ISSN VISI (2013) 21 (3)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN VISI (2013) 21 (3)"

Transkripsi

1 VISI (2013) 21 (3)

2 VISI (2013) 21 (3)

3 Analysis of Breakeven Point PTPN IV Adolina Oil Palm Plantation in Perbaungan Distric of Serdang Bedagai Regency Albina Br Ginting dan Olivia Sitorus ABSTRACT This study aims to : 1) to determine of break even point production in PTPN IV Adolina company. 2) to determine the influence of component costs ( fertilizers,pesticides and labor ) to achievement of break even point in PTPN IV Adolina in Perbaungan District. The research areas was defined as purposive, because the PTPN IV Adolina Oil Palm Plantation is very large and need a lot of labor. The result of research were : 1 ) break even point production of PTPN IV Adolina Company is about kg and Rp 5.397/kg oil palm. 2 ) Partially, the affect of fertilizers costs, pesticides costs and labor costs were significant to the breakeven point value. Simultaneously, the affect of component cost were significant to the breakeven point value. Key Word : Plantation, Palm oil, Breakeven point, Labor, Production I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kelapa sawit di Indonesia merupakan komoditi primadona. Luasnya terus bertambah, tidak hanya diusahakan perkebunan besar milik negara (PTPN), melainkan juga telah diusahakan perusahaan-perusahaan rakyat dan perusahaan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat berkembang dengan pesat. Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Propinsi Sumatera Utara dan D.I. Aceh, saat ini telah berkembang antara lain di beberapa propinsi yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Pengembangan usaha perkebunan pada saat ini memegang peranan yang sangat penting terutama pengembangan komoditi tanaman kelapa sawit khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Tidak sedikit sumbangan yang diberikan oleh perkebunan besar swasta dalam penyediaan minyak kelapa sawit ataupun hasil sampingannya yang dibutuhkan masyarakat (Harahap, 1998). Luas panen, produksi dan produktifitas kelapa sawit di Sumatera Utara periode dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas panen kelapa sawit sejak tahun 2003 sampai 2007 di Sumatera Utara cenderung meningkat, yaitu ha pada tahun 2003 menjadi ha pada tahun Demikian juga dengan produksi

4 tandan buah segar (TBS) juga meningkat dari ton pada tahun 2003 menjadi ton pada tahun Produksi tersebut berasal dari perkebunan rakyat, perkebunan negara, serta perkebunan swasta nasional. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Sumatera Utara No Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) , , , , , , , , Produktivitas (ton/ha) , , Sumber : BPS Sumatera Utara, 2011 Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan suatu perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan usahanya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu disusun perencanaan laba agar kemampuan yang dimiliki perusahaan dapat dikerahkan secara maksimum dan terkoordinasi. Menyadari keberadaan laba yang begitu menentukan kesinambungan usaha, maka perencanaan laba menjadi bagian penting dalam perencanaan suatu usaha. Oleh karena itu perencanaan laba harus disusun secara teliti dan terperinci agar dapat menjadi petunjuk yang akurat bagi pimpinan dalam melakukan segala tugas-tugasnya. Salah satu alat analisis yang sering digunakan dalam perencanan laba adalah analisis titik impas (break even point). Break even point disebut dengan impas atau pulang pokok adalah suatu keadaan dimana jumlah total pendapatan besarnya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu keadaan dimana rugi labanya adalah sebesar nol. Perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita rugi. Semua penjualan di atas titik impas akan menjadi laba bagi perusahaan. Keadaan seperti ini terjadi apabila penerimaan dari penjualan hanya mampu untuk menutupi seluruh biaya tetap maupun biaya variabelnya, yang berarti pula bahwa laba baru diperoleh jika seluruh biaya tetap dan biaya variabelnya tertutupi. Jika jumlah produk yang harus dihasilkan untuk mencapai titik impas relatif sedikit, maka perusahaan akan semakin cepat memperoleh laba. Besar kecilnya nilai titik impas sangat tergantung pada margin kontribusi, yaitu sisa penerimaan (harga) setelah dikurangi biaya produksi variabelnya. Ini berarti semakin tinggi harga dan semakin rendah biaya variabel maka margin kontribusi akan semakin besar, dan nilai titik impas akan semakin rendah. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tinggi rendahnya nilai titik impas sangat tergantung pada kemampuan manajemen mengelola biaya

5 variabelnya hingga seefisien mungkin. Penggunaan biaya variabel yang efisien akan berdampak langsung pada peningkatan produksi, sekaligus mengurangi pemborosan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian titik impas adalah besarnya biaya tetap. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan dalam proses produksi secara langsung akan mempengaruhi kemampuan usahatani untuk mengembalikan seluruh biaya produksinya hingga mencapai titik impas. Apabila biaya tetap besar, maka jumlah produk yang harus dijual untuk menutup biaya produksi akan semakin banyak, atau dengan kata lain titik impas akan semakin lama tercapai. Namun bila biaya tetap relatif kecil, maka titik impas akan semakin cepat dicapai. Ini berarti biaya tetap harus dapat dikendalikan (ditekan) hingga sekecil mungkin agar usahatani lebih cepat mendapat keuntungan di atas titik impasnya. Pada tanaman tahunan, salah satu komponen biaya yang cukup besar dalam biaya tetap adalah biaya tanaman sebelum menghasilkan, seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Lajimnya, biaya tanaman sebelum menghasilkan dibebankan selama musim panen, sehingga digolongkan sebagai biaya tetap atau sering juga disebut sebagai nilai tanaman (Hamonangan, 2004). Disamping itu bahwa penggunaan biaya yang tidak efisien (berlebih ) pada tanaman belum menghasilkan akan memperlama pencapaian titik impas Perumusan Masalah 1. Apakah titik impas dicapai perusahaan pada jumlah produksi dan penerimaan yang tinggi? 2. Bagaimana besarnya pengaruh komponen biaya (pupuk, obat-obatan dan upah buruh) terhadap pencapaian titik impas? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Pada tingkat produksi berapakah perusahaan mencapai titik impas 2. Besarnya pengaruh komponen biaya (pupuk,obat-obatan dan upah buruh) terhadap pencapaian titik impas pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina. II. BAHAN DAN METODA 2.1. Waktu, Lokasi Dan Sumber Data Penelitian Penelitian mengenai Analisis Titik Impas Pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Adolina PTPN IV yang dilaksanakan pada tahun 2011 di Kebun Adolina PTPN IV, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara secara sengaja (purposive), dengan alasan bahwa areal kelapa sawit di kebun tersebut cukup luas dan membutuhkan alokasi tenaga kerja yang cukup banyak.

6 2.2. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang terkait dengan topik penelitian. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sejarah perusahaan dan struktur organisasi, Laporan keuangan periode Januari sampai Desember Data tersebut diperoleh dengan teknik dokumentasi dari kantor PTPN IV Kebun Adolina, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai Metode Analisa Data Data yang diperoleh, dikumpulkan dan ditabulasi sesuai dengan kebutuhan dan pengujian hipotesis, kemudian dilakukan perhitungan titik impas dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin, 2000): TitikImpas TotalBiayaTetap Harga- BiayaVariabelRata- Rata Hipotesis 1 diuji secara deskriptif, dengan membandingkan nilai titik impas dengan rata-rata penerimaan perusahaan setiap bulan. Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan persamaan umum sebagai berikut (Sudjana, 2002): Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2,.1) dimana: Y = nilai titik impas X 1 = biaya pupuk dan obat-obatan X 2 = upah buruh a = konstanta b i = koefisien regresi Tingkat signifikansi pengaruh parsial variabel X tehadap Y di uji dengan uji t. Adapun kriteria untuk uji t adalah sebagai berikut : H 0 : b 1 = b 2 =.. = 0, artinya variabel X secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap variabel Y. H 1 : b 1 b 2. 0, artinya variabel X secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Apabila t hitung t tabel maka Ho diterima, artinya variabel X secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap Y. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak, artinya variabel X secara parsial berpengaruh secara nyata terhadap Y.

7 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Biaya Variabel pada Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan Biaya variabel adalah komponen biaya yang nilainya berubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya variabel yang terdapat pada PTPN IV (Persero) Kebun Adolina Perbaungan terdiri dari biaya pemeliharaan tanaman, biaya panen dan pengangkutan ke pabrik, biaya pengolahan, dan biaya pengangkutan hasil produksi ke pihak pembeli. Biaya pemeliharaan tanaman, mencakup: biaya kontrol lalang, semprot rumput, memupuk tanaman, menunas tanaman, gaji buruh dan bahan-bahan yang digunakan. Biaya panen dan pengangkutan ke pabrik, mencakup: gaji buruh potong buah, biaya pengangkutan hasil dari lapangan ke pabrik dan biaya timbangan hasil. Biaya pengolahan hasil, mencakup biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengolahan tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit. Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pengangkutan produksi yang akan dijual dari divisi kebun ke pelabuhan atau gudang pihak pembeli. Besarnya rata-rata biaya variabel produk minyak kelapa sawit per bulan yang dialokasikan untuk produk minyak kelapa sawit pada setiap bulan, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini Tabel 2. Rata-rata Biaya Variabel Produk Minyak Kelapa Sawit Per Bulan di Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan, Tahun No Komponen Biaya Jumlah (Rp) 1 Biaya pemeliharaan tanaman 2,707,253,429 2 Biaya panen dan pengangkutan ke pabrik 1,726,330,530 3 Biaya pengolahan 2,283,543,966 4 Biaya pengangkutan hasil produksi ke pihak pembeli 490,672,850 Total 7,207,800,775 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 2 diatas terlihat bahwa total biaya variable yang dikeluarkan perusahaan adalah Rp /bulan. Biaya tersebut terdiri dari biaya pemeliharaan tanaman sebesar Rp , biaya panen dan pengangkutan ke pabrik sebesar Rp , biaya pengolahan sebesar Rp , dan biaya pengangkutan hasil produksi ke pihak pembeli sebesar Rp Biaya Tetap Pada Kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah. Biaya ini dapat digolongkan atas dua

8 bagian besar, yaitu biaya penyusutan dan biaya umum. Biaya penyusutan adalah biaya penurunan nilai atas seluruh aktiva tetap perusahaan, terdiri dari hak guna usaha, tanaman, bangunan, mesin dan peralatan, alat pengangkutan dan alat-alat berat, serta inventaris. Sedangkan biaya umum adalah biaya yang dikeluarkan di lingkungan kantor besar dan kantor perwakilan, mencakup: gaji direksi, kepala-kepala bagian, staff, pegawai, biaya sosial, biaya pensiun, pajak bumi dan bangunan, iuran jamsostek, asuransi, biaya kantor, biaya perjalanan, dan biaya pengobatan. Besarnya nilai biaya tetap yang dialokasikan untuk produk minyak kelapa sawit pada setiap bulan, sebagaimana terlihat pada tabel 3 dibawah ini; Tabel 3. Rata-rata Biaya Tetap Produk Minyak Kelapa Sawit Per Bulan Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 No Jenis Biaya Jumlah (Rp) 1 Biaya Penyusutan 1,151,403, Biaya Umum 2,601,792,310.0 Total 3,753,196,001.0 Sumber: Data Sekunder, Diolah Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa total biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan adalah Rp /bulan. Sebahagian besar dari biaya tersebut adalah merupakan biaya umum, yaitu Rp , sedangkan biaya yang merupakan penyusutan aktiva tetap hanya Rp per bulan Total Biaya Produksi pada Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan Total biaya produksi dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang telah digolongkan atas biaya tetap dari variable sebagaimana pada tabel 4 dibawah ini; Tabel 4. Total Biaya Produksi Minyak Kelapa Sawit Per Bulan pada Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan,Tahun No Jenis Biaya Jumlah (Rp) 1 Biaya Variabel 7,207,800,774 2 Biaya Tetap Total 3,753,196,001 10,960,996,775 Sumber: Data Sekunder Diolah, Pada tebel 4 diatas terlihat bahwa bahwa total biaya produksi minyak kelapa sawit adalah Rp /bulan. Sebahagian besar dari total

9 tersebut adalah biaya variabel, yaitu Rp , sedangkan biaya tetap hanya Rp per bulan Produksi dan Penerimaan Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan Produksi yang dihasilkan PTPN IV (Persero) Kebun Adolina Perbaungan adalah Minyak Kelapa Sawit dan Inti Kelapa Sawit, namun yang diteliti hanya produksi Minyak Kelapa Sawit. Produk ini dihasilkan dengan mengolah tandan buah segar melalui proses pabrikasi hingga menjadi minyak kelapa sawit (MKS). Produk MKS dijual dengan harga Rp per kg MKS. Hasil penjualan yang totalnya merupakan perkalian antara jumlah produk MKS dengan harga per kg MKS disebut sebagai penerimaan, yang jumlahnya setiap bulan dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini; Tabel 5. Total Biaya Produksi Minyak Kelapa Sawit per bulan pada Kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan, tahun 2008 No Uraian Jumlah 1 Produksi MKS (kg) 3,143,514 2 Penerimaan (Rp) 16,965,543,259 Sumber: Data Sekunder, Diolah Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan menghasilkan minyak kelapa sawit dengan rata-rata kg/ bulan. Setelah dikalikan dengan harga jual per kg, maka diperoleh besarnya rata-rata nilai penerimaan dari minyak kelapa sawit sebesar Rp per bulan Nilai Pendapatan Bersih Kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan Pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangkan penerimaan terhadap seluruh biaya yang digunakan perusahaan dalam proses produksinya, yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Pendapatan bersih ini masih dapat dibedakan atas pendapatan bersih sebelum pajak (sebelum dikurangi pajak pendapatan) dan pendapatan bersih setelah pajak. Pajak pendapatan yang dibebankan kepada perusahaan adalah 30 % dari pendapatan bersihnya, sehingga diperoleh nilai-nilai pendapatan setiap bulan, seagaimana pada tabel 6 dibawah ini;

10 Tabel 6. Pendapatan Bersih Minyak Kelapa Sawit Per Bulan Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan, tahun 2008 No Uraian Jumlah (Rp) 1 Penerimaan Minyak Kelapa Sawit 16,965,543,259 2 Biaya Variabel 7,207,800,774 3 Biaya Tetap 3,753,196,001 4 Laba Sebelum Pajak 6,004,546,484 5 Pajak Pendapatan 1,801,363,945 6 Laba Setelah Pajak 4,203,182,539 Sumber: Data Sekunder, Diolah Tahun Pada tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan bersih sebelum pajak PTPN IV (Persero) Kebun Adolina Perbaungan mencapai Rp per bulan dengan persentase 35,39 % dari total penerimaan. Pembebanan pajak penghasilan dengan persentase 30 % dari pendapatan mengurangi pendapatan bersih perusahaan sebesar Rp per bulan, sehingga rata-rata pendapatan bersih setelah pajak menjadi Rp per bulan atau 24,77 % dari total penerimaan Nilai Titik Impas Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan Titik impas merupakan nilai penjualan (penerimaan) minimum agar semua biaya tetap dan biaya variabel perusahaan tertutupi dari total penerimaannya. Setelah titik impas tersebut tercapai, semua penerimaan akan menjadi pendapatan bersih setelah dikurangi biaya variabel. Hasil perhitungan selengkapnya hingga bulan Desember 2008, sebagaimana terlihat pada tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Nilai Titik Impas Minyak Kelapa Sawit Per Bulan pada Kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan, tahun 2008 No Uraian Jumlah (Rp) 1 Biaya Tetap 3,753,196,001 2 Biaya Variabel 7,207,800,774 3 Penerimaan 16,965,543,259 4 Titik impas 6,525,588,189 5 Titik impas setelah pajak 10,269,711,300 Sumber: Data Sekunder, Diolah 2012.

11 Berdasarkan tabel 7 diatas terlihat bahwa biaya tetap rata-rata per bulan yang harus dikembalikan sebelum titik impas tercapai adalah Rp /bulan. Untuk mengembalikan biaya tersebut, maka penerimaan minimum yang harus didapatkan perusahaan adalah Rp per bulan. Apabila dibagikan dengan harga per kilogram sebesar Rp /kg MKS, berarti nilai impas tersebut setara dengan jumlah produk minyak kelapa sawit sebanyak kg. Nilai impas tersebut di atas relatif besar dibandingkan dengan rata-rata penerimaan perusahaan yang sudah terealisasi selama tahun 2008, yaitu Rp per bulan. Dalam persentase, nilai impas mencapai 38,46 % dari realisasi penerimaan. Sebagai perbandingan, hasil penelitian Hamonangan (2004) dengan judul Analisis Titik Impas Perkebunan Kelapa Sawit pada PT. Socfindo Kebun Mata Pao, mencapai titik impas sebesar 12,75 % dari realisasi penerimaan perusahaan. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa titik impas akan tercapai pada jumlah dan penerimaan yang tinggi, dapat diterima Biaya Pupuk dan Obat - obatan Kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan Pupuk merupakan penambah hara pada tanah untuk tanaman, sedangkan obat-obatan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama penyakit tanaman kelapa sawit. Besarnya biaya pupuk dan obat-obatan yang ditanggung perusahaan selama tahun 2008, sebagaimana pada tabel 8 dibawah ini; Tabel 8. Biaya Pupuk dan Obat-obatan pada Kebun Adolinan PTPN IV Kecamatan Perbaungan, tahun No Jenis Biaya Jumlah (Rp) 1 Biaya Pupuk 2,708,886, Biaya Obat-obatan 650,701, Total 3,359,587, Sumber: Data Sekunder,Diolah tahun Tabel 8 memperlihatkan bahwa biaya pupuk yang dikeluarkan perusahaan untuk memelihara tanaman lebih besar dibanding biaya obat-obatan. Biaya pupuk mencapai Rp per bulan, sedangkan biaya obat-obatan hanya sebesar Rp per bulan. Total biaya pupuk dan obat-obatan yang ditanggung perusahaan adalah Rp per bulan.

12 3.8. Upah Buruh pada Kebuan Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan Buruh adalah tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses produksi minyak kelapa sawit, mulai dari pemeliharaan dan panen sampai pengolahan hasil menjadi minyak kelapa sawit. Pada pada PTPN IV (Persero) Kebun Adolina Perbaungan ada tiga jenis balas jasa yang diberikan perusahaan terhadap buruhnya, yaitu gaji, premi, dan lembur. Gaji buruh adalah nilai standart yang diperoleh buruh atas keterlibatannya dalam perusahaan. Premi adalah tambahan upah yang diberikan perusahaan apabila buruhnya mampu menghasilkan (mengerjakan pekerjaan) di atas standart. Sedangkan lembur adalah tambahan upah bagi buruh yang bekerja di luar waktu kerja standart. Besarnya nilai upah yang diberikan perusahaan kepada buruh selama tahun 2008, sebagaimana pada tabel 9 dibawah ini. Tabel 9. Rata-rata Upah Buruh untuk produk Minyak Kelapa Sawit Per Bulan pada Kebuan Adolina pada PTPN IV Kecamatan Perbaungan,tahun 2008 No Uraian Jumlah (Rp) 1 Pemeliharaan dan panen 2,209,575, Pengolahan Hasil Total 737,937, ,947,512,154.0 Sumber: Data Sekunder,Diolah Tahun Berdasarkan tabel 9 diatas dapat di perhatikan bahwa biaya upah buruh yang dikeluarkan perusahaan untuk memelihara tanaman dan panen lebih besar dibanding pengolahan hasil. Upah buruh pemeliharaan tanaman dan panen mencapai Rp per bulan, sedangkan upah buruh pengolahan hasil hanya sebesar Rp per bulan. Total biaya upah buruh yang ditanggung perusahaan adalah Rp per bulan Pengaruh Pupuk Dan Obat-Obatan Serta Upah Buruh Terhadap Titik Impas Hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah: Semakin tinggi biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh maka nilai titik impas nyata semakin tinggi. Hipotesis tersebut diuji secara statistik dengan menggunakan regresi linier berganda. Dari hasil pengujian (Lampiran 9) diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = ,798 X 1 + 2,493 X 2 Dari persamaan tersebut di atas terlihat bahwa koefisien regresi variabel pupuk dan obat-obatan (X 1 ) adalah sebesar 0,798 Artinya, setiap peningkatan biaya pupuk Rp.1 akan meningkatkan titik impas sebesar Rp. 0,798 per tahun.

13 Nilai t-hitung dari koefisien regresi tersebut adalah sebesar 3,48, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,86. Nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel, yang berarti bahwa secara parsial, biaya pupuk dan obat-obatan berpengaruh positif nyata meningkatkan nilai titik impas minyak kelapa sawit. Koefisien regresi variabel upah buruh (X 2 ) adalah sebesar 2,493. Artinya, setiap peningkatan upah buruh Rp. 1 akan meningkatkan titik impas sebesar Rp. 2,493. Nilai t-hitung dari koefisien regresi upah buruh adalah sebesar 8,74, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,86. Nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel, yang berarti bahwa secara parsial, upah buruh berpengaruh positif dan nyata terhadap titik impas. Selanjutnya, pengaruh serempak variabel biaya pupuk dan obat-obatan serta biaya upah buruh ditunjukkan oleh nilai R 2 sebesar 0,873. Sebesar 87,30 % dari perubahan nilai titik impas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh. Nilai F-hitung dari koefisien determinasi tersebut (R 2 ) adalah sebesar 38,88, sedangkan nilai F-tabel 5 % adalah sebesar 6,04. Ini berarti bahwa secara serempak, biaya pupuk dan obatobatan serta biaya upah buruh berpengaruh nyata terhadap terhadap nilai titik impas minyak kelapa sawit. Dengan demikian hipotesis dua yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh maka nilai titik impas nyata semakin tinggi, dapat diterima. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan; a) Kebun Adolina PTPN IV Kecamatan Perbaungan mencapai titik impas dengan nilai penerimaan Rp per bulan atau sebesar 38,46% dari realisasi penerimaan, dimana realisasi nilai penerimaan adalah Rp per bulan. b) Secara parsial, biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh berpengaruh nyata terhadap nilai titik impas. Setiap peningkatan biaya pupuk Rp. 1 akan meningkatkan titik impas sebesar Rp. 0,798. Sedangkan setiap peningkatan upah buruh Rp. 1 akan meningkatkan titik impas sebesar Rp. 2,493, c) Secara serempak, variabel biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh berpengaruh nyata terhadap nilai titik impas, sebesar 87,30% dari perubahan nilai titik impas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar; a) perusahaan perlu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengolahan usahanya agar titik impas dapat tercapai dengan jumlah penerimaan yang cukup rendah, b) perusahaan perlu mengontrol pengunaan biaya pupuk dan obat-obatan serta upah buruh seefisien mungkin agar nilai titik impas semakin rendah.

14 DAFTAR PUSTAKA Achyari, A Analisis Pulang Pokok Pendekatan Garis Lurus. BPFE. Yogyakarta. Anonimus Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. Anonimus Produksi Kelapa Sawit. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Medan. Hamonangan Analisis Titik Impas Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus pada PT. Socfindo, Kebun Mata Pao, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakutas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Medan. Handoko, T.H Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta. Harahap, J Profil Manajer Perkebunan. Tahun Himpunan Manajer Perkebunan. Jakarta. Risza, S Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Mulyadi Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Salemba Empat. Jakarta. Polimeni Ralph, S. Frank, J. Fabozzy and Arthur H. Adelberg., Akuntansi Biaya. Diterjemahkan oleh Fredrikson Saragih, Jilid 2, Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Riyanto, B Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi II. Gajah Mada. Yogyakarta. Siahaan, D., J. Elisabeth, dan T. Haryati Ancaman Baru terhadap Minyak Sawit Melalui Peraturan Pelabelan Makanan US-FDA. Warta PPKS. Vol 8 (1) : Medan. Sigit, S Analisa Break Even Ancangan Linier Secara Ringkas dan Praktis. BPFE. Yogyakarta. Sianturi, M.R Analisis Titik Impas Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus pada PTP. Nusantara IV Kebun Bukit Lima, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakutas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Medan. Sudjana, I.B Metoda Statistik Tarsito, Bandung. Supriyono, R. A Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pengambilan Keputusan. BPEF. Yogyakarta. Syamsuddin, L Manajemen Keuangan Perusahaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Usry, M.F. dan A. Matzh Akuntansi Biaya. Erlangga. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR(TBS), CPO DAN INTI SAWIT DI KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KABUPATEN SIMALUNGUN M. Zainul Arifin SPY 1), Salmiah 2) dan Emalisa 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS (Break Event Point) dan FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA TINJOWAN

ANALISIS TITIK IMPAS (Break Event Point) dan FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA TINJOWAN ANALISIS TITIK IMPAS (Break Event Point) dan FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA TINJOWAN JURNAL GABRIEL N SIMANJUNTAK 120304126 AGRIBISNIS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan manajemen dalam kaitannya dengan penggunaan input

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan manajemen dalam kaitannya dengan penggunaan input BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputusan manajemen dalam kaitannya dengan penggunaan input (masukan) untuk menciptakan output (keluaran) sangat penting dan perlu menjadi perhatian yang serius. Untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

Betharia W.M. Pangaribuan 1), Kelin Tarigan 2), dan Yusak Maryunianta 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU 2)

Betharia W.M. Pangaribuan 1), Kelin Tarigan 2), dan Yusak Maryunianta 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU 2) ANALISIS EFISIENSI DAN PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA INPUT TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) (Kasus: PT Socfindo Kebun Aek Loba Kec. Aek Kuasan, Kab. Asahan) Betharia W.M. Pangaribuan

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 20 tahun yang lalu perkebunan kelapa sawit hanya terdapat pada beberapa provinsi saja yaitu Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALYSIS EFFECT OF INPUT PRODUCTION FOR CASSAVA FARMING IN SUKASARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seimbang, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dan seimbang, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan ekonomi daerah Lampung, khususnya sektor perkebunan ditujukan sebagai upaya untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otomasi adalah penggunaan berbagai sistem kontrol untuk peralatan operasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otomasi adalah penggunaan berbagai sistem kontrol untuk peralatan operasi seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otomasi adalah penggunaan berbagai sistem kontrol untuk peralatan operasi seperti mesin, proses di pabrik-pabrik, boiler dan panas mengobati oven, beralih pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA SAING PERUSAHAAN TERHADAP KOMPETITOR MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

PENINGKATAN DAYA SAING PERUSAHAAN TERHADAP KOMPETITOR MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PENINGKATAN DAYA SAING PERUSAHAAN TERHADAP KOMPETITOR MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING Aryanni 1*, Iswandi Idris 2 & Ruri Aditya Sari 3 1 Program Studi Akuntansi, Politeknik LP3I Medan 2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang maksimal demi kelangsungan hidup usahanya. Perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN Mohamad Rizal Nur Irawan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati* ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA Mawardati* ABSTRACT This research was conducted at the betel palm farming in Sawang subdistrict,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Kebun Kertajaya Budidaya Kelapa Sawit merupakan perusahaan yang memproduksi dua jenis produk yang berbeda dengan dasar penghitungan tarif kosnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Studi Kasus: Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kuta Limbaru, Kabupaten Deli Serdang) Amanda Rizka Nabilla *), Rahmanta Ginting **) dan Sinar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS ALOKASI BIAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI DI LAMPUNG SELATAN.

ANALISIS ALOKASI BIAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI DI LAMPUNG SELATAN. 136 ANALISIS ALOKASI BIAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI DI LAMPUNG SELATAN Nuzleha Staf Pengajar Fakultas Ekonomi ( USBRJ) ABSTRAK PTPN VII (Persero)

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PT EASTERN SUMATERA INDONESIA, KEBUN BUKIT MARADJA ESTATE (Kabupaten Simalungun)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PT EASTERN SUMATERA INDONESIA, KEBUN BUKIT MARADJA ESTATE (Kabupaten Simalungun) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PT EASTERN SUMATERA INDONESIA, KEBUN BUKIT MARADJA ESTATE (Kabupaten Simalungun) Hermanto William 1), HM Mozart B Darus 2) dan Emalisa 3) 1)

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Langkat ini merupakan unit kebun sawit langkat (disingkat SAL) berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang... FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) (Studi Kasus Pada Gapoktan Nusa Bhakti Desa Adinuso Kecamatan Reban Kabupaten Batang) Umi Faidah, Endah Subekti, Shofia

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Sebelumnya PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Lagkat ini merupakan Unit Kebun Sawit Langkat (SAL) berdiri sejak tahun 01 Agustus 1974 sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK EVALUASI PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DALAM SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 (Kasus : Desa Sei Buluh Kec. Teluk Mengkudu Kab. Serdang Bedagai) Susilo Sudarman *), Salmiah **) dan M. Jufri **) *) Alumni Program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Deli Serdang) Faoeza Hafiz Saragih* Khairul Saleh Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dalam persaingan maka perlu diterapkan kebijakan-kebijakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dalam persaingan maka perlu diterapkan kebijakan-kebijakan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan dengan orientasi memperoleh laba yang maksimal agar dapat bertahan dalam persaingan maka perlu diterapkan kebijakan-kebijakan dalam menciptakan

Lebih terperinci

ERYANA PURNAWAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

ERYANA PURNAWAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ANALISIS BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV. Deden Batik Tasikmalaya) ERYANA PURNAWAN Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

STEVIA ISSN No Vol. II No. 01-Januari 2012

STEVIA ISSN No Vol. II No. 01-Januari 2012 Pengawasan Biaya Produksi Minyak Kelapa Sawit (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) (Sei Sikambing Medan) Surbakti Dakka.B.M 1) 1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Quality Medan ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISA PENGENDALIAN BIAYA PENGOLAHAN TEH HITAM PADA PTPN VI KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI

ANALISA PENGENDALIAN BIAYA PENGOLAHAN TEH HITAM PADA PTPN VI KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI ANALISA PENGENDALIAN BIAYA PENGOLAHAN TEH HITAM PADA PTPN VI KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI OLEH SRI NOVA DELTU 06 914 035 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ANALISA PENGENDALIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

Sriyoto Andi Irawan Kianditara. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu PENDAHULUAN

Sriyoto Andi Irawan Kianditara. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PEMANEN KELAPA SAWIT (Kasus Pada PT Socfin Indonesia Perkebunan Aek Loba Kecamatan Aek Kwasan dan Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON ABSTRAK ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004). PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa berpotensi besar dalam menghasilkan produk pertanian dan jasa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

LAMPIRA N. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRA N. Universitas Sumatera Utara LAMPIRA N 134 DAFTAR TABEL KONVERSI TEMPERATUR TERHADAP BERAT JENIS (BJ) CRUDE PALM OIL (CPO) Temperatur( o C) Berat Jenis BJ Faktor Koreksi (FK) 35 0,9002 0,9997216 36 0,8995 0,9997564 37 0,8989 0,9997912

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU e-j. Agrotekbis 3 (3) : 353-359, Juni 05 ISSN : 338-30 ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Break

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis L) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BALONG/BEJI/KALITELO KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PROFITABILITAS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis L) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BALONG/BEJI/KALITELO KABUPATEN JEPARA ANALISIS PROFITABILITAS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis L) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BALONG/BEJI/KALITELO KABUPATEN JEPARA Munafidza, Suprapti Supardi*, Eka Dewi Nurjayanti Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam memajukan negara tersebut, sebab dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR YANG DIPERHITUNGKAN DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI CRUDE PALM OIL

UNSUR-UNSUR YANG DIPERHITUNGKAN DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI CRUDE PALM OIL UNSUR-UNSUR YANG DIPERHITUNGKAN DALAM MENENTUKAN Afriyanto 1) 1) Fakultas Ekonomi, Universitas Pasir Pengaraian email : afriyanto1974@gmail.com Abstract This study was conducted to determine what elements

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO 1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) RELATIONSHIP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5. PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha : 5.396,11 Ha URAIAN Jumlah Dalam kilogram REALISASI Daun Teh Basah a. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**) ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga karyawan dituntut untuk terus-menerus mampu mengembangkan diri secara proaktif. Karyawan

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN RENTABILITAS EKONOMI PADA KOPERASI KARYAWAN RUWA JURAI PTP NUSANTARA VII UNIT USAHA SENABING

PENGARUH MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN RENTABILITAS EKONOMI PADA KOPERASI KARYAWAN RUWA JURAI PTP NUSANTARA VII UNIT USAHA SENABING PENGARUH MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN RENTABILITAS EKONOMI PADA KOPERASI KARYAWAN RUWA JURAI PTP NUSANTARA VII UNIT USAHA SENABING Oleh: Saparudin Dosen Tetap STIE Serelo Lahat ABSTRAK Koperasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat PT. Paya Pinang Pada bulan Maret tahun 1962 para pendiri perusahaan (pribumi) yang tergabung dalam PT. Sumber Deli dan PT. Tjipta Makmur (sebagai owner) yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia usaha sekarang ini menyebabkan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia usaha sekarang ini menyebabkan semakin ketatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Berkembangnya dunia usaha sekarang ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan perusahaan khususnya perusahaan sejenis untuk mendapatkan tempat dalam pilihan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun) Agri Mandasari

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK Hal 32-40 ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK Ketut Ariasna, Rizki Putri Nuri Sari ABSTRAK Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER) PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER) PROFIT PLANNING WITH BREAK EVEN POINT METHOD (CASE STUDY ON POULTRY HUSBANDRY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak ditanam di setiap Negara, termasuk Indonesia. Jagung adalah sumber pangan kedua setelah padi. Hampir 70% hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk sektor perkebunan sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka Belitung yang terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Gantung, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun) ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun) Monika M.S.Hutagalung 1), Luhut Sihombing 2) dan Thomson Sebayang 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh : YULISA NPM

JURNAL. Oleh : YULISA NPM PENGARUH UPAH TENAGA KERJA, HARGA JUAL, LUAS KEBUN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL Oleh : YULISA NPM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU (FACTORS - FACTORS AFFECTING PALM HARVESTERS PRODUCTIVITY IN PT BIO NUSANTARA TECHNOLOGY,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, terutama dalam hal menjaga faktor-faktor produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, terutama dalam hal menjaga faktor-faktor produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Undang-Undang dasar 1945 pasal 33 ayat 2 menyebutkan bahwa cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

Lebih terperinci

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN JULITA (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) Surel: julitaumsu@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan Petani Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun, penentuan Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Tanaman kelapa sawit merupakan tidak lepas dari peran perusahaan tanaman perkebunan yang sangat perkebunan besar baik milik negara

PENDAHULUAN Tanaman kelapa sawit merupakan tidak lepas dari peran perusahaan tanaman perkebunan yang sangat perkebunan besar baik milik negara FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PADA PT. HUTAHAEAN DALU-DALU KABUPATEN ROKAN HULU RIAU Parlindungan, Ikhsan Gunawan, Irma Juliani, 1 Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA TEH HITAM PTPN IV

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA TEH HITAM PTPN IV ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA TEH HITAM PTPN IV (Analysis of Factors Affecting Price Black Tea PTPN IV) ( Studi Kasus : Kantor Pusat PTPN IV Medan, Sumatera Utara) 1) Wiji Setiawan, 2)

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI DAN PEMELIHARAAN KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT

MANAJEMEN PRODUKSI DAN PEMELIHARAAN KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT MANAJEMEN PRODUKSI DAN PEMELIHARAAN KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT Latifa Siswati 1 Resolinda Harly 2, Afrijon³ 1).Universitas Lancang Kuning Pekanbaru 2)Sekolah Tinggi Pertanian Haji Agus Salim Bukittinggi

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ABSTRAK ABSTRACT

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,   ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS FINANSIAL USAHATANI IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) (Studi Kasus : Desa Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara) Izzatul Dwina Mahsaiba 1), Kelin Tarigan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional seperti yang telah dituangkan dalam pola umum pembangunan jangka panjang pemerintah telah menggariskan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS (Studi Kasus : Desa Ujung Saribu, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun) Asmui Gabriel Cibro*), Meneth Ginting**),

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI J. Agroland 22 (2) : 147-153, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Analysis Of

Lebih terperinci