BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. i IKHTISAR EKSEKUTIF. ii BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN... 5 C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 5 D. SISTEMATIKA... 7 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 8 A. PERENCANAAN KINERJA... 8 B. PERJANJIAN KINERJA... 9 C. VISI DAN MISI D. TUJUAN DAN SASARAN E. KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA B. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN C. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA TAHUN Pencapaian Target Rencana Kinerja Tahunan Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Keberhasilan Permasalahan Usulan Pemecahan Masalah D. SUMBER DAYA Sumber Daya Manusia Sarana dan Prasarana Sumber Daya Keuangan BAB IV PENUTUP LAMPIRAN... 45

2 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun Laporan ini berisi uraian pertanggungjawaban atas keberhasilan, kegagalan, dan permasalahan yang dialami dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya selama tahun Kegiatan penanggulangan krisis kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan yang tertuang dalam RKAKL PPKK tahun Pencapaian kinerja PPKK yang termasuk dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dilakukan melalui Upaya Kesiapsiagaan; Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan; Kegiatan Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan; dan Penyelenggaraan Tupoksi Lainnya. Indikator yang ditetapkan yaitu jumlah kabupaten/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana dengan target sebanyak 300 kab./kota (kumulatif ) telah tercapai. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan ini dapat memberikan manfaat maupun informasi mengenai evaluasi kinerja selama tahun 2013 bagi semua pihak yang berkepentingan. Jakarta, Desember 2013 Kepala dr. Sri Henni Setiawati, MHA NIP

3 IKHTISAR EKSEKUTIF Tugas pokok (PPKK) adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Tahun , PPKK berada dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, dengan outcome meningkatnya penanggulangan krisis secara cepat. Indikator yang ditetapkan berupa jumlah kabupaten/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana. Pencapaian target sampai tahun 2013 adalah sebanyak 300 kabupaten/kota, yang merupakan jumlah kumulatif pencapaian target tahun 2010 (105 kab./kota), tahun 2011 (45 kab./kota), tahun 2012 (50 kab./kota), dan tahun 2013 (100 kab./kota). Kegiatan penanggulangan krisis kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja anggaran yang tertuang dalam RKA-K/L PPKK tahun 2013, dengan alokasi sebesar Rp ,- (Enam puluh sembilan milyar dua puluh empat juta sembilan ratus dua ribu rupiah) dan realisasi anggaran total sebesar 72,58% serta realisasi fisik sebesar 93,35% yang terdiri dari rincian kegiatan: 1. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana 2. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana 3. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana 4. Penyelenggaraan Tupoksi Lain Selain menyajikan informasi pencapaian indikator, laporan ini juga untuk menyajikan kinerja PPKK tahun 2013 yang mencerminkan pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Penetapan Kinerja PPKK. Demikian gambaran umum dan Laporan Akuntabilitas Kinerja PPKK tahun 2013, semoga dapat bermanfaat dalam penentuan kebijakan selanjutnya. Kepala dr. Sri Henni Setiawati, MHA NIP

4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat penanggulangan Krisis Kesehatan adalah laporan pertanggungjawaban secara tertulis Kepala selama setahun. Melalui LAK, dapat diketahui hasil pencapaian termasuk keberhasilan, hambatan, dan masukan untuk perencanaan dan pelaksanaan di tahun berikutnya. LAK merupakan bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikembangkan untuk mewujudkan good governance dan result oriented government. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (performancebase management) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Dengan demikian, untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih, dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, perlu disusun laporan akuntabilitas di setiap akhir tahun. Pasal 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). RPJMN memuat memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas-kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintaskewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, yang berisi memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK, dan memperkuat daya saing perekonomian. RPJMN ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra- KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam

5 menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional , ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun , yaitu: Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi Agenda IV : Penegakkan Hukum dan Pemberantasan Korupsi Agenda V : Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan Visi dan Misi pemerintah , perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional, yaitu; (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; dan (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Berbagai tantangan di bidang kesehatan, diantaranya: 1. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah 2. Status gizi masyarakat masih rendah 3. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih tinggi 4. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas 5. Ketersediaan obat dan pengawasan obat-makanan masih terbatas

6 6. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat masih terbatas 7. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum optimal 8. Manajemen pembangunan kesehatan belum efektif 9. Kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi masih lebar 10. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih rendah Penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan dititikberatkan bukan saja melalui pendekatan kuratif, melainkan dengan pendekatan preventif. Pendekatan preventif ini dilakukan melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan, di antaranya, dengan perluasan penyediaan air bersih dan pengurangan wilayah kumuh yang secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun Tabel 1.1. Sasaran Utama Pembangunan Nasional RPJMN Bidang Kesehatan No. Target Status Awal (2008) Target Meningkatnya umur harapan hidup 70,7 72,0 2 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per kelahiran hidup 3 Menurunnya angka kematian bayi per kelahiran hidup Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita (persen) 18,4 <15,0 Untuk mencapainya, maka substansi inti dari program aksi bidang kesehatan, antara lain: 1. Program kesehatan masyarakat 2. Program KB 3. Sarana kesehatan 4. Obat 5. Asuransi Kesehatan Nasional Selain itu dilakukan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui delapan fokus prioritas, seperti berikut.

7 1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita; 2. Perbaikan status gizi masyarakat. 3. Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular, serta penyehatan lingkungan; 4. Pengembangan sumberdaya manusia kesehatan; 5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan; 6. Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan; 7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, dengan meningkatkan: (a) upaya perubahan perilaku dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; (b) pengembangan sarana dan prasarana serta peraturan dalam rangka mendukung upaya kesehatan berbasis masyarakat; (c) mobilisasi masyarakat dalam rangka pemberdayaan, advokasi, kemitraan dan peningkatan sumber daya pendukung; (d) keterpaduan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan yang berdampak pada income generating; (e) evakuasi, perawatan dan pengobatan korban pada daerah bencana; (f) kemitraan bidang kesehatan dengan organisasi masyarakat; (g) kemandirian masyarakat dalam menanggulangi dampak kesehatan akibat bencana; dan (h) pengembangan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat. 8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. Sasaran strategis dokumen perencanaan RPJMN Tahun dan perencanaan strategis di dimaksud selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan melalui Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) PPKK Tahun 2013 dan Rencana Kerja (Renja) PPKK Tahun Tugas pokok (PPKK) adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Perencanaan kinerja PPKK tahun 2013 merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator berdasarkan program, kebijakan dan sasaran program/kegiatan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan berpedoman kepada dokumen perencanaan strategis pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan melalui Renstra Kemenkes Tahun

8 Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) PPKK disusun berdasarkan laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKK dan PPK Regional dan Sub-Regional, sesuai DIPA PPKK tahun Laporan tahun anggaran 2013 ini diharapkan dapat menjadi cerminan bagi semua komponen pelaksana kegiatan penanggulangan krisis kesehatan. Perlu disadari bahwa laporan akuntabilitas ini belum dapat memberikan gambaran upaya penanggulangan krisis kesehatan secara utuh, karena berbagai kendala penilaian terhadap program dan kegiatan yang perlu disempurnakan di masa mendatang. B. MAKSUD DAN TUJUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) tahun anggaran 2013 merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kepala kepada Sekretaris Jenderal yang memuat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan program/kegiatan/kebijakan tahun anggaran 2013, serta masukan untuk perencanaan dan pelaksanaan di tahun C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Tugas pokok PPKK berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 1144 tahun 2010 adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut, menyelenggarakan fungsi berikut: 1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan; 2. Pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan; 3. Pemantauan, evaluasi, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

9 4. Koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan; 5. Koordinasi dan pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan dalam penanggulangan krisis kesehatan; 6. Pelaksanaan Administrasi Pusat. Adapun susunan organisasi PPKK terdiri dari: 1. Bagian Tata Usaha 2. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan 3. Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan 4. Bidang Pemantauan dan Informasi. KEPALA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN dr. Sri Henni Setiawati, MHA KEPALA BAGIAN TATA USAHA drg. M. Nur Nasiruddin, M.Kes KEPALA SUBBAGIAN PROGRAM & EVALUASI dr. Rien Pramindari, MKM KEPALA SUBBAGIAN KEUANGAN Yana Irawati, SKM, MKM KEPALA SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN & UMUM Ir. Mohammad Yunus, MT KEPALA BIDANG PEMANTAUAN & INFORMASI Lita R. Sianipar, SKM, M.Epid KEPALA BIDANG TANGGAP DARURAT & PEMULIHAN dr. Indro Murwoko KEPALA BIDANG PENCEGAHAN, MITIGASI, & KESIAPSIAGAAN drs. M. Royan, M.Kes KEPALA SUBBIDANG PEMANTAUAN drs. Dodi Iriyanto KEPALA SUBBIDANG TANGGAP DARURAT dr. M. Imran Saleh Hamdani, MKM KEPALA SUBBIDANG PENCEGAHAN & MITIGASI Yuniyati, S.Sos., M.Si KEPALA SUBBIDANG INFORMASI drg. A. Hadijah Pandita, M.Kes KEPALA SUBBIDANG PEMULIHAN dr. Ina Agustina Isturini, MKM KEPALA SUBBIDANG KESIAPSIAGAAN dr. Ira Cyndira Tresna KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 1.1. Struktur Organisasi.

10 D. SISTEMATIKA Laporan Akuntabilitas Kinerja PPKK disusun dengan sistematika berikut. 1. Bab I (Pendahuluan) menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, serta sistimatika penulisan laporan. 2. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja) Bab ini menjelaskan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran serta cara pencapaian tujuan. Pada awal bab ini disajikan gambaran singkat sasaran yang ingin dicapai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun Bab III (Akuntabilitas Kinerja) Bab ini menyajikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas Kinerja, termasuk didalamnya menguraikan sistematika keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. 4. Bab IV (Penutup). 5. Lampiran.

11 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi penanggulangan krisis kesehatan, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) ditetapkan sebagai salah satu unit kerja yang berada di bawah Menteri Kesehatan. Adapun untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana tingkat nasional, berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Presiden Menko Kesra Kementerian Kesehatan BNPB Kementerian/ Lembaga lain PPK Regional /Dinkes Provinsi / Kab/Kota BPBD Gambar 2.1. Alur penyelenggaraan penanggulangan bencana Tugas dan kewenangan PPKK adalah merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain, baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah, LSM, lembaga internasional, organisasi profesi maupun organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

12 Perencanaan kinerja PPKK merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana kinerja PPKK, telah disusun draf Indikator Kinerja Utama dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi. Tabel 2.1. Rencana Kinerja Target (Kumulatif) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Jumlah kab/kota yang Meningkatnya mempunyai kemampuan penanggulangan krisis tanggap darurat dalam kesehatan secara cepat penanganan bencana B. PERJANJIAN KINERJA Sasaran strategis dokumen perencanaan RPJMN Tahun dan perencanaan strategis di dimaksud selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan melalui Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 dan Rencana Kerja (Renja) Tahun Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja TA 2013 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (Kumulatif) Meningkatnya penanggulangan krisis kesehatan secara cepat Jumlah kab./kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana 300 kab./kota Pernyataan penetapan kinerja tersebut mengartikan pernyataan kesanggupan dari pimpinan PPKK untuk mewujudkan suatu target kinerja, yaitu bahwa 300 kab./kota untuk memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana. Untuk mendukung pencapaian kinerja tersebut, PPKK menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan dalam penanggulangan krisis kesehatan. C. VISI DAN MISI

13 Visi dari adalah Menurunnya Risiko Kesehatan akibat Krisis Kesehatan. Untuk mencapai visi yang ditetapkan, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan telah merumuskan misi sebagai berikut. 1. Mengembangkan pedoman dan kebijakan yang mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan. 2. Meningkatkan keterpaduan melalui pengembangan jejaring penanggulangan krisis kesehatan. 3. Meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan yang bermutu dan merata. 4. Menyediakan akses informasi bagi terselenggaranya penanggulangan krisis kesehatan yang cepat, tepat dan akurat. 5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan. D. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Tujuan adalah terselenggaranya upaya penanggulangan krisis kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka menurunkan risiko kesehatan pada setiap kejadian yang menimbulkan atau berdampak pada krisis kesehatan. Untuk mencapai tujuan, misi, dan visi, maka ditetapkan sasaran berikut. 1. Meningkatnya kemampuan sumber daya dalam kegiatan penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota,melalui: a. Adanya petugas terlatih untuk penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota rawan krisis kesehatan. b. Adanya produk kebijakan/pedoman untuk penanggulangan krisis kesehatan. c. Adanya advokasi kebijakan penanggulangan krisis kesehatan. d. Adanya koordinasi penanggulangan krisis kesehatan. e. Adanya sarana, prasarana dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota rawan krisis kesehatan. f. Adanya fasilitas sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan di Kabupaten/Kota rawan krisis kesehatan. g. Adanya produk informasi penanggulangan krisis kesehatan.

14 2. Meningkatnya peran dan fungsi PPKK Regional dan Sub-regional dalam penanggulangan krisis kesehatan, melalui: a. Adanya sarana, prasarana dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di PPKK Regional dan Sub-Regional. b. Adanya tenaga pelatih dan tenaga terlatih untuk penanggulangan krisis kesehatan di PPKK Regional dan Sub-Regional. c. Adanya fasilitas sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan di PPKK Regional dan Sub-Regional. d. Optimalisasi jejaring penanggulangan krisis kesehatan yang terpadu antara PPKK Regional dan Sub-Regional dengan anggota regional. 3. Meningkatnya peran dan fungsi PPKK dalam penanggulangan krisis kesehatan, melalui: a. Tersedianya peraturan, kebijakan, pedoman dan standar yang mendukung penanggulangan krisis kesehatan. b. Optimalisasi jejaring kerjasama lintas-program dan lintas-sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan. c. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang memiliki kemampuan dalam bidang teknis fungsional dan manajemen penanggulangan krisis kesehatan di daerah rawan krisis kesehatan. d. Tersedianya sarana dan prasarana di daerah rawan krisis kesehatan yang memadai dalam penanggulangan krisis kesehatan. e. Tersedianya sistem penganggaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan penanggulangan krisis kesehatan. f. Tersedianya informasi penanggulangan krisis kesehatan yang cepat, tepat dan akurat. g. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanggulangan.

15 E. KEBIJAKAN DAN PROGRAM Penanggulangan krisis kesehatan diarahkan mengikuti kebijakan berikut. 1. Setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera mungkin secara maksimal dan manusiawi; 2. Prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat medik terhadap korban luka dan identifikasi korban mati di sarana kesehatan; 3. Pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitas-fasilitas kesehatan pada masa tanggap darurat harus tetap terlaksana secara optimal; 4. Pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat, dan dapat dibantu oleh masyarakat nasional dan internasional, lembaga donor, maupun bantuan negara sahabat; 5. Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri mengikuti ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh dan Kementerian atau lembaga terkait; 6. Penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat selaku anggota BPBD; 7. Monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dan diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan. Program dan kegiatan di merupakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya yang terbagi menjadi empat kelompok besar kegiatan, antara lain: 1. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang mencakup output: a. Petugas Terlatih Penanggulangan Krisis Kesehatan b. Kebijakan/Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan c. Produk Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan d. Advokasi Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan e. Dokumen Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

16 2. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang mencakup output Penanggulangan Bencana. 3. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana, mencakup output berikut. a. Peralatan Pengolah Data dan Komunikasi b. Gedung Penanggulangan Krisis Kesehatan Sub-Regional Sumbar c. Perlengkapan Penanggulangan Bencana d. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran e. Output Cadangan 4. Penyelenggaraan Tupoksi Lain yang mencakup ouput: a. Penyusunan Dokumen Perencanaan, Anggaran, dan Keuangan b. Laporan Pembinaan, Kinerja, Kepegawaian, dan Kegiatan c. Layanan Perkantoran Alokasi anggaran tahun 2013 untuk menunjang capaian indikator dalam kelompok pada Tabel 2.3., antara lain: 5. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan alokasi sebesar Rp 27,368,264,000,- 6. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan alokasi sebesar Penanggulangan Bencana Rp 13,709,982,000,- 7. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan alokasi sebesar Rp 19,222,070,000,- 8. Penyelenggaraan Tupoksi Lain dengan alokasi sebesar Rp 7,724,586,000,- Terkait dengan pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, PPKK telah menetapkan indikator kinerja kegiatan, yaitu, jumlah Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana. Kabupaten/Kota dipandang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana apabila: 1. Kabupaten/Kota memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan (minimal pernah mengikuti 3 dari 5 pelatihan yang

17 ditetapkan di bawah ini). Upaya peningkatan manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan yang dimaksud mencakup: a. Petugas terlatih dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan; b. Petugas terlatih dalam TRC dan Rapid Health Assessment (RHA) di Daerah Rawan Bencana; c. Petugas Terlatih dalam Pengelolaan Data dan Informasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan; d. Petugas Terlatih dalam Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan; e. Petugas Terlatih dalam Teknis Penyusunan Rencana Kontingensi. 2. Kabupaten/Kota memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan. Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan yang dimaksud, mencakup: a. Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan bag pack); b. Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable, sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat, global positioning system, lampu kepala, senter dan matras); c. Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan dapat mempercepat akses informasi dari Kab./Kota wilayah bencana.

18 Tabel 2.3. Program dan Alokasi Anggaran PPKK per Ouput Tahun 2013 yang Mendukung Tercapainya Indikator Kinerja No Kegiatan Utama Alokasi 2013 A Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana Rp Petugas Terlatih Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp Kebijakan/Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp Produk Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp Advokasi Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp Dokumen Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp B Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana Rp Penanggulangan Bencana Rp C Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana Rp Peralatan Pengolah Data & Komunikasi Rp Gedung Penanggulangan Krisis Kesehatan Sub-Regional Sumbar Rp Perlengkapan Penanggulangan Bencana Rp Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Rp Output Cadangan Rp D Penyelenggaraan Tupoksi Lain Rp Penyusunan Dokumen Perencanaan, Anggaran, dan Keuangan Rp Laporan Pembinaan, Kinerja, Kepegawaian, dan Kegiatan Rp Layanan Perkantoran Rp TOTAL Rp

19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA Laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Kepala (PPKK) atas program dan kegiatan yang telah diselenggarakan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai bulan Desember. Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk membandingkan kinerja yang telah dicapai dengan target yang telah ditetapkan pada tahun yang sama. Dalam membandingkan capaian kinerja dengan target, dilakukan analisis per-indikator dengan menyajikan kegiatan-kegiatan yang terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi PPKK dan indikatornya, serta kegiatan yang bersifat pendukung. Pencapaian kinerja di PPKK tahun 2013 diukur dan dianalisis dari tiga sudut pandang, yaitu pencapaian target Renstra PPKK ( ), pencapaian sasaran strategis, dan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan di keseluruhan siklus bencana sesuai dengan tupoksi PPKK dalam Permenkes No tahun Berdasarkan Renstra , PPKK menyelenggarakan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan yang termasuk dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Output dari kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan yaitu meningkatnya penanggulangan krisis secara cepat, yang akan dicapai dalam 5 tahun (sampai dengan 2014) dengan indikator kinerja keluaran dan target adalah 300 Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana. B. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2012 Dalam Bab 2 disebutkan bahwa kabupaten/kota yang dipandang telah memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana adalah kabupaten/kota yang memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan dan memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan. Sementara itu, untuk mengukur keberhasilan

20 pencapaian sasaran, PPKK telah menetapkan indikator yaitu jumlah Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana. Tabel 3.1. Capaian Kinerja s.d. Tahun 2012 Indikator Kinerja Jumlah Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana Target Capaian % (Kumulatif) (Kumulatif) Jumlah target dalam Tabel 3.1. merupakan jumlah kumulatif sejak tahun 2010, yaitu sebanyak 105 kabupaten/kota pada tahun 2010, 45 kabupaten/kota tahun 2011, dan 100 kab./kota tahun Sampai tahun 2012, telah membekali tenaga kesehatan dari 200 kabupaten/kota rawan bencana dengan minimal 3 dari 5 pelatihan yang ditetapkan dan telah membekali pula dengan 2 unit emergency kit, 5 unit personal kit, dan 1 unit alat pengolah data. C. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2013 Analisis pencapaian kinerja dikelompokkan menjadi 6, yaitu: 1. Pencapaian Target Rencana Kinerja Tahunan 2. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional 3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan 4. Prestasi 5. Permasalahan 6. Usulan Pemecahan Masalah 1. Pencapaian Target Rencana Kinerja Tahunan Sampai akhir tahun 2013, semua usulan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan telah selesai diselenggarakan. Target yang harus dicapai sampai dengan akhir tahun 2013 adalah sebanyak 300 Kabupaten/Kota.

21 Tabel 3.2. Capaian Kinerja s.d. Tahun 2013 Indikator Kinerja Jumlah Kab./Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana Target Capaian % (Kumulatif) (Kumulatif) Jumlah target dalam Tabel 3.2. merupakan jumlah kumulatif sejak tahun 2010, yaitu sebanyak 105 kabupaten/kota pada tahun 2010, 45 kabupaten/kota tahun 2011, 50 kabupaten/kota tahun 2012, dan sebanyak 100 kabupaten/kota tahun Pada tahun 2010, kabupaten/kota rawan bencana yang terpilih merupakan bagian dari program 100 hari yang ditujukan untuk mendukung program utama penguatan rumah sakit di daerah. Pemilihan kabupaten/kota rawan bencana selanjutnya didasarkan pada hasil analisis kejadian bencana, data Index Rawan Bencana Indonesia (IRBI), Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK), dan Daerah Terluar Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Target Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran indikator PPKK dapat dilihat dalam Lampiran Kab./Kota Gambar 3.1. Jumlah kumulatif kabupaten/kota capaian target indikator PPKK tahun

22 Paradigma penanggulangan bencana yang saat ini lebih menitikberatkan pada kegiatan prabencana (y.i., pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan) menyebabkan diperlukannya sumber daya manusia yang terampil dalam penyelenggaraan kegiatan pendukungnya. Salah satu kegiatan kesiapsiagaan adalah meningkatkan kapasitas sumber daya agar tersedia tenaga kesehatan yang siap dan mampu melaksanakan penanggulangan krisis kesehatan khususnya pada masa tanggap darurat bencana. Dalam Subjudul B tentang Evaluasi Pencapaian Kinerja Tahun 2012 di atas dijelaskan bahwa Kabupaten/Kota dipandang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana apabila Kabupaten/Kota memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan (minimal pernah mengikuti 3 dari 5 pelatihan yang ditetapkan di bawah ini) dan memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan. Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan yang dimaksud, seperti yang dijelaskan dalam poin B di atas. Kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya yang mendukung pencapaian indikator kinerja di PPKK pada tahun 2013, antara lain: a. Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra-, saat-, dan pasca-bencana. Peserta kegiatan Peningkatan kapasitas petugas dalam manajemen bencana kesehatan adalah tenaga kesehatan yang menjadi penanggung jawab program penanggulangan krisis kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tenaga kesehatan yang telah dilatih diharapkan dapat mengelola upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat Bencana di wilayah kerjanya masingmasing. b. Peningkatan Kapasitas Petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dan Rapid Health Assessment (RHA) di Daerah Rawan Bencana Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan penilaian cepat dan pelayanan kesehatan pada saat terjadi bencana. Materi yang disampaikan yaitu, manajemen penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat bencana, pelayanan kesehatan lingkungan dan sanitasi serta pengendalian vektor saat bencana, pertolongan

23 pertama pada psikologi, penanggulangan wabah, penanggulangan krisis kesehatan akibat kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan ledakan, pos pengendali dan operasional kesehatan, pengantar penilaian cepat kesehatan dan teknik penilaian cepat, standar minimum dan sarana pendukung pelayanan kesehatan saat bencana, teknik penilaian cepat (studi kasus), korban massal (table top exercise), bantuan hidup dasar (praktek dan teori) serta simulasi. Peserta kegiatan ini berasal dari dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan. Pada tahun 2013, tenaga kesehatan yang telah dilatih berjumlah 192 orang dengan realisasi anggaran sebesar 82,1%. c. Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengelolaan Data Dan Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Upaya penanggulangan krisis kesehatan (PKK) perlu dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkannya, diperlukan dukungan informasi yang cepat, tepat, dan akurat mulai dari lokasi bencana, kabupaten/kota, provinsi sampai ke tingkat pusat. Upaya mendapatkan informasi yang adekuat dan tepat di saat bencana menjadi tantangan tersendiri karena kondisi bencana menyebabkan kekacauan, berkurangnya sumber daya, dan kesulitan dalam berkomunikasi. Dengan demikian, salah satu upaya untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan dan menyamakan persepsi tenaga kesehatan di dinas kesehatan provinsi dan kab./kota tentang sistem informasi PKK sebagaimana yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 064 tahun Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan tenaga kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah yang mampu melaksanakan pengelolaan data dan informasi penanggulangan krisis kesehatan. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini meliputi Kebijakan Penanggulangan Krisis kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan, Sistem Informasi Penanggulangan Bencana, Manajemen Data, Surveilans Bencana, Pemetaaan, Sistem Informasi Penanggulangan Krisis akibat Bencana, Teknologi Internet, dan SMS Gateway. d. Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Penggunaan Alat Komunikasi Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Radio Komunikasi dan SMS Gateway merupakan salah satu media penting sebagai alat pengirim informasi maupun sebagai alat bertukar informasi. Perangkat radio komunikasi yang relatif mudah dirakit dan mampu menjangkau skip zone (y.i., area yang tidak dapat menerima suatu pancaran akibat gelombang pantul), menjadi alasan mengapa mengapa

24 Radio Komunikasi merupakan alat yang sangat tepat untuk berkomunikasi dalam kondisi darurat maupun untuk kegiatan pemantauan sehari-hari. SMS gateway, di sisi lain, merupakan media yang sangat efisien dan efektif untuk mempercepat penyebarluasan informasi. Mengingat Indonesia merupakan wilayah rawan bencana yang sering mengalami skip zone, tenaga kesehatan di kab./kota rawan bencana perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai operasionalisasi dan pemeliharaan perangkat tersebut. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini antara lain; Dasar- Dasar Telekomunikasi; Peraturan dan Perundang-undangan tentang Sistem Alat Komunikasi; Teknik Alat komunikasi; Teknis Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Komunikasi; Pelaporan dengan SMS Gateway. e. Penyusunan Bahan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Perencanaan Kontinjensi didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak menentu, dengan skenario dan tujuan yang telah disepakati, tindakan teknis dan manajerial yang ditetapkan, dan sistem tanggapan serta pengerahan potensi yang disetujui bersama untuk mencegah atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis. Penanggulangan bencana pada tahap pra-bencana meliputi kegiatan yang dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana dan kegiatan yang dilakukan pada situasi terdapat potensi bencana. Rencana kontinjensi merupakan rencana penanggulangan bencana untuk satu jenis ancaman (single hazard). Apabila bencana benar-benar terjadi, rencana kontinjensi diaktifkan menjadi rencana operasi tanggap darurat atau rencana operasi (operational plan) setelah terlebih dahulu disesuaikan melalui suatu kaji cepat (rapid assessment). Perencanaan Kontinjensi sangat diperlukan dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya krisis kesehatan akibat bencana atau kedaruratan lainnya. Upaya peningkatan kesiapsiagaan melalui perencanaan kontinjensi ini dapat mengurangi ketidakpastian berdasarkan pengembangan skenario dan asumsi proyeksi kebutuhan untuk operasi tanggap darurat. Lima pelatihan di atas menjadi standar minimal yang harus dipenuhi oleh setiap kabupaten/kota rawan bencana yang menjadi target indikator. Upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia tersebut pada dasarnya dilakukan agar setiap kabupaten/kota memiliki:

25 a. Tim Reaksi Cepat adalah tim yang mampu bergerak segera dalam waktu 0-24 jam untuk menangani korban massal (Mass Casualties Management) pada kejadian bencana, mampu melakukan bantuan life-saving, dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penilaian cepat kesehatan (initial assessment). b. Tim RHA adalah tim aju segera setelah terjadinya bencana yang mampu melakukan penilaian cepat kesehatan dan menganalisa kebutuhan akibat bencana. c. Tim Bantuan Kesehatan terdiri dari tim medis dan pendukung yang memiliki motivasi tinggi sehingga mampu memberikan treatment secara menyeluruh seperti melakukan triase, perawatan emergency, maupun perawatan pasien lanjutan (prolong treatment), surveilans lingkungan, dan mampu melakukan komunikasi radio. d. Tenaga manajemen bencana bidang kesehatan dengan kompetensi seperti surveilans, manajeman obat dan perbekalan, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi, kesehatan anak, kesehatan gizi, penyakit menular, kesehatan lingkungan, dan promosi kesehatan. Apabila standar minimal berupa pelatihan dan pembekalan sarana prasarana penunjang di atas terpenuhi, kabupaten/kota rawan bencana diarahkan menjadi kabupaten/kota siaga bencana yang memiliki sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk melakukan upaya penanggulangan bencana, khususnya selama masa tanggap darurat bencana di wilayahnya, dan juga untuk membantu wilayah lain sesuai kemampuannya. 2. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional Pada tahun 2006 (PPKK) membentuk Regional Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan akibat Bencana melalui Kepmenkes No. 783 Tahun 2006 yang bertujuan untuk mendekatkan dan mempercepat dukungan bantuan kesehatan secara terkoordinasi ke wilayah yang terkena krisis kesehatan akibat bencana dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Ketua Regional. Pembagian wilayah regional disusun dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya kesehatan dan kemudahan akses untuk menjangkau wilayah pelayanan. Hampir setiap Pusat Penanggulangan Krisis Regional/Sub-Regional telah dilengkapi dengan Gedung Kantor, Gedung Transit, dan Peralatan Kantor serta Peralatan Penanggulangan Bencana. Namun, saat ini perannya masih belum optimal karena beberapa faktor, antara lain, faktor kelembagaan, ketenagaan, dan faktor dukungan kesiapan perbekalan penanggulangan krisis kesehatan yang belum maksimal.

26 Gambar 3.2. Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Subregional Pusat Penanggulangan Krisis Regional/Sub-Regional (PPK Regional/Sub-Regional) yang ada saat ini membantu PPKK dalam mempercepat respons dan mendekatkan bantuan kesehatan bagi korban di wilayah bencana yang pengelolaannya dipegang oleh dinas kesehatan provinsi yang menjadi pusat regional. Setiap PPK Regional/Sub-Regional mempunyai wilayah kerja antar-daerah dan antar-provinsi yang menjadi anggotanya. Dalam pelaksanaannya, dinas kesehatan provinsi didukung oleh sekretariat PPK Regional/Sub- Regional yang diusulkan menjadi unit pelaksana teknis yang berada di bawah PPKK Sekretariat Jenderal. Kegiatan yang berkaitan dengan PPK Regional/Sub-Regional selama tahun 2013, antara lain: a. Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang Pada tahun 2007 berdasarkan Kepmenkes No tahun 2007 dibentuk 2 PPK Sub- Regional, yaitu PPK Sub-Regional Sumatera Barat dan Papua. Pembangunan gedung kantor dan gudang untuk Sub-Regional Sumatera Barat sudah selesai pada tahun Pengecoran

27 halaman dan pembangunan pagar untuk bangunan tersebut telah selesai dilaksanakan pada tahun Di tahun yang sama, PPKK juga merencanakan pembangunan gedung kantor dan gudang PPK Sub-Regional Papua. Namun, kendala berupa perkiraan biaya berdasarkan hasil konstruksi konsultan perencana yang melebihi anggaran yang dialokasikan menyebabkan pembangunan gedung kantor dan gudang menjadi tertunda dan tidak bisa diselesaikan dalam tahun b. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional dibagi menjadi tiga kegiatan besar, yaitu: 1) Rapat Koordinasi PPK Regional/Sub-Regional dengan Anggota. Kegiatan ini diadakan untuk menyelaraskan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang terkoordinasi Antara ketua dan anggota PPK Regional/Sub-Regional. Kegiatan ini diselenggarakan secara berkala di wilayah kerja PPK Regional/Sub-Regional. 2) Bantuan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi. Kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan di wilayah/daerah yang dituangkan dalam dokumen rencana kontinjensi bidang kesehatan bagi kab./kota rawan bencana di wilayah kerja PPK Regional/Sub-Regional. 3) Kegiatan Bantuan Monitoring dan Evaluasi. Pembinaan provinsi/kabupaten/kota di wilayah kerja masing-masing, melalui penguatan upaya kesiapsiagaan, tanggap darurat, maupun pemulihan darurat. Pemantapan koordinasi dengan lintas-program dan lintassektor terkait, maupun monitoring situasi krisis kesehatan. Dana peningkatan peran dan fungsi ini diberikan kepada 9 Pusat Penanggulangan Krisis Regional (y.i., PPK Regional Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi Selatan, dan PPK Regional Sulawesi Utara) dan 2 PPK Sub-Regional (y.i., Sumatera Barat dan Papua) dengan tujuan agar PPK Regional/Sub-Regional dapat berperan maksimal untuk mendekatkan dan mempercepat bantuan kesehatan di wilayah bencana. Besar alokasinya disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengelolaan gedung kantor, gedung transit, peralatan kantor, peralatan penanggulangan bencana, dan untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan di regional masing-masing.

28 3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Pada dasarnya, alokasi anggaran di PPKK dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu, alokasi kegiatan yang direncanakan dan alokasi kegiatan yang bersifat insidentil berkaitan dengan kejadian bencana. Akibatnya, penilaian kinerja untuk PPKK tidak dapat dilihat melalui tampilan realisasi anggaran saja. Dengan kata lain, apabila frekuensi bencana yang terjadi dalam satu tahun tidak terlalu banyak dengan skala yang juga kecil, maka realisasi anggaran dalam satu tahun untuk kegiatan yang sudah direncanakan menjadi besar, sementara realisasi anggaran dalam tahun yang sama untuk kegiatan insidentil menjadi kecil, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan harus bersifat akumulasi dari kegiatan yang ada. Di sisi lain, apabila dipandang berdasarkan siklus bencana, semua kegiatan dalam siklus tersebut selama tahun 2013 yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam Permenkes No tahun 2010 telah diselenggarakan oleh PPKK. Kegiatan tersebut dibagi ke dalam 3 fase, yaitu: a. Fase prabencana. Kegiatan selama fase prabencana terbagi menjadi: 1) Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan, berupa: - Penyusunan Pedoman Manajemen SDM dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan - Revisi Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan di Daerah Konflik - Penyusunan Dokumen Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Riset Manajemen Kebencanaan WHOCC 2) Pemantauan, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan, seperti : - Pemantauan harian; - Pemantauan pada situasi khusus terjadinya kedaruratan yang dapat menyebabkan krisis kesehatan (arus mudik lebaran, natal dan tahun baru) bekerjasama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia; - Penyusunan buku tinjauan bencana tahun 2012; - Penyusunan Buku Saku Penanggulangan Krisis Kesehatan; - Penyusunan Buku Sewindu PPKK; - Media Informasi Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun Profil

29 3) Koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan, seperti : - Penyelenggaraan geladi penanggulangan krisis kesehatan di kabupaten kota; - Review dan Sosialisasi SOP - Monitoring dan evaluasi program pemantauan dan informasi di PPK regional dan subregional; - Mobilisasi fasilitas kesehatan RS lapangan untuk mendukung kegiatan Sail Komodo; - Perencanaan rumah sakit dalam penanggulangan krisis kesehatan; - Pertemuan lintas-program dan lintas-sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan; - Rapat koordinasi teknis PPK regional dan subregional; - Workshop untuk Revisi Modul Pelatihan Internasional tentang Manajemen Bencana dan Pengurangan Risiko dalam Sektor Kesehatan; - Gelar Rumah Sakit Lapangan di Lapangan Monumen Nasional dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-49; - Penyelenggaraan Gladi Penanggulangan Krisis Kesehatan di Labuan Bajo dalam rangka persiapan tenaga kesehatan menghadapi Sail Komodo 4) Pelaksanaan administrasi pusat. b. Fase Tanggap Darurat. Kegiatan selama fase tanggap darurat terbagi menjadi: 1) Koordinasi dan Pelaksanaan Tanggap Darurat dan Pemulihan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan. Pemantauan bencana dilakukan selama 24 jam dalam 1 tahun (365 hari) dengan jumlah shift 2x sehari pada waktu di luar jam kerja dan saat hari libur nasional. Kejadian bencana dilaporkan dan diperbaharui setiap hari sampai masa tanggap darurat dinyatakan berakhir. Menurut data, selama Januari s.d. Desember 2013 terjadi kasus krisis kesehatan sebanyak 421 kali dan mengakibatkan korban meninggal sebanyak 673 orang, luka berat (rawat inap) orang, luka ringan (rawat jalan) orang, hilang 204 orang, dan pengungsi sebanyak orang. Data jumlah dan jenis kejadian bencana berdasarkan hasil pemantauan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

30 Sumut Sumbar Sumsel DKI Jakarta Jateng Jatim Bali Kalsel Sulut Sulsel Papua Gambar 3.3. Frekuensi Kejadian Bencana di PPK Regional/Sub-Regional selama Tahun ) Pelaksanaan Administrasi Pusat Dukungan tenaga, logistik maupun dana operasional diberikan untuk membantu mengatasi krisis kesehatan baik di dalam maupun di luar negeri. Bantuan operasional dapat berupa handling cost, bahan habis pakai bantuan operasional PPK Regional dan PPK Sub-Regional, klaim perawatan pasien korban bencana, dan biaya operasional pada saat siaga darurat, tanggap darurat, dan pemulihan. Pada tahun 2013 bantuan operasional yang diberikan kepada daerah yang mengalami kejadian krisis kesehatan adalah sebesar Rp ,- atau sekitar 53,4% dari total permintaan bantuan yang diajukan. Jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan 27 kejadian krisis kesehatan di 15 provinsi, di antaranya, letusan Gunung Sinabung di Sumatera utara, konflik sosial di Nusa Tenggara Barat, kejadian banjir di Sumatera Selatan, dan lainnya (lihat Lampiran 9). Selama tahun 2013, usulan permintaan bantuan operasional paling sering diajukan oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Utara, sedangkan frekuensi kejadian krisis kesehatan paling banyak dialami oleh Provinsi DKI Jakarta.

31 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Gambar 3.4. Jumlah korban meninggal akibat bencana per-bulan selama tahun Gambar 3.5. Jumlah Pengungsi akibat Bencana per-bulan selama Tahun 2013

32 c. Fase Pascabencana. Masa pascabencana diisi dengan kegiatan evaluasi penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan dalam pertemuan lintas-program dan lintas-sektor. Pertemuan lintas-program dan lintas-sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan. menyelenggarakan Pertemuan Lintas-Program dan Lintas-Sektor di Bapelkes Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dalam pertemuan ini selain membahas tentang koordinasi lintas-program dan lintas-sektor juga membahas evaluasi upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana selama tahun 2013, seperti Penanggulangan Bencana Kabut Asap di Provinsi Riau, Penanggulangan Bencana Banjir Bandang akibat Jebolnya DAM Way Ela di Provinsi Maluku, dan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Letusan Gunung Rokatenda di Provinsi NTT. Dalam pertemuan tersebut peserta diharapkan dapat mengambil pelajaran (lesson learnt) bagi upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang. 4. Keberhasilan Berikut beberapa poin yang menunjukkan keberhasilan PPKK dalam tahun a. PPKK telah memenuhi semua sasaran strategis yang ditetapkan, yaitu meningkatnya kemampuan sumber daya dalam kegiatan PKK di Kabupaten/Kota; meningkatnya peran dan fungsi PPK Regional dan Sub-Regional dalam PKK; dan meningkatnya peran dan fungsi PPKK dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain: 1) Mengembangkan sistem pendampingan PPK Regional/SubR-Regional untuk memfasilitasi tugas dan fungsi antar-bidang dalam PPKK terkait regionalisasi. 2) mengoptimalkan fungsi WHO-CC melalui peningkatan kapasitas berbahasa Inggris, pelatihan Internasional, dan partisipasi dalam kegiatan OKI dan APEC. 3) mengoptimalkan kerjasama lintas-sektor melalui simulasi kecelakaan transportasi laut dalam rangka persiapan Sail Komodo ) Berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan wilayah dalam rangka persiapa Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi Kepulauan Riau. b. Setiap tahapan kinerja yang dilakukan adalah untuk mencapai outcome dari semua kegiatan penanggulangan krisis kesehatan, yaitu, tertanggulanginya krisis kesehatan secara tepat dan cepat. 5. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi selama tahun 2013 dan memerlukan tindak lanjut segera, antara lain:

33 a. Belum optimalnya upaya monitoring dan evaluasi kegiatan sehingga tampak berlangsung seperti rutinitas biasa. b. Belum ada dasar pengalokasian anggaran untuk operasional bencana yang idealnya mengikuti kejadian bencana, tetapi tidak dapat diprediksi. c. Belum adanya regulasi yang mengatur tata cara pemanfaatan dan pertanggungjawaban penggunaan sumber daya untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat (terutama pertanggungjawaban keuangan) pada saat tanggap darurat yang dilakukan secara khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan. d. Belum adanya regulasi untuk pemanfaatan gedung transit di PPK Regional sehingga pemanfaatan gedung transit belum optimal. e. Masih terkendalanya proses pelembagaan PPK Regional/Sub-Regional. Saat ini, PPK Regional/Sub-Regional masih berada dalam pengelolaan Dinas Kesehatan daerah setempat. 6. Usulan Pemecahan Masalah Terkait permasalahan yang teridentifikasi, usulan pemecahan masalah yang diajukan adalah perlu dilakukannya koordinasi untuk, antara lain: a. Mengoptimalkan upaya monitoring dan evaluasi dengan cara menyusun instrumen standar yang disesuaikan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan. b. Melakukan kajian keberhasilan kegiatan yang instrumennya bisa diintegrasikan dengan instrument monitoring dan evaluasi sehingga akan didapat gambaran keberhasilan dan kendala yang ada. c. Mendorong terbentuknya regulasi yang mengatur tata cara pemanfaatan dan pertanggungjawaban penggunaan sumber daya untuk penanggulangan krisis kesehatan (terutama untuk pertanggungjawaban keuangan) pada saat tanggap darurat yang dilakukan secara khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan. d. Mendorong terbentuknya regulasi yang mengatur tata cara pemanfaatan dan pertanggungjawaban gedung transit PPK Regional. e. Melanjutkan proses pelembagaan PPK Regional/Sub-Regional. Selain usulan pemecahan masalah di atas, PPKK juga telah menetapkan matriks FROM-TO yang akan dijadikan sebagai acuan untuk salah satu upaya pemecahan masalah yang ada di lingkungan PPKK (lihat Tabel 3.3).

34 Tabel 3.3. Matriks From-To Tahun 2013 From IP Tersesat To Kespro Terbekati Individual Kerja sama tim PAsif Proaktif Terkotak-kotak Tersistem Sesaat Berkesinambungan Statis Kreatif D. SUMBER DAYA Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan strategis pembangunan kesehatan yang tepat. Dukungan sumber daya terutama sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta pembiayaan sangat dibutuhkan. 1. Sumber Daya Manusia Pada tahun 2013, terjadi pergerakan kepegawaian di dalam Pusat Penanggulangan Krisis kesehatan (PPKK), yaitu sebanyak 5 orang menjalani masa pensiun, 1 orang mengambil Masa Persiapan Pensiun (MPP), dan 1 orang mengalami mutasi keluar PPKK. Dengan demikian, jumlah pegawai yang masih aktif bekerja di PPKK sebanyak 51 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 51 orang merupakan PNS aktif dan 9 orang adalah tenaga honorer. PPKK dipimpin oleh 1 orang Kepala, 4 orang Pejabat Eselon III, 9 orang Pejabat Eselon IV, dan 37 orang staf yang terdistribusi di 1 (satu) Bagian dan 3 (tiga) Bidang. Rincian penyebaran pegawai di PPKK, antara lain, sebanyak 22 pegawai di Bagian Tata Usaha (termasuk Kepala Pusat); sebanyak 8 pegawai di Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan; 10 pegawai di Bidang Tanggap Darurat & Pemulihan; dan sebanyak 11 pegawai di Bidang Pemantauan dan Informasi.

35 Distribusi Pegawai PPK per Bidang/Bagian Tahun 2013 Bidang Pemantauan &Informasi 21% (11 orang) Bagian Tata Usaha 43% (22 orang) Bidang Pencegahan, Mitigasi, & Kesiapsiagaan 16% (8 orang) Bidang Tanggap Darurat & Pemulihan, 20% (10 orang) Gambar 3.6. Distribusi pegawai PPKK berdasarkan Bidang/Bagian Kepangkatan pegawai di PPKK antara lain, sebanyak 5 orang masuk dalam Golongan II, 40 orang Golongan III, dan sebanyak 5 orang Golongan IV. Selama tahun 2013 tidak terjadi penerimaan pegawai baru di Kemenkes. Ini berarti terjadi kekosongan pegawai sehingga beban kerja yang ditinggalkan oleh staf yang pensiun menambah beban kerja pegawai yang masih aktif. Distribusi Pegawai PPKK Tahun 2013 berdasarkan Golongan Kepangkatan Golongan IV, 5 org (10%) Golongan III, 40 org (80%) Golongan II 5 org (10%) Gambar 3.7. Perbandingan Pegawai PPKK berdasarkan Golongan Kepangkatan

36 Distribusi Pegawai PPKK Tahun 2013 berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir Pascasarjana 15 (29%) SMA 6 (12%) Akademi/D3 6 (12%) Sarjana 24 (47%) Gambar 3.8. Perbandingan Pegawai PPKK Tahun 2013 berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir Pegawai PPKK memiliki latar belakang pendidikan yang beragam dengan rincian sebanyak 6 orang memiliki latar belakang pendidikan SMA, 6 orang dengan pendidikan Diploma, 23 orang dengan pendidikan Sarjana, dan sebanyak 16 orang dengan latar belakang pendidikan Pascasarjana. Jenis Kompetensi Tahun 2013 Nonkesehatan 25 org (49%) Kesehatan, 26 org (51%) Gambar 3.9. Perbandingan Jumlah Pegawai PPKK berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir Tahun 2013

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN REVISI 2015

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN REVISI 2015 PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015-2019 REVISI 2015 I. PERENCANAAN 2015-2019 A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015-2019 I. PERENCANAAN 2015-2019 A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN Tahun 2015-2019 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan KATA PENGANTAR Tugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah melaksanakan penyusunan kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya, kita dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government. SAKIP merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN DALAM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN T.A 2013

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN T.A 2013 Halaman : 1 024.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 68.024.902.000 2044 Penanggulangan Krisis Kesehatan 68.024.902.000 2044.001 Petugas Terlatih

Lebih terperinci

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA LANDASAN HUKUM 1. LANDASAN IDIIL: UUD 45 UU 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA UU 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN 2 2. LANDASAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi BPBD BPBD Kabupaten Bandung sebagai salah satu instansi dari Pemerintah Kabupaten, dalam menetapkan visinya tentu harus mengacu kepada

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 ACEH Tanah Longsor SUMUT Angin Puting Beliung SUMBAR Kebakaran Angin Puting Beliung KEPRI Angin Puting Beliung JAMBI Tanah Longsor KALTIM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.

PERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.1 Visi Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2016 adalah Masyarakat Gorontalo yang siaga dan terlindung dari ancaman bencana VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan

Lebih terperinci

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1 Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang disempurnakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) 1 RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) Renja Bagian Pertanahan Tahun 2015 (Review) Page 1 2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Rencana Kerja Bagian Pertanahan Sekretariat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG TAHUN 2014 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN TAHUN 2014 JALAN SUKABUMI NO 17 BANDUNG Telp. (022) 7207113 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA]

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA] TAHUN 2016 0 KATA PENGANTAR Rencana Aksi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh masing-masing unit organisasi dan unit kerja sebelum melaksanakan tugas dan kegiatannya. Direktorat Rumah, sebagai

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH TAHUN 204 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut Tahun 205 RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE

PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE IR. DODY RUSWANDI, MSCE DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN Jakarta,

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 12 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI, KEPALA BADAN, UNSUR PENGARAH, KEPALA PELAKSANA, SEKRETARIS, SUB BAGIAN, BIDANG DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANAA DAERAH NOMOR : /2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANAA DAERAH NOMOR : /2014 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jln. Raya Bandung-Soreang KM.. 17 Telp. (022) 85872591, 76914288, 92636007 Fax (022) 85872591 Bandung 40911 http://bpbd-kabbandung.blogspot.com

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KEPALA PELAKSANA JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK

KEPALA BADAN KEPALA PELAKSANA JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK LAMPIRAN If : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN-BADAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BAGAN STRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci