ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi. Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Disusun Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi. Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Disusun Oleh :"

Transkripsi

1 Pemahaman Guru TIK/KKPI Mengenai Permendikbud Nomor 45 Tahun 2015 dalam Menjalankan Perannya di Kurikulum 2013 (Studi Kasus di SMP Negeri kota Salatiga) ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Disusun Oleh : Ahmad Musa Zaidi PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2016

2

3

4

5 1. PENDAHULUAN Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi serta misi pendidikan dalam mewujudkan tercapainya tujuan[1]. Beberapa kebijakan pendidikan disusun oleh pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu kebijakan dalam pendidikan di Indonesia adalah kebijakan mengenai peran guru TIK dalam kurikulum Kebijakan mengenai guru TIK bertujuan untuk memaksimalkan peran dan fungsi guru TIK dalam rangka mengembangkan berbagai program pendidikan inovatif, serta untuk membantu guru, dan tenaga kependidikan lainnya dalam mendayagunakan teknologi untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik[2]. Perubahan terkait guru TIK itu dituangkan dalam kebijakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 tahun Akan tetapi, tak berselang lama ada beberapa aturan yang ditambahkan dan direvisi dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 tahun Perubahan ini mencakup beberapa hal signifikan, yaitu mengenai peran guru TIK dan pelaksanaan bimbingan TIK. Perubahan kebijakan ini sangat penting untuk dipahami oleh sekolah, khususnya oleh guru TIK dalam mengimplementasikan kebijakan Permendikbud nomor 45 tahun Beberapa guru TIK belum menjalankan perannya dengan optimal sesuai dengan standar yang terdapat pada Permendikbud Nomor 45 tahun Fakta ini terbukti dari beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh Saekoko yang menyimpulkan bahwa guru TIK di beberapa SMP belum melaksanakan secara optimal peran yang ada dalam Permendikbud Nomor 68 tahun 2014[3]. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aditya yang menyatakan bahwa guru TIK di beberapa Sekolah Menengah Atas juga belum maksimal dalam menjalankan perannya sesuai Permendikbud Nomor 68 tahun 2014[4]. Pemahaman dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan perubahan pada kurikulum ini merupakan faktor suksesnya implementasi kurikulum 2013[2]. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru TIK mengenai peran mereka dan bimbingan TIK sesuai Permendikbud Nomor 45 tahun Diharapkan dengan mengetahui pemahaman guru TIK terhadap Permendikbud itu, dapat memberikan gambaran kepada Sekolah Menengah Pertama di Salatiga untuk mengoptimalkan peran guru TIK pada pelaksanaan kurikulum TINJAUAN PUSTAKA Peran Guru TIK dan KKPI dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 tidak mengalami perubahan dari kebijakan sebelumnya. Peran guru TIK diterangkan dalam pasal 3 dengan isi : a. membimbing peserta didik pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencapai standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah; b. memfasilitasi sesama guru pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat dalam menggunakan TIK untuk

6 persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah; dan c. memfasilitasi tenaga kependidikan pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat dalam mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK[5]. Kesuksesan pelaksanaan peran guru TIK yang baru sangat bergantung pada pemahaman yang mendalam dari guru TIK dalam mengimplementasikan perubahan tersebut[6]. Kebijakan ini menunjukkan bahwa peran guru TIK mengalami perubahan dari yang hanya mengajar peserta didik menjadi membimbing peserta didik, dan juga memfasilitasi sesama guru dan tenaga kependidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebenarnya keberadaan guru TIK tetap dibutuhkan, walaupun mata pelajaran TIK digantikan dengan bimbingan TIK. Bimbingan TIK yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 dalam pasal 4 ayat (1) dengan isi : a. membimbing peserta didik SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran; b. memberikan layanan/fasilitasi sesama guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran; c. memberikan layanan/fasilitasi bagi tenaga kependidikan SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK[5]. Pada kebijakan pasal 4 ayat (2) menjelaskan bahwa guru TIK mempunyai beban kerja membimbing paling sedikit 150 peserta didik per-semester pada satu atau lebih satuan pendidikan pada jenjang yang sama dan/atau lintas jenjang[5]. Pada kebijakaan ini juga membahas dan mengatur mengenai evaluasi hasil bimbingan peserta didik. Evaluasi hasil bimbingan diatur dalam pasal 7 dengan isi : hasil evaluasi proses bimbingan TIK peserta didik dilaporkan dalam bentuk laporan hasil bimbingan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan hasil belajar (rapor) peserta didik. Adapun menurut Arifin (2012) pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk guru mengetahui keefektifan sistem bimbingan dan potensi peserta didik, sehingga dapat melaksanakan bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan[8] Wijayanti (2011) menyatakan tentang urgensi peningkatan kemampuan TIK oleh guru karena TIK sekarang ini digunakan untuk membantu mengemas bahan ajar dan TIK digunakan untuk membantu proses managemen pembelajaran pada semua mata pelajaran[7]. Mengingat bimbingan TIK diberikan oleh guru TIK baik kepada peserta didik, sesama guru dan tenaga kependidikan, maka diperlukan kualifikasi dengan standar tertentu yang selanjutnya diatur dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 pasal METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan maksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti, misalnya persepsi pemahaman dari subjek terhadap objek penelitian. Penelitian ini difokuskan kepada pemahaman sekolah, terutama guru TIK mengenai

7 kebijakan Permendikbud nomor 45 tahun 2015 yang berkaitan dengan peran mereka dan pelaksanaan BTIK. Penelitian dilakukan di empat SMP Negeri di Salatiga yang telah menerapkan Kurikulum Untuk menjaga privasi sekolah maka nama keempat sekolah pada penelitian ini disebutkan dengan inisial SMP A, SMP B, SMP C, dan SMP D. Wawancara kepada empat orang guru TIK di empat SMP Negeri di Salatiga dilakukan untuk mendapatkan pemahaman guru TIK mengenai kebijakan Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 yang berkaitan dengan perannya dan pelaksanaan bimbingan TIK. Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung sejauh mana implementasi Kebijakan Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 dilaksanakan pada sekolah tersebut. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Adapun data disajikan dalam bentuk tabulasi atau table disertai dengan deskripsi untuk membuatnya lebih mudah dipahami. Keabsahan data didapatkan melalui teknik triangulasi teknik pengambilan data yaitu dengan lebih dari satu teknik pengumpulan data[8]. Data didapatkan tidak hanya melalui wawancara namun juga melalui observasi. 4. HASIL PENELITIAN Wawancara dilakukan kepada empat orang guru TIK di empat SMP Negeri yang ada di kota Salatiga. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap kebijakan baru yang berlaku pada Permendikbud Nomor 45 tahun Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel 1 berikut ini. No Konsep SMP A SMP B SMP C SMP D 1 Peran guru TIK P P TP P 2 Bimbingan TIK a. Bimbingan ke Peserta didik b. evaluasi hasil bimbingan c. Beban kerja guru TIK d. Bimbingan ke sesama guru e. Bimbingan ke tenaga kependidikan Keterangan : KP KP KP KP P P P P KP SP KP KP SP SP SP SP P KP TP KP

8 Sangat Paham (SP) Paham (P) Kurang Paham(KP) Tidak Paham (TP) : Pernyataan guru sesuai dengan isi Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 dengan penjelasan mendalam dan/atau memberi contoh pada pelaksanaan : Pernyataan guru memenuhi dan sesuai dengan Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 dengan penjelasan singkat namun tidak mendalam : Pernyataan guru kurang lengkap atau kurang sesuai Permendikbud Nomor 45 tahun 2015tetapi masih dalam lingkup kebijakan tersebut : Pernyataan guru tidak sesuai dengan Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 atau guru menyatakan tidak mengetahui perihal kebijakan Pemahaman Guru Mengenai Perannya Peran guru dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 adalah untuk membimbing peserta didik, memfasilitasi sesama guru dan memfasilitasi tenaga kependidikan. Pada hasil penelitian di empat sekolah mengenai pemahaman peran guru TIK menunjukkan bahwa guru TIK di SMP A, SMP B dan SMP D sudah paham akan peran guru TIK dalam Permendikbud tersebut. Guru TIK di ketiga sekolah tersebut menyatakan dalam penjelasannya bahwa peran guru TIK adalah membimbing peserta didik dan memfasilitasi sesama guru dan tenaga kependidikan. Pernyataan yang dijelaskan secara singkat dan sudah sesuai dengan yang tertera dalam kebijakan dapat dimasukkan dalam kategori paham. Akan tetapi, guru TIK di SMP C dalam hasil wawancara menunjukkan bahwa guru tidak memahami peran guru TIK dalam Permendikbud Nomor 45 tahun Guru tersebut dalam sesi wawancara memberikan pernyataan yang berbunyi, jawaban jujur saya, saya tidak tahu peran guru TIK untuk di Permendikbud tersebut. Jawaban tersebut menunjukkan bahwa guru TIK di SMP C dikategorikan tidak paham karena guru tidak bisa menjelaskan atau menyatakan tidak mengetahui mengenai peran guru TIK dalam Permendikbud. Pemahaman Guru Mengenai bimbingan TIK Bimbingan TIK ke peserta didik dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 adalah untuk mencari, mengolah dan menyajikan data dan informasi dalam berbagai cara untuk mendukung proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara mengenai pemahaman guru TIK terhadap bimbingan TIK ke peserta didik di empat SMP Negeri di Salatiga menunjukkan bahwa guru TIK masih kurang paham. Guru TIK di SMP A dan SMP B dikatakan kurang paham karena dalam pernyataannya, kedua guru sama-sama menjelaskan bahwa bimbingan TIK ke peserta didik hanya dalam rangka untuk membantu kelancaran proses pembelajaran dalam bidang TIK. Pada hasil wawancara di SMP C dan SMP D juga hampir sama, pernyataan guru TIK di kedua sekolah itu juga kurang lengkap. Hal ini dibuktikan dalam wawancara kepada guru TIK di SMP C yang menyatakan bahwa guru membimbing dalam hal apa-apa saja yang dibutuhkan oleh peserta didik. Begitu juga di SMP D, guru menyatakan bahwa bimbingan TIK ke peserta didik didasarkan dari apa yang dibutuhkan saja. Secara keseluruhan dapat disimpulkan pemahaman guru berada dalam kategori kurang paham karena keempat guru TIK tidak menjelaskan

9 secara detail atau kurang lengkap mengenai bimbingan TIK dalam hal mencari, mengolah, dan menyajikan data ataupun infomasi dalam bidang TIK selama proses wawancara. Evaluasi bimbingan TIK peserta didik yang diatur dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 adalah hasil evaluasi bimbingan dilaporkan dalam bentuk laporan dan diberikan bersamaan dengan hasil belajar atau rapor. Hasil wawancara mengenai pemahaman guru terhadap laporan evaluasi hasil bimbingan peserta didik di keempat sekolah menyatakan bahwa keempat sekolah sudah paham. Kesimpulan itu diambil dari pernyataan guru TIK di SMP A, SMP B, SMP C dan SMP D yang sudah memenuhi dan sesuai dengan kebijakan di Permendibud. Pernyataan guru TIK di masing-masing sekolah telah memenuhi kriteria jawaban, yaitu menjelaskan hasil evaluasi bimbingan dalam bentuk laporan dan diberikan bersamaan dengan rapor. Pada Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 juga mengatur beban kerja guru yaitu membimbing minimal 150 peserta didik dalam 1 semester pada satu atau lebih satuan jenjang kelas. Hasil penelitian mengenai pemahaman guru TIK terhadap beban kerja guru TIK di keempat SMP Negeri didapati hanya di SMP B yang dapat dikategorikan sangat paham. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara dengan guru TIK dalam pernyataannya yang berbunyi, polanya di Permendikbud dikatakan bahwa beban kerja membimbing minimal 150 siswa per-semesternya dari tingkat kelas mana saja. Kalau disini saya sudah lebih dari 150 siswa, baik dari kelas 7, 8 dan kelas 9. Hal ini menunjukkan guru TIK di SMP B sudah sangat paham, karena pernyataan sesuai dan dapat memberi contoh pelaksanaannya. Berbeda dengan SMP B, hasil penelitian di SMP A, SMP C dan SMP D menyatakan guru TIK kurang paham. Hal ini terlihat dari pernyataan-pernyataan mereka yang kurang lengkap dan sesuai dengan yang ada di Permendikbud Nomor 45 tahun Ketiga sekolah hanya menyampaikan bahwa beban kerja untuk membimbing sebanyak 150 peserta didik. Mereka tidak menyampaikan beban kerja membimbing 150 peserta didik dilakukan dalam kurun waktu satu semester dan dapat berasal dari satu atau lebih satuan jenjang kelas. Hal tersebut yang menyebabkan pemahaman guru TIK di SMP A, SMP C dan SMP D mengenai beban kerja guru TIK dikategorikan kurang paham. Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 menyatakan bahwa bimbingan TIK ke sesama guru dilakukan dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Dari hasil wawancara di keempat sekolah sampel yang telah dilakukan, ditemukan bahwa keempat guru TIK di SMP A, SMP B, SMP C dan SMP D mengenai bimbingan TIK ke sesama guru masuk kategori sangat paham. Hasil tersebut disimpulkan dari penjelasan-penjelasan guru TIK yang telah sesuai dengan kebijakan Permendikbud Nomor 45 tahun Guru TIK di SMP A menjelaskan bahwa dalam bimbingan ke sesama guru dalam hal pelaksanaan pembelajaran, baik dari pembuatan bahan ajar sampai bantuan dalam input nilai. Guru di SMP B, SMP C dan SMP D dalam pernyataan yang hampir sama menyimpulkan bahwa bimbingan TIK ke sesama guru dilakukan dalam hal kegiatan belajar mengajar, dari pembuatan power point, penggunaan proyektor, hingga memasukan nilai peserta didik dalam

10 komputer. Pernyataan keempat guru dapat dikategorikan sangat paham karena sudah sesuai dengan tugas guru TIK dalam kebijakan yang menjelaskan bimbingan TIK ke sesama guru dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Guru-guru juga sudah dapat memberikan contoh dalam pelaksanaan bimbingan TIK yang dilakukan kepada sesama guru. Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 mengatur mengenai bimbingan TIK ke tenaga pendidikan untuk mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hanya guru TIK di SMP A yang dinyatakan paham. Wawancara yang dilakukan di SMP A mengenai bimbingan ke tenaga kependidikan menyebutkan bahwa bimbingan TIK ke tenaga kependidikan adalah dalam hal meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam manajemen sekolah di bidang TIK. Pernyataan tersebut sudah sesuai dengan isi di Permendikbud Nomor 45 walaupun dengan penjelasan yang singkat. Berbeda dengan SMP A, guru TIK di SMP B dan SMP D dinyatakan dalam kategori kurang paham. Kedua sekolah tersebut hanya menjelaskan bimbingan TIK ke tenaga kependidikan dalam hal bantuan pembuatan surat-surat dan dalam perbaikan alat teknologi. Pernyataan ini kurang lengkap dan sesuai karena dalam wawancara guru tidak membahas mengenai bimbingan TIK ke tenaga kependidikan dalam rangka untuk mengembangkan manajemen sekolah dalam bidang TIK. Sedangkan di SMP C guru menyatakan tidak mengetahui isi kebijakan mengenai bimbingan ke tenaga kependidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru di SMP C dikategorikan tidak paham mengenai bimbingan TIK ke tenaga kependidikan karena tidak menjelaskan isi kebijakan di Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 dalam hal tersebut. Pembahasan Hasil penelitian dari keempat guru TIK di empat SMP Negeri, menyatakan ada satu guru TIK yang tidak memahami perannya sesuai dalam kebijakan Permendikbud Nomor 45 tahun Perubahan peran guru TIK yang sasaran awalnya hanya kepada peserta didik, di kurikulum 2013 ini perannya bertambah menjadi membimbing sesama guru dan tenaga kependidikan. Perubahan ini ternyata belum dipahami oleh guru TIK di SMP C. Guru tersebut beralasan tidak memahami peran guru TIK di kebijakan dikarenakan lebih fokus pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Ini sangat disayangkan, padahal menurut Mulyasa (2014) pemahaman dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan perubahan pada kurikulum ini merupakan faktor suksesnya implementasi kurikulum 2013[2]. Untuk kesuksesan pelaksanaan dan implementasi kurikulum 2013, diperlukan pemahaman yang mendalam dari para guru dan yang berkepentingan. Pemahaman tersebut akan menjadi bekal bagi semua pihak, khususnya guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013, sehingga mencapai hasil yang memuaskan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marfath[2] dengan kesimpulan bahwa guru TIK di beberapa SMP belum melaksanakan secara optimal peran yang ada dalam Permendikbud dikarenakan kurangnya pemahaman guru TIK.

11 Pada point pemahaman guru mengenai bimbingan TIK dalam Permendikbud Nomor 45 tahun 2015, bimbingan ke peserta didik kurang dipahami oleh keempat sekolah sampel. Kurangnya pemahaman guru TIK ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi kebijakan mengenai BTIK di sekolah-sekolah dan keterbatasan waktu bimbingan menuntut guru seadanya saja dalam melakukan bimbingan. Ini memberi dampak bahwa bimbingan TIK hanya sebagai nama pengganti dari konsep TIK di kurikulum sebelumnya. Ini sangat disayangkan mengingat TIK di kurikulum 2013 sudah diintegrasikan dalam pembelajaran di semua mata pelajaran. Integrasi TIK di semua mata pelajaran ini sangat penting, mengingat pesatnya perkembangan teknologi, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan TIK dengan baik dan benar sesuai keahliannya[8]. Pada bimbingan TIK ke sesama guru, hasil penelitian menunjukkan guru TIK di keempat sekolah memahami dengan baik. Akan tetapi, dalam pelaksanaan implementasi kebijakan mengenia bimbingan TIK di sekolah-sekolah belum sejalan dengan pemahaman guru TIK. Hampir di semua sekolah belum melaksanakan bimbingan TIK ke sesama guru sesuai Permendikbud Nomor 45 tahun Keempat sekolah tersebut memberikan alasan bahwa kurang maksimalnya bimbingan ke sesama guru dikarenakan tidak adanya alokasi waktu bimbingan TIK. Padahal bimbingan TIK ke sesama guru sangat penting untuk dilakukan, mengingat TIK di kurikulum 2013 diintegrasikan dalam semua mata pelajaran dan guru seharusnya memahami dan memiliki kemampuan TIK. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Wijayanti (2011) yang menyatakan urgensi peningkatan kemampuan TIK oleh guru karena TIK sekarang ini digunakan untuk membantu mengemas bahan ajar dan TIK digunakan untuk membantu proses managemen pembelajaran[8]. Dasar inilah yang seharusnya guru TIK pahami dalam bimbingan TIK ke sesama guru dalam mengimplementasikan kurikulum Pemahaman guru TIK mengenai bimbingan ke tenaga kependidikan mendapatkan hasil yang beragam, 1 guru TIK dinyatakan paham, 2 guru TIK dinyatakan kurang paham dan 1 guru dinyatakan tidak paham. Keberagaman dalam pemahaman guru TIK ini juga terjadi pada pelaksanaan yang berbeda-beda pada bimbingan TIK di sekolah- sekolah. SMP A, SMP B dan SMP C adalah sekolah yang sudah mejalankan bimbingan TIK ke tenaga kependidikan meskipun dilakukan secara individual. Sedangkan di SMP D pelaksanaan bimbingan TIK ke tenaga kependidikan masih sangat minim, hal ini disebabkan kurangnya informasi ke tenaga kependidikan tentang adanya bimbingan atau fasilitasi dalam bidang TIK oleh guru TIK. Pada hasil penelitian mengenai pemahaman guru TIK terhadap beban kerja guru TIK di keempat sekolah sampel menyatakan 3 sekolah kurang paham dan 1 sekolah sangat paham sesuai Permendikbud Nomor 45 tahun Pemahaman guru TIK di tiga sekolah yang kurang paham ini disebabkan hanya karena guru kurang teliti akan isi permendikbud yang mengatur mengenai beban kerja guru TIK membimbing peserta didik. Walaupun demikian, untuk pelaksanaan di keempat

12 sekolah sudah sesuai dengan pedoman kebijakan yang berlaku. Pelaksanaan beban guru ini sudah sesuai dengan pedoman beban kerja guru yang telah diatur secara terprogram dan disusun dengan mekanisme setiap peserta didik dapat bertatap muka sebanyak 5 kali dalam satu semester[7]. Ini yang menjadi acuan beban kerja guru TIK minimal membimbing sebanyak 150 peserta didik dan berasal dari satu atau lebih satuan jenjang. Untuk hasil penelitian mengenai pemahaman guru TIK dalam pelaksanaan evaluasi hasil bimbingan di keempat sekolah sudah paham dan sesuai pedoman dalam kebijakan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ada hal yang menarik, salah satu sekolah tidak menjalankan sesuai kebijakan padahal guru TIK sudah paham dan pengambil kebijakan di sekolah juga sudah mengetahui. Tepatnya kejadian ini terjadi di SMP C, guru TIK menginformasikan bahwa beliau sudah memberitahu dan menjelaskan pada pihak sekolah bahwa evaluasi hasil bimbingan diberikan dalam bentuk laporan dan diberikan bersamaan dengan rapor. Guru TIK juga sudah menyodorkan salinan Permendikbud No 45 tahun 2015 yang mengatur mengenai pelaksanaan peran guru TIK, salah satunya evaluasi hasil bimbingan TIK. Pihak sekolah tetap saja bersikukuh menjalankan kebijakannya sendiri dengan hanya memberikan hasil bimbingan dalam bentuk sertifikat dan diberikan pada akhir tahun ajaran saja. Pemberian sertifikat tanpa evaluasi hasil bimbingan TIK siswa tidak sesuai dengan tujuan evaluasi yang ada dalam Permendikbud Nomor 45 tahun Ini berbanding terbalik dengan apa yang dijelaskan Arifin (2012) yang menjelaskan pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk guru mengetahui keefektifan sistem bimbingan dan potensi peserta didik, sehingga dapat melaksanakan bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan[8]. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Salatiga dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru TIK terhadap Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 dalam menjalankan perannya di kurikulum 2013 masih kurang. Pemahaman guru TIK yang masih kurang terutama mengenai bimbingan TIK ke peserta didik, bimbingan TIK kepada tenaga kependidikan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kurangnya pemahaman guru TIK mengenai Permendikbud Nomor 45 tahun 2015 adalah karena kurangnya pelatihan dan sosialisasi baik dari sekolah atau dinas terkait. Oleh karena itu, pelatihan dan sosialisasi kebijakan mengenai peran guru TIK sangat penting dilakukan guna meningkatkan pemahaman guru TIK dan mengoptimalkan pelaksanaannya di sekolah. Adapun penelitian selanjutnya dapat meneliti pemahaman kepala sekolah, mengingat kepala sekolah sangat berperan untuk membuat kebijakan internal di sekolahnya. Jika pemahaman kepala sekolah baik dan sesuai dengan kebijakan dari pemerintah maka kebijakan yang dibuat kepala sekolah dapat mengoptimalkan peran guru TIK di dalam kurikulum Penelitian diharapkan juga melibatkan sekolah Negeri dan juga sekolah swasta.

13 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Putra, Ratna Politik Pendidikan. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia. (Online) Diakses pada tanggal 6 April 2017 dari [2] Mulyasa Guru dalam Implementasi Kurikulum Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [3] Saekoko, Marfath Dalouis Peran Guru TIK dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP (Studi kasus di SMP N 5 dan SMP N 2 Salatiga). Tugas Akhir S-1. Salatiga: FTI UKSW. Diakses tanggal 12 November 2016 dari [4] Aditya, Andrian Robertus Vicky Evaluasi peran guru KKPI/TIK dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SMA di Kota Salatiga (Studi kasus di SMA N 1 Salatiga dan SMA Kristen satya Wacana Salatiga). Artikel ilmiah S- 1. Salatiga: FTI UKSW. Diakses tanggal 13 Januari 2017 dari [5] Kemendikbud Peraturan Menteri Nomor 45 tahun Diakses tanggal 8 November 2016 dari [6] Hidayat Rahmat Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. IMTIMA [7] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru TIK dan KKPI. Diakses tanggal 31 Maret 2017 dari [8] Tohirin Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada [9] Arifin, Zainal Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.

, No.1905 Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

, No.1905 Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1905, 2015 KEMENDIKBUD. Guru TIK. Guru Komputer dan Pengelolaan Informasi. Kurikulum 2013. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 PENGGUNAAN TIK 1. Pencarian informasi 2. Mengakses jejaring sosial 3. Mengakses

Lebih terperinci

EVALUASI PERAN GURU KKPI/TIK DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA SMA DI KOTA SALATIGA. Artikel Ilmiah

EVALUASI PERAN GURU KKPI/TIK DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA SMA DI KOTA SALATIGA. Artikel Ilmiah EVALUASI PERAN GURU KKPI/TIK DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA SMA DI KOTA SALATIGA (Studi Kasus di SMA N 1 Salatiga dan SMA Kristen Satya Wacana Salatiga) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN GURU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ATAU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DALAM IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

PERAN GURU TIK DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SMP (STUDI KASUS DI SMP N 5 SALATIGA & SMP N 2 SALATIGA)

PERAN GURU TIK DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SMP (STUDI KASUS DI SMP N 5 SALATIGA & SMP N 2 SALATIGA) PERAN GURU TIK DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SMP (STUDI KASUS DI SMP N 5 SALATIGA & SMP N 2 SALATIGA) TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGAI TUGAS DAN SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 BAB II JUDUL BAB II... 4 A. Pengertian Peminatan,

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 Tahun 2007 TANGGAL : 9 Juli 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan

Lebih terperinci

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi paling depan dalam menjalankan proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu mengembangkan seluruh potensi

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H KESIAPAN SMP NEGERI 3 KARANG BARU DALAM MENGHADAPI KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan Oleh : ULFATUL HASANAH Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Program Strata Satu (S-1) Jurusan/Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Majunya suatu bangsa dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan di suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran kewirausahaan adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran kewirausahaan adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kewirausahaan adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting di dalam dunia kerja saat ini, yang berhubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan adanya perubahan tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam terciptanya sumber daya manusia yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sebagaimana dinyatakan para ahli, bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penelitian terpaku pada model yang digunakan guru pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penelitian terpaku pada model yang digunakan guru pada saat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak penelitian terpaku pada model yang digunakan guru pada saat penyampaian materi sedangkan semua proses itu harus diawali dari apakah guru itu memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH KABUPATEN SUMEDANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH KABUPATEN SUMEDANG SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu komponen yang utama dalam pendidikan. Kurikulum inilah yang bisa menentukan arah pencapaian tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata

Lebih terperinci

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencantumkan pasal 31 dalam Undang-Undang Dasar 1945 tentang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencantumkan pasal 31 dalam Undang-Undang Dasar 1945 tentang pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang sangat berperan dalam pembangunan suatu bangsa. Pemerintah yang sejak dulu menyadari akan peran pendidikan

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA Novita Wijanarti dan Slameto Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya masih mempunyai persepsi bahwa sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai sekarang pendidikan sejarah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa persepsi guru yang belum sertifikasi

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn :

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman 33-43 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN BANJARMASIN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH Bapak/Ibu/Sdr Kepala Sekolah yang terhormat, RESPONDEN KEPALA SEKOLAH Dengan ini pekenankanlah saya Wisnu Subagyo mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen Pedidikan UKSW mohon kebaikan hati Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang berbeda-beda. Saat ini sistem pendidikan di Indonesia mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang berbeda-beda. Saat ini sistem pendidikan di Indonesia mengarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagasan pelaksanaan pendidikan di Indonesia sudah mulai menemukan titik terang. Hal ini disebabkan karena substansi pendidikan yang diinginkan bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi setiap masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan suatu alat untuk mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013 (Studi Kasus Guru IPS di SMP Labschool Jakarta) Oleh: Desy Safitri dan Maria Oktavia

IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013 (Studi Kasus Guru IPS di SMP Labschool Jakarta) Oleh: Desy Safitri dan Maria Oktavia IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013 (Studi Kasus Guru IPS di SMP Labschool Jakarta) Oleh: Desy Safitri dan Maria Oktavia Abstrack Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara siswa dan guru dalam konteks persekolahan (Abdul Majid,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara siswa dan guru dalam konteks persekolahan (Abdul Majid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wadah untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

A. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENDIDIKAN

A. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENDIDIKAN LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 A. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sendiri mulai muncul tahun 1944, namun mulai digunakan oleh para ekonom barat tahun 1960, 72 tahun setelah istilah tersebut muncul. Sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik, setelah lulus,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERAN GURU TIK BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SEKOLAH JENJANG SMP

PENGELOLAAN PERAN GURU TIK BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SEKOLAH JENJANG SMP PENGELOLAAN PERAN GURU TIK BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SEKOLAH JENJANG SMP Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan pendahuluan penelitian, adapun yang disampaikan pada Bab ini diantaranya, (A) Latar Belakang, (B) Perumusan Masalah, (C) Tujuan Penelitian, (D) Manfaat Penelitian, dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian dari Implementasi Kurikulum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk meningkatkan daya ingat peserta didik underachiever dengan menggunakan eksperimen kuasi menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program pembelajaran kepada siswa. Siswa dididik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan guru merupakan profesi yang membanggakan, maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN X saat ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata pendidikan merupakan kata yang sudah tidak asing lagi terdengar di dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap individu pasti sepakat bahwa pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ki Hajar Dewantara (2004:21) menjelaskan bahwa pengajaran (onderwijs) tak lain dan tak bukan merupakan satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah pendidikan

Lebih terperinci

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah. TELAAH KURIKULUM DOC. 1 BAGIAN AWAL A. Cover Deskripsi 1. Ada logo sekolah. 2. Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah dan Tahun Pelajaran) 3. Menulis alamat sekolah dengan lengkap B. Lembar Pemberlakuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 3 (3) (2014) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej STUDI TENTANG KESIAPAN GURU FISIKA SMA DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

EVALUASI KESIAPAN PESERTA DIDIK MENGIKUTI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) ONLINE DI SMA NEGERI 1 TUNTANG

EVALUASI KESIAPAN PESERTA DIDIK MENGIKUTI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) ONLINE DI SMA NEGERI 1 TUNTANG EVALUASI KESIAPAN PESERTA DIDIK MENGIKUTI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) ONLINE DI SMA NEGERI 1 TUNTANG ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam pengolahan data sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam pengolahan data sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi sekarang ini berkembang dengan begitu pesatnya, sehingga segala bentuk arus informasi dapat dengan mudah diperoleh. Komputer selalu menghadirkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu : I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam konstitusi negara republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan dengan sadar, bertahap, dan berkesinambungan. Namun demikian hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Argarani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Argarani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan Indonesia ialah mengembangkan peserta didik agar mampu menjadi manusia yang komprehensif dan kompetitif. Untuk mencapai tujuan ini, maka peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, sedangkan The Political and Economics Risk Consultancy (PERC)

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, sedangkan The Political and Economics Risk Consultancy (PERC) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami masalah yang demikian rumit. UNESCO meletakkan Indonesia dengan Human Development Index (HDI) pada urutan ke-112

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan saja kebutuhan material masyarakat, melainkan juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang membutuhkan penegasan berkesinambungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) rumusan masalah, (C) tujuan penelitian, (D) manfaat penelitian, (E) definisi operasional. Berikut ini merupakan

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai komputer agar memudahkan pekerjaannya masing - masing.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai komputer agar memudahkan pekerjaannya masing - masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputerisasi di berbagai bidang menuntut setiap orang untuk menguasai komputer agar memudahkan pekerjaannya masing - masing. Dengan demikian dunia kerja pada

Lebih terperinci

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI KALONGAN 02, DESA KALONGAN, KECAMATAN UNGARAN TIMUR

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI KALONGAN 02, DESA KALONGAN, KECAMATAN UNGARAN TIMUR PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI KALONGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan akan diperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam pembentukan kepribadian, baik melalui

Lebih terperinci

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 Nehru dan Nurfathurrahmah Abstrak: Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang demikian pesat, khususnya di bidang industri. Di satu sisi era ini membawa iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah negara. Tidak akan ada sebuah negara yang makmur tanpa adanya sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang diorganisasikan secara formal berdasarkan struktur hierarkis dan kronologis, dari jenjang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci