MINGGU KE - 4. Daya Saing Wilayah EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA PL 2271

Transkripsi

1 MINGGU KE - 4 Daya Saing Wilayah EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA PL 2271 I s ye S u s a n a N., S T, M. S i. ( H a n ) I s ye. s u s a n pw k. i te ra. a c. i d PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2 POKOK BAHASAN SLIDE 2 1. REVIEW LQ, SS, Ekonomi Basis 2. ANALISIS SHIFT SHARE Konsepsi Dasar Teknik Analisis Contoh Perhitungan 3. Sektor Ekonomi Unggulan EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA ( PL 2271 )

3 IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN PB > 0 Prioritas utama pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota SEKTOR BERKEMBANG Prioritas # 3 SEKTOR UNGGULAN Prioritas # 1 LQ < 1 LQ 1 SEKTOR TERBELAKANG SEKTOR POTENSIAL Prioritas # 2 Sektor ekonomi yg tidak perlu menjadi prioritas pengembangan PB < 0

4 Definisi Daya saing wilayah adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik dan internasional. Keunggulan daya saing wilayah ditentukan oleh empat faktor utama dan dua faktor penunjang. Faktor utama yaitu: 1. Faktor produksi 2. Kondisi permintaan pasar 3. Industri-industri terkait dan industri pendukung 4. Strategi perusahaan, struktur dan persaingan Faktor penunjang: 5. Peluang 6. Peranan pemerintah.

5 1. Faktor-Faktor Produksi Sumber daya manusia, indikatornya kuantitas, kualitas, gaji, standar jam kerja dan etika kerja. Sumber daya alam yang berupa ketersediaan lahan, indikatornya kuantitas, kualitas, aksessibilitas, harga tanah, air, mineral, serta iklim dan lokasi. Sumber daya pengetahuan, indikatornya jumlah ilmuwan dan teknokrat. Sumber daya modal, indikatornya jumlah dan besarnya investasi. Infrastruktur wilayah, indikatornya jenis, kualitas dan biaya penggunaannya.

6 2. Kondisi Permintaan Pasar Komposisi Permintaan Pasar Domestik. Ukuran dan Pola Pertumbuhan permintaan pasar domestik. Internasionalasisasi permintaan pasar domestik. 3. Industri-industri Terkait dan Industri Pendukung Industri-industri pemasok yang mempunyai keunggulan daya saing akan memberikan potensi keunggulan bagi industri di suatu wilayah.

7 4. Strategi Wilayah, Struktur dan Persaingan Faktor ini meliputi strategi dan struktur pengembangan wilayah, serta tujuan pengembangan wilayah. 5. Peluang Peluang terbentuk dari resultante faktor penentu keunggulan daya saing wilayah.

8 6. Peranan Pemerintah Pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan daya saing, hanya sebatas mempengaruhi kondisi faktor produksi, kondisi permintaan pasar melalui kebijakan moneter dan keuangan dan mengatur perdagangan.

9 Tahap Perkembangan Keunggulan Wilayah Factor Driven, keunggulan daya saing wilayah bersumber dari basic factor seperti sumber daya alam yang melimpah dan tenaga kerja yang murah. Investment Driven, keunggulan daya saing wilayah muncul karena dipacu oleh investasi yang besar dari perusahaan lookal dan internasional dalam rangka membangun industri berteknologi tinggi, berskala besar, modern dan efisien. Innovation Driven, keunggulan daya saing wilayah berasal dari tingkat produktivitas tenaga kerja yang terampil dan pemanfaatan teknologi Wealth Drive, keunggulan daya saing mulai menurun karena tingkat kemakmuran masyarakatnya sdh tercapai.

10 Konsep Pengembangan Wilayah (Mangiri, 2000) Pengembangan wilayah berbasis Sumber Daya Pengembangan wilayah berbasis Komoditas Unggulan Pengembangan wilayah berbasis efisiensi Pengembangan wilayah berbasis menurut pelaku pengembangan

11 Komoditas Unggulan Harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkage) Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain (competitiveness) di pasar nasional maupun internasional Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (regional linkages) baik dalam hal pasar maupun pemasokan bahan baku Memiliki status teknologi yang terus meningkat Mempau menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya Dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari increasing, growth, maturity, dan penurunan (decreasing) Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan

12 In short. SLIDE 12 Economic Base Analysis is a tool to analyze the strengths/weaknesses, specializations, and overall diversity of the local/regional economy Economic Base Analysis assumes that all local economic activities can be identified as basic or non-basic. By determining which sector is basic, a region may have specialization on that sector If a region have highly specialized in a particular sector, the aggregate effect on local economy would be expected to be relatively large The Power of PowerPoint

13 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Distribusi pendapatan dikelompokkan menjadi dua yaitu distribusi pendapatan absolut atau mutlak dan distribusi pendapatan relatif. Distribusi pendapatan absolut berkaitan dengan proporsi jumlah rumah tangga yang pendapatannya dapat mencapai suatu tingkat tertentu atau lebih kecil dari itu, dan biasanya dikaitkan dengan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Distribusi pendapatan relatif menunjukkan perbandingan pendapatan yang diterima oleh berbagai kelas penerima pendapatan.

14 Ketimpangan Pendapatan Ketimpangan yang tinggi dapat membawa dampak buruk terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Usaha mengurangi ketimpangan sulit dilakukan karena ada trade off antara ketimpangan pendapatan dengan laju pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang disebutkan dalam Kuznets Hypothesis. Dalam jangka pendek ada korelasi positif antara pertumbuhan pendapatan per kapita dengan ketimpangan pendapatan. Dalam jangka panjang hubungan tersebut akan berkorelasi negatif. Fenomena ini dikenal dengan dengan nama Kurva U terbalik dari Hipotesis Kuznets.

15 Kurva U Terbalik Hipotesis Kuznets Ketimpangan pendapatan Tingkat Pendapatan Per Kapita Periode Dalam jangka pendek meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya ketimpangan pendapatan, namun dalam jangka panjang peningkatan pendapatan akan diikuti dengan penurunan ketimpangan pendapatan.

16 Alat Ukur Ketimpangan Lorenz Curve, yang mengukur ketimpangan berdasarkan bentuk kurva distribusi pendapatan Gini Ration, yang mengukur ketimpangan berdasarkan luas Kurva Lorenz. GEM (Generalized Entropy Measure) atau Theil Index L Index Williamson Index

17 Kumulatif Persentase Jumlah Pendapatan Lorenz Curve A Kurve Lorenz D Dalam keadaan pembagian merata sempurna, Lorenz Curve akan berbentuk garis diagonal dengan derajat 45, seperti garis BD. Sebaliknya, pembagian pendapatan menjadi timpang sempurna bila Lorenz Curve bentuknya segitiga BCD. Dengan demikian semakin kecil bentuk kurve Lorenz, atau semakin kecil luas bidang A maka semakin merata pembagian pendapatan, begitu juga sebaliknya. B Kumulatif persentase dari populasi yang mempunyai pendapatan. C

18 Gini Ratio Rasio antara ketimpangan pada Lorenz Curve dengan daerah ketimpangan sempurna (luas segitiga BCD) merupakan ukuran ketimpangan pembagian pendapatan yang dikemukakan oleh Gini, yang biasa disebut Gini Ratio. y adalah pendapatan, y adalah pendapatan rata-rata dan n adalah ukuran jumlah penduduk. Nilai G akan berada pada selang 0 sampai 1. Bila G=0 berarti terjadi pemerataan sempurna, dan bila G=1, berarti terjadi ketidakmerataan atau ketimpangan sempurna dalam pembagian pendapatan.

19 Theil Index Kelebihan Theil Index, ukuran ketimpangannya dapat didekomposisi menjadi ketimpangan dalam kelompok rumah tangga itu sendiri, dan ketimpangan antara kelompok rumah tangga. h adalah jumlah keluarga atau individu, jumlah persentase pendapatan yang diperoleh keluarga atau individu i. Ukuran Theil ini akan mempunyai nilai antara 0 dan log h. Jika T = 0 berarti terjadi pemerataan sempurna, dan bila T= log h, berarti terjadi ketimpangan yang sempurna.

20 Theil Index Rumus dasar Theil tersebut dikembangkan dengan GEM (Generalized Entropy Measure) menjadi alternatif lain ukuran ketimpangan. = total pendapatan di wilayah i, kelompok j Y = total pendapatan untuk wilayah yang lebih luas, misalnya negara = rata-rata pendapatan di wilayah I, kelompok j Y = rata-rata pendapatan untuk wilayah yang lebih luas, misalnya negara

21 Theil Index Index Theil dapat didekomposisi menjadi komponen dalam kelompok dan antarkelompok sebagai berikut Dimana:

22 L Index = pendapatan per kapita menurut golongan pendapatan i n = jumlah golongan pendapatan L Index dapat didekomposisi sbb: = sumbangan jumlah penduduk atau pekerja menurut kelompok pendapatan j = sumbangan jumlah pendapatan menurut kelompok pendapatan j m = jumlah kelompok penerima pendapatan (j=1,2,3,,m) menunjukkan komponen within-inequality menunjukkan komponen between-inequality

23 Williamson Index Formula ini pada dasarnya sama dengan coefficient of variation (CV) biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan. = weighted coefficient of variation = penduduk di daerah i = penduduk total = pendapatan perkapita di daerah I = rata-rata pendatapan perkapita untuk semua daerah

24 TIPOLOGI KLASSEN

25 TIPOLOGI KLASSEN SLIDE 25 digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masingmasing daerah. Dua indikator utama: 1. pertumbuhan ekonomi daerah 2. pendapatan per kapita daerah Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal,daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi,yaitu: 1. daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), 2. daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), 3. daerah berkembang cepat ( high growth but low income), 4. dan daerah relatif tertinggal( low growth and low income) The Power of PowerPoint

26 TIPOLOGI KLASSEN SLIDE 26 PDRB Perkapita (y) Laju Pertumbuhan PDRB (r) r1> r y1> y y1< y Daerah cepat maju dan cepat tumbuh Daerah Berkembang Cepat r1< r Daerah Maju Tapi Tertekan Daerah Relatif Tertinggal The Power of PowerPoint

27 Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Utara Menurut Kecamatan, (%) SLIDE 27 Tahun No Kecamatan Ratarata 1 Meuraxa 3,48 3,36 2,59 3,88 3,32 2 Baiturrahman 0,46 2,43 3,27 3,08 2,31 3 Kuta Alam 4,70 4,51 3,68 3,58 4,11 4 Syiah Kuala 3,05 3,79 2,89 3,54 3,31 Bandah Aceh 2,92 3,52 3,1 3,5 3,26 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh (diolah) The Power of PowerPoint

28 Tabel 2. PDRB Perkapita Kabupaten Aceh UtarA Menurut Kecamatan, SLIDE 28 No Kecamatan Tahun Rata-rata 1 Meuraxa Baiturrahman Kuta Alam Syiah Kuala Bandah Aceh Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh(diolah) The Power of PowerPoint

29 SLIDE 29 PDRB Perkapita (y) Laju Pertumbuhan PDRB (r) r1> r y1> y y1< y Daerah cepat maju dan cepat tumbuh Menurut Kecamatan, Daerah Berkembang Cepat r1< r Daerah Maju Tapi Tertekan.. Daerah Relatif Tertinggal The Power of PowerPoint

30 LATIHAN SLIDE 30 PDRB Per Kapita Harga Konstan 1993 Tanpa Migas Kab/Kota di Provinsi Bali, The Power of PowerPoint

31 LATIHAN SLIDE 31 Pertumbuhan PDRB Harga Konstan 1993 Tanpa Migas Kab/Kota di Provinsi Bali, (%) The Power of PowerPoint

32 SLIDE 32 PDRB Perkapita (y) Laju Pertumbuhan PDRB (r) y1> y y1< y r1> r r1< r.. The Power of PowerPoint

33 Indikator Kesejahteraan Indikator kesejahteraan dibedakan menjadi indikator dimensi moneter dan dimensi non moneter Dimensi moneter mengukur melalui pendapatan dan pengeluaran Dimensi non meneter mengukkur melalui kesehatan, pendidikan dan partisipasi sosial.

34 Latihan (lagi). SLIDE 34 The Power of PowerPoint

35 TUGAS SLIDE LAKUKAN ANALISIS KLASSEN PADA DATA 5 TAHUN TERAKHIR ( ), hasil klasifikasi + analisis berbagai indikator penyebab 2. Kelompok dibagi berdasarkan banyaknya Kabupaten/Kota wilayah studi: RA = Provinsi Sumbar, RB= Provinsi Sumsel, RC = Provinsi Lampung 3. Dikumpul dalam bentuk print out dan soft file (Laporan dan Excel) 4. Dikumpul tanggal : a. kelas C = 27 Februari 2018 b. kelas B = 7 Maret 2018 c. kelas A = 1 Maret 2018 EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA ( PL 2271 )

36 REFERENSI SLIDE 36 Adisasmita, R, Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta. PUSTAKA Aswandi, H, & Kuncoro, M, Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di Kalimantan Selatan Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 17(1), Kajian Ekonomi Regional Bali, Bank Indonesia, n.d The Power of PowerPoint