya garis hijau dan sekaligus menyalakan garis merah yang mengindikasikan bekerjanya dehumidifier. Listing dari program ini adalah sebagai berikut : If temp.text > 17 And hum.text < 80 Then swf.movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" swf.play If temp.text > 17 And hum.text = 80 Then swf.movie = App.Path & "\Kipas.swf" swf.play If temp.text > 17 And hum.text > 80 Then swf.movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" swf.play If temp.text <= 17 And hum.text < 80 Then swf.movie = App.Path & "\Sprayer.swf" swf.play If temp.text <= 17 And hum.text = 80 Then swf.movie = App.Path & "\OFF.swf" swf.stop If temp.text <= 17 And hum.text > 80 Then

42 swf.movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" swf.play If temp.text < 6 Then swf.movie = App.Path & "\OFF.swf" swf.play Command5.Visible = True End Sub Tombol stop and play yang terdapat di program bertujuan agar operator dapat mematikan kipas, dehumidifier dan juga sprayer secara langsung dan bersamaan. Hal ini agar bila terjadi kerusakan sensor kipas, dehumidifier dan sprayer dapat dimatikan langsung melalui program. Listing program dari perintah ini adalah sebagai berikut : Private Sub Command1_Click() Timer1.Enabled = True Command3.Enabled = True Command1.SetFocus Command1.Enabled = False End Sub

43 Gambar 6. Tampilan awal program visualisasi Gambar 7. Tampilan program saat kipas dan dehumidifier on

44 Gambar 8. Tampilan saat kipas dan sprayer on Gambar 9. Tampilan saat dehumidifier menyala

45 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dalam pembuatan ruang tumbuh jamur terkendali diperlukan pengendalian suhu dan kelembaban yang baik, salah satunya dengan penggunaan simulasi computer. 2. Software Visual Basic 6.0 mampu untuk membuat program visualisasi control ruang tumbuh jamur terkendali dengan menempilkan animasianimasi. 3. Pembuatan program dimulai dengan pembuatan algoritma program, diagram alir program, pembuatan animasi dan pembuatan listing program. 4. Pada program ini suhu pengendalian yang paling optimal adalah 17 C dan kelembaban yang paling optimal adalah 80 % 5. Looping data yang paling baik adalah sesuai dengan umur jamur yaitu kali. 6. Terdapat tiga parameter alat yang digunakan untuk menjaga stabilitas kelembaban agar tetap sebesar 80 % yaitu sprayer, kipas dan dehumidifier. 7. Program dapat berjalan dengan lancar dengan baik dengan menggunakan beberapa tipe data untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur tersebut dengan bantuan animasi gambar yang bergerak. B. SARAN 1. Agar program dapat berjalan dengan baik dan animasi terlihat dengan baik maka disarankan menggunakan grafik card dengan memori diatas 64 MB. 2. Perlu adanya perangkat keras yang memadai untuk menunjang perangkat yang telah dibuat.

46 DAFTAR PUSTAKA Alexopoulus, C. J., C. W. Mims dan M. Blackwell Introductory Mycology. John Wiley & Sons, Inc., New York Buswell, J.A., Chang S.T. and P.G. Miles (ed) Genetics and Breeding of Edible Mushroom. Gordon and Breach Science Publ., USA. Cahyana, Y.A, dkk Jamur Tiram. Penerbit Swadaya, Jakarta. Cang, S.T. dan Hayes, W.A The Biology and Cultivation of Edible Mushroom. Academic Press, New York. Chang, S.T. dan Miles, P.G Edible Mushroom and Their Cultivation. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida. Daryani, S Pertumbuhan Jamur Kuping Dan Jamur Tiam Dalam Rumah Tanaman Dengan Suhu Terkendali, Skripsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Dent dan Anderson Systems Analysis in Agricultural Management. John Wiley And Son, Sydney. Duddington, C.L Beginner s Guide To The Fungi. Pelham Books Ltd., London. Genders, R Bercocok Tanam Jamur Merang. Pionir, Bandung. Nugraha, R Pengaturan Suhu Pada Media Tumbuh Jamur Tiram, Skripsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rismunandar Mari Berkebun Jamur. Terate, Bandung. Sommerville, I Software Engineering. Addison-Wesley Publishing Corporation, London. Suriawiria, U Sukses Berbisnis Jamur Kayu : Shitake, Kuping Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta. Wijaya, K Pengendalian Suhu Pada Tanaman Jamur Dengan Sistem Kendali Fuzzy. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB. Bogor Yuniasmara, C.,Mucshrodji dan Bakrun, M Jamur Tiram Pembibitan Pembudidayaan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. Yung, K Membangun Database Dengan Visual Basic 6.0 dan Perintah SQL. Elex Media Komputindo. Jakarta

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 Oleh ; BUNGA DEWI MASITA F14103064 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR VISUALISASI

Lebih terperinci

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : SURI YUNI ARTO F14102041 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu

Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu Budidaya Jamur Kuping Dan Tiram Dengan Teknologi Pengendalian Suhu Oleh: Mad Yamin RINGKASAN Pada umumnya budidaya jamur kuping dan tiram dilakukan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl (di atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WILANDARI A 420 100 123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0 Oleh : SURI YUNI ARTO F14102041 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) digolongkan ke dalam organisme yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil. Tubuhnya tersusun dari sel-sel

Lebih terperinci

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0

VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 VISUALISASI PENGENDALIAN KADAR AIR MEDIA TUMBUH JAMUR DENGAN VISUAL BASIC 6.0 Oleh ; BUNGA DEWI MASITA F14103064 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR VISUALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman makanan yang tinggi dalam rasa dan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme multiselular yang banyak tumbuh di alam bebas. Organisme ini berbeda dengan organisme lain yaitu dari struktur tubuh, habitat, cara makan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berbentuk tabung bersekat-sekat atau tidak bersekat, hidup pada bahan atau

TINJAUAN PUSTAKA. yang berbentuk tabung bersekat-sekat atau tidak bersekat, hidup pada bahan atau II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Jamur Tiram Putih Jamur dalam bahasa indonesia disebut cendawan, dan dalam istilah botani disebut fungi yang termasuk kedalam golongan tumbuhan sederhana karena tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran berat segar tubuh buah (dengan satuan gram) dan jumlah tubuh buah pada setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin

I. PENDAHULUAN. tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus sp.) merupakan jamur dari kelas Basidiomycetes yang memiliki tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia ISSN Indonesian Society of Agricultural Engineering

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia ISSN Indonesian Society of Agricultural Engineering ISSN 0216-3365 6 Terakreditasi "A" SK No. 395/DIKTI/Kep/2000 -.; Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Indonesian Society of Agricultural Engineering j d KETEKNIKAN PERTANIAN Technical Paper SIMULASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. organik seperti selulosa, pati, lignin, dan glukosa (Irianto et al., 2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. organik seperti selulosa, pati, lignin, dan glukosa (Irianto et al., 2008). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. ostreatus), jamur tiram merah muda (P.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. ostreatus), jamur tiram merah muda (P. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur tiram dengan nama ilmiah Pleurotus SP, merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembudidayaan jamur terdapat berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya. Jamur merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang Biologi Jamur Merang Dalam taksonomi tumbuhan menurut Widyastuti (2001) jamur merang (Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dan dapat dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang merupakan jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang tinggi, serta permintaan pasar yang meningkat. Menurut Widyastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara agraris dan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian harus

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan aplikasi Traffic Light Control System berbasis jaringan dan pengawasan traffic dengan kamera berdasarkan jam kantor sampai

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih Perbedaan Proporsi Dedak Dalam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida) Oleh : Abdul Rochman ABSTRAK Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak di konsumsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NOVITA DWI INDRIYANI A 420

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tim Redaksi Trubus Jamur Konsumsi. Majalah Trubus 271. Hal. 7-9.

TINJAUAN PUSTAKA. Tim Redaksi Trubus Jamur Konsumsi. Majalah Trubus 271. Hal. 7-9. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, dan tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga

Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga ARTIKEL Agrobisnis Jamur Tiram sebagai Usaha Yang Mampu Menopang Ekonomi Keluarga Oleh: Mad Yamin RINGKASAN Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki nilai jual yang relatif tinggi. Hal ini karena kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 11 1 Hal. 1-102 Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 KOMBINASI MEDIA

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 51 BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi merupakan tahap peletakan sistem sehingga sistem siap dioperasikan. Tahap ini meliputi implementasi datamining untuk mencari aturan aturan sebagai dasar inferensi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien dapat bekerja tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, agar USART bekerja dengan baik dan sempurna, maka error harus diperkecil sekaligus dihilangkan. Cara menghilangkan error tersebut digunakan frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam % BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Jamur Tiram yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik dari segi rasa maupun kegunaannya. Produk jamur tiram ini sangat baik karena merupakan salah satu jamur kayu

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) Growth And Production Of Oyster Mushroom (Pleorotus ostreatus) Resulting Concentration Giving

Lebih terperinci

ABSTRAK. Peneliti : Imam Mudakir 1 Mahasiswa Terlibat : - : BOPTN Dirlitabmas Kementerian Pendidikaan dan Kebudayaan

ABSTRAK. Peneliti : Imam Mudakir 1 Mahasiswa Terlibat : - : BOPTN Dirlitabmas Kementerian Pendidikaan dan Kebudayaan ABSTRAK Analisis Produktivitas dan Kandungan Gizi Jamur Tiram (Pleurotus sp.) yang Dibudidayakan pada Substrat yang Diperkaya dengan Limbah Kulit Buah Kakao dan Kopi.Isolasi, Seleksi, Karakterisasi dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar Nugraheni Retnaningsih, Catur Rini S., Sudarmi, Yos Wahyu H. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara

Lebih terperinci

APLIKASI DATABASE SISWA DI BIMBEL METRO TUGAS AKHIR RUDIANSYAH

APLIKASI DATABASE SISWA DI BIMBEL METRO TUGAS AKHIR RUDIANSYAH APLIKASI DATABASE SISWA DI BIMBEL METRO TUGAS AKHIR RUDIANSYAH 072406101 PROGRAM STUDI D3 ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ii APLIKASI DATABASE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu jamur yang banyak

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN P R O S I D I N G 45 OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL Elisa ginsel Popang, Khusnul Khotimah dan Andi Lisnawati 1) 1) Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. Setiap manusia tidak hanya didapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya I. PENDAHULUAN Budidaya jamur pangan (edible mushroom) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan budidaya jamur ini, akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur

BAB I PENDAHULUAN. mengenal berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pertanian jamur atau pembudidayaan jamur, kita mengenal berbagai jenis jamur seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shintake dan sebagainya.

Lebih terperinci