GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI"

Transkripsi

1

2 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 172 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rincian Tugas Pokok Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 2); 8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Gubernur adalah Gubernur Bali. 2. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Bali. 3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut Badan adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 4. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut Kepala Badan adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali.

4 BAB II TUGAS POKOK BADAN Pasal 2 Badan Penanggulangan Bencana mempunyai tugas pokok: a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup perumusan kebijakan, pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan, penanggulangan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekontruksi secara adil dan merata; b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundangundangan; c. menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana dan peta resiko bencana; d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanggulangan bencana; e. menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat; f. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap dalam kondisi darurat bencana; g. mengendalikan, mengumpulkan dan penyaluran uang dan barang; h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dana masyarakat; dan i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB III FUNGSI BADAN Pasal 3 Badan mempunyai fungsi: a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisiensi; dan b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

5 BAB IV RINCIAN TUGAS KEPALA BADAN Pasal 4 Kepala Badan mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Badan; b. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja badan; c. merumuskan kebijakan umum Badan serta menyelenggarakan administrasi berdasarkan kewenangan; d. menilai prestasi kerja bawahan; e. mendistribusikan tugas kepada bawahan; f. menilai prestasi kerja bawahan g. menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten/Kota; h. melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum; i. membina bawahan dalam pencapaian program Badan; j. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan; k. melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis; l. melaksanakan sistem pengendalian intern; m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. BAB V RINCIAN TUGAS UNSUR PENGARAH Pasal 5 Unsur Pengarah mempunyai tugas: a. mengarahkan penyusunan rencana dan program kerja Badan; b. memberikan arahan dalam pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja Badan; dan c. mengarahkan perumusan kebijakan umum Badan dalam menyelenggarakan administrasi berdasarkan kewenangan. BAB VI RINCIAN TUGAS UNSUR PELAKSANA Pasal 6 Kepala Pelaksana Badan mempunyai tugas: a. melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja Badan; b. mengkoordinasikan pelaksanaan rencana program kerja Badan; c. menjabarkan kebijakan umum Badan serta menyelenggarakan administrasi berdasarkan kewenangan; d. mendistribusikan tugas kepada bawahan; e. menilai prestasi kerja bawahan;

6 f. menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten/kota; g. melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum; h. membina bawahan dalam pencapaian program Badan; i. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan; j. melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis; k. melaksanakan sistem pengendalian intern; l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan. BAB VII RINCIAN TUGAS SEKRETARIAT Pasal 7 Sekretaris mempunyai tugas: a. membuat rencana dan program kerja; b. mengkoordinasikan rencana kegiatan Badan dalam menyusun program kerja; c. mengkoordinasikan para kepala Sub Bagian; d. menilai prestasi kerja bawahan; e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian; f. melakukan koordinasi dengan para Kepala Bidang; g. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan urusan umum dan kepegawaian, penyusunan program dan keuangan Badan; h. merangkum laporan sekretariat dan bidang berkaitan dengan keuangan, kepegawaian dan barang; i. menyusun langkah penyempurnaan kegiatan; j. melaksanakan sistem pengendalian intern; k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan l. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan. Pasal 8 (1) Kepala Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas: a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. melaksanakan urusan kepegawaian; e. menyiapkan bahan telahan kajian dan analisis organisasi dan ketatalaksanaan Badan; f. menyusun usulan kenaikan pangkat pegawai; g. menyusun kenaikan gaji berkala dan impasing pegawai; h. melaksanakan sistem pengendalian intern; i. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan j. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan.

7 (2) Kepala Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. mengkoordinasikan penyiapan bahan dan data rencana kerja anggaran Badan; e. mengkoordinasikan penyusunan anggaran; f. melakukan monitoring pelaksanaan anggaran; g. menghimpun bahan kebijakan sebagai masukan dalam penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) Badan; h. mengkompilasi bahan dan menyususn Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP); i. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan; j. melaksanakan penatausahaan keuangan; k. melaksanakan pengurusan gaji pegawai dan tunjangan lainnya; l. melaksanakan pengawasan keuangan; m. melaksanakan sistem pengendalian intern; n. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan o. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris. (3) Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas: a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. mengelola, memelihara dan mendistribusikan barang bergerak dan/atau tidak bergerak serta menyiapkan usulan penghapusannya; e. memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan kantor serta melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan Badan; f. mengelola urusan surat menyurat; g. menyiapkan bahan telahan, kajian dan analisis organisasi dan ketatalaksanaan Badan; h. menyusun dan meneliti bahan penyusunan produk hukum serta menghimpun peraturan perundang-undangan yang berlaku; i. melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan; j. melaksanakan sistem pengendalian intern; p. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris.

8 BAB VIII RINCIAN TUGAS BIDANG Bagian Kesatu Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Pasal 9 Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program sistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang. Pasal 10 (1) Kepala Sub Bidang Mitigasi Bencana mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program sistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana; g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang. (2) Kepala Sub Bidang Kesiapsiagaan Bencana mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;

9 e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program sistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang. Bagian Kedua Bidang Kedaruratan dan Logistik Pasal 11 Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Bidang; b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bidang; c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bidang; d. menilai prestasi kerja bawahan; e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bidang dan bawahan; f. mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; g. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; h. mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi; i. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi; j. mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang bencana pada pascabencana dengan instansi teknis terkait dan masyarakat serta lembaga terkait; k. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana; l. melaksanakan sistem pengendalian intern; m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan n. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan. Pasal 12 (1) Kepala Sub Bidang Tanggap Darurat dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas: a. memberikan petunjuk kepada bawahan; b. menilai prestasi kerja bawahan; c. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;

10 d. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; e. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program sistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana; f. melaksanakan sistem pengendalian intern; g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang. (2) Kepala Sub Bidang Bantuan Kebencanaan mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan d. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait, lembaga serta masyarakat; e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasi dan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang. Bagian Ketiga Bidang Rehabititasi dan Rekonstruksi Pasal 13 Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait, lembaga serta masyarakat; e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasi dan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

11 Pasal 14 (1) Kepala Sub Bidang Penanggulangan dan Rekontruksi mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan d. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait, lembaga serta masyarakat; e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasi dan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang. (2) Kepala Sub Bidang Rehabilitasi, Pengerahan dan Pengendalian mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait, lembaga serta masyarakat; e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi; f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasi dan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang; BAB IX KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 15 Kelompok Jabatan Fungsional Badan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

12 BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 26 September 2011 GUBERNUR BALI, MADE MANGKU PASTIKA Diundangkan di Denpasar pada tanggal 26 September 2011 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, I MADE JENDRA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2011 NOMOR 52

13 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 169 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali; Mengingat : Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 1); Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Gubernur adalah Gubernur Bali. 2. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Bali. 3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 4. Kepala Badan adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 5. Kepala Pelaksana Badan adalah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 6. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 6. Kepala UPT adalah Kepala UPT di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali.

15 BAB II UPT DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI Pasal 2 UPT di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali adalah UPT Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana. BAB III SUSUNAN ORGANISASI UPT Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Pasal 3 (1) Susunan Organisasi UPT Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana terdiri dari: a. Kepala UPT; b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan; dan d. Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawat daruratan. (2) UPT dipimpin Kepala UPT, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pelaksana Badan. (3) Sub Bagian dipimpin Kepala Sub Bagian, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala UPT. (4) Seksi dipimpin Kepala Seksi, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala UPT. BAB IV RINCIAN TUGAS UPT Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Pasal 4 Kepala UPT mempunyai tugas: a. menyusun rencana dan program kerja UPT; b. mengkoordinasikan program Sub Bagian dan Seksi; c. mengkoordinasikan teknis pelaksanaan tugas kepada instansi terkait; d. menilai prestasi kerja bawahan; e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi;

16 f. mengendalikan pelaksanaan kegiatan peringatan dini, data dan pelayanan informasi kebencanaan, tanggap darurat bencana dan pelayanan kegawat daruratan; g. mengendalikan pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana; h. menjalankan operasional tanggap darurat di Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana dan/atau mendukung Komandan Tanggap Darurat; i. melaksanakan sistem pengendalian intern; j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pelaksana Badan. Pasal 5 Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas: a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, penyusunan program dan keuangan UPT; d. melaksanakan pengaturan personil operasional 24/7; e. menilai prestasi kerja bawahan; f. memelihara dan merawat peralatan, perlengkapan, dan pelaksana urusan rumah tangga kantor; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam melaksanakan tugas; i. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan j. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT. Pasal 6 Kepala Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan mempunyai tugas: a. menyusun rencana kegiatan Seksi; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menghimpun data, mengolah dan menyajikan informasi sebagai pusat layanan informasi kebencanaan yang dalam mewujudkannya perlu adanya integrasi data dari pihak terkait; d. menyelenggarakan peringatan dini bencana; e. memelihara perangkat sistem peringatan dini bencana; f. melaksanakan kegiatan perencanaan, pemeliharaan, pengoperasian dan komunikasi dalam sistem peringatan dini bencana; g. mendukung pengendalian mobilitas masyarakat untuk mengurangi resiko bencana; h. melaksanakan sosialisasi manajemen bencana; i. melaksanakan sistem pengendalian intern; j. menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan; k. mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber

17 dalam kegiatan analisa kebencanaan; l. menilai prestasi kerja bawahan; m.melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT. Pasal 7 Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawat daruratan mempunyai tugas: a. menyusun rencana kegiatan Seksi; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. mempersiapkan bahan untuk penyusunan rencana operasi tanggap darurat; e. menggunakan data dan informasi kebencanaan untuk kepentingan operasi tanggap darurat dan pelayanan kegawat daruratan; f. menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan; g. mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber dalam kegiatan analisa kebencanaan; h. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam melaksanakan tugas; i. menyiapkan sarana dan prasarana operasi tanggap darurat UPT; j. melakukan pemantauan dan evaluasi dalam menjamin terlaksananya fungsi koordinasi dalam tanggap darurat secara efektif dan efisien; k. mendukung kegiatan kaji cepat dan penyusunan rencana operasi; l. mengendalikan pelayanan kegawat daruratan secara cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya; m.koordinasi pelayanan kegawat daruratan dengan instansi terkait dan kabupaten/kota; n. pembinaan dan pengembangan kapasitas personil; o. sosialisasi pelayanan kegawat daruratan; p. melaksanakan kegiatan pelayanan kegawat daruratan terpadu bersama instansi terkait dan kabupaten/kota (SPGDT) dalam keadaan bencana maupun sehari-hari; dan q. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; BAB V ESELONERING Pasal 8 Eselonering Jabatan Struktural ditetapkan sebagai berikut: a. Kepala UPT yaitu Jabatan Struktural Eselon IIIa; dan b. Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi yaitu Jabatan Struktural Eselon IVa.

18 BAB VI BAGAN ORGANISASI Pasal 9 Bagan Organisasi UPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 10 Pembiayaan UPT dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 16 Nopember 2011 GUBERNUR BALI, Diundangkan di Denpasar pada tanggal 16 Nopember 2011 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, MADE MANGKU PASTIKA I MADE JENDRA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2011 NOMOR 105

19 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 16 NOPEMBER 2011 NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI UPT. PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA. UPT PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PERINGATAN DINI, DATA DAN PELAYANAN INFORMASI KEBENCANAAN SEKSI TANGGAP DARURAT BENCANA DAN PELAYANAN KEGAWAT DARURATAN GUBERNUR BALI, MADE MANGKU PASTIKA

20

21 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (RUPUSDALOPS PB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangun sistem penanggulangan bencana di Provinsi Bali telah dibentuk Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB); b. bahwa sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali; c. bahwa Peraturan Gubernur Bali Nomor 30 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) di Provinsi Bali setelah dilakukan evaluasi kelembagaan perlu dilakukan peninjauan kembali sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) di Provinsi Bali;

22 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

23 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 4); 13. Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 105); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (RUPUSDALOPS PB). BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 2. Gubernur adalah Gubernur Bali.

24 3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bali. 4. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat PUSDALOPS PB adalah unsur pelaksana teknis pada tingkat Provinsi yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan bencana. 5. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 6. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi. 7. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 8. Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service Response) adalah serangkaian kegiatan untuk pelayanan keamanan, ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat. 9. Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disebut RUPUSDALOPS PB adalah Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana tingkat Kabupaten/Kota. 10. Instansi/lembaga terkait adalah suatu organisasi yang sah dan diakui berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku yang terkait dengan penanggulangan bencana. 11. Informasi penanggulangan bencana adalah data yang sudah diverifikasi dan dianalisa yang menyangkut kebencanaan.

25 12. Sistem Informasi adalah gabungan dari komponen pengumpulan, pengkajian, penyimpanan, pengorganisasian dan penyajian informasi yang mampu melacak dan memantau kejadian, untuk pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan efisien menyangkut kebencanaan. 13. Sistem Komunikasi adalah gabungan dari komponen peralatan, jaringan, kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat memastikan bahwa informasi tersebut dapat keluar/ masuk Pusdalops PB/Rupusdalops PB. 14. Peta kerawanan bencana adalah gambar yang menunjukkan posisi daerah-daerah yang rawan bencana; 15. Peta risiko bencana adalah gambar yang menunjukkan daerah yang akan terkena dampak bencana; 16. Organisasi Amatir Radio Republik Indonesia selanjutnya disebut ORARI adalah suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi tinggi; 17. Radio Antar Penduduk Indonesia selanjutnya disebut RAPI, adalah suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi sedang; 18. Koordinasi adalah hubungan interaksi antar lembaga maupun antar personil dalam berbagi informasi terkait kebencanaan, seperti penugasan, sumber daya yang dimiliki, dan kondisi wilayah; 19. Komando tanggap darurat adalah perintah pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. 20. Komandan tanggap darurat adalah kepala daerah dan/atau pejabat yang diberikan wewenang untuk memberikan komando tanggap darurat. 21. Komando Strategis adalah komando yang merumuskan strategi operasi tanggap darurat yang dilakukan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota di PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB untuk kemudian diteruskan ke Pos Komando Lapangan (Posko Lapangan). 22. Komando Taktis adalah komando yang diberikan oleh PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB yang berlaku dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat untuk diteruskan kepada instansi dan lembaga terkait.

26 Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Maksud penyusunan Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) untuk menunjang kegiatan PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB serta memberikan arah dan acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam operasi penanggulangan bencana. (2) Tujuan Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dijadikan pedoman bagi UPT. PUSDALOPS PB Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali dan semua pihak yang terkait dalam melaksanakan sistem dan memberikan layanan penanggulangan bencana bagi masyarakat di Provinsi Bali. BAB II SISTEMATIKA Pasal 3 (1) Sistematika Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) di Provinsi Bali meliputi: a. BAB I : PENDAHULUAN b. BAB II : PENGORGANISASIAN c. BAB III : HUBUNGAN DAN TATA KERJA d. BAB IV : DUKUNGAN DAN SUMBER DAYA e. BAB V : ANGGARAN f. BAB VI : PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN g. BAB VII : PENUTUP (2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 4 Sebagai petunjuk pelaksanaan dari Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) ditetapkan Prosedur Tetap (Protap) dengan Keputusan Kepala BPBD.

27

28 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (RUPUSDALOPS PB) BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Posisi Indonesia secara geografis, demografis dan geologis merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia seperti akibat konflik dan terorisme serta potensi konflik lainnya. Demikian juga Daerah Bali, merupakan daerah yang termasuk rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan situasi bencana yang terjadi pada dekade terakhir, telah terjadi beberapa kali bencana disebabkan oleh alam maupun oleh ulah manusia. Saat ini dirasakan ada kecendrungan bahwa penanggulanan bencana dianggap lamban dan tidak memuaskan banyak pihak yang mana penanganannya dirasakan oleh masyarakat belum maksimal, Sehingga sering terjadi pengaduan dan keluhan dari masyarakat kepada pemerintah. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya sangat diperlukan kerangka hukum yang kuat dibidang manajemen bencana. Hal itu menjadi sangat penting karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Bencana yang terjadi telah menimbulkan dampak yang banyak memakan korban serta merugikan secara material dan immaterial. Dalam rangka mengurangi dampak akibat bencana diperlukan struktur manajemen bencana yang mengedepankan pentingnya partisipasi semua potensi yang ada baik pemerintah maupun masyarakat. Partisipasi dari semua potensi tersebut tentunya perlu dikoordinir sehingga manajemen penanggulangan bencana dapat berjalan efektif. Dalam upaya tersebut, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pemerintah Provinsi Bali telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun Dimana BPBD memiliki Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (UPT. Pusdalops PB) yang berperan dalam memfasilitasi pengendalian operasi penanggulangan bencana. Dalam mengambil peran aktif untuk menciptakan manajemen yang efektif serta pentingnya partisipasi publik dan stake holder pada penanggulangan bencana, maka dirasakan sangat penting bagi kita semua untuk selalu mendekatkan tindakan penanggulangan bencana antara partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam posisi saling ketergantungan dan saling menunjang. Tindakan penanggulangan bencana ini perlu ada keterpaduan semua unsur secara sistematis dengan adanya pedoman yang jelas untuk mengatur dalam mencapai hasil yang optimal. 1

29 Berpijak pada hal tersebut diatas maka perlu disusun Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dalam menjawab permasalahan-permasalahan serta gap-gap yang selama ini menjadi ganjalan dalam melaksanakan perlindungan masyarakat. PUSDALOPS PB adalah sebuah organisasi sebagai pusat pengendalian yang berfungsi mengoperasikan penanggulangan bencana secara terkoordinasi, terintegrasi dan terpadu sehingga dalam penanggulangannya dapat terlaksana secara cepat, tepat dan akurat. Adapun peran dari PUSDALOPS PB meliputi seluruh tahapan dalam penanggulangan bencana yaitu tahap sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana. Sedangkan fungsinya sebagai pengelola informasi bencana; pelayanan tanggap darurat bencana; pelaksanaan sistem peringatan dini dan pelayanan kegawatdaruratan. 2. KETENTUAN UMUM a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. b. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi. c. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. d. Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service Response) adalah serangkaian kegiatan untuk pelayanan keamanan, ketentraman, ketertiban, dan perlindungan masyarakat. e. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non-kementrian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. f. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. g. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat PUSDALOPS PB adalah unsur pelaksana pada tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan bencana. h. PUSDALOPS BNPB adalah PUSDALOPS di tingkat nasional. i. PUSDALOPS BPBD Provinsi adalah PUSDALOPS di tingkat provinsi. j. RUPUSDALOPS BPBD Kabupaten/Kota adalah PUSDALOPS di tingkat Kabupaten Kota. 2

30 k. PUSDALOPS/RUPUSDALOPS PB pada saat tanggap darurat berfungsi sebagai Pos Komando Tanggap Darurat. Pos Komando tanggap Darurat Bencana berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana dan merupakan institusi yang berwenang memberikan data dan informasi tentang penanganan tanggap darurat bencana. l. Pos Komando Lapangan dibentuk di lokasi bencana dan bertugas melakukan penanganan tanggap darurat bencana di bawah komando induknya, yaitu Pos Komando tanggap Darurat Bencana, yang dalam hal ini adalah PUSDALOPS dan RUPUSDALOPS PB. m. Instansi/lembaga terkait adalah suatu organisasi yang sah dan diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan penanggulangan bencana. n. Informasi adalah data yang sudah diverifikasi dan dianalisa yang menyangkut kebencanaan. o. Sistem Informasi adalah gabungan dari komponen pengumpulan, penyimpanan, pengorganisasian dan penyajian informasi yang mampu melacak dan memantau kejadian, untuk pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan efisien menyangkut kebencanaan. p. Sistem Komunikasi adalah gabungan dari komponen peralatan, jaringan, kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat memastikan bahwa informasi tersebut dapat keluar/masuk Pusdalops/Rupusdalops. q. Peta kerawanan bencana adalah gambar yang menunjukkan posisi daerah-daerah yang rawan bencana; r. Peta risiko bencana adalah gambar yang menunjukkan daerah yang akan terkena dampak bencana; s. ORARI adalah organisasi amatir radio Republik Indonesia, suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi tinggi; t. RAPI adalah Radio Antar Penduduk Indonesia, suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi sedang; u. Koordinasi adalah hubungan interaksi antar lembaga maupun antar personil dalam berbagi informasi terkait kebencanaan, seperti penugasan, sumber daya yang dimiliki, dan kondisi wilayah; v. Komando tanggap darurat adalah perintah pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. w. Komandan tanggap darurat adalah kepala daerah dan/atau pejabat yang diberikan wewenang untuk memberikan komando tanggap darurat. x. Komando Strategis adalah komando yang berlaku pada perumusan strategi operasi tanggap darurat yang dilakukan oleh Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati) di PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB untuk kemudian diteruskan ke Pos Komando Lapangan (Posko Lapangan). y. Komando Taktis adalah komando yang diberikan oleh PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB yang berlaku dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat untuk diteruskan kepada instansi dan lembaga terkait. 3

31 3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS a. Tujuan Umum. Tujuan umum pedoman ini adalah sebagai acuan dalam kegiatan operasional PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB. b. Tujuan Khusus. Tujuan khusus pedoman ini adalah untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam operasional Pusdalops PB dan RUPUSDALOPS PB dalam rangka terselenggaranya koordinasi, informasi, sinkronisasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. 4. SISTEMATIKA Ruang lingkup materi Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulanangan Bencana mencakup tahap prabencana, saat bencana dan setelah bencana di daerah Bali, dengan sistimatika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ketentuan umum serta sistematika. BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII : : : : : : PENGORGANISASIAN Memuat struktur organisasi, peran, fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab PUSDALOPS PB. HUBUNGAN DAN TATA KERJA Memuat tata keria, fungsi dan tuqas personil PUSDALOPS PB, hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB Provinsi Bali dengan RUPUSDALOPS PB di kabupaten/kota di daerah Bali serta hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB kabupaten/kota dengan instansi dan lembaga terkait. DUKUNGAN DAN SUMBER DAYA Memuat dukungan sumberdaya manusia dan sarana prasarana PUSDALOPS PB. ANGGARAN Memuat penjelasan tentang sumber-sumber anggaran dan pengelolaannya. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Menguraikan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan PUSDALOPS PB. PENUTUP 4

32 BAB II PENGORGANISASIAN Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap darurat dilaksanakan dan dikordinasikan oleh BPBD Provinsi Bali. UPT Pusdalops PB Provinsi Bali bertugas Mendukung komando tanggap darurat dengan mengoptimalkan 4 (empat) fungsi UPT Pusdalops Provinsi Bali. 1. STRUKTUR PUSDALOPS PB KEPALA UPT KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA KEPALA SEKSI PERINGATAN DINI, DATA DAN PELAYANAN INFORMASI KEBENCANAAN KEPALA SEKSI TANGGAP DARURAT BENCANA DAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN Struktur Organisasi PUSDALOPS PB Provinsi Bali UPT PUSDALOSPS PB adalah suatu unit pelaksana teknis pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana Provinsi Bali yang bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. UPT PUSDALOPS PB dipimpin oleh Kepala UPT PUSDALOPS PB dan dibantu oleh satu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan dua Kepala Seksi, yaitu Kepala Seksi Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi Kebencanaan dan Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan, yang bertanggung jawab kepada Kepala UPT PUSDALOPS PB. 2. PERAN PUSDALOPS PB a. Sebelum Bencana - Memberikan dukungan kegiatan pada saat sebelum Bencana (Pengumpul, Pengolah, Penyaji Data dan Informasi Kebencanaan) b. Saat Bencana - Memberikan dukungan pada Posko Tanggap Darurat dan Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat. 5

33 c. Setelah Bencana - Memberikan dukungan kegiatan pada saat setelah Bencana (Penyedia Data dan Informasi khususnya dalam Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 3. FUNGSI PUSDALOPS PB Fungsi PUSDALOPS PB antara lain: - Pusat Data dan Informasi Kebencanaan; - Sistem Peringatan Dini; - Operasi Tanggap Darurat; dan - Pelayanan Kegawatdaruratan (ESR). Fungsi Pusat Data dan Informasi Kebencanaan adalah sebagai penerima, pengolah, dan pendistribusi informasi. Fungsi Sistem Peringatan Dini adalah menerima, mengolah, dan meneruskan peringatan dini kepada instansi terkait dan masyarakat. Fungsi Operasi Tanggap Darurat adalah memfasilitasi pengerahan sumber daya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif. Fungsi Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service Response/ESR) adalah mengendalikan (mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, dan menindaklanjuti) sistem pelayanan keamanan, kenyamanan, dan ketertiban kepada masyarakat secara cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya. 4. TUGAS POKOK PUSDALOPS PB Pusat Informasi Menghimpun, mengolah, dan menyajikan informasi dari instansi terkait (ke dalam bentuk database dan kepustakaan) Memelihara jaringan informasi dan komunikasi (software dan hardware) Publikasi Sistem Peringatan Dini Untuk beragam jenis bencana: Mengkoordinasikan kegiatan peringatan dini untuk semua jenis bencana Memelihara jaringan informasi dan komunikasi sistem peringatan dini Pendidikan dan pelatihan Sosialisasi Khusus Tsunami Pelaksanaan sistem peringatan dini (menerima informasi BMKG, pengambilan dari Operasi Tanggap Darurat Pusat pelayanan tanggap darurat yang berfokus kepada koordinasi, komando dan pelaksanaan Mendukung kaji cepat (rapid assessment) di tingkat provinsi Medukung BPBD menyusun rencana operasi (renop) tanggap darurat (respon) Mendukung operasi tanggap darurat di tingkat kabupaten/kota Mendukung Pelayanan Kegawatdaruratan Koordinasi pelayanan kegawatdarurata n dengan Kabupaten/Kota Pembinaan teknis Pelatihan Sosialisasi Pemantauan dan evaluasi 6

34 keputusan, diseminasi) Melakukan pemeliharaan menara sistem peringatan dini BPBD untuk melakukan operasi tanggap darurat di kabupaten/kota jika diperlukan dengan mengerahkan potensi yang ada Menyediakan bantuan teknis operasional tanggap darurat kepada RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota Melakukan pemantauan dan evaluasi 5. TANGGUNG JAWAB PUSDALOPS PB a. Secara Struktural Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang menyelenggarakan kegiatan penanggulangan bencana. b. Secara Institusional Sebagai pelaksana amanah peraturan perundang-undangan kebencanaan yang berlaku. c. Secara Operasional Sebagai pelaksana tugas pokok, fungsi, dan peran PUSDALOPS PB. 7

35 BAB III HUBUNGAN DAN TATA KERJA A. HUBUNGAN DAN TATA KERJA PUSDALOPS PB PROVINSI BALI 1. Tata Kerja di PUSDALOPS PB Provinsi Bali Susunan organisasi PUSDALOPS PB terdiri dari dua unsur, yaitu unsur pejabat struktural yang terdiri dari Kepala PUSDALOPS, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan dan Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan. Operasional Pusdalops PB dilaksanakan 24/7 oleh Operator yang dibagi ke dalam tiga shift piket setiap hari. Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh operator Pusdalops PB harus berdasarkan pada PROTAP/ SOP. Hubungan tata kerja di Pusdalops dapat digambarkan sebagai berikut : Gubernur Kepala BPBD Kepala Pelaksana BPBD Kepala UPT. PUSDALOPS PB Kepala Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan Koordinator Piket Operator Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB Provinsi Bali 8

36 2. Fungsi dan Tugas Personil PUSDALOPS PB Provinsi Bali Agar tata kerja di atas dapat berjalan dengan baik, masing-masing personil bekerja sesuai dengan fungsi dan tugas yang diembankan pada mereka. Fungsi personil PUSDALOPS PB Provinsi Bali adalah sebagai berikut: 1. Kepala UPT PUSDALOPS PB Provinsi Bali membantu Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali untuk mengoperasikan PUSDALOPS PB Provinsi pada saat krisis maupun rutin sesuai dengan fungsi dan tugas yang diemban oleh PUSDALOPS PB Provinsi. 2. Kepala Sub Bagian Tata usaha melaksanakan fungsi administrasi di bidang tata usaha kepegawaian, keuangan dan perlengkapan di lingkungan PUSDALOPS PB Provinsi Bali. 3. Kepala Seksi Sistem Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan melaksanakan fungsi pemantauan rutin terutama yang berkaitan dengan peringatan dini, pengembangan sistem informasi, serta diseminasi data dan informasi di tingkat Provinsi. 4. Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan melaksanakan fungsi pelayanan tanggap darurat bencana dan kegawatdaruratan. 5. Koordinator piket mengkoordinasikan operator dan membuat laporan piket. 6. Operator melaksanakan fungsi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi yang terkait dengan kegiatan penanggulangan bencana sesuai arahan dari Koordinator Piket. a. Kelompok Pejabat Struktural Sebagai konsekuensi dari fungsinya, maka Kepala PUSDALOPS PB Provinsi memiliki tugas sebagai berikut: - Menyusun rencana dan program kerja UPT; - Mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian dan Seksi; - Mengkoordinasikan teknis pelaksanaan tugas kepada instansi terkait; - Menilai prestasi kerja bawahan; - Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi; - Mengendalikan pelaksanaan kegiatan peringatan dini, data dan pelayanan informasi kebencanaan, tanggap darurat bencana dan pelayanan kegawatdaruratan; - Mengendalikan pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) Pusdalops PB; - Menjalankan operasional tanggap darurat di PUSDALOPS PB dan/atau mendukung Komandan Tanggap Darurat; - Melaksanakan sistem pengendalian intern; - Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan - Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertugas membantu Kepala PUSDALOPS PB Provinsi untuk: - Menyusun rencana kegiatan Tata Usaha Pusdalops PB; - Memberikan petunjuk kepada bawahan; 9

37 - Melaksanakan dan mengawasi Kegiatan Pengelolaan Administrasi Umum, Kepegawaian, Penyusunan Program dan Keuangan UPT - Melaksanakan pengaturan personil operasional 24/7 - Menilai prestasi kerja bawahan; - Memelihara dan merawat peralatan, perlengkapan, dan pelaksana urusan rumah tangga kantor; - Melaksanakan sistem pengendalian intern; - Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan - Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pusdalops PB. Kepala Seksi Sistem Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi Kebencanaan bertugas membantu Kepala PUSDALOPS PB Provinsi dalam: Menyusun rencana kegiatan Seksi; Memberikan petunjuk kepada bawahan; Menghimpun data, mengolah dan menyajikan informasi sebagai pusat layanan informasi kebencanaan yang dalam mewujudkannya perlu adanya integrasi data dari pihak terkait; Menyelenggarakan peringatan dini bencana; Memelihara perangkat sistem peringatan dini bencana; Melaksanakan kegiatan perencanaan, pemeliharaan, pengoperasian dan komunikasi dalam sistem peringatan dini bencana; Mendukung pengendalian mobilitas masyarakat untuk mengurangi risiko bencana; Melaksanakan sosialisasi manajemen bencana; Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pusdalops PB; Melaksanakan sistem pengendalian intern; Menilai prestasi kerja bawahan; dan Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan bertugas membantu Kepala PUSDALOPS PB Provinsi dengan: Menyusun rencana kegiatan Seksi; Memberikan petunjuk kepada bawahan; Menilai prestasi kerja bawahan; Mempersiapkan bahan untuk penyusunan rencana operasi tanggap darurat; Menggunakan data dan informasi kebencanaan untuk kepentingan operasi tanggap darurat dan pelayanan kegawatdaruratan; Menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan; Mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber dalam kegiatan analisa kebencanaan; 10

38 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam melaksanakan tugas; Menyiapkan sarana dan prasarana operasi tanggap darurat Pusdalops PB; Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; Melakukan pemantauan dan evaluasi dalam menjamin terlaksananya fungsi koordinasi dalam tanggap darurat secara efektif dan efisien; Mendukung kegiatan Kaji Cepat dan penyusunan Rencana Operasi; Mengendalikan pelayanan kegawatdaruratan secara cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya; Koordinasi pelayanan kegawatdaruratan yang meliputi pelayanan kesehatan, kepolisian dan pemadam kebakaran dengan instansi terkait dan Kabupaten/Kota; Pembinaan dan pengembangan kapasitas personil; dan Sosialisasi pelayanan kegawatdaruratan. b. Petugas Piket 1. Koordinator Piket menjalankan tugas sebagai berikut: - Melaksanakan tugas dan arahan dari Kepala PUSDALOPS PB Provinsi; - Memimpin para operator untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya; - Membuat laporan piket, yang terdiri dari kejadian bencana, status peralatan, dan lainnya yang dianggap penting; dan - Menerima informasi kebencanaan dan menindaklanjuti sesuai Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan. 2. Operator piket menjalankan tugas: - Membantu koordinator piket membuat laporan piket sesuai dengan bidang tugasnya; - Mengumpulkan data dari instansi dan lembaga terkait untuk melakukan pemutakhiran database dan sistem informasi; - Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait (termasuk posko lapangan); - Membantu koordinator piket untuk melakukan cek peralatan dan memelihara hubungan komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait; - Melakukan pemantauan rutin terhadap kejadian bencana di Provinsi Bali dan provinsi yang berbatasan; dan - Mendukung koordinator piket dalam menindaklanjuti informasi kejadian bencana sesuai dengan Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan. 11

39 5. HUBUNGAN DAN TATA KERJA PUSDALOPS PB PROVINSI BALI DENGAN RUPUSDALOPS PB DI KABUPATEN/KOTA DI DAERAH BALI 2.1 Pada Saat Tidak Terjadi Bencana Pada kondisi tidak terjadi bencana, hubungan antara PUSDALOPS PB Provinsi Bali dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota di daerah bersifat koordinatif dan pembinaan. RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota menjalankan fungsifungsinya antara lain dalam pengelolaan informasi bencana, pelaksanaan sistem peringatan dini, dan pelaksanaan layanan kegawatdaruratan. PUSDALOPS PB Provinsi juga menjalankan fungsi antara lain pengelolaan informasi bencana, koordinasi peringatan dini, dan koordinasi layanan kegawatdaruratan. Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara keduanya dalam pelaksanaan tugas Pada Saat Bencana a. Bencana yang Ditangani oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota Pada saat bencana yang dapat ditangani sendiri oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, maka RUPUSDALOPS menjadi Pos Komando Tanggap Darurat. Pada kondisi tersebut, pembagian tanggung jawab antara PUSDALOPS Provinsi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: PUSDALOPS Provinsi Melaksanakan kewenangan koordinasi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota Memberikan dukungan terhadap operasi tanggap darurat di kabupaten/kota (back up) Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan oleh RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota jika dibutuhkan (advisory) RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota Sebagai Pos Komando Tanggap Darurat, melaksanakan kewenangan komando strategis dan komando taktis terhadap semua instansi terkait dalam penanggulangan bencana di kabupaten/kota. Melaksanakan kewenangan koordinasi dengan instansi terkait dalam penanggulangan bencana Mempersiapkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan strategi operasi tanggap darurat 12

40 Pada saat bencana yang dapat ditangani sendiri oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi Bali melalui BPBD Provinsi Bali dan PUSDALOPS PB tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat di kabupaten/kota namun tetap menyediakan dukungan, memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan Kabupaten/Kota, serta monitoring dan evaluasi. RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota sebagai Pos Komando Tanggap Darurat bencana menjalankan tugas sebagai berikut: - Menjalankan dan menyampaikan komando strategis yang berasal dari Walikota/Bupati kepada Pos Komando Lapangan; - Memberikan komando taktis kepada lembaga terkait dalam pelaksanaan rencana operasi tanggap darurat sesuai arahan dari Bupati / Walikota; - Menyusun Rencana Operasi Tanggap Darurat bekerjasama dengan instansi dan organisasi terkait; - Mengolah data dan informasi tentang penanganan tanggap darurat bencana sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Bupati / Walikota; - Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana; - Menyusun laporan harian dan insidentil tentang pelaksanaan operasi tanggap darurat yang ditujukan kepada Bupati / Walikota dan pimpinan organisasi terkait; dan - Memberikan informasi resmi tentang kondisi bencana dan penanganan tanggap darurat kepada masyarakat melalui pers. b. Bencana yang Ditangani oleh PUSDALOPS PB Provinsi Bali Pada saat BPBD Provinsi Bali menjadi Komando Tanggap Darurat, maka PUSDALOPS PB menjadi Pos Komando Tanggap Darurat Provinsi Bali. Pembagian tanggung jawab antara PUSDALOPS Provinsi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: PUSDALOPS Provinsi Memiliki kewenangan komando strategis dalam operasi tanggap darurat, termasuk terhadap RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota. Melakukan koordinasi dengan institusi-institusi terkait di tingkat provinsi. Mengkoordinasikan bantuan teknis dari instansi dan lembaga terkait kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota. RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota Memiliki kewenangan komando taktis terhadap institusiinstitusi terkait di tingkat kabupaten/kota, termasuk pos komando lapangan (posko lapangan). Memberikan laporan rutin terhadap PUSDALOPS PB Provinsi terkait pelaksanaan operasi tanggap darurat. Memberikan masukan kepada PUSDALOPS PB Provinsi terkait pelaksanaan operasi tanggap darurat. 13

41 Dengan pembagian tanggung jawab seperti di atas, PUSDALOPS PB Provinsi memberikan komando strategis dan bantuan teknis kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dalam operasi tanggap darurat. Pelaksanaan operasi tanggap darurat tetap menjadi tanggung jawab kabupaten/kota di bawah komando RUPUSDALOPS PB. Berikut adalah gambaran hubungan antara PUSDALOPS PB Provinsi dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota. Panah yang menghubungkan antara PUSDALOPS PB Provinsi dengan RUPUSDALOPS PB pada kondisi bencana yang dapat ditangani oleh RUPUSDALOPS PB hanyalah bersifat koordinatif, namun saat bencana ditangani provinsi, hubungan itu meningkat menjadi arahan komando strategis dari PUSDALOPS PB Provinsi dan pelaporan dari RUPUSDALOPS PB ke PUSDALOPS PB. PUSDALOPS PB PROVINSI RUPUSDALOPS KAB/KOTA Hubungan dan Tata Kerja antara PUSDALOPS PB Provinsi dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota Tata kerja seperti di atas tidak mempengaruhi tugas PUSDALOPS PB Provinsi sebagai Pos Komando Tanggap Darurat bencana sebagai berikut: - Melaksanakan dan menyampaikan komando strategis yang berasal dari Gubernur kepada RUPUSDALOPS PB dan Pos Komando Lapangan; - Menyusun Rencana Operasi Tanggap Darurat bekerjasama dengan instansi dan organisasi terkait; - Mengkoordinasikan bantuan teknis sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota; - Mengolah data dan informasi yang berasal dari RUPUSDALOPS PB tentang penanganan tanggap darurat bencana sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Gubernur dan memberikan informasi resmi tentang kondisi bencana dan penanganan tanggap darurat kepada masyarakat melalui pers; dan - Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana di kabupaten/kota. c. Hubungan Pusdalops PB/Rupusdalops PB dengan Pos Komando Lapangan (Posko Lapangan) Posko lapangan adalah posko sementara di lapangan yang dibentuk oleh BPBD Provinsi atau Kabupaten/Kota yang berdekatan dengan lokasi bencana. BPBD Provinsi dapat memperkuat Posko Lapangan yang dibentuk BPBD Kabupaten/Kota apabila diperlukan. Posko Lapangan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: - Melaksanakan kajian cepat bencana dan menyampaikan hasilnya ke Rupusdalops PB Kabupaten/Kota; - Mengkoordinasikan upaya penanganan tanggap darurat bencana di lapangan sesuai dengan Rencana Operasi Tanggap Darurat; - Menyelenggarakan sistim komunikasi dengan berbagai pihak untuk mendukung operasi tanggap darurat; 14

42 - Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan di RUPUSDALOPS PB untuk pengambilan keputusan; - Menerima informasi dan arahan dari RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dan menyampaikannya kepada pihak yang bergerak di lapangan; - Memantau dan melaporkan pelaksanaan operasi tanggap darurat di lapangan; dan - Mencatat distribusi bantuan dari semua lembaga yang dilakukan di lapangan. 6. HUBUNGAN DAN TATA KERJA PUSDALOPS PROVINSI DAN RUPUSDALOPS KABUPATEN/KOTA DENGAN INSTANSI DAN LEMBAGA TERKAIT 3.1 Pada Kondisi Tidak Terjadi Bencana Saat tidak terjadi bencana, PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota membangun hubungan yang koordinatif dan pembinaan dengan instansi dan lembaga terkait dalam penanggulangan bencana. Hal ini dilakukan untuk membangun komunikasi dengan instansi dan lembaga tersebut dan memperoleh informasi untuk memutakhirkan database PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB. PUSDALOPS PB Provinsi melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait penanggulangan bencana di provinsi dan juga dengan semua RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota di Bali. RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga di kabupaten/kota. Hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada halaman berikut. Pada gambar tersebut dapat dilihat koordinasi yang dilakukan oleh PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dengan instansi dan lembaga terkait baik dari kalangan pemerintah maupun non pemerintah. PUSDALOPS PB Provinsi Bali juga menjalin koordinasi dengan PUSDALOPS BNPB dan PUSDALOPS PB di provinsi lain, khususnya yang berbatasan dengan Provinsi Bali. Demikian juga dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota saling berkoordinasi satu sama lain, termasuk dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dari provinsi yang berbatasan langsung dengan RUPUSDALOPS PB tersebut, dan juga dengan PUSDATIN BNPB. 15

43 PUSDATIN BNPB Polisi dan Militer Gubernur ORARI/RAPI Instansi Pemerintah terkait tingkat Provinsi BPBD PUSDALOPS PB Provinsi Organisasi Internasional dan LSM Instansi Pemerintah terkait tingkat Kabupaten/Kota Walikota/Bupati BPBD RUPUSDALOPS PB Kab/Kota Palang Merah Indonesia Universitas dan Lembaga Penelitian Jalur pelaporan Jalur koordinasi Jalur komando Hubungan Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOP PB dengan Instansi Terkait Saat Tidak Terjadi Bencana 3.2 Pada Saat Bencana a. Bencana yang Ditangani oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota Pada pelaksanaan operasi tanggap darurat yang dipimpin oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota sebagai Pos Komando Tanggap Darurat memfasilitasi jalur komando strategis dan komando taktis untuk menangani bencana. Hubungan koordinatif dilakukan dengan PUSDALOPS PB Provinsi dan PUSDATIN BNPB, serta lembaga-lembaga yang menjadi sumber informasi peringatan dini. RUPUSDALOPS PB menerima komando strategis dari Walikota/Bupati, dan selanjutnya disampaikan kepada Posko Lapangan dan semua instansi dan lembaga terkait. Dengan mekanisme kerja yang demikian, maka RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota sebagai Pos Komando Tanggap Darurat bencana menjalankan tugas seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 16

44 Jalur pelaporan Jalur koordinasi Jalur komando strategis Jalur komando taktis Gubernur BPBD PUSDALOPS PB Provinsi PUSDATIN BNPB Instansi Pemerintah terkait tingkat Kabupaten/Kota Walikota/Bupati Universitas dan Lembaga Penelitian BPBD RUPUSDALOPS PB Kab/Kota Palang Merah Indonesia Organisasi Internasional & LSM Polisi dan Militer Pos Komando Lapangan ORARI/RAPI Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan Instansi Terkait Saat Terjadi Bencana yang Dapat Ditangani RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota b. Bencana yang Ditangani oleh PUSDALOPS PB Provinsi PUSDALOPS PB Provinsi mengambil alih komando strategis operasi tanggap darurat dan diaktifkan menjadi Pos Komando Tanggap Darurat bagi penanggulangan bencana di kabupaten/kota. PUSDALOPS PB Provinsi memberikan komando strategis kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota untuk melaksanakan komando taktis. PUSDALOPS PB Provinsi berkoordinasi dengan instansi dan lembaga terkait di provinsi untuk memberikan bantuan teknis pada kabupaten/kota yang tertimpa bencana. RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota membantu PUSDALOPS PB Provinsi dengan menjabarkan komando strategis dan menjalankan komando taktis dengan instansi dan lembaga terkait di kabupaten/kota. PUSDALOPS Provinsi juga menerima laporan langsung dari Posko Lapangan di masing-masing kabupaten/kota. Hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan instansi dan lembaga terkait pada saat bencana yang ditangani oleh PUSDALOPS PB Provinsi dapat dilihat pada gambar berikut. 17

45 PUSDATIN BNPB Polisi dan Militer Gubernur ORARI/RAPI Instansi Pemerintah terkait tingkat Provinsi BPBD PUSDALOPS PB Provinsi Organisasi Internasional dan LSM Palang Merah Indonesia Instansi Pemerintah terkait tingkat Kabupaten/Kota Walikota/Bupati BPBD RUPUSDALOPS PB Kab/Kota Universitas dan Lembaga Penelitian Jalur pelaporan Pos Komando Lapangan Jalur koordinasi Jalur komando strategis Jalur komando taktis Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan Instansi Terkait Saat Terjadi Bencana yang Ditangani PUSDALOPS PB Provinsi Ketiga hubungan dan tata kerja di atas diterapkan sesuai dengan kondisi yang terjadi sehingga penanggulangan bencana pada saat sebelum bencana, dan setelah terjadi bencana dapat berjalan secara optimal. 18

46 BAB IV DUKUNGAN DAN SUMBER DAYA Dalam melaksanakan tugasnya, PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota membutuhkan dukungan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang berada dalam keadaan optimal dan mutakhir. Dukungan yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang terampil, terlatih dan berdedikasi, serta sarana dan prasarana yang memadai dan mutakhir. 1. SUMBER DAYA MANUSIA Pengelolaan sumber daya manusia PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota memperhatikan tiga unsur utama yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang mencakup ruang lingkup sebagai berikut: 1. Kebutuhan; 2. Perekrutan; 3. Orientasi dan Pelatihan Dasar; 4. Pengelolaan dalam operasional; dan 5. Penghargaan dan Sanksi. 1.1 Kebutuhan Kebutuhan personil guna mendukung operasional PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: No A B C Bidang Tugas PUSDALOP S PB Provinsi Bali (Jumlah Personil) Jabatan Struktural 1. Kepala UPT PUSDALOPS PB 1 orang - 2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1 orang - 3. Kepala Seksi Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi Kebencanaan 4. Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan 1 orang - 1 orang - RUPUSDA LOPS PB Kab/Kota (Jumlah Personil) Operator 1. Koordinator Piket 5 orang 5 orang 2. Operator IT 15 orang 5 orang 3. Operator Radio 5 orang 5 orang 4. Operator Telepon 5 orang 5 orang 5. Operator Database 5 orang 5 orang 6. Operator Analisa 5 orang 5 orang 7. Operator Pemantauan 5 orang 8. Operator Pelaporan 5 orang 5 orang 9. Operator Web / Portal / LED 5 orang 10. Operator Manajemen 5 orang Armada Staf Tata Usaha 1. Administrasi 8 orang 4 orang 2. Arsiparis 2 orang 1 orang 19

47 No Bidang Tugas PUSDALOP S PB Provinsi Bali (Jumlah Personil) RUPUSDA LOPS PB Kab/Kota (Jumlah Personil) 3. Pustakawan 1 orang - Jumlah personil 75 orang 40 orang Catatan : bidang tugas dan personil dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 1.2 Perekrutan Perekrutan sumber daya manusia untuk keperluan PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota memperhatikan kompetensi dan kebutuhan personil yang disyaratkan secara standar. a. Kompetensi Umum - Warga Negara Indonesia yang setia kepada Pancasila dan UUD Sehat jasmani dan rohani. - Tidak Buta Warna. - Memiliki pengalaman kerja. - Memiliki rasa pengabdian dan loyalitas terhadap tanggung jawab/uraian tugas. - Mampu untuk mengelola emosi dan dapat bekerja secara efektif di bawah tekanan. - Mampu untuk bekerja secara mandiri maupun di dalam tim. b. Kompetensi Khusus - Berpendidikan minimal Diploma III. - Berusia maksimal 40 tahun untuk pejabat fungsional pranata komputer. - Menguasai perangkat lunak program komputer dasar (Office). - Menguasai Bahasa Inggris aktif dan pasif. - Mampu menggunakan aplikasi internet dan . - Menguasai perangkat lunak untuk mengolah informasi geografis dan data base seperti GPS, ARC-GIS dan Access. - Mampu mengoperasikan peralatan teknologi informasi dan komunikasi. - Bersedia untuk mengikuti orientasi, pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan sebagai personil PUSDALOPS PB. - Bersedia mengabdikan dirinya di PUSDALOPS PB Provinsi Bali minimal 4 tahun sejak ditetapkan. 1.3 Orientasi dan Pelatihan Dasar dan Lanjutan Setiap personil PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota wajib mengikuti orientasi, pelatihan dasar dan lanjutan yang dilakukan secara berkala. Materi orientasi, yaitu pedoman umum penyelenggaraan PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pelatihan dasar terdiri dari: - Pelatihan Dasar Managemen Bencana; - Pelatihan Dasar Tanggap Darurat; - Pelatihan Dasar Kepemimpinan; dan - Pelatihan Dasar Keahlian Bidang Tugas seperti pelatihan operator radio, data base dan lain sebagainya. 20

48 Pelatihan lanjutan, merupakan pelatihan teknis fungsional dan penjenjangan yang diikuti oleh personil sesuai bidang tugas seperti pelatihan kepemimpinan lanjutan bagi Kepala PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota, Kepala Seksi, serta pelatihan komunikasi radio, pengelolaan database, sistem informasi geografis, dan lainnya yang dibutuhkan operator. a. Pengelolaan dalam Operasional Pengelolaan personil di PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota yaitu: Pelaksanaan piket dilaksanakan dengan sistem piket 24/7 yang berlangsung secara terus menerus diatur dalam 3 shift. Setiap kelompok piket terdiri dari orang yang berada di bawah komando Kepala PUSDALOPS PB Provinsi Bali. Pembagian operator adalah sebagai berikut: - Koordinator Piket - Operator IT; - Operator Radio; - Operator Telepon; - Operator Database; - Operator Analisa; - Operator Pemantauan; - Operator Pelaporan; - Operator Web/Portal/LED; dan - Operator Manajemen Armada. Setiap kelompok piket di RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota terdiri dari 7-10 orang. Pembagian operator adalah sebagai berikut: - Koordinator Piket - Operator IT; - Operator Radio; - Operator Telepon; - Operator Database; - Operator Analisa; dan - Operator Pelaporan. Pada saat terjadi bencana seluruh personil wajib hadir dan bekerja guna mengefektifkan penyelenggaraan operasi tanggap darurat apabila diperlukan. Penugasan dan pembagian personil setelah operasi tanggap darurat kembali ke aktifitas normal dan/atau menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan rencana operasi, di bawah komando Kepala PUSDALOPS PB Provinsi. b. Penghargaan dan Sanksi Sistem penghargaan dan sanksi mengacu kepada peraturan kepegawaian. Secara khusus, evaluasi terhadap prestasi personil PUSDALOPS PB Provinsi dilakukan secara periodik. 2. SARANA DAN PRASARANA Kebutuhan sarana dan prasarana untuk PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS Kab/Kota tidak terlepas pada tugas pokok dan fungsi, aktifitas dan juga cakupan wilayah kerja dari PUSDALOPS/RUPUSDALOPS. Pemilihan teknologi yang mudah pakai (user friendly) serta tekhnologi yang ramah lingkungan adalah beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam 21

49 memilih dan mempergunakan sarana dan prasarana untuk operasional PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS Kab/Kota. Disamping itu pemilihan lokasi yang aman dan strategis agar terjaminnya keutuhan dan keselamatan sarana dan prasarana yang ada di PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB juga mesti diperhatikan bilamana pembangunan gedung untuk PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB harus dilakukan. 1.1 Gedung a. Lokasi - Aman dari ancaman bencana / bahaya. - Aman dari pencurian. - Aman dari ancaman demonstrasi/teroris. - Mudah untuk di akses oleh semua pihak yang terlibat/berkepentingan (Berada dalam kompleks pusat kantor pemerintahan Gubernur/Bupati/Walikota). - Mudah dijangkau dalam penyediaan air, listrik, sanitasi, dll. - Mudah di akses oleh penyedia jaringan komunikasi (telpon/fax, internet, dll). b. Syarat fisik - Gedung harus tahan gempa - Terpasangnya sistem anti kebakaran (alarm plafon dan pancar air). - Semua ruangan harus bebas dari gangguan hama rumah (rayap, kecoa, tikus, dan lain-lain). - Ruangan harus ada ventilasi. - Ruangan yang ada harus memenuhi standar bangunan seperti: o Tersedia ruangan kerja operator, pimpinan, ruang tunggu, ruang tata usaha, ruang arsip, ruang server dan gudang operasional; o Tersedia ruangan untuk istirahat (dapur, kamar mandi, kamar tidur dan ruang ganti); dan o Tersedianya lapangan parkir yang memadai. - Terpasangnya saluran air dan pembuangan limbah secara proposional, memadai/cukup dan selalu berfungsi dengan baik dan lancar. c. Syarat teknis (pendukung kinerja dan keamanan) - Terpasangnya jaringan listrik dan komunikasi. - Tersedia sistem stabilisasi tegangan listrik. - Tersedianya jaringan cadangan (genset) untuk mendukung jaringan listrik, dll. - Tersedia alat pendingin ruangan untuk keamanan peralatan dan kenyamanan personil. - Terpasangnya system anti petir di atap gedung. - Pintu mempergunakan access control. - Jendela dilengkapai dengan terali untuk menghindari pencurian. - Tersedianya jalur evakuasi di dalam gedung dan pintu darurat. - tersedianya peralatan perkantoran standar. - Tersedia Kotak Pertolongan Pertama (first aid kit). d. Pembagian ruangan - Ruang Rapat. - Ruang Pemantauan Operator. - Ruang Kendali Operasi Tanggap Darurat. - Ruang Radio. 22

50 - Ruang Kepala PUSDALOPS PB/Koordinator RUPUSDALOPS PB. - Ruang Komandan / Pengendali Penanganan Bencana. - Ruang Tata Usaha. - Ruang Server. - Ruang kontrol tegangan listrik. - Ruang Arsip. - Gudang. - Ruang tunggu / lobby. - Ruang Dampingan (Dapur,kamar mandi, ruang istirahat). 1.2 Peralatan b. Peralatan Kesekretariatan Jenis Peralatan PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS PB Standar Ideal Standar Ideal Komputer Meja (desktop) yang secara internal dan eksternal terhubung langsung (on-line) Piranti lunak Paket Office Paket Office Printer (fix) Mesin Photocopy (fix) 1 1 Mesin telpon / fax 1 1 Meubeler (meja, kursi, filling Menyesu Menyesu cabinet, dan lainnya) aikan aikan Lemari untuk Arsip (sesuai Menyesu Menyesu jumlah ruangan) aikan aikan Whiteboard Papan Flipchart c. Peralatan Pendukung Operasional No A Nama Peralatan Peralatan Komunikasi PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS PB Jenis Peralatan Jumlah Jumlah Standar Standa Ideal d rd Ideal Sambungan Telepon Sambungan Faxs Jaringan Internet 24 Sesuai Sesuai Jam kebutuh kebutu an hah Radio Band (rig/base station) UHF/VHF yang mencakup Nasional dan Lokal Handy Talky (HT) UHF/VHF (dual band) 23

51 No B C D E Nama Peralatan Peralatan Server Peralatan Administras i Operasional Peralatan transportasi Peralatan pendukung PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS PB Jenis Peralatan Jumlah Jumlah Standar Standa Ideal d rd Ideal Telepon Satelit (station Telpon satelit (mobile) Telpon Genggam Server database 1 1 Server Peta / GIS 1 1 Server Peringatan 1 1 Dini Server CCTV 1 1 Server voice 2 1 Server Web 2 1 Sever cadangan 1 1 Komputer Meja (desktop) yang secara internal dan eksternal terhubung langsung (on-line) Printer (fix) Printer (portable) Mesin Photocopy 1 (fix) Mesin Photocopy 1 1 (portable) Meubeler (sesuai Menyesu Menyes jenis ruangan) aikan uaikan Meja Pertemuan 1 1 Kapasitas 12 orang Lemari untuk Arsip Menyesu Menyes (sesuai jumlah aikan uaikan ruangan) TV (jaringan dan 2 2 internasional) Proyektor LCD Layar LCD Whiteboard Papan Flipchart GPS Scanner CCTV untuk sekuriti lingkungan gedung Sepeda motor 3 1 Mobil assessmen 1 1 Peta Dasar dan Peta Sesuai Jumlah Sesuai jumlah Risiko (versi cetak Kabupaten Kecamatan dan digital) Data Base Sesuai Jumlah Sesuai jumlah Retentanan dan Kabupaten Kecamatan Kapasitas Daerah (versi cetak dan 24

52 No F Nama Peralatan Personal Gear Jenis Peralatan digital) Data Base Contact Person internal dan eksternal (versi cetak dan digital) Data Base informasi transportasi lokal, nasional, internasional (versi cetak dan digital) Data Base intansi terkait (versi cetak dan digital) Literatur yang berkaitan dengan penanggulangan bencana (produk hukum, pedoman, protap, laporan, dll) Format laporan dan administrasi PUSDALOPS PB Jumlah Standar Ideal d Menyesuaikan Menyesuaikan Menyesuaikan Menyesuaikan Menyesuaikan Standar Paket RUPUSDALOPS PB Jumlah Standa Ideal rd Menyesuaikan Menyesuaikan Menyesuaikan Menyesuaikan Menyesuaikan 1.3 Pemeliharaan dan Perawatan Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan perawatan semua sarana dan prasarana PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota dilaksanakan secara integrasi dalam standar dan prosedur kerja dari setiap jabatan dan personil yang ada. Hal ini dilakukan untuk menjamin kelayakan dan kondisi peralatan agar senantiasa dipergunakan secara baik dan lancar setiap saat. Pengelolaan tersebut meliputi pencatatan, pengecekan berkala, perbaikan dan pemutakhiran. a. Pencatatan Pencatatan yang baik dalam bentuk inventaris harus dilakukan secara berkala dan setiap ruang yang ada memiliki catatan inventaris masingmasing. Pencatatan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan setiap sarana dan prasarana yang ada. b. Pengecekan Pengecekan ulang dan perawatan secara berkala (harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester, tahunan) juga merupakan langkah awal untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana, untuk memudahkan pemeliharaan, perbaikan dan pemutakhiran, serta untuk memberikan jaminan masa aktif pakai lebih panjang. 25

53 c. Perbaikan Perbaikan dilakukan sesuai tingkat kerusakan berdasarkan hasil pengecekan. Kerusakan yang bersifat ringan (bisa ditangani) diperbaiki oleh teknisi internal Pusdalops, sedangkan kerusakan yang bersifat sedang dan berat ditangani oleh penyedia jasa. d. Pemutakhiran Pemutakhiran dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. BAB V ANGGARAN 1. SUMBER-SUMBER ANGGARAN Anggaran sebagai suatu metode untuk menujukkan perencanaan strategis yang merupakan petunjuk untuk melakukan kegiatan, mengetengahkan standar koordinasi kegiatan dan merupakan sumber dasar pengawasan pelaksanaan kegiatan. Pada hakekatnya anggaran mempunyai fungsi perencanaan koordinasi dan pengawasan serta menjamin pelaksaaan kegiatan selain itu anggaran juga sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam penanggulangan bencana, Pusdalops PB / Rupusdalops PB di Provinsi Bali dapat mengelola dana yang bersumber dari: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 3. Bantuan masyarakat nasional dan internasional yang tidak mengikat. 2. PENGELOLAAN ANGGARAN Sejalan dengan kebijakan penggangaran pemerintah, sistim pengelolaan anggaran tidak dalam bentuk proyek, tetapi telah diberlakukan dengan basis kinerja (sesuai Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara). Menyadari hal tersebut penyusunan kegiatan dan anggaran akan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya yang melekat pada unit satuan kerja (SKPD) institusinya. Program yang dikaitkan dengan basis kinerja dilingkup Pusdalops PB / Rupusdalops PB di Provinsi Bali dapat dikelompokkan menjadi 2 kegiatan utama yaitu : a. Kegiatan Rutin Kegiatan Rutin didanai dengan Belanja Rutin terdiri dari anggaran yang diperlukan untuk operasional kegiatan Pusdalops seperti gaji pegawai, petugas posko, pemeliharaan peralatan, pengadaan ATK, dan lain-lain. Setiap personil Pusdalops PB Provinsi Bali dan Rupusdalops PB diberikan tunjangan operasional dan tunjangan resiko kerja yang besarannya disesuaikan kemampuan keuangan daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 26

54 b. Kegiatan Operasional Kegiatan Operasional didanai dengan Belanja Operasional terdiri dari mobilisasi personil, pengadaan peralatan, logistik dan transportasi. Kegiatan dijabarkan sesuai kebutuhan yang ditetapkan dalam aplikasi RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali / Kabupatan/kota sebagai acuan pembuatan dokumen pelaksanaan anggaran dalam bentuk Daftar Pelaksaaan Anggaran (DPA). Pengelolaan anggaran disesuaikan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. 1. PEMANTAUAN BAB VI PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pemantauan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan Pusdalops PB / Rupusdalops PB di Provinsi Bali sebagai penerapan fungsi kontrol pelaksanaan kegiatan. Pemantauan dilakukan untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Pemantauan akan membantu pihak pelaksana kegiatan untuk menilai bagaimana mekanisme pelaksanaan kegiatan tersebut, termasuk bagaimana kinerja pelaksana, kualitas kegiatan, tujuan kegiatan serta dampak kegiatan terhadap pihak-pihak lainnya. a. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PUSDALOPS PB maupun RUPUSDALOPS PB harus diikuti dengan proses pemantauan untuk dapat memastikan kualitas kegiatan serta arah tujuan kegiatan sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan kegiatan. b. Pemantauan terhadap kegiatan harus dilakukan secara periodik per triwulan. c. Mekanisme pemantauan disesuaikan dengan mekanisme pemantauan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. d. PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dapat melakukan pemantauan dengan melibatkan pemerintah daerah maupun pihak lain diluar pemerintahan untuk lebih menjamin independensi serta transparansi proses pemantauan. e. Setelah proses pemantauan dilakukan, hasil pemantauan dikaji untuk selanjutnya dapat dilaporkan ke Gubernur / Bupati / Walikota melalui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi / Kabupaten / Kota. f. Hasil dari pemantauan dijadikan sebagai rujukan dan acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. 2. EVALUASI Evaluasi adalah proses penilaian terhadap tujuan pelaksanaan kegiatan yang jangka waktunya sudah disepakati oleh pelaksana kegiatan diawal pelaksanaannya. a. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PUSDALOPS PB maupun RUPUSDALOPS PB harus diikuti dengan proses evaluasi untuk dapat memastikan kualitas kegiatan serta arah tujuan kegiatan sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan kegiatan. 27

55 28

56 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali; b. bahwa sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali; c. bahwa Peraturan Gubernur Bali Nomor 31 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami setelah dilakukan evaluasi kelembagaan sudah tidak sesuai dengan situasi dan kebutuhan hukum saat ini; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

57 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

58 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4); 13. Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 105); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Bali. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali. 4. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Maksud ditetapkan Peraturan Gubernur ini adalah untuk menjelaskan wewenang, peran dan tanggungjawab dan Prosedur Tetap (PROTAP) dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami Provinsi Bali.

59 (2) Tujuan Penetapan Peraturan Gubernur ini adalah untuk membentuk Sistem Peringatan Dini Tsunami yang efektif serta mengurangi risiko masyarakat terhadap ancaman tsunami. BAB II SISTEMATIKA Pasal 3 (1) Sistematika Pedoman Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami meliputi: a. BAB I Pendahuluan; b. BAB II Tugas Wewenang dan Tanggung Jawab dari Pemerintah Provinsi Bali Dalam Peringatan Dini Tsunami; c. BAB III Sistem Peringatan Dini Tsunami; d. BAB IV Anggaran; e. BAB V Pembinaan, Pengawasan dan Pelaporan; dan f. BAB VI Penutup. (2) Sistematika Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 4 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Bali Nomor 31 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 31) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

60

61 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bali terletak sangat dekat dengan zona tumbukan (atau subduction zone) antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Zona tumbukan ini merupakan kawasan yang menjadi sumber utama untuk tsunami lokal yang bisa berdampak pulau Bali. Perlu diperkirakan bahwa gelombang tsunami hanya membutuhkan waktu antara menit untuk mencapai pantai. Oleh karena itu waktu untuk memberikan peringatan sangatlah singkat. Bali bisa saja terkena dampak tsunami kecil namun juga mempunyai kemungkinan untuk mengalami kejadian tsunami yang terburuk. Penelitian dari kejadian lampau memberikan petunjuk yang penting mengenai kemungkinan kejadian di masa depan. Untuk Bali, kejadian tsunami di masa lampau yang penting adalah Sumba (1977) dan Banyuwangi (1994) yang terkait zona subduksi (Gempa Subduksi Lempeng) dan tsunami Flores (1992), terkait dengan patahan belakang/back arc thrust (Gempa Patahan Belakang). Para peneliti juga merekomendasikan untuk memasukkan keberadaan sela seismik (seismic gap) terkait dengan zona subduksi di selatan sebagai pertimbangan saat membuat kajian bahaya. Pemahaman tentang bahaya tsunami dan pengkajian tentang dampak pada masyarakat merupakan syarat bagi para pengambil keputusan di daerah serta para pemangku kepentingan lain untuk memprakarsai aktivitas-aktivitas dan menyusun rencana kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi peristiwa tsunami di masa mendatang. Keputusan dan pelaksanaan terhadap kesiapsiagaan harus didasarkan pada pemahaman tentang bahaya yang ada pada saat ini. Pada banyak kejadian, keputusan dan pelaksanaan tersebut merupakan hal yang sulit karena meliputi pilihan, tradeoff dan resiko. Nyawa dan harta harus diselamatkan dari bencana namun sebagian resiko perlu diterima dengan pertimbangan ekonomi. B. Tujuan Tujuan disusunnya Pedoman ini adalah agar tersedianya acuan bagi aparat Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam melaksanakan dan mengimplementasikan Sistem Peringatan Dini Tsunami (SPDT) di Provinsi Bali. 1

62 C. Pengertian Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan : 1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 3. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. 4. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 5. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. 6. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 7. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. 8. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 9. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. 2

63 10. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. 11. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. 12. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. 13. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. 14. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. 15. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat. 16. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. 17. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana. 18. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum. 19. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. 20. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

64 21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, atau Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 22. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 23. Lembaga internasional adalah organisasi yang berada dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing nonpemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa. 24. Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) adalah unsur pelaksana teknis pada tingkat Provinsi yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan bencana. 25. Skema Reaksi Peringatan Dini Tsunami adalah Skema yang memberikan panduan reaksi apa yang harus dilakukan ketika mulai menerima peringatan dari BMKG. 26. Prosedur Tetap Peringatan Dini Tsunami, Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh petugas PUSDALOPS yang diawali dengan penerimaan peringatan dari BMKG pada fase penerimaan, pengambilan keputusan dan diseminasi. 27. BMKG adalah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. D. Sistematika Pedoman ini menjelaskan materi teknis Sistem peringatan Dini Tsunami selanjutnya dipergunakan sebagai pedoman bagi aparat Pemerintah Provinsi Bali dalam pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang disusun dalam sistematika sebagai berikut : I. PENDAHULUAN II. TUGAS WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB DARI PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM PERINGATAN DINI TSUNAMI III. SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI IV. ANGGARAN V. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN VI. PENUTUP. 4

65 BAB II TUGAS WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB DARI PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM PERINGATAN DINI TSUNAMI A. TUGAS Tugas-tugas Pemerintah Provinsi Bali dalam Peringatan Dini Tsunami adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan data dan Informasi yang berkaitan dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami (SPDT) kepada PEMKAB dan PEMKOT di seluruh Bali, demikian juga kepada Instansi Pemerintah/Swasta, LSM serta kelompok-kelompok masyarakat yang memerlukan data dimaksud bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Regional Wilayah III Denpasar 2. Mengkoordinasikan seluruh potensi daerah yang dapat dimanfaatkan mendukung SPDT di Bali termasuk potensi yang dimiliki Pemerintah, Swasta, LSM dan Potensi-potensi Masyarakat di daerah rawan Tsunami. 3. Menyediakan bimbingan teknis dan operasional SPDT pada point 2 diatas. 4. Mengawasi kinerja PUSDALOPS PB Provinsi Bali yang mempunyai tugas memberikan layanan 24/7 kepada masyarakat. B. WEWENANG Kewenangan-kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dalam memberikan peringatan dan arahan kepada masyarakat: 1. Gubernur : a. Menunjuk PUSDALOPS PB Provinsi untuk mengerjakan analisa informasi peringatan dan menerapkan keputusan berdasarkan Prosedur Tetap (PROTAP) yang berlaku. b. Memberikan kewenangan kepada PUSDALOPS PB Provinsi tentang diseminasi peringatan bahaya tsunami dan memberikan arahan kepada masyarakat untuk evakuasi atau tidak, berdasarkan hasil analisa dari PUSDALOPS PB Provinsi dan tingkat peringatan dari BMKG. c. Memberikan kewenangan untuk mengaktifkan sirene sebagai tanda panggilan resmi untuk evakuasi. d. Mengerahkan seluruh potensi/sumberdaya yang ada di wilayahnya untuk mendukung pelaksanaan peringatan dini tsunami. e. Mengatur dan mengawasi penerapan sistem peringatan dini tsunami yang telah disepakati. 5

66 2. PUSDALOPS PB : a. Mencari dan/atau menerima informasi resmi mengenai gempa bumi dan potensi tsunami dari BMKG. b. Menganalisa informasi yang didapat dari BMKG dengan menggunakan alat bantu SOP (Standard Operational Procedure) c. Memberikan informasi dan arahan langsung kepada masyarakat untuk evakuasi atau tidak, sesuai dengan hasil keputusan yang didukung menggunakan peralatan-peralatan Sistem Peringatan Dini yang sesuai. d. Pada point c diatas, PUSDALOPS PB dapat melakukan aktivasi sirine sesuai kewenangan yang diterimanya dari Gubernur. e. Meminta bantuan dari instansi-instansi terkait di wilayahnya untuk membantu pelaksanaan peringatan dini sesuai dengan fungsi Institusi dimaksud. f. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada Gubernur Bali tentang hasil analisa dan keputusan yang diambil. C. Tanggung Jawab 1. Pemerintah Provinsi Bali bertanggungjawab dalam memberikan layanan peringatan dini tsunami di wilayahnya. 2. Gubernur Bali adalah sebagai penanggungjawab utama dalam pelaksanaan sistem peringatan dini tsunami di wilayahnya 3. Pemerintah Provinsi Bali Juga bertanggungjawab untuk: a. Menyediakan tempat alternative beserta sarana-prasarananya untuk menunjang operasional PUSDALOPS PB jika tempat operasional utama PUSDALOPS PB tidak dapat digunakan akibat bencana. b. Menyusun Perencanaan Evakuasi secara menyeluruh bekerjasama dengan Kabupaten/Kota yang rawan tsunami c. Memadukan kegiatan penanggulangan bencana tsunami dalam sistem peringatan dini tsunami dalam bentuk: 1) Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana tsunami dalam skema reaksi peringatan dini tsunami; 2) Menyusun dan menetapkan rencana pelaksanaan peringatan dini tsunami kepada masyarakat serta meninjau secara berkala dokumen perencanaan penanggulangan bencana agar sesuai dengan skema reaksi yang telah ditetapkan. d. Memberikan layanan peringatan dini tsunami kepada masyarakat melalui: 1) Pemberian informasi dan pengetahuan tentang ancaman dan risiko bencana tsunami di wilayahnya; 6

67 2) Pemberian informasi dan pengetahuan tentang rantai peringatan tsunami; 3) Pendidikan, pelatihan dan peningkatan keterampilan dalam penerapan skema reaksi peringatan dini tsunami; 4) Memfasilitasi dan/atau menyediakan perangkat pendukung yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menerima peringatan dini dari aparat berwenang. 7

68 BAB III SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI A. Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia Setelah tsunami 26 Desember 2004 yang meluluhlantakkan negara-negara dalam kawasan Samudra Hindia yang terkena dampak memutuskan untuk membangun sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami regional. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System INA-TEWS) adalah bagian penting dari sistem regional ini, karena zona subduksi yang berlokasi di daerah lepas pantai Indonesia merupakan sumber (potensial) utama untuk tsunami jauh yang melintasi Samudra Hindia. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia end-to-end hanya bisa dikatakan sebagai sistem setelah Pusat Peringatan Nasional (National Warning Centre) terhubung dengan komunitas beresiko. Pemerintah daerah di tingkat propinsi, kabupaten dan kota memegang peranan penting dalam Sistem Peringatan Dini, karena mereka bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Peringatan Dini di tingkat lokal dan memberikan arahan kepada masyarakat ketika peringatan dikeluarkan oleh National Warning Center di BMKG Jakarta. Pembagian peran tersebut merupakan tantangan yang besar untuk banyak daerah di Indonesia karena membutuhkan pembangunan layanan 24/7 di daerah yang mampu merespon dengan cepat dan handal, membuat Prosedur Tetap (PROTAP) dan memperkuat kesadaran dan kesiapsiagaan komunitas. Satu sistem peringatan dini yang menekankan pada masyarakat yang lengkap dan efektif terdiri atas empat elemen yang saling berkaitan: (1) pengetahuan tentang risiko; (2) monitoring teknis dan layanan peringatan; (3) komunikasi dan penyebaran peringatan; dan (4) kemampuan respons dari masyarakat. 8

69 Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia merupakan sebuah sistem yang terus menerus dikembangkan menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK, untuk itu pedoman ini juga merupakan sebuah dokumen hidup yang akan terus disesuaikan dengan kondisi sistem yang berlaku. Perbedaan yang ada antara kondisi saat ini dan masa mendatang setelah sistem ini selesai dibangun adalah belum adanya Sistem Pendukung Keputusan pada saat ini, namun pada masa mendatang akan lebih dipermudah dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan tersebut. Dalam skema peringatan yang ada saat ini, informasi selanjutnya akan datang dari pengamatan pesisir. Kejadian tsunami akan diperkuat dengan tanda-tanda alam dan/atau kedatangan gelombang tsunami pertama di pantai. Skema peringatan saat ini didukung oleh teknologi pemantauan dan sensor tambahan serta tsunami data base yang terhubung dengan DSS akan menghasilkan informasi yang lebih terperinci. Pesan peringatan pertama yang memberikan informasi dan peringatan akan dirinci menjadi tiga tingkatan berikut: Waspada (Advisory) Siaga (Warning) Awas (Major Warning) perkiraan tinggi gelombang di pantai 0-0,5 m perkiraan tinggi gelombang di pantai 0,5-3 m perkiraan tinggi gelombang di pantai > 3 m BMKG saat ini mampu untuk menegaskan pesan peringatan pertama setelah gelombang-gelombang tsunami terdeteksi oleh jaringan pelampung, sensor pengukur tekanan dasar laut dan alat pengukur pasang surut. Menurut perkiraan hari ini, informasi ini akan tersedia kira-kira menit setelah kejadian gempa bumi meskipun waktu yang sesungguhnya akan berbeda-beda. Pesan penegasan akhir akan dikeluarkan begitu tsunami telah menjangkau pantai dan telah dideteksi oleh alat pengukur pasang surut atau diamati langsung. B. SISTEM PERINGATAN DINI DI BALI 1. Pembagian Tanggung Jawab Dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami Provinsi Bali. a. Tanggungjawab PUSDALOPS PB Dalam Rantai Peringatan : 1) Menjadi perpanjangan tangan dari Pemerintah Provinsi Bali atas nama GUBERNUR BALI. 2) Mengumpulkan data dan/atau informasi gempabumi dan potensi tsunami dari Pemerintah Pusat. 3) Menterjemahkan data dan/atau informasi gempabumi dan potensi tsunami dari Pemerintah Pusat kedalam SOP Pengambilan Keputusan. 4) Mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan SOP Pengambilan Keputusan. 9

70 5) Menyebarkan kesimpulan dan keputusan kepada masyarakat di daerah rawan tsunami, GUBERNUR BALI, dan seluruh instansi terkait. b. Rantai Peringatan Lokal untuk Bali, Rantai peringatan lokal yang telah disetujui sebagai berikut : BMKG Jakarta Pusat Peringatan Dini Tsunami Nasional BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TNI/POLRI TV/Radio PEMPROV BALI BPBD/PUSDALOPS TV/Radio PEMKAB/PEMKOT BALI BPBD/PUSDALOPS INSTANSI TERKAIT TK. PROVINSI KOREM/ POLDA INSTANSI PEMERINTAH TK. KECAMATAN/DESA/ KELURAHAN/ BANJAR MASYARAKAT BERESIKO INSTANSI TERKAIT TK. KABUPATEN KODIM/ POLRES Peringatan / Warning Warning / Peringatan & Guidance / Arahan 10

71 b. Tanggungjawab Lembaga dan Masyarakat Dalam Rantai Peringatan: a) Mengikuti informasi dan/atau arahan dari Pemerintah Provinsi Bali. b) Menyebarkan informasi dan/atau arahan dari Pemerintah Provinsi Bali kepada orang-orang lain di wilayahnya. 2. Skema peringatan dan Rentang waktu 11

72 3. Rantai Komunikasi Peringatan Dini Tsunami secara umum digambarkan sebagai berikut : 4. Tingkat Peringatan dan saran dari BMKG untuk PUSDALOPS 12

73 5. Skema reaksi dan arahan kepada masyarakat 6. Perangkat Yang Digunakan Untuk Melaksanakan Rantai Peringatan a. Perangkat Penerima Informasi dari Tingkat Pusat 1) Digital Video Broadcasting DVB 2) Telephone/Fax 3) Layanan Pesan Singkat Short Message Service (SMS)/SMS Gateway 4) Web side Internet 5) Radio 2 arah HF, UHF dan VHF b. Perangkat Penyebaran Peringatan Kepada Masyarakat 1) Sirene 2) Radio dua arah dalam saluran HF, VHF, maupun UHF 3) DVB WRS client, SMS gateway, Networking provider 4) Lokal Media (TV, radio pemerintah dan swasta). 5) Kulkul (kentongan). C. Prosedur Tetap Peringatan Dini Tsunami Provinsi Bali 1. Prosedur Tetap Ketika Terjadi Gempabumi Untuk Petugas PUSDALOPS PB a. Seluruh personil PUSDALOPS PB wajib menyelamatkan diri saat terjadi gempabumi dengan Merunduk, Berlindung, dan Bertahan. b. Setelah getaran gempa selesai, seluruh personil PUSDALOPS PB wajib melaksanakan pemeriksaan kerusakan gedung dan peralatan PUSDALOPS PB untuk menjamin terlaksananya fungsi PUSDALOPS PB kepada masyarakat. 13

74 c. Dalam hal gedung PUSDALOPS PB tidak lagi memungkinkan untuk dipakai karena kerusakan yang diakibatkan oleh gempabumi, maka operasional PUSDALOPS PB dipindahkan ke tempat alternative yang telah ditentukan d. Setelah gedung dan peralatan dipastikan beroperasi, petugas PUSDALOPS PB siaga untuk menerima informasi dari BMKG sekaligus menanggapi permintaan informasi dari masyarakat. e. Sebelum informasi dari BMKG didapat dan disimpulkan, petugas PUSDALOPS PB tidak dibenarkan untuk menyampaikan informasi lainnya kepada masyarakat kecuali sekedar menenangkan dan meminta masyarakat untuk siaga. f. Jika setelah 5 (lima) menit petugas PUSDALOPS PB belum menerima informasi dari BMKG, petugas PUSDALOPS PB wajib mencari informasi tersebut secara pro-aktif kepada BMKG. g. Setelah informasi dari BMKG diterima, petugas PUSDALOPS PB melaksanakan Prosedur Tetap Pengambilan Keputusan. h. Diagram Protap ketika terjadi gempabumi untuk petugas PUSDALOPS PB sebagaimana Point D-1 digambarkan sebagai berikut : 2. Prosedur Pengambilan Keputusan a. Keputusan dapat diambil oleh Petugas PUSDALOPS PB berdasarkan informasi dari BMKG 14

75 b. Setiap keputusan yang diambil oleh PUSDALOPS PB untuk disebarkan kepada masyarakat mengenai arahan evakuasi atau tidak, harus ditembuskan kepada Gubernur Bali dan/atau Muspida 3. Peta Bahaya Tsunami Selain mempergunakan peta referensi sebagai pendukung pengambilan keputusan, untuk membangun sistem peringatan dini tsunami juga telah ditetapkan peta Bahaya Tsunami untuk Bali Selatan. Telah disetujui bahwa German Aerospace Center (DLR) perlu mengintegrasikan skenario GITEWS dan skenario yang sudah ada dari mitra intitusi Indonesia ke dalam Peta Multi-Skenario untuk wilayah Selatan Bali. Versi yang sudah diperbarui ditampilkan dalam International Conference for Tsunami Early Warning di Bali pada November 2008 dan peta kedua yang tidak menyertakan skenario > M9 SR telah diserahterimakan pada Februari BAB IV ANGGARAN 15

76 BAB IV ANGGARAN Anggaran sebagai suatu metode untuk menujukkan perencanaan strategis yang merupakan petunjuk untuk melakukan kegiatan, mengetengahkan standar koordinasi kegiatan dan merupakan sumber dasar pengawasan pelaksanaan kegiatan. Pada hakekatnya anggaran mempunyai fungsi perencanaan koordinasi dan pengawasan serta menjamin pelaksaaan kegiatan selain itu anggaran juga sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sumber anggaran Sistem Peringatan Dini tsunami merupakan bagian dari anggaran Penanggulangan Bencana secara umum. Sedangkan Anggaran Penanggulangan Bencana dimaksud dapat bersumber dari : 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 3. Bantuan masyarakat nasional dan internasional yang tidak mengikat Pengelolaan Anggaran dapat berupa : 1. Pengelolaan Kegiatan Rutin Kegiatan Rutin didanai dengan Belanja Rutin terdiri dari anggaran yang diperlukan untuk operasional kegiatan Pusdalops seperti gaji pegawai, petugas posko, pemeliharaan peralatan, pengadaan ATK, dan lain-lain. 2. Kegiatan Operasional Kegiatan Operasional didanai dengan Belanja Operasional terdiri dari mobilisasi personil, pengadaan peralatan, logistik dan transportasi. 16

77 BAB V PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN Dalam rangka pelaksanaan peringatan dini tsunami dilakukan pembinaan, pengawasan dan pelaporan. A. Pembinaan Yang dimaksud dengan Pembinaan teknis pelaksanaan peringatan dini tsunami adalah sebagai berikut : 1. Setiap Petugas PUSDALOPS PB wajib mengikuti pelatihan Teknis Sistem Peringatan Dini Tsunami dan latihan berkala untuk penyegaran pengetahuan. 2. Pembinaan teknis bagi petugas PUSDALOPS PB sebagai pelaksana utama peringatan dini tsunami diberikan oleh Pemerintah Pusat dan juga mitra-mitra dari Nasional maupun Internasional. 3. Pembinaan teknis harus diberikan pada setiap perubahan sistem yang terjadi baik dari tingkat Nasional maupun Lokal. B. Pengawasan 1. Dalam rangka pencapaian sasaran dan kinerja peringatan dini tsunami, dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peringatan dini tsunami. 2. Pengawasan terhadap pelaksanaan sistem peringatan dini tsunami dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali dan/atau lembaga pengawas sesuai peraturan perundang-undangan. C. Pelaporan 1. Kepala UPT. PUSDALOPS PB menyusun laporan pelaksanaan peringatan dini tsunami kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 2. Laporan pelaksanaan peringatan dini tsunami terdiri dari: a. Laporan informasi gempabumi dan potensi tsunami yang masuk serta hasil analisa dan keputusan yang diambil. b. Laporan bulanan menyeluruh pelaksanaan sistem peringatan dini tsunami. 3. Laporan informasi gempabumi dan potensi tsunami merupakan rekapitulasi kejadian gempa bumi yang dirasakan, potensi tsunami bagi wilayah Provinsi Bali, dan hasil analisa serta keputusan yang disajikan dalam tabulasi. 4. Laporan bulanan menyeluruh meliputi laporan operasional dan status peralatan PUSDALOPS PB yang dibuat setiap bulan. 17

78

79 PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jln. DI. Panjaitan No. 6 Telp. (0361) , Fax (0361) DENPASAR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP (PROTAP) PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) PROVINSI BALI KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Gubernur Bali Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali tentang Prosedur Tetap (Protap) Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) Provinsi Bali; : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

80 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 4); 13. Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 105);

81

82 Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta. 2. Kepala BNPB RI di Jakarta 3. Gubernur Bali 4. Ketua DPRD Provinsi Bali di Denpasar. 5. Inspektur Provinsi Bali di Denpasar. 6. Kepala BAPPEDA Provinsi Bali di Denpasar. 7. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali di Denpasar. 8. Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali di Denpasar (3 Expl). 9. Kepala Biro Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Bali di Denpasar.

83 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI TANGGAL 18 SEPTEMBER 2012 NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP (PROTAP) PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) PROVINSI BALI Prosedur Tetap (PROTAP) merupakan petunjuk pelaksanaan dari Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) yang merupakan acuan bagi petugas Pusdalops PB dalam pelaksanaan tugasnya. Sistematika Protap Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) Provinsi Bali meliputi: A. Prosedur Tetap Kegiatan Harian UPT Pusdalops PB Provinsi Bali; B. Prosedur Tetap Pusat Data dan Informasi Kebencanaan UPT Pusdalops PB Provinsi Bali; C. Prosedur Tetap Pelaporan UPT Pusdalops PB Provinsi Bali; D. Prosedur Tetap Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini UPT Pusdalops PB Provinsi Bali; E. Prosedur Tetap Tanggap Darurat UPT Pusdalops PB Provinsi Bali dan; F. Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Pra Hospital (Layanan Ambulans) Emergency Service Response (ESR) UPT Pusdalops PB Provinsi Bali. Secara lebih rinci SOP Pusdalops PB diuraikan dibawah ini.

84 A. PROSEDUR TETAP (PROTAP) KEGIATAN HARIAN UPT. PUSDALOPS PB PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN Kejelasan tugas sehari-hari yang harus dilaksanakan oleh UPT. PUSDALOPS PB adalah sebuah aspek yang harus benar-benar dipahami oleh staf UPT. PUSDALOPS PB. Rumusan tugas sehari-hari harus mengatur apa yang harus dikerjakan oleh Kepala UPT, Kepala Sub Bagian TU, Kepala Seksi dan operator setiap hari, mulai dari menerima tugas sampai dengan menyerahkan tugas kepada operator yang baru. Isi dari tugas sehari-hari harus mencerminkan jabatan staf itu sendiri dan kompetensi yang dimiliki. Kata kunci kesuksesan pelayanan UPT. PUSDALOPS PB adalah seberapa jauh kualitas kinerja staf UPT. PUSDALOPS PB. Kesan membosankan bahwa orang-orang yang bekerja dengan waktu piket dan hanya menunggu permintaan pelayanan dari masyarakat akan menjadi tidak terbukti apabila tersedia Prosedur Tetap (Protap) yang mengatur kegiatan harian staf UPT. PUSDALOPS PB. Dengan uraian tugas yang jelas, tegas dan mutlak harus dilaksanakan, maka staf UPT. PUSDALOPS PB diharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan memberikan pelayanan prima. Untuk hal tersebut diatas, maka dianggap perlu disusunnya Prosedur Tetap (Protap) yang menguraikan tugas harian staf UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali. II. MAKSUD DAN TUJUAN Prosedur Tetap (Protap) ini bermaksud menguraikan tugas sehari-hari staf UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali dalam mendukung operasional yang diatur dalam Pedoman UPT. PUSDALOPS PB. Penyusunan Prosedur Tetap (Protap) ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja staf UPT. PUSDALOPS PB yang bermuara pada pelayanan yang prima sesuai dengan fungsi-fungsi UPT. PUSDALOPS PB. 1

85 III. STRUKTUR ORGANISASI KEPALA UPT PUSDALOPS PB KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA KEPALA SEKSI PERINGATAN DINI, PELAYANAN DATA DAN INFORMASI KEBENCANAAN KEPALA SEKSI TANGGAP DARURAT BENCANA DAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN Gambar 1. Struktur Organisasi UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali IV. PEMBAGIAN JAM KERJA PETUGAS CRISIS CENTRE UPT. PUSDALOPS PB Operasional UPT. PUSDALOPS PB dilakukan selama 24 jam sehari 7 hari seminggu (24/7) yang dilaksanakan dalam 3 shift, yaitu: 1. Shift pagi : pukul wita 2. Shift siang : pukul wita 3. Shift malam : pukul wita Catatan : Walaupun telah diatur sistem dan jam kerja, apabila terjadi kasus kedaruratan, maka jam kerja di atas dapat berubah merujuk pada Prosedur Tetap (Protap) Tanggap Darurat Bencana. V. URAIAN TUGAS HARIAN STAF UPT. PUSDALOPS PB Untuk mendukung tugas-tugas operasional yang telah diatur dalam pedoman UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali, maka tugas sehari-hari staf UPT. PUSDALOPS PB adalah sebagai berikut : Kepala UPT. PUSDALOPS PB. a. menyusun rencana dan program kerja UPT; b. mengkoordinasikan program Sub Bagian dan Seksi; c. mengkoordinasikan teknis pelaksanaan tugas kepada instansi terkait; 2

86 d. menilai prestasi kerja bawahan; e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi; f. mengendalikan pelaksanaan kegiatan peringatan dini, data dan pelayanan informasi kebencanaan, tanggap darurat bencana dan pelayanan kegawat daruratan; g. mengendalikan pelaksanaan Prosedur Tetap (Protap) Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana; h. menjalankan operasional tanggap darurat di Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana dan/atau mendukung Komandan Tanggap Darurat; i. melaksanakan sistem pengendalian intern; j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pelaksana BPBD. Kepala Sub Bagian Tata Usaha. a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, penyusunan program dan keuangan UPT; d. melaksanakan pengaturan personil operasional 24/7; e. menilai prestasi kerja bawahan; f. memelihara dan merawat peralatan, perlengkapan, dan pelaksana urusan rumah tangga kantor; g. melaksanakan sistem pengendalian intern; h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT. Kepala Seksi Peringatan Dini, Pelayanan Data dan Informasi Kebencanaan. a. menyusun rencana kegiatan Seksi; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menghimpun data, mengolah dan menyajikan informasi sebagai pusat layanan informasi kebencanaan yang dalam mewujudkannya perlu adanya integrasi data dari pihak terkait; d. menyelenggarakan peringatan dini bencana; e. memelihara perangkat sistem peringatan dini bencana; 3

87 f. melaksanakan kegiatan perencanaan, pemeliharaan, pengoperasian dan komunikasi dalam sistem peringatan dini bencana; g. mendukung pengendalian mobilitas masyarakat untuk mengurangi resiko bencana; h. melaksanakan sosialisasi manajemen bencana; i. melaksanakan sistem pengendalian intern; j. menilai prestasi kerja bawahan; k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan l. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT. Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan. a. menyusun rencana kegiatan Seksi; b. memberikan petunjuk kepada bawahan; c. menilai prestasi kerja bawahan; d. mempersiapkan bahan untuk penyusunan rencana operasi tanggap darurat; e. menggunakan data dan informasi kebencanaan untuk kepentingan operasi tanggap darurat dan pelayanan kegawat daruratan; f. menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan; g. mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber dalam kegiatan analisa kebencanaan; h. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam melaksanakan tugas; i. menyiapkan sarana dan prasarana operasi tanggap darurat UPT; j. melakukan pemantauan dan evaluasi dalam menjamin terlaksananya fungsi koordinasi dalam tanggap darurat secara efektif dan efisien; k. mendukung kegiatan kaji cepat dan penyusunan rencana operasi; l. mengendalikan pelayanan kegawat daruratan secara cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya; m. koordinasi pelayanan kegawat daruratan yang meliputi pelayanan kesehatan, kepolisian dan pemadam kebakaran dengan instansi terkait dan kabupaten/kota; n. pembinaan dan pengembangan kapasitas personil; 4

88 o. sosialisasi pelayanan kegawat daruratan; dan p. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; Operator a. Memeriksa kondisi peralatan yang akan digunakan dalam tugasnya (komputer, telepon, radio, internet, dan sebagainya). b. Melakukan tindakan penanganan kerusakan teknis ringan jika ditemukan peralatan yang tidak berfungsi. c. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan staf-staf dari instansi-instansi yang melakukan deteksi bencana (seperti BMKG, PU, Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, dan sebagainya) dan instansi lainnya yang memiliki data terkait kebencanaan. d. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan operator UPT. RUPUSDALOPS PB kabupaten/kota terkait kondisi daerah masing-masing. e. Mencari informasi dari media cetak, media massa (radio, televisi, internet, dan sebagainya) dan CCTV terkait kebencanaan dan bila diperlukan tindak lanjut dimuat dalam laporan. f. Memutakhirkan database kebencanaan berdasarkan informasi yang diperoleh dari instansi dan lembaga terkait serta media. g. Mencatat informasi yang diperoleh dari masyarakat dan instansi terkait. h. Melakukan triangulasi dan analisa informasi yang masuk dan memberikan tanggapan kepada instansi terkait. i. Menyusun laporan piket untuk diserahkan kepada Kepala UPT. PUSDALOPS PB melalui Kepala Seksi. j. Mempersiapkan informasi dan data kebencanaan serta menyusun laporan lain yang dibutuhkan oleh Kepala UPT. PUSDALOPS PB. k. Memberikan penjelasan mengenai laporan piket harian kepada tim piket selanjutnya pada saat serah terima piket. l. Melakukan pemantauan dan pelacakan armada ESR serta koordinasi dengan tim ESR untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. m. Memberikan pelayanan terhadap permintaan layanan kebencanaan dan kegawatdaruratan dari masyarakat. 5

89 Seluruh operator UPT. PUSDALOPS PB menjalankan tugasnya sesuai alur berikut ini (silahkah lihat halaman berikutnya). Pada alur tersebut, para operator melaksanakan piket secara bergiliran setiap harinya termasuk melakukan identifikasi akan pentingnya melaksanakan peringatan dini dan atau tanggap darurat. Lebih lanjut mengenai pelaksanaan peringatan dini dan tanggap darurat dapat dilihat pada Prosedur Tetap (Protap) Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini serta Prosedur Tetap (Protap) Tanggap Darurat Bencana. Untuk lebih rinci mengenai apa yang harus dilakukan operator setiap pergantian piket, silahkan lihat gambar pada halaman berikutnya. 6

90 SOP Kegiatan Harian Pusdalops PB Provinsi Bali Peralihan Piket Pelaksanaan Piket Harian Pelaksanaan Peringatan Dini Pelaksanaan Tanggap Darurat Tim yang mengakhiri piket Serah terima piket (laporan piket & logbook) Tim yang memulai piket Tidak ada kejadian khusus yang perlu ditindaklanjuti Ada kejadian/informasi khusus yang perlu ditindaklanjuti Kondisi Rutin Operator Periksa peralatan (komputer, telepon, radio, internet, server), jaringan, serta koneksi internet, dan menangani kerusakan teknis, jika ada. Periksa logbook masing-masing dan tindaklanjuti Koordinasi dan komunikasi dengan staf-staf dari instansi-instansi yang melakukan deteksi bencana (BMKG, PU, BPPTK, dan sebagainya), instansi lainnya yang memiliki data terkait kebencanaan, termasuk RUPUSDALOPS kabupaten/kota. Memutakhirkan database kebencanaan berdasarkan informasi yang diperoleh dari instansi dan lembaga terkait serta media. Mencatat informasi yang diperoleh dari masyarakat dan melakukan triangulasi informasi. Mengembangkan check list dan daftar kontak dari beragam instansi dan organisasi. Informasi kejadian (tanpa bencana) Misalnya: informasi dari BMKG, temuan dari media, catatan log book/ laporan piket, dsb. Meningkatkan Kesiapsiagaan (lihat SOP ESR dan SOP Peringatan Dini) Kondisi dengan kejadian bencana Pusdalops diaktifkan menjadi Pos Komando Tanggap Darurat Tanggap Darurat (lihat SOP Tanggap Darurat dan SOP ESR) Kepala UPT Pusdalops PB Laporan Piket Aman Terjadi bencana Briefing penutup piket Gambar 2. Prosedur Tetap Kegiatan Harian Personil UPT. PUSDALOPS PB 7

91 VI. PENUTUP Demikian Prosedur Tetap Kegiatan Harian UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 8

92 Serah Terima Piket Antar Tim Piket Sebelum serah terima Saat serah terima Siaga Tim baru (pengganti) 1. Datang 15 menit sebelum waktu serah terima. 2. Memeriksa kelengkapan anggota regu. 3. Memeriksa kesiapan anggota regu. Tim yang bertugas 1. Memeriksa anggota tim 2. Menyiapkan laporan piket 3. Memeriksa kesiapan serah terima Tim Baru dan Tim lama 1. Briefing singkat kepada regu yang baru jika ada hal yang harus segera ditindak lanjuti 2. Memastikan hal tersebut di atas telah tercatat pada laporan piket dan sampai sejauh mana telah ditindak lanjuti. 3. Memeriksa peralatan-peralatan untuk peringatan (lihat manual peralatan) dan memastikan semua peralatan bekerja dengan baik. (Jika ada masalah lihat manual penanganan kerusakan teknis) 4. Memeriksa dengan teliti laporan harian piket (person el, inventaris, kegiatan, dan isu penting lainnya) dan memastikan semuanya siap 5. Menandatangani dokumen serah terima. Tim Baru 1. Segera menindaklanjuti jika ada laporan kerusakan peralatan (lihat manual penanganan kerusakan teknis) 2. Mencatat kemajuan hal tersebut diatas pada buku harian piket. 3. Secara aktif menghubungi instansi terkait sambil melakukan uji coba peralatan. 4. Seluruh anggota tim harus aktif untuk memperoleh akses maupun update information dari instansi terkait. 5. Secara rutin membaca manual posko 24/7 6. Mencatat seluruh kegiatan pada buku harian piket. Gambar 3. Serah Terima antar Tim Piket UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali 9

93 B. PROSEDUR TETAP (PROTAP) PUSAT DATA DAN INFORMASI KEBENCANAAN UPT. PUSDALOPS PB PROVINSI BALI I. LATAR BELAKANG Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat UPT. PUSDALOPS PB adalah unsur pelaksana pada tingkat Pemerintah Provinsi Bali yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan bencana. Disadari bahwasanya salah satu fungsi yang memegang peranan dalam upaya pencegahan dan pengurangan resiko serta kecepatan penanganan dalam situasi tanggap darurat adalah ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan akan data dan informasi yang cepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan baik dari UPT. PUSDALOPS PB ke peminta informasi maupun sebaliknya dari masyarakat ke UPT. PUSDALOPS PB. Dengan demikian keberadaan UPT. PUSDALOPS PB di Provinsi Bali diharapkan dapat menjalankan salah satu fungsinya yaitu sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan bagi masyarakat Bali yaitu fungsi sebagai penerima, pengolah, dan pendistribusi informasi sehingga masyarakat dapat dengan cepat meminta, menerima dan meneruskan informasi yang terkait dengan kebencanaan di Bali (pun luar Bali) yang pada akhirnya bermuara pada rasa kenyamanan, keselamatan dan kepercayaan masyarakat Bali. II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan petunjuk pelaksanaan data dan informasi kebencanaan ini adalah memberikan gambaran terhadap tugas pokok dan fungsi UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali sebagai Pusat Data dan Informasi Bencana. Tujuan penyusunan petunjuk pelaksanaan ini adalah memberikan petunjuk penatalaksanaan data dan informasi yang masuk dan meneruskan kepada pihakpihak yang memerlukan secara cepat, tepat dan efisien oleh UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali. 10

94 III. RUANG LINGKUP 1. Pengumpulan Data 2. Pengkajian Data 3. Pemanfaatan Data 4. Penyimpanan Data 5. Pemutakhiran Data IV. PENGERTIAN UMUM 1. Pengumpulan Data Fungsi UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan dapat berfungsi dengan berkualitas dan prima adalah dengan memiliki dokumen data dan informasi yang berhubungan dengan kebencanaan yang ada di Bali pun ada di luar Bali. Data yang berkaitan erat dengan kebencanaan adalah yang berhubungan dengan kependudukan sampai pada data ancaman, kerentanan, kapasitas dan ketersediaa peta bahaya dan resiko yang ada di seluruh wilayah Bali. a. Data Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas Data Ancaman UPT. PUSDALOPS PB harus menyediakan data yang berhubungan dengan semua jenis ancaman yang ada termasuk kemungkinan ancaman - di Bali termasuk ketersediaan data untuk Indikator Peringatan Dini/Petanda Awal sampai pada riwayat kejadian bencana dari setiap jenis ancaman yang ada di Bali. Berikut adalah Data Ancaman yang ada di Provinsi Bali No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini 1 Gempa Bumi Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi. Aktivitas sesar di permukaan bumi. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba. Belum ada metode untuk memprediksikan secara akurat. 11

95 No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah. Aktivitas gunung api. Ledakan nuklir. 2 Tsunami Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar dibawah air (laut/danau). Tanah longsor didalam laut. Letusan gunung api dibawah laut atau gunung api pulau. Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang sangat kuat. Kejadian mendadak dan pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan tsunami. Metode pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi. Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di 12

96 No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini bawah laut. 3 Letusan Gunung Api Deretan pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterenia. Peningkatan aktivitas gunung berapi. Peningkatan suhu dari ratarata normal. Gempa vulkanik. Sumber-sumber air debitnya menurun. 4 Tanah Longsor Disebabkan oleh gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng dan adanya proses pemicu longsoran yaitu: Kondisi kemiringan lahan. Kondisi tata air pada lereng. Ketandusan pada lahan yang miring. Kandungan air yang tinggi pada lahan yang miring dengan curah hujan yang tinggi. Diwaspadai paska terjadi gempa bumi terutama pada lahan yang miring. Peningkatan kandungan air pada lereng. Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran alat/kendaraan. Struktur tanah yang longgar Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah. Pemotongan kaki lereng secara 13

97 No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan gaya penyangga. 5 Banjir Curah hujan tinggi. Curah hujan yang tinggi. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. 6 Kekeringan Kekeringan Alamiah Tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan Pertanian Menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim. Terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, 14

98 No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini berhubungan dengan waduk, danau dan air kekurangan kandungan tanah. air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi Kekeringan Sosial kebutuhan tanaman Ekonomi berkaitan tertentu pada periode dengan kondisi dimana waktu tertentu pada pasokan komoditi wilayah yang luas yang ekonomi kurang dari menyebabkan tanaman kebutuhan normal menjadi kering dan akibat kekeringan mengering. meteorologi, hidrologi, dan pertanian. Kekeringan Antropogenik (ketidakpatuhan pada aturan) Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidak-patuhan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumbersumber air akibat perbuatan manusia. 7 Angin Topan Perbedaan tekanan dalam Dapat terjadi secara 15

99 No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini suatu sistem cuaca. mendadak. Pemantauan dari hasil satelit. 8 Gelombang Pasang Adanya angin kencang/topan. Perubahan cuaca yang sangat cepat. Pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Angin kencang. Terjadinya badai di tengah laut dan menyebabkan terjadinya gelombang pasang di pinggir pantai. Perubahan cuaca yang tiba-tiba menjadi gelap. 9 Kegagalan Kebakaran. Kejadian sangat cepat Teknologi Kegagalan/kesalahan desain keselamatan (dalam hitungan detik atau jam) dan secara tiba-tiba. pabrik/teknologi. Desain pabrik/industri Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik/teknologi Kerusakan komponen Kebocoran reaktor nuklir. Kecelakaan transportasi (darat, laut, udara). Sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan. Dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, dan sebagainya). harus dilengkapi dengan sistem monitoring dan sistem peringatan akan bahaya kebakaran, kerusakan komponen/peralatan dan terjadinya kondisi bahaya lainnya. Pelepasan bahan-bahan pencemar yang berbahaya pada umumnya tidak terlalu cepat sehingga memungkinkan untuk memberikan peringatan dan evakuasi pekerja dan masyarakat sekitarnya. Ledakan pabrik dalam beberapa kasus dapat 16

100 No Jenis Ancaman Penyebab Gejala dan Peringatan Dini diantipasi. 10 Kebakaran Cuaca panas yang melebihi dari normal. Dapat terjadi secara mendadak. Musim kemarau yang berkepanjangan. Adanya bahan/material pemicu kebakaran (ledakan dsb) Dalam beberapa kasus dapat ditanggulangi secara dini. 11 Aksi Teror/ Sabotase 12 Kerusuhan Sosial Kebiasaan melakukan pembakaran untuk pembukaan lahan baru. Berbagai alasan. Akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan (SARA) serta kepentingan politik Sangat sulit dideteksi karena direncanakan seseorang/golongan secara diam-diam/rahasia. Sangat sulit dideteksi 13 Epidemi Demam berdarah Rabies Diare Flu burung HIV/AIDS Kerentanan Kerentanan dalam satu wilayah kabupaten/kota akan berbeda-beda yang sangat dipengaruhi akan kondisi geografis, tingkat kepadatan penduduk sampai pada jenis ancaman yang ada diwilayah kabupaten/kota di Bali. 17

101 Secara umum kerentanan dapat dipengaruhi oleh perihal sebagai berikut: - Waktu dari kejadian yang berlangsung - Tingkat kerugian/keparahan - Elemen yang paling terancam - Penduduk yang paling terancam - Lokasi Bencana Kapasitas Kapasitas yang dimaksudkan adalah semua sumber daya yang dapat dipergunakan dalam proses mendukung pelaksanaan managemen penanggulangan bencana baik dalam melakukan kesiapsiagaan sampai pada pasca bencana yaitu rehabilitasi dan rekontruksi. Data yang mesti dicantumkan dalam kapasitas ini adalah: - Sumber Daya Manusia yang terlatih SDM disini adalah kelompok-kelompok di masyarakat yang memang memiliki kapasitas dalam membantu upaya dalam melaksanakan penanggulangan bencana seperti SIBAD, TAGANA, DASIPENA dan sebagainya. - Sumber Daya Fisik/Material Keberadaan fasilitis kritis dalam suatu wilayah juga sangat memberikan andil dalam membantu upaya dalam penanggulangan bencana. Ketersedian fasilitas umum, pelayanan kesehatan sampai pada fasilitas usaha seperti hotel juga harus didata dan dipetakan. - Sosial Organisasi Pemetaan organisasi/lembaga/institusi seperti PMI yang berada di wilayah tersebut yang juga memiliki mandate dalam upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana di masyrakat juga mesti tercatat sehingga mobilisasi kapasitas di dalam institusi tersebut bisa setiap saat dikoordinir dan digerakkan dalam langkah kerjasama. Pengkajian kebutuhan Dasar UPT. PUSDALOPS PB dengan melakukan kerjasama dengan lembaga/institusi yang berkompeten dalam pencarian dan pendataan berbagai jenis data dapat dijadikan sumber dalam pencarian data. 18

102 Pengkajian kebutuhan dasar sendiri pada umumnya dilakukan untuk mengetahui: - Demografi (populasi, jenis kelamin, pekerjaan, dll) - Topografi (situasi fisik wiliayah seperti berbukit, lembah, dsb) - Pelayanan dan Fasilitas Umum (pendidikan, kesehatan, transportasi, dll) - Sumber Penghasilan dan Mata Pencaharian b. Peta Bahaya dan Resiko Bencana Setiap kabupaten/kota di Bali harus sudah memiliki peta bahaya dan resiko yang juga dimiliki oleh UPT. PUSDALOPS PB. Bila memungkinkan, peta yang dimiliki hendaknya lebih detail hingga ke tingkat desa/kelurahan, terutama wilayah yang rentan terhadap ancaman bahaya. 2. Pengkajian Data Pengkajian data atau analisis data adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pengkajian data di UPT. PUSDALOPS PB dapat mempergunakan metode yang sederhana yaitu dengan melakukan tiga tahapan yaitu: Melakukan pemeriksaan atau pengecekan terhadap data yang diterima. Melakukan pemeriksaan ulang/kembali ( re-check) data yang telah diterima. Dalam tahapan ini, data yang di ambil adalah data yang benarbenar dibutuhkan dan memiliki korelasi dengan apa yang dibutuhkan. Melakukan konfirmasi balik ( cross-check) terhadap data yang telah diterima ke sumber-sumber data yang memiliki keabsahan dalam penyebaran informasi. Misalnya informasi gempa bumi yang diterima dari masyarakat dapat di konfirmasi balik ke BMKG sebagai lembaga yang memiliki kewenangan yang sah dalam penyediaan informasi gempa bumi. Dalam proses pengkajian data, personel UPT. PUSDALOPS PB hendaknya memperhatikan 2 hal, yaitu: a. Informasi masuk dan informasi keluar (Garbage in Garbage out) 19

103 Dalam proses pengkajian data bahwasanya data yang diterima di awal tetaplah disimpan sebagai referensi meskipun ada data baru yang diterima kemudian. Perihal ini tetap dilakukan sehingga riwayat kejadiannya (historical) dapat di dokumentasikan sebagai sebuah proses yang berkembang dan berjalan meskipun data yang terbarulah yang dipergunakan dalam melakukan pengkajian data. b. Kualitas dan relevansi UPT. PUSDALOPS PB hendaklah menghasilkan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan relevansi. 3. Pemanfaatan Data Pendistribusian data dan informasi dari UPT. PUSDALOPS PB sangat berkaitan erat dengan siapa yang akan mempergunakan informasi tersebut. Penyediaan informasi dan data yang valid serta dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak pengguna informasi akan sangat berpengaruh kepada pengambilan keputusan dalam penanggulangan bencana. Dengan demikian, penyediaan data yang akurat dan valid sangat mutlak diperlukan agar pengambilan keputusan secara cepat dan tepat dapat selalu dilakukan mengingat dampak dari hasil keputusan tersebut adalah pada nyawa dan hajat hidup masyarakat banyak. Penggunaan informasi dari UPT. PUSDALOPS PB secara umum dapat dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu: a. Internal Penggunaan informasi/data secara internal adalah penggunaan informasi yang diperuntukkan di lingkungan dalam UPT. PUSDALOPS PB sendiri yang lebih bertujuan kepada upaya koordinasi dan sinkronisasi. Pemberian informasi secara internal dapat dilakukan dalam bentuk laporan tertulis dan lisan yang dilakuan secara berkesinambungan, terpola dan berkala. b. Eksternal Penyebaran informasi kepada pihak diluar UPT. PUSDALOPS PB adalah kepada intansi terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, kepada LSM dan PMI dan yang paling penting adalah kepada RUPUSDALOPS PB 20

104 Kab/Kota se-bali, yang lebih bertujuan kepada upaya sinkronisasi dan kesinambungan informasi/data. Lingkup informasi yang dipertukarkan antara lain: - Kejadian Bencana ( info jenis bencana, waktu dan lokasi bencana, perihal yang sudah dilakukan dan jenis bantuan yang masih diperlukan serta pihak-pihak yang telah terlibat dalam operasi bencana) - Data Ancaman (jenis ancaman/bahaya,penyebab terjadi dan peringatan dini) - Data Kerentanan (riwayat kejadian bencana) - Data Kapasitas (ketersediaan fasilitas umum) Informasi yang bersifat umum tersebut bisa diberikan langsung oleh UPT. PUSDALOPS PB kepada instansi terkait. Sedangkan informasi yang bersifat khusus seperti informasi yang dapat menimbulkan kepanikan atau keresahan warga di masyarakat haruslah melalui Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Bali atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. 4. Penyimpanan Data Semua jenis data/informasi yang dimiliki oleh UPT. PUSDALOPS PB haruslah tersimpan dalam mekanisme penyimpanan yang baik. 3 kaidah mendasar yang harus dipahami dalam penyimpanan data adalah dengan 3 mudah yaitu: Mudah disimpan Mudah dicari Mudah diubah. Sedangkan dalam pengorganisasian data/informasi dalam penyimpanan data dan informasi yang juga dapat berpengaruh dalam kemudahan pencarian, bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu: a. Arsip berurutan (Sequential file) Adalah suatu metode penyimpanan data yang dilakukan secara berurutan. Data yang akan disimpan sesuai dengan urutan masuknya yaitu data pertama akan menempati tempat penyimpanan pertama.\ 21

105 b. Index sequential file Adalah suatu metode penyimpanan data yang akan disimpan terlebih dahulu di sortir sesuai dengan peruntukkannya yang selanjutnya disimpan secara berurut ditempat yang telah diperuntukkan sesuai dengan pengelompokannya. Data yang disimpan hendaknya sesuai dengan jenis data yang telah disortir. yang dikelompokkan berdasarkan index UPT. PUSDALOPS PB dapat melakukan metode penyimpanan file sesuai dengan metode diatas dengan pertimbangan frekuensi penggunaan data yang bisa dikelompokkan ke dalam 2 hal yaitu: Data/Informasi Aktif Adalah data/informasi yang sering digunakan. Data/informasi aktif ini hendaknya disimpan di tempat yang mudah dijangkau. Contoh data/informasi aktif adalah daftar kontak orang-orang yang terlibat dalam penanggulangan bencana, nomor-nomor telepon instansi terkait, data kapasitas dan jenis ancaman, dan sebagainya. Data/Informasi Pasif Adalah data/informasi yang jarang dipergunakan. Data/informasi pasif ini bisa disimpan dalam tempat tertentu. Contoh data/informasi pasif adalah data pegawai, data aset/inventaris UPT. PUSDALOPS PB, dan sebagainya. Sedangkan dalam pemilihan media menggunakan 2 media yaitu: penyimpanan data/informasi dapat a. Media dalam Softcopy Media penyimpanan dalam bentuk softcopy adalah data/informasi yang disimpan dalam bentuk data digital dalam prosesor komputer. Pada dasarnya semua jenis data bisa disimpan dalam bentuk softcopy. b. Media dalam Hardcopy Media penyimpanan dalam bentuk hardcopy adalah data/informasi yang disimpan dalam bentuk dokumen tertulis. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan data/informasi di UPT. PUSDALOPS PB adalah: 22

106 Keamanan Data a. Tempat penyimpanan data/informasi bisa dilakukan dalam brankas/almari arsip yang terbuat dari kayu dan/atau besi. b. Penyimpanan data/informasi juga harus aman dari kebakaran dan pencurian. c. Data/informasi yang disimpan dalam bentuk softcopy harus terlindung dari gangguan virus dan juga pencuri/pengacau data ( hacker) yang dapat menghilangkan data yang ada. Disamping itu penyimpanan data dengan softcopy juga harus memiliki back-up di tempat lain yan terpisah dari sistem sehingga apabila terjadi kehilangan data, masih ada data cadangan di tempat penyimpanan utama. Pelaku yang melaksanakan penyimpanan a. Tenaga arsiparis bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengeluaran data/informasi yang ada di UPT. PUSDALOPS PB. b. Permohonan data/informasi yang tersimpan dalam UPT. PUSDALOPS PB dapat dilakukan dengan pengawasan dan pengaturan dari tenaga arsiparis. Hal ini dilakukan dengan tujuan memastikan pengembalian data yang keluar (terutama data dalam hardcopy). c. Pengambilan data dari arsiparis juga dengan memperhatikan tingkatan kewenangan pejabat. Artinya hanya Kepala UPT yang memiliki akses penuh terhadap semua jenis data yang disimpan sedangkan pejabat di bawah Kepala UPT memiliki akses terhadap jenis data tertentu saja. Peraturan/Regulasi Penyimpanan dan permohonan data a. Setiap penyimpanan data haruslah dicatat kedalam buku mutasi/log book untuk penyimpanan data. b. Setiap pengeluaran data juga mesti dicatat seperti kapan, siapa dan tujuan pengeluaran data yang ada. c. Secara berkala semua data/informasi yang disimpan dalam bentuk softcopy dan hardcopy mesti dicek dan dipastikan kondisinya masih baik dan bisa dipergunakan. d. Waktu penyimpanan data/informasi yang berkaitan dengan kebencanaan bisa dilakukan antara kurun waktu tahun. e. Sedangkan data yang sudah melewati waktu tersebut bisa dilakukan pemusnahan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala UPT dan sepengetahuan dari Kepala Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali serta ditembuskan ke 23

107 Gubernur. Jenis data dan informasi keberadaan data yang akan dimusnahkan harus dituangkan dalam berita acara pemusnahan yang juga mesti ada saksi atas pemusnahan data tersebut. Khusus data hardcopy yang akan dimusnahkan haruslah dilakukan dengan jalan dibakar. 5. Pemutakhiran Data Semua jenis data yang disimpan haruslah merekam data/informasi yang terkini sehingga setiap pengambilan keputusan selalu mempergunakan data/informasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat pengambilan keputusan tersebut dijalankan. Dalam pemutakhiran data ada beberapa perihal yang mesti diperhatikan yaitu: Waktu a. Pemutakhiran data bisa dilakukan secara berkesinambungan dan/atau berkala sesuai dengan jenis datanya. Misalnya data informasi kebencanaan haruslah dilakukan setiap saat sedangkan data kontak personel dapat dilakukan 3 bulan sekali. b. Khusus pemutakhiran data/informasi pada saat operasi tanggap darurat haruslah dilakukan setiap saat (menit dan jam) untuk memastikan kondisi terakhir di lapangan selalu terpantau. Pelaku a. Operator Data Base adalah petugas yang memiliki kewajiban dalam melakukan pemutakhiran data yang ada. b. Petugas yang lain apabila mendapatkan data/informasi yang terkini dapat memberikan data/informasi tersebut kepada petugas operator data base. Obyek Untuk Pemutakhiran a. UPT. PUSDALOPS PB haruslah memiliki kerjasama dengan lembaga/intansi terkait yang memiliki sumber keabsahan data seperti halnya dengan BMKG untuk jenis data/informasi yang berkaitan erat dengan iklim dan cuaca. b. Disamping itu kontak personil juga bisa dijadikan sumber pemutakhiran data khususnya pada saat operasi tanggap darurat. Metode melakukan pemutakhiran Data 24

108 a. Pemutakhiran bisa dilakukan dengan jalan meminta langsung data yang dibutuhkan baik melalui jaringan faksimili, internet maupun dengan penjemputan langsung ke sumber informasi. b. Penggunaan referensi laporan juga bisa dijadikan salah satu metode untuk melakukan pemutakhiran data/informasi. V. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI Dalam menjalin arus pertukaran data/informasi oleh, dari untuk masyarakat luas, UPT. PUSDALOPS PB mesti memperhatikan beberapa hal di bawah ini untuk memastikan bahwasanya data/informasi yang tersebar di masyarakat luas adalah informasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Dalam Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, UPT. PUSDALOPS PB berkewajiban dalam menyediakan data dan informasi terkait yang dibutuhkan dalam berbagai kegiatan komunikasi, informasi, dan ejukasi yang dilakukan lewat peningkatan kesadaran masyarakat dan media guna menunjang penyediaan pelayanan yang berkualitas dan prima. 1. Penyadaran masyarakat Untuk mendukung peran BPBD dalam hal peningkatan kesadaran masyarakat, maka penyebaran dan penggunaan informasi di masyarakat haruslah memperhatikan beberapa hal di bawah ini: a. Pemberian informasi kepada masyarakat haruslah jelas, lugas, tidak bertele-tele. Hal ini menjadi penting dalam situasi tanggap darurat bencana, sehingga informasi yang diterima masyarakat haruslah berupa arahan atau himbauan yang singkat dan dapat dimengerti. b. Penyebaran informasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media seperti brosur, selebaran dan poster untuk menghemat biaya. Sedangkan jenis informasi yang bersifat arahan yang harus segera direspons oleh masyarakat dapat memanfaatkan media elektronik yaitu TV dan Radio. 2. Penyadaran media (Media Awareness) Keberadaan media sebagai penyambung lidah dari UPT. PUSDALOPS PB dalam penyebaran informasi dimasyarakat haruslah dilakukan dalam tataran kerjasama yang saling menghormati dan menguntungkan kedua belah pihak. 25

109 Komunikasi dengan media dalam bentuk publikasi maupun konferensi pers dilakukan secara langsung oleh badan yang menaungi UPT. PUSDALOPS PB, dalam hal ini adalah BPBD Provinsi Bali Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan materi publikasi dan konferensi pers antara lain: a. Mengingat jaringan media cetak dan elektronik sangat luas cakupan wilayahnya dan bisa di akses oleh masyarakat banyak jadi dalam penyebaran informasi yang akan disampaikan haruslah benar-benar informasi yang penting, layak dikonsumsi publik dan juga dapat dipercaya. b. Khusus dalam situasi tanggap darurat, media siar (TV dan Radio) haruslah memberikan kemudahan dalam melakukan pemotongan acara untuk penyampaian informasi terkait dengan kebencanaan tersebut. c. Saling menghormati antar lembaga mesti dijaga dan dilakukan agar kualitas pelayanan informasi berjalan prima dan tidak memihak ataupun memojokkan salah satu pihak saja. 3. Pelayanan Informasi Prima UPT. PUSDALOPS PB yang menjalankan fungsi pusat data dan informasi kebencanaan dapat memberikan pelayanan informasi yang prima kepada pihak yang membutuhkan dengan memperhatikan hal berikut: a. Kemudahan mengakses informasi yang dibutuhkan. b. Kecepatan pencarian c. Ketepatan isi informasi d. Kemudahan penyampaian e. Keabsahan dan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Jaringan/Networking VI. SUMBER DAYA Sumber daya dalam fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai pusat data dan informasi kebencanaan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Pendanaan. 1. SDM UPT. PUSDALOPS PB Kualitas SDM yang menggerakkan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan sangat menentukan dalam penyediaan 26

110 pelayanan informasi yang prima karena sebaik apapun sistem dan secanggih apapun peralatan dan perlengkapan tanpa SDM yang handal dan berkualitas sangat tidak mungkin untuk dapat mewujudkan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan. Dengan demikian, pemberian orientasi dan pelatihan secara bertahap kepada SDM sangat mutlak diperlukan yaitu dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Orientasi Setiap SDM yang terlibat dalam UPT. PUSDALOPS PB haruslah mendapatkan sesi orientasi mengenai UPT. PUSDALOPS PB yang mengupas tuntas mulai dari fungsi sampai dengan pengelolaan sumbersumber daya yang diperlukan. b. Pelatihan Dasar Pelatihan dasar bagi tenaga yang menjalankan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan adalah Pelatihan Komputer Dasar, Pengenalan dan Penggunaan Program Database UPT. PUSDALOPS PB dan juga adalah Pelatihan Komunikasi Efektif. c. Pelatihan Lanjutan Pelatihan lanjutan tidak hanya untuk memantapkan pelatihan dasar yang telah diperoleh, tetapi pelatihan yang juga mesti dikuasai adalah pelatihan keterampilan dalam melakukan troubleshooting peralatan yang mengolah data dan informasi kebencanaan. d. Pelatihan Penyegaran Secara berkesinambungan dan berkala pelatihan penyegaran dilakukan guna menjaga kualitas dan kapasitas SDM yang telah dilatih. 2. Sumber Pendanaan Dalam kaitan dengan pengelolaan anggaran untuk menjalankan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan sudah barang tentu sesuai dengan anggaran induk UPT. PUSDALOPS PB mulai dari sumber-sumber pendanaannya sampai kepada pengelolaan anggaran yang telah direncanakan dalam rancangan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) UPT. PUSDALOPS PB. 27

111 VII. PERALATAN Kesinergisan peralatan yang dibutuhkan dalam mengoperasionalkan Pusat Data dan Informasi Kebencanaan adalah sebagaimana dalam Pedoman Penyelenggaraan UPT. PUSDALOPS PB di Provinsi Bali. Namun demikian secara garis besar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan akan ketersediaan peralatan untuk tujuan ini yaitu: 1. Ketersediaan peralatan yang mudah dipergunakan oleh petugas Pusat Data dan Informasi Kebencanaan. Kemudahan yang dimaksud adalah kemudahan dalam pengoperasian piranti yang dipergunakan. 2. Ketersedian suku cadang yang mudah didapatkan. Perihal ini untuk mengantisipasi apabila ada kerusakan yang mesti dilakukan penggantian atas piranti yang ada bisa dengan cepat ditanggulangi. 3. Penggunaan teknologi dan kelengkapan administrasi yang ramah lingkungan Penggunaan kertas yang tahan lama untuk disimpan dalam jangka waktu lama tanpa menimbulkan polusi pelepasan karbon dipergunakan dalam penyimpanan data yang bersifat hardcopy. 4. Pemutakhiran peralatan Alih teknologi untuk menunjang fungsi pusat data dan informasi secara terencana perlu dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. 5. Perawatan dan pemeliharaan Perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dapat dilakukan dengan tujuan untuk menjaga masa penggunaan dari piranti yang dipergunakan. VIII. PENUTUP Demikian Petunjuk Pelaksanaan dalam penatalaksanaan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan yang bisa dijadikan acuan dalam mengoperasionalkan fungsi ini. Improvisasi dan inisiatif tanpa meninggalkan kaidah-kaidah dalam pedoman penyelenggaraan UPT. PUSDALOPS PB dapat dilakukan dengan tujuan 28

112 memudahkan dan membantu dalam menjalankan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan. Lampiran 1. Alur Fungsi PUSDALOPS sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan 29

113 LAMPIRAN Alur Fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan PENANGGULANGAN BENCANA BARU DATA PENGOLAHAN PENYIMPANAN (DATABASE) LAYANAN SHARING DATA PEMUKTAHIRAN PENGKAJIAN (Triangulasi data) PERMINTAAN DATA 30

114 C. PROSEDUR TETAP (PROTAP) PELAPORAN UPT. PUSDALOPS PB PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN Pada dasarnya semua pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pusdalops PB perlu dilaporkan sebagai salah bentuk laporan pertanggungjawaban. Prinsip pelaporan tetap mengikuti prosedur pelaporan sebagai bagian dari instansi pemerintah yang dilakukan secara berjenjang. Namun demikian tugas-tugas Pusdalops PB yang spesifik memerlukan pengaturan khusus tentang sistem pelaporannya. Oleh karena itu perlu disusun Standar Prosedur Pelaporan UPT Pusdalops PB yang dijadikan pedoman oleh seluruh operator dalam melaksanakan tugasnya. II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud disusunnya Standar Prosedur Pelaporan yaitu untuk memberikan pedoman operator UPT. PUSDALOPS PB dalam menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada unsur pimpinan yang terkait. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai disusunnya Standar Prosedur Pelaporan adalah : 1. Sebagai dasar penyusunan pelaporan oleh operator; 2. Adanya standar pelaporan yang mudah dipahami sehingga memudahkan pengambilan keputusan; 3. Hasil pelaporan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi utama dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPT. Pusdalops PB. III.KETENTUAN UMUM 1. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih penting dan menjadi pengetahuan yang lebih berguna; 2. Laporan adalah adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tugas pokok dan fungsi UPT. Pusdalops PB; 3. Prosedur Tetap (Protap) Pelaporan adalah dokumen yang berisi rangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses dan langkah-langkah penyelenggaraan laporan; 29

115 4. Laporan Bencana adalah adalah dokumen pelaporan yang mencakup peringatan dini (pra bencana), kejadian bencana dan pasca bencana; 5. Laporan Peringatan Dini Bencana adalah dokumen pelaporan tentang adanya peringatan dini bencana di wilayah Bali atau berdampak di wilayah Bali; 6. Laporan Kejadian Bencana adalah dokumen pelaporan tentang kejadian bencana di wilayah Bali atau berdampak di wilayah Bali; 7. Laporan Pasca Bencana adalah dokumen pelaporan tentang perkembangan penanggulangan bencana di wilayah Bali atau berdampak di wilayah Bali; 8. Laporan Kegiatan atau Pelayanan ESR adalah dokumen pelaporan tentang kegiatan dan pelayanan ESR Pusdalops PB yang dilaporkan sebagai laporan bulanan; IV. PRINSIP PRINSIP PENULISAN LAPORAN Laporan yang disusun harus memenuhi syarat syarat berikut ini. 1. Lengkap, artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap; 2. Jelas, menggunakan bahasa yang benar dan komunikatif dan tidak tidak memberi peluang ditafsirkan secara berbeda penerima laporan; 3. Benar/akurat, menyampaikan data dan fakta valid untuk menghindari arahan atau keputusan yang salah; 4. Sistematis, laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan sistem pengkodean yang teratur sehingga mudah dibaca untuk menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur unsur bahasa; 5. Objektif, penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam laporannya; 6. Tepat waktu, ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan. V. TUJUAN LAPORAN 1. Diseminasi informasi 2. Memperoleh arahan/keputusan 3. Menguraikan sesuatu peristiwa, prosedur, tindakan, dan lain-lain. 4. Membuat record/arsip sesuatu peristiwa 30

116 VI. JENIS LAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB 1. Laporan Awal, yaitu laporan bencana melalui SMS/Telp dengan tujuan untuk penyampaian informasi dengan segera; 2. Laporan Lanjutan, yaitu laporan bencana tertulis yang merupakan lanjutan laporan awal dan dapat berbentuk laporan harian, laporan insidental, laporan bulanan atau laporan tahunan. VII. WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB 1. Laporan Insidental, Laporan yang tidak disampaikan secara rutin, seperti laporan atas data/informasi bencana atau informasi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi Pusdalops PB dan dilakukan dengan segera; 2. Laporan Periodik, Laporan untuk suatu periode tertentu, seperti laporan harian, mingguan, bulanan dan seterusnya. VIII. PENERIMA PELAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB 1. Gubernur Bali 2. Kepala BPBD dan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali 3. Pejabat struktural UPT. Pusdalops PB 4. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana 5. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat 6. Staf Khusus Presiden 7. Menteri Dalam Negeri IX. STANDAR PROSEDUR PELAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB 1. Penerimaan Informasi 1.1. Informasi bencana maupun non bencana dapat diterima di Pusdalops PB yang bisa bersumber instansi pemerintah, instansi non pemerintah, dari masyarakat ataupun dari media massa Sarana penerimaan antara lain melalui telepon, , fax, radio, televisi, sms, CCTV, hasil pengamatan langsung dan lainnya; 31

117 1.3. Operator yang menerima informasi melakukan validasi informasi bila diperlukan; 1.4. Operator yang menerima informasi, melaporkan kepada Koordinator Piket dan memberitahukan kepada operator lainnya; 2. Penilaian Informasi 2.1. Koordinator Piket menilai informasi untuk ditindaklanjuti sesuai keperluan/prosedur tetap terkait, dan meminta operator laporan untuk menyusun pelaporan; 2.2. Penilaian informasi didasarkan atas : a. Pemilahan informasi, apakah informasi bencana atau informasi non bencana seperti informasi kondisi peralatan, menerima kunjungan, dan informas lainnya; b. Menentukan materi laporan sesuai prinsip laporan; c. Menentukan penerima laporan; d. Menentukan jenis pelaporan; e. Menentukan bentuk pelaporan; f. Menentukan waktu pelaporan; Laporan bencana terpisah dari laporan non bencana maupun laporan pelayanan ESR 2.4. Laporan bencana diterima oleh semua penerima laporan yang ditentukan dalam Standar Prosedur Pelaporan Laporan Non Bencana dan Laporan Pelayanan ESR diterima oleh penerima laporan daerah sesuai materi laporan. 3. Mekanisme Pelaporan 3.1. Laporan Bencana Tingkat Awal Laporan singkat bencana yang disampaikan dengan segera melalui SMS dan atau telepon ke semua penerima laporan di tingkat daerah sebagai laporan informatif Laporan Bencana Tingkat Lanjutan Lanjutan laporan awal yang dibuat secara tertulis, dengan kriteria sebagai berikut : 32

118 Laporan Peringatan Dini Bencana : a. Peringatan dini bencana tingkat Kabupaten/Kota, laporan tertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali; b. Peringatan dini bencana tingkat Provinsi dan atau tingkat nasional di wilayah Bali, laporan tertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan Kepala BNPB; c. Laporan peringatan dini bencana yang tidak memerlukan arahan pimpinan dengan segera maka laporan peringatan dini bencana dilaporkan sebagai laporan harian piket; d. Laporan peringatan dini bencana yang memerlukan arahan pimpinan dengan segera maka laporan peringatan dini bencana dilaporkan sebagai laporan insidental yang perlu segera dilaksanakan; Laporan Kejadian Bencana : a. Kejadian bencana tingkat Kabupaten/Kota, laporan tertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali; b. Kejadian bencana tingkat Provinsi dan atau tingkat nasional di wilayah Bali, laporan tertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan Kepala BNPB; c. Laporan kejadian bencana yang tidak memerlukan arahan pimpinan dengan segera maka laporan kejadian bencana dilaporkan sebagai laporan harian piket; d. Laporan kejadian bencana yang memerlukan arahan pimpinan dengan segera maka laporan kejadian bencana dilaporkan sebagai laporan insidental yang perlu segera dilaksanakan; 33

119 Laporan Pasca Bencana : a. Laporan Pasca Bencana tingkat Kabupaten/Kota, laporan tertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali; b. Laporan Pasca Bencana tingkat Provinsi dan atau tingkat nasional di wilayah Bali, laporan tertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan Kepala BNPB; c. Laporan Pasca Bencana disusun secara sistematis untuk memuat informasi berurutan sejak hari pertama kejadian; d. Laporan Pasca Bencana yang tidak memerlukan arahan pimpinan dengan segera maka laporan kejadian bencana dilaporkan sebagai laporan harian piket; e. Laporan Pasca Bencana yang memerlukan arahan pimpinan dengan segera maka laporan kejadian bencana dilaporkan sebagai laporan insidental yang perlu segera dilaksanakan; Laporan tertulis dapat disampaikan secara langsung atau melalui dan faximili; Laporan tertulis dapat ditembuskan kepada Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI, Kementerian Dalam Negeri, Staf Khusus Presiden dan instansi lainnya apabila diminta; Koordinator Piket menanda tangani laporan bencana tertulis dan untuk laporan melalui SMS, Telepon dan menyebutkan sumber laporan; Operator pelaporan menyerahkan laporan bencana kepada arsiparis UPT. Pusdalops PB untuk diarsipkan 3.3. Laporan Kegiatan atau Pelayanan ESR Kegiatan atau pelayanan ESR setiap hari dicatat sebagai kegiatan harian oleh administrator ESR dan diketahui oleh Koordinator Piket; 34

120 Laporan kegiatan atau pelayanan pelayanan ESR dibuat secara terpisah dengan laporan bencana; Laporan kegiatan atau pelayanan ESR adalah laporan bulanan ESR yang merupakan rekapan dari catatan kegiatan atau pelayanan harian ESR; Laporan kegiatan atau pelayanan ESR dilaporkan oleh Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan Pusdalops PB kepada Kepala Pelaksana BPBD melalui Kepala UPT. Pusdalops PB; 35

121 36

122 XI. PENUTUP Demikian Standar Prosedur Pelaporan ini disusun sebagai pedoman operator di UPT. Pusdalops PB dalam melaksanakan tugas. Hal-hal yang belum diatur dan yang perlu direvisi agar dicatat sebagai referensi perbaikan Standar Prosedur Pelaporan lebih lanjut. 37

123 Lampiran : 1. Format Laporan Piket KOP Surat L A P O R A N Kepada Dari / Shift Waktu Laporan Jenis Laporan Laporan Peringatan Dini Informasi Sumber Informasi Informasi Masuk Tindak Lanjut Rekomendasi : : : : : : : : : Laporan Kejadian Bencana Informasi Bencana : Lokasi Kejadian : Waktu Kejadian : Sumber Informasi : Informasi Masuk : Dampak Bencana : Tindak Lanjut : Pengendali : : Penanganan : : Disiminasi : : Hambatan : Rekomendasi : Laporan Pasca Bencana Informasi Bencana Update Informasi Lampiran Informasi Personil Informasi Sarana Kerja Lap. ESR Lap. Lainnya : : : : : : Demikian disampaikan, mohon mendapat perhatian sebagaimana mestinya Penanggungjawab Piket Regu A Koordinator Piket Regu A (Drs. I Gde Made Jaya Serataberana, M.Si) (I Gede Agung Teja BY, SSTP, M.Si) 38

124 2. Format Laporan SMS Jenis Kejadian_Lokasi_Waktu_Dampak_Penanganan_Rekomendasi*)_pengirim Ket : _ = spasi *) = bila diperlukan 3. Format Laporan yang di adalah laporan tertulis 4. Format Laporan Bulanan Menyesuaikan dengan kebutuhan laporan. 39

125 D. 0.PROSEDUR TETAP (PROTAP) KESIAPSIAGAAN DAN PERINGATAN DINI UPT. PUSDALOPS PB PROVINSI BALI I. LATAR BELAKANG Provinsi Bali yang terletak di rangkaian sabuk api ( ring of fire) membuat tidak luput dari bencana. Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Provinsi Bali rawan terhadap beragam bencana, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, dan sebagainya. Hal ini tentunya berdampak pada kehidupan masyarakat Bali dan sektor pariwisata yang menjadi denyut nadi perekonomian. Untuk mengantisipasi hal ini, maka Pemerintah Provinsi Bali melalui UPT Pusdalops PB (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana), mengembangkan langkah-langkah yang tepat dalam penanggulangan bencana. UPT. Pusdalops PB adalah institusi yang dibentuk untuk memonitor dan mengkaji gejala gejala terjadinya suatu bencana serta bertugas mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat melalui sistem yang dikembangkan, dengan dukungan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia. Dalam melaksanakan tugasnya, UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali menjalankan beberapa fungsi, salah satunya adalah dalam mengkoordinasikan peringatan dini untuk beragam bencana. Informasi peringatan dini yang diterima UPT Pusdalops PB Provinsi Bali kemudian diteruskan kepada instansi-instansi terkait agar masing-masing instansi dapat segera berkoordinasi dan melakukan tindakan yang cepat dan tepat. Periode peringatan dini merupakan masa yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan demikian, untuk mendukung koordinasi peringatan dini oleh UPT Pusdalops PB Provinsi Bali, maka dipandang perlu untuk mengembangkan Prosedur Tetap (Protap) Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini UPT Pusdalops PB. II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Protap ini adalah sebagai pedoman yang sistematis dan harus diikuti oleh setiap personil UPT Pusdalops PB dalam melakukan aktifasi sistem peringatan dini yang dikembangkan di Provinsi Bali, antara lain peringatan dini untuk gempa bumi dan tsunami, banjir, dan gunung meletus. 38

126 Dengan demikian, tujuan penyusunan Protap ini adalah memberikan petunjuk kerja yang sistematis dan efektif kepada para personel UPT Pusdalops PB dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Peringatan Dini Bencana, sehingga korban dapat diminimalkan atau dikendalikan. III. KESIAPSIAGAAN DAN PERINGATAN DINI Pengembangan Protap ini meliputi kesiapsiagaan dan peringatan dini untuk beragam bencana di Provinsi Bali. Kesiapsiagaan yang dimaksud dalam Protap ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sedangkan peringatan dini adalah informasi yang disampaikan secara tepat dan efektif melalui lembaga tertentu, agar masyarakat di daerah rawan bencana dapat mengambil tindakan atau memberikan respons yang tepat untuk menghindari atau mengurangi resiko suatu bencana. Dengan demikian, pada masa siaga, personil UPT Pusdalops PB hendaknya melakukan kegiatan-kegiatan dalam kerangka kesiapsiagaan sehingga dapat mengidentifikasi suatu kejadian bencana yang membutuhkan peringatan dini. Pelaksanaan kesiapsiagaan dan peringatan dini oleh UPT Pusdalops PB telah dikembangkan dengan alur berikut ini (lihat halaman berikutnya). Sesuai dengan alur tersebut, peringatan dini dilakukan apabila bencana berjalan dalam ritme lamban ( slow on set). Segera setelah peringatan dini dilakukan, UPT Pusdalops PB Provinsi Bali langsung melaksanakan Protap Tanggap Darurat Bencana. 39

127 Protap Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini Informasi kejadian (tanpa bencana) Gejala akan terjadi bencana, antara lain berdasarkan kajian terhadap: laporan cuaca (curah hujan, kecepatan angin, dll), jumlah titik panas, peningkatan aktivitas gunung api, dll. Gejala yang belum pernah dialami, tapi berkemungkinan memiliki dampak buruk. Contoh: semburan lumpur di Kab. Serang (Juni 2009), pandemi flu babi, dsb. Hubungi instansi yang berwenang seperti BMKG, Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi, dsb untuk analisis lebih lanjut. Monitor dan jaga komunikasi dengan lembaga-lembaga yang berkompeten tsb Identifikasi dan hubungi instansi yang terkait dengan kejadian tersebut untuk analisis mengenai gejala/kejadian yang ditemukan Laporkan kepada Kepala Pusdalops dan Kepala BPBD mengenai kejadian tsb. Cek database terkait wilayah yang rawan terhadap gejala di atas. Kumpulkan informasi kejadian yang terkait dari berbagai sumber (instansi, media, dsb) Diseminasi informasi ke instansi terkait di tingkat Provinsi, dengan saran: - Cek kondisi infrastruktur terkait dan dampak kejadian terhadap infrastruktur - Cek kawasan yang rawan bencana - dll. Diseminasi informasi ke Kab/Kota dan daerah yang akan terkena dampak, dengan saran: - Cek kawasan permukiman dan penduduk - Cek kondisi infrastruktur yang terkait - Cek kondisi alam yang rawan bencana - Cek relief stock, relawan, dan sumber daya lain yang siap dimobilisasi - dll Diseminasi informasi ke Kab/Kota dan daerah tetangga yang tidak terkena dampak, dengan saran: - Cek relief stock, relawan, sumber daya lain yang siap dimobilisasi - dll Monitor situasi dengan Kab/Kota dan instansi yang terkait Konfirmasi dari instansi terkait (BMKG, PVMG, etc) dan Laporan Kab/Kota mengenai hasil pengecekan bahwa tidak ada potensi bencana Arahan laporkan Laporkan kepada Kepala Pusdalops PB dan Kepala BPBD Arahan Laporkan Konfirmasi dari instansi terkait (BMKG, PVMG, etc) dan Laporan Kab/Kota mengenai hasil pengecekan bahwa ada potensi bencana Konfirmasi ulang Konfirmasi ulang Pengakhiran monitoring kejadian, dengan informasi: - Bahwa ancaman sudah berakhir - Instansi-instansi terkait tetap dalam keadaan siaga di Provinsi dan Kab/Kota Bencana tidak langsung terjadi (slow on set), misalnya banjir, letusan gunung api, pandemi flu babi, dsb. Bencana langsung terjadi, misalnya longsor, tsunami, dsb. Diseminasi informasi ke Kab/Kota dan instansi di Provinsi Lakukan Peringatan Dini dengan diseminasi informasi ke Kab/Kota, daerah terdampak, dan instansi terkait di Provinsi Analisis wilayah terdampak (demografi, sumber daya, dsb) Jalankan SOP Peringatan Dini Tsunami Jalankan SOP tanggap darurat Laporkan situasi dan temuan kepada Kepala BPBD dan Gubernur Hubungi Tim Reaksi Cepat BPBD dan TRC dari instansi/lembaga terkait untuk persiapan kaji cepat bencana 40

128 Diagram alir tersebut bersifat umum untuk diterapkan dalam peringatan dini untuk semua bencana. Terdapat beberapa alur peringatan dini yang dikembangkan untuk Provinsi Bali, diantaranya adalah peringatan dini banjir, peringatan dini gunung meletus, dan peringatan dini tsunami. Khusus mengenai prosedur tetap peringatan dini tsunami telah dikembangkan dalam protap yang terpisah dari protap ini. Dengan demikian, untuk melakukan peringatan dini tsunami, silahkan merujuk pada Prosedur Tetap Sistem Peringatan Dini Tsunami. IV. PERINGATAN DINI BANJIR a. Gambaran Bencana Banjir di Provinsi Bali Terjadinya alih fungsi lahan di beberapa tempat di provinsi ini telah mengakibatkan banjir pada musim hujan. Beberapa contoh kasus bencana banjir di Bali antara lain: - Banjir di DAS Tukad Badung - Banjir di Daerah Suwung dan sekitarnya - Banjir di DAS Tukad Ayung Walaupun Pemerintah Provinsi Bali telah mengupayakan beragam perbaikan di titik-titik pengendali banjir, namun tetap diperlukan kesiapsiagaan dan pengembangan sistem peringatan dini banjir. b. Diagram Alir Peringatan Dini Banjir Silahkan lihat halaman berikut untuk diagram alir peringatan dini banjir UPT Pusdalops PB Bali. Tahapan yang berjalan adalah: 1. UPT Pusdalops PB Provinsi Bali menerima informasi dari BMKG, Dinas PU, Rupusdalops dan masyarakat. 2. UPT Pusdalops PB melakukan triangulasi data (cek, ricek dan cross cek). 3. Bila hasil triangulasi data tidak menunjukkan potensi banjir, maka dilaksanakan diseminasi: waspada, siaga dan informasi potensi banjir. 4. Bila hasil triangulasi data berpotensi banjir, maka dilaksanakan diseminasi: bersiap menghadapi banjir dan melakukan evakuasi bila perlu. 41

129 Informasi Pusdalops (triangulasi) Tidak berpotensi Dokumentasi Pelaporan Diseminasi : Tetap waspada bahaya banjir Ya berpotensi Desiminasi : Bersiap menghadapi banjir dan melakukan evakuasi bila perlu Internal Koordinasi : Identifikasi kebutuhan Rencana menghadapi banjir Eksternal Gambar 1. Diagram Alir Peringatan Dini Banjir 42

130 5. UPT Pusdalops PB berkoordinasi dengan instansi internal dan instansi terkait lainnya (seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PU, PMI Daerah Bali, Rupusdalops Kabupaten/Kota, Basarnas di Bali, Kepolisian). Hal-hal yang dikoordinasikan meliputi: - Identifikasi kebutuhan - Kapasitas yang dimiliki masing-masing instansi/organisasi - Rencana penanggulangan bencana banjir. c. Kegiatan-kegiatan untuk Mendukung Sistem Peringatan Dini Banjir Beberapa kegiatan yang mendukung sistem peringatan dini banjir antara lain: 1. Bersama instansi terkait melakukan diseminasi kepada masyarakat mengenai bahaya banjir; 2. Melakukan gladi posko dan gladi lapang dengan melibatkan masyarakat di daerah rawan bencana dan sekolah-sekolah di daerah tersebut guna meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya banjir; 3. Melakukan pengkajian bahaya banjir seperti; pemetaan daerah rawan bencana banjir, resiko bencana, kapasitas. d. Sarana/Prasarana Pendukung Sistem Peringatan Dini Banjir Beberapa sarana/prasarana yang digunakan dalam sistem peringatan dini banjir antara lain: - Sirine, - Radio UHF dan VHF, - Faxmili, - Telepon, - Internet, - TV, - Kentongan, - Lonceng Gereja, - Pengeras suara mesjid, dsb. 43

131 Tabel 1. Alur Informasi pada Peringatan Dini Banjir Sumber Yang berperan dalam Tindak lanjut Sarana Informasi Peringatan Dini Informasi Informasi/Desiminasi SPD 1. Masyarakat 1. Operator 1. Triangulasi 1.Telepon 2. LSM Pusdalops 2. Laporan kpd 2.Radio Komunikasi 3. Institusi 2. KaPusdalops/Ka Pejabat yang (RARI,RAPI) Teknis BPBD/Gubernur berwenang, untuk 3.Faximili a. PU 3. Rupusdalops arahan 4.SMS b. BMKG 3. Koordinasi 5.TV 4. Rupusdalops 4. InternalEksternal 6. Radio Siaran 5. Aktifasi/tidak SPD 7. Dll 6. Dokumentasi dan Pelaporan 44

132 V. PERINGATAN DINI GUNUNG MELETUS a. Gambaran Umum Bencana Gunung Meletus di Provinsi Bali Provinsi Bali memiliki beberapa gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung, Gunung Batur, dan Gunung Batukaru. Letusan ketiga gunung ini menjadi ancaman bagi masyarakat yang berada di lereng gunung-gunung tersebut. Walaupun kejadian bencana ini tidak terjadi secara rutin, namun tetap dibutuhkan peringatan dini untuk gunung meletus. Hal ini dimungkinkan karena letusan gunung berapi terjadi dalam beberapa tahap ( slow on set), sehingga dapat dilakukan peringatan dini. b. Diagram Alir Peringatan Dini Gunung Meletus Silahkan lihat diagram alir pada halaman berikut untuk diagram alir peringatan dini gunung meletus UPT Pusdalops PB Provinsi Bali. Tahapannya adalah: 1. UPT Pusdalops PB menerima dan mencari informasi dari BPPT, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Rupusdalops dan masyarakat. 2. Selanjutnya dilakukan triangulasi data (check, recheck dan cross check). 3. Kemudian dilaksanakan diseminasi pada tiga tahapan yaitu : a. Waspada, dengan ciri-ciri: - Getaran gempa vulkanik, - Tampak semburan kecil (asap disertai material di sekitar puncak) - Suara gemuruh di gunung, - Turunnya binatang dari gunung b. Siaga, dengan ciri-ciri : - Intensitas letusan makin tinggi, - Daerah semburan material makin luas, - Terjadinya hujan debu, - Getaran gempa bumi vulkanik meningkat - Air sungai mengering c. Awas, dengan ciri-ciri : - Diperkirakan dalam waktu 24 jam terjadi erupsi lahar - Awan panas, debu, dan material lainnya menuju ke pemukiman - Intensitas letusan makin tinggi 45

133 Waspada Letusan, dengan cirri-ciri, sbb: Getaran gempa vulkanik, Tampak semburan kecil (asap ddisertai material di sekitar puncak, Suara gemuruh di gunung, Turunnya binatang dari gunung Koordinasi dengan instansi terkait untuk: Kesiapsiagaan Kapasitas Identifikasi kebutuhan Diseminasi: Aktivitas terbatas di radius tertentu Larangan mendaki Kewaspadaan terhadap debu/asap material bagi kegiatan masyarakat dan penerbangan. I N F O PUSDALOPS Triangulasi Identifikasi intensitas letusan Siaga Letusan, dengan cirri-ciri, sbb: Intensitas letusan makin tinggi, Daerah semburan material makin luas, Terjadinya hujan debu, Getaran gempa bumi vulkanik meningkat Air sungai mengering Koordinasi dengan instansi terkait untuk: Kesiapan sarana dan prasarana Persiapan SDM. Diseminasi: Masyarakat dilarang melakukan aktifitas di dalam radius 4 km dari kawah gunung api Tidak mendekati daerah bahaya seperti sumber air, lembah, lereng bukit, dsb. Pengamanan harta benda, ternak dan barang-barang berharga, Waspada awan panas, Keluar dari radius 4 km menuju daerah aman. Awas Letusan, dengan cirri-ciri, sbb: Diperkirakan dalam waktu 24 jam terjadi erupsi lahar Awan panas, debu, dan material lainnya menuju ke pemukiman Intensitas letusan makin tinggi, Koordinasi dengan instansi terkait untuk: Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan Diseminasi: Menghentikan semua aktifitas Menempati daerah aman (pengungsian) Menunggu arahan berikutnya Gambar 2. Diagram Alir Peringatan Dini Gunung Meletus 46

134 4. UPT Pusdalops PB berkoordinasi dengan instansi internal dan instansi terkait (seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PU, PMI Daerah Bali, Rupusdalops Kabupaten/Kota, Basarnas di Bali, Kepolisian). Hal-hal yang perlu dikoordinasikan meliputi: - Kesiapsiagaan - Identifikasi kebutuhan - Kapasitas yang dimiliki masing-masing lembaga - Rencana penanggulangan bencana Letusan Gunung Berapi. c. Kegiatan-kegiatan untuk Mendukung Sistem Peringatan Dini Gunung Meletus Beberapa kegiatan yang dikembangkan terkait peringatan dini gunung meletus antara lain: Melakukan diseminasi kepada masyarakat mengenai bahaya gunung meletus dan memberikan arahan kepada masyarakat/rupusdalops/intansi terkait yang berkompenten terhadap bahaya letusan gunung berapi seperti otoritas bandara, otoritas pelabuhan, pemandu wisata. Melakukan gladi posko dan gladi lapang dengan melibatkan masyarakat di daerah rawan bencana dan sekolah-sekolah di daerah tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya gunung meletus. Melakukan pengkajian bahaya gunung meletus seperti pemetaan daerah rawan bencana banjir lahar, resiko, dan kapasitas yang dimiliki. d. Sarana/Prasarana Pendukung Sistem Peringatan Dini Gunung Meletus Beberapa sarana/prasarana yang digunakan antara lain: a. Sirine, b. Radio UHF dan VHF, c. Faximili, d. Telepon, e. Internet, f. TV, g. Kentongan, 47

135 h. Lonceng Gereja, i. Pengeras Suara Masjid dan lain sebagainya. VI. PENUTUP Demikian Prosedur Tetap Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini Bencana UPT Pusdalops PB Provinsi Bali yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 48

136 E. PROSEDUR TETAP (PROTAP) TANGGAP DARURAT PUSDALOPS PB PROVINSI BALI I. LATAR BELAKANG Dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan akuntabel, agar korban jiwa dan kerugian harta benda dapat diminimalisir. Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana harus dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan dalam satu komando. Oleh karena itu apabila status tanggap darurat bencana telah ditetapkan maka ditunjuk seorang Komandan Tanggap Darurat selaku pejabat yang diberikan wewenang untuk memberikan perintah pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. Untuk mendukung pelaksanaan tugasnya maka Komandan Tanggap Darurat kemudian mengaktifkan UPT. Pusdalops PB menjadi Pos Komando Tanggap Darurat. Sehingga keberhasilan operasi tanggap darurat bencana sangat ditentukan oleh UPT. Pusdalops PB selaku Posko Tanggap Darurat. Berpijak pada hal tersebut diatas maka PUSDALOPS PB sebagai pihak yang memiliki peranan yang penting dalam operasi tanggap darurat bencana hendaknya memiliki prosedur yang dapat membantu memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsinya. UPT. PUSDALOPS PB adalah sebuah organisasi sebagai pusat pengendalian yang berfungsi mengoperasikan penanggulangan bencana secara terkoordinasi, terintegrasi sehingga dalam penanganannya dapat terlaksana secara cepat dan tepat. Untuk memaksimalkan fungsi dari pelayanan tanggap darurat maka diperlukan suatu prosedur tetap pelayanan tanggap darurat bencana. 55

137 II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Protap ini adalah sebagai acuan oleh PUSDALOPS PB dalam menjalankan fungsinya dalam pelayanan tanggap darurat dibawah koordinasi Komandan Tanggap Darurat. Tujuan penyusunan Protap Tanggap Darurat ini adalah: a. Meningkatkan kecepatan dan ketepatan PUSDALOPS PB dalam bertindak sesuai dengan alur atau prosedur yang ditetapkan dan kaidah-kaidah manajemen penanggulangan bencana dibawah koordinasi BPBD Prov. Bali b. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada korban bencana. c. Pemenuhan kebutuhan dasar tanggap darurat bagi korban bencana yang dikoordinasikan dengan posko tanggap darurat. III. PENGERTIAN TANGGAP DARURAT Darurat adalah ancaman terhadap manusia, yang berada pada situasi yang berisiko kematian, ataupun gangguan pada kesehatan dan kehidupan sehari hari, yang tidak dapat ditangani oleh individu, keluarga, masyarakat, ataupun sistem suatu daerah. Sedangkan tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana. Akan tetapi, penentuan tanggap darurat didasarkan pada hasil pengkajian cepat yang dilakukan oleh pihak kabupaten/kota yang tertimpa bencana. Pengkajian cepat ini dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi apabila kabupaten/kota yang terkena bencana tidak dapat melakukan kaji cepat. Berdasarkan hasil kaji cepat ini, maka pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terkait memutuskan status tanggap darurat yang sesuai. Status tanggap darurat yang dapat dikeluarkan adalah: a. Tanggap darurat kabupaten/kota, dalam hal ini pemerintah kabupaten/kota yang terkena dampak bencana memimpin pelaksanaan operasi tanggap darurat dengan dukungan dari provinsi. b. Tanggap darurat provinsi, atas dasar: 56

138 - Berdasarkan hasil kaji cepat diputuskan bahwa kabupaten/kota yang terkena dampak tidak mampu atau kurang memiliki kapasitas untuk memimpin pelaksanaan operasi tanggap darurat. - Terdapat dua atau lebih kabupaten/kota yang terkena dampak bencana Dalam keadaan tanggap darurat provinsi, maka pemerintah provinsi memimpin pelaksanaan operasi tanggap darurat dalam rangka memberikan dukungan dari kabupaten/kota yang tertimpa bencana. Apabila status tanggap darurat diputuskan berada di tingkat provinsi, maka segera setelah terbentuknya Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana Provinsi Bali, Komandan Tanggap Darurat Bencana akan segera mengaktifkan PUSDALOPS PB menjadi Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. Posko Tanggap Darurat Bencana ini memfasilitasi pelaksanaan operasi tanggap darurat oleh Komando Tanggap Darurat dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki PUSDALOPS PB. Dengan demikian, Posko Tanggap Darurat Bencana melaksanakan tugasnya di bawah pimpinan Komandan Tanggap Darurat Bencana. 57

139 Protap Tanggap Darurat RUPUSDALOPS PB KAB/KOTA Perlu Tanggap Darurat Pengkajian dan Interpretasi hasil kaji cepat dari TRC oleh BPBD Kab/Kota Kontak BPBD melalui Rupusdalops untuk mengirim Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lokasi bencana Ya Tidak Melaksanakan Operasi Tanggap Darurat Memantau kejadian bencana Penetapan Status Tanggap Darurat Tingkat Kab/Kota Kondisi bencana tidak dapat ditangani oleh Kab/Kota Pengaktifan Rupusdalops PB menjadi Pos Komando Tanggap Tanggap Darurat dalam Organisasi Komando Tanggap Darurat Operasi Tanggap Darurat di ambil oleh Provinsi Kondisi Dengan Kejadian Bencana PUSDALOPS PB PROVINSI Koordinasi dengan BPBD Provinsi Bali Diseminasi informasi kejadian bencana ke instansi terkait dan Gubernur Koordinasi dengan Rupusdalops PB mengenai status tanggap darurat Kondisi bencana dapat ditangani oleh Kab/Kota Catatan : Tugas Pusdalops / Rupusdalops pada Tanggap Darurat adalah mendukung Komando Tanggap Darurat 58

140 IV. DIAGRAM ALIR TANGGAP DARURAT Diagram alir prosedur tetap tanggap darurat dapat dilihat pada halaman sebelumnya. Informasi bencana yang telah ditriangulasi sebelumnya kemudian ditindaklanjuti oleh PUSDALOPS PB sebagai berikut: 1. PUSDALOPS PB Provinsi a) Melakukan diseminasi informasi kejadian bencana ke instansi terkait dan gubernur. b) Melakukan koordinasi dengan Rupusdalops PB kabupaten/kota tempat kejadian bencana mengenai hasil kaji cepat dan status tanggap darurat. Diikuti oleh dua cabang: c) Pengumuman status tanggap darurat oleh kabupaten kota Apabila status tanggap darurat berada di kabupaten/kota: Melakukan pemantauan pelaksanaan tanggap darurat berdasarkan rencana operasi yang dikembangkan oleh kabupaten/kota terkait. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di lingkungan provinsi dan gubernur untuk penyaluran bantuan ke kabupaten/kota terkait. Melakukan koordinasi rutin dengan RUPUSDALOPS PB sampai pengakhiran operasi tanggap darurat bencana. Melakukan evaluasi pelaksanaan tanggap darurat oleh PUSDALOPS PB Provinsi segera setelah operasi tanggap darurat berakhir. Kembali ke protap kegiatan harian. d) Pengumuman status tanggap darurat oleh provinsi Apabila status tanggap darurat berada di provinsi: PUSDALOPS PB Provinsi Bali diaktifkan sebagai Pos Komando Tanggap Darurat Bencana oleh Komandan Tanggap Darurat Bencana. Dalam hal ini, Posko Tanggap Darurat Bencana menfasilitasi pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana oleh Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana. Sebagai Sekretariat dan Hubungan Masyarakat, Posko Tanggap Darurat Bencana menyiapkan materi dan diseminasi informasi bencana serta melakukan rekapitulasi laporan dan pengelolaan akomodasi untuk anggota Komando Tanggap Darurat. Untuk mendukung bidang Perencanaan, Operasi, Logistik dan Peralatan, serta Administrasi Keuangan, Posko Tanggap Darurat 59

141 menjalankan tugas melakukan koordinasi dengan pihak di lapangan (TRC dan instansi lainnya), mempersiapkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana operasi tanggap darurat, melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi logistik di lapangan, serta mendukung penyusunan dan distribusi anggaran kepada pihak yang berkompeten. Masing-masing personel yang terlibat dalam beragam fungsi dalam tanggap darurat melakukan koordinasi secara konsisten dan tetap menyusun laporan piket dan laporan insidentil kejadian bencana, demikian juga halnya dengan pergantian piket yang tetap berjalan. Semua kegiatan di atas berjalan secara terus menerus sampai berakhirnya operasi tanggap darurat yang diikuti dengan evaluasi Kembali ke protap kegiatan harian. 2. RUPUSDALOPS PB Kabupaten / Kota a) Melakukan diseminasi informasi kejadian bencana ke instansi terkait, walikota/bupati, dan masyarakat. b) Melakukan kontak dengan BPBD untuk mengirim Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lokasi bencana. c) Melakukan pengkajian dan interpretasi hasil kaji cepat dari TRC dan melaporkan hasilnya kepada BPBD dan Bupati/Walikota dengan tetap melakukan pemantauan terhadap kejadian bencana tersebut. Diikuti oleh dua cabang: d) Pengumuman status tanggap darurat oleh kabupaten/kota Apabila status tanggap darurat berada di kabupaten/kota: Komandan Tanggap Darurat mengaktifkan RUPUSDALOPS PB menjadi Pos Komando Tanggap Darurat sebagai bagian dari Organisasi Komando Tanggap Darurat. Sebagai Sekretariat dan Hubungan Masyarakat, Posko Tanggap Darurat Bencana menyiapkan materi dan diseminasi informasi bencana serta melakukan rekapitulasi laporan dan pengelolaan akomodasi untuk anggota Komando Tanggap Darurat. Untuk mendukung bidang Perencanaan, Operasi, Logistik dan Peralatan, serta Administrasi Keuangan, Posko Tanggap Darurat menjalankan tugas melakukan koordinasi dengan pihak di lapangan 60

142 (TRC dan instansi lainnya), mempersiapkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana operasi tanggap darurat, melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi logistik di lapangan, serta mendukung penyusunan dan distribusi anggaran kepada pihak yang berkompeten. Masing-masing personel yang terlibat dalam beragam fungsi dalam tanggap darurat melakukan koordinasi secara konsisten dan tetap menyusun laporan piket dan laporan insidentil kejadian bencana, demikian juga halnya dengan pergantian piket yang tetap berjalan. Semua kegiatan di atas berjalan secara terus menerus sampai berakhirnya operasi tanggap darurat yang diikuti dengan evaluasi Kembali ke protap kegiatan harian. e) Pengumuman status tanggap darurat oleh kabupaten/kota Apabila status tanggap darurat berada di kabupaten/kota: Semua personel RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota tempat kejadian bencana tetap menjalankan perannya untuk mendukung pelaksanaan opereasi tanggap darurat oleh Komandan Tanggap Darurat Bencana di tingkat provinsi. Peralihan komando tanggap darurat dari kabupaten/kota ke provinsi terjadi karena berbagai sesuai kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya. V. KEGIATAN TANGGAP DARURAT Pada kondisi tanggap darurat dilakukan oleh provinsi, maka segera setelah dilakukannya pengaktifan PUSDALOPS PB Provinsi sebagai Pos Komando Tanggap Darurat, maka personelnya langsung mempersiapkan diri untuk memfasilitasi tanggap darurat oleh Komandan Tanggap Darurat. Dukungan yang diberikan kepada Komandan Tanggap Darurat adalah: - Melaksanakan dan menyampaikan komando strategis yang berasal dari Gubernur kepada RUPUSDALOPS PB dan Pos Komando Lapangan. - Mendukung penyusunan Rencana Operasi Tanggap Darurat bekerjasama dengan instansi dan organisasi terkait. - Mengkoordinasikan bantuan teknis sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota. 61

143 - Mengolah data dan informasi yang berasal dari RUPUSDALOPS PB tentang penanganan tanggap darurat bencana sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Gubernur dan memberikan informasi resmi tentang kondisi bencana dan penanganan tanggap darurat kepada masyarakat melalui pers. - Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana di kabupaten/kota. Namun demikian, pelaksanaan tugas-tugas di atas berada dalam kerangka kegiatan organisasi komando tanggap darurat bencana. Dengan demikian, Posko Tanggap Darurat Bencana tidak menjalankan secara penuh semua kegiatan dalam operasi tanggap darurat, namun mendukung pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang ada di PUSDALOPS PB Provinsi Bali. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Posko Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan dengan tugas-tugas yang telah disebutkan di atas. 1. Pengkajian Kebutuhan (Assessment) a. Melaksanakan pengkajian cepat (Rapid assessment) Pengkajian cepat merupakan langkah awal yang menentukan pelaksanaan operasi tanggap darurat dan dilaksanakan dalam kurun waktu 24 jam setelah terjadi bencana. Pengkajian ini dilakukan oleh tim dari kabupaten/kota, namun provinsi juga dapat bergabung dalam tim ini. Dengan demikian, apabila diperlukan, maka perwakilan personel dari PUSDALOPS PB juga dapat dilibatkan dalam melaksanakan kaji cepat. Hal ini dapat memperlancar distribusi informasi hasil kaji cepat dari tempat kejadian bencana ke PUSDALOPS PB Provinsi. Untuk mempercepat pengkajian dapat dilaksanakan beberapa metode pencarian data yakni: Data primer Dapatkan dari survey langsung ke lokasi bencana atau kerjasama dengan lintas sektoral yang terlibat di lokasi. Data sekunder Dengan menggunakan sumber lain untuk melengkapi hasil pengkajian dan sebagai perbandingan seperti informasi radio, sumber informasi terkait, televisi dan lain-lain. 62

144 b. Melaksanakan pengkajian lanjutan (Detail assessment) Apabila dukungan dari provinsi terhadap kabupaten/kota masih dibutuhkan dalam pengkajian lanjutan, maka personel PUSDALOPS PB Provinsi tetap membantu hingga tahap ini. Pengkajian lanjutan ini dilakukan untuk melengkapi data hasil pengkajian cepat, sehingga dapat digunakan sebagai materi dalam penyusunan rencana operasional (Renop). Pengkajian ini juga mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terlibat dalam tanggap darurat dan kegiatannya (who is doing what and where). Langkah-langkah Pengkajian Cari informasi bencana, lokasi, situasi terakhir, serta sumber-sumber yang ada. Kumpulkan data (Assessment) Analisa dan Interpretasi Laporan RENOP (Rencana Operasional) 2. Sekretariat dan Hubungan Masyarakat Segera setelah dibentuknya Organisasi Komando Tanggap Darurat, PUSDALOPS PB segera diaktifkan menjadi Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. Personel Posko Tanggap Darurat Bencana ikut ambil bagian dalam organisasi komando tanggap darurat di bidang kesekretariatan dan hubungan masyarakat. Tugas yang dilaksanakan dalam bidang ini adalah: Menyiapkan materi dan diseminasi informasi bencana. Melakukan rekapitulasi laporan dan pengelolaan akomodasi untuk anggota komando tanggap darurat. 63

145 3. Perencanaan Operasi Tanggap Darurat Untuk mendukung bidang perencanaan dalam organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana, personel Posko Tanggap Darurat melakukan koordinasi dengan beragam pihak (termasuk tim di lapangan) dan menyiapkan datadata yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana operasi. Rencana operasi tanggap darurat berguna untuk: a. Menetapkan program-program yang akan dilaksanakan pada tahap tanggap darurat. b. Membantu Posko Tanggap Darurat (baik di provinsi maupun kabupaten/kota) untuk menentukan atau memutuskan program yang sangat mungkin dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi terkait dengan bantuan-bantuan yang direncanakan ataupun diharapkan dari instansi terkait. c. Mempermudah melakukan monitoring dan evaluasi dan sekaligus menentukan langkah berikutnya. d. Sebagai rekomendasi lintas sektoral lainnya termasuk kepada Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati) tentang tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Kerangka waktu rencana operasional darurat bergantung pada keputusan rapat komando tanggap darurat. Rencana operasi dapat disusun untuk 14 hari pertama, kemudian dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai perkembangan kondisi di lokasi bencana. Penyusunan rencana operasional harus memperhatikan kapasitas dan sumber daya yang tersedia, sehingga merupakan peran personel Posko Tanggap Darurat untuk mempersiapkan database kapasitas baik yang ada di provinsi maupun kabupaten/kota. Selain hal tersebut diatas, rencana operasional disusun harus menyesuaikan dengan kaedah-kaedah manajemen relief (pemenuhan kebutuhan dasar). Pada prinsipnya, struktur rencana operasional adalah sebagai berikut: i. Jenis bencana ii. Hari/tanggal iii. Waktu Provinsi/Daerah iv. Kabupaten/Kota/Desa v. Sebab bencana/bahaya 64

146 vi. Dilaksanakan oleh vii. Pendahuluan/ringkasan viii. Maksud dan Tujuan ix. Hasil yang diharapkan x. Indikator keberhasilan xi. Jenis kegiatan (Uraikan secara singkat per kegiatan dan teknis pelaksanaannya) xii. Dana (sumber dan uraian pengeluarannya) xiii. Rekomendasi ke Pemerintah setempat ( Gubernur, Bupati, Walikota). xiv. Monitoring dan evaluasi xv. Penutup 3. Logistik Setelah tersusunnya rencana operasi, maka sesegera mungkin dilaksanakan operasi tanggap darurat oleh pihak-pihak yang berkompeten. Penyelenggaraan operasi tanggap darurat untuk membantu korban bencana merupakan hal utama yang dilakukan sehingga membutuhkan pengelolaan logistik yang tepat. Untuk mendukung hal ini, Posko Tanggap Darurat Bencana juga mendukung bidang logistik dari komando tanggap darurat bencana. Terdapat 3 aspek penting dalam logistik: Pengadaan barang (procurement) Pergudangan (warehousing) Penyaluran barang (distribution) Posko Tanggap Darurat menjadi simpul penting dalam komando tanggap darurat dalam melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi logistik ke lokasi bencana, antara lain meliputi pergerakan dan distribusi tenaga relawan, peralatan, dan sumber daya lainnya. 4. Bantuan Personel Posko Tanggap Darurat Bencana tidak terlibat secara langsung dalam penyaluran bantuan di lapangan. Akan tetapi, sama pentingnya dengan penanganan logistik, Posko Tanggap Darurat mendukung komando tanggap darurat dalam melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi bantuan ke lokasi bencana. 65

147 Penyaluran bantuan sendiri harus memperhatikan kaidah kaidah manajemen relief, diantaranya: a. Prinsip-Prinsip Bantuan Bantuan diberikan secara langsung kepada korban bencana yang berhak menerimanya. Bantuan disalurkan secara langsung oleh petugas, dan tidak diserahkan melalui pihak ketiga. b. Prosedur Penyaluran Bantuan Pra penyaluran bantuan/distribusi. Registrasi kembali kelompok penerima bantuan. Menyiapkan keperluan administrasi (logistic form) Kebutuhan transportasi yang diperlukan ke lokasi. Petugas yang ada di lokasi pendistribusian. Penentuan tempat/titik pendistribusian c. Pelaksanaan Pendistribusian Mengatur kerumunan masa Pengarahan Pembagian bantuan d. Setelah Pendistribusian Rekapitulasi/review kegiatan pendistribusian Laporan pendistribusian Monitoring dan evaluasi e. Memilih tempat pendistribusian Cukup menampung total penerima bantuan Menjamin keamanan barang Menjamin keamanan petugas Mudah diakses dan tempat yang netral kalau pada bencana konflik f. Bantuan harus memperhatikan Panca Tepat Tepat waktu Tepat tempat Tepat sasaran Tepat jumlah Tepat kualitas 66

148 g. Monitoring dan evaluasi Monitoring sangat diperlukan guna mengetahui sebeberapa jauh keefektifan dari pelaksanaan tanggap darurat bencana. Sementara evaluasi lebih terfokus pada dampak kemajuan kegiatan oleh Posko Tanggap Darurat Bencana. Ukuran keberhasilannya dapat diukur dari sebeberapa jauh pencapaiannya terhadap tujuan yang ditetapkan. VII. KOORDINASI LINTAS SEKTORAL Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Bali mengenai Pedoman Penyelenggaraan PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB di daerah Bali, maka koordinasi lintas sektoral merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tanggap darurat oleh Posko Tanggap Darurat Bencana. Apabila tanggap darurat dipimpin oleh kabupaten/kota, maka PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota menjalankan perannya sebagai berikut: Tabel 1. Peran PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dalam kondisi tanggap darurat di kabupaten/kota PUSDALOPS PB Provinsi Melaksanakan kewenangan koordinasi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota Memberikan dukungan terhadap operasi tanggap darurat di kabupaten/kota (back up) Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota Sebagai Pos Komando Tanggap Darurat, melaksanakan kewenangan komando strategis dan komando taktis terhadap semua instansi terkait dalam penanggulangan bencana di kabupaten/kota. Melaksanakan kewenangan koordinasi dengan instansi terkait dalam penanggulangan bencana Mempersiapkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan 67

149 RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota jika dibutuhkan (advisory) strategi operasi tanggap darurat Dan apabila tanggap darurat dipimpin oleh provinsi, maka peran yang dijalankan masing-masing pihak adalah: Tabel 2. Peran PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dalam kondisi tanggap darurat di provinsi PUSDALOPS PB Provinsi RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota Memiliki kewenangan komando strategis dalam operasi tanggap darurat, termasuk terhadap RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota. Melakukan koordinasi dengan institusi-institusi terkait di tingkat provinsi. Mengkoordinasikan bantuan teknis dari instansi dan lembaga terkait kepada RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota. Memiliki kewenangan komando taktis terhadap institusi-institusi terkait di tingkat kabupaten/kota, termasuk pos komando lapangan (posko lapangan). Memberikan laporan rutin terhadap PUSDALOPS Provinsi terkait pelaksanaan operasi tanggap darurat. Memberikan masukan kepada PUSDALOPS Provinsi terkait pelaksanaan operasi tanggap darurat. Dengan pembagian tanggung jawab seperti di atas, PUSDALOPS PB Provinsi memberikan komando strategis dan bantuan teknis kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dalam operasi tanggap darurat. Pelaksanaan operasi tanggap darurat tetap menjadi tanggung jawab kabupaten/kota di bawah komando RUPUSDALOPS PB. VIII. SARANA/PRASARANA PENDUKUNG TANGGAP DARURAT BENCANA Sarana prasarana yang dapat digunakan dalam pelaksanaan tanggap darurat oleh Posko Tanggap Darurat Bencana adalah semua fasilitas dan sumber daya yang dimiliki oleh PUSDALOPS PB Provinsi Bali. Namun demikian, dalam 68

150 melaksanakan tugas di luar lingkungan PUSDALOPS PB, personel Posko Tanggap Darurat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di provinsi sehingga dapat memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki oelh pemerintah provinsi. IX. PENUTUP Demikian prosedur tetap tanggap darurat ini disusun untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 69

151 LAMPIRAN Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan Instansi Terkait Saat Terjadi Bencana yang ditangani PUSDALOPS PB Provinsi Polisi dan Militer PUSDATIN BNPB Gubernur ORARI/RAPI Instansi Pemerintah terkait tingkat Provinsi BPBD PUSDALOPS PB Provinsi Organisasi Internasional dan LSM Palang Merah Indonesia Instansi Pemerintah terkait tingkat Kabupaten/Kota Walikota/Bupati BPBD RUPUSDALOPS PB Kab/Kota Universitas dan Lembaga Penelitian Jalur pelaporan Pos Komando Lapangan Jalur koordinasi Jalur komando strategis Jalur komando taktis 70

152 Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan Instansi Terkait Saat Terjadi Bencana yang Dapat Ditangani RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota Jalur pelaporan Jalur koordinasi Jalur komando strategis Jalur komando taktis Gubernur BPBD PUSDALOPS PB Provinsi PUSDATIN BNPB Instansi Pemerintah terkait tingkat Kabupaten/Kota Walikota/Bupati Universitas dan Lembaga Penelitian BPBD RUPUSDALOPS PB Kab/Kota Palang Merah Indonesia Organisasi Internasional & LSM Polisi dan Militer Pos Komando Lapangan ORARI/RAPI 71

153 F. PROSEDUR TETAP (PROTAP) PELAYANAN KESEHATAN PRA HOSPITAL (LAYANAN AMBULANS) EMERGENCY SERVICE RESPONSE (ESR) PUSDALOPS PB BPBD PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN Dalam rangka melaksanakan fungsi ke empat UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali yaitu Pelayanan Ambulans pra-hospital / Emergency Service Response (ESR) telah dibentuk Tim Emergency Service Response (ESR) Bidang Kesehatan yang dikendalikan oleh UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali. Tim ini sebelumnya merupakan Tim Public Safety Centre (PSC) yang berada dibawah kendali Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan tugas pokok dan fungsi melaksanakan penanggulangan kegawatdarutan sehari-hari dan kegawatdarutan bencana. Dengan adanya pengintegrasian PSC menjadi Tim Emergency Service Response (ESR) Bidang Kesehatan Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali maka perlu disusun Prosedur Tetap (Protap) Pelayanan Kesehatan Pra Hospital (Layanan Ambulans) Emergency Service Response (ESR) Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali sebagai acuan bagi Tim ESR Bidang Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. II. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Untuk digunakan sebagai pedoman dalam rangka menyelenggarakan pelayanan pra-hospital (layanan ambulans) Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali 2. Tujuan a. Menjamin pelayanan pra-hospital yang prima dan berkualitas. b. Menyatukan pemahaman terhadap pelayanan yang standar dan kerjasama antar instansi dalam rangka memberikan pelayanan pra-hospital III. KETENTUAN UMUM 1. Emergency Service Response (ESR) adalah serangkaian kegiatan untuk pelayanan keamanan, ketentraman, ketertiban, dan perlindungan masyarakat 2. Pelayanan ambulans Pra-hospital adalah layanan kesehatan pertolongan pertama sebelum dirujuk ke instansi pelayanan kesehatan (rumah sakit). 3. Korlap ESR adalah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas koordinasi ESR di lapangan 4. Layanan 24/7 adalah pelayanan yang dilakukan secara terus menerus 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. 72

154 5. SOP adalah langkah-langkah operasional yang disepakati dalam melaksanakan tugas. IV. PROSEDUR STANDAR 1. Personil a. Kekuatan personil ESR Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali adalah 41 orang yang terdiri dari dokter 8 orang, paramedis 16 orang, petugas administrasi 8 orang dan pengemudi 9 orang b. Kegiatan ESR bertugas 24/7 dibagi dalam 3 shift dan setiap shift jaga terdiri dari dokter 1 orang, paramedis 2 orang, petugas administrasi 1 orang & pengemudi 1 orang. 2. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung pelayanan ambulans pra-hospital UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali telah dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan ambulans pra-hospital antara lain yaitu : 3 unit mobil ambulans tipe transportasi yang berisi brangkar, obat-obatan, tabung oksigen, alat komunikasi radio. Peralatan lainnya untuk mendukung kegiatan ESR adalah sebagai berikut : - Alat Resusitasi untuk Airway dan Breathing Management Tabung oksigen Selang oksigen Bag Valve mask untuk dewasa dan anak Orotracheal Tube Oropharingeal Tube Laringoskop lengkap dengan baterai dan berbagai ukuran daun laringoskop Stetoskop Alat Suction Pulse Oksimetri Spatula lidah Semirigid cervical collar Sarung tangan Masker - Alat resusitasi untuk circulation management o Cairan infus (Ringer Laktat, Nacl 0,9%, D5 & 10%,) o Infus set darah & Infus set biasa 73

155 o Tiang infus o Gaas dan plester o Abbocath G 14 (ukuran terbesar untuk dewasa) G22 (untuk anak-anak) - Peralatan keamanan lainnya adalah Alat Pemadam Kebakaran 3. Jadwal dan Tempat Pusat Layanan Pelayanan ambulans pra-hospital yang dilakukan oleh UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift jaga yaitu pagi : pkl , siang : pkl , dan malam : pkl Kegiatan sehari-hari ESR dalam kondisi tidak ada panggilan gawat darurat dan bencana adalah melaksanakan kegiatan Mobiling dalam setiap shift jaga. Untuk mobiling pagi dilakukan pada pkl WITA, siang pada pkl WITA dan malam pkl WITA. Rute Mobiling ESR sebagai berikut : - ESR Posko Induk Pusdalops PB : Wilayah Pusat Kota Denpasar, Sanur, Tohpati, Batu Bulan, Baypass Prof Mantra, Ubung, Gatsu Barat dan Timur. - ESR Posko Sunset Road : Wilayah Kuta, Nusa Dua, Jimbaran, Baypass 4. SOP Harian Ngurah Rai, Simpang Dewa Ruci dan Sunset Road. 1) Tugas masing-masing personil NO PETUGAS TUGAS 1 DOKTER (Korlap) 2 PARAMEDIS 1. Menerima laporan dan memastikan kesiapan personil & perlengkapan dari anggota tim jaga lainnya. 2. Memeriksa keadaan obat, alat kesehatan, transportasi, komunikasi bersama tim jaga lainnya. 3. Bertanggung jawab akan keamanan & kenyamanan jaga dengan sesama tim jaga lainnya 4. Melaksanakan tugas medis kegawat daruratan sesuai dengan wewenang profesinya 5. Bertanggung jawab akan isi laporan jaga. 6. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Koordinator Piket Pusdalops. 1. Mempersiapkan obat & alat kesehatan, melaporkan kepada korlap. 2. Menjaga kebersihan & kenyaman posko. 3. Melaksanakan tugas medis kegawat daruratan sesuai dengan Wewenang profesinya. 74

156 3 ADMINISTRASI 4 SOPIR 1. Memeriksa kesiapan dan kelengkapan alat komunikasi 2. Memeriksa kesiapan dan kelengkapan logistic umum. 3. Melaksanakan absensi radio komunikasi. 4. Bertanggung jawab akan penggunaan semua alat komunikasi dan logistik umum. 5. Membantu pelaksanaan tugas medis dokter sesuai dengan wewenang dan kemampuannya sebagai orang awam terlatih. 6. Bersama korlap membuat laporan jaga, kronologi suatu kegawat daruratan, menyimpan data 1. Membersihkan armada ambulans. 2. Memeriksa kelengkapan dan kelayakan penggunaan semua ambulans beserta alat alat evakuasi yang ada di ambulans. 3. Membantu anggota tim lainnya dalam penanganan kegawat daruratan sesuai wewenang dan kemampuan sebagai orang awam terlatih. 2) Lakukan pemeriksaan fungsi alat komunikasi ( HT ) - Jumlah - Frekuensi - Modulasi 3) Lakukan pemeriksaan alat dan obat medis untuk pemberian BHD (Bantuan Hidup Dasar) di Ambulans ESR 5. SOP Layanan ESR 1. Menerima dan memastikan informasi dari masyarakat melalui telepon, radio, dan lainnya (5 W, 1 H) 2. Korlap ESR menyiapkan personil dan peralatan ESR 3. Tim ESR melaporkan kepada Koordinator Piket Pusdalops PB (fleksibel sesuai situasi dan kondisi) 4. Mengutamakan keselamatan tim sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku 5. Langkah-langkah dalam penanganan korban : 75

157 Tindakan Keadaan Emergency KEADAAN EMERGENCY SURVEY SITUASI SITUASI SEKITAR LOKASI TIDAK AMAN BAGI PENOLONG SITUASI SEKITAR AMAN BAGI PENOLONG JANGAN MENCOBA MEMBERI PERTOLONGAN MULAI DEKATI KORBAN HUB/KERJASAMA DGN POLISI/FIRE RESCUE RE EVALUASI SITUASI SEKELILING KORBAN SITUASI SDH AMAN SITUASI TETAP AMAN MULAI LAKUKAN PRIMARY SURVEY ADA BAHAYA YG SANGAT MENGANCAM TIDAK ADA BAHAYA YG SANGAT MENGANCAM LANJUTKAN SECONDARY SURVEY EVAKUASI KORBAN (DONO FURTHER HARM) 76

158 Korban Tidak sadar KORBAN TIDAK SADAR KORBAN TRAUMA KORBAN NON TRAUMA POSISIKAN TERLENTANG BOLEH DILETAKAN DALAM LATERAL POSISI CEK, BERSIHKAN DAN JAGA AIR WAY (DGN C SPINE PROTEKTION) CEK, BERSIHKAN DAN JAGA AIR WAY CHINLIFT / JAW THRUST BOLEH DENGAN TRIPLE AIR WAY MANOUVER HATI-HATI ANCAMAN RESIKO ASPIRASI DARI MUNTAHAN DARAH PADA SALURAN NAFAS KALAU TIDAK MAMPU MENJAGA AIR WAY PASANG NASOPHARINGEAL ATAU OROPHARINGEAL TUBE KALAU ADA OROTRANGHEAL TUBE DAN LARYNGGOSKOP, SILAHKAN PASANG SEGERA CEK BREATHING 77

159 Alur penanganan korban tingkat awal KORBAN EMERGENSI TENTUKAN STATUS KESADARAN PASIEN BERTANYA BICARA PADA KORBAN TEPUK BAHU KORBAN GOYANGKAN BADAN KORBAN COBA BERIKAN PERINTAH RINGAN PADA KORBAN PASIEN SADAR PASIEN TIDAK SADAR LETAKAN KORBAN PADA POSISI YANG AMAN DAN NYAMAN LANJUTKAN DENGAN ALGORITMA UNTUK KORBAN TIDAK SADAR LAKUKAN OBSERVASI THD AIR WAY BREATHING CIRCULATION LANJUTKAN DENGAN SECONDARY SURVEY 78

160 79

161

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembentukan,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI ESA HILANG DUA TERBILANG PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI PERATURAN DAERAH KOTA TEBING TINGGI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TEBING TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 195 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI,

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 2 TAHUN : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SOLOK DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BKPBD) KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 RancanganPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR, V BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR PERATURAN BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR NOMOR 010 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PENUKAL

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 Direncanakan oleh : Kasubbag Kelembagaan, IBRAHIM, S. Sos NIP. 520 010 396 Disetujui oleh : Kepala Bagian Organisasi, TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGADA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PINRANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI KARANGANYAR,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BIREUEN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BIREUEN QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BIREUEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BURU PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI BURU NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KEPALA PELAKSANA JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK

KEPALA BADAN KEPALA PELAKSANA JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK LAMPIRAN If : PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN-BADAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BAGAN STRUKTUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK BUPATI LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS Menimbang : a. bahwa wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 11 2014 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci