PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Susanto JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi. Semarang, 26 Februari 2013 Pembimbing I Pembimbing II Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. Isa Akhlis, M.Si. NIP NIP ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran disusun oleh Susanto telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 26 Februari Panitia: Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M. Si. NIP NIP Ketua Penguji Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP Anggota Penguji / Anggota Penguji / Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. Isa Akhlis, M.Si. NIP NIP iii

4 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Semarang, 26 Februari 2013 Susanto NIM iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sabarlah dan peliharalah kesungguhan belajar dan kerja kerasmu, akan manis sekali jika engkau berhasil membuktikan bahwa engkau lebih besar daripada semua orang yang hari ini mengecilkanmu (Mario Teguh). Jangan pernah mengatakan sulit, karena tak ada yang sulit di dunia ini (Mohamad Siswoyo). Jika tekanan dalam hidup semakin berat, maka lapangkanlah hatimu. Niscaya bebanmu akan terasa lebih ringan (Susanto). PERSEMBAHAN Ayah dan Ibu tercinta. Mas Agus, Mba Winda, dan keponakanku Gwin dan Hafiz, kalian keluarga hebatku. Deby Wulan, kaulah mimpiku berikutnya. Error Community: Arya, Indri, Ade, Dini, Ponco, Sasa, hitam putih kisah kita akan slalu terkenang. Sahabatku: Adit, Bujang, Komar, Bidin, Yayan, Cenon, Ardi, Agung, Seto, Rizal, Avan, dan Umar, hari ini, esok, dan seterusnya kalian sahabatku. Teman-teman Fisika 2008, yakinlah kita sukses. Teman-teman PPL SMA TN 2011, kenangan indah telah terukir rapi dalam diaryku v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah atas segala karunia yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan studi strata I Jurusan Fisika FMIPA UNNES. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian. 3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam hal administrasi. 4. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi. 5. Isa Akhlis, M.Si., dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 6. Dra. Dwi Yulianti, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan masukan serta mengarahkan penulis dalam penyempurnaan skripsi. vi

7 7. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi terselesaikannya skripsi ini. 8. Keluarga besar MTs NU Ungaran atas kerjasama dan dukungannya dalam penelitian ini. 9. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani, membantu, dan memberikan semangat demi terselesaikannya skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan memberi semangat demi kelancaran penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharap masukan dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semarang, 26 Februari 2013 Penulis vii

8 ABSTRAK Susanto Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc, dan Pembimbing II Isa Akhlis, M.Si. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar. Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIIA MTs NU Ungaran diketahui bahwa prestasi belajar masih rendah dan keaktifan siswa masih kurang. Menurut guru IPA kelas VIIIA hal ini dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa. Motivasi yang masih rendah harus segera ditingkatkan karena motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar. Dengan adanya motivasi maka aktivitas meningkat sehingga prestasi belajar juga meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada pokok bahasan cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli, materi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi. Peningkatan motivasi belajar dilihat melalui indikator motivasi belajar siswa, sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa diketahui melalui perhitungan uji gain dari nilai kognitif, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan dengan empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Prestasi belajar siswa pada penelitian ini mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa secara signifikan. viii

9 ABSTRACT Susanto The Application of Cooperative Learning Technique Jigsaw II in Improving Student Learning Motivation at Grade VIIIA MTs NU Ungaran. Final Project. Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Advisor I Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., and Advisor II Isa Akhlis, M.Sc. Keywords: Cooperative Learning Technique Jigsaw II, Learning Motivation, Learning Achievement. Based on observation, it was known that learning achievement and also learning participation of the eight grade student at MTs NU Ungaran was relatively low. According to the science teacher, it was due to the lack of student learning motivation. The low learning motivation should be enhanced, because learning motivation is the best predictor of learning achievement. Learning motivation can increase student activity and later on can increase student achievement. This study aims to improve the learning motivation and learning achievement of the VIIIA grade students at MTs NU Ungaran on the subject of light through the implementation of cooperative learning technique-jigsaw II. Cooperative learning technique-jigsaw II is a peer learning model working by dividing the learning material into some parts. Each part of the learning materials is discussed in some groups called the expert group. The material is then put back together in a group known as the original group. Cooperative learning technique- Jigsaw II ends with the reward to the original group with the highest average mark. The Increasing of learning motivation is viewed through student motivation indicators, while the increasing of student achievement is known by calculating the result of gain test from the cognitive mark, and the result is then categorized according to predetermined criteria. This study used classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings with the four phases of activities, they are planning, implementation, observation and reflection. Based on the results of the study, students' motivation has increased from cycle I to cycle II. Student achievement in the study had an increase in the medium category. Conclusions from this research is the type of Jigsaw II cooperative learning can improve student motivation and student achievement significantly. Based on the final analysis it can be concluded that the cooperative learning technique Jigsaw II can improve student learning motivation and student learning achievement significantly. ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii x xiii xiv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah Pembatasan Masalah Sistematika Penulisan Skripsi... 6 x

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Motivasi Belajar Prestasi Belajar Kajian Materi Kerangka Berpikir Hipotesis Tindakan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Subjek Penelitian Faktor yang diteliti Prosedur Penelitian Metode Pengumpulan Data Analisis Uji Coba Instrumen Metode Analisis Data Indikator Keberhasilan BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembahasan BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Saran xi

12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa.. 61 Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa. 62 Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Hukum pemantulan Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin Gambar 2.3 Pemantulan baur Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar.. 18 Gambar 2.5 Pembiasan cahaya Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan prinsip Fermat Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan di cermin datar Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang dipantulkan oleh cermin cekung Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung xiv

15 Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung berbeda medium Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi obyek pada pembiasan lengkung tunggal Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Angket Motivasi Belajar Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus Soal Uji Coba Siklus Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran, dan Reliabilitas Soal Uji Coba Siklus Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus Soal Uji Coba Siklus Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran, dan Reliabiltas Soal Uji Coba Siklus Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kisi-kisi Soal Siklus Soal Siklus Kunci Jawaban Soal Siklus Kisi-kisi Soal Siklus xvi

17 21. Soal Siklus Kunci Jawaban Soal Siklus Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal Daftar Nama Siswa Penelitian Daftar Nama Kelompok Asal Siklus Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus Daftar Nama Kelompok Asal Siklus Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus ke Siklus Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ke Siklus Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus Uji Gain Prestasi Belajar Siswa Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus Lembar Observasi Guru Siklus Lembar Observasi Guru Siklus Dokumentasi Surat Penetapan Dosen Pembimbing Surat Ijin Penelitian xvii

18 44. Surat Keterangan Melakukan Penelitian xviii

19 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MTs NU (Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama) Ungaran merupakan madrasah setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang telah memiliki akreditasi A, namun salah satu kelas di sekolah ini masih memiliki masalah belajar pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA kelas VIIIA MTs NU Ungaran dan observasi terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran, yakni: (1) siswa tidak menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya sudah diketahui, (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya respons siswa ketika diberikan permasalahan oleh guru, (3) siswa belum memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran IPA yang dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dan tingkat perhatian siswa pada saat pelajaran berlangsung, dan (4) rata-rata hasil ulangan kelas VIIIA hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa yang masih mendapat nilai di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 68,00. Keaktifan siswa dan ketertarikan yang masih kurang dalam pembelajaran merupakan salah satu indikator bahwa siswa masih kurang memiliki motivasi belajar. Penelitian yang dilakukan Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2010: 52) menyatakan bahwa diantara tiga faktor, yaitu latar belakang 1

20 2 keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Menurut Sardiman (2010), dalam motivasi belajar terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu untuk belajar. Motivasi belajar yang masih rendah harus segera ditingkatkan karena seperti yang diungkapkan di atas bahwa motivasi merupakan prediktor terbaik untuk prestasi belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar maka proses pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk belajar dan membantu satu sama lain. Pembelajaran harus dapat mengkondisikan kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat berdiskusi dan berdebat mendalami konsep. Pembelajaran seperti ini dapat membuat siswa benar-benar memahami konsep dan membuat siswa saling menjaga dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain. Pembelajaran yang demikian terdapat pada pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw II. Model ini merupakan pengembangan model pembelajaran Jigsaw sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang secara heterogen dan bekerja bersama, saling bergantung positif, dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan disampaikan kepada anggota kelompok yang lain.

21 3 Jigsaw II mengutamakan kerjasama kelompok dan diskusi untuk mendapatkan suatu penghargaan (reward). Adanya reward ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar dan memiliki tanggung jawab untuk mampu menerangkan materi kepada temannya sehingga kelompoknya menjadi juara. Dengan model pembelajaran Jigsaw II diharapkan prestasi belajar siswa juga meningkat. Penelitian mengenai Jigsaw II sebelumnya pernah dilakukan oleh Sahin (2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw II lebih efektif dalam hal peningkatan prestasi belajar daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw. Seperti halnya Sahin, penelitian Jigsaw II juga pernah dilakukan oleh Siregar, et al (2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, hasil belajar dan keaktifan siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian mengenai Jigsaw II untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII MTs NU Ungaran. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

22 4 1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya meningkat? 2. Jika motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA mengalami peningkatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, apakah prestasi belajar siswa juga meningkat? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan motivasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 2. Meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran melalui peningkatan motivasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Siswa Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

23 5 2. Guru Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat menjadi alternatif bagi guru dalam penyampaian materi IPA pokok bahasan cahaya. 1.5 Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran istilah dalam penelitian ini dan persoalan yang dibahas tidak menyimpang dari tujuan semula maka perlu diberi penegasan istilah sebagai berikut: Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli, materi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti menggerakkan. Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Anni dan Rifa i (2009: 157), motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan

24 6 seseorang untuk belajar. Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan kondisi yang menyebabkan perilaku siswa untuk belajar Prestasi Belajar Menurut Tu u (2004: 75), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah standar tes untuk mengukur pengetahuan (aspek kognitif) yang dicapai di dalam pembelajaran. 1.6 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini ada pembatasan masalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada pokok bahasan cahaya. 1.7 Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu : (1) Bagian Awal Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi. (2) Bagian Isi Bagian isi terdiri dari 5 bab, yaitu: a. Bab I Pendahuluan, mencakup uraian semua hal yang berhubungan dengan penelitian, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

25 7 penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, pembatasan masalah dan sistematika skripsi. b. Bab II Landasan Teori, mencakup teori-teori yang mendukung penelitian. c. Bab III Metode Penelitian, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, meliputi: lokasi penelitian, obyek penelitian, desain penelitian, tehnik pengambilan data, uji coba instrumen penelitian dan metode analisis data. d. Bab IV Hasil Penelitian, yaitu hasil penelitian yang berupa uraian hasilhasil penelitian serta pembahasannya. e. Bab V Kesimpulan dan Saran, mencakup simpulan dari hasil penelitian dan saran yang diambil sehubungan dengan penelitian tersebut. (3) Bagian Akhir Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

26 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif sering dinamakan pembelajaran teman sebaya. Nur dan Wikandari (2000: 25) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dengan siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Isjoni (2012: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran teman sebaya dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 siswa agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara agar siswa saling berbagi pendapat, berargumentasi, dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya pembangunan pengetahuan. 8

27 9 Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Siswa dalam sebuah kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. 2. Pembagian kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun rendah. Dalam pembagian kelompok, diusahakan anggota kelompok berasal dari budaya dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. 3. Adanya penghargaan yang lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Menurut Siregar dan Nara (2010: 115) pendekatan belajar kooperatif juga menganut lima prinsip utama yaitu:...prinsip pertama adalah saling ketergantungan positif yang artinya keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja seluruh anggotanya. Prinsip kedua adalah tanggung jawab perseorangan yang muncul ketika seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang terbaik di hadapan guru atau teman sekelasnya. Prinsip ketiga adalah interaksi tatap muka yang merupakan kegiatan membahas suatu masalah bersama, saling mengajarkan jika ada anggota kelompok yang masih bingung. Prinsip keempat adalah komunikasi antar anggota yang merupakan kunci keberhasilan kelompok. Karena pembelajaran ini bergantung pada kesediaan untuk mendengarkan dan kemampuan mengutarakan pendapat. Prinsip terakhir adalah evaluasi proses secara kelompok: setiap anggota harus mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Beberapa konsep yang melandasi model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. Team reward: tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria tertentu yang ditetapkan. 2. Individual accountability: keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada

28 10 kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3. Equal opportunity for success: setiap siswa memberikan kontribusi kepada timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu. Kontribusi dari semua anggota kelompok dinilai Jigsaw II Jigsaw II merupakan pengembangan dari model pembelajaran Jigsaw. Jigsaw II menurut Nur (2005: 64) merupakan suatu model pembelajaran dengan membagi suatu materi menjadi beberapa bagian (section) yang dibahas, kemudian bagian-bagian itu disatukan kembali dalam suatu diskusi pleno. Perbedaan mendasar Jigsaw II dengan Jigsaw terletak pada adanya kompetisi untuk mendapatkan reward. Reward diberikan kepada kelompok asal dengan nilai ratarata evaluasi tertinggi pada setiap akhir siklus. Menurut Siregar dan Nara (2010: 116), model Jigsaw II memiliki beberapa tahapan antara lain persiapan, pembelajaran, evaluasi, penghitungan skor, dan penghargaan. Penjelasan tahapan model pembelajaran Jigsaw II sebagai berikut:...tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pembagian bahan ajar, pembagian kelompok asal dan ahli. Tahap kedua adalah pembelajaran yang meliputi membaca, diskusi kelompok ahli, dan laporan di kelompok asal. Tahap ketiga adalah evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran. Tahap keempat adalah perhitungan poin dengan menghitung perolehan nilai setiap siswa kemudian disatukan dengan teman satu kelompok dan nilainya diratarata. Tahap terakhir adalah penghargaan yang diberikan kepada kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi.

29 11 Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli. Materi yang telah dibagi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi. 2.2 Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti menggerakkan. Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah pada tingkah laku tersebut. Sardiman (2010) menjelaskan tentang motivasi belajar yang merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Dari uraian di atas, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Jadi motivasi belajar merupakan kondisi yang menyebabkan perilaku siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan memiliki energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam motivasi belajar terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar.

30 12 Meskipun motivasi merupakan suatu kekuatan, namun motivasi bukanlah merupakan suatu substansi yang dapat diukur. Untuk dapat mengukur motivasi dapat dilakukan dengan melihat indikator dalam kondisi-kondisi tertentu. Menurut Sudaryono (2012: 127) beberapa indikator motivasi belajar yaitu berusaha unggul, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam memilih keberhasilan, menyukai tanggung jawab, dan menerima tanggung jawab pribadi. 2.3 Prestasi Belajar Prestasi belajar digunakan sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Prestasi belajar menurut Tu u (2004: 75) merupakan...hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar berbeda dengan motivasi belajar, yang dinilai dari prestasi belajar adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi. Sedangkan menurut Slameto (2008: 54), prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam bentuk nilai. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar kognitif siswa yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk nilai.

31 Kajian Materi Kelajuan Cahaya Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar nm. Pada tahun 1860 James Clerk Maxwell menyatakan teori matematika tentang gelombang elektromagnetik dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat cahaya yaitu m/s, oleh karena itu Maxwell berkesimpulan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Upaya mengukur kelajuan cahaya dimulai oleh Galileo. Galileo mencoba menghitung kecepatan cahaya dengan bantuan dari pembantunya, yang disuruh berdiri di sebuah puncak bukit dan galileo akan berdiri di puncak bukit yang lain. Galileo akan mencoba mengedipkan lentera dan pembantunya akan mencoba menghitung selisih waktu yang dibutuhkan sebelum pembantu diseberang melihat kedipan cahaya itu dan merespon dengan menghidupkan lampunya. Usaha tersebut tentu saja gagal, karena kecepatan cahaya yang sangat besar sehingga perlu jarak yang sangat besar pula untuk menghitungnya. Pada 1670 seorang astronom dari Denmark bernama Ole Roemer, melakukan sebuah pengamatan yang sangat teliti pada sebuah satelit Jupiter bernama Io. Waktu orbit Io terhadap Jupiter adalah 1,76 hari. Waktu ini hampir konstan tiap kali orbitnya. Tapi ada kalanya dalam setahun Io mengorbit lebih cepat atau lebih lambat. Ia menemukan bahwa waktu orbit Io berhubungan dengan jarak Jupiter terhadap Bumi, semakin dekat maka waktu orbit Io semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Roemer menyimpulkan bahwa ini berhubungan dengan

32 14 kecepatan cahaya atau waktu yang dibutuhkan antara bayangan obyek (Jupiter dan Io) untuk sampai ke mata (Bumi). Dari perhitungan ini Roemer mendapat angka sekitar km/detik. Pengukuran nonastronomi pertama dilakukan oleh Fizeau tahun Metode Fizeau kemudian diperbaiki oleh Faucault tahun 1850 yang bereksperimen menggunakan cermin rotasi untuk mengukur kelajuan cahaya di udara dan di air. Pengukuran dengan cara lain dilakukan oleh Michelson, dia melakukan percobaan-percobaan dari tahun 1877 hingga tahun 1926 untuk menyempurnakan metode yang digunakan Foucault dengan penggunaan cermin rotasi untuk mengukur waktu yang dibutuhkan cahaya pada 2 kali jarak tempuh antara Gunung Wilson dan Gunung San Antonio, di California. Hasil pengukuran menunjukkan meter/detik yang kemudian biasa dibulatkan menjadi m/s Pemantulan Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan. Pemantulan terjadi pada bidang batas dua medium berbeda, sebagian energi datang dipantulkan dan ditransmisikan.

33 15 i = r Udara i r Kaca Gambar 2.1 Hukum pemantulan (Tipler, 2001) Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah sinar yang mengenai sebuah permukaan udara kaca yang mulus. Sudut i antara sinar datang garis normal (garis yang tegak lurus permukaan) disebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut bidang datang. Sinar dipantulkan terletak di bidang datang tersebut dan membentuk sudut r dengan garis normal yang sama dengan sudut datang seperti ditunjukkkan pada gambar. Hasil ini disebut dengan hukum pemantulan. Hukum ini berlaku untuk semua jenis gelombang. Laju cahaya di dalam medium seperti misalnya kaca, air, atau udara ditentukan oleh oleh indeks bias (n), yang didefinisikan sebagai perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa (c) terhadap laju tersebut dalam medium (v). n = c v 2.1 Pada kasus khusus saat sudut datang garis normal (i = r = 0 ), intensitas yang dipantulkan adalah I = n 1 n 2 n 1 + n 2 2 I dengan I 0 adalah intensitas datang n 1 dan n 2 adalah indeks bias dari kedua media.

34 16 P Mata Cermin P Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin (Tipler, 2001) Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah berkas kumpulan sempit sinar cahaya datar sebuah sumber titik P yang dipantulkan dari sebuah permukaan datar. Sesudah pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar secara tepat seolah-olah sinar-sinar tersebut datang dari titik P di belakang permukaan cermin. Titik P disebut bayangan dari titik P. Ketika sinar-sinar memasuki mata, mereka tidak bisa dibedakan dari sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber pada P seakan-akan tidak ada permukaan yang memantulkannya. Pemantulan dari permukaan licin disebut pemantulan spekuler (cermin). Pemantulan spekuler tersebut berbeda dengan pemantulan difusi (menyebar) yang diilustrasikan gambar 2.3. Pemantulan baur terjadi pada permukaan yang kasar, sinar-sinar memasuki mata sesudah memantul dari berbagai titik berbeda pada permukaan, sehingga tidak ada bayangan. Bidang pantul Gambar 2.3 Pemantulan baur (Tipler, 2001)

35 17 Hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens. Gambar 2.4 memperlihatkan bidang gelombang datar AA yang mengenai sebuah cermin pada titik A. Seperti yang terlihat dari gambar, sudut 1 antara bidang gelombang dengan cermin adalah sama dengan sudut datang θ 1, yang merupakan sudut antara yang tegak lurus cermin dan sinar-sinar yang tegak lurus terhadap bidang-bidang gelombang tersebut. Menurut prinsip Huygens, setiap titik pada bidang gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak gelombang sekunder. Posisi pada bidang gelombang sesudah waktu t ditemukan dengan membangun anak gelombang (gelombang-gelombang kecil) dengan radius ct dengan pusatnya pada bidang gelombang AA. Gelombang-gelombang kecil yang tidak mengenai cermin membentuk bagian gelombang baru BB. Gelombanggelombang kecil yang tidak mengenai cermin dipantulkan dan membentuk bagian bidang-bidang BB. Dengan kontruksi yang serupa, bidang gelombang C CC didapatkan dari gelombang-gelombang kecil Huygens yang berasal dari bidang gelombang B BB. Gambar 2.4 adalah pembesaran dari sebagian gambar 2.3 yang menunjukkan bagian orisinil bidang gelombang AP yang mengenai cermin selama waktu t. Pada saat ini, gelombang kecil dari titik P mencapai cermin pada titik B, dan gelombang-gelombang kecil dari titik A mencapai titik B. Gelombang yang dipantulkan BB membuat sudut r dengan cermin yang besarnya sama dengan

36 18 sudut θ r antara sinar-sinar yang dipantulkan dan garis normal terhadap cermin. Segitiga-segitiga ABP dan BAB dua-duanya adalah segitiga siku-siku dengan sudut AB dan sisi-sisi yang sama AB =BP=ct. Jadi segitiga-segitiga ini sebangun, dan sudut 1 dan r sama, menyiratkan bahwa sudut pantul θ r menyamai sudut datang θ 1. θ 1 A B C B C A B C 1 Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar (Tipler, 2001) Pembiasan Pembiasan adalah pembelokan atau perubahan arah rambat cahaya ketika melalui bidang batas dua medium yang berbeda kerapatannya. Udara Kaca i r i Gambar 2.5 Pembiasan cahaya (Tipler, 2001)

37 19 Gelombang yang ditransmisikan adalah gelombang hasil interferensi dari gelombang-gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk kasus gambar 2.5, ada sebagian ketertinggalan fase antara gelombang yang diradiasikan kembali dan gelombang datang. Demikian juga ada ketertinggalan fase antara gelombang hasil dan gelombang datang. Ketertinggalan ini berarti bahwa posisi puncak gelombang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datangdi dalam medium tersebut. Jadi kecepatan gelombang yang dilewatkan lebih kecil dari kecepatan gelombang datang. Indeks bias adalah perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam medium, besarnya selalu lebih dari satu. Sebagai contoh laju cahaya di dalam kaca kira-kira dua pertiga dari laju cahaya diruang bebas, jadi indeks bias kaca kira-kira n = c/v = 3/2. Karena frekuensi cahaya di medium kedua sama dengan frekuensi atang atom-atom menyerap dan meradiasi ulang cahaya tersebut pada frekuensi yang sama tetapi laju gelombang berbeda maka panjang gelombang yang ditransmisikan berbeda dari panjang gelombang cahaya datang. Jika λ adalah panjang gelombang cahaya di ruang hampa, panjang gelombang di dalam medium λ dengan indeks bias n adalah λ = v f = c n f = λ n 2.3

38 20 Udara Kaca i r i Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat (Tipler, 2001) Gambar 2.6 menunjukkan cahaya yang mengenai sebuah udara kaca yang rata. Sudut i disebut sudut bias. Dari gambar dapat dilihat bahwa sudut bias lebih kecil dari sudut datang i. Jadi, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Namun jika berkas cahaya datang dari dalam kaca dan dibiaskan ke udara maka sudut bias lebih besar dari sudut datang atau sinar dibelokkan menjauhi garis normal. P v 1 t θ 1 θ 1 A v 2 t B 1 2 B Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens (Tipler, 2001) Untuk menghubungkan sudut bias i dengan indeks bias dua media n 1 dan n 2 dan dengan sudut datang i dapat digunakan prinsip Huygens. Gambar 2.7 menunjukkan sebuah gelombang datar yang mengenai permukaan udara kaca. Kita menerapkan prinsip Huygens untuk menemukan bidang gelombang dari gelombang yang ditransmisikan. Garis AP menunjukkan sebagian bidang

39 21 gelombang dalam medium 1 yang mengenai permukaan kaca dengan sudut datang θ 1. Pada waktu t anak gelombang dari P menempuh jarak v 1 t dan mencapai titik B pada garis AB yang memisahkan kedua medium, anak gelombang (gelombang kecil) dari titik A menempuh jarak lebih pendek v 2 t menuju medium kedua. Bidang gelombang baru BB tidak sejajar dengan bidang gelombang asal AP disebabkan laju v 1 dan v 2 berbeda. Dari segitiga APB, atau sin φ 1 = v 1t AB AB = v 1t sin φ 1 = v 1t sin θ 1 dengan melihat kenyataan bahwa sudut φ 1 sama dengan sudut θ 1. Dengan cara serupa, dari segitiga AB B, atau sin φ 2 = v 2t AB AB = v 2t sin φ 2 = v 2t sin θ 2 dengan θ 1 = θ 2 adalah sudut bias. Dengan menyamakan kedua nilai untuk AB, didapatkan sin θ 1 v 1 = sin θ 2 v dengan mensubtitusi v 1 = c n 1 dan v 2 = c n 2 pada persamaan ini dan mengalikannya dengan c, didapatkan n 1 sin θ 1 = n 2 sin θ 2 2.5

40 22 Hasil ini ditemukan secara eksperimental oleh Willebord Snell pada tahun 1621 yang kemudian dikenal sebagai hukum Snellius atau hukum pembiasan Prinsip Fermat Perambatan cahaya juga dapat dijelaskan melalui prinsip yang dinyatakan oleh Pierre de Fermat pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa lintasan yang dilalui oleh cahaya untuk merembat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanannya minimum. Namun pernyataan ini tidak mencakup semua kasus. Waktu yang dilalui kadang maksimum. Prinsip Fermat yang lebih lengkap adalah lintasan yang dilalui cahaya untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan variasi-variasi dalam lintasan tersebut. Ciri-ciri penting dari sebuah lintasan yang tidak berubah adalah bahwa waktu yang diperlukan sepanjang lintasan-lintasan terdekat akan kira-kira sama seperti sepanjang lintasan yang sebenarnya. Berikut ini pemakaian prinsip Fermat untuk menurunkan hukum-hukum pemantulan dan pembiasan.

41 Pemantulan A A B Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan prinsip Fermat (Tipler, 2001) Gambar 2.8 mengasumsikan bahwa cahaya meninggalkan titik A, mengenai sebuah cermin, dan menuju titik B. Problem prinsip Fermat untuk pemantulan adalah pada titik manakah P pada Gambar 2.8 cahaya harus mengenai cermin dengan waktu tersingkat dari titik A ke titik B. Karena cahaya melalui medium yang sama maka waktu akan minimum jika jaraknya minimum. Pada Gambar 2.8 jarak APB sama dengan jarak A PB, dengan A adalah bayangan dari suber A. Titik A terletak sepanjang tegak lurus dari A ke cermin dan sama jauhnya di belakang cermin. Jelas bahwa jika kita mengubah titik P, jarak A PB adalah paling pendek jika titik A, P, dan B terletak pada sebuah garis lurus. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 2.8 ketika sudut datang sama dengan sudut pantul. A A

42 Pembiasan A P 1 P min Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat (Tipler, 2001) B Gambar 2.9 memperlihatkan lintasan-lintasan yang mungkin dilalui cahaya dari titik A di udara menuju titik B di dalam kaca. Titik P 1 berada pada garis lurus antara A dan B, tetapi lintasan ini bukan satu-satunya waktu perjalanan tersingkat karena cahaya melaju dengan kecepatan lebih kecil di dalam kaca. Jika dilihat pada bagian kanan P 1, panjang lintasan total lebih besar, namun jarak yang dilalui di dalam medium yang lebih lambat memiliki lintasan lebih sedikit daripada P 1. Jelas bahwa lintasan yang sedikit ke kanan dari lintasan garis lurus memerlukan waktu yang lebih sedikit karena waktu yang didapat melelui jarak yang lebih pendek di dalam kaca daripada kehilangan waktu melewati jarak yang lebih panjang di udara. Ketika titik perpotongan lintasan digerakkan ke kanan titik P 1, waktu yang diperlukan untuk melalui dari A ke B berkurang sehingga dicapai minimum pada titik P min. Di luar titik ini, waktu yang dihemat dengan melalui jarak yang lebih pendek di dalam kaca bukan pengganti bagi waktu yang lebih besar yang dibutuhkan untuk jarak yang lebih besar yang dilalui di udara.

43 25 d A (d x) a L 1 x θ 1 P min θ 2 L 2 b B Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat (Tipler, 2001) Gambar 2.10 menunjukkan geometri untuk menentukan lintasan dengan waktu tersingkat. Jika L 1 adalah jarak yang dilalui di medium 1 dengan indeks bias n 1 dan L 2 adalah jarak yang dilalui di medium 2 dengan indeks bias n 2, waktu bagi cahaya melalui lintasan total AB adalah t = L 1 + L 2 = L 1 v 1 v c + L 2 c = n 1L 1 + n 2L 2 2 n1 n2 c c 2.6 Untuk menemukan P min dilakukan dengan mengekspresikan waktu sehubungan dengan parameter tunggal yang menunjukkan posisi titik P min. Dilihat dari jarak x pada gambar 2.13, didapatkan L 2 1 = a 2 + x 2 dan L 2 2 = b 2 + d x 2 2.7

44 26 t A P min x x P min Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B (Tipler, 2001) B Gambar 2.11 menunjukkan waktu t sebagai fungsi x. Pada nilai x dengan waktu minimum, kemiringan grafik ini adalah nol. dt dx = 0 dengan mendiferensiasikan masing-masing bagian di dalam persamaan 2.6 terhadap x didapatkan dt dx = 1 c n dl 1 1 dx + n dl 2 2 dx dengan mengganti dt dx = 0, didapatkan dl 1 n 1 dx + n dl 2 2 dx = penurunan-penurunan ini dapat dihitung dari persamaan 2.7, didapatkan atau 2L 1 dl 1 dx = 2x

45 27 dl 1 dx = x L 1 namun x L 1, adalah sin θ 1 dengan θ 1 adalah sudut datang, jadi dl 1 dx = sin θ 1 dengan cara serupa, didapatkan 2L 2 dl 2 dx = 2 d x 1 atau dl 2 dx = d x L 2 = sin θ 2 dengan θ 2 adalah sudut bias. Jadi persamaan 2.8 menjadi atau n 1 sin θ 1 + n 2 ( sin θ 2 ) = 0 n 1 sin θ 1 = n 2 sin θ 2 yang merupakan hukum Snellius Cermin Datar Gambar 2.12 menunjukkan seberkas cahaya sempit yang memancar dari sebuah sumber titik P dan dipantulkan dari sebuah cermin datar. Setelah pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar tepat seolah-olah datang dari titik P di belakang bidang datar dari cermin tersebut. Titik P disebut bayangan dari titik P. Saat sinar-sinar memasuki mata, sinar-sinar tersebut tak dapat dibedakan dari sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber di P tanpa kehadiran cermin. Bayangan ini disebut bayangan maya karena bayangan tidak benar-benar

46 28 memancar darinya. Titik bayangan P dan titik P memiliki jarak yang sama secara tegak lurus dengan bidang kaca dari bidang ke objek tersebut. P Mata Cermin P Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar (Tipler, 2001) Cermin datar memiliki sifat pembalikan kanan-kiri yang merupakan akibat dari pembalikan kedalaman. Bayangan sistem koordinat segiempat sederhana yang memiliki sumbu x dan y-nya sejajar bidang cermin ditunjukkan pada Gambar bayangan-bayangan dari anak panah sepanjang sumbu x dan y sejajar dengan anak panah obyek tersebut, tetapi bayangan sumbu z berhadapan langsung terhadap anak panah obyek sepanjang sumbu z. Cermin mengubah sistem koordinat tangan kanan untuk i j = k, dengan i, j, dan k adalah masingmasing vektor satuan sepanjang sumbu-sumbu x, y, z, menjadi sistem koordinat tangan kiri dengan i j = -k.

47 29 Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar (Tipler, 2001) Gambar 2.14 menunjukkan sebuah anak panah dengan tinggi y berdiri sejajar bidang cermin deengan jarak s dari cermin. Bayangan dapat ditentukan dengan menggambar dua buah sinar, satu sinar digambar tegak lurus cermin. Sinar tersebut mengenai cermin pada titik A dan dipantulkan kembali ke dirinya dan sinar yang lain mengenai cermin. Sinar tersebut dipantulkan dengan sudut θ yang sama dengan sumbu x. Perpanjangan sinar ini menentukan letak bayangan ujung anak panah dengan jarak bayangan yang sama di belakang cermin seperti obyeknya di depan cermin. Cermin A P P y θ θ y s s Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan cermin datar (Tipler, 2001)

48 Cermin Melengkung Gambar 2.15 menunjukkan kumpulan sinar dari sebuah sumber titik P pada sumbu sebuah cermin cekung yang memantul dari cermin tersebut dan mengumpul pada titik P. Sinar-sinar tersebut kemudian menyebar dari titik ini seolah-olah ada obyek pada titik tersebut. Bayangan ini disebut bayangan nyata karena cahaya memang betul-betul memancar dari titik bayangan tersebut. Bayangan tersebut dapat diamati melalui layar atau film yang diletakkan pada titik bayangan. Sedangkan sebuah bayangan maya seperti yang dihasilkan cermin datar tak dapat ditangkap layar karena tak ada cahaya disana. Meskipun ada beda bayangan nyata dan maya, bayangan akan terlihat sama oleh mata. A P V Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang dipantulkan oleh cermin cekung (Tipler, 2001) Gambar 2.16 menunjukkan sebuah sinar dari titik objek P yang memantul pada cermin cekung dan melalui titik bayangan P. Titik C adalah pusat kelengkungan cermin. P α β θ θ γ A P C P V s s r Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan (Tipler, 2001)

49 31 Sinar-sinar yang datang dan yang dipantulkan membentuk sudut-sudut yang sama dengan garis radial CA yang tegak lurus permukaan cermin. s adalah jarak obyek dengan cermin dan s adalah jarak bayangan dengan cermin, dan r adalah jari-jari kelengkungan cermin. Sudut θ adalah sudut luar segitiga PAC sehingga sama dengan α + θ. β = α + θ 2.9 Demikian juga dari segitiga PAP γ = α + 2θ 2.10 Dengan menghilangkan θ dari persamaan-persamaan tersebut, maka 2θ = γ α = 2β 2α 2.11 atau 2β = α + γ 2.12 Dengan memakai pendekatan α = l, β = l, dan γ = l, s r s 1 s + 1 s = 2 r 2.13 Penurunan rumus ini didasarkan pada anggapan bahwa sudut-sudut yang dibuat oleh sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dipantulkan dengan sumbu-sumbu tersebut adalah kecil. Saat jarak obyek adalah lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin maka suku 1 s pada persamaan 2.13 menjadi lebih kecil dari 1 r dan dapat 2 diabaikan. Untuk s =, jarak bayangan adalah s = 1 r, jarak ini disebut panjang 2 fokus f dari cermin tersebut.

50 32 f = r Dengan menggunakan panjang fokus, persamaan cermin tersebut menjadi 1 s + 1 s = 1 f 2.15 Untuk menentukan letak bayangan dapat dicari dengan menggunakan diagram sinar. Ada empat sinar utama yang dapat digunakan yaitu: A. Sinar sejajar, digambar sejajar dengan sumbu utama cermin. Sinar ini dipantulkan melalui titik fokus cermin. B. Sinar fokus, digambar melalui titik fokus cermin. Sinar ini dipantulkan sejajar sumbu utama cermin. C. Sinar radial, digambar melalui pusat kelengkungan cermin. Sinar ini mengenai cermin tegak lurus permukaannya dan kemudian dipantulkan kembali pada pusat kelengkungan cermin. D. Sinar pusat, digambar pada verteks cermin tersebut. Sinar ini memantul dengan sudut yang sama terhadap sumbu utama. y C B A s M y F y D s y θ θ s s Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung (Tipler, 2001) Gambar 2.17 menunjukkan bahwa bayangan yang dihasilkan tersebut dibalik dan memiliki ukuran yang tidak sama dengan obyeknya. Perbandingan antara ukuran bayangan terhadap ukuran obyek didefinisikan sebagai perbesaran

51 33 lateral dari bayangan tersebut. Sebuah perbandingan dari segitiga yag dibentuk sinar datang, sumbu utama, dan obyek dengan segitiga yang dibentuk oleh sinar pantul, sumbu utama, dan bayangannya menunjukkan bahwa perbesaran lateral y y sama dengan perbandingan s s. Saat sebuah obyek berada di antara cermin dan titik fokusnya, sinar-sinar yang dipantulkan dari cermin tersebut tidak mengumpul namun kelihatan menyebar dari sebuah titik di belakang cermin. Bayangan yag dibentuk dalam hal ini adalah maya dan tegak seperti yang diilustrasikan Gambar M F y y Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung (Tipler, 2001) Untuk kasus s kurang dari 1 r, sehingga jarak bayangan s menjadi 2 bernilai negatif. Baik cermin cekung maupun cembung bayangan nyata hanya terbentuk di sisi-sisi yang sama dengan obyek. Bayangan maya terbentuk dibelakang cermin tanpa ada berkas cahaya. Berikut adalah konvensi tanda, - s bertanda (+) jika obyek berada di depan cermin (obyek nyata) - s bertanda ( - ) jika obyek berada di belakang cermin (obyek maya) - s bertanda (+) jika bayangan berada di depan cermin (obyek nyata) - s bertanda ( - ) jika bayangan berada di belakang cermin (obyek maya) - r, f bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan cermin (cermin cekung)

52 34 - r, f bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang cermin (cermin cembung) Perbesaran bayangan lateral dirumuskan dengan, m = y y = s s 2.16 Selain cermin yang melengkung ke dalam, adapula cermin yang melengkung keluar yang disebut sebagai cermin cembung. Cermin cembung merupakan cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang melengkung keluar. Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya. Gambar 2.19 menunjukkan diagram sinar untuk sebuah obyek di depan cermin cembung. Sinar yang menuju pusat kelengkungan cermin C dipantulkan kembali ke dirinya sendiri. Sinar sejajar sumbu utama A dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus F yang berada di belakang cermin. Sinar yang menuju titik fokus cermin B dipantulkan sejajar sumbu utama cermin. Dari gambar tersebut terlihat bahwa bayangan berada di belakang cermin yang berarti maya. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan lebih kecil dari obyeknya. y A B C y F M Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung (Tipler, 2001)

53 Pembentukan Bayangan Melalui Pembiasan Pembentukan bayangan oleh pembiasan pada permukaan melengkung yang memisahkan dua medium dengan indeks bias n 1 dan n 2 diilustrasikan pada Gambar pada gambar ini n 2 lebih besar dari n 1 sehingga gelombanggelombang berjalan lebih lambat di medium kedua dan hanya sinar-sinar paraksial yang mengumpul ke satu titik. Sebuah persamaan yang menghubungkan jarak bayangan ke jarak obyek, jari-jari kelengkungan, dan indeks bias dapat diturunkan dengan menerapkan hukum Snellius untuk pembiasan pada sinar-sinar ini dan memakai pendekatan sudut kecil. s s θ 1 θ 2 C P P n 1 n 2 Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung berbeda medium (Tipler, 2001) Geometri penurunan ini ditunjukkan pada gambar sudut-sudut θ 1 dan θ 2 dihubungkan oleh hukum Snellius. s s P θ 1 A θ 2 α β C γ P n 1 n 2 Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi obyek pada pembiasan lengkung tunggal (Tipler, 2001) n 1 sin θ 1 = n 2 sin θ 2

54 36 dengan memakai pendekatan sudut kecil sin θ = θ didapatkan n 1 θ 1 = n 2 θ dari segitiga ACP didapatkan β = θ 2 + γ = n 1 n 2 θ 1 + γ 2.18 hubungan lain untuk θ 1 dari segitiga PAC : θ 1 = α + β 2.19 dengan menghilangkan θ 1 dari persamaan 2.18 dan 2.19 didapatkan atau n 1 α + n 1 β + n 2 γ = n 2 β n 1 α + n 2 γ = n 2 n 1 β 2.20 dengan memakai pendekatan sudut-sudut kecil α = l s, β = l r, γ = l s, didapatkan n 1 s + n 2 s = n 2 n 1 r Pada pembiasan, bayangan nyata dibentuk di belakang permukaan yang disebut sebagai sisi transmisi. Sedangkan bayangan maya terjadi pada sisi datang di depan permukaan. Berikut adalah konvensi tanda pada pembiasan, - s bertanda (+) (obyek nyata) untuk obyek di depan permukaan (sisi datang) - s bertanda (-) (obyek maya) untuk obyek berada di belakang permukaan (sisi transmisi) - s bertanda (+) (bayangan nyata) untuk bayangan berada di belakang permukaan (sisi transmisi) - s bertanda ( - ) (bayangan maya) untuk bayangan berada di depan permukaan (sisi datang)

55 37 - r, f bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang permukaan (sisi transmisi) - r, f bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan permukaan (sisi datang) Gambar 2.22 menunjukkan sebuah sinar dari puncak obyek ke puncak bayangan. Sinar tersebut dibelokkan mendekati garis normal saat melewati permukaan tersebut, sehingga θ 2 kurang dari θ 1. Sudut-sudut ini dihubungkan menggunakan hukum Snellius. n 1 sin θ 1 = n 2 sin θ 2 y θ 1 s s θ 2 y n 1 n 2 Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral (Tipler, 2001) Ukuran obyek dan bayangan dihubungkan dengan sudut menjadi, tan θ 1 = y s tan θ 2 = y s tanda (-) muncul karena y negatif. Dengan hanya memperhatikan sinar-sinar paraksial dengan sudut kecil, sinus dari sudut kecil sama dengan tangen dari sudut kecil itu. Dengan pendekatan ini hukum Snellius menjadi y n 1 s = n y 2 s sehingga perbesarannya menjadi

56 38 m = y y = n 1s n 2 s Lensa Tipis Lensa adalah benda transparan (bening) yang dibatasi dengan dua permukaan lengkung. Lensa tipis dicirikan sebagai lensa yang ketebalannya dianggap kecil bila dibandingkan dengan jarak-jarak yang berhubungan dengan sifat-sifat lensa seperti jari-jari kelengkungan permukaan lensa, panjang fokus pertama dan panjang fokus kedua, jarak benda dan jarak bayangan. Ketebalan lensa tipis dapat diabaikan. Sebuah lensa dianggap sangat tipis berindeks bias n dengan udara pada kedua sisinya, memiliki jari-jari kelengkungan lensa r 1 dan r 2. Jika sebuah obyek berada pada jarak s dari permukaan pertama lensa, maka jarak bayangan s 1 yang disebabkan pembiasan pada permukaan pertama. Ditentukan dengan persamaan 2.22: 1 s + n = n s 1 r 1 Gambar 2.23 menunjukkan bahwa saat jarak bayangan s 2 untuk permukaan pertama adalah negatif, yang menunjukkan bahwa bayangan maya yang terjadi di sebelah kiri permukaan. Sinar-sinar pada kaca dibiaskan dari permukaan pertama menyebar seolah-olah datang dari titik bayangan P 1. Sinarsinar tersebut mengenai permukaan kedua dengan sudut-sudut sama seolah ada sebuah obyek pada titik bayangan ini. Bayangan untuk permukaan pertama kemudian menjadi obyek untuk permukaan kedua. karena ketebalan lensa diabaikan maka jarak obyek adalah sama dengan s 1 namun karena jarak obyek di

57 39 depan permukaan adalah positif dan bayangan adalah negatif, maka jarak obyek untuk permukaan kedua adalah s 2 = s 1. Persamaan 2.22 kemudian dituliskan untuk permukaan kedua dengan n 1 = n, n = 1, dan s = s 1. Jarak bayangan untuk permukaan kedua adalah jarak bayangan akhir s bagi lensa tersebut. n + n s 1 s = 1 n 2.23 r 2 Dengan menghilangkan jarak bayangan untuk permukaan pertama s 1 dengan menambahkan persamaan 2.22 dan 2.23 didapatkan 1 s + 1 s = (n 1) 1 r 1 1 r Dengan menganggap s adalah tak hingga dan s adalah f didapatkan 1 f = (n 1) 1 r 1 1 r Persamaan 2.25 disebut sebagai persamaan pembentukan lensa. Dengan mensubstitusikan 1 ke sisi kanan persamaan 2.24 didapatkan persamaan lensa tipis f yaitu: 1 s + 1 s = 1 f 2.26 P 1 P P s s s 2 s 2 Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa (Tipler, 2001)

58 Titik Fokus dan Panjang Fokus Fokus pertama Fokus pertama Fokus kedua Fokus kedua Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf (Giancolli) Gambar 2.24 menunjukkan pembiasan cahaya oleh lensa bikonveks dan bikonkaf. Sumbu utama pada lensa yaitu berupa garis lurus yang melewati pusat lensa dan tegak lurus dengan permukaan lensa. Titik fokus pertama F adalah suatu titik yang memiliki sifat bahwa semua sinar yang berasal darinya atau yang menuju titik itu akan sejajar dengan sumbu utama setelah mengalami pembiasan. Setiap lensa tipis di udara memiliki dua titik fokus, satu di sisi masingmasing, dan memiliki jarak yang sama dari pusat lensa. Titik fokus kedua F adalah titik tempat berkas sinar-sinar sejajar sumbu utama bertemu setelah dibiaskan atau titik yang seolah-olah sinar-sinar sejajar sumbu utama berasal dari pembiasan oleh lensa.

59 41 Untuk lensa positif, titik fokus utama berada pada sisi datang dan titik fokus kedua berada pada titik transmisi. Bidang fokus adalah bidang pada titik fokus yang tegak lurus dengan sumbu utama. Panjang fokus merupakan jarak antara titik fokus sampai pusat lingkaran. Jarak fokus ini disimbolkan f dan f, biasanya diukur dalam cm dan inchi, bernilai positif untuk lensa konvergen dan bernilai negatif untuk lensa divergen. Untuk lensa yang kedua medium permukaannya sama maka berlaku : f = f Diagram-diagram Sinar untuk Lensa y F1 F2 y Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung (Giancolli) Diagram-diagram sinar lensa cembung diilustrasikan seperti Gambar Sinar sejajar,yang digambarkan sejajar dengan sumbu utama, sinar ini akan dibiaskan melalui titik fokus kedua F2. 2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa akan diteruskan/tidak dibiaskan. 3. Sinar fokus, yang digambar melalui titik fokus pertama F1 akan dibiaskan sejajar sumbu utama. Hasil perpotongan sinar-sinar bias tersebut membentuk satu titik ujung bayangan.

60 42 Depan Belakang Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung (Giancolli) Untuk diagram-diagram sinar pada lensa cekung diilustrasikan seperti Gambar Sinar sejajar, yang digambar sejajar sumbu utama, sinar ini menyebar dari lensa seolah-olah berasal dari titik F2. 2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa,sinar ini tidak bibiaskan. 3. Sinar fokus, yang digambar menuju titik F1, sinar ini memancar sejajar sumbu utama Kekuatan Lensa Kekutan lensa tipis dinyatakan dalam dioptri dan berbanding terbalik dangan panjang fokus dalam meter. : P = 1 f dioptri = 1 panjang fokus (m) Lensa dengan jarak titik fokus kecil akan memberikan sudut bias yang besar atau dengan kata lain memiliki kekuatan yang besar. Sebaliknya lensa

61 43 dengan jarak titik fokus besar akan memberikan sudut bias yang kecil atau dengan kata lain memiliki kekuatan yang kecil. 2.5 Kerangka Berpikir Motivasi belajar, pembelajaran, dan prestasi belajar memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam proses pendidikan. Motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah pada tingkah laku tersebut, sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Suatu pembelajaran dapat dikatakan baik atau tidak, dapat dilihat dari prestasi belajar. Menurut Slameto (2008), motivasi belajar merupakan salah satu faktor dari dalam siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan pada penelitian Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2010) didapatkan hasil bahwa motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar jika dibandingkan dengan latar belakang dan kondisi sekolah. Motivasi belajar juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sardiman (2010) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar atau keaktifan siswa. Observasi yang dilakukan di kelas VIIIA MTs NU Ungaran mendapatkan hasil bahwa kelas tersebut masih memiliki masalah belajar. Hal ini diindikasikan dengan prestasi belajar yang masih dibawah KKM yaitu 68,00 dan keaktifan siswa yang masih kurang saat pembelajaran. Keaktifan siswa yang masih kurang

62 44 mengindikasikan kurangnya motivasi belajar siswa, selanjutnya perlu diberikan cara belajar lain menggunakan model pendekatan kooperatif. Salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah model Jigsaw II. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan berdiskusi kelompok, adanya reward untuk kelompok terbaik di akhir siklus akan membuat setiap siswa termotivasi agar dapat menjelaskan dengan baik materi yang telah menjadi tugasnya kepada teman sekelompoknya. Dengan cara belajar seperti ini diharapkan motivasi belajar meningkat yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Dari uraian di atas kerangka berpikir dalam penelitian ini secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:

63 45 OBSERVASI Masalah Belajar: 1. Motivasi belajar masih rendah 2. Prestasi belajar masih rendah. Teori motivasi Slameto mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Pada penelitian Fyans dan Maerh disimpulkan, motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar Motivasi Belajar Meningkat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Prestasi Belajar Meningkat Tujuan Tercapai 2.6 Hipotesis Tindakan Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II maka motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. Sejalan dengan meningkatnya motivasi belajar maka prestasi belajar juga mengalami peningkatan.

64 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, pada setiap akhir siklus diadakan evaluasi dan dilakukan penskoran untuk mengetahui kelompok yang mendapatkan reward. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 23 Agustus 2012 sampai 10 September Tempat pelaksanaan penelitian adalah MTs NU Ungaran. 3.3 Subjek Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah responden sebanyak 40 siswa. 3.4 Faktor yang diteliti Faktor yang diteliti dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: 1. Peningkatan motivasi belajar siswa yang diteliti menggunakan angket respon siswa. 46

65 47 2. Prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai tes evaluasi. 3.5 Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, namun jika pada siklus kedua belum mengalami peningkatan maka dilakukan siklus ketiga dengan koreksi pada siklus kedua. Tiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi (Arikunto, et al., 2009: 16) Perencanaan Pada tahap ini dilakukan observasi awal dengan rincian seperti berikut, a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan guru. Identifikasi dilakukan dengan melihat nilai ulangan harian siswa, wawancara terhadap guru IPA tentang metode yang sering digunakan dalam pembelajaran serta wawancara terhadap beberapa siswa sebagai sampel tentang pembelajaran IPA selama ini. b) Menyusun instrumen penelitian meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), angket motivasi belajar, tes evaluasi, lembar observasi, daftar kelompok asal, dan daftar kelompok ahli. c) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sesuai dengan perencanaan pada RPP. Tindakan yang dilakukan guru adalah menjelaskan inti materi, mengorganisasikan siswa dalam

66 48 pembagian kelompok, dan membimbing diskusi siswa. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Sedangkan di setiap akhir siklus, guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa, menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, dan memberikan reward kepada tim dengan nilai tertinggi. Tes yang diberikan berbentuk tes pilihan ganda Pengamatan Untuk dapat mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran maka dilakukan pengamatan/observasi terhadap siswa dan guru. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Adapun aspek yang diamati pada siswa antara lain: a) Mendengarkan dan memperhatikan teman yang menerangkan b) Menyampaikan pertanyaan c) Menyampaikan pendapat d) Menjelaskan materi yang dikuasai kepada teman yang lain. Observasi guru dilakukan dengan mengamati kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan guru yang diamati adalah kesesuaian kegiatan dengan rencana pembelajaran, perilaku proses belajar mengajar, perangkat proses belajar mengajar. Lembar observasi guru berisi beberapa aspek yang diukur mulai dari persiapan, proses belajar mengajar, sampai kegiatan akhir.

67 Refleksi Pada tahap ini semua hasil observasi dan evaluasi diolah dan direfleksikan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan mengoreksi kelemahankelemahan selama pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dan peneliti bersama-sama merencanakan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. 3.6 Metode Pengumpulan Data Lembar Respon Siswa / Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda check ( ) pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang berfungsi untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Untuk mengetahui validitas lembar observasi dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk (construct validity). Menurut Arikunto (2007: 65), kevalidan suatu instrumen dapat terpenuhi karena instrumen tersebut telah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen yang berupa angket motivasi belajar telah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga secara logis instrumen telah valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis yang berupa validitas konstruksi dalam penelitian ini tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung digunakan setelah instrumen tersebut selesai disusun.

68 Tes Pada penelitian ini dilakukan tes untuk mengetahui indikasi terdapat peningkatan prestasi belajar melalui peningkatan nilai setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi cahaya setelah diberi tindakan (post-test). Instrumen yang digunakan adalah tes objektif yang berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Sebelum soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap soal-soal tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal uji coba siklus I dan II terdapat pada Lampiran 9 dan 14. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas VIIIE MTs NU Ungaran tahun ajaran 2012/ Lembar Observasi Untuk melengkapi pengumpulan data evaluasi hasil maka dilaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan untuk mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti, guru kelas, dan tiga orang observer yang semuanya adalah rekan mahasiswa seangkatan peneliti. 3.7 Analisis Uji Coba Instrumen Sebelum penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen tes tertulis di kelas lain yang telah diberikan materi cahaya. Tujuan diadakan tes uji

69 51 coba adalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal Validitas Untuk mengetahui tingkat kevalidan soal berbentuk pilihan ganda pada penelitian ini digunakan rumus t hitung = r pbis n 2 1 r 2 (Sugiyono, 2004: 215) dengan r pbis = M p M t S t p q (Arikunto, 2007: 79) Keterangan : r pbis = koefisien korelasi poin biseral M p = skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal M t = skor rata-rata total S t = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal = (1- p) Butir soal dikatakan valid jika hasil perhitungan memperoleh nilai t hitung >t tabel. Hasil t hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan t tabel dengan =5%. Jika t hitung >t tabel maka instrumen dikatakan valid. Hasil analisis validitas soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diujicobakan

70 52 pada siklus I, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid. Pada siklus II, dari 30 soal yang diujicobakan, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid. Contoh perhitungan validitas butir soal terdapat pada Lampiran 10 dan Reliabilitas Persamaan yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes objektif adalah: r 11 = n n 1 1 M(n M) n S t 2 (Arikunto, 2007: 100) Keterangan: r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan M = skor rata-rata butir n = banyaknya item soal 2 S t = varians Kriteria reliabilitas butir soal: 0,000 r 11 0,200 sangat rendah 0,201 r 11 0,400 rendah 0,401 r 11 0,600 cukup 0,601 r 11 0,800 tinggi 0,801 r 11 1,000 sangat tinggi Harga r 11 dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r 11 > r tabel maka perangkat tes dikatakan reliabel. Suatu soal dikatakan reliabel jika tes tersebut dipercaya dan konsisten. Hasil analisis reliabilitas soal pada uji coba soal siklus 1 dan 2 diperoleh bahwa soal yang diujicobakan

71 53 memiliki kriteria tinggi pada siklus 1 dan sangat tinggi pada siklus 2. Contoh perhitungan reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 10 dan Taraf Kesukaran Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan indeks kesukaran yang besarnya antara 0,00 1,00. Jika indeks kesukaran bernilai 0,00 berarti soal tergolong sukar, namun jika indeks kesukaran bernilai 1,00 berarti soal terlalu mudah. Besarnya indeks kesukaran dihitung dengan P = B JS Keterangan: (Arikunto, 2007: 210) P B JS : indeks kesukaran : banyaknya soal yang dijawab benar : jumlah siswa yang menjawab benar Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diuji cobakan pada siklus 1, 2 soal dikategorikan sukar, 21 soal dikategorikan sedang, dan 7 soal dikategorikan mudah. Pada siklus 2, dari 30 soal yang diuji cobakan, 2 soal dikategorikan sukar, 23 soal dikategorikan sedang, dan 5 soal dikategorikan mudah. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal terdapat pada Lampiran 10 dan Daya Pembeda Soal Soal dikatakan baik jika dapat membedakan tingkat kemampuan seseorang. Daya pembeda soal dirumuskan sebagai berikut:

72 54 DP = B A J A B B J B = P A P B (Arikunto, 2007: 213) Keterangan : DP = daya pembeda B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar J A J B = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda : 0,00 DP 0,20 : Jelek 0,21 DP 0,40 : Cukup 0,41 DP 0,70 : Baik 0,71 DP 1,00 : Baik Sekali DP = negatif, semuanya tidak baik. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Hasil analisis terhadap daya pembeda soal diperoleh bahwa dari 30 soal pada siklus 1, 9 soal dikategorikan baik, 19 soal dikategorikan cukup, dan 2 soal dikategorikan jelek. Dari 30 soal pada siklus 2, 19 soal dikategorikan baik dan 11 soal dikategorikan cukup. Contoh perhitungan daya pembeda soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15.

73 Metode Analisis Data Respon Siswa (Angket) Untuk menilai respon siswa terhadap pembelajaran digunakan angket dengan menggunakan 4 indikator motivasi belajar yang setiap indikator diwakili dengan 6 pernyataan. Skor pada angket menggunakan interval 1-5. Rata-rata skor dari setiap aspek penilaian kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Adapun langkah-langkah menganalisis data angket motivasi belajar adalah : Membuat tabulasi data Menghitung persentase data menggunakan persamaan: Nilai = skor yang diperoleh siswa 100 skor maksimal Mengkonversikan persentase data ke dalam bentuk kualitatif dengan cara: 1) Menentukan persentase skor maksimal dengan persamaan: Nilai = Nilai = skor maksimal setiap indikator jumlah indikator jumlah skor maksimal 100% = 100% 100% 2) Menentukan persentase skor minimal dengan persamaan: Nilai = Nilai = skor minimal setiap indikator jumlah indikator 100% jumlah skor maksimal 100% = 20% 3) Menentukan range persentase skor:

74 56 range = % maksimal % minimal = 100% 20% = 80% 4) Menentukan lebar interval: lebar interval = range persentase jumlah kriteria kualitatif = 80% 4 = 20 % 5) Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval. Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria kualitatif motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar Nilai Kriteria 80,00% N 100,0% Sangat tinggi 60,00% N < 80,00% Tinggi 40,00% N < 60,00% Rendah 20,00% N < 40,00% Sangat rendah Analisis hasil belajar kognitif siswa Untuk menganalisis hasil belajar kognitif digunakan rumus Nilai = Jumlah Benar Jumlah Salah Perhitungan nilai rata-rata kelas Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus, (Arifin, 2011: 234) (Wiyanto, 2008: 83) Nilai = Skor peserta

75 57 (Wiyanto, 2008: 85) Ketuntasan belajar klasikal Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus, P = S N 100% Keterangan P : Ketuntasan klasikal S : Siswa tuntas N : Siswa seluruhnya (Wiyanto, 2008: 85) Pengujian terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Untuk menguji peningkatan (gain) dirumuskan dengan Keterangan g = S post S pre 100% S pre g : gain S post : skor setelah pembelajaran S pre : skor sebelum pembelajaran Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut : Tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70% Sedang = 0,3 g 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30% g 70% Rendah = g > 0,3 atau dinyatakan dalam persen g < 30% (Wiyanto, 2008: 86)

76 Indikator Keberhasilan Tolok ukur keberhasilan PTK ini dapat dilihat dari peningkatan motivasi belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa akibat meningkatnya motivasi belajar siswa. Indikator motivasi belajar dikatakan tercapai jika 62,50% siswa menyukai pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (Depdiknas, 2003). Peningkatan prestasi belajar dilihat melalui hasil tes siswa. Jika hasil tes mencapai 68% secara individu dan 85% secara klasikal maka prestasi belajar dikatakan meningkat (Mulyasa, 2009: 99).

77 59 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan mengambil materi cahaya dengan rincian sebagai berikut: Siklus 1 Pada tahap observasi di kelas terdapat masalah motivasi belajar dan prestasi belajar siswa yang masih rendah. Peneliti kemudian menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP pemantulan cahaya dan cermin, soal evaluasi, angket motivasi belajar, dan lembar observasi keaktifan siswa. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (1) apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (2) penggunaan model pembelajaran kooperatif, dan (3) pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 1 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket motivasi belajar. 59

78 60 Pada tahap pengamatan, peneliti dibantu oleh guru IPA kelas VIIIA dan tiga orang rekan peneliti yaitu Fitriana Khaerunisa, Indri Nurwahidah, dan Arya Dwi Candra mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran melalui lembar keaktifan siswa. Saat mengajar kinerja peneliti juga diamati oleh guru IPA kelas VIIIA melalui lembar observasi kinerja guru. Pada tahap terakhir di siklus 1 yaitu refleksi peneliti masih menemukan beberapa kekurangan, antara lain: (1) kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli yang masih kurang baik, (2) peneliti tidak memeriksa kesiapan siswa, dan (3) peneliti tidak menyampaikan tujuan yang akan dicapai siswa. Dari hasil refleksi ini dilakukanlah siklus Siklus 2 Pada tahap perencanaan siklus 2 guru merencanakan perbaikan dari siklus 1. Salah satu kekurangan siklus 1 adalah kemampuan mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli maka dari itu peneliti menyiapkan form diskusi berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai materi yang dibahas oleh masingmasing kelompok ahli. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan dengan beberapa cara seperti pada siklus 1 yaitu: (1) pemberian penguatan tentang hasil evaluasi pada siklus 1 yang tergolong baik, (2) apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (3) penggunaan model pembelajaran kooperatif, (4) menghindarkan kejenuhan pada siswa dengan membahas pertanyaan diskusi pada setiap kelompok ahli, dan (5)

79 61 pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 2 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket motivasi belajar. Tahap pengamatan dilakukan seperti pada siklus 1 dengan tidak ada perubahan. Pada tahap selanjutnya yaitu refleksi peneliti bersama guru merefleksi pembelajaran dan menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan dan tidak dilakukan siklus berikutnya Motivasi Belajar Siswa Data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Gambar 4.1, dan Gambar 4.2 berikut ini. Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa Ketercapaian Indikator Motivasi Sebelum Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2 Berusaha unggul 48,42% 66,92% 78,58% Menyelesaikan tugas dengan baik 49,25% 69,58% 77,83% Menyukai tantangan 49,83% 70,58% 79,42% Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggungjawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah. 51,83% 70,08% 77,83%

80 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Sebelum Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2 Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa Keterangan : Indikator 1 : Berusaha unggul Indikator 2 : Menyelesaikan tugas dengan baik Indikator 3 : Menyukai tantangan Indikator 4 : Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah. Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa Keterangan Sebelum Pembelajaran Siklus I Siklus 2 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata 59,80 83,15 94,1 Persentase siswa bermotivasi tinggi 22,5% 85% 100% Nilai Gain 0,4 0,3

81 Sebelum Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2 0 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Ratarata Ketercapaian Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan motivasi belajar siswa dari sebelum dilakukan pembelajaran ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong kategori sedang Prestasi Belajar Siswa berikut. Data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa Keterangan Siklus 1 Siklus 2 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata 73,50 86,10 Ketuntasan Klasikal 85% 97,5% Gain Score 0,5

82 Data Prestasi Belajar Siklus 1 Data Prestasi Belajar Siklus 2 0 Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Ratarata Ketuntasan Klasikal Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong kategori sedang. 4.2 Pembahasan Indikator motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran sebelum dilakukan penelitian masih tergolong rendah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Rendahnya motivasi sejalan dengan rendahnya rata-rata hasil ulangan IPA kelas VIIIA yang hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa masih mendapat nilai di bawah nilai KKM yaitu 68,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2007) yang mengungkapkan bahwa motivasi belajar yang lemah akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Dengan adanya motivasi belajar yang kuat maka prestasi belajar juga dapat optimal. Pada pembelajaran siklus 1 motivasi belajar meningkat secara signifikan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Peningkatan motivasi belajar ini terjadi

83 65 karena diberikannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sehingga siswa termotivasi untuk dapat berpendapat dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2012: 15) yang menyatakan bahwa belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat. Selain itu upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini juga dilakukan dengan memberikan rangsangan dari luar berupa menjanjikan reward kepada tim dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus pembelajaran. Pemberian reward pada setiap siklus pembelajaran bertujuan agar siswa lebih termotivasi karena mendapat apresiasi dan tanda penghargaan dari guru atas hasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 89) yang mengungkapkan bahwa salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi adalah memberikan hadiah. Pemberian hadiah dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa, sehingga dengan motivasi berprestasi itu prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain merangsang siswa berpendapat dan menjanjikan pemberian reward, penumbuhan motivasi belajar siswa juga dilakukan dengan menyampaikan apersepsi pada setiap awal pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki ketertarikan terhadap materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2008: 35) yang mengungkapkan bahwa salah satu teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan materi yang sudah dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.

84 66 Untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 1 dan memastikan terjadinya peningkatan motivasi belajar karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan pembelajaran siklus 2. Setelah dilakukan pembelajaran siklus 2 didapatkan hasil berupa peningkatan motivasi belajar siswa seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pembelajaran pada siklus 2 didasarkan dari refleksi siklus 1. Kekurangan pada siklus 1 adalah kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli. Sebelumnya pada siklus 1, peneliti hanya memberikan form berisi inti materi yang dipelajari siswa sehingga peneliti memperbaiki pembelajaran siklus 2 dengan memberikan form berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai materi yang dibahas oleh masing-masing kelompok ahli. Pemberian pertanyaan diskusi ini berdampak positif terhadap siswa, hal ini terlihat saat siswa mulai bingung ataupun saat konsentrasinya menurun. Ketika siswa diberikan pertanyaan diskusi tentang hubungan materi pembelajaran dengan teknologi masa kini dan yang mungkin di masa depan, siswa dapat kembali bersemangat belajar dengan memberikan pertanyaan balik kepada guru sehingga suasana diskusi kembali menjadi hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 161) yang menyatakan bahwa cara memotivasi belajar siswa adalah menghubungkan pengajaran dengan masa depan dan membuat kondisi menyenangkan dengan menghindarkan terjadinya kejenuhan dan frustasi pada diri siswa. Selain seperti pada siklus 1 dan pertanyaan diskusi dari guru, upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus 2 dilakukan dengan mengingatkan hasil tes yang telah dicapai pada siklus 1 yang sebagian besar siswa telah

85 67 mencapai ketuntasan dan masih ada kesempatan untuk menjadi tim yang terbaik pada siklus 2 sehingga siswa termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemanto (2003) yang menyebutkan bahwa:... pengenalan seseorang terhadap prestasi belajar adalah penting, karena dengan mengetahui hasil yang telah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Pendapat ini diperkuat oleh Anni dan Rifa i (2009: 170) yang menyatakan bahwa tingkah laku yang diperkuat pada waktu yang lalu barangkali akan diulang (reinforcing value of motivation). Misalnya jika siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus diberi hadiah, maka siswa tersebut akan berusaha mendapat nilai yang bagus kembali. Motivasi belajar yang meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II juga dapat dilihat dari hasil observasi keaktifan siswa pada lampiran 10 yang dapat dikategorikan aktif. Aktif merupakan salah satu indikator bahwa siswa telah memilki motivasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (2008: 136) yang menyatakan bahwa motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Prestasi belajar siswa pada penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil. Ketuntasan klasikal pada siklus 1 mencapai 85% dan pada siklus 2 mencapai 97,5%. Pendapat ini sesuai dengan Mulyasa (2009: 99) yang menyatakan bahwa

86 68 keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Meningkatnya motivasi belajar siswa pada penelitian ini sejalan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa berpengaruh pada proses pembelajaran, siswa lebih memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, siswa saling berargumentasi dan berdiskusi mengenai materi, dan siswa tidak segan bertanya kepada guru mengenai materi yang belum siswa pahami. Misalnya saat guru menunjukkan alat peraga berupa kacamata kemudian melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa seperti "apa lensa yg dipakai?", "bagaimana terbentuknya bayangan oleh lensa?", atau "mengapa ukuran kuat lensa berbeda-beda?", saat itulah ketertarikan siswa sudah jelas terlihat melalui cara mereka mencari tahu dengan membaca buku referensi dan memahaminya. Apabila mereka belum dapat memahami sendiri, mereka akan saling bertanya kepada teman mereka dan meminta penjelasan kepada guru. Dengan cara inilah prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan dengan sendirinya. Hal serupa juga diungkapkan oleh hasil penelitian Sahin (2010) yang menyatakan dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif dengan berdiskusi dan menemukan solusi permasalahan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 56) yang menyebutkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi motivasinya, maka semakin

87 69 tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukannya sehingga semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang mendorong peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran.

88 70 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya meningkat Seiring meningkatnya motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: Guru perlu mempersiapkan alat peraga agar siswa dapat terlibat langsung sehingga diskusi akan lebih menarik. Guru perlu lebih memperhatikan pembagian kelompok serta heterogenitas untuk mendukung diskusi. 70

89 71 DAFTAR PUSTAKA Anni, C.T. & A. Rifa i Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS. Arifin, Z Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Rosdakarya. Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Chan, K.W Using Jigsaw II in Teaching Program. Hongkong Teachers centre Journal, 3: Depdiknas Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta: Depdiknas. Dimyati & Moedjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinneka Cipta. Hamalik, O Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O Kurikulum dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hanze, M. & R. Berger Cooperative Learning, Motivational Effects, and Student Characteristics: An Experimental Study Comparing Cooperative Learning and Direct Instruction in 12th Grade Physics Classes. Learning and Instruction Journal, 17: Isjoni Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, H.E Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

90 72 Nur, M. & P.R. Wikandari Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat studi Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Nur, M Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Poerwadarmitra, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka. Sahin, A Effect of Jigsaw II Technique On Academic Achievement And Attitudes To Written Expression Course. Educational Research and Reviews Academic Journal, 5: Sardiman, A.M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siregar, E. & H. Nara Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Siregar, S Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw II Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Mesin. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, 4: 6. Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rinneka Cipta. Soemanto, W Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta. Sudaryono Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Tangerang: Graha Ilmu. Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

91 73 Syah, M Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. Tipler, P.A Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Tu u, T Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Uno, H.B Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wiyanto Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS.

92 LAMPIRAN 74

93 75 Silabus Sekolah Kelas Mata Pelajaran Semester Standar Kompetensi : MTs NU Ungaran : VIII : IPA Terpadu : 1 (satu) : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari Kompetensi Dasar 6.3 Menyelidiki sifatsifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Materi Pokok/ Pembelajaran Cahaya Kegiatan Pembelajaran Ceramah menjelaskan poin-poin atau inti materi hukum pemantulan dan berbagai pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung. Diskusi kelompok tentang hukum pemantulan cahaya dan pemantulan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum pemantulan dan berbagai pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung. Indikator Pencapaian Kompetensi Menjelaskan hukum pemantulan cahaya. Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan. Menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung. Mengoperasikan rumus 1 = yang berhubungan f s s dengan perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. Mengoperasikan rumus Teknik Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Tes pilihan 1. Berikut ini merupakan bunyi hukum ganda pemantulan:. i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis Tes pilihan normal terletak pada satu bidang datar. ganda.. ii. Sinar datang dan sinar pantul Tes pilihan memiliki arah yang sama. ganda iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Tes pilihan Pernyataan yang benar adalah... ganda a. i, ii, dan iii b. i dan ii c. i dan iii d. ii dan iii Tes pilihan ganda 2. Jika letak benda terhadap cermin datar berjarak 5 cm, maka jarak bayangan ke cermin adalah... a. 2,5 cm Tes pilihan b. 5 cm ganda c. 10 cm d. 50 cm Tes ganda pilihan 3. Benda di ruang II pada cermin cekung sifat bayangannya adalah a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil Alokasi Waktu Sumber Belajar 10x40 Buku IPA yang relevan..

94 76 Ceramah menjelaskan poin-poin atau inti materi hukum pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan pada lensa cekung dan cembung. Diskusi kelompok tentang hukum pembiasan cahaya dan pembiasan pada lensa cekung dan cembung. Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan pada lensa cekung dan cembung. M = s i s 0 = i o yang berhubungan dengan perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari. Menjelaskan hukum pembiasan cahaya. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. Mengoperasikan rumus 1 = yang berhubungan f s s dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. Mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o yang berhubungan dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari. Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes tulis Tes ganda Tes ganda Tes ganda Tes ganda Tes ganda Tes ganda Tes ganda pilihan pilihan pilihan pilihan pilihan pilihan pilihan c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar 4. Suatu benda setinggi 24 cm berada di depan cermin cembung, bayangan yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung tersebut adalah... a. 4kali b. 2 kali c. 0,5 kali d. 0,25 kali 5. Jika perbesaran bayangan sebuah cermin adalah 0,5 kali. Berapakah tinggi bayangan jika tinggi benda adalah 4 cm? a. 8 cm b. 4 cm c. 3,5 cm d. 2 cm 6. Pembelokkan arah rambat cahaya dari suatu medium ke medium lain yang berbeda kerapatannya disebut... a. Pemantulan b. Pembiasan c. Perbesaran d. Pergeseran 7. Benda yang diletakkan 5 cm di depan lensa cekung dengan fokus 10 cm memiliki sifat bayangan... a. Maya, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperkecil c. Maya, tegak, diperbesar d. Nyata, tegak, diperbesar 8. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cekung sehingga terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Perbesaran bayangan adalah...

95 77 a. 1 kali b. 0,75 kali c. 0,50 kali d. 0,25 kali Karakter siswa yang diharapkan : Ketakwaan kepada Tuhan YME Disiplin Tanggung jawab Kerjasama

96 Lampiran 2 78 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 CAHAYA & PEMANTULAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas Alokasi Waktu : MTs NU Ungaran : Ilmu Pengetahuan Alam : VIIIA : 5 x 40 menit A. Standar Kompetensi 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. C. Indikator 1. Kognitif a. Menjelaskan hukum pemantulan cahaya. b. Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan. c. Menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar. d. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung. e. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung. f. Mengoperasikan rumus 1 f = 1 s + 1 s yang berhubungan dengan perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. g. Mengoperasikan rumus M = s i s 0 perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. = i o yang berhubungan dengan h. Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung 2. Psikomotor pada kehidupan sehari-hari. Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya.

97 79 3. Afektif a. Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain. b. Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran. c. Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya. d. Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Siswa mampu menjelaskan hukum pemantulan cahaya. b. Siswa mampu mendefinisikan jenis-jenis pemantulan. c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang di bentuk oleh cermin datar. d. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung. e. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung. f. Siswa mampu mengoperasikan rumus 1 f = 1 s + 1 s yang berhubungan dengan perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. g. Siswa mampu mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o yang berhubungan dengan perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. h. Siswa mampu menyebutkan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari. 2. Psikomotor 3. Afektif Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya. a. Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain. b. Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran. c. Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya. d. Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli. E. Materi Pembelajaran 1. Pengertian dan Sifat-sifat cahaya 2. Hukum Pemantulan Cahaya

98 80 3. Macam pemantulan cahaya 4. Cermin Datar 5. Cermin Cekung 6. Cermin Cembung F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Jigsaw II 2. Metode : - Ceramah - Diskusi - Tanya jawab G. Langkah Pembelajaran Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan meminta ketua kelas memimpin doa untuk menumbuhkan sikap ketaqwaan kepada Tuhan YME. 2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan meminta siswa yang terlambat melapor ke ruang BK untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa. 3. Apersepsi 15 Menit ~ Guru bertanya kepada siswa tentang pengalaman bercermin menggunakan sendok. ~ Guru bertanya akibat yang terjadi jika tidak ada kaca spion pada kendaraan bermotor. Apersepsi digunakan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sekitar siswa. 4. Guru menjelaskan tujuan materi pemantulan cahaya dan cermin. Inti 1. Guru memberikan gambaran tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 2. Guru menjelaskan pentingnya tanggungjawab yang diemban oleh setiap siswa untuk dapat menguasai materi sehingga dapat menjelaskan kepada teman satu kelompok asalnya karena 85 Menit

99 81 satu kelompok itu tenggelam bersama dan berenang bersama, sehingga bisa memenangkan kelompoknya. 3. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang kemudian disebut kelompok Asal. Disini guru juga mengingatkan pentingnya kerjasama antar anggota agar dapat memenangkan kelompoknya. (EKSPLORASI) 4. Guru menjelaskan secara singkat materi pemantulan cahaya dan pemantulan cahaya pada cermin datar, cekung, dan cembung. (EKSPLORASI) 5. Guru kembali membagi 6 kelompok asal menjadi 6 kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli. (EKSPLORASI) 6. Guru memberikan form materi kepada setiap kelompok ahli untuk membahas materi yang diberikan sesuai form yang diterima. (EKSPLORASI) 7. Siswa berdiskusi membahas materi masingmasing selama 20 menit. (ELABORASI) 8. Guru membimbing siswa jika mendapati kesulitan dalam memahami materi. (ELABORASI & KONFIRMASI) 9. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI) 10. Setelah semua kembali setiap siswa diminta menjelaskan materi yang didapatnya kepada teman satu kelompoknya secara merata selama 30 menit. (ELABORASI & KONFIRMASI) 11. Guru memastikan semua materi sudah dijelaskan dengan membuka sesi tanya jawab kepada siswa dan kembali menjelaskan materi

100 82 Penutup yang dianggap sulit oleh siswa. (ELABORASI & KONFIRMASI) 12. Guru memberikan tes. (KONFIRMASI) 65 Menit 1. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes 45 Menit temannya secara silang. 2. Guru mengumumkan kelompok pemenang siklus I dan memberikan reward serta tak lupa mengucapkan selamat dan mengingatkan agar siswa menyiapkan diri di siklus berikutnya karena masih ada reward yang akan diberikan. 3. Guru mengucapkan terimakasih dan memberi salam untuk menanamkan rasa berterimakasih dan nilai religi. H. Sumber Belajar 1. Buku IPA yang relevan 2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah. I. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian a. Tes tertulis. b. Pengamatan langsung. 2. Bentuk Instrumen a. Tes pilihan ganda. b. Lembar Observasi.

101 Lampiran 3 83 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 PEMBIASAN CAHAYA DAN LENSA Sekolah Mata Pelajaran Kelas Alokasi Waktu : MTs NU Ungaran : Ilmu Pengetahuan Alam : VIIIA : 5 x 40 menit A. Standar Kompetensi 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. C. Indikator 1. Kognitif a. Menjelaskan hukum pembiasan cahaya. b. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung. c. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. d. Mengoperasikan rumus 1 f = 1 s + 1 s yang berhubungan dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. e. Mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. yang berhubungan dengan f. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari. 4. Psikomotor 5. Afektif Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya. a. Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain. b. Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran. c. Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.

102 84 d. Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Siswa mampu menjelaskan hukum pembiasan cahaya. b. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung. c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. d. Siswa mampu mengoperasikan rumus 1 = yang berhubungan dengan f s s perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. e. Siswa mampu mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. yang berhubungan f. Siswa mampu menyebutkan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari. 2. Psikomotor 3. Afektif Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya. a. Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan materi kepada siswa lain. b. Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran. c. Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya. d. Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli. E. Materi Pembelajaran 1. Hukum Pembiasan Cahaya 2. Lensa Cekung 3. Lensa Cembung F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model : Jigsaw II 2. Metode : - Ceramah - Diskusi - Tanya jawab

103 85 G. Langkah Pembelajaran Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan meminta 15 Menit ketua kelas memimpin doa untuk menumbuhkan sikap ketaqwaan kepada Tuhan YME. 2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan meminta siswa yang terlambat melapor ke ruang BK untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa. 3. Apersepsi dan motivasi a. Guru mengucapkan selamat kepada pemenang siklus I dan kembali mengingatkan adanya pembelajaran serupa dan pemberian reward untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Guru bertanya kepada siswa yang berkacamata tentang jenis kacamata yang dipakai untuk menumbuhkan motivasi belajar dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan kehidupan seharihari. 4. Guru menjelaskan tujuan materi pembiasan cahaya dan lensa. Inti 1. Guru menjelaskan secara singkat materi pembiasan cahaya dan pembiasan cahaya 85 Menit pada lensa cekung dan cembung. (EKSPLORASI) 2. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang kemudian disebut kelompok Asal dengan menanamkan motivasi untuk menjadi juara pada akhir pembelajaran. (EKSPLORASI) 3. Guru kembali membagi 6 kelompok asal

104 86 Penutup menjadi 6 kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli. (EKSPLORASI) 4. Guru memberikan form materi dan form diskusi kepada setiap kelompok ahli untuk membahas materi yang diberikan sesuai form yang diterima. (EKSPLORASI) 5. Siswa berdiskusi membahas materi selama 30 menit. Saat terlihat kejenuhan pada siswa, guru mendekati dan menanyakan pertanyaan pada form diskusi yang berisi kaitan materi dengan kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. (ELABORASI) 6. Guru membimbing siswa jika mendapati kesulitan dalam memahami materi.. (ELABORASI & KONFIRMASI) 7. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI) 8. Setelah semua kembali setiap siswa diminta menjelaskan materi yang didapatnya kepada teman satu kelompoknya secara merata selama 30 menit. (ELABORASI) 9. Guru memastikan semua materi sudah dijelaskan dengan membuka sesi tanya jawab kepada siswa dan kembali menjelaskan materi yang dianggap sulit oleh siswa. (ELABORASI & KONFIRMASI) 10. Guru memberikan tes kepada siswa. (KONFIRMASI) 4. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes temannya secara silang. 5. Guru mengumumkan kelompok pemenang siklus II dan memberikan reward serta tak lupa mengucapkan selamat. 6. Guru mengucapkan terimakasih dan 65 Menit 45 Menit

105 87 memberi salam untuk menanamkan rasa berterimakasih dan nilai religi. H. Sumber Belajar 1. Buku IPA yang relevan 2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah. I. Penilaian Hasil Belajar Teknik Penilaian a. Tes tertulis. b. Pengamatan langsung. 1. Bentuk Instrumen c. Tes pilihan ganda. d. Lembar Observasi.

106 Lampiran 4 88 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar No. Indikator No.Pernyataan Jumlah Pertanyaan 1. Berusaha unggul 1, 2, 3, 4, 5, Menyelesaikan tugas dengan baik 7, 8, 9, 10, 11, Menyukai tantangan 13, 14, 15, 16, 6 4. Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggungjawab, umpan balik, dan resiko tingkat menengah. 17, 18 19, 20, 21, 22, 23, 24 6

107 Lampiran 5 89 Angket Motivasi Belajar Nama : Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas : Petunjuk Pengisian 1. Sebelum mengisi pernyataan berikut, kami mohon untuk membacanya terlebih dahulu. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda dengan membubuhkan tanda Check ( ) pada kolom. 3. Keterangan pilihan jawaban: SS S R TS STS : Sangat Setuju : Setuju : Ragu-ragu : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju No. PERNYATAAN SS S R TS STS Bagi saya, keberhasilan dalam berprestasi merupakan hal yang utama. Saya berusaha mendapatkan nilai terbaik dalam pelajaran IPA. Saya berusaha mencari sumber bacaan lain untuk menambah pengetahuan pelajaran IPA. Saya belajar IPA dengan rajin, agar nilai ulangan saya baik. Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik dari teman-teman. Saya berusaha mencapai sukses, agar sukses saya menjadi panutan teman-teman saya.

108 90 No. PERNYATAAN SS S R TS STS Terlambat dalam mengumpulkan tugas ke guru merupakan hal tidak biasa bagi saya. Saya berusaha untuk mendapatkan cara pemecahan terbaik terhadap setiap masalah yang saya hadapi. Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya pada masa lalu. 10. Saya selalu mengerjakan tugas dari guru. 11. Saya tidak pernah mencontek tugas teman Saya mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh. Untuk mencapai prestasi yang baik, saya bersedia mengikui les-les di luar sekolah. 14. Saya ingin mendalami pelajaran IPA Persaingan yang baik dalam pelajaran IPA membuat saya tertantang. Apabila belajar IPA di kelas dengan metode bermain sangat menyenangkan. Saya ingin menjadi juara dipembelajaran IPA 17. kali ini. Saya berusaha mengatasi setiap kendala saat 18. menemukan persoalan dalam pelajaran IPA. Saya saling bertukar pendapat dan pikiran 19. masalah pelajaran IPA dengan teman-teman. 20. Saya berusaha untuk memikul setiap tanggungjawab pribadi. 21. Melihat hasil nilai IPA saya yang memuaskan, saya belajar lebih giat lagi. 22. Saya senang mengajarkan materi IPA kepada

109 91 No. PERNYATAAN SS S R TS STS teman. 23. Kerjasama yang baik dalam bertukar pendapat dan pikiran dalam kelas, sangat menyenangkan. 24. Saya lebih suka belajar kelompok dari pada belajar sendiri.

110 Lampiran 6 92 Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1 SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER TOPIK : MTs NU Ungaran : IPA FISIKA : VIII/1 : CAHAYA STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. INDIKATOR 1. Menjelaskan hukum pemantulan cahaya 2. Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan. 3. Menjelaskan sifat dan pembentukan bayangan pada cermin datar TOPIK Hukum pemantulan cahaya Hukum pemantulan cahaya Cermin datar. TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6 NO. SOAL V 1 V 4 V 6 V 7 V 5 V 8 V 11

111 93 4. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung. Cermin cekung. V 9 V 10, 25 V 2, 19 V 3 V Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung. 6. Mengoperasikan rumus 1 f = 1 s + 1 s dalam perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. 7. Mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o dalam perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Cermin cembung. Persamaan cermin cekung dan cermin cembung. Persamaan cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. 8. Menjelaskan aplikasi cermin Aplikasi cermin cekung, dan cermin cembung. V 27 V 24 V 17, 29 V 13, 18, 22, 28 V 21 V 14, 15, 23, 26, 30 V 16

112 94 cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari. V 20

113 Lampiran 7 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Berikut ini merupakan bunyi hukum pemantulan: i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. ii. Bidang pantul tegak lurus dengan garis normal. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Pernyataan yang benar adalah.... a. i, ii, dan iii b. i dan ii c. i dan iii d. ii dan iii 2. Benda yang terletak diantara titik fokus dan pusat kelengkungan cermin pada cermin cekung sifat bayangannya adalah. a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar Soal Uji Coba Siklus Perhatikan pernyataan berikut dengan teliti. i. Pemantulan sinar yang mengenai dinding rumah yang tidak rata. ii. Pemantulan cahaya pada keramik mengkilat.. iii. Pemantulan cahaya pada cermin datar. iv. Pemantulan sinar yang mengenai permukaan kayu yang kasar. Pernyataan di atas yang merupakan pemantulan baur adalah.... a. i dan ii c. i dan iv b. i dan iii d. ii dan iv 6. Terpencarnya cahaya akibat pemantulan cahaya pada permukaan yang tidak rata disebut.... a. Pembiasan b. Pemantulan teratur c. Pemantulan baur d. Pemantulan sempurna 7. Perhatikan gambar berikut ini Sinar Datang Garis Normal Sinar Pantul 3. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan pada sebuah cermin cekung. Pada cermin, berkas cahaya itu mengalami a. Pembiasan sehingga sinarnya menyebar b. Pemantulan sehingga sinarnya mengumpul c. Pembiasan sehingga sinarnya mengumpul d. Pemantulan sehingga sinarnya menyebar 4. Seberkas sinar datang mengenai cermin datar, antara sinar datang dan garis normal terbentuk sudut sebesar 30. Besar sudut pantulnya adalah.... a. 15 c. 45 b. 30 d Besarnya sudut pantul (r) adalah.... a. 50 c. 60 b. 40 d Perhatikan gambar berikut ini Jika kata di atas dilihat melalui cermin datar, bayangan kata menjadi.... r Cermin Datar

114 96 e. D C b. d. D C f. B A B A g. h. 9. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah. a. Maya, tegak, sama besar, berkebalikan b. Nyata, tegak, sama besar, berkebalikan c. Nyata, tegak, diperbesar, berkebalikan d. Nyata, tegak, diperkecil, berkebalikan 10. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5 m dari sebuah cermin datar. Berapakah tinggi dan jarak bayangan pada cermin.... a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m 11. Perhatikan gambar berikut Cermin Datar C D A Bayangan yang terbentuk oleh cermin datar adalah.... D C a. C c. D B B A B A 12. Benda yang terletak diantara pusat optik dan titik fokus pada cermin cekung sifat bayangan yang terjadi adalah. a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar Untuk soal nomor 14 s.d 16 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jarijari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda adalah 10 cm. 13. Jarak bayangan dengan cermin adalah.... a. 6 cm c. 10 cm b. 7 cm d. 35 cm 14. Perbesaran bayangan adalah.... a. 6 kali c. 1 5 kali b. 5 kali d. 1 6 kali 15. Tinggi bayangan adalah.... a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 0,5 cm 16. Parabola menggunakan permukaan yang cekung, dikarenakan untuk.... a. Memfokuskan gelombang mikro yang sejajar. b. Memfokuskan gelombang mikro yang baur. c. Menyebarkan gelombang mikro yang sejajar. d. Menyebarkan gelombang mikro yang baur.

115 Suatu cermin cekung menghasilkan bayangan bersifat nyata, terbalik, sama besar. Letak benda yang memiliki bayangan tersebut berada di.... a. Antara pusat optik dengan titik fokus b. Antara titik fokus dengan pusat kelengkungan c. Tepat di fokus cermin d. Tepat di pusat kelengkungan cermin 18. Sebuah benda berada pada jarak 10 cm dari cermin cekung, bayangan yang terbentuk berada pada jarak 15 cm dari cermin. Jarak fokus cermin adalah.... a. 3 cm c. 6 cm b. 5 cm d. 150 cm 19. Perhatikan gambar berikut ini M Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung di atas adalah.... a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Maya, tegak, diperkecil d. Maya, tegak, diperbesar 20. Bayangan maya adalah.... a. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan sinar-sinar pantul. b. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan perpanjangan sinarsinar pantul. c. Bayangan yang terbentuk oleh sinar dari titik fokus. d. Bayangan yang terbentuk dari sinar pusat kelengkungan cermin. F Benda Bayangan 21. Hubungan antara jarak benda ke cermin (s), titik fokus (f), dan jarak bayangan ke cermin (s ) adalah.... a. f = s + s b. f = 1 s + s c. f = 1 s + 1 s d. 1 f = 1 s + 1 s 22. Sebuah benda diletakkan 4 cm di depan cermin cekung yang berjarak fokus 6 cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah di belakang cermin a. 10 cm c. 24 cm b. 12 cm d. 32 cm 23. Suatu benda setinggi 24 cm berada di depan cermin cembung, bayangan yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung tersebut adalah.... a. 4 kali c. 0,5 kali b. 2 kali d. 0,25 kali 24. Di bawah ini gambar yang tepat mengenai pemantulan cermin cembung, kecuali.... a. b. c. d.

116 Jika letak benda terhadap cermin datar berjarak 5 cm, maka jarak bayangan ke cermin adalah.... a. 2,5 cm c. 10 cm b. 5 cm d. 50 cm 26. Sebuah benda yang tingginya 4 cm berdiri 12 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, tinggi bayangannya adalah.... a. 1 cm c. 16 cm b. 2 cm d. 48 cm 27. Jika perbesaran bayangan sebuah cermin adalah 0,5 kali. Jika tinggi benda adalah 4 cm, maka tinggi bayangan adalah.... a. 8 cm c. 3,5 cm b. 4 cm d. 2 cm Untuk soal nomor 28 dan 29 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika benda diletakkan 10 cm di depan cermin. 28. Jarak bayangan ke cermin adalah.... a. 30 cm c. 6 cm b. 20 cm d. 3 cm 29. Sifat bayangan yang dibentuk adalah.... a. Maya, tegak, dan diperbesar b. Maya, tegak, dan diperkecil c. Nyata, tegak, dan diperkecil d. Nyata, tegak, dan diperbesar 30. Sebuah benda diletakkan di muka cermin cekung yang mempunyai jarak fokus 15 cm. Agar bayangan yang terbentuk 3 kali lebih besar dan nyata, maka benda harus diletakkan di depan cermin sejauh. a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm

117 Lampiran 8 99 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1 1. C 2. A 3. B 4. B 5. C 6. C 7. B 8. B 9. A 10. D 11. B 12. D 13. A 14. C 15. C 16. A 17. D 18. C 19. D 20. B 21. D 22. B 23. D 24. D 25. B 26. A 27. D 28. C 29. B 30. C

118 Lampiran 9 100

119 Lampiran

120 102

121 103

122 104

123 105

124 Lampiran Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2 SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER TOPIK : MTs NU UNGARAN : IPA FISIKA : VIII/1 : CAHAYA STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. INDIKATOR 1. Menjelaskan hukum pembiasan cahaya. 2. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung. TOPIK Hukum pembiasan cahaya Lensa cekung TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6 NO. SOAL V 9 V 23 V 3, 24 V 26 V 21, 22 V 8, 9, 30 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

125 Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. 4. Mengoperasikan rumus 1 = f s s dalam perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. Lensa cembung Persamaan lensa cekung dan lensa cembung. V 12 V 13, 18, 19 V 24 V 1, 4,7, 11, 16, 20, Mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o dalam perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. 6. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari. 7. Mengoperasikan rumus P = 1 f dalam perhitungan kuat lensa. Persamaan lensa cekung dan lensa cembung. Aplikasi lensa cekung dan lensa cembung. Kekuatan lensa V 5, 6, 17, 23, 25, 28 V 2 V 14, 15 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

126 Lampiran 12 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di depan lensa cekung yang memiliki jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan dengan pusat lensa adalah... bersifat maya. a. 25,7 cm c. 15,7 cm b. 16,7 cm d. 10 cm 2. Perhatikan gambar di bawah ini Soal Uji Coba Siklus 2 5. Perbesaran bayangannya adalah.... a. 6 kali c. 1 5 kali b. 5 kali d. 1 6 kali 6. Tinggi bayangannya adalah.... a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 1 cm Sebuah benda berada pada jarak 10 cm di depan lensa cekung. Jika jarak fokus lensa adalah 3 kali jarak benda, maka jarak bayangan adalah... bersifat maya. a cm c. cm 4 30 b cm d cm Lensa yang digunakan alat tersebut adalah.... a. Lensa cekung b. Lensa datar c. Lensa cembung d. Prisma 3. Bila berkas sinar dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat membentuk sudut bias 90, maka sudut datangnya disebut.... a. Sudut bias b. Sudut batas c. Sudut normal d. Sudut pantul Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda adalah 12 cm. 4. Jarak bayangan dengan lensa adalah... bersifat maya. a. 5 cm c. 10 cm b. 6 cm d. 35 cm 8. Benda yang diletakkan 5 cm di depan lensa cekung dengan fokus 10 cm memiliki sifat bayangan.... a. Maya, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperkecil c. Maya, tegak, diperbesar d. Nyata, tegak, diperbesar 9. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cembung sehingga terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Jarak fokus lensa adalah.... a. 75 cm c. 14,2 cm b. 35 cm d. 10 cm 10. Pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya disebut... cahaya. a. Pemantulan b. Pembiasan c. Perbesaran d. Pergeseran 11. Jika seberkas cahaya datang dengan sudut datang yang lebih besar dengan sudut batas, maka.... a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. b. Cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.

127 109 c. Cahaya tidak akan dibiaskan,melainkan dipantulkan. d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan dipantulkan. a. b. 4 2x 3 4+2x 3 cm cm c. 4 2x cm d x cm 12. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung jika sebuah benda diletakkan diantara titik fokus lensa dan di dua kali fokus adalah.... a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Nyata, terbalik, diperkecil d. Nyata, terbalik, diperbesar 13. Perhatikan gambar berikut ini 17. Suatu benda diletakkan pada jarak 10 cm di depan lensa cembung. Agar terbentuk bayangan dengan perbesaran 1 kali, besar jarak fokus lensa adalah.... a. 1 cm c. 10 cm b. 5 cm d. 20 cm 18. Di bawah ini gambar yang tepat mengenai pembiasan pada lensa cembung, kecuali.... a. F1 F2 Dari gambar di atas, sifat lensa cembung adalah.... a. Konvergen b. Divergen c. Dispersi d. Interferensi 14. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda berada 4 cm di depan lensa, maka besar kuat lensa adalah... dioptri. a. 3 c. 75 b d Sebuah lensa cembung memiliki kuat lensa sebesar 2 dioptri, maka besar fokus lensa tersebut adalah... cm a. 0,5 c. 25 b. 20 d Sebuah benda diletakkan di depan lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus lensa. Jika jarak fokus adalah (2-x) cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah bersifat maya. b. c. d. F1 F1 F1 19. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda diletakkan 4 cm di depan lensa, maka jarak bayangan dengan lensa adalah.... a. 8 cm c. 3,5 cm b. 4 cm d. 2 cm F2 F2 F2

128 Sebuah benda yang tingginya 2 cm berdiri 6 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran bayangannya adalah... kali a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. 4 kali 21. Perhatikan gambar berikut Pernyataan yang paling tepat untuk gambar di atas adalah.... a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus sisi pertama. b. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus sisi pertama. c. Sinar datang melalui titik fokus sisi pertama dibiaskan sejajar sumbu utama. d. Sinar datang menuju pusat kelengkungan lensa diteruskan tidak dibiaskan. 22. Perhatikan gambar berikut Pernyataan yang tepat untuk gambar di atas adalah.... a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus sisi pertama. b. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus sisi pertama. c. Sinar datang melalui titik fokus sisi pertama dibiaskan sejajar sumbu utama. d. Sinar datang menuju pusat lensa diteruskan tidak dibiaskan. 23. Perhatikan beberapa pernyataan berikut. I. Bila kita memasukkan sebagian kayu kedalam air, maka kita melihat kayu membengkok. II. Bila kita perhatikan dasar kolam, kolam akan tampak lebih dangkal. III. Kita melihat wajah kita di IV. cermin. Pelangi yang muncul setelah turun hujan. Yang merupakan akibat dari adanya pembiasan cahaya adalah pernyataan nomor... a. I, II, dan III b. I, II, dan IV c. I, III, dan IV d. II, III, dan IV 24. Perhatikan gambar dibawah ini N Kaca Udara i Pernyataan yang paling tepat untuk gambar adalah.... a. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal b. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan mendekati garis normal c. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan menjauhi garis normal d. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal r

129 Suatu benda diletakkan di depan lensa cembung sejauh 2 x. Agar perbesaran bayangan menjadi 3 kali, maka jarak fokus lensa adalah... cm a. 6 3x c. b x d x 6 3x 26. Lensa yang bersifat menyebarkan berkas cahaya adalah. a. Bikonveks b. Cekung c. Cembung d. Lensa lup Untuk soal nomor 27 dan 29 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di depan lensa cembung dan memiliki tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm, maka Jarak bayangan adalah... bersifat maya. a. 240 cm c. 34 cm b. 50 cm d. 20 cm Tinggi bayangan adalah.... a. 120 cm c. 10 cm b. 50 cm d. 20 cm 29. Sifat bayangan yang dibentuk adalah.... a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, tegak, dan diperkecil d. Maya, tegak, dan diperbesar 30. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari lensa cembung yang memiliki 2F sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang dibentuk adalah.... a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, terbalik, dan sama besar d. Tidak terbentuk bayangan

130 Lampiran Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2 1. B 2. C 3. B 4. A 5. D 6. C 7. B 8. A 9. D 10. B 11. C 12. D 13. A 14. C 15. D 16. A 17. B 18. D 19. D 20. B 21. B 22. D 23. B 24. A 25. D 26. B 27. D 28. C 29. D 30. D

131 Lampiran

132 Lampiran

133 115

134 116

135 117

136 118

137 Lampiran Lembar Observasi Keaktifan Siswa Nama Siswa : No Kemampuan yang diamati 1 Mengemukakan pendapat Indikator Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli 2 Menjelaskan Kemampuan siswa menjelaskan dalam kelompok asal 3 Bertanya Identifikasi siswa dalam memperoleh informasi 4 Menanggapi Memberi tanggapan pada saat pembelajaran di kelas Skor Kriteria Penilaian 4 Siswa mengemukakan pendapat 4-5 kali dengan baik dan lancar 3 Siswa mengemukakan pendapat 2-3 kali dengan baik dan lancar 2 Siswa mengemukakan pendapat sekali dengan baik dan lancar 1 Siswa tidak pernah mengemukakan pendapat 4 Siswa menjelaskan dengan sistematis dan lancar. 3 Siswa menjelaskan dengan sistematis namun kurang lancar. 2 Siswa menjelaskan dengan lancar namun kurang sistematis. 1 Siswa kurang dapat menjelaskan dengan sistematis dan lancar. 4 Inisiatif siswa untuk bertanya kepada guru dan teman dengan kemauan sendiri 3 Siswa bertanya kepada guru dikarenakan ada dorongan dari teman 2 Siswa hanya berani bertanya pada teman 1 Bersikap diam 4 Siswa memberi tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab materi minimal 3 tanggapan 3 Siswa memberi tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab materi minimal 2 tanggapan

138 120 5 Menyimak presentasi Menyimak presentasi dari siswa lain. 2 Siswa memberi tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab materi minimal 1 tanggapan 1 Siswa sama sekali tidak memberikan tanggapan terhadap materi dalam setiap sub bab 4 Siswa menyimak presentasi dari 3-4 siswa dalam kelompok asalnya. 3 Siswa hanya menyimak presentasi dari 2 siswa dalam kelompok asalnya. 2 Siswa hanya menyimak presentasi dari seorang siswa dalam kelompok asalnya. 1 Siswa tidak pernah menyimak presentasi dari semua siswa dalam kelompok asalnya. Nilai yang diperoleh adalah: Skor total = Aspek yang dinilai x skor maksimal Kriteria Penilaian: Nilai = Nilai skor yang diperole skor total 81,25% N 100% Sangat baik 62,5% N 81,25 % Baik 43,75 N 62,5 % Cukup 25 % N 43,75 % Kurang baik x 100 % Kriteria

139 Lampiran Kisi-kisi Soal Siklus 1 SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER TOPIK : MTs NU Ungaran : IPA FISIKA : VIII/1 : CAHAYA STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. INDIKATOR 9. Menjelaskan hukum pemantulan cahaya 10. Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan. 11. Menjelaskan sifat dan pembentukan bayangan pada TOPIK Hukum pemantulan cahaya Hukum pemantulan cahaya Cermin datar. TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6 NO. SOAL V 1 V 4 V 6 V 5 V 7 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

140 cermin datar V Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung. 13. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung. 14. Mengoperasikan rumus 1 f = 1 s + 1 s dalam perhitungan cermin cekung dan cermin cembung. 15. Mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o dalam perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin Cermin cekung. Cermin cembung. Persamaan cermin cekung dan cermin cembung. Persamaan cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. V 8 V 9 V 2, 17 V 3 V 11 V 21 V 16, 24 V 12, 19, 23 V 13, 14, 22, 25 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

141 cembung. 16. Menjelaskan aplikasi cermin cekung, dan cermin cembung pada kehidupan sehari-hari. Aplikasi cermin cekung, dan cermin cembung. V 15 V 18 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

142 Lampiran 18 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Berikut ini merupakan bunyi hukum pemantulan: i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. ii. Bidang pantul tegak lurus dengan garis normal. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul. Pernyataan yang benar adalah.... a. i, ii, dan iii b. i dan ii c. i dan iii d. ii dan iii Soal Siklus Perhatikan pernyataan berikut dengan teliti. i. Pemantulan sinar yang mengenai dinding rumah yang tidak rata. ii. Pemantulan cahaya pada keramik mengkilat.. iii. Pemantulan cahaya pada cermin datar. iv. Pemantulan sinar yang mengenai permukaan kayu yang kasar. Pernyataan di atas yang merupakan pemantulan baur adalah.... a. i dan ii c. i dan iv b. i dan iii d. ii dan iv 6. Perhatikan gambar berikut ini Sinar Datang Garis Normal Sinar Pantul 2. Benda yang terletak diantara titik fokus dan pusat kelengkungan cermin pada cermin cekung sifat bayangannya adalah. a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar 3. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan pada sebuah cermin cekung. Pada cermin, berkas cahaya itu mengalami a. Pembiasan sehingga sinarnya menyebar b. Pemantulan sehingga sinarnya mengumpul c. Pembiasan sehingga sinarnya mengumpul d. Pemantulan sehingga sinarnya menyebar 4. Seberkas sinar datang mengenai cermin datar, antara sinar datang dan garis normal terbentuk sudut sebesar 30. Besar sudut pantulnya adalah.... a. 15 c. 45 b. 30 d. 60 Besarnya sudut pantul (r) adalah.... a. 50 c. 60 b. 40 d Perhatikan gambar berikut ini Jika kata di atas dilihat melalui cermin datar, bayangan kata menjadi.... a. b. 50 r Cermin Datar

143 125 c. d. 8. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah. a. Maya, tegak, sama besar, berkebalikan b. Nyata, tegak, sama besar, berkebalikan c. Nyata, tegak, diperbesar, berkebalikan d. Nyata, tegak, diperkecil, berkebalikan 9. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5 m dari sebuah cermin datar. Berapakah tinggi dan jarak bayangan pada cermin.... a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m 10. Perhatikan gambar berikut Cermin Datar C D A Bayangan yang terbentuk oleh cermin datar adalah.... D C a. C c. D B A D C b. d. B B A B B D A A C 11. Benda yang terletak diantara pusat optik dan titik fokus pada cermin cekung sifat bayangan yang terjadi adalah. a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil c. Nyata, tegak, diperbesar d. Maya, tegak, diperbesar Untuk soal nomor 12 s.d 14 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jarijari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda adalah 10 cm. 12. Jarak bayangan dengan cermin adalah.... a. 6 cm c. 10 cm b. 7 cm d. 35 cm 13. Perbesaran bayangan adalah.... a. 6 kali c. 1 5 kali b. 5 kali d. 1 6 kali 14. Tinggi bayangan adalah.... a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 0,5 cm 15. Parabola menggunakan permukaan yang cekung, dikarenakan untuk.... a. Memfokuskan gelombang mikro yang sejajar. b. Memfokuskan gelombang mikro yang baur. c. Menyebarkan gelombang mikro yang sejajar. d. Menyebarkan gelombang mikro yang baur. 16. Suatu cermin cekung menghasilkan bayangan bersifat nyata, terbalik, diperbesar. Letak benda yang memiliki bayangan tersebut berada di.... a. Antara pusat optik dengan titik fokus b. Antara titik fokus dengan pusat kelengkungan

144 126 c. Tepat di fokus cermin d. Tepat di pusat kelengkungan cermin 17. Perhatikan gambar berikut ini a. b. Bayangan M F Benda c. Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung di atas adalah.... a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Maya, tegak, diperkecil d. Maya, tegak, diperbesar 18. Bayangan maya adalah.... a. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan sinar-sinar pantul. b. Bayangan yang terbentuk oleh perpotongan perpanjangan sinarsinar pantul. c. Bayangan yang terbentuk oleh sinar dari titik fokus. d. Bayangan yang terbentuk dari sinar pusat kelengkungan cermin. 19. Sebuah benda diletakkan 4 cm di depan cermin cekung yang berjarak fokus 6 cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah di belakang cermin a. 10 cm c. 24 cm b. 12 cm d. 32 cm 20. Suatu benda setinggi 24 cm berada di depan cermin cembung, bayangan yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung tersebut adalah.... a. 4 kali c. 0,5 kali b. 2 kali d. 0,25 kali 21. Di bawah ini gambar yang tepat mengenai pemantulan cermin cembung, kecuali.... d. 22. Sebuah benda yang tingginya 4 cm berdiri 12 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, tinggi bayangannya adalah.... a. 1 cm c. 16 cm b. 2 cm d. 48 cm Untuk soal nomor 23 dan 24 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika benda diletakkan 10 cm di depan cermin. 23. Jarak bayangan ke cermin adalah.... a. 30 cm c. 6 cm b. 20 cm d. 3 cm 24. Sifat bayangan yang dibentuk adalah.... a. Maya, tegak, dan diperbesar b. Maya, tegak, dan diperkecil c. Nyata, tegak, dan diperkecil d. Nyata, tegak, dan diperbesar 25. Sebuah benda diletakkan di muka cermin cekung yang mempunyai jarak fokus 15 cm. Agar bayangan yang terbentuk 3 kali lebih besar

145 dan nyata, maka benda harus diletakkan di depan cermin sejauh. a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm 127

146 Lampiran Kunci Jawaban Soal Siklus 1 1. C 2. A 3. B 4. B 5. C 6. B 7. B 8. A 9. D 10. B 11. D 12. A 13. C 14. C 15. A 16. B 17. D 18. B 19. B 20. D 21. D 22. A 23. A 24. B 25. C

147 Lampiran Kisi-kisi Soal Siklus 2 SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER TOPIK : MTs NU Ungaran : IPA FISIKA : VIII/1 : CAHAYA STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. INDIKATOR 8. Menjelaskan hukum pembiasan cahaya. TOPIK Hukum pembiasan cahaya TINGKATAN BERPIKIR C1 C2 C3 C4 C5 C6 NO. SOAL V 9 V 19 V 3 V Mendiskripsikan pembentukan dan Lensa cembung V 8, 25 V 12 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

148 sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung. 10. Mengoperasikan rumus 1 = f s s dalam perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. Persamaan lensa cekung dan lensa cembung. V 10, 15, 16 V 20 V 24 V 1, 4,7, 11, 17, Mengoperasikan rumus M = s i s 0 = i o dalam perhitungan lensa cekung dan lensa cembung. 12. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan sehari-hari. 13. Mengoperasikan rumus P = 1 f dalam perhitungan kuat lensa. Persamaan lensa cekung dan lensa cembung. Aplikasi lensa cekung dan lensa cembung. Kekuatan lensa V 5, 6, 19, 21, 23 V 2 V 13, 14 Keterangan: C1 : Ingatan C2 : Pemahaman C3 : Penerapan/aplikasi C4 : Analisis dan Sintesis C5 : Evaluasi C6 : Mencipta/menghasilkan

149 Lampiran 21 Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di depan lensa cekung yang memiliki jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan dengan pusat lensa adalah... bersifat maya. a. 25,7 cm c. 15,7 cm b. 16,7 cm d. 10 cm 2. Perhatikan gambar di bawah ini Soal Siklus 2 5. Perbesaran bayangannya adalah.... a. 6 kali c. 1 5 kali b. 5 kali d. 1 6 kali 6. Tinggi bayangannya adalah.... a. 10 cm c. 2 cm b. 5 cm d. 1 cm Benda yang diletakkan 5 cm di depan lensa cekung dengan fokus 10 cm memiliki sifat bayangan.... a. Maya, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperkecil c. Maya, tegak, diperbesar d. Nyata, tegak, diperbesar Lensa yang digunakan alat tersebut adalah.... a. Lensa cekung b. Lensa datar c. Lensa cembung d. Prisma 3. Bila berkas sinar dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat membentuk sudut bias 90, maka sudut datangnya disebut.... a. Sudut bias b. Sudut batas c. Sudut normal d. Sudut pantul Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda terletak di depan sebuah lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda adalah 12 cm. 4. Jarak bayangan dengan lensa adalah... bersifat maya. a. 5 cm c. 10 cm b. 6 cm d. 35 cm 8. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cembung sehingga terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Jarak fokus lensa adalah.... a. 75 cm c. 14,2 cm b. 35 cm d. 10 cm 9. Jika seberkas cahaya datang dengan sudut datang yang lebih besar dengan sudut batas, maka.... a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. b. Cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. c. Cahaya tidak akan dibiaskan, melainkan dipantulkan. d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan dipantulkan. 10. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung jika sebuah benda diletakkan diantara titik fokus lensa dan di dua kali fokus adalah.... a. Nyata, tegak, diperkecil b. Nyata, tegak, diperbesar c. Nyata, terbalik, diperkecil d. Nyata, terbalik, diperbesar 11. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda berada 4 cm di depan lensa, maka besar kuat lensa adalah... dioptri.

150 132 a. b c. 75 d Sebuah lensa cembung memiliki kuat lensa sebesar 2 dioptri, maka besar fokus lensa tersebut adalah... cm a. 0,5 c. 25 b. 20 d Sebuah benda diletakkan di depan lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus lensa. Jika jarak fokus adalah 2 x cm. Letak bayangan yang terbentuk adalah bersifat maya. a. 4 2x 3 b. 4 2x 3 cm cm c. 4 2x cm d x cm 14. Suatu benda diletakkan pada jarak 10 cm di depan lensa cembung. Agar terbentuk bayangan dengan perbesaran 1 kali, besar jarak fokus lensa adalah.... a. 1 cm c. 10 cm b. 5 cm d. 20 cm 15. Jika perbesaran bayangan sebuah lensa cembung adalah 0,5 kali dan benda diletakkan 4 cm di depan lensa, maka jarak bayangan dengan lensa adalah.... a. 8 cm c. 3,5 cm b. 4 cm d. 2 cm 16. Sebuah benda yang tingginya 2 cm berdiri 6 cm di depan lensa cembung yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran bayangannya adalah... kali a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. 4 kali 17. Perhatikan gambar berikut Pernyataan yang paling tepat untuk gambar di atas adalah.... a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus sisi pertama. b. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus sisi pertama. c. Sinar datang melalui titik fokus sisi pertama dibiaskan sejajar sumbu utama. d. Sinar datang menuju pusat kelengkungan lensa diteruskan tidak dibiaskan. 18. Perhatikan beberapa pernyataan berikut. I. Bila kita memasukkan sebagian kayu kedalam air, maka kita melihat kayu membengkok. II. Bila kita perhatikan dasar kolam, kolam akan tampak lebih dangkal. III. Kita melihat wajah kita di IV. cermin. Pelangi yang muncul setelah turun hujan. Yang merupakan akibat dari adanya pembiasan cahaya adalah pernyataan nomor... a. I, II, dan III b. I, II, dan IV c. I, III, dan IV d. II, III, dan IV 19. Perhatikan gambar dibawah ini N Kaca Udara i r Pernyataan yang paling tepat untuk gambar adalah....

151 133 a. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal b. Berkas sinar datang dari medium rapat ke kurang rapat dibiaskan mendekati garis normal c. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan menjauhi garis normal d. Berkas sinar datang dari medium kurang rapat ke lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, terbalik, dan sama besar d. Tidak terbentuk bayangan 20. Suatu benda diletakkan di depan lensa cembung sejauh 2 x. Agar perbesaran bayangan menjadi 3 kali, maka jarak fokus lensa adalah... cm a. 6 3x c. b x d x 6 3x Untuk soal nomor 21 sampai 23 perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di depan lensa cembung dan memiliki tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm, maka Jarak bayangan adalah... bersifat maya. a. 240 cm c. 34 cm b. 50 cm d. 20 cm Tinggi bayangan adalah.... a. 120 cm c. 10 cm b. 50 cm d. 20 cm 23. Sifat bayangan yang dibentuk adalah.... a. Maya, terbalik, dan diperbesar b. Maya, terbalik, dan diperkecil c. Maya, tegak, dan diperkecil d. Maya, tegak, dan diperbesar 24. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari lensa cembung yang memiliki 2F sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang dibentuk adalah....

152 Lampiran Kunci Jawaban Soal Siklus 2 1. B 2. C 3. B 4. A 5. D 6. C 7. A 8. A 9. D 10. B 11. C 12. D 13. C 14. B 15. D 16. D 17. B 18. D 19. A 20. B 21. D 22. D 23. C 24. D 25. D

153 Lampiran Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal NAMA SISWA AKSANA INDAH AVIA D ALDEA VISTRA REZANIA APRILIA KARTIKA DEWI ARISKA FEBRIANA D. DIAN KUSWORO DIAN NUR ANGGRAENI DILLA AFRIYANTI FARIDYA DWI K. FIFI SETIANIFA FITRIA NOVITA SARI IDA WULANDARI LESTARI WIDYASTUTI NADIA KUMALASARI NADILA YULIANA NUR FITRIANINGSIH PRADITA KUSUMA DEWI PUTRI INTAN SETIAWATI RISKI ASRI MAWARNI SANI RIZKI KURNIAWATI SITI AISYAH DIANA HASTUTI SITI UBAIDILAH SIVA DWININGSIH TITA PANGESTI TRI EVY OCTAVYANI TYAS WAHYUNINGSIH VIOLITTA DEMOHAM C VITA ATIKA SARI VITA ROHMATIKA VITRIYA AVRIYANI S KODE SISWA UC-1 UC-2 UC-3 UC-4 UC-5 UC-6 UC-7 UC-8 UC-9 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30

154 Lampiran Daftar Nama Siswa Penelitian NO NAMA KODE SISWA 1 AFDA KHOIRUL ANAM P-1 2 AGUS BASOIR P-2 3 AIDA FATIMAH P-3 4 AKHMAD SUKRI UMAMI P-4 5 AMALIA SAFITRI P-5 6 ARIF'AN P-6 7 ARINA ADDIBA P-7 8 AVIVATUL LUTVIANA L P-8 9 BAGAS RENO NUR R. P-9 10 BRYAN ADI N. P CHRISTIANA DYAH S. P FARHAL FUADI P FATRI DINNA S. P FITRA RISQI R. P GASA PRAMUDIA INDRA P. P IMAM BAHAIAKI P IQBAL BURHANI P ISNAINI KHUSNUL K P ISTIANA NUR F. P KARISMA INDAH L. P KRISMONIA P KURNIA RAHMA DHANI P LAYYINATUS SIFA P M. NUR FADZILAH P M.CAHYO SAPUTRO P MAHBUB ABDILLAH P MERI DWI LESTARI P MIMIN AMBARWATI P MU'ALFAH P MUNIF FAISAL F. P NILA MUNIKA P PUJI MAE A. P RITA WIDIANTI P RIZKI FAJAR YULIANTO P RIZQI P TIARA ANJANI S. P TRI AGUS M. P-37

155 38 WAHYU SETIYOWATI P WIWIN SOCHIFAH P YULI ATIKA NINGTYAS P

156 Lampiran Daftar Kelompok Asal Siklus 1 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 AFDA KHOIRUL ANAM BRYAN ADI N. GASA PRAMUDIA INDRA P AKHMAD SUKRI UMAMI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. BAGAS RENO NUR R. FARHAL FUADI FATRI DINNA S. ARIF'AN IMAM BAHAIAKI MAHBUB ABDILLAH WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS AMALIA SAFITRI ISTIANA NUR F. MIMIN AMBARWATI WAHYU SETIYOWATI CHRISTIANA DYAH S. KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 AGUS BASOIR RIZQI TRI AGUS M. RITA WIDIANTI MERI DWI LESTARI AIDA FATIMAH FITRA RISQI R. PUJI MAE A. KARISMA INDAH L. NILA MUNIKA M.CAHYO SAPUTRO RIZKI FAJAR YULIANTO LAYYINATUS SIFA KRISMONIA TIARA ANJANI S. MU'ALFAH ARINA ADDIBA M. NUR FADZILAH AVIVATUL LUTVIANA L ISNAINI KHUSNUL K KURNIA RAHMA DHANI

157 Lampiran Daftar Kelompok Ahli Siklus 1 Daftar Kelompok Asal Siklus 1 AHLI HUKUM PEMANTULAN AHLI CERMIN DATAR AHLI CERMIN CEKUNG 1 AFDA KHOIRUL ANAM AKHMAD SUKRI UMAMI BAGAS RENO NUR R. MIMIN AMBARWATI YULI ATIKA NINGTYAS IMAM BAHAIAKI FATRI DINNA S. M. NUR FADZILAH MAHBUB ABDILLAH AGUS BASOIR RITA WIDIANTI FITRA RISQI R. M.CAHYO SAPUTRO ARINA ADDIBA KRISMONIA KARISMA INDAH L. AMALIA SAFITRI TIARA ANJANI S. ISNAINI KHUSNUL K PUJI MAE A. AHLI CERMIN CEMBUNG 1 AHLI CERMIN CEKUNG 2 AHLI CERMIN CEMBUNG 2 ARIF'AN WIWIN SOCHIFAH ISTIANA NUR F. CHRISTIANA DYAH S. BRYAN ADI N. FARHAL FUADI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. WAHYU SETIYOWATI GASA PRAMUDIA INDRA P LAYYINATUS SIFA MU'ALFAH NILA MUNIKA AVIVATUL LUTVIANA L MERI DWI LESTARI RITA WIDIANTI RIZQI RIZKI FAJAR YULIANTO TRI AGUS M. AIDA FATIMAH

158 Lampiran Daftar Kelompok Asal Siklus 2 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 AFDA KHOIRUL ANAM BRYAN ADI N. GASA PRAMUDIA INDRA P AKHMAD SUKRI UMAMI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. BAGAS RENO NUR R. FARHAL FUADI FATRI DINNA S. ARIF'AN IMAM BAHAIAKI MAHBUB ABDILLAH WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS AMALIA SAFITRI ISTIANA NUR F. MIMIN AMBARWATI WAHYU SETIYOWATI CHRISTIANA DYAH S. KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 AGUS BASOIR RIZQI TRI AGUS M. RITA WIDIANTI MERI DWI LESTARI AIDA FATIMAH FITRA RISQI R. PUJI MAE A. KARISMA INDAH L. NILA MUNIKA M.CAHYO SAPUTRO RIZKI FAJAR YULIANTO LAYYINATUS SIFA KRISMONIA TIARA ANJANI S. MU'ALFAH ARINA ADDIBA M. NUR FADZILAH AVIVATUL LUTVIANA L ISNAINI KHUSNUL K KURNIA RAHMA DHANI

159 Lampiran Daftar Kelompok Asal Ahli Siklus 2 2 AHLI PEMBIASAN CAHAYA 1 AHLI LENSA CEKUNG 1 AHLI LENSA CEMBUNG 1 AFDA KHOIRUL ANAM AKHMAD SUKRI UMAMI BAGAS RENO NUR R. MIMIN AMBARWATI YULI ATIKA NINGTYAS IMAM BAHAIAKI FATRI DINNA S. M. NUR FADZILAH MAHBUB ABDILLAH AGUS BASOIR RITA WIDIANTI FITRA RISQI R. M.CAHYO SAPUTRO ARINA ADDIBA KRISMONIA KARISMA INDAH L. AMALIA SAFITRI TIARA ANJANI S. ISNAINI KHUSNUL K PUJI MAE A. AHLI LENSA CEKUNG 2 AHLI LENSA CEMBUNG 2 AHLI PEMBIASAN CAHAYA 2 ARIF'AN WIWIN SOCHIFAH ISTIANA NUR F. CHRISTIANA DYAH S. BRYAN ADI N. FARHAL FUADI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. WAHYU SETIYOWATI GASA PRAMUDIA INDRA P LAYYINATUS SIFA MU'ALFAH NILA MUNIKA AVIVATUL LUTVIANA L MERI DWI LESTARI RITA WIDIANTI RIZQI RIZKI FAJAR YULIANTO TRI AGUS M. AIDA FATIMAH

160 Lampiran

161 Lampiran

162 Lampiran

163 Lampiran

164 Lampiran

165 Lampiran

166 Lampiran

167 Lampiran

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 2 (1) (2013) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA

Lebih terperinci

BAB II : PEMBIASAN CAHAYA

BAB II : PEMBIASAN CAHAYA BAB II : PEMBIASAN CAHAYA I.. Pembiasan Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, maka energi cahaya tsb dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan

Lebih terperinci

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung. Bab 7 Cahaya Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7. Pensil yang dicelupkan ke dalam air Coba kamu perhatikan Gambar 7.. Sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan tampak bengkok jika dilihat

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 o l e h: MIKE DEVY PERMATASARI K8409039

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA SISWA KELAS X SMA ISLAM 1 SURAKARTA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE Skripsi Oleh : Nur Oktavia K2312052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA SDN NGADIROYO 2012/2013 SKRIPSI Oleh: HARYANI K7109090 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Macam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar.

Macam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar. BAB V CAHAYA Cahaya adalah gelombang yang memindahkan tenaga tanpa perambatan massa. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari beberapa macam warna. Di dalam ruang hampa warna warna

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh YUNI CHRISNAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHAN ALAM

SKRIPSI. Oleh YUNI CHRISNAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHAN ALAM PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMAK DIPONEGORO BLITAR POKOK BAHASAN PEMBIASAN CAHAYA SKRIPSI Oleh YUNI CHRISNAWATI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) Isnita Lastyarini, Usada, Siti Kamsiyati PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK, TALK, WRITE) PADA MATERI OPTIK UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MB SMK NEGERI 2 KARANGANYAR Skripsi Oleh: Uly Azmi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

BAB I : KONSEP PEMANTULAN

BAB I : KONSEP PEMANTULAN BAB I : KONSEP PEMANTULAN I.3. Cermin Cekung Sinar-sinar yg mengenai cermin pada titik dekat dgn sumbu utama AV dipantulkan melalui titik bayangan. Sinar tsb disebut sebagai sinar paraksial. Shg bayangan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK PENILAIAN DIRI DENGAN RUBRIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

PENERAPAN TEKNIK PENILAIAN DIRI DENGAN RUBRIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK BATIK 1 SURAKARTA PENERAPAN TEKNIK PENILAIAN DIRI DENGAN RUBRIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: TRI NURUL KHOMIDAH K7411161 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA DENGAN METODE INKUIRI SISWA KELAS V SDN SOOKA 1 KECAMATAN PUNUNG KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Oleh : SINGGIH WINARSO K7108226

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 KARANGANOM

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 KARANGANOM PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 KARANGANOM SKRIPSI Oleh: Hana Kholida K2311032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR DAN KOGNITIF FISIKA SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 PRACIMANTORO Skripsi Oleh: Dwi Waryanti

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : CENDY SETIA PURWASIH

SKRIPSI OLEH : CENDY SETIA PURWASIH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT BERBANTUAN MEDIA KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA SMPK SANTO YUSUP MOJOKERTO SKRIPSI OLEH : CENDY SETIA PURWASIH 1113011007

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG WAKTU PADA JAM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI SIMULASI PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SEMESTER I SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUNARYO NIM

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA KELAS V SD N TUNGGULSARI 1 TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI RIFAI NURMANSAH

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG Oleh: IIS INDAH WIJAYANTI NIM. 13321698 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DENGAN STRATEGI JIGSAW-LESSON STUDY

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DENGAN STRATEGI JIGSAW-LESSON STUDY PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DENGAN STRATEGI JIGSAW-LESSON STUDY PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 PACITAN Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister

Lebih terperinci

RATIH RAHMAWATI K

RATIH RAHMAWATI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: RATIH RAHMAWATI K8412067

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPAN MIND MAPPING BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD N Setono No. 95 Kecamatan Laweyan Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: Wiwit Widiawati K

Skripsi Oleh: Wiwit Widiawati K PENERAPAN PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Oleh: Wiwit

Lebih terperinci

Murniati 1,sainab 2. Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, IPA Terpadu, Model Pembelajaran Aktif, dan Quiz Team

Murniati 1,sainab 2.   Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, IPA Terpadu, Model Pembelajaran Aktif, dan Quiz Team PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA TERPADU (BIOLOGI) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUIZ TEAM PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs PPTI TAMO Murniati 1,sainab 2 1 Biologi Madrasah Aliyah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 2 PAJANGAN SKRIPSI Oleh: IKA ICHTIARTI NPM.1114410086

Lebih terperinci

IMANUEL DALAPANG K

IMANUEL DALAPANG K HALAMAN JUDUL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENGELASAN LAS LISTRIK MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAIKEM PADA SISWA KELAS X TPM II SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI-IIS 6 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TGB.B SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN 03 Pendem Mojogedang Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : SUCI SEKARWATI NIM F15111030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MIA 5 SMA NEGERI 3 SURAKARTA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL Skripsi Oleh: Lia Aristiyaningsih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 4 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : HURIL

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: ZAHRA SALSABILA K7110183 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA FLASH CARD BAGI SISWA KELAS V C 1 SDLB KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Oleh : JUMAKIR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA KELAS III SDN MOJOREJO 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SDN KARANGASEM IV NO. 204 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH: SETYARI HERLIA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Henggar Dimas Pradiva K8411035

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON (GI) PADA MATERI HIDROLISIS KELAS XI MIA 1 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN WATES KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI Oleh: INDRI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Rian Ari Utomo K

SKRIPSI. Oleh: Rian Ari Utomo K Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Prezi Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Kognitif Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1 Cawas Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015 SKRIPSI Oleh: Rian Ari

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO SKRIPSI Oleh : NIKEN TRI WIDAYATI K 2312049 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement Division) PADA PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-B MTs. NEGERI 3 MATARAM TAHUN

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL STAD PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD 5 BAE KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI BISNIS DI SMK N 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: DWI SAFRUDIN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII H SEMESTER

Lebih terperinci

UMMU MUSLIHAH K

UMMU MUSLIHAH K PENGGUNAAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI ELASTISITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 6 SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( )

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( ) UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI PATIKRAJA SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : GIRI WIARTO K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013.

SKRIPSI. Oleh : GIRI WIARTO K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013. PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : GIRI WIARTO

Lebih terperinci

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. M. Yusuf Nasution, M. Si NIP Mengetahui :

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. M. Yusuf Nasution, M. Si NIP Mengetahui : i Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada Materi Pokok Ekosistem Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar di Kelas VII SMP Negeri 8 Medan Tahun Pembelajaran

Lebih terperinci

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn: UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 7 BANGKALAN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) R Ida Wahyuni 1 dan Eka Evriani

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X3 / II Sekolah : SMA Nation Star Academy Surabaya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh LU LUIN NUR HASANAH K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2013.

SKRIPSI. Oleh LU LUIN NUR HASANAH K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2013. PENERAPAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E DISERTAI DIAGRAM VEE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI SMAN 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana. Oleh: ANDRA IRAWAN

SKRIPSI. Diajukan Kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana. Oleh: ANDRA IRAWAN UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII A SMP N 2 PAJANGAN SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas PGRI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DISERTAI DISKUSI DAN MEDIA HYPERCHEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X 1 SMA ISLAM 1 SURAKARTA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas III SD Negeri 03 Tunggulrejo Kecamatan Jumantono kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI GERAK HARMONIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 BOYOLALI Skripsi

Lebih terperinci

: ARNIKA ANDRIANI K

: ARNIKA ANDRIANI K PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MAJASTO 02 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : ARNIKA ANDRIANI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TGB B SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS LEARNING COMMUNITY DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS X 1 SMA N 3 BOYOLALI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELAS XI IPA 1 SMA ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI BISNIS DI SMK N 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: DWI SAFRUDIN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIA 2 MAN 2 PONOROGO SKRIPSI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIA 2 MAN 2 PONOROGO SKRIPSI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIA 2 MAN 2 PONOROGO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 PURWOKERTO SKRIPSI

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Dita Ajeng Hikmaningsih K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2015

Skripsi. Oleh : Dita Ajeng Hikmaningsih K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI PADA MATERI SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN PROJECT BASED LEARNING DI KELAS X MIA SMA NEGERI 2 SURAKARTA Skripsi Oleh : Dita Ajeng Hikmaningsih K2311020

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YASHINTA CHRISTININGTYAS YUNIASTUTI

SKRIPSI. Oleh: YASHINTA CHRISTININGTYAS YUNIASTUTI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN DAN PEMBIASAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMPK ST. VINCENTIUS SURABAYA SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

SKRIPSI. Diajukan kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VIII B SMP MATARAM BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK DAN ELEMEN MESIN SISWA KELAS X TEKNIK PEMESINAN A SMK BHINNEKA KARYA SURAKARTA

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SEMI X7111525 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (PTK Siswa Kelas XI IPA 1 SMA 8 Surakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER (LT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK LEMBAGA SOSIAL KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUTARMI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2016.

SKRIPSI. Oleh : SUTARMI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 MOJOLABAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Aminah Uswatun Hasanah K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh Aminah Uswatun Hasanah K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPANN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DILENGKAPI MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: NUR HIDAYATU SHOLIHAH K

SKRIPSI. Oleh: NUR HIDAYATU SHOLIHAH K PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN MENANGANI SURAT KELAS XI AP 1 SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NUR HIDAYATU SHOLIHAH

Lebih terperinci

UMITRI ASTUTI K

UMITRI ASTUTI K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP AKTIVITAS EKONOMI BERKAITAN DENGAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN BERBASIS PROBLEM SOLVING (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GERAK KELAS X MIPA 6 SMAN 1 SUKOHARJO Skripsi Oleh : Wahyu Widyaningsih

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Amy Mukaromatun L K

SKRIPSI. Oleh: Amy Mukaromatun L K PENERAPAN MODEL KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 BULU SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: PRIHATIN NURUL ASLAMIN K7109152 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI Oleh Mochammad Maulana Trianggono NIM 090210102057 PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: NURIDA YUSRIANI K8111057 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SISWA KELAS III SD NEGERI PURWOTOMO NO.97 TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

: AYU PERDANASARI K

: AYU PERDANASARI K UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : AYU PERDANASARI K7413024

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE TEAM ASSISTED

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE TEAM ASSISTED MOTTO Kemenangan yang seindah indahnya dan sesukar sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. ( Ibu Kartini ) Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah

Lebih terperinci

Tesis. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Program Studi Magister Pendidikan Sejarah. Oleh: Eko Puji Sumaryanto S

Tesis. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Program Studi Magister Pendidikan Sejarah. Oleh: Eko Puji Sumaryanto S PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) DAN INFORMATION SEARCH (IS) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KONTROVERSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII IPS SMA N 1 BATANGAN

Lebih terperinci

UPIK MA RIFATUR RIZQI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

UPIK MA RIFATUR RIZQI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO i UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP DIPONEGORO 7 GUMELAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS V SDN KEMETUL SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: WAHYU OKTIYANTO K7109198 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci