BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri. Pengertian pendidikan menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Jalur pendididikan menurut UU No. 20 tahun 2003 disebutkan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik. Kondisi pendidikan Nasional Indonesia saat ini tergambar jelas dari paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies R.Baswedan, PhD yang disampaikan dalam silaturahmi kementrian dengan Kepala Dinas Pendidikan di Jakarta pada tanggal 1 Desember 2014, pernyataan beliau berjudul Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia. Pernyataan beliau berdasarkan data-data sebagai berikut:

2 2 1. Indonesia termasuk 10 Negara berkinerja terendah, yaitu menduduki peringkat 40 dari 40 negara pada pemetaan The Learning Curve tahun Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara dilihat dari Tren Kinerja Indonesia pada pemetaan PISA sampai dengan tahun 2012 dalam bidang Matematika, sains dan membaca. 3. Indonesia menduduki peringkat 49 dari 50 negara pada pemetaan mutu pendidikan tinggi. 4. Nilai rata-rata Uji Kompetensi Guru tahun 2012 sebesar 44,5 dengan standar yang diharapkan % sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. 6. Menurut UNESCO pada tahun 2012 dinyatakan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001 atau sama dengan 0,1%. Berdasarkan pernyataan dan data yang disampaikan oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, jelas menunjukkan ada masalah yang sangat serius di bidang pendidikan diseluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali satu wilayahpun dimana semua dinyatakan gawat darurat, yang membutuhkan perhatian dan penyelesaian seluruh unsur yang terkait dengan pendidikan. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Kota Tangerang adalah bagian dari sistem pendidikan di Indonesia, sehingga logikanya kalau dinyatakan gawat darurat pendidikan di Indonesia, berdasarkan data-data yang disampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berarti kondisi dan data tersebut terjadi di seluruh sekolah di Indonesia tidak terkecuali di SMAN

3 3 10 Tangerang. Untuk itu penulis akan mecoba meneliti beberapa data di SMAN 10 Tangerang terutama yang terkait dengan fakta kinerja guru, kompetensi guru, standar layanan minimal pendidikan terkait delapan Standar Nasional Pendidikan dan data-data lainnya yang diperlukan. Data pertama yang akan penulis teliti di SMA Negeri 10 adalah terkait dengan data kinerja guru. Kinerja guru, tercermin dalam penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidkan. Penilaian Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan di SMAN10 mengikuti sistem penilaian kinerja PNS, karena mayoritas pendidik di SMAN 10 adalah PNS. Penilaian kinerja PNS menggunakan beberapa bentuk penilaian diantaranya: 1. DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan). 2. Berdasarkan Peraturan Menteri no.16 tahun 2009, tetang PKG (penilaian Kinerja Guru) maka DP3 diganti dengan PKG. 3. Berdasarkan PP 46 tahun 2011, sistem penilaiannya diganti dengan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) dengan bobot 60% dan PKP (Penilakan Kinerja Pegawai) dengan bobot 40%. Data hasil penilaian kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah berdasak aspek kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, kepemimpinan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada grafik penilaian kinerja pada gambar 1.1 berikut ini :

4 4 Nilai Kinerja 85,61-84,22-83, Tahun Gambar 1.1 Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru SMAN 10 Tangerang Sumber: Tata Usaha SMAN 10 (2015) Berdasarkan Grafik hasil penilaian kinerja seperti terlihat pada gambar 1.1 menunjukkan tren kinerja yang selalu naik dari tahun 2012, 2013 dqn digunakan untuk mengurus kenaikan pangkat atau golongan. Hasil penilaian ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena Kepala Sekolah hanya memerintahkan kepada TU agar nilai kinerja setiap tahun dinaikkan satu atau dua poi,bukan berdasarkan fakta kinerja sebenarnya. Hal ini terjadi karena kepala sekolah pada umumnya tidak tega bila ada gurunya yang tidak bisa naik golongan karena nilai kinerja yang diberikan oleh Kepala Sekolah tetap atau turun. Selain itu Kepala Sekolah juga akan mendapat teguran bila nilai kinerja grurunya tetap atau turun, terutama terkait sejauh mana kepala sekolah dapat membina bawahannya.

5 5 Sehingga penulis tidak bisa memakai data penilaian kinerja yang ada di sekolah untuk mengidentifikasi apakah ada permasalahan kinerja atau tidak di SMAN 10 Tangerang, karena datanya kurang obyektif. Untuk mendapatkan data yang kemungkinannya lebih obyektif terkait kinerja guru, penulis menggunakan data jumlah siswa yang masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk mengidentifikasi kinerja guru di SMAN 10, dasar pertimbangannya adalah : 1. Jalur undangan masuk PTN diseleksi berdasarkan pada nilai rapor siswa dan prestasi lain yang mendukung. Nilai rapor siswa yang dijadikan dasar seleksi adalah nilai rapor siswa mulai dari kelas X sampai dengan nilai rapor kelas XII semester 1, atau nilai rapor selama 5 semester. Nilai rapor adalah hasil kinerja guru pada kegiatan evaluasi, sehingga bila semakin banyak siswa yang masuk PTN melalui jalur undangan menunjukkan semakin meningkatnya kinerja guru mulai dari perencanaan, pelaksanan sampai dengan evaluasi yang hasilnya dapat dilihat pada nilai rapor. 2. Jalur ujian tertulis yang didasarkan pada kemampuan siswa mengerjakan soal, juga merupakan hasil kinerja guru. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusantari (2012), bahwa siswa kelas XII SMAN di Kota Semarang memiliki persepsi bahwa kinerja guru dapat mempengaruhi hasil UN dan hasil seleksi masuk PTN, sampai 83,81 %. Sedangkan Anjar (2010) meneliti bahwa peran kinerja guru BK / konselor berpengaruh signifikan dalam menyiapkan siswa SMA mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, dimana pada sekolah yang diteliti yaitu SMA Muhammadiyah I Metro

6 6 menunjukkan bahwa peran guru BK belum optimal dalam membantu siswa untuk siap mengikuti ujian masuk PTN sehingga hasilnya rata-rata prosentase kesiapan siswa hanya 26,84% berada pada kategori tidak siap mengikuti ujian masuk PTN. Hasil penelitian Muis (2012), menunjukkan bahwa koefisien regresi pengaruh motivasi belajar sebesar 0,738 dan pengaruh kinerja guru sebesar 0,34 terhadap prestasi siswa SMAN 16 Jakarta dalam UN dan Seleksi Masuk PTN. 3. Peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan Nasional yang dijadikan rujukan untuk mengukur kinerja sekolah dan kinerja guru, sebagaimana tertuang dalam pasal 2 ayat 8 yaitu ada 8 Standar Pendidikan nasional, salah satunya adalah standar kompetensi lulusan. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan lagi dalam Permen 23 tahun 2006, yang berisi: Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL SP) dan Standar Kompetensi Lulusan Kelompok Mata pelajaran (SK-KMP). a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan untuk SMA, bahwa kompetensi lulusan yang diharapkan mampu menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan mampu menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk pendidikan tinggi. b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran untuk SMA, didalamnya diuraikan bahwa kompetensi yang sikap kompetitif, sportif dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang IPTEK. Seleksi masuk PTN baik melalui jalur undangan maupun tes tertulis dapat

7 7 mengukur kompetensi lulusan dalam berkompetisi dengan pesaing dari seluruh siswa di Indonesia. 4. Visi dan Misi SMAN 10, dimana pada misi ke 3 berbunyi mengantarkan siswa ke PTN dan PTS favorit. Data jumlah siswa SMAN 10 Tangerang yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini. Prosen- 24,5 tase Siswa Masuk 19,7 PTN 13,6 15, ,2 9,5 12,2 4,1 4,8 2,0 3,7 8, =Jalur undangan =Jalur Tes & Mandiri =Total diterima PTN Gambar 1.2.Posentase Jumlah Siswa SMAN 10 Tangerang Diterima PTN Sumber : Data Bimbingan dan Konseling SMAN 10 Tangerang (2015) Data pada Gambar1.2 menunjukkan adanya penurunan prosentase siswa yang diterima di PTN melalui jalur undangan dari 4,1 % dan 4,8% pada tahun 2012, 2013 menjadi 2% dan 3,7% pada tahun 2014, Seleksi melalui Jalur undangan berdasarkan nilai raport semester 1 sampai dengan semester 5. Nilai raport merupakan hasil dari kinerja guru, sehingga penurunan jumlah siswa yang masuk melalui jalur undangan merupakan indikator penurunan kinerja guru.

8 8 Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan untuk SMA, bahwa kompetensi lulusan yang diharapkan mampu menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan mampu menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi. Seleksi masuk PTN melalui jalur undangan dapat mengukur kompetensi lulusan dalam berkompetisi dengan pesaing dari seluruh siswa di Indonesia. Bila jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri menurun berarti kompetensi lulusannya menurun, merupakan indikator bahwa kinerja guru menurun. Berdasarkan Visi dan Misi SMAN 10, dimana pada misi ke 3 berbunyi mengantarkan siswa ke PTN dan PTS favorit dan data menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang masuk PTN favorit melalui jalur undangan pada 2 tahun terakhir. Kinerja merupakan pencapain pelaksanaan program untuk mewujudkan tujuan, visi dan misi organisasi. Pencapain misi mengantarkan siswa ke PTN menurun, berati terjadi penurunan kinerja guru di SMAN 10 Tangerang pada tahun 2014 dan Kinerja guru mata pelajaran di SMAN 10 Tangerang juga dapat dilihat dari data jumlah siswa yang lulus seleksi olimpiade dan jumlah guru yang mampu membimbing siswanya lulus seleksi Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kabupaten/ kota, tingkat Propinsi dan tingkat Nasional. Kinerja guru pembimbing OSN mudah dilihat prestasi kinerjanya, karena kinerja guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembelajaran hanya dilakukan oleh 1 orang guru, sehingga bila siswa bimbingannya mampu lolos seleksi olimpiade berarti guru tersebut berkinerja baik dan bila tidak mampu meluluskan

9 9 siswa bimbingannya berarti kinerja guru tersebut rendah. Pembimbing olimpiade dapat disamakan dengan pelatih, kinerja pelatih dilihat dari menang atau kalahnya yang dilatih saat bertanding. Data jumlah siswa berprestasi lulus seleksi OSN dan jumlah guru yang berprestesi membimbing siswanya lulus OSN tingkat Kota dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini: Jumlah Guru dan Siswa Berpres- Tasi (OSN) =Siswa =Guru Pembimbing Olimpiade Gambar 1.3. Jumlah Siswa Lulus OSN dan Jumlah Guru Pembimbing OSN Yang Berhasil Membimbing Siswanya Lulus OSN Tingkat Kota Sumber : Data Bimbingan dan Konseling SMAN 10 Tangerang (2015) Berdasarkan Data pada Gambar 1.3. terlihat bahwa selama tahun 2011, 2012, 2013, tidak ada siswa dan guru yang berhasil di OSN tingkat Kota. Pada Tahun 2014 ada 1 orang guru yang berhasil membimbing 1 siswanya lulus OSN dan pada tahun 2015, ada 2 orang guru yang mampu membimbing 4 siswanya lulus OSN tingkat Kota. Untuk OSN tingkat Propinsi dan Nasional, belum pernah

10 10 ada guru yang mampu membimbing siswanya lulus OSN. Jumlah guru pembimbing OSN setiap tahunnya ada 8 orang guru. Hal ini berarti hanya sedikit guru pembimbing OSN yang berkinerja baik, tetapi lebih banyak guru pembimbing OSN yang kinerjanya kurang baik. Selain bermakna kinerja guru rendah, data tersebut dapat diartikan juga adanya kompetensi guru yang rendah dimana guru bidang studi yang diberi tugasi sesuai kompetensi bidang studinya tidak mampu meluluskan siswanya dalam seleksi olimpiade. Kinerja guru yang belum maksimal dan menurun di SMAN 10 Tangerang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Mangkunegara (2009) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Kemampuan atau kompetensi guru di SMAN 10 Tangerang, dapat dilihat berdasarkan data jumlah guru yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG). Uji Kompetensi Guru ( UKG) dilaksanakan untuk memperoleh gambaran kompetensi guru, sehingga pemerintah pada tahun 2012 lalu mengadakan Uji Kompetensi Guru terhadap 1,6 juta guru di Indonesia dengan standar kelulusan minimal 70, hasilnya terdapat guru lulus UKG atau sebesar 3,55% dan 96,45% guru tidak lulus UKG. Menurut Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementrian pendidikan dan Kebudayaan, Sumarna Surapranata, hasil ini disebutnya kurang memuaskan. Uji Kompetensi Guru (UKG) dilakukan serentak di Indonesia baik guru di sekolah negeri maupun sekolah swasta dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah atas untuk memotret kompetensi

11 11 guru-guru di Indonesia. Guru SMAN 10 yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga sudah mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2012 tersebut. Hasil UKG guru SMAN 10 seperti pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2. Data Hasil Uji Kompetensi Guru SMAN 10 Tangerang Tahun 2012 Jumlah guru peserta UKG Jumlah guru lulus UKG Prosentase Lulus Prosentase tidak lulus % 95% Sumber : Bagian Kurikulum SMAN 10 Tangerang (2015) Bila data ini dibandingkan dengan data hasil UKG tingkat nasional dimana terdapat 3,55% guru yag lulus UKG, maka data di SMAN 10 tidak jauh berbeda dengan data nasional dimana terdapat 5 % guru yang lulus UKG dan 95% guru tidak lulus UKG. Dari data tersebut jelas terlihat bahawa 95 % guru SMAN 10 Tangerang belum lulus Uji Kompetensi Guru, sehingga dapat diartikan pula bahwa 95% guru SMAN 10 Tangerang belum memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan pemerintah atau memiliki kompetensi yang rendah. Dari data menurunnya kinerja guru dikaitkan dengan data rendahnya kompetensi guru yang tercermin ada 95% guru yang tidak lulus uji kompetensi guru, semakin memperkuat pendapat Mangkunegara (2009:93) bahwa faktor kompetensi adalah faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja. Apakah pendapat Mangkunegara tersebut benar atau tidak, inilah yang akan penulis teliti lebih lanjut.

12 12 Faktor kedua yang dapat mempengaruh kinerja, yaitu faktor motivasi. Data yang paling umum disajikan dalam mengidentifikasi apakah ada permasalahan motivasi atau tidak, salah satunya diambil dari data absensi harian guru atau karyawan. Setelah penulis amati data absen harian pendidik (guru) dan tenaga kependidikan di SMAN 10, penulis tidak menemukan adanya permasalahan motivasi kerja guru, dimana presensi atau kehadiran guru semuanya baik. Timbul pertanyaan lagi apakah data absensi yang ada di SMAN 10 obyektif seperti fakta kehadiran guru yang sebenarnya? Data absensi gurunya masih bersifat manual dengan tanda tangan dan tidak ada catatan jam kehadiran, sehingga datanya kurang akurat. Apalagi data absensi guru terkait juga dengan kenaikan pangkat, sehingga semua guru berusaha untuk mengisi tanda tangan kehadiran guru. Penulis mencari data kehadiran guru yang tidak terkait dengan kenaikan pangkat, sehingga kalau tidak tanda tangan absen tidak bermasalah. Data yang penulis dapati adalah data kehadiran guru pembimbing Olimpiade Sains Nasional (OSN), seperti terlihat pada Tabel 1.3 berikut ini. Tabel 1.3. Presensi Pelatih Tim Olimpiade SMA Negeri 10 Tangerang Tahun Bulan Februari April Guru Mapel Jumlah Kehadiran Jumlah Total Kewajiban Hadir Prosentase Kehadiran Fisika % Matematika % Biologi % Ekonomi % Kimia % Kebumian % Astronomi % Komputer % Sumber : Bagian Kurikulum SMAN 10 Tangerang (2014)

13 13 Berdasarkan data pada Tabel 1.5 jelas terlihat seluruh guru pelatih olimpiade kehadirannya dibawah 100%, bahkan selain guru biologi, prosentase kehadirannya dibawah 42 %. Bila data ini digabung dengan data tabel 1.3 dimana % guru pembimbing olimpiade sains gagal meluluskan siswa bimbingannya untuk lulus olimpiade sains nasional, hal ini menunjukkan rasa kurang bertanggung jawab pada proses dan hasil kerjanya serta tidak menginginkan hasil kerja yang lebih baik. Fenomena seperti ini merupakan indikator rendahnya motivasi berprestasi, walaupun hanya terbatas pada data guru pembimbing olimpiade. Selain faktor sumber daya manusia berupa kompetensi dan motivasi guru yang dapat mempengaruhi kinerja guru, ada faktor sumber daya lainnya yang mungkin mempengaruhi kinerja guru. Menurut Wibowo (2014:87) pelaksanaan kinerja berlangsung dalam satu lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kinerja. Kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia didalamnya, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber daya lainnya seperti peralatan atau sarana prasarana. Kondisi Sarana prasarana pendidikan di SMAN 10 Tangerang dapat dilihat dari rangkuman hasil EDS (Evaluasi Diri Sekolah) tahun 2014 yang dikomparasikan dengan kriteria Standar Pelayanan Pendidikan seperti yang tercantum dalam Lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. Rangkuman hasil EDS tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 1.6 berikut ini.

14 14 Tabel 1.4. Data Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Standar Sarana Dan Prasarana SMAN 10 Tangerang Tahun 2014 Berdasarkan Standar Pelayanan Pendidikan Pada Lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 Sarana Prasarana Kriteria 1. Lahan Rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik (m 2 /peserta didik) 2. Bangunan Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta didik 3. Keleng kapan Sarana Prasarana (m 2 /peserta didik) 1.Ruang kelas Jumlah minimum ruang kelas sama dengan jumlah rombel (24) Standar Pelayanan Minimum Fakta di SMAN 10 Tangerang Pemenuhan Standar Minimal 7,0 3,7 Belum memenuhi 4,2 1,8 Belum memenuhi (12 rombel pagi dan 12 siang) Belum memenuhi 2.Ruang Laboratorium Biologi 3.Ruang Laboratorium Fisika 4.Ruang Laboratorium Kimia Ada,1 Ruang Ada,1 Ruang Ada,1 Ruang 3 laborato rium ditem patkan dalam1 ruang seukuran 1 ruang kelas Belum memenuhi Belum memenuhi Belum memenuhi 5.Jamban 1 unit untuk 40 siswa pria dan 1 unit untuk 30 wanita 1 unit untuk 107 siswa pria dan 1 unit untuk 109 wanita Belum memenuhi 6.Pepustakaan Luas minimal 1,5 x ruang Luas 0,5 x ruang kelas Belum memenuhi kelas Sumber : Hasil EDS Bidang Sarana Prasarana SMAN 10 Tangerang (2014) yang sudah diolah

15 15 Dari data tersebut menunjukkan beberapa sarana dan prasarana seperti lahan, bangunan, jumlah ruang kelas, ruang laboratorium dan jamban belum memenuhi standar layanan pendidikan minimal. Sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar pelayanan minimal akan sangat berdampak pada kinerja guru dalam proses belajar mengajar. Kekurangan ruang laboratorium berdampak pada kinerja guru terutama minimnya pembelajaran praktik bidang studi Fisika, Kimia, dan Biologi, karena harus bergantian jadwal praktik diantara ketiga mata pelajaran tersebut. Kekurangan 12 ruang kelas, yang berdampak pada 12 rombel masuk pagi dan 12 rombel harus masuk siang, sangat mempengaruhi kinerja guru terutama pada pengurangan waktu mengajar guru dan waktu belajar siswa per jam, dimana untuk satu jam pelajaran untuk SMA standarnya 45 menit per jam pelajaran. Faktanya terpaksa dikurangi dari 45 menit/jam, karena bila dipaksakan 45 menit per jam pelajaran, maka siswa shift siang akan pulang dari sekolah setelah waktu maghrib. Pengurangan waktu tersebut, seperti terlihat pada Tabel 1.5 berikut ini.

16 16 Tabel 1.5. Waktu Belajar di SMA Negeri 10 Tangerang Tahun Pelajaran 2015/2016 Hari Jam ke Waktu belajar / jam untuk shift pagi Jam ke Waktu belajar/ jam untuk shift siang Senin menit menit 30 menit Selasa menit menit 30 menit Rabu menit menit 30 menit Kamis menit menit Jumat menit menit Sabtu menit menit Sumber : Bagian Kurikulum SMAN 10 Tangerang (2015) Dari Tabel 1.6 jelas terlihat bahwa setiap jam pelajaran baik rombel pagi maupun siang dikurangi 5 menit dari 45 menit sehingga menjadi 40 menit per jam pelajaran, bahkan untuk rombel siang ada yang dikurang 15 menit sehingga menjadi 30 menit per jam pelajaran. Pengurangan waktu akan berdampak pengurangan proses belajar, dan pengurangan proses belajar akan berdampak pada pengurangan kuantitas dan kualitas kinerja guru dan pengurangan hasil belajar siswa. Dari kajian adanya fenomena gap di SMAN 10 Tangerang terkait kompetensi, motivasi, sarana prasarana pendidikan dan kinerja penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Sarana Prasarana terhadap Kinerja Guru di SMAN 10 Tangerang Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang ada di SMA Negeri 10 Tangerang, antara lain:

17 17 1. Adanya fluktuasi kinerja guru di SMAN 10, yang ditunjukkan dengan naik turunnya prosentase jumlah lulusannya yang masuk perguruan tinggi negeri, dimana terjadi kenaikan pada tahun 2012 ke 2013 dari 13,4% menjadi 24,5% dan menurun pada tahun 2014,2015 menjadi 15,2% dan 12,2%. sehingga belum ada trend positif kinerja guru. Kinerja guru yang belum maksimal dapat dilihat dari masih tingginya prosentase guru yang gagal membimbing siswa lulus olimpiade sains sebesar %. 2. Masih rendahnya kompetensi guru SMAN10 Tangerang, yang ditunjukkan dengan data dimana 95 % guru tidak lulus Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2012 dan data tingginya prosentase guru yang gagal membimbing siswanya lulus olimpiade sains sebesar %. 3. Masih rendahnya motivasi guru SMAN 10 Tangerang untuk berprestasi, yang ditunjukkan dengan rendahnya prosentase kehadiran guru pembimbing olimpiade sains yaitu rata-rata dibawah 42% dan tingginya prosentase guru pembimbing olimpiade yang gagal meluluskan siswanya lulus selekasi olimpiade sains yaitu %. 4. Masih belum terpenuhinya standar pelayanan minimal pendidikan pada standar sarana prasarana SMAN 10 Tangerang, yang ditunjukkan pada kurang luasnya lahan kurang luasnya bangunan, kurangnya jumlah ruang kelas, belum adanya ruang khusus laboratorium biologi, laboratorium kimia, laboratorium fisika, kurang luasnya ruang perpustakaan dan kurangnya jumlah jamban untuk peserta didik pria dan wanita

18 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah, dimana ada permasalahan terkait kinerja guru, kompetensi guru, motivasi guru dan sarana prasarana yang belum memenuhi standar pelayanan pendidikan di SMAN 10 Tangerang, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut : 1. Apakah kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 2. Apakah motivasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 3. Apakah sarana prasarana pendidikan berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 4. Apakah kompetensi guru, motivasi guru, dan sarana prasarana pendidikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang? 1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Pembahasan masalah yang akan diteliti dan dikaji oleh penulis, tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang. 2. Menganalisis pengaruh motivasi guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang. 3. Menganalisis pengaruh sarana prasarana pendidikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang.

19 19 4. Menganalisis pengaruh kompetensi, motivasi, dan sarana prasarana pendidikan secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMA Negeri 10 Tangerang Manfaat dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa manfaat sebagai berikut: 1. Pengembangan teori Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya berkaitan dengan masalah kompetensi, motivasi dan sarana prasarana terhadap kinerja individu. 2. Memberikan input positif kepada pihak SMAN 10 Tangerang guna perbaikan kompetensi guru, motivasi guru, sarana prasarana pendidikan dan kinerja guru. 3. Memberikan informasi kepada peneliti berikutnya dalam mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian kinerja, kompetensi, dan sarana prasarana.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 133 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi guru berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka 20 BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG 2.1. Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka kota Tangerang berbenah terutama dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal pokok di dalam mendukung serta menunjang demi terciptanya kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, kualitas dari suatu individu atau

Lebih terperinci

INFORMASI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMA TAHUN 2016 SMA NEGERI 23 PROVINSI DKI JAKARTA

INFORMASI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMA TAHUN 2016 SMA NEGERI 23 PROVINSI DKI JAKARTA INFORMASI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMA TAHUN 2016 SMA NEGERI 23 PROVINSI DKI JAKARTA PENYELENGGARA JENIS UJIAN HASIL SEKOLAH Ujian Sekolah Lulus? Ya Ijazah Tidak Ulang Kelas IX atau XII NEGARA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2011. Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2011. Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. B. Tujuan Sosialisasi

A. Latar Belakang. B. Tujuan Sosialisasi Homepage E-mail Alamat : www.smuha-yog.sch.id : info@smuha-yog.sch.id : Jl. Kapas 7 Yogyakarta MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA SMA MUHAMMADIYAH 2 TERAKREDITASI

Lebih terperinci

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 I. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58 ayat (2);

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG

SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG ASSALAMU ALAIKUM SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG SEMARANG, 25 PEBRUARI 2017 SOSIALISASI UJIAN NASIONAL, UJIAN SEKOLAH & UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No. tentang tentang Ujian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN AGENDA MENJELANG UNBK NO BULAN TANGGAL KETERANGAN 1 JANUARI 24-26 TRY OUT 2 2 FEBRUARI 1-3 TRY OUT 3 6-13 UJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL A. PENILAIAN KELAS X PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SMA NEGERI 1 KENDARI Jln. Mayjen Soetoyo No.102 Telp/Fax : (0401) 3121 814 - NPSN 40402619, NSS 300123010102 Web-site : www.sman1kendari.sch.id,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan wadah bagi manusia untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas diri. Suatu bangsa dapat maju apabila masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL 1 2 D Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang berkualitas dan profesional dalam pengelolaannya sangat diperlukan, karena berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar beralamat di Jl. AH. Nasution Km 13,7 No 495 Cibiru Kota Bandung.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

Oleh : Sri Handayani NIM K

Oleh : Sri Handayani NIM K Hubungan antara lingkungan belajar dan persepsi siswa tentang jurusan yang diminati dengan prestasi belajar siswa kelas X S M A N e g e r i 3 S u k o h a r j o tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Sri Handayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Alamat : Jln K.H.Agussalim Polewali Telp. 0428-22031, email:sman3polewali@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 3 POLEWALI NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keefektifan sekolah merupakan suatu gambaran sekolah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keefektifan sekolah merupakan suatu gambaran sekolah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keefektifan sekolah merupakan suatu gambaran sekolah yang mampu mencapai tujuan sesuai dengan program. Sekolah efektif mampu menciptakan siswa yang berprestasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA 2.1. Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta SMA 90 Jakarta berdiri sejak 1986 dengan sebutan SMA Pesanggrahan. Sekolah ini berlokasi di Jl. Sabar Petukangan Selatan,

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Hand out Seminar Pengembangan KTSP bagi Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan 1 Desember 2007 Oleh

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi : latar belakang masalah, fokus penelitian, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi setiap masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan suatu alat untuk mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi. Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Disusun Oleh :

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi. Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Disusun Oleh : Pemahaman Guru TIK/KKPI Mengenai Permendikbud Nomor 45 Tahun 2015 dalam Menjalankan Perannya di Kurikulum 2013 (Studi Kasus di SMP Negeri kota Salatiga) ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018 SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018 1 Pendahuluan 2 Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL NOMOR : 144 TAHUN 2015

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL NOMOR : 144 TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DINAS PENDIDIKAN DASAR Komplek II Kantor Pemerintah Daerah Bantul Jln. Lingkar Timur Manding Trirenggo Bantul 55714 Telp. 367171,Fax. 367327 Email : dikdas@bantulkab.go.id,

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013 PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013 A. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari kemajuan ekonomi Negara tersebut. Sedangkan perkembangan dan

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015 SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015 SMA LABORATORIUM (PERCONTOHAN) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 31 JANUARI 2015 GD. KESENIAN DAN KEBUDAYAAN - UPI SUSUNAN ACARA No Waktu Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL (UN) UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) DAN UJIAN SEKOLAH (US)

UJIAN NASIONAL (UN) UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) UJIAN NASIONAL (UN) UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) DASAR HUKUM US,USBN,UN PERMENDIKBUD NO. 53 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK DAN SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan.

Semua anak usia sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan pendidikan. I. Pendahuluan Satuan Pendidikan merupakan institusi pendidikan yang mempunyai peran yang sangat vital untuk menyiapkan sumber daya manusia yang ideal sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 26 PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, INTELIGENSI QUOTIENT, DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI OLIMPIADE SAINS DI SMA NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 ARY WIDAYANTO SMA N 1 BANTUL ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL NOMOR : 84 TAHUN 2016

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL NOMOR : 84 TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DINAS PENDIDIKAN DASAR Komplek II Kantor Pemerintah Daerah Bantul Jln. Lingkar Timur Manding Trirenggo Bantul 55714 Telp. 367171,Fax. 367327 Email : dikdas@bantulkab.go.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jalan dan drainase, sesuai dengan visi dari SKPD (Surat Keputusan. Bina Marga dan Pengairan yang tertuang dalam SKPD :

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jalan dan drainase, sesuai dengan visi dari SKPD (Surat Keputusan. Bina Marga dan Pengairan yang tertuang dalam SKPD : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinas Bina Marga dan Pengairan merupakan sebuah instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pengadaan infrastruktur kota. Infrastruktur tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu Perusahaan maupun Badan Kepegawaian. tentu membutuhkan karyawan agar mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu Perusahaan maupun Badan Kepegawaian. tentu membutuhkan karyawan agar mampu melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu Perusahaan maupun Badan Kepegawaian tentu membutuhkan karyawan agar mampu melaksanakan tujuan untuk mencapai target. Ketika para karyawan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, dan mengubah perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

KELULUSAN. Selasa, 4 Februari 2014

KELULUSAN. Selasa, 4 Februari 2014 KELULUSAN Selasa, 4 Februari UJIAN SEKOLAH UJIAN NASIONAL SATUAN PENDIDIKAN/SMA Dasar: PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 70 ayat (5): Ujian Nasional mencakup matapelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama Perusahaan, Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama Perusahaan, Lokasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Jenis Usaha, Nama Perusahaan, Lokasi Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung sebelumnya disebut Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan adanya perubahan tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No 34/2007

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

NOMOR : % TAHUN 2017

NOMOR : % TAHUN 2017 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR : % TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa melalui peserta didik agar menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Output pendidikan dituntut untuk siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baru-baru ini, banyak sekolah pada tingkat menengah atas di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Baru-baru ini, banyak sekolah pada tingkat menengah atas di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Baru-baru ini, banyak sekolah pada tingkat menengah atas di Indonesia sedang disibukkan dengan kegiatan mempersiapkan siswa unggulannya untuk mengikuti ajang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah rendahnya tingkat kinerja pegawai struktural di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah rendahnya tingkat kinerja pegawai struktural di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di zaman globalisasi sekarang ini masalah yang menarik untuk diteliti adalah rendahnya tingkat kinerja pegawai struktural di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Lebih terperinci

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) / BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) sgifis48@gmail.com 08128533491/0817804183 Tujuan Umum : Mewujudkan Visi dan Misi SMAN 48 Tujuan Khusus : Meningkatkan Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015 SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015 NO AGENDA KET 1 Pembukaan Kepala TU 2 Sambutan Kepala Sekolah NURSYAMSUDIN 3 Paparan UN, US, dan SNMPTN Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi daerah. Secara hukum,

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Sekolah Sejak 30 Juli 1966 SMP Negeri 61 berdiri sebagai sekolah pemerintah. Pada awalnya SMP Negeri 61 beralamat di Jalan Palmerah Utara. Bangunan yang digunakan

Lebih terperinci

Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL. dipersiapkan oleh. Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia

Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL. dipersiapkan oleh. Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia Tujuan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK

UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia Latar

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa Indonesia masih memiliki banyak kekurangan. Kurangnya infrastruktur yang memadai di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP sebagai seperangkat rencana dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU website :

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU   website : Digunakan Untuk Kalangan Sendiri DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU Email : smansa_bumiayu@yahoo.co.id website : www.smansa-bumiayu.sch.id 1 PENGESAHAN Peraturan Akademik SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Melalui pendidikan diharapkan manusia menjadi sumber daya yang berkualitas sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA. Pos No.2, sebuah sekolah yang didirkan oleh para biarawati Ursulin pada tahun 1960.

BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA. Pos No.2, sebuah sekolah yang didirkan oleh para biarawati Ursulin pada tahun 1960. BAB III GAMBARAN UMUM SMA SANTA THERESIA III.1 Latar Belakang SMA Santa Theresia III.1.1 Sejarah SMA Santa Theresia Asal sekolah Santa Theresia adalah sekolah Santa Ursula yang berlokasi di Jalan Pos No.2,

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci

P E N U T U P BAB V. 5.1 Kesimpulan

P E N U T U P BAB V. 5.1 Kesimpulan BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV rata-rata mean guru terhadap RSBI adalah 3,30 berarti cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan guru terhadap program RSBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa disegala bidang, ekonomi, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah masih rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia menggunakan bahasa. Seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, bahasa menjadi

Lebih terperinci