KAJIAN LUAS RUMAH SEDERHANA SEHAT BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH Djumiko. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN LUAS RUMAH SEDERHANA SEHAT BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH Djumiko. Abstrak"

Transkripsi

1 KAJIAN LUAS RUMAH SEDERHANA SEHAT BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH Djumiko Abstrak Rumah layak huni merupakan hak dasar bagi warga negara. Tetapi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak mudah untuk mewujudkannya. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat menurun salah satunya akibat dari kenaikan harga bahan bangunan, menyebabkan kebutuhan akan rumah menjadi menurun/berkurang. Untuk membantu MBR dalam memenuhi kebutuhan rumah yang layak dengan harga yang terjangkau maka diperlukan suatu pedoman mengenai standar luas bangunan Rumah Sederhana Sehat yang memenuhi luas minimal untuk suatu keluarga. Sebagai dasar analisis diasumsikan untuk Rumah Sederhana Sehat ini dihuni untuk 4 orang, meliputi seorang Bapak, seorang Ibu, dan dua orang anak. Luas Rumah Sederhana Sehat akan dianalisis dari beberapa aspek meliputi standar luas bangunan dan lahan, luas lantai hunian per orang dan luas per unit Rumah Sederhana Sehat berdasarkan kebutuhan udara segar, luas tapak/kavling, macam dan luas ruang, studi ruang, macam dan luas ruang, perilaku manusia, dan kebutuhan manusia. Dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan luas Rumah Sederhana Sehat yang dihuni 4 orang (Bapak, Ibu, dan dua orang anak) idealnya mempunyai luas minimal 36 m2 dengan luas tapak 90 m2, agar keluarga tersebut dapat menjalankan aktivitasnya di rumah dengan lancar dan baik. Kata kunci : luas lantai, rumah sederhana sehat. 1. PENDAHULUAN Rumah layak huni merupakan hak dasar bagi warga negara. Setiap warga hal ini dijamin melalui Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah masih menghadapi kendala terutama adanya kesenjangan antara harga rumah yang layak dengan daya beli atau affordabilitas masyarakat berpenghasilan rendah(mbr) terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan. Pada tahun 2009 total kekurangan (backlog) rumah di Indonesia mencapai 7,4 juta unit, pada tahun 2014 diperkirakan kekurangan 12 juta rumah, setiap tahun laju kekurangan rumah mencapai unit. 1 1 Kompas tanggal 15 Maret 2012.

2 Tentang Rumah Sederhana Sehat sebenarnya sudah ada Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, namun perlu di review khususnya tentang luas minimal yang perlu dipenuhi untuk Rumah Sederhana Sehat, agar layak untuk dihuni bagi suatu keluarga. Maksud penulisan ini mengkaji luas minimal Rumah Sederhana Sehat yang harus dipenuhi, agar suatu keluarga dapat menjalankan kegiatannya dengan baik. Hasilnya dapat dijadikan masukan kepada pemerintah dan pengembang untuk membangunan Rumah Sederhana Sehat dengan luas yang memenuhi kebutuhan minimal untuk suatu keluarga yang tergolong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). 2. REVIEW KEPMENKIMPRASWIL NO. 403/KPTS/M/ Isi Keputusan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RSH) berisi : 1) Lampiran I : Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat 2) Lampiran II : Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat Rumah Tembok 3) Lampiran III : Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat Rumah Tembok Setengah 4) Lampiran IV : Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat Rumah KayuTidak Panggung 5) Lampiran V : Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Panggung 2.2. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat Pedoman ini berisi tentang : 1) Bab Pendahuluan 2) Maksud dan Tujuan Maksud dari petunjuk teknis adalah untuk menjawab pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau akan tetapi memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan dan kesehatan dalam lingkup heteroginitas potensi-potensi daerah, khususnya potensi bahan

3 bangunan, budaya, serta karakteristik fisik kawasan. Tujuan dari Pedoman Teknis adalah tercapainya penyediaan rumah yang layak dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, sangat rendah dan kelompok informal, baik yang dilakukan secara masal maupun melalui swadaya masyarakat. 3) Pemilihan Prototip Dasar pemilihan salah satu prototip Rumah Sederhana Sehat didasarkan pada kajian mikrozonasi dari bahan bangunan, geologis serta arsitektur, pada tingkat propinsi dan atau kabupaten/kota, dengan merujuk pada zonasi Rumah Sederhana Sehat Nasional, pada tabel berikut. Tabel 1. Alternatif Pemilihan Tipologi Rumah Sederhana Sehat No Propinsi 1 Bali NTB NTT 2 DKI Jabar Banten Jateng Jatim Yogyakarta 3 Nangroe Aceh Darussalam Sumbar Jambi Bengkulu Sumsel Bangka Belitung Lampung Sulsel Sulsera 4 Sumut 5 Maluku Maluku Utara 6 Riau Kalbar Zonasi bahan dan kondisi lahan Pasangan > tegakan, Tanah kering, Tanah liat Pasangan > tegakan, Tanah kering, Pasir Pasangan = tegakan, Tanah basah, Tanah liat Pasangan = tegakan, Tanah basah, Pasir Pasangan = tegakan, Tanah kering, Tanah liat Pasangan < tegakan, Urutan alternatif jenis rumah yang dapat diterapkan *) Tembok (bata merah) Tembok (conblock) Setengah tembok Tembok (bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung Setengah tembok Tembok (conblock) Kayu panggung Kayu tidak panggung Setengah tembok Tembok (bata merah) Kayu tidak panggung Kayu panggung Kayu panggung Kayu tidak panggung

4 Kalteng Tanah basah, Kalsel Kaltim Tanah liat Sulteng Sulut Gorontalo 7 Papua Pasangan < tegakan, Tanah kering, Pasir Setengah tembok Tembok (bata merah) Kayu tidak panggung Kayu panggung Setengah tembok Tembok (conblock) Gambar 1. Peta zonasi Rumah Sederhana Sehat (RsH) 4) Ketentuan Rumah Sederhana Sehat (RSH) Menjelaskan tentang : a) Kebutuhan Minimal Masa (penampilan ) dan Ruang (luardalam) Kebutuhan ruang per orang berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang melipuiti aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi,kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Kebutuhan ruang per adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian langit-langit 2,80 m. Rumah Sederhana Sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehar-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada Rumah Sederhana Sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut : Kebutuhan luas per jiwa

5 Kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK) Kebutuhan luas bangunan per Kepala Keluarga (KK) Kebutuhan luas lahan per unit bangunan Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Kebutuhan Luas minimium Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat (RsH) Standar per Jiwa (m2) (Ambang batas) 7,2 (Indonesia) 9,0 (Internasional) 12,0 Unit Rumah Lahan (L) Unit Lahan (L) Minimal Efektif Ideal Rumah Minimal Efektif Ideal 21,6 60, ,8 60, ,0 36,0 Luas (m2) untuk 3 Jiwa 60,0 60, ,0 48,0 Luas (m2) untuk 3 Jiwa 60,0 60, b) Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu a) pencahayaan, b) penghawaan, serta c) suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. c) Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah : a) pondasi, b) dinding, c) kerangka bangunan, d) atap, dan e) lantai 5) Konsepsi Rumah Sederhana Sehat (RsH) Rumah Sederhana Sehat (RsH) yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan

6 konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan cara hidup. Sasaran penyediaan Rumah Sederhana Sehat yaitu bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam pelaksanaannya pemenuhan penyediaan Rumah Sederhana Sehat masih menghadapi kendala, berupa rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga Rumah Sederhana Sehat masih belum memenuhi keterjangkauan secara menyelurah. Untuk itu perlu disediakan disain rumah antara yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rumah Sederhana Sehat. Rumah antara yang dimaksud adalah Rumah Inti Tumbuh (RIT), yaitu rumah yang hanya memenuhi standar kebutuhan minimal rumah. 6) Pola Pertumbuhan Rumah Inti Tumbuh (RIT) menjadi Rumah Sederhana Sehat (RsH) Konsep rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah sebagai berikut : a) RIT adalah embrio dari rumah jadi yang diharapkan pertumbuhannya menjadi rumah sehat. Diasumsikan sebagai cikal bakal rumah sehat yang memiliki wujud belum sempurna akan tetapi memiliki komponen sistem yang utuh, namun belum berfungsi 100% serta pada pertumbuhannya akan menjadi suatu rumah yang sempurna dengan fungsi penuh. b) RIT merupakan suatu rancang yang hanya menyediakan wadah untuk kebutuhan ruang-ruang kegiatan paling mendasar. Rumah ini nantinya akan dikembangkan oleh pemiliknya secara bertahap mulai dari RIT-1 menjadi RIT-2, dari RIT-2 menjadi Rs Sehat-1, selanjutnya dari Rs sehat-1 menjadi Rs Sehat-2. Pengembangan tipetipe rumah ini tergantung tuntutan, kebutuhan dan kemampuan pemiliknya. c) Ukuran pembagian ruang dalam rumah tersebut berdasarkan pada satuan ukuran modular dan standar internasional untuk orang gerak/ kegiatan manusia. Sehingga di-

7 peroleh ukuran ruang-ruang dalam RIT-1 adalah sebagai berikut : Ruang tidur : 3,00 m x 3,00 m Lihat gambar dibawah ini. Serbaguna : 3,00 m x 3,00 m Kamar mandi/ kakus/ cuci : 1,20 m x 1,50 m Gambar 2. Pola pertumbuhan Rumah Inti Tumbuh (RIT) menuju Rumah Sederhana Sehat (RsH) dengan ukuran lebar tapak 6 m dan panjang 12 m dengan luas efektif lahan 72 m 2 Gambar 3. Pola pertumbuhan Rumah Inti Tumbuh (RIT) menuju Rumah Sederhana Sehat (RsH) dengan ukuran lebar tapak 7,50 m dan panjang 12 m dengan luas efektif lahan 90 m 2 7) Lingkungan Perumahan Sederhana Sehat Ketentuan tentang persyaratan lingkungan perumahan sederhana sehat sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman teknis ini, tetap menggunakan ketentuan yang diatur di dalam Keputusan Menteri PU No.20/KPTS/86 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun dan Peraturan Menteri PU No. 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sangat Sederhana.

8 4. ANALISIS Luas Rumah Sederhana Sehat akan dipertimbangkan dari beberapa aspek meliputi standar luas bangunan dan lahan, luas lantai hunian per orang dan luas per unit Rumah Sederhana Sehat berdasarkan kebutuhan udara segar, luas tapak/kavling, macam dan luas ruang, studi ruang, macam dan luas ruang, perilaku manusia, dan kebutuhan manusia. Diasumsikan untuk Rumah Sederhana Sehat ini dihuni untuk 4 orang, meliputi seorang Bapak, seorang Ibu, dan dua orang anak Standar Luas Bangunan dan Lahan Rumah Sederhana Sehat Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang melipuiti aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Kebutuhan ruang per orang adalah 9 m 2 dengan perhitungan ketinggian langit-langit 2,80 m. Rumah Sederhana Sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehar-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada Rumah Sederhana Sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut. Kebutuhan luas per jiwa. Kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK). Kebutuhan luas bangunan per Kepala Keluarga (KK). Kebutuhan luas lahan per unit bangunan. Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002 dijelaskan bahwa standar luas minimum bangunan dan lahan Rumah Sederhana Sehat (RsH) seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan Rumah Sederhana Sehat (RsH) Standar Per Luas (M 2 ) Untuk 3 Jiwa Luas (M 2 ) Untuk 4 Jiwa Jiwa (M 2 ) Unit Lahan (L) Unit Lahan (L) Rumah Minimal Efektif Ideal Rumah Minimal Efektif Ideal Ambang batas 7,2 21,6 60, ,8 60, Indonesia 9,0 27,0 60, ,0 60, Internasional 12,0 36,0 60, ,0 60,0 - - Sumber : Kepmenkimpraswil No. : 403/KPTS/M/2002

9 Dari tabel di atas ada beberapa alternative luas bangunan Rumah Sederhana Sehat untuk jumlah penghuni 4 jiwa, baik standar ambang batas, Indonesia dan International, yaitu 28,8 m 2, 36,0 m 2, dan 48,0 m 2. Dari alternative tersebut perlu ditentukan salah satu standar, yaitu dipilih standard Indonesia dengan luas lantai 36 m 2 berdasarkan pertimbangan : a. Lebih sesuai untuk ukuran tubuh manusia Indonesia. b. Akan tercapai efisiensi, sebab untuk jumlah penghuni 4 jiwa dengan luas lantai bangunan sebesar 36 m 2 sudah mencukupi kebutuhannya, dan secara otomatis akan menghemat waktu, tenaga dan biaya, karena penghuni untuk waktu tertentu tidak memikirkan perubahan/ pengembangan rumahnya. c. Efektifitas, hasilnya sesuai untuk masyarakat berpenghasilan rendah/mbr, karena luas bangunan sudah cukup menampung aktifitas yang dilakukan, maka penghuni dapat lebih fokus untuk memikirkan dan meningkatkan hal-hal lain yang lebih produktif Berdasarkan Kebutuhan Udara Segar Ruang hunian/kediaman ialah setiap ruangan yang digunakan untuk makan, tidur, duduk-duduk atau melaksanakan kegiatan rumah tangga yang lazim, kecuali ruangan-ruangan untuk mandi, kakus, cuci dan seterika, gang/lorong penghubung atau ruang sejenis yang penggunaanya tidak terus menerus. Luas lantai hunian per orang berdasarkan kebutuhan udara segar dapat diperhitungkan dengan rumus: 2 L per orang = U Tp Keterangan: L per orang : Luas lantai hunian per orang U :Kebutuhan udara segar/ orang/ jam dalam satuan m3 Tp :Tinggi plafon minimal dalam satuan m Kegiatan yang terjadi dalam rumah hunian, yaitu tidur, masak, 2 Standar Nasional Indonesia (SNI ), Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, Badan Standardisasi Nasional, hal.19.

10 makan, mandi, duduk-duduk, kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam m 3, untuk anak-anak per jam 8-12 m 3. Tinggi plafon minimal 2,5 m, maka luas lantai per orang dihitung sebagai berikut: U 16 L per orang dewasa (minimal) = = = 6,4 m 2 Tp 2,5 U 24 L per orang dewasa (maksimal) = = = 9,6 m 2 Tp 2,5 U 8 L per orang anak (minimal ) = = = 3,2 m 2 Tp 2,5 U 12 L per orang anak (maksimal ) = = = 4,8 m 2 Tp 2,5 Untuk 1 (satu) keluarga terdiri dari 4 orang (bapak, ibu, dan 2 orang anak), maka kebutuhan luas lantai minimal dan maksimalnya dihitung sebagai berikut. 1) Luas lantai minimal Luas lantai utama = 2 (6,4) + (2 (3,2) = 12,8 + 6,4 = 19,2 m 2 Luas lantai pelayanan = 50% x 19,8 = 9,6 m 2 + Total luas lantai (minimal) = 28,8 m 2) Luas lantai maksimal Luas lantai maksimal dihitung sebagai berikut. Luas lantai utama = 2 (9,6) + 2 (4,8) = 19,2 + 9,6 = 28,8 m 2 Luas lantai pelayanan = 50% x 28,8 = 14,4 m 2 + Total luas lantai (maksimal) = 43,2 m 2 28,8 + 43,2 Rara-rata luas lantai = = 36 m 2. 2 Jadi luas lantai per unit Rumah Sederhana Sehat (RsH) berdasarkan kebutuhan udara segar = 36 m 2 Luas lantai hunian per orang = 36 : 4 = 9 m 2.

11 4.3. Perhitungan Luas Tapak/ Kapling Luas tapak/ kavling diperhitungkan dengan cara sebagai berikut: 1) Koefisien dasar bangunan 40%, luas lantai 36 m Luas tapak/ kavling = x 36 m 2 = 90 m ) Koefisien dasar bangunan 50%, luas lantai 36 m Luas tapak/ kavling = x 36 m 2 = 72 m ) Koefisien dasar bangunan 60%, luas lantai 36 m Luas tapak/ kavling = x 36 m 2 = 60 m 2 60 Dari perhitungan di atas dipilih luas tapak 90 m2, agar dapat dikembangkan. c) Anak : duduk, makan, 4.4. Macam dan Kebutuhan Ruang Penentuan macam dan luas tidur, mandi, belajar. 3) Kebutuhan ruang Untuk menampung ruang dipertimbangkan dari hal-hal sebagai berikut : 1) Jumlah penghuni Jumlah penghuni ditentukan 4 orang, terdiri dari bapak, ibu, dan 2 (dua) orang anak. 2) Kegiatan penghuni Macam dan kegiatan pokok penghuni sebagai berikut. a) Bapak : duduk, makan, tidur, mandi. kegiatan penghuni, dibutuhkan ruang-ruang sebagai berikut. a) Ruang duduk. b) Ruang makan. c) Ruang tidur orang tua. d) Ruang tidur anak. e) Ruang dapur. f) Kamar mandi dan WC. g) Ruang seterika. h) Tempat cuci dan jemuran. b) Ibu : duduk, makan, tidur, mandi, memasak.

12 4.5. Studi Ruang Studi ruang dimaksudkan untuk mencari luas ruang yang dibutuhkan, berdasarkan ukuran manusia dan perabot yang dibutuhkan. Ruang-ruang yang perlu dilakukan studi meliputi ruang duduk, ruang makan, ruang tidur orang tua, ruang tidur anak (untuk 2 anak), dapur, seterika, kamar mandi/ WC, tempat cuci dan jemuran. Ukuran-ukuran dalam studi ini merupakan ukuran minimal, tetapi dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang kediaman. Luas = 7,780 m2 Luas = 5,59 m 2 Gambar 4. Studi Ruang Duduk Gambar 5. Studi Ruang Makan Luas = 12,6 m 2 Luas = 9 m 2 Gambar 6. Studi Ruang Duduk dan Makan Gambar 7. Studi Ruang Tidur Orang Tua Sumber : Diolah dari Ernst Neufert, Architects Data, Crosby Lockwood Staples, London, 1970, p

13 Luas = 6 m 2 Gambar 8. Studi Ruang Tidur Untuk Satu Anak Luas = 8,1 m 2 Gambar 9. Studi Ruang Tidur Untuk Dua Anak Luas = 2,25 m 2 Luas = 1,8 m 2 Gambar 10. Gambar 11. Studi Ruang Dapur Studi Ruang Kamar Mandi/WC Luas = 1,44 m 2 Luas = 3 m 2 Gambar 12. Studi Ruang Cuci Gambar 13. Studi Ruang Seterika Sumber : Diolah dari Ernst Neufert, Architects Data, Crosby Lockwood Staples, London, 1970, p

14 Dasar/ pertimbangan studi ruang di atas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Dasar/ Pertimbangan Studi Ruang Meliputi Macam Ruang, Fungsi, Aktivitas, dan Kebutuhan Perabot NO MACAM RUANG FUNGSI AKTIVITAS KEBUTUHAN PERABOT 1 Ruang Tamu - Untuk menerima tamu 2 Ruang Makan - Untuk menikmati makan bersama keluarga 4 Ruang Tidur Anak - Untuk istirahat/ tidur - Belajar 5 Ruang Dapur - Memasak makanan - Menyimpan alatalat rumah tangga 6 Kamar Mandi dan WC - Untuk mandi - Buang air besar, kecil 7 Ruang Cuci - Untuk mencuci pakaian - Mencuci piring 8 Ruang Seterika - Untuk menyeterika pakaian - Berbincang - bincang - Bertukar pikiran - Melepas kerinduan - dsb. - Makan bersama - Mengambil dan menyimpan makanan - Istirahat/ tidur - Belajar, menulis, membaca - Menyimpan bahan makanan - Meracik,mencuci, memotong-motong - Memasak - Menjerang - Menyimpan makanan matang - Mandi - Buang air besar, kecil - Mencuci pakaian - Mencuci piring - Menyeterika pakaian - Satu set meja dan kursi tamu - Satu stel meja dan kursi makan - Satu buah almari untuk menyimpan makanan - Single bed/ bertingkat - Almari pakaian - Meja belajar dan kursi - Meja dapur - Almari - Bak mandi - Closet jongkok - Bak - Tempat cuci - Meja seterika 4.6. Macam dan Luas Ruang Berdasarkan studi ruang di atas dan kegiatan /aktivitas penghuni yang terdiri dari 4 jiwa (Bapak, Ibu, 2 anak), ruang-ruang yang perlu disediakan dalam Rumah Sederhana Sehat meliputi ruang-ruang sebagaimana dalam tabel berikut.

15 Tabel 5. Macam dan Luas Ruang Rumah Sederhana Sehat No. Macam Ruang Ruang Dalam (m 2 ) Ruang Luar (m 2 ) 1 Ruang duduk 7,80 m 2-2 Ruang makan 5,60 m 2-3 Ruang tidur orang tua 9,00 m 2-4 Ruang tidur anak (2 anak) 8,10 m 2-5 Dapur 2,30 m 2-6 Kamar mandi/ WC 1,80 m 2-7 Tempat cuci - 3,00 m 2 8 jemuran - 6,00 m 2 9 Ruang seterika 1,40 m 2 - Jumlah 36,00 m 2 9,00 m Pertimbangan Perilaku Manusia Pengertian manusia secara mendalam telah dibahas oleh berbagai ilmu seperti: sosiologi, antropologi, psikologi dan psikologi sosial. Jika dituangkan kedalam sebuah diagram, ke empat disiplin ilmu ini saling berhubungan seperti berikut : 3 3 Poedio Boedojo, et al, Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya, Penerbit Djambatan, 1986, hal.

16 Pembatasan pengertian antara disiplindisiplin ilmu sosiologi, antropologi, psikologi, psikoogi sosial adalah sebagai berikut : a. Sosiologi : Ilmu yang mempelajari struktur sosial. Pengetahuan tentang bentuk tata laku manusia dalam lingkungan. b. Antropologi : Ilmu yang mempelajari jenis-jenis sifat manusia dan keadaan fisik manusia, yang mendalami struktur sosial dan bentuk kebudayaan pada masyarakat primitive. c. Psikologi : lmu tentang tata laku dan pengalaman manusia. d. Psikologi Sosial : Pengetahuan tentang reaksi individual pada individual lainnya yang selanjutnya diperluas pada lingkungan. Hampir semua kebijaksanaan dan tindakan manusia untuk menata kehidupan dan lingkungan hidup itu secara langsung atau tidak langsung berkait dengan unsur-unsur sosiologik, antropologik, psikologik dan psikologik sosial. Dapat dianggap bahwa arsitektur merupakan salah satu bentuk tindakan intervensi manusia terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian mempunyai relasi dengan ke empat disiplin sosial yang dimaksud tadi. Hubungan manusia dengan lingkugan sekitarnya merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi saling ketergantungan satu sama lain, artinya manusia mempengaruhi lingkungannya, untuk selanjutnya lingkungan akan mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya. Hubungan transactional interdependency ini oleh Emery dan Trist (1960) digambarkan sebagai suatu matrik sebagai berikut : 4 4 Prof.Dr. John Nimpuno, Psikologi Lingkungan, Materi kuliah S2 Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknolog Bandung, 1991.

17 L1.1 L1.2 1 = Manusia L2.1 L2.2 2 = Lingkungan L1.1 L1.2 Disebut transactional interdependency L2.1 L2.2 (Saling ketergantungan satu sama lain) Keterangan : Diagram 2. Hubungan Transactional Interdependency Antara Manusia dengan Lingkungan. 1. L1.1 : Manusia dengan manusia ada interaksi atau berlangsung proses-proses pada manusia sendiri. 2. L2.2 : Lingkungan dan lingkungan, artinya di dalam lingkungan sendiri berlangsung proses-proses ekologi (dengan sendirinya ada desa, kota, dan sebagainya). 3. L1.2 : Proses manusia mempengaruhi lingkungan (lingkungan binaan ), misalnya: rumah, lingkungan permukiman, dsb. 4. L2.1 : Pengaruh lingkungan terhadap manusia, misalnya ada iklim, kelembaban yang mempengaruhi manusia, sehingga manusia akan bereaksi. Dari matrik diatas khususnya L1.2 dan L2.1 merupakan saling mempengaruhi antara manusia dengan lingkungan. Saling pengaruh itu disebut transactional interdependency, ini berarti : a. Manusia mempengaruhi/ mengubah lingkungan. b. Lingkungan (architectural determination) akan mempengaruhi perilaku. Keduanya adalah sama pentingnya untuk diperhatikan. Berdasarkan suatu teori yang menganggab bahwa lingkungan merupakan stimulus atau rangsang terhadap proses kejiwaan manusia yang menghasilkan pola perilaku tertentu, maka hubungan antara manusia dengan lingkungannya adalah seperti berikut dibawah ini. 5 5 Ibid.

18 Diagram 3. Lingkungan Merupakan Stimulus Terhadap Proses Kejiwaan Manusia Perilaku adalah ungkapan kebutuhan internal di dalam diri manusia atau inner organismic demands, yang berada di lingkungan sosial dan fisik tertentu yang merupakan unsur eksternal. Perilaku dibalik sikap, tanggapan dan tindakan manusia sangat ditentukan oleh persepsi dan kepribadiannya, sedangkan persepsi dan kepribadian ini dilatar belakangi oleh pengalamannya. Terdapat lima unsur yang saling pengaruh mempengaruhi dalam proses hubungan antara manusia dan lingkungannya, Altman (1980) Menjelaskan secara skematis, seperti pada bagan berikut ini : 6 Natural Environment : topography, climate, flora, fauna.. Environment orientation and world views : cosmology, religion, values, norma. Environmental behaviors and processes : privacy, personal space, territoriality, crowding. Environmental outcomes : built environment, homes, farms, cities. Environmental cognitions : perception, codings, memory, judgements. Diagram 4. Lima Unsur Yang Saling Pengaruh Mempengaruhi dalam Proses Hubungan Antara Manusia dan Lingkungannya

19 Kelima bagian pada diagram di atas saling berkait satu sama lain, serta dapat bertindak sebagai faktor penyebab atau dapat pula merupakan sebuah akibat, umpamanya keprivacyan dan ke teritorialitasan adalah merupakan suatu akibat dari gabungan pengaruh-pengaruh persepsi, kognisi, latar belakang budaya dan unsur-unsur lingkungannya, yang dalam hal ini merupakan pula suatu output perilaku yang telah lalu. Sebaliknya dapat juga terjadi bahwa ke privacyan dan teritorialitasan dapat mempengaruhi kondisi budaya dan lingkungan. Perubahan di satu bagian sistem ini akan berpengaruh pada seluruh suprasistem. Bila lingkungan fisik berubah, maka pengaruhnya akan terasa dimana-mana, atau jika terdapat perubahan pada budaya, maka akan terasa akibatnya pada suprasistem. Singkatnya bahwa dengan berubahnya pola penataan lingkungan, ruang, komponen bahan bangunan dan ukuran, akan mengakibatkan berubahnya pola perilaku, termasuk di dalamnya ke privacyan dan ke teritorialitasan seseorang. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, khususnya dalam psikologi sosial, bahwa manusia berhubungan timbal balik dengan lingkungannya. Ini berarti manusia mempengaruhi lingkungan, dan sebaliknya lingkungan mempengaruhi manusia. Mengacu pada teori/ pendapat ahli diatas, dalam kontek Rumah Sederhana Sehat sebagai lingkungan binaan yang didiami penghuni, maka Rumah Sederhana Sehat akan mempengaruhi penghuninya, dan sebaliknya penghuni akan mempengaruhi Rumah Sederhana Sehat tersebut. Misalnya dalam penataan ruang/ denah yang dibuat untuk rumah type 36 m2, maka si penghuni akan melakukan kegitan dengan mengikuti tata ruang yang telah dibuat tersebut. Jika penghuni merasa tidak cocok dengan tata ruang itu, maka penghuni akan merubahnya agar lebih sesuai dengan kegiatannya. Untuk mengantisipasi perilaku penghuni agar dapat menyesuaikan dengan kondisi Rumah Sederhana Sehat, maka dalam desain Rumah Sederhana Sehat perlu mempertimbangkan perilaku penghuni, yang dalam hal ini perlu mengenal

20 tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukannya. Penghuni ditentukan berjumlah 4 jiwa, terdiri dari Bapak, Ibu dan 2 (dua) orang anak. Sedangkan kegiatan yang pokok sehari-hari dalam rumah sebagai berikut : a) Bapak : duduk, makan, tidur, mandi. b) Ibu : duduk, makan, tidur, mandi, memasak. c) Anak : duduk, makan, tidur, mandi, belajar. Mengingat kegitan yang dilakukan penghuni seperti diatas, maka perlu disediakan ruang-ruang sebagai berikut : Ruang duduk, ruang makan, ruang tidur orang tua, ruang tidur anak, ruang dapur, kamar mandi dan wc, ruang seterika, serta tempat cuci dan jemuran. Rumah Sederhana Sehat yang di desain dengan mempertimbangkan kegiatan/ perilaku penghuni, dengan melengkapi ruang-ruang yang dibutuhkan, diharapkan penghuni dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan kondisi Rumah Sederhana Sehat tersebut. Selanjutnya penghuni diharapkan tidak melakukan perubahan/penambahan bangunan sampai waktu tertentu, sehingga penghuni dapat memikirkan keperluan/ kepentingan yang lain Pertimbangan Kebutuhan Manusia Banyak psikolog seperti F.E. Darling, W.C.Schutz, A.A. Adler, A.Maslow, Gans,H.J, Michael Argyle, dan Ingrid Gehl, telah membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Kita ambil beberapa pendapat psikolog berikut ini Maslow dan Kurt Golstein (1947), kebutuhan manusia diuraikan menjadi lima tingkatan dengan urutan sebagai berikut : 6 Kebutuhan fisiologis; makan (lapar), minum (haus), istirahat, tidur. Kebutuhan akan rasa aman; sekuriti (rasa aman menjalankan kegiatan ritual, penyimpanan harta milik yang berharga), rasa tidak enak (discomfort) dan ancaman (gangguan alam dan binatang). Kebutuhan sosial; rasa memiliki, dimiliki dan 6 Poedio Boedojo, op cit, hal. 19.

21 kasih sayang, interaksi dengan keluarga, cinta, sex, afeksi, persahabatan, dan identitas. Kebutuhan akan penghargaan; popular, prestise, prestasi, pengakuan dan sukses. Kebutuhan aktualisasi diri; keinginan untuk mencapai apa yang dirasakan sanggup dicapai. Pada kebutuhan pertama yaitu kebutuhan fisiologis, rumah sangat penting keberadaannya, karena dapat berfungsi sebagai tempat untuk makan, minum, istirahat dan tidur. Pada tingkat di atasnya, kebutuhan rasa aman, rumah berfungsi untuk sekuriti (rasa aman menjalankan kegiatan ritual, penyimpanan harta milik yang berharga), rasa tidak enak (discomfort) dan ancaman (gangguan alam dan binatang). Selanjutnya kebutuhan sosial, rumah berfungsi untuk rasa memiliki, dimiliki dan kasih sayang, interaksi dengan keluarga, cinta, sex, afeksi, persahabatan, dan identitas. Dari ke tiga kebutuhan diatas, rumah menempati fungsi yang sangat penting ke beradaannya, jika seseorang tidak mempunyai rumah dapat dibayangkan akan kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kemudian kebutuhan akan penghargaan, manusia membutuhkan popular, prestise, prestasi, pengakuan dan sukses. Dan terakhir kebutuhan aktualisasi diri, manusia berkeinginan untuk mencapai apa yang dirasakan sanggup dicapai. Ke dua kebutuhan dimaksud sebenarnya merupakan kebutuhan setelah seseorang sudah mempunyai rumah. Selanjutnya pendapat Gans, H.J. mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah tidak terlalu menuntut rumah yang indah, unik, permanen, akan tetapi lebih mengharapkan tersedianya ruang yang memadai untuk mewadahi aktivitas kehidupan mereka. Ruang dan lahan yang cukup luas dengan struktur fisik sederhana jauh lebih didambakan dari pada struktur fisik yang mewah, sempurna, tahan lama, tetapi ukurannya terlalu sempit. 7 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting keberadaannya, karena rumah berfungsi sebagai tempat untuk 7 Eko Budihardjo, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan, Gajah Mada University Press, 1987, hal. 58.

22 memenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, dan psikologi. Lebihlebih bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), lebih mengutamakan tidak menuntut rumah yang indah, unik, permanen, akan tetapi lebih mengharapkan tersedianya ruang yang memadai untuk mewadahi aktivitas kehidupan mereka. Dengan terpenuhinya kebutuhan manusia, yaitu mempunyai Rumah Sederhana Sehat dengan tersedianya ruang-ruang yang memadahi untuk melakukan kegiatan, yang dapat berfungsi memenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, dan psikologi, diharapkan setiap keluarga dapat merasa nyaman bertempat tinggal dan selanjutnya lebih meningkatkan produktivitasnya Macam/ Jenis Rumah Sederhana Sehat Berdasarkan Kepmenkimpraswil No.403/KPS/M/2002 Rumah Sederhana Sehat (RsH) dibagi menjadi empat macam/ jenis, meliputi: 1) Rumah Sederhana Sehat (RsH) Rumah Tembok. 2) Rumah Sederhana Sehat (RsH) Rumah Setengah Tembok. 3) Rumah Sederhana Sehat (RsH) Rumah Kayu Tidak Panggung. 4) Rumah Sederhana Sehat (RsH) Rumah Kayu Panggung. Dengan demikian Rumah Sederhana Sehat yang dihuni untuk 4 orang (Bapak, Ibu, dan dua orang anak) dengan luas 36 m2, juga menggunakan empat macam Rumah Sederhana Sehat seperti di atas. Lihat gambar-gambar berikut ini. a. Rumah Sederhana Sehat Rumah Tembok

23 Gambar 14. Rumah Sederhana Sehat Rumah Tembok Luas Lantai 36 M2 Ukuran Tapak 7,5 M X 12 M Dengan Luas Efektif 90 M2 b. Rumah Sederhana Sehat Rumah Setengah Tembok Gambar 15. Rumah Sederhana Sehat Rumah Setengah Tembok Luas Lantai 36 M2 Ukuran Tapak 7,5 M X 12 M Dengan Luas Efektif 90 M2 c. Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Tidak Panggung

24 Gambar 16. Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Tidak Panggung Luas Lantai 36 M2 Ukuran Tapak 7,5 M X 12 M Dengan Luas Efektif 90 M2 d. Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Panggung Gambar 17. Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Panggung Luas Lantai 36 M2 Ukuran Tapak 7,5 M X 12 M Dengan Luas Efektif 90 M2

25 5. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Zonasi Rumah Sederhana Sehat (RSH) tetap menggunakan seperti yang tercantum pada Kepmenkimpraswil No.403/KPTS/M/ Prototype Rumah Inti Tumbuh (RIT) berdasarkan Kepmenkimpraswil No.403/KPTS/M/2002 dibagi menjadi Rumah Inti Tumbuh (RIT- 1) berukuran 21 m2, Rumah Inti Tumbuh (RIT-2) berukuran 21 m2, Rumah Sederhana Sehat (RsS- 1) berukuran 28.8 m2, dan Rumah Sederhana Sehat (RsS-2) berukuran 36 m2. Dari beberapa prototype tersebut dipilih Rumah Sederhana Sehat (RsS-2) berukuran 36 m2 dengan luas tapak 90 m2 yang selanjutnya disebut Rumah Sederhana Sehat sebagai rumah terkecil, hal ini dipertimbangkan atas dasar untuk satu keluarga terdiri dari 4 orang (bapak, ibu, dan 2 orang anak). 3. Dari berbagai analisis: standar luas bangunan dan lahan rumah sederhana sehat, luas lantai hunian per orang dan luas per unit rumah sederhana sehat berdasarkan kebutuhan udara segar, luas tapak/ kavling, macam dan luas ruang, studi ruang, perilaku manusia, dan kebutuhan manusia, dihasilkan luas Rumah Sederhana Sehat 36 m2 dengan luas tapak 90 m2. 4. Macam/ Jenis Rumah Sederhana Sehat terdiri dari 4(empat) macam: a. Rumah Sederhana Sehat Rumah Tembok, tipe 36/90. b. Rumah Sederhana Sehat Rumah Setengah Tembok, tipe 36/90. c. Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Tidak Panggung, tipe 36/90. d. Rumah Sederhana Sehat Rumah Kayu Panggung, tipe 36/90.

26 6. DAFTAR PUSTAKA Eko Budihardjo, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan, Gajah Mada University Press, Ernst Neufert, Architects Data, Crosby Lockwood Staples, London, Irwin Altman, Martin Chemers, Culture And Environment, Brooks / Cole Publishing Company, California, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat. Biodata Penulis : Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( sekarang). Poedio Boedojo, et al, Arsitektur, Manusia, danpengamatannya, Penerbit Djambatan, Prof.Dr. John Nimpuno, Psikologi Lingkungan, Materi kuliah S2 Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknolog Bandung, Standar Nasional Indonesia (SNI ), Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, Badan Standardisasi Nasional.

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT 1 I. Pendahuluan Dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia melalui penyediaan perumahan secara merata, khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PENGHUNI DENGAN LINGKUNGANNYA KASUS : PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA. Djumiko

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PENGHUNI DENGAN LINGKUNGANNYA KASUS : PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA. Djumiko HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PENGHUNI DENGAN LINGKUNGANNYA KASUS : PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA Djumiko Abstrak Berdasarkan pada suatu teori yang menganggab bahwa lingkungan merupakan stimulus atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKlMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 403/ KPTS/M/2002 TANGGAL : 02 Desember 2002 TENTANG PEDOMAN TEKNIK

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA Wita Kristiana 1) ABSTRAK Rumah sederhana adalah rumah

Lebih terperinci

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN Spectra Nomor 20 Volume X Juli 2012: 74-81 RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN Gaguk Sukowiyono Lalu Mulyadi Breeze Maringka Dosen Program Studi Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan. Website:

Kesehatan Lingkungan. Website: Kesehatan Lingkungan Tujuan Menyediakan informasi: 1. Air (keperluan RT dan minum) 2. Sanitasi 3. Perumahan Air Keperluan Ruta dan Air Minum 1) Sumber 2) Rerata pemakaian air 3) Jarak ke penampungan tinja

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 403/KPTS/M/2002. TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT)

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 403/KPTS/M/2002. TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 0/KPTS/M/00 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) MENTERI

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK B. ANALISIS SITUASI Rumah adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA. Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia

ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA. Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia Jurnal Permukiman Vol. 12 No. 2 November 2017: 116 123 ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia Mahatma Sindu

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

Kesehatan Gigi danmulut. Website: Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 07/07/62/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach).

Lebih terperinci

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

DATA INSPEKTORAT JENDERAL DATA INSPEKTORAT JENDERAL 1. REALISASI AUDIT BERDASARKAN PKPT TAHUN 2003-2008 No. Tahun Target Realisasi % 1 2 3 4 5 1 2003 174 123 70,69 2 2004 174 137 78,74 3 2005 187 175 93,58 4 2006 215 285 132,55

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs

Lebih terperinci

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview Overview PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT?? Ns. Eka M. Rumah? Perumahan? Prasarana, adalah Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mis : Jaringan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN

Lebih terperinci

Oleh Tito Murbaintoro Nrp. P

Oleh Tito Murbaintoro Nrp. P KREDIT PERUMAHAN SWADAYA MIKRO (KPSM) (SEBUAH ALTERNATIF SOLUSI DALAM MEWUJUDKAN SHELTER FOR ALL DENGAN POLA PENDEKATAN RUMAH TUMBUH YANG BERBASIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM SETEMPAT) Oleh Tito Murbaintoro

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 5 LAMPIRAN I TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

Perencanaan rumah maisonet

Perencanaan rumah maisonet Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para

Lebih terperinci

PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2015

PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2015 PENDATAAN TAHUN 2015 Disampaikan oleh: Direktur Pelaporan dan Statistik Drs. Sjafrul, MBA PENDATAAN TAHUN 2015 GAMBARAN UMUM HASIL PK2015 NO SUMBER DATA JUMLAH KK % 1. PROYEKSI KK 2015 70.148.171 2. TERDATA

Lebih terperinci

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016 TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016 NO CABOR PROVINSI PELAKSANAAN KONTAK PERSON 1 Atletik DKI Jakarta 3 s.d 7 Agustus 2016 2 Dayung RIAU 22 s.d 27 Oktober 2016 Pak Sanusi Hp. 081275466550 3 Gulat

Lebih terperinci

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004 35 Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Berdasarkan keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/ 05/ 61/ Th,XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- 2013 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017)

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017) BAB III ANALISIS BAB III ANALISIS 3.1 ANALISIS BATAS DAN BENTUK TAPAK 3.1.1 Desain Eksisting Lahan dengan luas netto 445,5 m² seluruhnya di gunakan sebagai perancangan bangunan Rumah Kost tanpa Lahan Parkir.

Lebih terperinci

PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK Oleh: Ir. Gaguk Sukowiyono, MT Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MTA Ir. Breeze Maringka, MSA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

respon Petani terhadap Perkembangan teknologi dan Perubahan Iklim: studi Kasus Subak di Desa Gadungan, tabanan, Bali

respon Petani terhadap Perkembangan teknologi dan Perubahan Iklim: studi Kasus Subak di Desa Gadungan, tabanan, Bali JEKT 6 [2] : 28-39 ISSN : 23-8968 respon Petani terhadap Perkembangan teknologi dan Perubahan Iklim: studi Kasus Subak di Desa Gadungan, tabanan, Bali abstrak farmer s responses for technologycal Progress

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGANTAR MENKO KESRA PADA Seminar dalam rangka Munas REI XIV Tahun 2013 Sub tema KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Pusat Pendididkan Lingkungan Hidup (PPLH) merupakan suatu sistem pembelajaran yang melingkupi berbagai tatanan kehidupan makhluk hidup beserta lingkungannya. Pusat

Lebih terperinci

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya No Kategori Satuan Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri Potensi Lahan Ha Air 76.7 0 7.9 690.09 0.9 60. 069.66 767.9 79.6. Air

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud Jakarta, 2013 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KONSEP Masyarakat Anak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP SELAYANG PANDANG SIMLUH KP Jakarta, 29 April 2014 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 IMPLEMENTASI SISTEM PENYULUHAN

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN Pertumbuhan ekonomi Kemiskinan Distribusi pendapatan konsep konsep konsep ukuran ukuran Data-data Indonesia

Lebih terperinci

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website: FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL RUANG LINGKUP Obat dan Obat Tradisional (OT) Obat Generik (OG) Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) TUJUAN 1. Memperoleh informasi tentang jenis obat

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG LATAR BELAKANG PENDAHULUAN : a) Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia, dan hak

Lebih terperinci

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Uzair Suhaimi uzairsuhaimi.wordpress.com Judul artikel perlu klarifikasi. Pertama, istilah penduduk merujuk pada penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 ISSN : 0853-2877 Konsep MODUL Pengolahan vol 16 NO Desain 1 Januari Rumah Juni Tumbuh 2016 KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 1) Dosen Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci