Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal.17-28

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal.17-28"

Transkripsi

1 ANALISIS KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Arief Munandar 1*, Fikriah 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, ariefmnasir77@gmail.com 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, haridhi_fikriah@yahoo.com Abstract This study aims to analyze the disparity between the income and expenditure of families in subdistricts in Aceh Barat Daya. Data were collected from observations through a questionnaire that have been distributed based on the population in each district. Sample was determined using the Slovin equation. There were a hundred families which then to be distributed to nine districts in Aceh Barat Daya. Moreover, Data were collected and processed using the Gini Ratio analysis. The results of this study concluded that there was a disparity in income distribution at GR of 0.248, while the value of disparity in expenses distribution was at GR Therefore, intensive efforts are needed to address the imbalances with the aim of disparity is not getting bigger and consequently will increase the income and expenditure as well, especially for the occupation with average income is still relatively small. Keywords: Gini Ratio, disparity, Income and Expenditures, Aceh Barat Daya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar ketimpangan (disparity) pendapatan dan pengeluaran keluarga antar kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari observasi melalui alat bantu kuesioner yang telah dibagikan berdasarkan proporsi jumlah penduduk di setiap Kecamatan. Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin yaitu sebesar 100 responden berdasarkan KK yang kemudian didistribusi secara proporsional ke sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Data yang dikumpulkan lalu diolah dengan menggunakan model analisis Gini Ratio. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa distribusi pendapatan berada pada tingkat ketimpangan rendah yaitu nilai GR sebesar sedangkan distribusi pengeluaran yaitu nilai GR sebesar Diperlukan upaya intensif segera untuk mengatasi ketimpangan agar ketimpangan ini tidak semakin besar dan meningkatkan pendapatan dan pengeluaran terutama golongan pekerjaan Petani yang pendapatan rata-ratanya masih relatif kecil. Kata kunci : Gini Ratio, Ketimpangan, Pendapatan dan Pengeluaran, Aceh Barat Daya 17

2 PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Suryana, 2000:55). Di dalam pembangunan ekonomi selalu muncul polemik dalam menentukan strategi dasar pembangunannya, yaitu memprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi atau pemerataan pendapatan. Tingginya ekonomi suatu daerah memang tidak menjamin pemerataan pendapatan, namun pertumbuhan ekonomi yang cepat tetap dianggap merupakan strategi unggul dalam pembangunan ekonomi (Prayitno, 1986). Menurut (Todaro, 2004) ketimpangan (disparity) adalah perbedaan pendapatan yang terjadi antar daerah yang disebabkan karena tidak adanya pemerataan pembangunan ekonomi dan adanya perbedaan perkembangan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Provinsi Aceh merupakan salahsatu bagian provinsi dari Kesatuan Republik Indonesia yang mendapatkan keistimewaan yaitu otonomi khusus (Otsus), Sampai saat ini provinsi Aceh sendiri sudah menerima dana otsus tersebut dari tahun sebesar 42,2 triliun dan akan berakhir pada tahun 2027 (Bapedda, 2015). Diharapkan dana otsus tersebut sebagai bentuk rekonsiliasi yang bertujuan untuk pembangunan sosial, ekonomi, serta politik dan menekan kesenjangan masyarakat di Aceh secara berkelanjutan. Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sendiri merupakan salahsatu daerah kabupaten di provinsi Aceh yang telah melalui proses pemekaran pada tahun 2002, dari yang sebelumnya bergabung dengan kabupaten Aceh Selatan. Proses pemekaran ini terjadi tidak lepas dari tuntutan masyarakat di daerah tersebut yang di sebabkan faktor ketidakmerataan pembangunan dan juga faktor kesenjangan antara daerah ibukota kabupaten dengan daerah kecamatan lain terutama daerah yang berada dipinggiran. Tabel 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Tingkat Kepadatan Penduduk dan Jumlah Desa per Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2014 No Kecamatan Luas (Km²) Persentase Luas (%) Penduduk (jiwa) Kepadatan (Pddk/Km) Jumlah Desa 1 Manggeng 40,94 2, Lembah Sabil 99,15 5, Tangan Tangan 132,92 7, Setia 43,92 2, Blangpidie 473,68 25, Jeumpa 367,68 19, Susoh 19,05 1, Kuala Batee 176,99 9, Babahrot 528,28 28, Jumlah 1.882, Sumber : Badan Pusat Statistik, Aceh Barat Daya 2016 (Diolah). Berdasarkan PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya menurut lapangan usaha ADHK tahun Bahwa dari tahun kontribusi pendapatan paling besar dari keseluruhan lapangan usaha yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya masih disumbang oleh sektor pertanian sebesar 27,1% dari keseluruhan sektor. Pendapatan ini terus meningkat dari tahun

3 dengan persentase rata-rata sebesar 641,7 miliar rupiah. Jumlah ini menandakan bahwa Kabupaten Aceh Barat Daya masih mengandalkan sektor pertanian sebagai tumpuannya. TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Ekonomi Menurut (Arsyad, 1999) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan rill perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan. Sebagai suatu proses, maka pembangunan ekonomi mempunyai kaitan dan pengaruh antara faktor-faktor di dalamnya yang dapat menghasilkan pembangunan ekonomi tersebut. Selanjutnya pembangunan ekonomi akan tercermin pada kenaikan pendapatan perkapita dan perbaikan tingkat kesehjateraan masyarakat. Selain itu keberhasilan usaha negara tersebut untuk mendistribusikan pendapatan secara merata dan adil serta dapat mengurangi jumlah kemiskinan yang ada di negara tersebut. Keberhasilan pembangunan ekonomi sendiri terdapat 3 nilai pokok yaitu berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basicneeds), meningkatnya harga diri (self-esteem) sebagai manusia dan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Teori Pendapatan Pendapatan seseorang dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu kelompok dalam periode tertentu. (Reksoprayitno, 2004) mendefinisikan bahwa pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh pada anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan. Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB ataupun PDRB per kapita. Pengertian PDRB disini mengacu pada pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002) bisa dipandang dari sisi produksi dan jumlah nilai tambah suatu wilayah. Bila dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam satu regional atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Kurva Lorenz Pada Kurva Lorenz ini menggambarkan distribusi kumulatif nasional di berbagai lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurva Lorenz dapat dilihat pada gambar 1. 19

4 Gambar 1. Kurva Lorenz Kurva ini sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat dengan garis 45 derajat mengasumsikan bahwa distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari garis 45 derajat (semakin lengkung), maka mengasumsikan distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata (Arsyad L., 1997). Koefisien Gini Ratio (GR) Koefisien Gini Ratio ini pertama kali diperkenalkan oleh Corrado Gini. Gini Ratio ialah tinggi rendahnya ukuran ketimpangan agregat yang mana angkanya berkisar antara nol hingga satu. Artinya semakin mendekati angka nol semakin menunjukan angka pemerataannya yang baik, dan apabila pemerataan semakin menjauh yang mana angka nol mendekati angka satu, maka semakin besar penyebaran tingkat ketimpangannya. Menurut H.T Oshima dalam Suseno (1990 : 120) kriteria klasifikasi penggunaan koefisien Gini Ratio adalah sebagai berikut: Pertama, bila koefisien Gini lebih kecil dari 0,30 : termasuk distribusi ketimpangan rendah (ringan). Kedua, bila koefisien Gini berkisar antara 0,31-0,40 : termasuk kondisi ketimpangan sedang. Ketiga, bila koefisien Gini lebih besar dari 0,40 : termasuk kondisi ketimpangan tinggi. Berikut ini cara perhitungan Indeks Gini Ratio (GR). Keterangan: GR P_i F_i ke-i F_(i-1) : Koefisien Gini (Gini Ratio) : Frekuensi penduduk pada kelompok pendapatan ke-i : Frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan : Frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke-(i-l) METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya, yaitu Kecamatan Manggeng, Lembah Sabil, Tangan Tangan, Setia, Blangpidie, Jeumpa, Susoh, Kuala Batee dan Babahrot. 20

5 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menyebarkan kuisioner serta mewawancarai langsung responden yang ada di lapangan khususnya masyarakat kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya, dimana responden itu nantinya didapati melalui rumus Slovin. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh baik dari badan pusat statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat Daya maupun data dari penelitian-penelitian sebelumnya. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel secara (purposive sampling), pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang bervariasi diantara populasi seperti kepala keluarga (KK) Pegawai Negeri Sipil, ABRI, Wiraswasta, Petani, Buruh, Nelayan dan lain-lain yang bervariasi pola pendapatan dan pengeluarannya. Sedangkan kepada siapa sampel dijatuhkan berdasarkan karakteristik tadi dilakukan secara (convenience sampling). Tujuannya untuk memudahkan peneliti memperoleh sampel. Model Analisis Data Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Indeks Gini Ratio (GR). Model ini menunjukkan tinggi rendahnya ukuran ketimpangan atau kesenjangan dalam bentuk rasio yang nilainya antara 0 hingga 1. Dimana nilai 0 menunjukkan bahwa pemerataan yang baik sedangkan nilai 1 menunjukkan ketimpangan yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa semakin mendekati nilai 0 maka semakin baik pemerataannya dan sebaliknya semakin menjauhi nilai 0 dan mendekati nilai 1 maka semakin besar tingkat ketimpangannya. Berikut ini adalah model perhitungan Indeks Gini Ratio (GR): Keterangan: GR : Koefisien Gini Ratio (GR) : Frekuensi penduduk pada kelompok pendapatan ke-i : Frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke-i : Frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke-(i-1) Sedangkan menurut BPS, apabila nilai koefisien Gini lebih kecil dari 0,3 maka ketimpangannya digolongkan dalam kategori rendah, koefisien Gini berkisar antara 0,3 0,5 maka digolongkan dalam kategori sedang, dan apabila nilai koefisien Gini lebih besar dari 0,5 maka digolongkan dalam kategori ketimpangan tinggi. Dalam model perhitungan Indeks Gini Ratio (GR) diatas maka dibutuhkan jumlah ratarata pendapatan dan pengeluaran dari rumah tangga di kecamatan Kabupaten Aceh Barat Daya yang sudah dikelompokkan menurut masing-masing tingkatan kelasnya. Populasi dan Sampel Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk atau jumlah kepala keluarga (KK) per kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. 21

6 Dalam hal ini sampel dari penilitian adalah sebagian populasi per kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Sampel yang baik dalam sebuah penelitian haruslah mewakili dari keseluruhan populasi yang ada dalam penelitian tersebut. Semakin banyak sampel yang diteliti maka semakin akurat hasil dari suatu penelitian. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti maka digunakan rumus Slovin (Umar, 2008:78), sebagai berikut: Keterangan: n : Jumlah sampel yang diteliti N : Populasi e : Nilai kritis ketelitian Dimana dalam penelitian ini populasi adalah jumlah penduduk atau jumlah kepala keluarga (KK) di Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2014 sebanyak jiwa dari jumlah kepala keluarga (KK) sebesar KK dengan nilai kritis ketelitian sebesar 0,1 atau 10 persen. Sehingga berdasarkan jumlah penduduk maka perhitungannya sebagai berikut: Dari hasil perhitungan menggunakan rumus slovin diatas diharapkan mampu mewakili keseluruhan populasi penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya. Selanjutnya jumlah sampel kemudian didistribusikan secara proporsional ke setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Jumlah sampel yang diambil dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk, Jumlah Kepala Keluarga Kabupaten Aceh Barat Daya Dan Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan No Kecamatan Jumlah Penduduk(jiwa) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Sumber: BPS Aceh Barat Daya 2016 dan Aceh Barat Daya Dalam Angka Persentase (KK) Jumlah Sampel (KK) 1 Manggeng , Lembah Sabil , Tangan Tangan , Setia , Blangpidie , Jeumpa , Susoh , Kuala Batee , Babahrot ,98 13 HASIL PEMBAHASAN Akumulasi Pendapatan Responden Jumlah akumulasi pendapatan yang lebih tinggi dapat dijadikan indikator bahwa kesehjateraan sebuah keluarga itu lebih baik, begitupun sebaliknya. Dari hasil penelitian di Kabupaten Aceh Barat Daya diketahui bahwa jumlah pendapatan responden berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan dan anggota keluarga yang bekerja. Kebanyakan responden yang telah diteliti berpendapatan Rp s/d > Rp

7 yaitu sebanyak 24 responden atau 24 persen, yang berpenghasilan Rp s/d > Rp ada sebanyak 18 responden atau 18 persen, pendapatan responden Rp s/d > Rp sebanyak 15 responden atau 15 persen. Kemudian yang berpenghasilan Rp s/d > Rp dan Rp s/d > Rp masing-masing sembilan responden atau sembilan persen dan delapan responden atau sebesar delapan persen. Untuk yang berpenghasilan Rp s/d > Rp sebanyak tujuh responden atau sebesar tujuh persen. Kemudian yang berpenghasilan Rp sebanyak lima responden atau sebesar lima persen. Adapun yang berpenghasilan Rp s/d > Rp dan Rp s/d > masing-masing sama yaitu sebanyak empat responden atau empat persen. Dan terakhir responden paling sedikit terdapat pada yang berpenghasilan Rp s/d > dan Rp yaitu masing-masing sebanyak tiga responden atau sebesar tiga persen. Akumulasi pendapatan responden dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8. Akumulasi Pendapatan Responden Pendapatan Perbulan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Jumlah Sumber: Hasil Penelitian, Akumulasi Pengeluaran Responden Besar kecilnya pengeluaran biasanya dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin besar pendapatan responden maka semakin banyak pula pengeluarannya. Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah pengeluaran responden bervariasi. Pengeluaran Rp s/d > Rp merupakan yang terbesar diantara kelompok pengeluaran lainnya yaitu sebanyak 26 responden atau 26 persen, 21 responden atau 21 persen responden berpengeluaran Rp s/d > Rp , selanjutnya 14 responden atau 14 persen yang mempunyai pengeluaran Rp s/d > Rp , yang pengeluarannya Rp s/d > Rp sebanyak 12 responden atau 12 persen, kemudian yang mempunyai pengeluaran sebanyak 10 responden atau 10 persen. Selanjutnya yang berpengeluaran Rp s/d > Rp dan Rp s/d > Rp masing-masing adalah sebanyak enam responden atau enam persen. Yang berpengeluaran sebanyak tiga responden atau tiga persen. Adapun yang mempunyai pengeluaran Rp s/d > Rp dan Rp s/d > Rp masing-masing adalah sebanyak satu responden atau satu persen. Tabel 4.9. Akumulasi Pengeluaran Responden 23

8 Pengeluaran Responden (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d Jumlah Sumber: Hasil Penelitian, Analisis Gini Ratio (GR) Ketimpangan Pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya Berikut ini adalah tabel distribusi Pendapatan dan Nilai Gini Ratio (GR) Menurut Kecamatan. Perhitungan Gini Ratio (GR) dengan menggunakan program Excel (lampiran 2-7). Keterangan : Tabel 4.10 Distribusi Pendapatan dan Nilai Gini Ratio Menurut Kecamatan Kecamatan Pendapatan rata-rata (Rp) Gini Ratio (GR) Manggeng 5,015, Sedang Lembah Sabil 1,356, Sedang Tangan Tangan 2,755, Rendah Setia 2,650, Rendah Blangpidie 5,968, Rendah Jeumpa 4,728, Rendah Susoh 6,391, Rendah Kuala Batee 3,228, Sedang Babahrot 2,600, Rendah AcehBarat Daya 3,854, Rendah Sumber : Hasil penelitian, 2016 (diolah). < 0,3 Rendah 0,3-0,5 Sedang > 0,5 Tinggi Keterangan Ketimpangan Berdasarkan Tabel 4.10 dari hasil perhitungan menggunakan Gini Ratio menjelaskan bahwa distribusi pendapatan menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat daya memiliki tingkat ketimpangan rendah dan sedang. Pada tingkat ketimpangan rendah terdapat di Kecamatan Tangan-Tangan yaitu pendapatan rata-rata kecamatan ini sebesar Rp. 2,755,556 dan 24

9 nilai Gini Ratio sebesar 0.154, selanjutnya kecamatan Setia dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 2,650,000 dan nilai Gini Ratio sebesar 0.173, kemudian kecamatan Blangpidie yaitu pendapatan rata-rata kecamatan ini sebesar Rp. 5,968,750 dan nilai Gini Ratio sebesar Kecamatan Jeumpa dan Susoh juga pada ketimpangan rendah yaitu kecamatan Jeumpa pendapatan rata-rata sebesar Rp. 4,728,571 dan nilai Gini Ratio dan kecamatan Susoh pendapatan rata-rata Rp. 6,391,471 dan nilai Gini Ratio Kecamatan Babahrot juga pada ketimpangan rendah namun juga dengan pendapatan rendah yaitu pendapatan rata-rata sebesar Rp. 2,600,000 dan nilai Gini Ratio 0.154, ini menandakan bahwa mereka hidup sama-sama miskin. Sementara itu, pada tingkat ketimpangan sedang terdapat di kecamatan Manggeng yaitu pendapatan rata-rata sebesar Rp. 5,015,000 dan nilai Gini Ratio 0.343, selanjutnya pada kecamatan Lembah Sabil yang merupakan pendapatan rata-rata terendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya tetapi memiliki nilai indeks gini sedang yaitu pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1,356,250 dan nilai Gini Ratio ini menandakan kemungkinan ada beberapa yang berpendapatan tinggi diantara yang miskin (yang berpendapatan rendah), Kemudian kecamatan Kuala Batee juga pada ketimpangan sedang yaitu pendapatan rata-rata sebesar Rp. 3,228,571 dan nilai Gini Ratio Pendapatan rata-rata seluruh kecamatan yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar Rp. 3,854,908 dengan tingkat ketimpangan rendah yaitu nilai Gini Ratio sebesar Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan di Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat enam kecamatan dengan tingkat ketimpangan rendah dan tiga kecamatan dengan ketimpangan sedang, kemudian pada pendapatan rata-rata tertinggi terdapat di kecamatan Susoh yaitu sebesar Rp. 6,391,471 dan pendapatan rata-rata terendah terdapat di kecamatan Lembah Sabil yaitu sebesar Rp. 1,356,250. Ketimpangan Pengeluaran antar Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya Berikut ini adalah tabel distribusi Pengeluaran dan Nilai Gini Ratio (GR) Menurut Kecamatan. Tabel 4.11 Distribusi Pengeluaran dan Nilai Gini Ratio Menurut Kecamatan Keterangan : Kecamatan Pengeluaran rata-rata (Rp) Gini Ratio (GR) Keterangan Ketimpangan Manggeng 3,924, Sedang Lembah Sabil 1,312, Sedang Tangan Tangan 2,385, Rendah Setia 2,520, Rendah Blangpidie 5,122, Sedang Jeumpa 2,885, Rendah Susoh 4,551, Rendah Kuala Batee 2,351, Sedang Babahrot 2,086, Sedang Aceh Barat Daya 3,015, Rendah Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (diolah). < 0,3 Rendah 0,3-0,5 Sedang > 0,5 Tinggi Berdasarkan Tabel 4.11 dari hasil perhitungan menggunakan Gini Ratio menjelaskan bahwa distribusi pengeluaran menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat daya juga memiliki tingkat ketimpangan rendah dan sedang. Pada tingkat ketimpangan rendah terdapat di 25

10 Kecamatan Tangan-Tangan yaitu pengeluaran rata-rata kecamatan ini sebesar Rp. 2,385,333 dan nilai Gini Ratio sebesar , selanjutnya kecamatan Setia dengan pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 2,520,833 dan nilai Gini Ratio sebesar , kemudian kecamatan Jeumpa yaitu pengeluaran rata-rata kecamatan ini sebesar Rp. 2,885,714 dan nilai Gini Ratio sebesar Kecamatan Susoh juga pada ketimpangan rendah yaitu pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 4,551,294 dan nilai Gini Ratio Sementara itu, pada tingkat ketimpangan sedang terdapat di kecamatan Manggeng yaitu pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 3,924,500 dan nilai Gini Ratio , selanjutnya pada kecamatan Lembah Sabil yaitu pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 1,312,000 dan nilai Gini Ratio , Kemudian kecamatan Blangpidie juga pada ketimpangan sedang yaitu pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 5,122,188 dan nilai Gini Ratio Kecamatan Kuala Batee dan kecamatan Babahrot juga pada ketimpangan sedang yaitu masingmasing pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 2,351,429 dan Rp. 2,086,154 dan nilai Gini Ratio sebesar dan Pengeluaran rata-rata seluruh kecamatan yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar Rp. 3,015,494 dengan tingkat ketimpangan rendah yaitu nilai Gini Ratio sebesar Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi pengeluaran di Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat empat kecamatan dengan tingkat ketimpangan rendah dan lima kecamatan dengan ketimpangan sedang, kemudian pada pengeluaran rata-rata tertinggi terdapat di kecamatan Blangpidie yaitu sebesar Rp. 5,122,188 dan pengeluaran rata-rata terendah terdapat di kecamatan Lembah Sabil yaitu sebesar Rp. 1,312,000. Selanjutnya dari Tabel diatas maka dapat digambarkan Kurva Lorenz untuk distribusi pendapatan dan pengeluaran menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya pada Gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini. Gambar 4.1 Kurva Lorenz Distribusi Pendapatan Menurut Kecamatan Gambar 4.2 Kurva Lorenz Distribusi Pengeluaran Menurut Kecamatan Distribusi Pendapatan dan Pengeluaran Rata-rata Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh 26

11 Barat Daya dapat juga dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini. Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (diolah). Gambar 4.3 Distribusi Pendapatan dan Pengeluaran Menurut Kecamatan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata masyarakat dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu sebesar Rp. 3,854,908, sedangkan pengeluaran rata-rata masyarakat dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten ini yaitu sebesar Rp. 3,015, Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa distribusi pendapatan dari kesembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat tiga kecamatan yaitu kecamatan Manggeng, Lembah Sabil, dan Kuala Batee dengan ketimpangan sedang dengan nilai Gini Ratio berkisar antara 0,3 0,5. Sedangkan kecamatan lainnya berada pada ketimpangan rendah atau pemerataan sempurna. Namun secara keseluruhan distribusi pendapatan Kabupaten Aceh Barat Daya dikategorikan pada tingkat ketimpangan rendah yaitu nilai Gini Ratio sebesar Selanjutnya, berdasarkan dari hasil penelitian diketahui juga bahwa distribusi pengeluaran dari kesembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat lima kecamatan yang berada pada tingkat ketimpangan sedang yaitu kecamatan Manggeng, Lembah Sabil, Blangpidie, Kuala Batee, dan Babahrot dengan nilai Gini Ratio berkisar antara 0,3 0,5. Sedangkan kecamatan lainnya seperti kecamatan Tangan-Tangan, Setia, Jeumpa, dan Susoh berada pada ketimpangan rendah atau pemerataan sempurna. Namun secara keseluruhan distribusi pengeluaran Kabupaten Aceh Barat Daya dikategorikan juga pada tingkat ketimpangan rendah yaitu nilai Gini Ratio sebesar Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran : 27

12 1. Diharapkan kepada pemerintah di daerah dapat mengkoordinir aspirasi masyarakat dan memperhatikan kesehjateraan masyarakat, sehingga pemerintah benar-benar memahami karakteristik dan kebutuhan masyarakat masing-masing kecamatan. Diantaranya dengan memberi bantuan modal, membangun infrastruktur dan memperluas lapangan pekerjaan menurut masing-masing sektor yang diunggulkan dari daerah itu sendiri agar ketimpangan masyarakat dapat ditekan dan dikurangi secara berkelanjutan sehingga pendapatan dan pengeluaran masyarakat juga makin bertambah dan semakin merata maka imbasnya perekonomian masing-masing daerah juga semakin lebih baik. 2. Selanjutnya, diharapkan juga kepada masyarakat yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya agar jangan terlalu berharap dan bergantung kepada pemerintah. Masyarakat harus lebih jeli dan kreatif melihat potensi dari daerah masing-masing yang berpeluang untuk dikembangkan. Tujuannya agar industri kreatif dari masyarakat daerah itu sendiri bisa hidup dan berkembang sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan maupun pengeluaran masyarakat daerah dan dapat membantu pemerintah daerah untuk mengurangi pengangguran yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat. 3. Kemudian, pada penelitian ini, hal yang dilakukan adalah sebatas menganalisa seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan dan pengeluaran yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat lebih memperluas ruang lingkup yang dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan maupun pengeluaran. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. (1997). Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta. Arsyad, (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. STIE YKPN. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. (2016).Aceh Barat Daya Dalam dalam Angka, BPS Kabupaten Aceh Barat Daya ,. (2016). Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, BPS Kabupaten Aceh Barat Daya. Bappeda. (2015), Dana Otonomi Khusus Aceh Tahun Prayitno, Hadi. (1986). Ekonomika Pembangunan, Edisi 1, hal 68, Yogyakarta: BPFE. Reksoprayitno, Soediyono. (2004). Pengantar Ekonomi Makro, Edisi 6, Yogyakarta, BPFE Yogyakarta. Todaro. (2004). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh, hal 235, diterjemahkan oleh haris Munandar. Penerbit Erlangga. Jakarta. 28

BAB III METODE PENELITIAN. ini merupakan besarnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. ini merupakan besarnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Desa Beluk Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan subjek dalam penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Ujung Kubu, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara) Nessy Anali Utami, Thomson Sebayang,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iii + 20 halaman Naskah: Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN 2008-2011 INCOME DISPARITY ANALYSIS AMONG DISTRICTS IN ACEH PROVINCE USING INDEX

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013

Lebih terperinci

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif 1 Westi Riani 1 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA WARGA RT.006 RW.024 LINGKUNGAN KEBON DALEM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA WARGA RT.006 RW.024 LINGKUNGAN KEBON DALEM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER 1 ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA WARGA RT.006 RW.024 LINGKUNGAN KEBON DALEM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER Nayla Sundus, Prof. Dr. Bambang Hari P, MA, Drs. Pudjo Suharso,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal.77-87

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal.77-87 KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN PENGELUARAN ANTARA MIGRAN DAN NON MIGRAN DI BANDA ACEH. Janna Khairida 1*, Fikriah 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Saat ini banyak terdapat cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbedabeda. Ada dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN 2008-2011 Hakim Muttaqim Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015. B. Objek dan Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Adapun uraian pada tinjauan pustaka yang diuraikan adalah uraian teoriteori penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai Ketimpangan dan Distribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang saat ini dalam masa pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dalam perkembangannya senantiasa memberikan dampak baik positif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang dan Provinsi Lampung yang dihitung berdasarkan harga konstan. Sampel adalah

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Petani Karet Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Analysis of Rubber Farmers Income in the Bantan Districts Bengkalis

Analisis Pendapatan Petani Karet Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Analysis of Rubber Farmers Income in the Bantan Districts Bengkalis Analisis Pendapatan Petani Karet Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis By : Dedi Arianto Hendro Ekwarso Dahlan Tampubolon Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia e-mail : darianto099@gmail.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN PENDAPATAN PROVINSI JAMBI. Oleh : PRIMA AUDIA DANIEL Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

KAJIAN KESENJANGAN PENDAPATAN PROVINSI JAMBI. Oleh : PRIMA AUDIA DANIEL Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK KAJIAN KESENJANGAN PENDAPATAN PROVINSI JAMBI Oleh : PRIMA AUDIA DANIEL Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh jumlah penduduk, inflasi, investasi dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Pustaka Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah kopi. Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan)

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan) ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan) Artha Novelia Sipayung, Aprilia Marbun Devi Elvinna Simanjuntak Evi Syuriani Harahap Fresenia Siahaan Lani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kondisi masyarakat yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. kondisi masyarakat yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh kemajuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran penting dari Pembangunan Ekonomi tujuannya adalah untuk menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh kemajuan perekonomian msyarakat di

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Ronald N. Pakasi Charles R. Ngangi Rine Kaunang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR The Imbalance Level of Households Income Distribution in Subdistrict of Peukan Bada, Aceh Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk meningkatkan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang. Proses pembangunan

Lebih terperinci

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK 203 DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA SUNGAI BAKAU KECAMAYAN SERUYAN HILIR TIMUR DAN DESA SUNGAI UNDANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN) (Distribution Of Fishermen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH Abstract This study aimed to analyze the level of income disparity in the district / city in the province of Aceh. The study used secondary data

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI (Studi Kasus: Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) Sri Rahayu 1), HM.Mozart B Darus 2) dan Hasman Hasyim

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DI KAWASAN PARIWISATA, KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG. Ni Kadek Dian Sri Apriliani I. K. G.

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DI KAWASAN PARIWISATA, KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG. Ni Kadek Dian Sri Apriliani I. K. G. E-Jurnal EP Unud, 2 [4] : 208-215 ISSN: 2303-0178 ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DI KAWASAN PARIWISATA, KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG Ni Kadek Dian Sri Apriliani I. K. G. Bendesa Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) DAMPAK PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI Imelia, Hardiani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Selama kurun waktu yang cukup panjang,

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU Amel Hasan, Suardi Tarumun dan Novia Dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar daerah, dimana perbedaan antar daerah merupakan konsekuensi logis dari perbedaan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah pertumbuhan ekonomi yang mengalami perubahan yang diikuti oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah pertumbuhan ekonomi yang mengalami perubahan yang diikuti oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN Pertumbuhan ekonomi Kemiskinan Distribusi pendapatan konsep konsep konsep ukuran ukuran Data-data Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kuznet dalam todaro (2003:99) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Nomor : 049/08/63/Th. XIX, 15 September 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada September 2014 tercatat 4,81 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

Medita Ivanni 1, T. Makmur 1, Safrida 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Medita Ivanni 1, T. Makmur 1, Safrida 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DAN NON PETANI BAWANG MERAH DI DESA LAM MANYANG KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR (Analysis of Farmers Income Distribution Inequality

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara PEMERATAAN PENDAPATAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008-2012 Katalog BPS : 3201002.3304 No. Publikasi : 33042.13.03 Naskah : Seksi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara Penyunting

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015 Nomor : 04/01/63/Th. XX, 04 Januari 2016 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada Maret tercatat 4,99 persen dan pada September

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketimpangan Pembangunan Dalam pembangunan ekonomi regional, Williamson (1965) menyatakan bahwa dalam tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tentunya terus melakukan pembangunan daerah. Salah satu solusi pemerintah dalam meratakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 Taryono dan Hendro Ekwarso Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013

GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013 GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013 GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA KALIMANTAN TENGAH 2013 Nomor Publikasi : 62550.1404 Katalog BPS : 3201025.62 Ukuran Buku Jumlah halaman :

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil perhitungan pada bab IV sebelumnya pada perhitungan rasio gini

BAB V PENUTUP. Hasil perhitungan pada bab IV sebelumnya pada perhitungan rasio gini BAB V PENUTUP Pada Bab V ini penulis menyimpulkan hasil perhitungan tentang disparitas dan dari hasilnya peneliti dapat memberikan saran baik secara praktis maupun akademis. 5.1. Kesimpulan Hasil perhitungan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGOLAH IKAN TERI ASIN DI PULAU PASARAN KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG (The Household Welfare of Salted Anchovy Fish producers in Pasaran Island, Sub-District

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA DI DESA KERUBUNG JAYA KECAMATAN BATANG CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU

DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA DI DESA KERUBUNG JAYA KECAMATAN BATANG CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA DI DESA KERUBUNG JAYA KECAMATAN BATANG CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU FARMER INCOME DISTRIBUTION PATTERN OF PLASMA PALM OIL OF KERUBUNG JAYA VILLAGE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

Lebih terperinci

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan Distribusi Pendapatan Berdasarkan data BPS, 40% penduduk berpendapatan terendah, telah menerima 21,74% pada tahun 2002, sehingga apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan RENSTRA sebesar 20,17%

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu: Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu: 1. Kekayaan rata-rata 2. Pemerataan pendapatan 3. Kualitas kehidupan 4. Kerusakan lingkungan 5. Keadilan

Lebih terperinci

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara 69 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) KETERKAITAN ANTAR SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA Dyah Hapsari Amalina S. 1 dan Alla Asmara 2 1 Alumni Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), Julis R. Latumerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Global (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), Julis R. Latumerissa, Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja dalam pembangunan mutlak diperlukan, karena merekalah yang akan melaksanakan pembangunan ekonomi itu. Karena bagaimanapun lengkapnya serta modernnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA Etik Umiyati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur meningkat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada suatu wilayah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai dengan pemerataan pada tiap-tiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

DAMPAK DANA TRANSFER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI RIAU. Oleh : Taryono dan Syapsan ABSTRAK

DAMPAK DANA TRANSFER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI RIAU. Oleh : Taryono dan Syapsan ABSTRAK DAMPAK DANA TRANSFER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI RIAU Oleh : Taryono dan Syapsan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak dana transfer terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan sarana untuk mendorong kemajuan daerahdaerah. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu wilayah dengan wilayah yang lain,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 26 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM BAGI HASIL

DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM BAGI HASIL DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM BAGI HASIL (Studi Kasus di Kelompok Tani Karsamukti Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya) Rai Junjunan Kekasih 1 Jurusan Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

Pendahuluan Pertumbuhan Ekonomi Sadono Sukirno

Pendahuluan Pertumbuhan Ekonomi Sadono Sukirno Pendahuluan Kita perlu mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi untuk mengetahui bagaimana perkembangan produksi riil suatu negara. Pertumbuhan riil yang mencapai 100 persen mengindikasikan tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017

ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017 Geografis ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017 ii ANALISIS GINI RATIO DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 2017 ISBN : Ukuran Buku : 21,5 cm x 16 cm Jumlah Halaman : iv + 37 Naskah : Citra Nugroho,

Lebih terperinci

Angka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016

Angka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016 Angka Kabupaten Sekadau 2016 No. 01/06/6109/Th. III, 6 Juni 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEKADAU Angka Kabupaten Sekadau 2016 Angka kemiskinan Kabupaten Sekadau pada periode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah jelas bahwa masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA Dian Hadian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi kang_dian78@yahoo.com Unang 2) Fakultas

Lebih terperinci

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudut pandang ekonomi tradisional, pembangunan dapat diartikan sebagai upaya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi, pembangunan yang berkelanjutan agar negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengakibatkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang yang diikuti oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DAN SWADAYA DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DAN SWADAYA DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DAN SWADAYA DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR DISTRIBUTION OF HOUSEHOLD INCOME RUBBER FARMERS EX UPP TCSDP AND

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA Dampak Transfer Payment (Achmad Zaini) 15 DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA (The Impact of Transfer Payment on Income of Farmers Household

Lebih terperinci

STRUKTUR PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT : STUDI KASUS DESA PANDESARI, KECAMATAN PUJON, KABUPATEN MALANG

STRUKTUR PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT : STUDI KASUS DESA PANDESARI, KECAMATAN PUJON, KABUPATEN MALANG STRUKTUR PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT : STUDI KASUS DESA PANDESARI, KECAMATAN PUJON, KABUPATEN MALANG (The Income Structure of Household Scale Dairy Farms - a Case Study at Pandesari Village Pujon

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS Agros Vol. 18 No.2, Juli 216: 149-157 ISSN 1411-172 ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS COMPARATIVE ANALYSIS BETWEEN CASSAVA MONOCULTURE AND INTERCROPPING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis Vol. 1 No. 1 (2014): 35 40 ISSN 2354-970X KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH Khairul Aswadi Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity 1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEMPATAN KERJA SERTA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Erlina Rufaidah 1, Dwi Wulan Sari 2 Program Studi

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU SKRIPSI

TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU SKRIPSI TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU (Kasus di Desa Caturharjo Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Tahun 2012) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian oleh Prastyo (2010) yang dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

MINGGU KE - 4. Daya Saing Wilayah EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA PL 2271

MINGGU KE - 4. Daya Saing Wilayah EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA PL 2271 MINGGU KE - 4 Daya Saing Wilayah EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA PL 2271 I s ye S u s a n a N., S T, M. S i. ( H a n ) I s ye. s u s a n a @ pw k. i te ra. a c. i d PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci